ANALISIS KONTRIBUSI KONSUMSI IKAN TERHADAP KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI IBU HAMIL DI BOGOR RENDRA KUSUMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KONTRIBUSI KONSUMSI IKAN TERHADAP KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI IBU HAMIL DI BOGOR RENDRA KUSUMA"

Transkripsi

1 ANALISIS KONTRIBUSI KONSUMSI IKAN TERHADAP KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI IBU HAMIL DI BOGOR RENDRA KUSUMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ABSTRACT RENDRA KUSUMA. Analysis of Fish Consumption Contribution to Recommended Dietary Allowances for Pregnant Women in Bogor. Supervised by SITI MADANIJAH. This study based on a part of Study on Nutritional Status and Food Patterns of Pre-Pregnant Women (at child-bearing age), Pregnant and Lactating Mothers was carried out by SEAFAST Center IPB. The subjects of this study were 203 pregnant women, at their second trimester of pregnancy in six districts in Bogor city. The objective of this study was to determine the contribution of fish consumption toward adequacy of energy and nutrients for pregnant women in Bogor. Salted fish (type of anchovy) was consumed by the most of the samples. Overall the contributions of energy, protein, fat, calcium, iron, vitamin A, folic acid and zink of fish toward total intake were 3.6%, 8.5%, 5.4%, 13.6%, 5.5%, 6.0%, 2.3% and 3.4%, respectively. There was significant (p<0.1) difference contribution of protein, calcium, vitamin A and folic acid of fish toward total intake based on socio economic level. Contribution of energy, protein, calcium, iron, vitamin A, folic acid and zinc from fish toward Indonesian RDA s were 2.6 %, 10.7 %, 9.2 %, 3.6 %, 2.1 %, 0.7 %, and 4.7 %, respectively. There was not a significant (p>0.1) difference contribution energy and nutrients of fish toward Indonesian RDA s based on socio economic level. Keywords: Fish consumption, pregnant women, energy and nutrients intake.

3 RINGKASAN RENDRA KUSUMA. Analisis Kontribusi Konsumsi Ikan terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil di Bogor. Di bawah bimbingan SITI MADANIJAH. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan serta asupan energi dan zat gizi ibu hamil di Bogor. Tujuan khususnya adalah (1) mengidentifikasi karakteristik ibu hamil (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan, besar keluarga, pekerjaan), (2) menganalisis pola pangan dan konsumsi ikan ibu hamil, (3) menganalisis asupan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng dari ikan, (4) menganalisis kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan serta kecukupan energi dan zat gizi. Penelitian ini menggunakan data dasar Studi tentang Status Gizi dan Pola Makan pada Wanita Pra-Hamil (Usia Subur), Ibu Hamil, dan Menyusui yang dilakukan oleh SEAFAST Center IPB. Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kota Bogor, pengumpulan data dimulai dari bulan September sampai Desember Contoh penelitian adalah wanita hamil trimester kedua (3-6 bulan), berusia antara tahun yang berdomisili di Kota Bogor. Pola pangan ikan dinilai menggunakan food frequency questionnaire (FFQ) selama satu minggu, sedangkan konsumsi pangan, utamanya pangan ikan diperoleh dengan metode recall (2x24 jam). Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis data. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan dianalisis menggunakan SPSS version 16,0 for Windows. Contoh ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi kuintil-2, kuintil-3, dan kuintil-4. Contoh dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi, memperlihatkan umur lebih muda, tingkat pendidikan lebih tinggi, dan besar keluarga semakin kecil. Sebagian besar contoh merupakan ibu rumah tangga. Sebagian besar contoh mengonsumsi ikan kering/asin yaitu jenis ikan teri. Uji independent sample test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) frekuensi konsumsi kelompok ikan berdasarkan kelompok umur. Uji post-hoc menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.1) frekuensi konsumsi udang/cumi/kerang berdasarkan tingkat sosial ekonomi, berbeda antara kuintil-3 dan kuintil-4, dimana frekuensi konsumsi pada contoh di kuintil-3 lebih besar daripada kuintil-4, karena contoh di kuintil-4 lebih memilih sumber protein hewani lain dibandingkan udang/cumi/kerang. Uji oneway anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) frekuensi konsumsi kelompok ikan berdasarkan tingkat pendidikan. Uji post-hoc menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0.1) frekuensi konsumsi ikan darat segar berdasarkan besar keluarga, berbeda antara keluarga kecil dan keluarga besar, keluarga sedang dan keluarga besar, dimana frekuensi konsumsi di keluarga sedang dan keluarga kecil lebih besar daripada keluarga besar. Rata-rata asupan energi contoh sebesar 1654 kkal dan protein sebesar 54.4 g, masih di bawah anjuran AKG Rata-rata asupan asam folat µg, zat besi 23.7 mg dan vitamin A 592 RE. Rata-rata asupan kalsium hanya pada contoh yang berada di kuintil-4 (957.8 mg) yang memenuhi anjuran AKG 2004, sedangkan seng sudah memenuhi anjuran AKG 2004 di semua tingkat sosial ekonomi. Rata-rata kosumsi ikan contoh sebesar 3.5 g/kapita/hari masih jauh di bawah rata-rata konsumsi nasional tahun 2010, yaitu sebesar 83.5 g/kap/hari. Uji

4 oneway anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) jumlah konsumsi kelompok ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi. Uji oneway anova tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) asupan energi dan zat gizi ikan berdasakan tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan besar keluarga. Uji independent sample test menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0.1) pada asupan energi dan zat gizi ikan berdasarkan kelompok umur. Secara umum kontribusi energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng ikan terhadap total asupan berturut-turut 3.6%, 13.7%, 5.4%, 13.6%, 5.5%, 6.0%, 2.3% dan 5.4%. Kontribusi energi, protein, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng ikan terhadap AKG berturut-turut 2.6%, 10.7%, 9.2%, 3.6%, 2.1%, 0.7%, dan 4.7%. Uji post-hoc menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.1) kontribusi protein, kalsium, vitamin A dan asam folat ikan terhadap asupan sehari berdasarkan tingkat sosial ekonomi. Kontribusi protein ikan berbeda antara kuintil-2 dan kuintil-4 serta kuintil-3 dan kuintil-4, dimana kontribusi paling tinggi pada kuintil-3 sebesar 15.3% dan terendah pada kuintil-4 sebesar 10.6%. Kontribusi kalsium dan vitamin A ikan berbeda antara kuintil-2 dan kuintil-4, dimana kontribusi terbesar pada kuintil-2 dan terendah pada kuintil-4. Kontribusi asam folat ikan berbeda antara kuintil-3 dan kuintil-4, dimana kontribusi terbesar pada kuintil-3 dan terendah pada kuintil- 4. Uji oneway anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) kontribusi energi dan zat gizi ikan terhadap AKG berdasarkan tingkat sosial ekonomi.

5 ANALISIS KONTRIBUSI KONSUMSI IKAN TERHADAP KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI IBU HAMIL DI BOGOR RENDRA KUSUMA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP : Analisis Kontribusi Konsumsi Ikan terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil di Bogor : Rendra Kusuma : I Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal lulus:

7 vi PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi. Skripsi ini berjudul Analisis Kontribusi Konsumsi Ikan terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil di Bogor untuk mengetahui kecukupan gizi ibu hamil di Kota Bogor utamanya yang berasal dari ikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahannya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan do a dan dukungan semangat. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini berguna bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat. Bogor, September 2012 Penulis

8 vii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan dan dibesarkan di Kota Sumenep, Jawa Timur pada tanggal 27 Juli Penulis merupakan anak tunggal pasangan Bapak Ruswadi dan Ibu Lis Suryani. Pendidikan formal pertama penulis ditempuh di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dapenda I Kabupaten Sumenep, selama enam tahun ( ). Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Sumenep, Kabupaten Sumenep selama tiga tahun ( ). Penulis diterima di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sumenep melalui jalur PMDK pada tahun Setelah lulus pada tahun 2008, penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa, dan sempat menjabat Sekretaris Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Madura tahun 2009, Komisi Disiplin pada acara Masa Perkenalan Departemen Gizi Masyarakat GARNISH , dan staff Divisi Logistik dan Transportasi seminar nasional SENZASIONAL Penulis melaksanakan Internship Dietetik di RSUD Ciawi. Penulis juga menjadi anggota Gizi Perkusi (Ziper). Bersama Ziper penulis menjadi pengisi acara di seminar nasional SENZASIONAL 2011, Seminar Pangan dan Gizi (SEMNAS PAGI) 2012 dan berbagai acara lainnya. Penulis juga aktif di bidang keolahragaan futsal maupun sepak bola dan meraih Juara I Futsal (E spent 2010), Juara I Futsal (Liga Gizi Masyarakat 2011) dan terakhir meraih medali emas cabang sepak bola (Olimpiade Mahasiswa IPB 2012).

