RISET FUNDAMENTAL UNPAD (RFU)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RISET FUNDAMENTAL UNPAD (RFU)"

Transkripsi

1 LAPORAN KEMAJUAN RISET FUNDAMENTAL UNPAD (RFU) MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN WIRAUSAHA & EKONOMI KREATIF DI TINGKAT KOTA (PEMETAAN PER KECAMATAN) DI BANDUNG, DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM EKONOMI KREATIF, SWOT, IDENTIFIKASI PERAN (PENTAHELIX) STAKEHOLDERS DAN RENCANA AKSI IMPLEMENTASINYA DISUSUN OLEH : Tb. Fiki C. Satari, S.E., M.M. Nabila Asad, S.T, M.Eng UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 1

2 2

3 DAFTAR ISI RINGKASAN...5 BAB PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tinjauan Umum Penelitian Tinjauan Umum Penelitian...7 BAB TINJAUAN PUSTAKA Konteks Riset Ekosistem Ekonomi Kreatif Penyusunan Model Konsep Kewirausahaan Penelitian Pendahulu...10 BAB TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...13 BAB METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Teknik fasilitasi lokakarya SWOT Teknik fasilitasi lokakarya Connect-Collaborate-Commerce (3C) Sampling Lokasi dan Waktu Riset

4 BAB HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Hasil Penelitian Luaran yang Dicapai...19 BAB RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA...21 BAB KESIMPULAN DAN SARAN...22 DAFTAR PUSTAKA

5 RINGKASAN MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN WIRAUSAHA & EKONOMI KREATIF DI TINGKAT KOTA (PEMETAAN PER KECAMATAN) DI BANDUNG, DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM EKONOMI KREATIF, SWOT, IDENTIFIKASI PERAN (PENTAHELIX) STAKEHOLDERS DAN RENCANA AKSI IMPLEMENTASINYA Status Bandung sebagai anggota Jejaring Kota Kreatif Dunia UNESCO (UNESCO Creative Cities Network/ UCCN) dalam bidang Desain sejak 11 Desember 2015 mengukuhkan komitmen Kota Bandung untuk memberdayakan potensi Sumber Daya Manusianya yang muda, kreatif, dan aktif, untuk peningkatan kesejahteraan warganya. Sebagai salah satu upaya menuju hal tersebut, data potensi ekonomi kreatif Kota Bandung yang telah diajukan ke UCCN, perlu dilengkapi dan ditindak-lanjuti menjadi sebuah model yang secara nyata dapat diterapkan di masyarakat, terutama untuk mengembangkan wirausaha kreatif di tingkat kewilayahan, dalam hal ini kecamatan. Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, bekerja sama dengan Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung dan Universitas Padjadjaran, telah mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif yang dominan di setiap kecamatan di Kota Bandung melalui koleksi data primer terkait pelaku ekonomi kreatif dalam berbagai posisi di seluruh subsektor industri kreatif. Dari hasil kajian inilah terdapat inisiatif untuk memperkuat manfaatnya bagi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif di Bandung, antara lain dengan lebih lanjut memetakan para pelaku yang telah terdata dalam format Pentahelix stakeholders serta mendefinisikan peran masing-masing. Selanjutnya, kajian lebih lanjut dilakukan untuk menyusun model strategi untuk pengembangan wirausaha kreatif di Kota Bandung. Salah satu tahapan dalam mengupayakan model strategi pengembangan wirausaha kreatif adalah melalui tahapan 3C: Connect - Collaborate - Commerce/ Celebrate (Keterhubungan - Kolaborasi - Komersialisasi/ Perayaan) oleh seluruh pemangku kepentingan. Model strategi akan melibatkan unsur Pentahelix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM (Academics, Business Sector, Communities, Government, Media): Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media. Kata kunci: Action research, wirausaha kreatif dan ekosistem ekonomi kreatif 5

