PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.)"

Transkripsi

1 PENGARUH SUHU AIR AWAL DAN LAMA PERENDAMAN BENIH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) Jejen Iskandar 1) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Darul Zumani, Ir., M.P. 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Yanto Yulianto, Ir., M.P. 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya Tlp: (0265) Fax: (0265) Website: ABSTRACT Seed s quality is included into seed having hard skin and having long dormantion period. Dormantion period can be broken by mechanical and chemical scarification. This research aims to know: (1) to determine the effect of combined treatment of initial water temperature and soaking time of seeds to improve the viability and vigor of arabica coffee (Coffea arabica L.) and (2) to determine the initial water temperature and optimum seed soaking time on seed germination arabica coffee ( Coffea arabica L.). The trial is done from November 2014 until January 2015 at plant production laboratory of Agriculture Faculty Siliwangi University. The trial uses Randomized Block Design (RBD) with 8 combination treatments and 3 repetitions. The treatments tested were as followes : A : water temperature beginning 50 o C with soaking time 15 minutes, B : water temperature beginning 50 o C with soaking time 30 minutes, C : water temperature beginning 50 o C with soaking time 45 minutes, D : water temperature beginning 50 o C with a soaking time of 60 minutes, E : initial water temperature 75 o C with 15 minutes soaking time, F : initial water temperature 75 o C with 30 minutes soaking time, G : initial water temperature 75 o C with 45 minutes soaking time, H : initial water temperature 75 o C with a soaking time of 60 minutes. The seed is soaked every day for 7 days continuously. The concerned parameter includes how fast it has roots, the percentage of sprout, the length of hypocotyl,dry weight of sprout and growth strength test. Based on the analysis and discussion can be concluded that the combination treatment of the initial water temperature and soaking time affect the speed of seed germination, germination percentage, seedling dry weight and seed vigor. The treatment combination of initial water temperature 75 o C with soaking time 30, 45 and 60 minutes as well as combination treatment of initial water temperature 50 o C with a soaking time of 60 minutes can be meningkan viability and vigor of arabica coffee (Coffea arabica L.). Keywords: Temperature, soaking duration, Coffee 1) Peneliti 2) Pembimbing 1 3) Pembimbing 2 1

2 2 ABSTRAK Benih kopi termasuk biji yang mempunyai kulit benih yang keras dan mempunyai masa dormansi yang cukup panjang. Masa dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan skarifikasi mekanik maupun kimiawi. Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui pengaruh kombinasi perlakuan suhu air awal dan lama perendaman benih untuk meningkatkan viabilitas dan vigor benih kopi arabika (Coffea arabica L.) dan (2) untuk mengetahui suhu air awal dan waktu perendaman benih yang optimum pada perkecambahan benih kopi arabika (Coffea arabica L.). Percobaan dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Januari 2015, bertempat di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 8 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah sebagai berikut : A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit, B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit, C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit, D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit, E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit, F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit, G : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit, H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit. Benih direndam setiap hari selama 7 hari berturut-turut. Parameter yang diamati meliputi viabilitas, persentase kecambah, panjang hipokotil, berat kering kecambah dan vigor. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman benih berpengaruh terhadap kecepatan berkecambah, persentase perkecambahan, bobot kering kecambah, dan vigor benih. Perlakuan kombinasi suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30, 45, dan 60 menit serta perlakuan kombinasi suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit dapat meningkan viabilitas dan vigor benih kopi arabika (Coffea arabica L.). Kata Kunci : Suhu, Lama Perendaman, Kopi I. PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea canephora) merupakan komoditas perkebunan yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh dunia, komoditas ini adalah komoditas yang dapat bertahan di pasaran global dikarenakan daerah adaptasinya yang terbatas namun dibutuhkan oleh setiap orang. Kopi juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Bagi sebagian besar negara-negara berkembang, komoditi kopi memegang peranan penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai mata pencaharian rakyat. Saat ini Indonesia tergolong negara produsen kopi Arabika terbesar ketiga setelah Brasil dan Colombia dan negara produsen kopi jenis Robusta terbesar di dunia. Kondisi ini merupakan peluang baik bagi negara Indonesia karena Indonesia berpotensi besar menjadi produsen utama kopi dunia. Petani Indonesia memiliki lahan tanaman kopi dengan rata-rata luas yang berkisar antara 0,5-1 ha. Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta hektar dengan