9 viii UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Kontribusi Konsumsi Ikan terhadap Kecukupan Energi dan Zat Gizi Ibu Hamil di Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Keberhasilan penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak luput dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta Bapak Ruswadi dan Ibu Lis Suryani, serta keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan motivasi. 2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, nasihat, dan arahan selama penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN sebagai dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji yang memberikan saran dan masukan yang berharga baik pada waktu seminar maupun pada waktu sidang. 4. Dosen, staf dan karyawan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. 5. Mas Shidik, Mumtazul Amal, dan R. Arief Firmansyah yang membantu dalam pengolahan data dan penggunaan software SPSS. 6. Sahabat-sahabatku di Ziper, sahabat GM 45, sahabat Futsal GM 45, dan sahabat Gasisma 45, semoga tali silaturahmi kita terus terjaga. 7. Teman-teman satu bimbingan Nia Andriani S.Gz, Dian Rizki Eka Rizal S.Gz, Mahyuni, Erdi Humeid dan Didik Trias Cipta. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

10 ix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 2 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin... 4 Konsumsi dan Kebutuhan Gizi saat Hamil... 5 Konsumsi dan Kandungan Gizi Ikan... 8 Peran Gizi Ikan Selama Kehamilan... 9 Kecukupan Gizi Ibu Hamil KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Pola Pangan Ikan Konsumsi Ikan Asupan Energi dan Zat Gizi dari Ikan Kontribusi Asupan Energi dan Zat Gizi dari Pangan Ikan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Fungsi berbagai zat gizi mikro bagi manusia Beberapa kelainan akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi Angka kecukupan gizi ibu hamil Jenis dan cara pengumpulan data Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan umur Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan tingkat keseringan mengonsumsi ikan Frekuensi konsumsi ikanberdasarkan tingkat sosial ekonomi Frekuensi konsumsi ikan berdasarkan umur Frekuensi konsumsi ikan berdasarkan tingkat pendidikan Frekuensi konsumsi ikan berdasarkan besar keluarga Rata-rata Jumlah konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi Rata-rata total asupan energi dan zat gizi ibu hamil berdasarkan tingkat sosial ekonomi Rata-rata asupan energi dan zat gizi dari ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi Rata-rata asupan energi dan zat gizi dari dari ikan berdasarkan pendidikan Rata-rata asupan energi dan zat gizi dari ikan berdasarkan besar keluarga Kontribusi asupan Energi dan zat gizi dari ikan tehadap total asupan berdasarkan tingkat sosial ekonomi Kontribusi asupan energi dan zat gizi dari ikan tehadap AKG berdasarkan tingkat sosial ekonomi... 39

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil Rata-rata konsumsi ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi... 31

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Sebaran contoh dan frekuensi konsumsi berbagai jenis ikan dan olahannya Uji rank spearman antara jumlah konsumsi ikan (g) dengan karakteristik contoh Uji rank spearman antara sosial ekonomi dengan umur, pendidikan, dan besar keluarga... 49

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan potensi perikanan yang sangat melimpah. Luas wilayah Indonesia (±70%) adalah laut dengan luas mencapai 5.8 juta km persegi. Potensi sumberdaya ikan di Indonesia per tahunnya, meliputi potensi budidaya laut sekitar 46.7 juta ton, potensi perairan umum ton, potensi budidaya tambak sekitar satu juta ton, serta potensi lestari sumber daya ikan diperkirakan 6.4 juta ton per tahun (DKP 2004). Sumberdaya laut yang sangat besar tersebut akan sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara optimal. Sektor perikanan akan sangat menentukan sumberdaya manusia. Masa depan sebuah bangsa akan ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Kualitas sumberdaya manusia akan sangat ditentukan oleh anak-anak yang dilahirkan. Untuk itu harapannya setiap ibu akan melahirkan anak sehat dan cerdas sehingga akan mampu memajukan bangsanya. Kualitas bayi yang dilahirkan tentunya akan sangat dipengaruhi oleh asupan zat gizi ibu selama kehamilan. Beberapa contoh zat gizi yang dibutuhkan saat kehamilan adalah vitamin A, zat besi, dan iodium. Menurut Picciano dan McDonald (2004), Vitamin A saat kehamilan dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan janin. Adapun kekurangan zat besi selama hamil dihubungkan dengan kematian ibu dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Iodium dibutuhkan selama kehamilan untuk sintesis hormon tiroid, yang penting untuk pematangan sistem syaraf pusat, terutama untuk proses mielinasi. Kekurangan iodium dapat menyebabkan kretinisme, keterbelakangan mental dan gangguan fungsi motorik. Menurut Allen & Unwin (1997), pertumbuhan bayi yang normal di tahun pertama kelahiran ditentukan oleh kecukupan zat gizi pada waktu bayi masih dalam kandungan. Oleh karena itu dibutuhkan asupan gizi yang cukup dan tepat pada saat kehamilan. Ikan merupakan sumber protein dan zat gizi lain yang dibutuhkan janin selama masa kehamilan. Data BPS (2002) menunjukkan rata-rata konsumsi protein ikan per kapita per hari penduduk Indonesia menurut kelompok makanan di desa dan kota hanya 7.2 g dari g, atau hanya 13% dari total konsumsi protein rata-rata per hari. Tidak hanya protein, bahkan data Depkes (2010), menyebutkan sebanyak 44.2% ibu hamil di Indonesia masih mengonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal yang dianjurkan. Begitupun Suryanto (2002), menyatakan

15 2 sebagian besar ibu-ibu di Bogor frekuensi makannya hanya dua kali sehari. Hal ini menyebabkan konsumsi energi, lemak, kalsium, vitamin B1 dan vitamin C masih di bawah nilai kecukupan yang dianjurkan. Selain energi yang cukup maka kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang bayi sedangkan vitamin C dibutuhkan tubuh untuk membantu penyerapan zat besi. Jika kekurangan zat besi terjadi pada ibu hamil maka dikhawatirkan akan menyebabkan meningkatnya kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) ataupun terjadinya pendarahan yang parah setelah melahirkan. Hal tersebut diduga akan meningkatkan angka kematian ibu maupun bayi. Ikan merupakan salah satu sumber protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan seng yang tinggi, disamping mengandung iodium dengan konsentrasi tinggi dan asam lemak omega-3 (Choo & Williams 2003, diacu dalam Waysima 2011). Menurut Flood et al (2010) konsumsi ikan dapat meningkatkan asupan lemak omega-3. Hibbeln (2002) menyatakan, ikan juga mengandung DHA (docosahexanoic acid) yang akan mendukung pertumbuhan syaraf optimal janin selama asupan tercukupi pada saat kehamilan. Jika konsumsi ikan tinggi pada ibu hamil maka diharapkan akan melahirkan anak yang sehat dan cerdas. Budaya konsumsi ikan yang tinggi pada masyarakat Jepang telah membuktikan kualitas kesehatan dan kecerdasan anak-anak di jepang (Khomsan 2002). Widyakarya Pangan dan Gizi VIII (2004), menetapkan kecukupan konsumsi protein per kapita per hari adalah 52 g protein dan yang berasal dari ikan untuk rata-rata penduduk Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi standar gizi yaitu 9 g protein per hari. Berdasarkan uraian di atas mengenai potensi perikanan Indonesia, pentingnya pemenuhan gizi dari ikan saat hamil dan masih terbatasnya penelitian tentang topik ini maka peneliti tertarik untuk meneliti kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi pada ibu hamil. Rumusan Masalah Potensi perikanan Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal, angka kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) dan anemia gizi besi pada ibu hamil yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2004 prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil mencapai 40% (Depkes 2004). Rata-rata asupan protein ikan per kapita per hari penduduk Indonesia menurut kelompok makanan di desa dan kota sebesar 7.2 g (BPS 2002) juga masih di bawah anjuran 9 g protein ikan.

16 3 Oleh karena itu diperlukan data aktual tentang asupan protein khususnya protein yang berasal dari ikan pada ibu hamil di Bogor. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan serta asupan energi dan zat gizi ibu hamil di Bogor. Tujuan Khusus (1) mengidentifikasi karakteristik ibu hamil (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan, besar keluarga, pekerjaan). (2) menganalisis pola pangan dan konsumsi ikan ibu hamil. (3) menganalisis asupan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng dari ikan. (4) menganalisis kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan serta kecukupan energi dan zat gizi. Hipotesis (1) Terdapat perbedaan frekuensi konsumsi ikan berdasarkan karakteristik contoh (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan dan besar keluarga). (2) Terdapat perbedaan jumlah konsumsi ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi. (3) Terdapat perbedaan asupan energi dan zat gizi ikan berdasarkan karakteristik contoh (tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan besar keluarga). (4) Semakin meningkat tingkat sosial ekonomi maka kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan maupun kecukupan semakin tinggi. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran terhadap ibu hamil akan pentingnya pemenuhan zat gizi utamanya zat gizi yang berasal dari ikan selama masa kehamilan. Dapat juga digunakan sebagai data acuan dalam pengambilan kebijakan instansi terkait. Hasil penelitian ini juga bisa digunakan oleh peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian dengan topik serupa.