6 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya secara resmi Kota Bandung menjadi anggota Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative Cities Network/ UCCN) dalam bidang Desain sejak 11 Desember 2015 merupakan bukti bahwa Bandung dapat disejajarkan dengan kota-kota dunia lain dalam konteks ekonomi kreatif. Selama berlangsungnya proses pengajuan sejak tahun 2012, berbagai data dan referensi terkait potensi ekonomi kreatif di Bandung yang telah dikumpulkan dan dianalisa oleh tim dossier Bandung berhasil menunjukkan bahwa Bandung memiliki sejarah dan kondisi yang mendukung berkembangnya potensi kreatif secara menyeluruh. Dengan adanya status sebagai City of Design, Bandung kini harus memenuhi komitmen yang telah dicantumkan pada dossier, yang menekankan pada karakter potensi sub-sektor Desain di Kota Bandung. Desain bagi Bandung, sesuai dengan dossier yang diajukan ke UCCN, bukan hanya mengacu pada kualitas estetika sebuah fasilitas atau obyek fisik, namun juga melingkupi inisiatif, perilaku dan cara warga Bandung dalam memecahkan masalah di lingkungannya sendiri, yang selama ini menghasilkan purwarupa (prototype) solusi sesuai dengan karakteristik lingkup permasalahan yang diangkat. Sudut pandang atau konsep ini dihargai dan dapat diterima oleh UCCN menjadi nilai khas kekuatan "Desain" bagi Kota Bandung. Kini, tantangan terbesarnya adalah mengukuhkan konsep tersebut, melalui penguatan dan pengumpulan data terkait potensi ekonomi kreatif di Kota Bandung, untuk melengkapi dan memutakhirkan data yang telah ada. Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak, terutama yang berkepentingan dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Bandung, termasuk dalam hal peningkatan kapasitas dan kualitas wirausaha lokal. Salah satunya adalah Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung, yang belakangan ini telah menghasilkan sebuah kajian terhadap pelaku dan potensi ekonomi kreatif di Kota Bandung, yang antara lain mencerminkan identifikasi jenis sub-sektor industri kreatif yang terdapat di setiap kecamatan. Namun diperlukan sebuah penelitian lanjutan yang dapat memanfaatkan data potensi ekonomi kreatif di tiap kecamatan tersebut menjadi rencana aksi yang dapat diterapkan langsung dan membawa manfaat nyata bagi 6

7 masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang terfokus pada penyusunan model pengembangan ekonomi kreatif. 1.2 Tinjauan Umum Penelitian Industri kreatif, yang merupakan bagian dari ekosistem ekonomi kreatif, menjadi fokus dalam penelitian ini, dalam konteks potensinya sebagai penggerak aktivitas ekonomi Kota Bandung. Data pemetaan pelaku industri kreatif yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung menjadi dasar pijakan awal penelitian ini, mengingat bahwa data pelaku yang telah dipetakan belum menginformasikan jenis, tingkatan, atau peran para pelaku tersebut dalam ekosistem ekonomi kreatif. sehingga belum dapat langsung diterapkan menjadi strategi pengembangan potensi ekonomi kreatif. Pertanyaannya adalah bagaimana memanfaatkan kekuatan besar ini untuk dapat mengakselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang dicoba dijawab melalui penelitian ini, yang berupaya untuk menyusun sebuah model strategi pengembangan potensi kreatif yang sesuai bagi kondisi dan karakteristik warga dan komunitas Kota Bandung. 1.3 Tinjauan Umum Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model strategi pengembangan wirausaha kreatif lokal per wilayah di Kota Bandung, dengan pendekatan ekosistem ekonomi kreatif, SWOT, identifikasi peran stakeholders Pentahelix. 7

8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konteks Riset Konteks penelitian ini meliputi ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia, dengan penerapan aktivasi potensi ekonomi kreatif di Kota Bandung, khususnya di tingkat kecamatan, dengan kekuatan di berbagai jenis sub-sektor industri kreatif Ekosistem Ekonomi Kreatif Bahasan mengenai Ekonomi Kreatif selalu mencakup keseluruhan ekosistemnya, di mana Industri Kreatif menjadi salah satu elemennya. Dalam penelitian ini pun Ekosistem Ekonomi Kreatif menjadi salah satu referensi utama, dengan elemen-elemen sebagai berikut: Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi pusat gagasan dan inisiatif dengan daya cipta, yang menciptakan karya kreatif sebagai hasil ekspresi, ide, gagasan, dan inisiatif tersebut; Produk Barang/Jasa yang menjadi wujud sebuah karya kreatif hasil ciptaan SDM kreatif yang siap untuk disampaikan ke para pengguna atau penikmatnya, yang meliputi proses produksi, suplai material, manufaktur, dan sebagainya; Pasar atau segala hal terkait dengan alur penyampaian produk barang/jasa kreatif kepada pengguna atau konsumennya, yang meliputi jalur distribusi, pemasaran, promosi, hingga ruang-ruang ekspresi dan apresiasi, dan sebagainya; serta Penelitian & Pengembangan, di mana terdapat peran umpan balik (feedback) terhadap produk barang/jasa kreatif, dan segala hal terkait berbagai upaya penciptaan karya dan segala elemen pendukungnya, yang lebih baik atau berbeda dari yang sebelumnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, Ekosistem Ekonomi Kreatif menjadi referensi bagi identifikasi potensi ekonomi kreatif di kewilayahan, terutama untuk menempatkan jenis potensi yang ditemukan di kewilayahan ke dalam setiap elemen dalam ekosistem tersebut, sehingga dapat diketahui jenis kekuatan sesungguhnya pada tiap kewilayahan. 8