3 3 produksi sebesar 675 ribu ton (Ditjenbun, 2004 dalam Desmawan Putra, Rohmawanti dan Nasrullah, 2011). Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman kopi adalah penggunaan benih unggul dan berkualitas. Pembibitan yang baik diharapkan dapat menghasilkan tanaman yang mempunyai tingkat produktivitas dan kualitas yang tinggi (Pudji Rahardjo, 2012). Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan pemilihan benih yang berkualitas (mempunyai viabilitas tinggi), yang dijadikan bahan tanam. Kekeliruan dalam pemilihan, penyediaan dan penanganan terhadap benih akan berdambak buruk dan akan mengakibatkan kerugian yang terus menerus bagi petani/pengusaha perkebunan, serta untuk memperbaikinya memerlukan waktu yang cukup lama. Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sebagian besar ahli teknologi benih dan kalangan perdagangan mengartikan viabilitas sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara normal (Copeland dan Mc Donald,1995 dalam Ritawati, 2012). Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih (Sjamsoe oed Sadjad, 1994). Vigor merupakan suatu kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang optimal. Ekspresi vigor benih dapat diketahui dari perkecambahan benih yang meliputi kecepatan berkecambah dan laju pertumbuhan, serta pertumbuhan dan hasil tanaman di lapangan (Lita Sutopo, 2002). Lama perendaman benih dan suhu air akan berpengaruh pada viabilitas dan vigor benih. Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan merangsang pembentukan hormon pertumbuhan, sehingga biji dapat berkecambah dengan baik (Pudji Rahardjo, 2012). Untuk hal tersebut maka penelitian mengenai lama perendaman benih perlu dilakukan untuk mendapatkan benih dengan viabilitas dan vigor yang baik.

4 4 II. METODE PERCOAAN Tempat dan waktu percobaan Percobaan dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Januari 2015, bertempat di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Bahan dan alat percobaan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : Benih kopi jenis arabika, aquades, air, media tanam (tanah dan pupuk organik), dan pasir. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Baki perkecambahan, Cawan porselin, Timbangan, Bejana gelas, Hand sprayer kecil, Oven, Germinator, Kompor gas, alat ukur dan alat tulis. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuannya terdiri atas 8 kombinasi perlakuan, diantaranya : A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit G: suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecepatan Berkecambah Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman benih berpengaruh terhadap kecepatan berkecambah benih kopi (Lampiran 6). Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap kecepatan berkecambah dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Pada Tabel 4 terlihat bahwa perendaman benih kopi dengan suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30, 45, dan 60 menit memiliki kecepatan berkecambah lebih cepat dibandingkan dengan benih kopi yang direndam dengan suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15, 30, dan 45 menit. Hal ini karena benih kopi yang direndam dengan suhu air awal 75 o C memiliki kadar air benih lebih tinggi dibandingkan dengan benih kopi yang direndam dengan suhu air awal 50 o C (Tabel 3). Kadar air yang tinggi akan mendorong