17 4 TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin Awal terjadinya kehamilan yang dialami seorang wanita diawali dengan adanya konsepsi. Pada tahap ini faktor gizi sangat berperan penting untuk menunjang kehidupan baru setelah terjadinya konsepsi. Plasenta (uri), kantong amnion, dan tali pusar dibentuk pada awal kehamilan di dalam rahim ibu (uterus). Jaringan berpori halus merupakan penyusun dari plasenta, pembuluh darah ibu dan janin secara berdapingan terdapat dalam plasenta. Janin memperoleh pasokan oksigen dan zat-zat gizi melalui aliran darah yang berasal dari ibu. Darah juga mengeluarkan karbondioksida dan sisa metabolisme janin dengan demikian fungsi plasenta meliputi fungsi pernafasan, absorbsi dan ekskresi. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif secara metabolik apabila tersedia cukup energi dan zat-zat gizi. Seperti halnya kelenjar, plasenta juga mengeluarkan berbagai hormon yang diperlukan selama kehamilan dan payudara guna mempersiapkan ASI (air susu ibu). Oleh karena itu plasenta yang sehat sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang baik bagi janin. Selain plasenta, terdapat sebuah kantong yang berisi cairan tempat berkembangnya janin yang disebut amnion. Tali pusat yang mengandung pembuluh darah yang menghubungkan janin dengan plasenta terdapat disini. Walaupun setelah janin lahir, plasenta, amnion dan tali pusat dibuang ketiga organ tersebut memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan janin selama kehamilan. Tahap tumbuh kembang janin dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap implantasi, embrio dan janin. Setelah sel telur dibuahi yang disebut zigot, maka sel akan membelah diri. Setelah dua minggu maka sel akan akan menuju uterus melalui tuba fallopi kemudian menanamkan diri di dinding uterus, yang dinamakan tahap implantasi. Plasenta, amnion, dan tali pusat mulai dibentuk pada tahap ini. Sesudah dua minggu maka zigot akan berubah menjadi embrio. Kurang lebih setiap 24 jam, awalnya sel embrio bertambah menjadi dua kali lipat. Selama sepuluh minggu terakhir masa kehamilan kecepatan ini akan berkurang dua kali lipat. Fase embrio ditandai dengan deferensiasi sel, yaitu perubahan struktur sel sesuai dengan fungsi masing-masing sel nantinya. Tahap ini merupakan saatsaat yang rawan, perkembangan janin akan tergaganggu apabila terdapat inveksi

18 5 virus dan penggunaan obat-obatan tertentu. Minggu kedelapan kehamilan sudah terbentuk sistem saraf, jantung yang sudah berdenyut dan organ lainnya. Tahap terakhir dalam tumbuh kembang janin adalah tahap janin. Tujuh bulan kehamilan merupakan tahap janin, saat ini tiap organ janin sudah tumbuh menjadi sempurna. Setiap organ dan jaringan sangat peka terhadap kekurangan zat gizi maupun racun pada periode kritis yang berbeda. Apabila zat gizi kurang sehingga pembelahan dan jumlah sel tidak terpenuhi pada fase kritis tersebut maka perbaikan sel tidak dapat dilakukan dikemudian hari. Oleh karena itu, azupan zat gizi ibu harus tercukupi selama kehamilan. Kehamilan dapat pula dibagi menjadi tiga periode kehamilan, yaitu trimester I (0-12 minggu), trimester II (12-28 minggu) dan trimester III (28-40 minggu). Trimester I dimulai saat sel sperma membuahi sel telur kemudian menjadi zigot. Pada trimester ini selain membelah (hiperplasia) sel juga mengalami pertambahan ukuran sel (hipertrofi). Di akhir trimester ini sebagian organ sudah terbentuk dan janin sudah terasa bergerak. Kekurangan zat gizi, penyalahgunaan obat-obatan dan tekanan yang diterima ibu pada trimester ini dapat berpengaruh negatif terhadap janin selamanya. Walaupun di fase ini ibu kurang memiliki nafsu makan atau merasa mual, makanan cukup gizi harus tetap diupayakan. Oleh karena itu makanan yang padat gizi sangat penting untuk diberikan. Di awal trimester II, tangan, kaki, jari dan telinga janin sudah terbentuk. Pada trimester ini janin mempersiapkan terbentuknya gigi. Racun masih dapat mempengaruhi janin melalui ibu tapi tidak separah pada trimester I. Janin sudah mulai menyerupai bayi dan bergerak yang dapat dirasakan oleh ibu. Tahap terakhir kehamilan adalah trimester III, pada saat ini merupakan tahap kritis untuk pertumbuhan janin. Panjang janin menjadi dua kali panjang semula, sedangkan beratnya bertambah sebanyak kurang dari lima kali berat semula. Bagian lunak pada ubun-ubun menunjukkan tempat tulang tengkorak akan menutup. Tulang tengkorak akan menutup sepenuhnya pada bayi usia bulan (Almatsier et al. 2011). Konsumsi dan Kebutuhan Gizi saat Hamil Sediaoetama (1996) menyatakan, konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya

19 6 untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat. Menurut Solihin (1993), pada saat kehamilan, janin pada tingkat sel, organ dan tubuh mengalami tahapan tumbuh kembang. Terdapat saat-saat rawan gizi bagi janin oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi genetik. Varney et al. (2004) menyatakan, ibu hamil membutuhkan asupan energi dan zat gizi khusus seperti zat besi, asam folat, dan vitamin C. Kebutuhan energi dan protein tidak bisa dipisahkan, artinya jika kebutuhan energi tidak tercukupi maka akan terjadi kemungkitan pemecahan protein untuk dirubah menjadi energi. Padahal protein merupakan salah satu pembentuk organ dan otot janin. Selanjutnya jika energi dan protein tidak mencukupi maka lemak yang akan dipecah untuk memenuhi energi metabolik ibu. Hal ini akan menyebabkan kerusakan syaraf pada janin. Tambahan asam folat dari suplementasi sebesar µg atau total mg setiap hari akan mengurangi terjadinya risiko kejadian anemia megaloblastik dan kejadian neural tube defect. Vitamin C juga sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Energi Picciano dan McDonald (2004) menyebutkan, bahwa ketika hamil, ibu membutuhkan tambahan energi untuk simpanan lemak ibu maupun untuk tambahan energi untuk metabolisme basal guna menjaga jaringan baru. Hardinsyah dan Tambunan (2004) dalam WNPG VIII, menetapkan tambahan energi untuk wanita hamil berdasarkan trimesternya sebesar 180 kkal untuk trimester I dan 300 kkal untuk trimester II dan III. Karbohidrat Glukosa yang dihasilkan oleh karbohidrat dibutuhkan oleh otak janin, banyak organ tubuh bergantung kepada karbohidrat. Untuk memastikan otak janin dalam keadaan baik dan kebutuhan ibu tercukupi maka glukosa harus tersedia secara adequate. Konsumsi karbohidrat (sebagai pati atau gula) yang dianjurkan untuk ibu hamil sebesar 175 g/hari (Picciano & McDonald 2004).

20 7 Protein Picciano dan McDonald (2004) menyatakan bahwa kebutuhan protein ibu selama hamil disimpan dalam jaringan janin, plasenta dan ibu selama trimester II dan III. Hardinsyah dan Tambunan (2004) dalam WNPG VIII, menetapkan penambahan protein pada ibu hamil sebesar 17 g/hari. Lemak Picciano dan McDonald. (2004) merekomendasikan asupan lemak selama hamil yang digunakan untuk penerimaan distribusi berbagai makronutrien, sebesar 20-30% dari energi total. Asam lemak linoleat (n-6 PUFA) dan asam lemak linolenat (n-3 PUFA) merupakan prekursor untuk asam arakidonat (AA; 20:04 n-6) dan asam decosahexaenoic (DHA; 22:06 n-3). AA dan DHA sangat penting untuk percepatan pembangunan sistem syaraf pusat (SSP), yang terjadi pada janin selama trimester terakhir dan pada bulan-bulan awal setelah janin dilahirkan. Vitamin Vitamin A dibutuhkan saat kehamilan untuk perkembangan embrio dan janin. Penelitian dengan hewan percobaan menyatakan bahwa kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kelainan pada jantung, sistem syaraf pusat, peredaran darah, pernapasan, dan sistem urogenital serta dalam perkembangan tengkorak, kerangka dan anggota badan. Pada ibu hamil dibutuhkan sekitar 770 Ag retinol aktivitas setara (RAE)/hari vitamin A. Vitamin D dibutuhkan ibu selama hamil dan merupakan satu-satunya sumber vitamin D bagi janin yang disalurkan melalui plasenta. Apabila janin kekurangan vitamin D maka akan menyebabkan pertumbuhan tertunda dan menyebabkan hipokalsemia. Angka kecukupan vitamin E untuk ibu hamil tidak berbeda jauh dengan angka kecukupan pada wanita tidak hamil, begitu pula vitamin K. tidak ada kekurangan klinis pada vitamin ini dilaporkan dan kebutuhan untuk tambahan janin belum diketahui. Asam folat diperlukan selama hamil karena bertindak sebagai kofaktor untuk reaksi penting dalam sel, diperlukan dalam untuk sintesis asam nukleat DNA. Selain asam folat vitamin B-kompleks lain yang dibutuhkan adalah vitamin B6, B1, B2, B3, asam pantotenat dan biotin. Vitamin C diketahui untuk mencegah penyakit kudis pada bayi sehingga pada saat kehamilan perlu penambahan