9 Gambar 1 Ekosistem Ekonomi Kreatif Sumber : Lembar Kerja Pokja Ekraf Rumah Transisi (2014) Penyusunan Model Ketika kekuatan sesungguhnya pada tiap kewilayahan telah teridentifikasi, dilakukan penyusunan model pengembangan ekonomi kreatif dengan menggunakan pendekatan SWOT (bagi tiap elemen ekosistem kreatif di masing-masing kecamatan), identifikasi para pemangku kepentingan (Pentahelix stakeholders) serta peran masing-masing sesuai dengan jenis kekuatan ekonomi kreatif di tiap wilayah. Rencana implementasi kemudian disusun berdasarkan tahapan 3C (Connect - Collaborate - Commerce/Celebrate), atau Keterhubungan, Kolaborasi, dan Komersialisasi/Perayaan, dalam kegiatan atau program yang dapat menjadi purwarupa sebuah model pengembangan ekonomi kreatif di kewilayahan. Pengembangan wirausaha lokal berdasarkan potensi ekonomi kreatif yang dominan di tingkat kewilayahan akan diangkat sebagai salah satu fokus penelitian ini. 9

10 2.1.3 Konsep Kewirausahaan Kewirusauhaan meningkatkan adanya tingkat perekonomian dalam suatu negara. Hal ini dilihat dari adanya peningkatan lapangan kerja dengan adanya peningkatan usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Karakteristik dari para pengusaha yang terlibat dalam kegiatan wirausaha adalah keinginan untuk melakukan eksplorasi peluang bisnis, serta menginisiasi adanya perubahan. Schrumpeter, yang kerap dikenal sebagai Bapak Inovasi, mengkaitkan wirausaha dengan inovasi. Inovasi adalah suatu proses memperkenalkan sebuah metode, produk, dan organisasi industri baru Penelitian Pendahulu Penelitian pendahulu yang dipergunakan sebagai acuan penelitian ini adalah sebagai berikut: - Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, bekerja sama dengan Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung dan Universitas Padjadjaran, telah mengidentifikasi potensi ekonomi kreatif yang dominan di setiap kecamatan di Kota Bandung melalui koleksi data primer terkait pelaku ekonomi kreatif dalam berbagai posisi di seluruh subsektor industri kreatif. - Konsep Kebijakan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif : Telaahan dan Konsepsi, Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinasi Perekonomian (2016), yang memuat visi Ekonomi Kreatif 2025 sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. - Lembar Kerja dari Kelompok Kerja Ekonomi Kreatif Rumah Transisi Jokowi-JK (2014), yang memuat argumen mengenai sektor ekonomi kreatif sebagai satu dari 10 (sepuluh) sektor yang berkontribusi pada PDB dan layak diperhitungkan dalam perannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. - Konsep pelaku inovasi (Park, 2013) yang semula berupa Triple Helix yang terdiri dari unsur-unsur Academics, Business Sector, dan Government, kemudian ditambahkan dengan unsur Civil Society sehingga menjadi Quadruple Helix, untuk dapat mengakomodasi perspektif masyarakat berbasis media dan budaya yang telah menjadi bagian dari keseluruhan proses inovasi di Abad

11 - Konsep pemikiran atau permodelan ulang terhadap model-model pengembangan ekonomi dan pasar berdasarkan kreativitas (Carayannis & Campbell, 2014) dengan menggunakan formasi Quadruple Helix, yang memungkinkan terjadinya jejaring lintas disiplin. Keterlibatan peran media dan jurnalisme, menurut Porlezza & Colapinto (2012), sebagai salah satu penentu dalam proses inovasi dan kreativitas, yang masih kurang diangkat dan seharusnya dapat dirunut dalam konteks implikasi sosialnya. Tabel 1 Penelitian Pendahulu No Judul Penelitian Penulis Tahun Pembahasan 1 Developed democracies versus emerging autocracies: arts, democracy, and innovation in Quadruple Helix innovation systems Elias Carayannis, David Campbell G FJ 2014 Penelitian ini membahas adanya perubahan kolaborasi N- Helix dengan masuknya aspek seni dan desain dalam meningkatkan inovasi dan riset. 2 Transition from the Triple Helix to N-Tuple Helices? An interview with Elias G. Carayannis and David F. J. Campbell Han Woo Park 2013 Penelitian ini memaparkan wawancara dengan para peneliti yang merumuskan konsep N-Helix. 3 Innovation in Creative Industries: From the Quadruple Helix Model to the Systems Theory Porlezza, C. Colapinto, C Penelitian ini memaparkan perubahan paradigm pada pengetahuan dan inovasi terhadap model Triple Helix dan System Theory 11

12 2.2 Rumusan Masalah Terdapatnya data potensi ekonomi kreatif di seluruh kecamatan di Kota Bandung, namun belum terpilah dalam jenis/ tingkatan SDM dan unit usaha dalam konteks Ekosistem Ekonomi Kreatif, dan masih perlu dianalisa untuk menghasilkan Rencana Aksi yang dapat menjadi model strategi pengembangan potensi ekonomi kreatif, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan. 12