5 5 berlangsungnya respirasi yang lebih cepat, kecepatan respirasi akan membantu mempercepat proses perkecambahan dan mematahkan masa dormansi benih kopi. Tabel 4. Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap kecepatan berkecambah benih kopi arabika. Perlakuan Kecepatan Berkecambah (hari) A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit 40,53 a B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit 40,27 ab C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit 39,48 bc D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit 38,82 cd E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit 39,88 ab F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit 39,02 cd G : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit 38,75 cd H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit 38,33 d Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf α 5%. Hal yang sama berlangsung pada perlakuan suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit, meskipun suhunya lebih rendah tetapi lama perendaman 60 menit memungkinkan merangsang proses imbibisi oleh biji lebih lama, sehingga biji memiliki kandungan air yang tinggi. Menurut hasil penelitian Desmawan Putra, dkk (2011) perlakuan suhu air awal perendaman pada benih kopi mampu meningkatkan laju respirasi, dimana perlakuan suhu air awal 90 o C menunjukkan laju respirasi lebih tinggi dibanding dengan benih yang direndam dengan suhu air awal 30 o C dan suhu air awal 60 o C. Pada percobaan ini kombinasi suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30, 45, dan 60 menit dan perlakuan suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit menghasilkan kecepatan berkecambah benih kopi lebih cepat, dibandingkan perlakuan lain. Sedangkan kombinasi suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 dan 30 menit, kombinasi perlakuan suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit menunjukkan kecepatan berkecambah yang lambat dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan lama perendaman antara 30, 45, dan 60 menit pada suhu air awal 50 o C tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan berkecambah (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Lita Sutopo (2004) yang menyatakan bahwa lama perendaman diketahui cukup membantu perkecambahan biji, namun adakalanya lama perendaman dalam air hanya membantu mempercepat proses perkecambahan (mematahkan masa dormansi) akan tetapi tidak mengubah viabilitas biji yang ditentukan oleh sifat genetik dari biji maupun kandungan endospermnya, sedangkan viabilitas biji sangat erat kaitannya dengan kemampuan biji untuk berkecambah. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa faktor genetik biji

6 6 sangat berperan dalam proses perkecambahan biji yang menentukan cepat lambatnya proses perkecambahan biji maupun mampu tidaknya biji berkecambah. Persentase Perkecambahan Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman benih berpengaruh terhadap persentase perkecambahan benih kopi (Lampiran 7). Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap persentase perkecambahan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap persentase perkecambahan benih kopi arabika. Perlakuan Presentase Perkecambahan (%) A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit 93,00 a B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit 94,00 ab C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit 94,00 ab D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit 97,33 bc E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit 96,33 bc F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit 98,67 c G : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit 98,67 c H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit 99,33 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf α 5%. Pada Tabel 5 terlihat bahwa pada perlakuan lama perendaman yang sama dengan suhu air awal 75 o C menghasilkan persentase berkecambah lebih tinggi dibandingkan dengan benih kopi yang direndam dengan suhu air awal 50 o C. Hal ini diduga berhubungan dengan struktur kulit biji kopi yang mengandung lipid, yang merupakan penghalang biji untuk melakukan imbibisi. Sebagaimana dikemukakan oleh Campbell (2000) bahwa suatu sel dapat mengubah komposisi lipid membrannya dalam tingkatan tertentu sebagai penyesuaian terhadap suhu yang berubah. Harjadi (2002) juga menambahkan bahwa suhu mempunyai pengaruh yang penting pada reaksi biokimia dan fisiologis tanaman. Oleh karenanya suhu juga akan menentukan tingkatan berbagai proses tanaman, seperti absorbsi unsur mineral dan air. Jadi tidak hanya viskositas air lebih tinggi pada suhu rendah, akan tetapi membran sitoplasma yang dilewati air juga kurang permeabel, hal inilah yang menyebabkan fotosintesis lebih lambat pada suhu rendah dan akibatnya laju perkecambahan lebih lambat. Berdasarkan hasil percobaan terbukti bahwa persentase kecambah yang rendah ada pada perlakuan suhu air awal 50 C dengan lama perendaman 15, 30 dan 45 menit, sedangkan persentase kecambah yang tinggi terdapat pada perlakuan suhu air awal 75 o C yang dikombinasikan dengan lama perendaman 15, 30, 45, dan 60 menit.