21 8 jumlah asupannya. Untuk ibu hamil berdasarkan RDA telah ditetapkan sebesar 85 mg/hari. Mineral Kalsium dibutuhkan oleh ibu hamil untuk kebutuhan kalsium tulang janin maupun untuk kebutuhan kalsium ibu. Kebutuhan zat besi selama hamil berbeda tiap trimesternya pada trimester pertama sebesar 1.2 mg/hari, trimester kedua 4.7 mg/hari dan pada trimester terakhir meningkat menjadi 5.6 mg/hari. Rata-rata jumlah besi diperlukan selama kehamilan 1190 mg, untuk janin sebesar 270 mg, plasenta 90 mg, perluasan sel darah merah 450 mg dan utuk kebutuhan basal 230 mg, selain itu akan hilang sekitar 150 mg saat melahirkan. Selain kalsium dan zat besi ibu hamil juga membutuhkan tambahan asupan, iodium dan seng. Konsumsi dan Kandungan Gizi Ikan Junianto (2003) menyatakan bahwa ikan merupakan sumber protein yang baik dan murah. Protein ikan meyediakan kurang lebih 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia. Mineral yang yang terkandung dalam daging ikan hanya sedikit. Konsumsi ikan umumnya dibedakan menjadi dua oleh masyarakat Indonesia yaitu ikan laut dan ikan air tawar. Contoh dari ikan laut adalah ikan bandeng, ikan tuna, ikan kakap, ikan tenggiri, ikan mackerel, ikan salmon, ikang haring, ikan caviar, ikan cod dan sebagainya. Ikan laut mengandung protein (asam amino esensial yang lengkap), vitamin A, B12, D, E, fosfor, kalsium, natrium, selenium, seng, dan iodium. Ikan mas, ikan gurame, ikan mujair, ikan tawes, ikan sepat, ikan patin, ikan nila, merupakan beberapa contoh ikan air tawar yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar mengandung protein, asam lemak tidak jenuh omega-3, vitamin dan mineral. Kandungan vitamin pada ikan air tawar meliputi vitamin A, B1, B12, dan D. Adapun kandungan mineral pada ikan air tawar adalah besi, fosfor, kalsium, dan natrium yang kadarnya rendah. Ikan dapat dikonsumsi langsung (ikan segar) maupun diolah terlebih dahulu (kering, asin, kalengan dan lain-lain) (Soehardi 2004). Rata-rata konsumsi ikan penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar kg ikan per kapita tahun (KKP 2011) atau 83.5 g ikan per kapita per hari. Data BPS (2002) menunjukkan rata-rata konsumsi protein ikan per kapita per hari penduduk Indonesia menurut kelompok makanan di desa dan kota hanya 7.2 g dari g, atau hanya 13% dari total konsumsi protein rata-rata per hari. Pada

22 9 tahun 2010 rata-rata konsumsi protein ikan per kapita per hari mengalami peningkatan menjadi 7.63 g (BPS 2010). Hibbeln et al. (2007) menyatakan bahwa perkembangan otak janin tergantung nutrisi spesifik yang hanya berasal dari makanan seperti DHA dan asam lemak essensial omega-3, dimana makanan dari laut merupakan sumber utamanya. Menurut Medical and Nutrition Experts from Mayo Clinic, University of California Los Angeles, and Dole Food Company (2002), ikan laut merupakan sumber protein kualitas tinggi dengan kandungan kalori yang rendah. Ikan seperti salmon, tuna dan maccarel kaya akan minyak ikan, umumnya pada jumlah 300g memiliki kandungan kalori di bawah 225 kkal yang setara dengan kandungan kalori daging tampa lemak. Kandungan lemak ikan lebih banyak lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated) dan lemak tak jenuh rantai tunggal (monounsaturated) daripada lemak jenuh (saturated). Ikan laut juga mengandung beberapa vitamin dan mineral penting, terutama beberapa vitamin B, zat besi, iodium, kalium, magnesium, dan fosfor. Peran Gizi Ikan Selama Kehamilan Medical and Nutrition Experts from Mayo Clinic, University of California Los Angeles, and Dole Food Company (2002) menyatakan kandungan asam lemak omega-3 pada ikan dapat mengurangi efek pembekuan darah, menurunkan kadar kolesterol darah dan meminimalkan kejadian penyakit jantung. Berikut ditampilkan beberapa fungsi zat gizi pada Tabel 1. Zat gizi Tabel 1 Fungsi berbagai zat gizi mikro bagi manusia Fungsi Vitamin A Diperlukan untuk pertumbuhan & perkembangan jaringan- jaringan epithelium, syaraf & tulang Vitamin D Fosfor Besi Iodium Kalsium EPA Pengatur utama metabolisme mineral (kalsium & fosfor) tulang Unsur pokok tulang dan gigi Heme enzymes (hemoglobin dll) Berpengaruh dalam transportasi & metabolisme hormon thyroid Penyusun tulang dan gigi, pengatur syaraf dan fungsi otot Penting untuk keutuhan jaringan mitokondrial, berperan dalam pembentukan prostaglandin & leukotriene DHA Zat gizi penting bagi otak dan retina Sumber : Choo dan Williams (2003) diacu dalam Waysima (2011)

23 10 Picciano dan McDonald (2004) menyatakan, Vitamin A saat kehamilan dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan janin. Adapun kekurangan zat besi selama hamil dikaitkan dengan kematian ibu dan berat bayi lahir rendah. Iodium dibutuhkan selama kehamilan untuk sintesis hormon tiroid, yang penting untuk pematangan sistem syaraf pusat, terutama untuk proses mielinasi. Kekurangan iodium dapat menyebabkan kretinisme, keterbelakangan mental dan gangguan fungsi motorik. Seng dibutuhkan oleh ibu hamil karena dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Asam folat diperlukan selama hamil karena bertindak sebagai kofaktor untuk reaksi penting dalam sel, diperlukan dalam sintesis asam nukleat DNA. Truswell (2003) menyatakan bahwa asam folat merupakan zat gizi penting untuk replikasi DNA dalam pembelahan sel. Kekurangan asam folat pada ibu hamil dihubungkan dengan kejadian Neural Tube Defects (NTD), kelahiran prematur, BBLR dan hambatan pertumbuhan janin. Akibat dari kekurangan zat gizi saat kehamilan ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Beberapa kelainan akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi Zat Gizi Kekurangan Kelebihan Asam Folat Iodium Vitamin B Vitamin A Neural Tube Defects, anemia, BBLR, prematuritas, kematian prenatal tinggi Kerdil, abortus, IQ rendah, kelainan congenital Kelainan Jantung, Beri-beri IUGR, Gangguan penglihatan, tetratogenik Vitamin D Hipokalsemia Retardasi mental, hiperkalsemia Sumber: Manuaba 2001 Hibbeln et al. (2007), menyebutkan jika asupan makanan laut rendah selama kehamilan maka akan mengalami defisiensi asam lemak esensial seperti omega-3, DHA (asam docosahexaenoic) dan EPA (eicosapentaenoic acid) yang akibatnya bisa menyebabkan gangguan perkembangan syaraf janin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi sebanyak lebih 340 g selama seminggu menunjukkan adanya perkembangan syaraf anak yang menguntungkan dan sebaliknya ibu yang mengonsumsi makanan laut kurang dari 340 g perkembangan syaraf anaknya kurang optimal. Karena itu

24 11 pembatasan konsumsi makanan laut dapat menghambat perkembangan syaraf yang optimal. Kecukupan Gizi Ibu Hamil Karyadi & Muhilal (1985) menyatakan, kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, serta keadaan hamil dan menyusui. Berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 berikut ditampilkan angka kecukupan gizi bagi ibu hamil pada Tabel 3. Kebutuhan Tabel 3 Angka kecukupan gizi ibu hamil Wanita tidak hamil Usia 19- Usia tahun 49 tahun Trimester 1 Wanita hamil Trimester 2 Trimester 3 Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin D (ug) Vitamin E (mg) Vitamin K (ug) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Asam folat (ug) Peridoksin (mg) Vitamin B12 (ug) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Besi (mg) Iodium (ug) Seng (mg) Selenium (ug) Sumber : WNPG 2004 Dalam penghitungan kecukupan gizi yang dianjurkan, pada umumnya sudah diperhitungkan faktor variasi kebutuhan individual, sehingga angka kecukupan gizi yang dianjurkan setingkat dengan kebutuhan rata-rata ditambah dua kali simpangan baku (standar deviasi). Dengan demikian kecukupan yang dianjurkan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi. Untuk beberapa zat gizi, misalnya berbagai vitamin dan mineral sudah mencakup pula terciptanya

25 12 cadangan zat gizi bersangkutan dalam tubuh. Cadangan ini dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan pada waktu konsumsi zat gizi tersebut kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Kegunaan angka kecukupan gizi yang dianjurkan antara lain: a) menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi penduduk atau golongan masyarakat tertentu yang didapat dari hasil survey makanan b) perencanaan pemberian makanan tambahan balita maupun institusi c) perencanaan penyedian pangan tingkat regional maupun nasional. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII (2004), menetapkan kecukupan konsumsi protein per kapita per hari adalah 52 g protein dan yang berasal dari ikan untuk rata-rata penduduk Indonesia yang diharapkan dapat memenuhi standar gizi yaitu 9 g protein per hari.