13 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Personal dan Practical purpose dari penelitian ini adalah untuk menyusun model strategi pengembangan wirausaha kreatif lokal per wilayah di Kota Bandung, dengan pendekatan ekosistem ekonomi kreatif, SWOT, identifikasi peran stakeholders Pentahelix. Sementara research purpose penelitian ini adalah memetakan pola kolaborasi N-Helix terhadap sektor industri di kota Bandung yang nantinya dapat dijadikan acuan bagi pola kolaborasi Kota Kreatif. 3.2 Manfaat Penelitian Maanfaat penelitian ini ditujukan bagi internal institusi UNPAD dimana peneliti bernaung dan juga beberapa pihak di luar UNPAD, baik itu pihak swasta, pemerintah, maupun masyarakat umum. a. UNPAD Hasil riset dan publikasi ini akan terdaftar dalam portfolio hasil riset tenaga pengajar UNPAD yang terdaftar pada jurnal berakreditasi. b. Pihak Swasta dan pelaku industri Riset ini Riset ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai potensi industri kreatif di Bandung. Pihak swasta dapat menggunakan untuk berinvestasi atau membangun kerja sama lanjutan dengan kecamatan yang ada di Bandung. c. Pemerintah Riset ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait dengan sektor industri kreatif dan pemetaannya di kota Bandung. d. Masyarakat umum Riset ini dapat dijadikan acuan masyrakat yang ingin membuka usaha terkait ataupun bekerja sama dengan sektor industri kreatif. 13

14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Konsep penelitian ini adalah memperkuat manfaat data kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung bagi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif di Bandung, antara lain dengan lebih lanjut memetakan para pelaku yang telah terdata dalam format Pentahelix stakeholders serta mendefinisikan peran masing-masing. Selanjutnya, kajian lebih lanjut dilakukan untuk menyusun model strategi untuk pengembangan wirausaha kreatif di Kota Bandung. Salah satu tahapan dalam mengupayakan model strategi pengembangan wirausaha kreatif adalah melalui tahapan 3C: Connect - Collaborate - Commerce/ Celebrate (Keterhubungan - Kolaborasi - Komersialisasi/ Perayaan) oleh seluruh pemangku kepentingan. Model strategi akan melibatkan unsur Penta Helix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM (Academics, Business Sector, Communities, Government, Media): Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media. Unsur Penta Helix ini semula berupa Triple Helix dengan unsur-unsur Academics, Business Sector, Government, yang kemudian ditambahkan dengan satu unsur, Civil Society (atau Communities dalam penelitian ini), menjadi Quadruple Helix, untuk mengakomodasi perspektif masyarakat, dalam hal ini merupakan masyarakat berbasis media dan budaya yang juga telah menjadi bagian menyeluruh dari inovasi di Abad-21 kini (Park, 2013). Lebih jauh lagi, unsur Communities membuka peluang konfigurasi dan jejaring lintas disiplin, serta membebaskan konsep inovasi" dari sekedar pertimbangan dan tujuan ekonomi, melainkan juga melibatkan kreativitas sebagai bagian dari proses produksi pengetahuan dan inovasi. Sebab penelitian dan inovasi berbasis seni memungkinkan terjadinya pemikiran atau permodelan ulang terhadap model-model pengembangan ekonomi dan pasar yang sedang tercipta (Carayannis & Campbell, 2014). Quadruple Helix ini kemudian ditambahkan satu unsur lagi, yaitu Media, karena dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, Media (baik media konvensional maupun media sosial) memegang peran signifikan (Porlezza & Colapinto, 2012), meskipun tetap merupakan elemen yang independen atau tidak langsung terpengaruh oleh unsur-unsur yang lainnya dalam melaksanakan bagian atau fungsinya. Penelitian ini akan menerapkan pendekatan action research dan metoda kualitatif dalam melakukan validasi data kuantitatif dari pemetaan yang dilakukan pada tahun 2016 yang mencakup 14