7 7 Pada perlakuan suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit juga menghasilkan persentase kecambah yang tinggi, hal ini dikarenakan waktu perendaman yang cukup lama (60 menit) memungkinkan terjadinya proses imbibisi lebih lama, sehingga kandungan air dalam biji lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lama perendaman yang lebih singkat. Lama perendaman antara 15 dan 30 menit pada suhu air awal yang sama tidak berbeda pengaruhnya terhadeap persentase perkecambahan (Tabel 5). Hal ini disebabkan lama perendaman yang terlalu singkat sehingga kulit biji kopi yang mempunyai kulit biji keras belum lunak dan lapisan lipid belum larut sehingga sulit dilewati air. Menurut Gardner, dkk (1991), lipid merupakan senyawa yang dapat larut dalam eter, benzena dan kloroform tetapi tidak larut dalam air. Fosfolipid juga mempunyai sifat amfipatik yaitu memiliki daerah hidrofilik dan hidrofobik. Pada area hidrofobik, lapisan ini sulit untuk dilewati air (Campbell, 2000), sehingga air tetap tidak bisa menembus lapisan kulit biji, oleh karenanya perkecambahan menjadi terhambat dan tidak berpengaruh terhadap persentase kecambah biji kopi. Pada perlakuan lama perendaman 45 dan 60 menit peningkatan suhu air awal dari 50 o C ke 75 o C menunjukan pengaruhnya, hal tersebut dikarenakan kulit biji telah lunak dan lapisan lipid telah larut. Panjang Hipokotil Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman benih tidak berpengaruh terhadap panjang hipokotil benih kopi (Lampiran 8). Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap panjang hipokotil benih kopi dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap panjang hipokotil benih kopi arabika. Perlakuan Panjang Hipokotil ( cm ) A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit 15,66 a B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit 17,20 a C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit 17,32 a D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit 17,61 a E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit 19,17 a F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit 19,18 a G : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit 19,40 a H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit 19,98 a Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf α 5%. Hipokotil merupakan bagian batang lembaga yang berada di antara kotiledon dan radikula yang merupakan transisi antara batang dan akar (Rifai, 2004). Panjang hipokotil

8 8 merupakan salah satu ciri pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh aktifasi pembelahan sel pada meristem apikal, aktivitas ini dipengaruhi oleh ketersediaan air dan mineral yang dibutuhkan oleh embrio biji untuk berkecambah. Tipe perkecambahan kopi termasuk tipe epigeal. Schmidt (2000) mengemukakan bahwa dalam perkecambahan epigeal, hipokotil mengembang dan kemudian mendorong kotiledon di atas tanah, kadang bersamaan dengan kulit benih dan endosperm. Perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman berpengaruh hanya pada tahap proses imbibisi dan proses pembelahan sel yang dimulai pada radikula hingga ke plumula, sedangkan terbentuknya hipokotil banyak dipengaruhi oleh adanya hormon giberelin yang dihasilkan oleh biji setelah mencukupi kebutuhan untuk melakukan proses perkecambahan. Menurut Heddy (1989), pada awal proses perkecambahan, setelah biji menyerap air maka biji akan menghasilkan hormon tumbuh yaitu giberelin yang berfungsi untuk menstimulasi kegiatan enzim di dalam biji. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sistem protease dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa gula, asam amino, dan zat-zat dapat larut yang dihasilkan dari aktivitas amilase dan protease kemudian di angkut ke embrio. Zatzat tersebut berfungsi untuk mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah. Pemanjangan hipokotil diduga banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu media tanam, kelembaban dan temperatur yang pada percobaan ada dalam keadaan seragam. Bobot Kering Kecambah Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman benih berpengaruh terhadap bobot kering kecambah benih kopi (Lampiran 9). Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap bobot kering kecambah benih kopi dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap bobot kering kecambah benih kopi arabika. Perlakuan Bobot Kering Kecambah (g) A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit 0,57 a B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit 0,76 b C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit 0,80 bc D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit 0,82 bc E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit 0,84 bc F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit 0,85 bc G : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit 0,86 bc H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit 0,88 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf α 5%.