26 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi genetik. Karena itu pemenuhan makanan saat kehamilan harus diperhatikan. Bukan hanya cukup secara kuantitas tapi juga secara kualitas. Pemenuhan akan zat gizi spesifik yang diperlukan ibu hamil maupun janin harus tercukupi. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi kualitas kehamilan maupun bayi yang dilahirkan. Kondisi sosial budaya, kepercayaan dan lingkungan akan berpengaruh terhadap pola pangan (food pattern) yang akhirnya akan berpengaruh terhadap pola pangan ikan dalam keluarga ibu hamil. Begitupun karakteristik ibu hamil akan berpengaruh terhadap pola pangan dan juga konsumsi pangan ibu hamil. Karakteristik tersebut meliputi keadaan sosial ekonomi, umur, pendidikan, dan besar keluarga. Pendidikan ibu hamil diduga akan mempengaruhi konsumsi pangan termasuk konsumsi ikan. Tingkat sosial ekonomi keluarga akan sangat menentukan jumlah pembelian pangan dan kemudian akan menentukan jumlah konsumsi pangan keluarga termasuk konsumsi ikan. Umur diduga dapat mempengaruhi pembelian terhadap suatu pangan termasuk ikan. Jumlah anggota keluarga akan sangat menetukan distribusi ketersedian pangan dalam rumah tangga. Choo & Williams (2003) dalam Waysima (2011) menyebutkan bahwa ikan merupakan salah satu sumber protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan seng. Zat gizi tersebut dibutuhkan oleh ibu saat kehamilan. Konsumsi pangan ikan maupun selain ikan akan mempengaruhi asupan energi dan zat gizi ibu hamil. Asupan energi dan zat gizi dari ikan akan berkontribusi terhadap asupan dan angka kecukupan zat gizi ibu hamil. Adapun yang mempengaruhi angka kecukupan gizi adalah kecukupan gizi yang dipengaruhi oleh umur, berat badan, tinggi badan, dan keadaan fisiologis (hamil). Secara keseluruhan, hubungan antar variabel disajikan pada Gambar 1.

27 14 Lingkungan, Sosial Budaya dan Kepercayaan Pola Pangan (food pattern) ibu hamil: Jenis pangan Frekuensi makan Jumlah Makanan pantangan Makanan yang dianjurkan Karakteristik: Sosial ekonomi Umur Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga Konsumsi Pangan: Jenis pangan jumlah Konsumsi Ikan: Frekuensi Jenis ikan Jumlah Kecukupan Gizi Ibu Hamil: Umur Berat badan Tinggi badan Keadaan hamil Energi dan Zat Gizi dari Ikan: Energi Protein Lemak Vitamin dan mineral Energi dan Zat Gizi makanan selain Ikan: Energi Protein Lemak Vitamin dan mineral Asupan Gizi Ibu Hamil Angka Kecukupan Gizi Tingkat Kecukupan Gizi Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang dianalisis Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

28 15 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar dari Studi tentang Status Gizi dan Pola Makan pada Wanita Pra-Hamil (Usia Subur), Ibu Hamil, dan Menyusui yang dilakukan oleh SEAFAST Center IPB. Desain penelitian mengacu terhadap metode penelitian tersebut, yaitu cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kota Bogor, meliputi enam kecamatan yaitu Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Tengah, Bogor Timur dan Tanah Sareal. Waktu pengumpulan data dimulai dari bulan September sampai Desember Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh penelitian adalah wanita hamil trimester kedua (3-6 bulan), berusia antara tahun yang berdomisili di Kota Bogor. Jumlah contoh ditetapkan dengan memperkirakan rata-rata prevalensi defisiensi zat gizi mikro anemia. Asumsi prevalensi anemia untuk ibu hamil adalah 50%, dengan α = 5%, d = 10%. Jumlah contoh dihitung dengan menggunakan rumus berikut: ket: n = jumlah contoh P = perkiraan prevalensi anemia α = batas kepercayaan (95%) d = presisi yang diinginkan di Kota Bogor. n (1-α) 2 P (1-P) d 2 Jumlah yang diambil sebanyak 203 wanita hamil dari keenam kecamatan Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang diperoleh meliputi data karakteristik contoh, pola pangan ikan dan konsumsi pangan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terstuktur. Pola pangan ikan dinilai menggunakan food frequency questionnaire (FFQ) selama satu minggu. Adapun konsumsi pangan diperoleh dengan metode recall (2x24 jam). Pola pangan ikan contoh meliputi jenis dan frekuensi konsumsi ikan merupakan perhitungan dari pengumpulan data disajikan pada Tabel 4. data FFQ. Secara rinci jenis dan cara

29 16 Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 1 Sosial ekonomi Pengeluaran keluarga (Rp/kap/bln) 2 Karakteristik responden dan keluarga 1. umur 2. tingkat pendidikan 3. jumlah anggota keluarga 4. pekerjaan Data Susenas 2009 Wawancara dengan kuesioner 3 Food recalls Konsumsi makanan Wawancara menggunakan Food Recall questionnaire (2x24 jam) 4 Kebiasaan makan Jenis dan frekuensi konsumsi makanan Pengolahan dan Analisis Data Wawancara menggunakan FFQ 1 minggu Tahapan pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis data. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan dianalisis menggunakan SPSS version 16,0 for Windows. Karakteristik sosial ekonomi. Pembagian kelompok umur tahun dan tahun didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) Status ekonomi ditetapkan kedalam tiga kategori yaitu kuintil-2, kuintil-3, dan kuintil-4 berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan (Susenas 2009). Pendidikan contoh dikelompokkan menjadi tamat SD/Sederajat, tamat SMP/Sederajat, tamat SMA/Sederajat, tamat PT. Pekerjaan dikelompokkan menjadi tidak bekerja/irt, karyawan swasta, wiraswasta, pedagang, guru, dan pembantu rumah tangga (PRT). Besar keluarga dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu keluarga kecil (2-4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar ( 8 orang) (BKKBN 1998). Tingkat keseringan konsumsi ikan. Frekuensi konsumsi ikan dikategorikan sangat jarang ( 2 kali/minggu), jarang (3-4 kali/minggu) dan sering ( 5 kali/minggu). Asupan energi dan zat gizi. Berdasarkan data recall (2x24 jam) kemudian dihitung asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, dan seng). Kandungan gizi ikan dan makanan selain ikan dihitung menggunakan tabel Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Asupan zat gizi dari ikan maupun dari makanan selain ikan dihitung dengan menggunakan rumus:

30 17 KGij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100) KGij : Kandungan zat gizi i dari pangan j dengan berat B g Bj : Jenis pangan j (g) Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD pangan j BDD : persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD) Kontribusi asupan energi dan zat gizi dari ikan terhadap asupan energi dan zat gizi seluruh makanan dihitung menggunakan rumus: Asupan gizi dari ikan / asupan seluruh makanan ibu hamil x 100% Kontribusi energi dan zat gizi ikan terhadap angka kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil dihitung menggunakan rumus: Asupan gizi dari ikan / Angka kecukupan zat gizi ibu hamil x 100% Untuk mengetahui hubungan antar karakteristik contoh digunakan korelasi rank spearman. Uji beda frekuensi konsumsi masing-masing kelompok ikan berdasarkan karakteristik contoh (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan dan besar keluarga) menggunakan uji independent sample test, uji oneway anova dan uji lanjut post-hoc. Uji beda jumlah konsumsi ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi menggunakan uji independent sample test, uji oneway anova dan uji lanjut post-hoc. Uji beda asupan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, seng dari ikan berdasarkan karakteristik contoh (tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan besar keluarga) menggunakan uji independent sample test, uji oneway anova dan uji lanjut posthoc. Begitupun uji beda kontribusi konsumsi ikan terhadap asupan dan kecukupan zat gizi berdasarkan tingkat sosial ekonomi menggunakan uji independent sample test, uji oneway anova dan uji lanjut post-hoc. Definisi Operasional Contoh adalah ibu hamil trimester II yang berdomisili di kota Bogor dan bersedia menjadi subjek penelitian. Besar keluarga adalah jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah dengan sumber perolehan makanan yang sama. Pengeluaran/ kapita/ bulan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh setiap anggota keluarga untuk membeli untuk membeli pangan dalam satu bulan.

31 18 Ikan adalah sumber daya ikan dan spesies biota perairan lainnya yang sebagian besar atau seluruh daur hidupnya berada di air. Ikan darat segar adalah ikan yang hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, atau dibudidayakan ditambak dan dipasarkan dalam keadaan segar. Ikan laut segar adalah adalah ikan yang hidupnya di laut dan dipasarkan dalam keaadaan segar. Ikan kering/asin adalah ikan laut maupun ikan darat yang telah diawetkan dengan cara menggabungkan antara penggaraman dengan pengeringan. Ikan pindang adalah ikan laut maupun ikan darat yang telah diawetkan melalui proses perebusan dan penggaraman dengan perlakuan teknis tertentu. Udang/cumi/kerang adalah binatang berkulit keras seperti udang maupun binatang lunak seperti cumi-cumi dan kerang (Lubis et al. 2005). Produk olahan ikan adalah ikan yang telah mengalami proses pengolahan secara modern. Kebiasaan makan adalah kebiasaan dalam memilih, memperoleh dan mengonsumsi makanan dan minuman. Makanan pantangan adalah makanan yang menjadi pantangan atau makanan yang dilarang serta yang menjadi tabu dalam masyarakat untuk dikonsumsi. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam waktu sehari yang diterjemahkan ke dalam gram. Konsumsi Ikan adalah jumlah ikan dan olahannya yang dimakan dalam waktu sehari diterjemahkan ke dalam gram. Frekuensi konsumsi ikan adalah berapa kali jumlah konsumsi pangan ikan dan olahannya dalam satu bulan. Asupan zat gizi adalah jumlah g makanan dan minuman yang dirubah ke dalam satuan energi, protein, lemak, asam folat, vitamin A, zat besi, kalsium dan seng. Kecukupan gizi ibu hamil jumlah masing-masing energi dan zat gizi (dengan penambahan sejumlah tertentu energi dan zat gizi di tiap trimester dengan mempertimbangkan umur, berat badan, tinggi badan) yang sebaiknya dipenuhi ibu hamil agar bisa hidup sehat baik diri maupun janin yang dikandungnya.