15 pemetaan subsektor potensial di masing-masing kewilayahan dan para pelakunya. Pelaku ekonomi kreatif yang dilibatkan dalam penelitian akan difasilitasi untuk memilah dan mendetilkan rantai nilai ekonomi kreatif yang ada di tiap kecamatan, yang juga meliputi posisi dan peran masingmasing actor serta institusi terkait. Kemudian para pelaku juga akan difasilitasi untuk menyusun rencana aksi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif melalui pendekatan Connect- Collaborate-Commerce yang melibatkan Penta Helix stakeholders ekonomi Kreatif di Kota Bandung, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan. Keseluruhan proses action research kemudian akan ditransformasikan menjadi satu rumusan model pengembangan yang dapat direplikasi berbagai tempat di Indonesia. 4.2 Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Secara umum, pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahapan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2 Susunan Tahapan action research, output, teknik pengumpulan dan anlisis data, beserta sumbernya Tahapan Action research Output Teknik pengumpulan dan analisis data Sumber Melakukan validasi data kuantitatif dari pemetaan yang dilakukan pada tahun 2016 yang mencakup pemetaan subsektor potensial di masingmasing kewilayahan dan para pelakunya. 1. Peta wilayah dan sub-sektor potensialnya 2. Identifikasi jenisjenis klaster yang ada di Kota Bandung 3. Identifikasi unsur Pentahelix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM: Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media. Kajian tahun 2016 yang dihasilkan oleh Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung tentang identifikasi potensi ekonomi kreatif yang dominan di setiap kecamatan di Kota Bandung 15

16 Memilah dan mendetilkan rantai nilai ekonomi kreatif yang ada di tiap kecamatan, yang juga meliputi posisi dan peran masing-masing actor serta institusi terkait. 4. Identifikasi hulu/hilir 5. Analisa SWOT dari setiap rantai nilai Fasilitasi lokakarya pemetaan dan analisis SWOT oleh seluruh unsur Penta Helix Identifikasi klaster Identifikasi unsur Pentahelix Menyusun rencana aksi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif yang melibatkan Pentahelix stakeholder ekonomi Kreatif di Kota Bandung, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan. 6. Rencana aksi untuk pengembangan wirausaha kreatif di 30 kecamatan melalui Connect- Fasilitasi pendekatan Collaborate- Commerce Analisa SWOT Merumuskan model strategi pengembangan yang dapat direplikasi berbagai tempat di Indonesia yang mencakup juga variabel-variabel pembangunnya. Pendekatan prosedur, variabel penentu dan indicator dalam pengembangan wirausaha dalam konteks ekonomi kreatif Identifikasi hulu/hilir Rencana aksi untuk pengembangan wirausaha Teknik fasilitasi lokakarya SWOT SWOT - metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam pengembangan ekonomi kreatif di tingkat kewilayahan di Kota Bandung. Rujukan dalam kegiatan ini adalah peta ekosistem ekonomi kreatif dari Badan Ekonomi Kreatif yang memuat kelompok-kelompok komponen Sumber Daya Manusia (SDM), Karya, Pasar, dan Riset Pengembangan (R&D). Langkah-langkah pelaksanaan fasilitasi: 16

17 1. Peserta diberi penjelasan mengenai apa itu SWOT, bagaimana melakukan SWOT dalam melihat pengembangan ekosistem ekonomi kreatif; 2. Peserta diberi perlengkapan kertas koran, form SWOT dan spidol warna; 3. Peserta diminta melakukan SWOT potensi ekonomi kreatif yang mereka amati di wilayah dan dicatat di form yang diberikan. Gambar 2 Bagan Penta Helix stakeholders dalam sebuah sistem pengembangan ekonomi kreatif, dengan tahapan Connect-Collaborate-Commerce Teknik fasilitasi lokakarya Connect-Collaborate-Commerce (3C) Penyusunan rencana aksi dengan pendekatan proses Connect-Collaborate-Commerce Pendekatan yang dilakukan dalam kelompok kecil untuk menyusun kegiatan pratktis untuk mendukung strategi pengembangan wirausaha dan ekonomi ekonomi kreatif kewilayahan melalui kolaborasi dari lima pemangku kepentingan sesuai dengan kompetensi masing-masing. Langkahlangkah pelaksanaan fasilitasi: 1. Peserta diberi penjelasan tentang definisi dan konsep 3C dan ABCGM serta contoh aplikasinya; 17

18 2. Peserta diminta untuk membuat satu proyek yang dapat dilakukan dengan model 3C- ABCGM; 3. Proyek harus dapat mewadahi peserta dan komunitas yang diusung dalam kelompok. 4.5 Sampling Action research ini akan akan melibatkan perwakilan kecamatan sebagai kasus yang paling ekstrim untuk setiap 16 subsektor ekonomi kreatif. 4.6 Lokasi dan Waktu Riset Seluruh tahapan dan proses action research ini akan dilakukan di kecamatan-kecamatan di Kota Bandung selama sekitar 6 (enam) bulan atau selama durasi yang disepakati dalam pelaksanaan penelitian ini. 18