9 9 Pada Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit memiliki bobot kering kecambah paling rendah yaitu 0,57 gram. Hal ini berhubungan dengan data yang diperoleh dari pengamatan pada kecepatan tumbuh dan persentase perkecambahan dimana pada perlakuan tersebut kecepatan tumbuhnya paling lama dan persentase perkecambahannya rendah yang disebabkan oleh kandungan air dalam biji yang rendah (Tabel 3). Dalam perkecambahan, air berperan penting untuk mengaktifkan sel-sel yang bersifat embriotik. Di dalam biji air berperan dalam pengembangan embrio dan endosperm, fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji, mengencerkan frotoplasma, dan media angkutan tanaman dari endosperm atau kotiledon ke daerah titik-titik tumbuh. Terbatasnya air akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan plumula, radikula, dan hipokotil sehingga bobot biomasanya rendah. Sedangkan pada perlakuan suhu air awal 75 o C untuk semua lama waktu perendaman menghasilkan bobot kering kecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya pelunakan kulit biji sehingga proses imbibisi berjalan baik dan kandungan air dalam biji tinggi sehingga memungkinkan pemanfaatan cadangan makanan lebih efisien. Menurut Sjamso oed Sadjad (1994) bobot kering kecambah yang tinggi dapat menggambarkan pemanfaatan cadangan makanan dalam benih yang efisien. Air berperan pada proses perkecambahan untuk pertumbuhan dan perkembangan plumula, radikula, dan hipokotil sehingga tumbuh dengan baik dan dilanjutkan dengan meningkatnya bobot kering kecambah. Kehadiran air di dalam sel dapat mengaktifkan hormon perkecambahan awal, fitohormon asam absitat menurun kandungannya sementara giberelin meningkat yang menyebabkan enzim aktif bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia, enzim amilase bekerja memecah amilase menjadi laktosa, enzim protease merubah protein menjadi asam amino, senyawa glukosa masuk ke dalam metabolisme dan dipecah menjadi energi, dan senyawa karbohidrat yang menyusun struktur amino lalu dirangkaikan menjadi protein. Perubahan ini merangsang pembelahan sel seperti di bagian ujung radikula, akibatnya radikula makin besar ukurannya dan hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya bobot kering kecambah. Uji Kekuatan Tumbuh Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman benih berpengaruh terhadap kekuatan tumbuh benih kopi.