32 19 Kontribusi Konsumsi Ikan adalah persentase sumbangan energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, asam folat, seng dari ikan terhadap asupan dan kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil.

33 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Contoh Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah Ibu hamil trimester II yang berdomisili di kota Bogor. Umur contoh dalam penelitian berkisar antara 20 sampai 40 tahun. Sebaran contoh lebih banyak pada rentang usia tahun sebanyak 116 orang (57.1%) dan sisanya pada rentang tahun sebanyak 87 orang (42.9%). Sebaran contoh berdasarkan umur dan tingkat sosial ekonomi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan umur Umur Kuintil-2 kuintil-3 Kuintil-4 Total (tahun) n % n % n % n % Total (r = ; p = 0.002) Contoh yang berada pada rentang tahun meningkat jumlahnya seiring peningkatan sosial ekonomi. Sementara itu hal sebaliknya terjadi pada kelompok usia tahun. Uji rank spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.01) antara tingkat sosial ekonomi dengan umur contoh, dimana semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka akan semakin muda umur contoh. Umur yang lebih muda maka dikaitkan dengan produktifitasnya yang masih tinggi sehingga berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam bekerja, cara pandang dan pola berpikirnya untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai aktifitasnya yang tinggi (Nurmarchus 2006). Hal sebaliknya pada kelompok umur yang tua. Tingkat Pendidikan Contoh Komsan (2002) menyatakan bahwa tingkat ekonomi yang rendah akan menyebabkan risiko rawan ekonomi yang akhirnya akan menyebabkan keluarga tidak terjamin. Contoh yang menamatkan pendidikan SD sebanyak 29.1%, SMP (32.0%), SMA (33.5%) dan PT (5.4%). Contoh pada kuintil-3 dan kuintil-4 paling banyak menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA masing-masing sebesar 41.2%. Hal tersebut berbeda dengan contoh pada kuintil-2 dimana contoh paling banyak menamatkan pendidikannya di tingkat SD yaitu sebesar 42.6%. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan pada Tabel 6.

34 21 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan pendidikan Pendidikan Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-2 Total n % n % n % n % SD SMP SMA PT Total (r = 0.250; p = 0.000) Contoh yang menamatkan SD semakin menurun jumlahnya dengan meningkatnya tingkat sosial ekonomi. Contoh yang menamatkan SMP dari kuintil-2 ke kuintil-3 menurun kemudian meningkat kembali di kuintil-4. Adapun contoh yang menamatkan SMA dan PT relatif sama yaitu meningkat jumlahnya dengan meningkatnya tingkat sosial ekonomi. Uji rank spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.01) tingkat pendidikan contoh dengan sosial ekonomi, dimana semakin tinggi sosial ekonomi maka akan semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan. Hal tersebut bisa terjadi karena dengan tingkat sosial ekonomi tinggi maka kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi akan terbuka secara luas. Seseorang yang berpendidikan tinggi maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik terbuka lebih luas. Pekerjaan selanjutnya akan menentukan pendapatannya (Sumarwan 2002). Maka tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, artinya tingkat sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pendidikan begitupun tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi. Jenis Pekerjaan Sumber pendapatan dalam keluarga bisa berasal dari mana saja. Umumnya pendapatan berasal dari suami yang bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu sumber pendapatan dalam keluarga. Pendapatan tersebut nantinya akan menggambarkan tingkat sosial ekonomi. Selain suami yang bekerja ada beberapa contoh yang juga bekerja. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar (85.7%) contoh tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Karyawan swasta dan wirasawasta merupakan pekerjaan yang banyak dijadikan sumber mata pencaharian dengan meningkatnya tingkat sosial ekonomi. Pedagang merupakan pekerjaan yang menurun dari kuintil-2 ke kuintil- 3 kemudian meningkat lagi pada kuintil-4. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan tingkat sosial ekonomi disajikan pada Tabel 7.

35 22 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan Pekerjaan Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total n % n % n % n % IRT Karyawan swasta Wiraswasta Pedagang Guru PRT Total Guru dan PRT jumlahnya relatif sama dijadikan mata pencaharian di kuintil-2 dan kuintil-3 tetapi tidak sama sekali di kuintil-4. Walaupun pekerjaan seseorang sering dihubungkan dengan pendapatan, namun belum tentu pekerjaan seseorang akan menggambarkan tingkat sosial ekonominya. Besar Keluarga Contoh Anggota keluarga merupakan seseorang yang tinggal menetap, makan dan tidur dalam satu atap dalam sebuah rumah tangga. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan dalam keluarga. Sumarwan (2002), menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi terhadap suatu barang. Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan besar keluarga disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sosial ekonomi dan besar keluarga Besar Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Total Keluarga n % n % n % n % Kecil Sedang Besar Total (r = ; p = 0.004) Tabel 8 menunjukkan sebagian besar contoh termasuk ke dalam keluarga kecil sebanyak 62.1%, keluarga sedang sebanyak 33.0% dan hanya 4.9% yang tergolong kedalam kategori keluarga besar. Contoh yang termasuk dalam kategori keluarga kecil paling banyak (73.5%) terdapat di kuintil-4. Adapun contoh yang termasuk keluarga sedang paling banyak (41.2%) di kuintil-2, begitu pula contoh yang termasuk kategori keluarga besar sebagian besar (8.8%) tergolong ke dalam kuintil-2. Uji korelasi rank spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.01) antara sosial ekonomi contoh dengan besar keluarga, dimana semakin kecil keluarga maka akan semakin meningkat tingkat sosial ekonomi. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin kecil keluarga maka semakin sedikit anggota keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan ekonominya

36 23 sehingga pengeluaran ekonomi per kapita per bulan akan semakin besar. Hal sebaliknya dengan kondisi ekonomi yang sama semakin besar keluarga maka akan semakin banyak individu yang harus dipenuhi kebutuhan ekonominya sehingga pengeluaran ekonomi perkapita per bulan menjadi kecil. Kondisi tersebut yang diduga menyebabkan dengan semakin kecil keluarga maka akan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi contoh. Pola Pangan Ikan Tingkat Keseringan Contoh Mengonsumsi Ikan Berdasarkan data FFQ, dari 203 contoh hanya 193 (95.1%) yang biasa mengonsumsi ikan sehingga untuk menganalisis pola pangan ikan hanya digunakan 193 contoh. Contoh yang mengonsumsi ikan di kuintil-2 (97.6%), kuntil 3 (95.0%) dan kuintil-4 (92.6%). Data tersebut menggambarkan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka semakin sedikit contoh yang mengonsumsi ikan. Ikan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu ikan darat segar, ikan laut segar, ikan kering/asin, ikan pindang, udang, cumicumu, kerang, produk olahan ikan. Kelompok ikan yang termasuk ikan darat segar adalah ikan bandeng, gurame, lele, mas, mujair, nila, patin, dan sepat. Ikan bawal, kembung, pari dan salem atau salmon dikelompokkan ke dalam ikan laut segar. Kelompok ikan kering/asin terdiri dari cumi-cumi, ikan asin, cucut, etem, gabus, jambal, japuh, pari, selar, teri, usam, udang dan udang rebon. Kelompok ikan pindang terdiri dari dua jenis ikan yaitu ikan cue dan ikan tongkol. Udang, cumi-cumi segar, kerang tiram dan tutut dikelompokkan kedalam kelompok udang/cumi/kerang. Adapun kelompok produk olahan ikan terdiri dari nugget dan sardine. Berdasarkan frekuensi konsumsi ikan selama satu bulan selanjutnya dibuat tingkat keseringan konsumsi ikan. Tabel 9 menunjukkan kategori frekuensi atau tingkat keseringan contoh dalam mengonsumsi berbagai kelompok ikan per bulan. Jumlah contoh yang mengonsumsi kelompok ikan dengan frekuensi sangat jarang lebih banyak daripada sering. Begitupun jumlah contoh yang mengonsumsi dengan frekuensi jarang lebih banyak daripada sering. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mengonsumsi ikan dengan frekuensi sangat jarang, hal tersebut mungkin dilakukan hanya untuk menciptakan variasi menu dalam keluarga.