19 BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini merupakan pemetaan subsektor kreatif di Kota Bandung. Hasil belum dapat ditampilkan per Agustus 2017 karena pada bulan ini telah selesai dilakukan pengumpulan data dari sampel, yang berupa hasil wawancara terhadap responden. 5.2 Luaran yang Dicapai Berikut adalah luaran riset yang ditargetkan pada penelitian ini. Tahapan Action research Persiapan: pemilihan sampling kecamatan berdasarkan kasus yang paling ekstrim untuk setiap 16 subsektor ekonomi kreatif Bulan Luaran 1. Peta wilayah terpilih dan subsector potensialnya Melakukan validasi data kuantitatif dari pemetaan yang dilakukan pada tahun 2016 yang mencakup pemetaan subsektor potensial di masingmasing kewilayahan dan para pelakunya. 2. Identifikasi jenis-jenis klaster yang ada di Kota Bandung 3. Identifikasi unsur Penta Helix ekonomi kreatif, yaitu ABCGM: Akademisi, Sektor Bisnis, Komunitas, Pemerintah, dan Media. 19

20 Memilah dan mendetilkan rantai nilai ekonomi kreatif yang ada di tiap kecamatan, yang juga meliputi posisi dan peran masingmasing actor serta institusi terkait. Identifikasi hulu/hilir Analisa SWOT dari setiap rantai nilai Menyusun rencana aksi pengembangan wirausaha dan ekonomi kreatif yang melibatkan pentahelix stakeholder ekonomi Kreatif di Kota Bandung, terutama dari segi pembentukan dan pengembangan kewirausahaan di tingkat kewilayahan. Rencana aksi untuk pengembangan wirausaha kreatif di 30 kecamatan Merumuskan model strategi pengembangan yang dapat direplikasi berbagai tempat di Indonesia yang mencakup juga variable-variabel pembangunnya dan penulisan laporan Rumusan pendekatan prosedur, variabel penentu dan indikator dalam pengembangan wirausaha dalam konteks ekonomi kreatif 20

21 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Rencana selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah untuk melakukan analisis terhadap hasil pengambilan sampel, penulisan dan penyelesaian penelitian, serta membuat draft jurnal dari penelitian ini dengan target mempublikasikan jurnal di jurnal nasional berakreditasi. 21

22 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran belum dapat ditampilkan dalam tahapan ini. 22

23 DAFTAR PUSTAKA Carayannis, E.G., David F.J. Campbell, Developed Democracies Versus Emerging Autocracies: arts, democracy, and innovation in Quadruple Helix innovation systems. Springer: Journal of Innovation and Entrepreneurship. Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung Kajian Potensi Ekonomi Kreatif di Setiap Kecamatan di Kota Bandung. Bag.Ekonomi Kota Bandung. Kelompok Kerja Ekonomi Kreatif Rumah Transisi Jokowi-JK Lembar Kerja Ekonomi Kreatif RI. Jakarta: Rumah Transisi. Kementerian Koordinasi Perekonomian Konsep Kebijakan Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif : Telaahan dan Konsepsi. Jakarta: Kementerian Koordinasi Perekonomian. Park, H.W Transition from the Triple Helix to N-Tuple Helices? An Interview with Elias G. Carayannis and David F.J. Campbell. Budapest, Hungary: Akadémiai Kiadó (online). Porlezza, C., & C. Colapinto Innovation in Creative Industries: from the Quadruple Helix model to the Systems Theory. Journal of the Knowledge Economy, 3(4), pp

24 LAMPIRAN SAMPEL REKAPITULASI HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI 24

25 25

26 26

Dampak Positif Ekonomi Kreatif

Dampak Positif Ekonomi Kreatif KAJIAN MODEL USAHA EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG PENDAHULUAN Transformasi struktur perekonomian dunia, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menjadi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL 2015-2040 Tim RIRN 2015-2040 Jakarta, 28 Januari 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat 2016-2020 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016 Kata Pengantar Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF.

PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF. PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF www.arissubagiyo.com pengertian INOVASI : Kegiatan penelitian pengembangan, atau perekayasaan yg bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks IPTEK yg baru,

Lebih terperinci

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN Tim RIRN Jakarta, 11 Maret 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi Menko PMK menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Keberhasilan perusahaan dapat diketahui dengan melaksanakan rencana pengukuran kinerja yang merupakan bagian dari perencanaan strategik. Pengukuran kinerja penting untuk dilaksanakan guna mengevaluasi

Lebih terperinci

Latar Belakang. Arahan Bapak Presiden RI. Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia

Latar Belakang. Arahan Bapak Presiden RI. Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia Latar Belakang Arahan Bapak Presiden RI Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia Latar Belakang Perpres No. 2 Tahun 2015 (RPJMN 2015-2019) Pengembangan ekonomi kreatif sebagai kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN-II LAPORAN PERKEMBANGAN USAHA (1) Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