10 10 Pengaruh suhu air awal dan lama perendaman benih terhadap kekuatan tumbuh dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Pada Tabel 8 terlihat bahwa perlakuan dengan menggunakan suhu air awal 75 o C yang dikombinasikan dengan lama perendaman 15, 30, 45, dan 60 menit memberikan nilai vigor yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit. Tabel 8. Pengaruh suhu dan lama perendaman benih terhadap kekuatan tumbuh benih kopi arabika. Perlakuan Kecambah Kecambah Kecambah Vigor Non Vigor Death (%) (%) (%) A : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 15 menit 77,33 a 17,00 a 6,67 a B : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 30 menit 79,33 ab 14,00 a 6,33 a C : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 45 menit 83,67 ab 10,00 a 6,00 a D : suhu air awal 50 o C dengan lama perendaman 60 menit 85,00 abc 10,00 a 5,00 a E : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 15 menit 80,00 abc 15,67 a 4,67 a F : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 30 menit 85,67 bc 11,33 a 4,33 a G : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 45 menit 88,00 c 08,00 a 3,00 a H : suhu air awal 75 o C dengan lama perendaman 60 menit 89,33 c 08,00 a 3,00 a Keterangan : Angka yang didampingi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf α 5%. Vigor yang tinggi menunjukkan kekuatan benih atau kekuatan kecambah untuk menghasilkan radikula dan plumula yang kuat. Kenaikan nilai vigor pada perlakuan ini dipengaruhi oleh fisiologis dan biokimia. Proses biokimia yang terjadi pada benih dengan perlakuan perendaman dengan suhu air awal 75 o C berjalan dengan baik karena tersedianya air dalam biji yang masuk ke jaringan biji karena melunaknya kulit biji dan larutnya lapisan lipid. Sebagaimana diketahui kulit biji kopi selain mempunyai kulit biji yang keras, juga dilapisi oleh lapisan lipid. Menurut sifatnya, lipid merupakan senyawa tidak larut dalam air Gardner (1991). Selanjutnya lipid juga mempunyai sifat amfipatik yaitu memiliki daerah hidrofilik dan hidrofobik. Pada area hidrofobik, lapisan ini sulit untuk dilewati air (Campbell, 2000), sehingga berapapun lamanya biji direndam air tetap tidak bisa menembus lapisan kulit biji, oleh karenanya perkecambahan menjadi terhambat. Sedangkan pada perlakuan dengan suhu air awal 50 o C kandungan air dalam biji lebih rendah sehingga vigornya menurun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Desmawan Putra, dkk (2011), bahwa perlakuan perendaman benih kopi dengan suhu yang lebih tinggi (90 o C) dapat meningkatkan indeks vigor dan daya tumbuh benih kopi. Perlakuan kombinasi suhu air awal dan lama perendaman tidak berpengaruh terhadap kecambah non vigor dan kecambah death, hal ini diduga karena kecambah non vigor dan

11 11 kecambah death dipengaruhi oleh faktor internal yang berkaitan dengan jumlah cadangan makanan dalam biji, aktivitas enzim pada proses perombakan cadangan makanan, sehingga terhambatnya pertumbuhan plumula, radikula, dan hipokotil. Disamping hal tersebut, biji tidak sempurna, baik ukurannya maupun tingkat kematangannya juga berpengaruh terhadap kecambah non vigor dan kecambah death. DAFTAR PUSTAKA Campbell, Biologi Jilid I. PT Erlangga; Jakarta. Desmawan Putra, Rohmawanti dan Nasrullah, Jurnal : pengaruh suhu dan lama perendaman benih terhadap viabilitas dan vigor benih kopi arabika (Coffea arabica L). Dalam situs : [03 Juli 2014 jam 16:35]. Dwidjoseputro, D Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta. Eny Widajati, Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB-Press; Bogor. Gardner, F.P, Pearce, R, and Mitchell, R, Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan oleh Herawati). Jakarta; Universitas Indonesia-Press. Harjadi, M.M Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta Heddy, S Hormon Tumbuhan Edisi I Cetakan Kedua. Rajawali Press; Jakarta Lita Sutopo Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo; Jakarta Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo; Jakarta. Pudji Raharjo Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya; Jakarta. Rifai, M.A Kamus Biologi. PT. Balai Pustaka; Jakarta. Ritawati Jurnal : Pengaruh pemberian beberapa konsentrasi Kitosan dan. Tingkat Kadar Air Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao. [21 Juli 2014 jam 19:17]. Robye Ari Ardiansyah laporan praktikum produksi tanaman industri pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan kopi arabica (Coffea arabica L.). Dalam Situs : laporan-praktikum-produksitanaman _5508.html. [03 Juli 2014 jam 01:30 WIB]. Silomba Perlakuan Pematahan Dormansi dengan Skarifikasi dan Kimia. Dalam situs : [24 Juli 2014 jam 21:34].

12 12 Sjamsoe oed, Sadjad Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo: Jakarta Utomo, B Ekologi Benih. USU Repository. Vincent, G Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito : Bandung.

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu, Lama Perendaman dan Interaksi (suhu dan lama perendaman) terhadap Daya Kecambah (Persentase Jumlah Kecambah) Biji Ki Hujan (Samanea saman) Berdasarkan

Lebih terperinci

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi PENGARUH PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI (Coffea liberica var. liberica cv. Liberika Tungkal Jambi) Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh dunia, komoditas ini merupakan komoditas yang tetap bertahan di pasaran global dikarenakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan petumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH

PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH PERENDAMAN BENIH SAGA (Adenanthera pavonina L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI AIR KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KECAMBAH SOAKING OF Adenanthera pavonina Linn. IN VARIOUS OF COCONUT WATER CONCENTRATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Dormansi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH :

PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH : PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH : DIO TIRTA ARDI 110301215 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.)

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) Pemberian H 2 so 4 dan pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.) Hedty 1, Mukarlina 1, Masnur Turnip 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H.

Lebih terperinci

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH :

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH : PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD ADLAN ARISYI 130301278 BUDIDAYA PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 )

Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 ) Respons Pertumbuhan Benih Kopi Robusta terhadap Waktu Perendaman dan Konsentrasi Giberelin (GA 3 ) (The Growth Responses of the Robusta Coffee Seed toward of Soaking Time and Concentration of Giberelin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6 Terhadap Viabilitas Benih Tembakau (Nicotiana tabacum) Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYAM (Amaranthus spinosus)

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYAM (Amaranthus spinosus) PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYAM (Amaranthus spinosus) Arif Rahman Hakim Tampubolon 1), Ali Ihsanul Huda 2), Fauziyah Harahap 3) 1) Pendidikan Biologi, Mahasiswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDY ON PHYSIOLOGY AND BIOCHEMISTRY ASPECTS OF CORN (Zea mays L.) SEED GERMINATION

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN NAMA : AMUL HEKSA BAJAFITRI NIM : 125040201111131 KELOMPOK : JUMAT 11.00 ASISTEN : INTAN RATRI PRASUNDARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN (Arenga pinnata) Kamaludin Fakultas pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 2 No. 1 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 2 No. 1 Tahun 2015 ISSN: Halaman Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Sulfat (H2SO4) terhadap Perkecambahan Biji Sengon Laut (Paraserianthes falcataria) sebagai Materi Pembelajaran Biologi SMA Kelas XII untuk Mencapai K.D 3.1

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

Perkecambahan Benih dapat dikaji secara :

Perkecambahan Benih dapat dikaji secara : Perkecambahan Benih dapat dikaji secara : - Morfologi - Fisiologi - Biokimiawi - Teknologi Benih 1 PERKECAMBAHAN SECARA FISIOLOGIS PERKECAMBAHAN SECARA TEKNOLOGI BENIH 2 STRUKTUR KECAMBAH METABOLISME PERKECAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah diisyaratkan dalam Al-Qur an jauh

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman delima diklasifikasikan sebagai berikut kingdom: Plantae, divisio : Spermatophyta, subdivisio : Angiospermae, kelas : Dicotyledonae, ordo : Myrtales, famili : Punicaceae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran: 1. Mengidentifikasi faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan 2. Merancang percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan 3. Menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI Oleh : SYAHRI RAMADHANI 100301210/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Hormon tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah H

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Persentase Perkecambahan 4.1.1. Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat terhadap Persentase Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.). Berdasarkan hasil uji normalitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SKARIFIKASI DAN KONSENTRASI AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.)

EFEKTIVITAS SKARIFIKASI DAN KONSENTRASI AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) EFEKTIVITAS SKARIFIKASI DAN KONSENTRASI AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) Leni Oknasari 1, Siti Fatonah 2, Dyah Iriani 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN HO O S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA HERBISIDA PENDAHULUAN 1 HERBISIDA Zat yang digunakan untuk memberantas gulma (tumbuhan pengganggu) Cara kerja/efek: mematikan langsung menghambat metabolisme

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyimpanan Benih Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting seperti protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), kholoin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. )

Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. ) Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Biji Aren ( Arenga pinnata Merr. ) Sufyan Atsauri Tanjung, Ratna Rosanty Lahay*, Mariati Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin (GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia)

Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin (GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia) Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelin (GA3) dan Pengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Palem Raja (Roystonea regia) Oleh: Dora Fatma Nurshanti Abstract This research aim to to know influence of regulator Iihat

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR

RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.) AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR RESPONSE OF SAGA (Adenanthera pavonina L.) SEEDS GERMINATION CAPACITY EFFECT OF WATER SUBMERGED TIME Annisa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH IKKE YULIARTI E10012026 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv.cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv.cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv.cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN VIABILITY AND VIGORITAS of Stylosanthes guianensis (cv.cook) SEED STORED

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L. S i t i M a l i a h, 2 0 1 4 1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) terhadap Perkecambahan Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Siti Mali ah (10620107) Program Studi

Lebih terperinci

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : Pendahuluan Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger ). dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI D1A013058 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max (L). Merrill) Berdasarkan hasil penelitian dan analisis varian (ANAVA) dua jalur 5% menunjukkan bahwa suhu

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH THE EFFECT OF VARIOUS DOSES OF UREA TO YIELD AND SEED QUALITY ON SOME SORGHUM (Sorghum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter persentase perkecambahan Berdasarkan hasil anasisis sidik ragam pada Lampiran 1, perlakuan konsentrasi dan lama perendaman tidak berbeda nyata terhadap persentase

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Laporan Praktikum Biologi : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Kelompok : 1 Aditya Dedi Setyawan 2 Ilhamsyah Dwi Kurniawan P 3 Junita Putri 4 Kezia Angelica Suharto 5 Michael Sugita Daftar

Lebih terperinci

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA Firdaus Sulaiman, M. Umar Harun, dan Agus Kurniawan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L. Pengaruh Konsentrasi dan Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Mas Khoirud Darojat, Ruri Siti Resmisari, M.Si, Ach. Nasichuddin, M.A. Jurusan Biologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom : Plantae; Subkingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom : Plantae; Subkingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta; 6 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman kopi Arabika adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Subkingdom : Tracheobionta; Super Divisi : Spermatophyta; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DORMANSI NAMA : AMUL HEKSA BAJAFITRI NIM : 125040201111131 KELOMPOK : JUMAT 11.00 ASISTEN : INTAN RATRI PRASUNDARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

Influence of Ripeness, Seed Drying and Seed Skin Condtion on The Germination Of Papaya Seeds (Carica papaya L.) Variety Callina

Influence of Ripeness, Seed Drying and Seed Skin Condtion on The Germination Of Papaya Seeds (Carica papaya L.) Variety Callina PENGARUH PEMERAMAN, PENGERINGAN, DAN KEBERADAAN SARCOTESTA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) VARIETAS CALLINA Influence of Ripeness, Seed Drying and Seed Skin Condtion on The Germination

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol (PEG) 6000 Terhadap Viabilitas Benih Juwawut (Setaria italica (L.) P. Beauvois) i. Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol (PEG)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Pepaya Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian

Lebih terperinci

Pengaruh Hormon Giberelin (GA 3 ) Terhadap Daya Kecambah dan Vigoritas Calopogonium caeruleum

Pengaruh Hormon Giberelin (GA 3 ) Terhadap Daya Kecambah dan Vigoritas Calopogonium caeruleum Pengaruh Hormon Giberelin (GA 3 ) Terhadap Daya Kecambah dan Vigoritas Calopogonium caeruleum Effect of Gibberellins (GA 3 ) Hormones to Germination and Vigority of Calopogonium caeruleum Revis ASRA 1)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkecambahan benih kopi A. Hasil Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benih kopi, dilakukan pengamatan terhadap dua variabel yaitu daya berkecambah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) merupakan tanaman penghasil serat yang berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat TEKNIK PEMBIBITAN MERBAU (Intsia bijuga) Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Merbau merupakan salah satu jenis pohon yang menghasilkan kayu dengan kualitas yang baik. Kualitas ini

Lebih terperinci