37 24 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat keseringan mengonsumsi ikan Kelompok Ikan Sangat Jarang ( 2kali/minggu) Jarang (3-4kali/minggu) Sering ( 5kali/minggu) n % n % n % ikan darat segar ikan laut segar ikan kering/asin ikan pindang udang/cumi/kerang produk olahan ikan Jumlah contoh paling banyak mengonsumsi ikan dengan frekuensi sangat jarang pada kelompok ikan pindang (30.1%). Frekuensi konsumsi ikan jarang paling banyak pada kelompok ikan darat segar (17.6%). Adapun contoh yang mengonsumsi ikan dengan frekuensi sering paling banyak mengkonsumi ikan kering/asin (19.7%). Produk olahan ikan (sardine dan nugget) tidak ada satu pun contoh yang mengonsumsi dengan frekuensi sering. Hasil penelitian Widyawati (2001) menunjukkan hasil yang hampir sama dimana ikan kering/asin merupakan jenis ikan yang paling disenangi di kota Bogor. Contoh sering mengonsumsi kelompok ikan kering/asin yang utamanya adalah ikan teri (Lampiran 1). Keseringan contoh dalam mengonsumsi ikan kering asin karena ikan asin yang harganya relatif murah dibandingkan ikan lain. Waysima (2011) menyatakan ikan kering/asin merupakan jenis ikan yang murah dimana menurut Sediaoetama (1999) kelas ekonomi menengah ke bawah yang paling banyak membeli jenis ikan tersebut. Hanya dengan sedikit uang maka akan didapat ikan kering/asin yang banyak untuk pelengkap makan dengan nasi. Harga yang murah tersebut diduga menjadi salah satu alasan banyak contoh yang mengonsumsi ikan kering/asin dengan frekuensi sering. Hal lain yang diduga menjadi penentu keseringan seseorang dalam mengonsumsi suatu pangan adalah kesukaan terhadap suatu pangan. Waysima (2011) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi keseringan mengonsumsi ikan laut adalah peubah wilayah pesisir, sikap dan persepsi tentang ikan laut. Seperti yang diketahui bahwa penelitian ini dilakukan di Kota Bogor yang jauh dari wilayah pesisir sehingga tidak mengherankan apabila jumlah contoh yang mengonsumsi ikan/kering asin dengan frekuensi sering paling banyak. Karena untuk memasarkan ikan laut segar dari daerah pesisir ke daerah dataran tinggi seperti Bogor perlu waktu sehingga dibutuhkan cara agar ikan tetap awet salah satunya dengan dikeringkan dan diasinkan. Waysima

38 25 (2011) juga menyatakan bahwa ibu-ibu di daerah pedalaman yang jauh dari pantai menganggap ikan kering/asin paling mudah ditemui. Kondisi tersebut menyebabkan contoh akan lebih sering menemukan jenis ikan kering/asin di pasar-pasar sehingga peluang untuk membeli jenis ikan tersebut juga akan lebih besar. Frekuensi Konsumsi Ikan berdasarkan Tingkat Sosial Ekonomi Berdasarkan Tabel 10, contoh yang mengonsumsi ikan darat segar jumlahnya semakin banyak dengan meningkatnya tingkat sosial ekonomi namun frekuensinya menurun dari kuintil-3 ke kuintil-4 dengan frekuensi terbesar (12.0 kali/bln) di kuintil-3 dan terendah (8.6 kali/bln) di kuintil-4. Berbeda dengan ikan darat segar, contoh yang mengonsumsi ikan laut segar dan ikan kering/asin jumlahnya semakin banyak dengan meningkatnya sosial ekonomi namun turun dari kuintil-3 ke kuintil-4, tetapi frekuensi konsumsinya relatif menurun dengan semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dengan frekuensi terbesar di kuintil-2 dan terendah di kuintil-3. Adapun contoh yang mengonsumsi ikan pindang jumlahnya relatif menurun dengan semakin tingginya tingkat sosial ekonomi, tetapi frekuensi konsumsinya relatif meningkat dengan frekuensi terbesar di kuintil-4. Tabel 10 Sebaran contoh dan frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi Kelompok Ikan Kuintil-2 (n=66) Kuintil-3 (n=64) Kuintil-4 (n=63) n % frek /bln n % frek /bln n % frek /bln Total (n=193) n % ikan darat segar ikan laut segar ikan kering/asin ikan pindang udang/cumi/ kerang * produk olahan ikan *signifikan pada level 0.1 (2-tailed) antara Kuintil-3 dan Kuintil-4 Hal berbeda pada contoh yang mengonsumsi udang/cumi/kerang jumlahnya semakin banyak dengan meningkatnya sosial ekonomi namun frekuensinya meningkat dari kuintil-2 ke kuintil-3 kemudian menurun di kuintil-4. Berdasarkan uji lanjut post-hoc didapat perbedaan frekuensi konsumsi udang/cumi/kerang yang signifikan (p<0.1), frekuensi konsumsi berbeda secara signifikan antara kuintil-3 dan kuintil-4 dimana frekuensi konsumsi di kuintil-3 (11.6 kali/bln) lebih besar daripada kuintil-4 (6.5 kali/bln). Hal tersebut p

39 26 dimungkinkan karena contoh di kuintil-4 lebih memilih sumber protein hewani lain dibandingkan udang/cumi/kerang. Hal yang juga berpengaruh terhadap konsumsi suatu pangan adalah tabu atau mitos yang dipercaya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Soedikarijati (2001) dalam tesisnya menyebutkan bahwa sosiobudaya menimbulkan mitos dan tabu yang dikaitkan dengan ibu hamil. Mitos tersebut antara lain ibu hamil dilarang makan cumi-cumi karena dikhawatirkan bayi yang dilahirkan tanpa tulang dan dilarang makan udang karena dikhawatirkan anak yang dilahirkan menjadi bodoh. Mungkin karena tersugesti oleh hal tersebut maka frekuensi konsumsi udang/cumi/kerang contoh di kuintil-4 menjadi lebih rendah daripada di kuintil-3. Adapun contoh yang mengonsumsi produk olahan ikan jumlahnya meningkat dari kuintil-2 ke kuintil-3 kemudian menurun di kuintil-4, namun frekuensinya meningkat dengan semakin meningkatnya sosial ekonomi contoh. Produk olahan ikan merupakan kelompok ikan yang paling sedikit dikonsumsi oleh contoh (4.1%). Kondisi berbeda pada kelompok ikan kering/asin dan ikan pindang dimana sebagian besar contoh (63.7%) mengonsumsi jenis ikan kering/asin kemudian disusul ikan pindang (51.3%). Ikan teri merupakan jenis ikan kering/asin yang paling banyak dikonsumsi sedangkan ikan tongkol merupakan jenis ikan pindang yang paling banyak dikonsumsi (Lampiran 1). Hasil penelitian Widyawati (2001), juga menyatakan bahwa jenis ikan yang banyak dipasarkan di Kota Bogor adalah ikan asin, ikan pindang dan terasi. Jenis ikan asin yang paling disenangi pertama adalah ikan teri dan yang kedua ikan pari sedangkan ikan pindang yang paling disenangi adalah ikan tuna dan ikan tongkol. Frekuensi Konsumsi Ikan berdasarkan Kelompok Umur Hardinsyah (2007), menyatakan pengalaman gizi (umur) dapat mempengaruhi pengetahuan gizi yang kemudian akan mempengaruhi keragaman konsumsi pangan. Tabel 11 sekilas menunjukkan contoh yang mengonsumsi ikan darat segar, ikan laut segar dan produk olahan ikan menurun jumlahnya dengan peningkatan umur namun frekuensi konsumsi ikan laut segar relatif meningkat dengan peningkatan umur. Berikut disajikan frekuensi konsumsi ikan berdasarkan kategori umur pada Tabel 11.

40 27 Tabel 11 Sebaran contoh dan frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan umur Kelompok Ikan Umur (n=109) Umur (n=84) n % frek/bln n % frek/bln p ikan darat segar ikan laut segar ikan kering/asin ikan pindang udang/cumi/kerang produk olahan ikan Frekuensi contoh yang mengonsumsi ikan kering/asin, ikan pindang dan udang/cumi/kerang meningkat dengan peningkatan umur, namun jumlah contoh yang mengonsumsi ikan pindang dan udang/cumi/kerang menurun jumlahnya. Uji independent sample test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan kelompok umur. Penelitian Widyawati (2001) menunjukkan hasil yang hampir sama, dimana dengan peningkatan umur maka konsumsi ikan asin dan ikan pindang meningkat tetapi tidak signifikan. Walaupun terdapat perbedaan frekuensi konsumsi kelompok ikan berdasarkan kelompok umur, perbedaan tersebut diduga lebih dikarenakan besarnya pendapatan dan banyaknya kebutuhan dalam rumah tangga. Frekuensi Konsumsi Ikan berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan seseorang tentunya akan sedikit banyak mempengaruhi pengetahuan akan pangan dan gizi. Berdasarkan Tabel 12 sekilas dapat diketahui bahwa frekuensi konsumsi ikan darat segar semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan contoh. Hal yang berbeda terjadi pada frekuensi ikan laut segar yang menurun seiring dengan penurunan tingkat pendidikan. Frekuensi konsumsi ikan kering/asin relatif menurun dengan peningkatan pendidikan. Frekuensi konsumsi ikan pindang menurun dari tingkat pendidikan SD sampai SMA namun meningkat kembali pada PT. Hal yang berbeda pada frekuensi konsumsi udang/cumi/kerang yang meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Adapun produk olahan ikan sama sekali tidak dikonsumsi oleh contoh PT. Berdasarkan uji oneway anova tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan tingkat pendidikan. Hal tersebut dikarenakan interval rata-rata frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan tidak berada pada rentang yang jauh. Hardinsyah (2007) menyatakan, semakin tinggi pendidikan formal seseorang maka akses terhadap