KEWIRAUSAHAAN-II LAPORAN PERKEMBANGAN USAHA (1) Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen KEWIRAUSAHAAN-II Modul ke: LAPORAN PERKEMBANGAN USAHA (1) Fakultas Ekonomi Bisnis Oloan Situmorang, ST, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan 1. Pendahuluan 2. Tujuan 3. Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian dan keaslian penelitian. Detail dari masing-masing subbab akan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian dan keaslian penelitian. Detail dari masing-masing subbab akan Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini akan diuraikan hal-hal pokok yang berkaitan dengan latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Ringkasan Temuan Proses Kota Bandung menuju kota kreatif tidak berdasarkan grand design atau tidak direncanakan dari awal oleh Pemerintah, seperti halnya yang terjadi di

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD 4.1.1 VISI Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, pada pasal 1 ayat (12) dinyatakan bahwa visi adalah rumusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INIDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI A. RUMUSAN SIKAP Setiap lulusan program pendidikan akademik, vokasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN SIKAP

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN SIKAP PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2) Kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan implementasi hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh civitas akademika.

KATA PENGANTAR. 2) Kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan implementasi hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh civitas akademika. KATA PENGANTAR Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat harus berperan dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS 2015 2019 Menuju Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro Latar Belakang Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek BERIKAN KEPUASAN PUBLIK BAHWA PRODUK UNGGULAN DAERAH ANDA ADALAH BERKUALITAS DAN BERMANFAAT oleh : Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Regional Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi. DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 8 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab Tujuh Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari hasil-hasil temuan teoritis dan empiris serta implikasi teoritis dan manajerial,

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. ada dan mempelajari serta menganalisis permasalahan yang ada PT. Suara Mitra

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. ada dan mempelajari serta menganalisis permasalahan yang ada PT. Suara Mitra 38 BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Metode Penelitian Dalam kerja praktek ini, penulis berusaha menemukan permasalahan yang ada dan mempelajari serta menganalisis permasalahan yang ada PT. Suara Mitra

Lebih terperinci

DR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI

DR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI DR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI VISI KEMENRISTEKDIKTI Terwujudnya Pendidikan Tinggi Yang Bermutu Serta Kemampuan Iptek Dan Inovasi Untuk Mendukung

Lebih terperinci

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi:

Pembangunan Pariwisata di PPK yang didalamnya berisi beberapa strategi, meliputi: RINGKASAN Alasan untuk memilih kajian pembangunan pariwisata di pulau-pulau kecil (PPK) karena nilai strategis PPK antara lain: 80-90 persen output perikanan nasional berasal dari perairan dangkal/pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda pada proses perencanaan strategis. itu dilakukan (Bryson and Roering 1988; Elbanna 2007; Hassan et al). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan strategis pada awalnya merupakan tradisi yang dikembangkan oleh organisasi sektor swasta menghadapi perubahan dalam memenangkan persaingan. Tetapi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA I. LATAR BELAKANG Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) adalah organisasi profesi auditor

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU SIDa.F.47 PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU Ramos Hutapea, MEng BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 LATAR BELAKANG Kab. Kapuas Hulu memiliki berbagai

Lebih terperinci

PROGRAM DIPLOMA SATU, DIPLOMA DUA, DAN DIPLOMA TIGA DIPLOMA SATU DIPLOMA DUA DIPLOMA TIGA

PROGRAM DIPLOMA SATU, DIPLOMA DUA, DAN DIPLOMA TIGA DIPLOMA SATU DIPLOMA DUA DIPLOMA TIGA - 59 - SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INIDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI A. RUMUSAN SIKAP Setiap lulusan program

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tata Laksana. Penataan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN TATALAKSANA

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Penduduk dalam menjalankan aktivitas dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi, hal ini sesuai dengan perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 70-an

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xvii xix Xx I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.5

Lebih terperinci

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dikerjakan guna mendapatkan informasi yang diinginkan demi tercapainya tujuan penelitian. Berikut cara mengumpulkan data yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian Bab III Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian R&D. Menurut Sugiono (2010:297) Metode penelitian R&D digunakan apabila peneliti

Lebih terperinci

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu. KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON CREATIVE INDUSTRY (ICCI) 2015 DI BALI Denpasar, 11 Agustus 2015 Distinguished Fellow Speakers Ladies and gentlemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

PANDUAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PANDUAN PENGABDIAN MASYARAKAT PANDUAN PENGABDIAN MASYARAKAT FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013 1 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu alaikum WW. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah, SWT, atas rakhmat

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN MELALUI INTEGRASI E-COMMERCE DAN MEDIA SOSIAL

KEWIRAUSAHAAN MELALUI INTEGRASI E-COMMERCE DAN MEDIA SOSIAL Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Workshop KEWIRAUSAHAAN MELALUI INTEGRASI E-COMMERCE DAN MEDIA SOSIAL Malang, 28 April 2017 OUTLINE 1 2 3 PROFIL KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Perguruan Tinggi di Indonesia sudah semakin pesat. Berdasarkan data statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TEMU FEDEP SUBOSUKAWONOSRATEN TEMA PENGUATAN KELEMBAGAAN FEDEP UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF SUBOSUKAWONOSRATEN Surakarta, 27 April 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pusat Studi

Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pusat Studi Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pusat Studi Subaryono, PhD Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada Workshop Pengelolaan dan Pengembangan Pusat Studi LPPM Universitas

Lebih terperinci

1.4 Metodologi Penelitian

1.4 Metodologi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

STANDAR PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI

STANDAR PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI STANDAR PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLTEKKES KEMENKES MATARAM 2015 Standar Penelitian Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Kode Dokumen : SPMI.PKMT / SM / 06 Revisi

Lebih terperinci

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:

Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Pengembangan Ekonomi Kreatif Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF Anggota Komite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. untuk berwisata dan berinvestasi yang akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. untuk berwisata dan berinvestasi yang akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi BAB VI KESIMPULAN Evaluasi city branding Purwakarta Istimewa menghasilkan temuan bahwa kata istimewa tidak membawa dampak seperti yang diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta dari sisi meningkatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar DRPM-UI Kata Pengantar Walikota Cimahi. vii viii

DAFTAR ISI. Kata Pengantar DRPM-UI Kata Pengantar Walikota Cimahi. vii viii DAFTAR ISI Kata Pengantar DRPM-UI Kata Pengantar Walikota Cimahi vii viii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Ekonomi Kreatif 3. Kewirausahaan Sosial 4. Lingkungan Usaha Berbasis Kewilayahan 5. Cimahi

Lebih terperinci

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi Putu Sukma Kurniawan a, Edy Sujana b a,buniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Untuk merancang corporate identity klien perusahaan FruityLOGIC Surabaya

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Untuk merancang corporate identity klien perusahaan FruityLOGIC Surabaya BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Untuk merancang corporate identity klien perusahaan FruityLOGIC Surabaya sesuai dengan bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual, maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia industri saat ini, penggunaan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia industri saat ini, penggunaan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri saat ini, penggunaan teknologi sistem informasi merupakan salah satu kebutuhan penting untuk memenangkan persaingan usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB III ISU-ISU STRATEGIS.

DAFTAR ISI BAB III ISU-ISU STRATEGIS. BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Hubungan Hubungan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang    Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Term of Reference. Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum

Term of Reference. Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum Term of Reference Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK I. Gambaran umum Program Research and Innovation in Science and Technology Project atau RISET- Pro merupakan kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses pemulihan perekonomian Indonesia, sektor Usaha Kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses pemulihan perekonomian Indonesia, sektor Usaha Kecil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pemulihan perekonomian Indonesia, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi setelah terjadinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya.

BAB III METODOLOGI. secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Metode merupakan suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan

Lebih terperinci

pada teknik analisis aspek internal organisasi yang tertuang dalam bentuk analisis kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) organisasi.

pada teknik analisis aspek internal organisasi yang tertuang dalam bentuk analisis kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) organisasi. ix Tinjauan Mata Kuliah M ata kuliah Manajemen Strategik dirancang untuk menyiapkan mahasiswa agar mampu memahami proses manajemen strategik pada organisasi/perusahaan dalam menghadapi tuntutan stakeholders

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HIBAH INTERNAL RISET DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018

HIBAH INTERNAL RISET DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018 HIBAH INTERNAL RISET DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018 Hibah Internal Unpad (HIU) 2018 Fundamental Unpad Dosen Pemula Unpad 01 02 Kompetensi Dosen Unpad RFU RDPU 03 RKDU Wajib

Lebih terperinci

Abdul Halim Muhammad Iqbal

Abdul Halim Muhammad Iqbal ISEA (Indonesian Student Entrepreneurship Award) merupakan sebuah kompetisi bagi seluruh mahasiswa se-indonesia yang memiliki passion di bidang kewirausahaan. Kompetisi ini menjadi wadah untuk mengembangkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

S1 Manajemen. Visi. Misi

S1 Manajemen. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber: BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Era Ekonomi Kreatif Kondisi ekonomi di Dunia saat ini telah memasuki era ekonomi gelombang ke- 4 yang dikenal dengan nama Era Ekonomi Kreatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan penting dalam perkembangan secara regional dan nasional. Solo dikenal sebagai salah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya ASEAN bersama keamanan (security community)

Lebih terperinci

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI DISAMPAIKAN PADA FORUM INOVASI TEKNOLOGI DAN KONFERENSI NASIONAL INOVASI & TECHNOPRENEURSHIP TAHUN 2015 Yth. Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA PENDAHULUAN Kunci kemajuan suatu bangsa sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi

Lebih terperinci

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dengan

Lebih terperinci

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Bab II. Analisis Situasi Bab III. Kebijakan Strategis Bab 2. Analisis Situasi SWOT Kondisi internal Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan) Kondisi eksternal

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018

Lebih terperinci