41 28 media massa semakin tinggi yang berarti akses terhadap pengetahuan gizi semakin tinggi. Sumarwan (2002) juga menyatakan, pendidikan akan mempengaruhi proses dan keputusan dan pola konsumsi seseorang. Seorang yang mempunyai pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif dalam menanggapi sebuah informasi dan juga mempengaruhi pemilihan produk atau merek. Selera konsumen terhadap suatu produk juga dipengaruhi oleh pendidikan. Maka diduga ada faktor lain yang menyebabkan frekuensi konsumsi ikan berdasarkan tingkat pendidikan tidak berbeda secara signifikan yaitu faktor kesukaan dan persepsi terhadap ikan yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Tabel 12 Sebaran contoh dan frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan pendidikan Kelompok Ikan ikan darat segar SD (n=58) SMP (n=62) SMA (n=62) PT (n=11) frek/ frek/ frek/ frek/ n % n % n % % bln bln bln n bln ikan laut segar ikan kering/ asin Ikan pindang udang/cumi/ kerang produk olahan ikan Adapun jumlah contoh yang mengonsumsi ikan kering/asin dan ikan pindang jumlahnya relatif menurun dengan peningkatan pendidikan. Hal tersebut dihubungkan dengan WHO (1997) yang menganjurkan membatasi konsumsi ikan asin untuk mengurangi konsumsi garam berlebihan yang digunakan dalam pengawetan ikan asin dan ikan pindang dikaitkan dengan diet dan penyakit kanker. Contoh yang yang berpendidikan lebih tinggi tentunya akan lebih besar peluang memperoleh informasi tersebut sehingga juga akan mempengaruhi konsumsinya. Hal berbeda terjadi pada contoh yang mengonsumsi ikan darat segar, ikan laut segar dan udang/cumi/kerang dimana jumlahnya relatif meningkat dengan peningkatan pendidikan. Hal tersebut dikaitkan dengan pendidikan yang lebih tinggi akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik pula yang selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh (Sumarwan 2002). Akibat pendapatan yang lebih tinggi maka alternatif pilihan jenis ikan akan banyak pula. Ikan darat segar, ikan laut segar dan udang/cumi/kerang adalah kelompok ikan p

42 29 yang relatif mahal namun dapat dibeli oleh contoh berpendapatan tinggi sehingga jumlah contoh yang mengonsumsi meningkat dengan peningkatan pendidikan. Frekuensi Konsumsi Ikan berdasarkan Besar Keluarga Jumlah anggota dalam keluarga akan mempengaruhi jumlah pembelian bahan pangan. Berikut disajikan frekuensi konsumsi ikan contoh berdasarkan besar keluarga pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh dan frekuensi konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan besar keluarga kecil (n=120) sedang (n=64) besar (n=9) Kelompok Ikan frek/ frek/ frek/ p % n % n % n bln bln bln ikan darat segar * a,b ikan laut segar ikan kering/asin ikan pindang udang/cumi/kerang produk olahan ikan *signifikan pada level 0.1 (2-tailed) a signifikan antara keluarga kecil dan besar b signifikan antara keluarga sedang dan besar Tabel 13 menunjukkan semakin besar keluarga maka frekuensi konsumsi ikan kering/asin cenderung meningkat, hal sebaliknya terjadi pada kelompok ikan yang lain. Namun uji post-hoc menunjukkan terdapat pebedaan yang signifikan (p<0.1) hanya pada frekuensi konsumsi ikan darat segar berdasarkan besar keluarga, dimana terdapat perbedaan antara keluarga kecil dan keluarga besar juga antara keluarga sedang dan keluarga besar. Frekuensi konsumsi terbesar pada keluarga sedang (10.8 kali/bln) diikuti keluarga kecil (10.6 kali/bln) dan paling rendah adalah keluarga besar (5.2 kali/bln) walaupun jumlah contoh yang mengonsumsi lebih banyak pada keluarga besar dibandingkan keluarga kecil dan keluarga sedang. Frekuensi konsumsi yang lebih besar di keluarga sedang dan kecil daripada keluarga besar diduga karena persepsi tentang harga ikan darat yang relatif mahal sehingga frekuensi terhadap jenis ikan tersebut menurun pada contoh yang termasuk dalam keluarga besar. Sumarwan (2002), menyatakan jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi jumlah dan konsumsi terhadap suatu barang. Keluarga yang mempunyai anggota lebih banyak akan membeli bahan pangan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Oleh sebab itu dibutuhkan ikan yang harganya murah untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga.

43 30 Kondisi ini dapat dibandingkan dengan jumlah contoh maupun frekuensi konsumsi ikan kering/asin walaupun tidak signifikan yang meningkat dengan peningkatan besar keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa contoh lebih sering mengonsumsi ikan kering/asin yang relatif murah harganya untuk memenuhi kebutuhan lauk anggota keluarganya yang lebih banyak. Ikan kering/asin harganya relatif murah jika dibandingkan dengan kelompok ikan yang lain (Sediaoetama 1999, Waysima 2011). Oleh karena itu selain besar keluarga maka faktor lain yang diduga mempengaruhi frekuensi konsumsi ikan adalah harga. Konsumsi Ikan Contoh Berdasarkan data recall (2x24 jam) didapatkan rata-rata jumlah konsumsi berbagai kelompok ikan sehari. Konsumsi ikan darat segar relatif sama antar tingkat sosial ekonomi tetapi terendah pada kuintil-3 yaitu 41.4±20.7 g. Tabel 14 menunjukkan rata-rata jumlah konsumsi kelompok ikan laut segar cenderung meningkat dengan peningkatan ekonomi, dimana konsumsi tertinggi pada kuintil- 4 sebesar 34.4±19.0 g. Hal tersebut wajar karena dengan kemampuan ekonomi yang tinggi maka contoh pada kuintil-4 tentunya dapat membeli ikan laut segar yang harganya relatif mahal lebih banyak dibandingkan kuintil-3 dan kuintil-2. Adapun jumlah konsumsi ikan kering/asin menurun seiring peningkatan tingkat sosial ekonomi. Kondisi tersebut diduga dengan peningkatan tingkat sosial ekonomi maka contoh lebih memilih jenis ikan atau jenis pangan hewani lain dan ikan kering/asin dianggap barang inferior. Tabel 14 Rata-rata jumlah konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi Kelompok Ikan Kuitil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 n Jumlah (g) n Jumlah (g) n Jumlah (g) p Ikan darat segar ± ± ± Ikan laut segar ± ± ± Ikan kering/asin ± ± ± Ikan pindang ± ± ± Udang/cumi/ ± ± ± kerang Produk olahan ± ikan Hal yang berbeda terjadi pada jumlah konsumsi ikan pindang dan udang/cumi/kerang yang meningkat dari kuintil-2 ke kuintil-3 namun kemudian menurun di kuintil-4. Produk olahan ikan hanya dikonsumsi oleh contoh di kuintil-

44 31 2 dengan rata-rata konsumsi sebesar 26.2±22.3 g. Berdasarkan uji oneway anova tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.1) konsumsi berbagai kelompok ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi. Hal tersebut diduga karena rata-rata konsumsi masing-masing kelompok ikan berada pada selang yang tidak terlalu jauh. Berikut ditampilkan konsumsi ikan secara keseluruhan pada Gambar ± ± ± ±18.5 Gambar 2 Rata-rata konsumsi ikan berdasarkan tingkat sosial ekonomi Gambar 2 menunjukkan rata-rata konsumsi ikan contoh meningkat dari kuintil-2 ke kuintil-3 namun kemudian menurun pada kuintil-4. Konsumsi ikan paling tinggi pada kuintil-3 yaitu sebesar 33.2±22.1 g. Secara total rata-rata konsumsi ikan contoh sebesar 30.5±25.2 g. konsumsi ikan contoh masih jauh di bawah rata-rata konsumsi nasional. Rata-rata konsumsi ikan penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar kg ikan per kapita tahun (KKP 2011) atau 83.5 g ikan per kapita per hari. Waysima (2011) menyatakan bahwa rata-rata konsumsi ikan di daerah pedalaman yang jauh dari pantai memang lebih rendah daripada di daerah pantai. Konsumsi ikan yang rendah dari contoh dimungkinkan karena daerah penelitian atau Kota Bogor memang jauh dari pantai. Asupan Energi dan Zat Gizi dari Ikan Dari 193 contohyang biasa mengonsumsi ikan hanya 151 contoh (78.2%) yang mengonsumsi ikan pada saat recall (2x24 jam). Karena itu untuk menganalisis asupan energi dan zat gizi maupun kontribusi energi dan zat gizi ikan digunakan 151 contoh. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan juga janin yang dikandung maka ibu hamil membutuhkan asupan energi dan zat gizi yang diperoleh dari makanan dan juga minuman.

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin

TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin 4 TINJAUAN PUSTAKA Proses Kehamilan dan Tumbuh Kembang Janin Awal terjadinya kehamilan yang dialami seorang wanita diawali dengan adanya konsepsi. Pada tahap ini faktor gizi sangat berperan penting untuk

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi selama Kehamilan dan Menyusui Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN 2003 Zulhaida Lubis Posted: 7 November 2003 STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN Oleh :Zulhaida Lubis A561030051/GMK e-mail: zulhaida@.telkom.net Pendahuluan Status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Nutrisi Ibu Hamil Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PENYULUHAN 1 Tema : Nutrisi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologi. Status gizi merupakan hal yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan

Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan Nurasmi, Susanti, dan Yuni Retnowati FIKES Universitas Borneo Tarakan Phone: +62 551 5511158 Abstrak Di Indonesia terjadi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Hamil

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Hamil GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Hamil By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Fisiologis Kehamilan Kehamilan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA.

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA. POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Djuwita Andini PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan LAMPIRAN KUESIONER Identitas 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : a. < 20 tahun b. 20-30 tahun c. 31-40 tahun d. > 40 tahun 4. Pendidikan formal terakhir : a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD b. SD / sederajat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci