Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.3Agustus 2017 :"

Transkripsi

1 ANALISIS KAUSALITAS ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA Annissa Nabella 1*, Aliasuddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, annissanabella@yahoo.com 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, aliasuddin@fe.unsyiah.ac.id Abstract This study aimed to analyze the causal relationship between inflation and unemployment in Indonesia. The study uses Granger Causality model and data are biannually from 2005:01 to 2016: 02. The results show that the inflation significantly affects unemployment and otherwiseunemployment variable affectsinflation. Causality test results indicate bi-directional between inflation and unemployment in Indonesia in 2005 through Keywords: Inflation, Unemployment, Granger Causality. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara inflasi dan pengangguran di Indonesia.Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Granger Causalitydengan menggunakan data dalam bentuk semesteran dari tahun 2005:01 hingga tahun 2016:02.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi secara signifikan memengaruhi pengangguran dan begitu pula sebaliknya variabel pengangguran memegaruhi variabel inflasi.hasil uji kausalitas menunjukkan adanya hubungan dua arah antara inflasi dan pengangguran di Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan tahun Kata Kunci : Inflasi, Pengangguran, Granger Causality. PENDAHULUAN Inflasi dan pengangguran merupakan dua permasalahan perekonomian yang dihadapi setiap negara, kedua permasalahan ini dapat mengakibatkan beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, maupun sosial.dalam sebuah negara tingkat inflasi dan pengangguran merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Apabila tingkat inflasi dan pengangguran tinggi akan berdampak buruk bagi perekonomian di suatu negara yang akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat. Inflasi masih menjadi masalah yang selalu dihadapi oleh setiap perekonomian tidak terkecuali Indonesia. Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Walaupun terjadi kenaikan barang-barang tersebut tidaklah secara bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu (Nopirin, 2009). 423

2 Dalam pengertian lain inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Angka inflasi juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa terutama lapisan masyarakat berpenghasilan tetap.selain itu, inflasi juga merupakan salah satu indikator pengendalian ekonomi makro yang berdampak luas terhadap berbagai indikator ekonomi lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015). Selain inflasi, masalah ekonomi lainnya adalah pengangguran.pengangguran adalah angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan, tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang sama sekali sedang tidak mencari pekerjaan sehingga tidak bekerja.menurut Mankiw (2006) pengangguran adalah masalah makroekonomi yang memengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat, undang-undang yang menetapkan upah minimumyang tinggi akan meningkatkan pengangguran di kalangan angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman. Masalah pengangguran masih menjadi masalah yang besar, tidak hanya di Indonesia bahkan di banyak negara termasuk negara maju.sebagai contoh, jumlah pengangguran di Indonesia relatif tinggi, padahal Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki begitu banyak sumber daya yang dapat diolah menjadi lapangan pekerjaan.pengangguran ini relatif tinggi karena jumlah penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Didukung oleh pernyataan Muhdar (2015),faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut: pertama, besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Kedua, struktur lapangan kerja tidak seimbang.ketiga, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.keempat, meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia.Kelima, penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Baharin, dkk.(2012), tingkat pengangguran di Malaysia dipengaruhi oleh beberapa variabel makroekonomi yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pertumbuhan penanaman modal asing (FDI), keterbukaan ekonomi dan inflasi.hal ini menunjukkan bahwa inflasi juga memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran di Malaysia. Hubungan antara tingkat inflasi dan pengangguran ini merujuk pada teori seorang ekonom pada tahun 1958, yaitu A.W. Phillips yang menerbitkan sebuah artikel di jurnal The Relationship between Unemployment and the Rate of Change of Money Wages in the United Kingdom, Pada artikel tersebut Phillips mengamati hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan tingkat inflasi upah dalam data untuk Inggris.Samuelson dan Solow menyebut hubungan negatif antara perubahan harga dan tingkat upah dengan istilah kurva Phillips (Phillips curve). Kurva Phillips memperlihatkan kombinasi inflasi dan pengangguran yang timbul dalam jangka pendek ketika pergeseran pada kurva permintaan agregat memindahkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, dikotomi klasik akan berlaku, pengangguran akan kembali ke tingkat alamiah, serta tidak ada trade-off antara inflasi dan pengangguran (Mankiw, 2006).Becchetti dkk.(2010)menyatakan inflasi dan pengangguran merupakan dua indikator yang terus menerus diamati, karena dari dua indikator inilah dapat dinilai bagaimana kinerja perekonomian suatu negara. 424

3 TINJAUAN PUSTAKA Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus, dari definisi ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga kriteria yang perlu diamati untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan terjadi terus-menerus dalam rentang waktu tertentu (Murni, 2006).Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2008). Inflasi dapat juga terjadi apabila berbagai golongan dalam perekonomian berusaha untuk memperoleh tambahan pendapatan relatif yang lebih besar dari kenaikan produktivitasnya. Bila pengharapan (expectation) yang terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan barang dan jasa naik terlalu cepat dibandingkan pertambahan output yang dapat dicapai perekonomian tersebut, atau ditimbulkan oleh faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Hal ini akan menyebabkan harga-harga akan mengalami kenaikan (Nasution, 1998). Inflasi cenderung menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat.sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap.inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu upah riil pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami kemerosatan (Sukirno, 2006). Dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu : 1. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan (demand-side inflation) atau inflasi karena guncangan permintaan adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat (Nanga, 2005). 2. Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation) Inflasi dorongan biaya atau juga disebut inflasi sisi penawaran (supply-side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar (Nanga, 2005). Menurut Boediono (2008) berdasarkan atas besarannya inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu : a. Inflasi rendah (dibawah 10 persen setahun) b. Inflasi sedang (antara 10 persen-30 persen setahun) c. Inflasi tinggi (antara 30 persen-100 persen setahun) d. Hiper inflasi (diatas 100 persen setahun). Inflasi sangat terkait dengan pengangguran.pengangguran adalah orang-orang yang usianya berada dalam usia angkatan kerja tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau tidak mempunyai penghasilan, tapi sedang berusaha mecari pekerjaan (Murni, 2006). Menurut Dornbusch, dkk.(2008), tingkat pengangguran (unemployment rate) mengukur banyaknya angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dipanggil bekerja kembali.inflasi dan penggangguran mempunyai hubungan yang sangat khusus dan dibuktikan oleh beberapa penelitian. Menurut Sukirno(2004), jika dilihat dari sebab-sebab timbulnya,pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis sebagai berikut : Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment) Pengangguran yang timbul akibat ada perpindahan orang atau sekelompok orang dari 425

4 satu daerah ke daerah lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain dan karena tahapan siklus hidup yang berbeda. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment) Pengangguran ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian yang menyebabkan kelemahan di bidang keahlian lain. Beberapa faktor yang menyebabkan pengangguran ini adalah adanya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri sangat menurun karena pesaing di negara lain lebih unggul. Hal ini menyebabkan pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi menganggur.dengan demikian pengangguran jenis ini terjadi karena adanya perubahan struktur kegiatan ekonomi. Pengangguran Siklus (Cyclical Unemployment) Pengangguran ini terjadi karena adanya gelombang konjungtur, yaitu adanya resesi atau kemunduran dalam kegiatan ekonomi yang menimbulkan menurunnya permintaan agregat mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya maka pengangguran akan bertambah. Pengangguran teknologi Pengangguran ini terjadi karena adanya penggunaan bahan kimia dan alat-alat teknologi yang semakin modern.misalnya penggunaan racun lalang dan rumput yang dapat menggantikan tenaga kerja untuk membersihkan kebun dan mesin pengemas barang yang juga menggantikan tugas para pekerja dalam bidang tersebut. Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran sesuatu masyarakat adalah tingkat pendapatan.pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang akan dituju. Apabila keadaan pengangguran di suatu negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Sukirno, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor A.W Phillips (1958) tentang perekonomian Inggris periode menunjukkan adanya hubungan negatif dan non linier antara kenaikan tingkat upah atau inflasi tingkat upah (wage inflation) dengan pengangguran (unemployment).biaya dari pengurangan tingkat pengangguran adalah inflasi (naiknya tingkat upah) (Raharja & Manurung, 2008). Menurut Dornbusch, dkk. (2008), kurva Phillips adalah hubungan terbalik antara tingkat pengangguran dan tingkat kenaikan upah nomial.semakin tinggi tingkat pengangguran, maka semakin rendah tingkat inflasi upah. Dengan kata lain, terdapat trade-offantara inflasi upah dan pengangguran.hal ini juga di perjelas oleh Samuelson dan William (1992) yang berpendapat negara dapat mengusahakan tingkat pengangguran yang lebih rendah apabila bersedia membayar dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi.trade-offtersebut ditunjukkan oleh tingkat kemiringan kurva Phillips. Ahli ekonomi yang meneliti hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran adalah Samuelson dan Solow. Kedua ahli ini mencoba mengkaitkan harga dengan upah-uang (money-wages) atau upah-nominal (nominal-wages) melalui suatu mark-up atas unit labor costs. Kenaikan di dalam upah-uang akan menyebabkan unit labor costs mengalami kenaikan dan dengan persentase mark-up atas biaya tertentu, maka harga-harga akan naik. Dengan upah-uang tertentu, maka kenaikan di dalam produktivitas tenaga kerja, yang dapat diukur dengan perubahan pada output per tenaga kerja (produk rata-rata tenaga kerja) akan menyebabkan unit labor costs turun, maka hal ini akan menyebabkan penurunan tingkat harga(nanga, 2005). Ada beberapa pendapat tentang hubungan inflasi dan pengangguran.menurut Rahardja 426

5 dan Manurung (2008) hasil temuan Profesor Phillips diadopsi oleh ekonom Keynesian untuk menjelaskan adanya trade-off antara tingkat inflasi dan pengangguran.hubungan inflasi dan pengangguran seperti yang diungkapkan Phillips dan diadopsi kaum Keynesian, dan dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis kurva AD-AS dalam analisis jangka pendek.faktor produksi umumnya bersifat tetap (fixed input), karena itu pertumbuhan penawaran agregat tidak bisa secepat pertumbuhan permintaan agregat. Jika dianggap ada hubungan yang tetap antara kesempatan kerja (N) dengan tingkat output(y), maka bertambahnya output akan menambah kesempatan kerja. Jumlah tenaga kerja juga dianggap tetap, maka penambahan kesempatan kerja akan mengurangi pengangguran. Kedua, kaum moneteris juga percaya dalam jangka pendek trade-off antara inflasi dan pengangguran terjadi, dan periode penyesuaian (adjustmen period) adalah panjang, meskipun tidak sepanjang yang diprediksi oleh kaum Keyneisan.Kurva Phillips jangka panjang menurut pandangan Moneteris akan tegak lurus (vertical) pada tingkat pengangguran alamiah dan tidak terdapat trade-offjangka panjang diantara inflasi dan pengangguran. Aliran Moneteris tidak mendukung penggunaan kebijakan moneter yang ekspansif untuk mengurangi tingkat pengangguran dibawah tingkat pengangguran alamiah. Dengan kata lain, tidak mendukung penggunaan pengawasan upah atau harga sebagai cara untuk menurunkan tingkat inflasi(nanga, 2005). Ketiga, aliran ekspektasi rasional atau aliran makroekonomi klasik yang baru tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa antara inflasi dan pengangguran terdapat hubungan trade-off, bahkan dalam jangka pendek sekalipun.aliran ekspektasi rasional ini mempercayai tidak ada hubungan trade-offdiantara inflasi dan pengangguran.berdasarkan pandangan ini, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang bersifat diskresioner atau aktif tidak memiliki pengaruh atas kesempatan kerja dan output, tetapi hanya berpengaruh pada tingkat harga (Nanga, 2005). METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah pada bidang ekonomi, khususnya ekonomi moneter yang berhubungan dengan inflasi dan pengangguran.pembatasan ini dilakukan untuk mengarahkan peneliti pada satu titik tujuan permasalahan agar lebih terarah dan hasil estimasi data lebih maksimal.jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data semesteran dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :02 yang bersumber dari website BPS dan berbagai situs lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Vector Autoregression (VAR). Model ini mengasumsikan dan memperlakukan semua variabel sebagai variabel endogen. Model VAR ini memiliki beberapa pengujian antara lain: uji stasioneritas, penentuan lag optimal, uji kausalitas Granger, Impulse Response Function dan Variance Decomposition. Pembentukan model VAR sangat terkait erat dengan masalah stationaritas data dan kointegrasi antar variabel didalamnya.langkah pertama pembentukan model VAR adalah melakukan uji stationaritas data. Jika data adalah stationer pada tingkat level maka untuk selanjutnya bisa digunakan model VAR biasa (unrestricted VAR), sebaliknya jika data stasioner pada proses diferensi maka perlu dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak. Jika terdapat kointegrasi maka model yang akan digunakan adalah Vector Error Corection Model (VECM). Model VECM merupakan model yang terestriksi karena adanya kointegrasi di dalam sistem VAR (Widarjono, 2007). 427

6 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Model VAR yang akandigunakan dalam penelitian ini adalah VAR dengan dua variabel. Kedua variabel tersebut adalah Inflasi dan Pengangguran. Kedua variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk : INFnt = ß01 + ßi1INF1t-i + ßi2 UN2t-i+ ent... (1) UNnt = ß01 + ßi1UN1t-i + ßi2 INF2t-i+ ent... (2) Dimana : INFnt = Inflasi pada semester t-n UNnt = Pengangguran pada semester t-n ß 01 = Intercept ßi1, ßi2 =Parameter dalam bentuk matriks polinomial ent = error term HASIL PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Uji Kausalitas WaldCriticalV Pengaruh Variabel Wald Test alues Variabel Terhadap Inflasi Pengangguran 28,40 12,59 Pengangguran Inflasi 13,38 12,59 Sumber: Hasil uji kausalitas, diolah menggunakan EasyReg International (2017) Hipotesis : H0 : Hasil Tolak H0 Tolak H0 1. Inflasi tidak berpengaruh terhadap pengangguran 2. Pengangguran tidak berpengaruh terhadap inflasi Ha : 1. Inflasi berpengaruh terhadap pengangguran 2. Pengangguran berpengaruh terhadap inflasi Jika, nilai wald test lebih besar dari nilaiwald critical valuesmaka H0 ditolak. Tabel 1 hasil uji kausalitas antara inflasi dan pengangguran dengan menggunakan lag 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah yang signifikan antara kedua variabel yaitu variabel inflasi dan variabel pengangguran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perkembangan tingkat inflasi di Indonesia selama kurun waktu penelitian ini yaitu pada tahun menunjukan perkembangan yang fluktuatif dengan tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2005.Perkembangan tingkat pengangguran di Indonesia selama kurun waktu penelitian ini yaitu pada tahun menunjukan perkembangan yang fluktuatif walaupun cenderung mengalami penurunan pada beberapa periode, dengan tingkat pengangguran terendah pada tahun2016. Variabel inflasi memiliki hubungan dengan variabel pengangguran. Hasil dari uji kausalitas menunjukkan bahwa adanya hubungan dua arah antar kedua variabel, dimana meningkatnya pengangguran akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan tingkat inflasi, dan begitu juga sebaliknya meningkatnya inflasi akan signifikan memengaruhi tingkat pengangguran. 428

7 Saran Untuk mengendalikan tingkat inflasi maka pemerintah harus dapat menekan tingkat pengangguran.pemerintah Indonesia dapat melakukan berbagai kebijakan untuk mengurangi tingkat pengangguran misalnya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan angkatan kerja, agar memiliki kualitas dan daya saing sehingga tidak tertinggal oleh angkatan kerja dari luar negeri dalam mendapatkan pekerjaan. Pemerintah dan otoritas kebijakan moneter harus mampu bekerjasama dalam mengambil kebijakan untuk mengendalikan tingkat inflasi, walaupun saat terjadi krisis ataupun shock dalam perekonomian. Sehingga dalam keadaan krisis tingkat inflasi dapat terkontrol dan tetap akan terkendali, seperti menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga BI, ekspor, impor serta pengendalian dalam pengeluaran pemerintah.bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, sebaiknya menganalisis tentang pengaruh tingkat inflasi dan tingkat pengangguran terhadap variabel lainnya seperti tingkat kemiskinan dan tingkat kesenjangan pendapatan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2015, Juni). Ekonomi dan Perdangan. Diakses Oktober Minggu,2016,bps.go.id: Baharin, N., Yussof, I., & Ismail, R. (2012). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran di Malaysia. Prosiding Perkem VII, Becchetti, L., Castriota, S., & Giuntella, G. O. (2010). The Effects of Age and Job Protection on The Costs of Inflation and Unemployment. Elsevier, Boediono. (2008). Ekonomi Moneter. Yogyakarta:BPFE. Dornbusch, R., Fischer, S., & Startz, R. (2008). Makroekonomi. Media Global Edukasi. HM, Muhdar. (2015, Juni). Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Masalah dan Solusi. Al-Buhuts, 11, Mankiw, N. G. (2006). Principles of Economics Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat. Murni, A. (2006). Ekonomika Makro. Bandung: PT Refika Aditama. Nanga, M. (2005). Makroekonomi: teori, masalah, dan kebijakan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nasution, M. (1998). Ekonomi Moneter. Jakarta: Djambatan. Nopirin, P. (2009). Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Raharja, P., & Manurung, M. (2008). Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 429

8 Samuelson, P. A., & William, D. N. (1992). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Sukirno, S. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, S. (2006). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia. 430

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas perekonomian suatu negara menjadi fokus bagi setiap negara. Hal ini dikarenakan apabila perekonomian suatu negara tidak stabil maka akan menimbulkan masalah-masalah

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI IMPOR INDONESIA Safitri 1*, Fakhruddin 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala. Abstract

ANALISIS INFLASI IMPOR INDONESIA Safitri 1*, Fakhruddin 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala. Abstract ANALISIS INFLASI IMPOR INDONESIA Safitri 1*, Fakhruddin 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P INFLASI Minggu 15 Pendahuluan Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali

Lebih terperinci

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE 2015.7-2017.12 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT

PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT L Suparto LM,. M.Si Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada kemampuan perekonomian menawarkan barang dan jasa, yang sebalikya bergantung pada suplai

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1

KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1 1. Kurva Phillips Asli Atau Awal KURVA PHILLIPS (PHILLIPS CURVE) 1 Bahan 7 Phillips Curve Pada tahun 1958 A. W. Phillips, kemudian menjadi professor di London School of Economics, mempublikasikan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,

2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, HUBUNGAN SUKU BUNGA KREDIT KONSUMSI DAN INFLASI TERHADAP PENAWARAN KREDIT KONSUMSI Abdi Dzil Ikram 1*, Fakhruddin 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik

BAB I PENDAHULUAN. Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik adalah inflasi dan pengangguran. Prathama dan Mandala menjelaskan kategori pemerintahan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA INFLASI DENGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA INFLASI DENGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA INFLASI DENGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1987-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil kebijakan untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena apabila salah langkah,

Lebih terperinci

IJBE: Integrated Journal of Business and Economics e-issn:

IJBE: Integrated Journal of Business and Economics e-issn: IJBE: Integrated Journal of Business and Economics Model Vector Auto Regression (VAR) and Vector Error Correction Model (VECM) Approach for Inflation Relations Analysis, Gross Regional Domestic Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 Mangaradot Saur A. Sinaga Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan E-mail : Mangaradot@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam

Lebih terperinci

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract

KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2. Abstract KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal 1*, Chenny Seftarita 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email : ibal.2911@gmail.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Investasi Terhadap Pengangguran di Provinsi Bali Tahun 1995-2014. Nama : I Nyoman Bayu Dirga NIM : 1215151004 ABSTRAK Pengangguran merupakan suatu ukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan

Lebih terperinci

Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri. Muhamad Yunanto

Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri. Muhamad Yunanto Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri Muhamad Yunanto Seminar Nasional & Konggres ISEI XIX Surabaya, 7 9 Oktober 2015 LATAR BELAKANG Pemerintah tetap berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang sering dihadapi oleh suatu negara. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara, secara umum ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

ANALISIS KURVA PHILLIPS DAN HUKUM OKUN DI INDONESIA TAHUN Oleh: Prihartini Budi Astuti

ANALISIS KURVA PHILLIPS DAN HUKUM OKUN DI INDONESIA TAHUN Oleh: Prihartini Budi Astuti ANALISIS KURVA PHILLIPS DAN HUKUM OKUN DI INDONESIA TAHUN 1986-2016 Oleh: Prihartini Budi Astuti e-mail : eti_toro@yahoo.com Abstract This study aims to determine the fit between Phillips Curve theory

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017:

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: ANALISIS HUBUNGAN VARIABEL MAKRO DENGAN PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA DI PERBANKAN UMUM Danil Maulana 1*, Fakhruddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan salah satu fenomena yang penting dan sering dijumpai di semua Negara. Menurut Boediono (1982), inflasi merupakan kecenderungan

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, MAKRO EKONOMI Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, suatu perusahaan atau suatu pasar Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.3 No.1 Februari 2018 : 31-39

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.3 No.1 Februari 2018 : 31-39 STUDI LITERATUR VELOSITAS UANG Farah Mukhlis 1*, Fakhruddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email: farahmukhlis@yahoo.co.id 2) Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

Hubungan Kredit Konsumsi, Kredit Investasi dan Suku Bunga dengan Inflasi di Indonesia Azka Rizkin, Cut Zakia Rizki

Hubungan Kredit Konsumsi, Kredit Investasi dan Suku Bunga dengan Inflasi di Indonesia Azka Rizkin, Cut Zakia Rizki HUBUNGAN KREDIT DAN SUKU BUNGA DENGAN INFLASI DI INDONESIA Abstract This study is aimed to see the relationship of causal credits consumption, investment credit and interest rates with inflation in Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengangguran Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base 130 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat terkait dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi. merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi. merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh setiap negara. Dimana setiap negara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT TAHUN Oleh ABSTRACT

ANALISIS INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT TAHUN Oleh ABSTRACT 1 ANALISIS INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT TAHUN 1991-2013 Oleh Era Octaviani 1, Sri Maryati 2, Yosi Eka Putri 3 ABSTRACT The purposes of this research is to identify the correlation

Lebih terperinci

KAUSALITAS SUKU BUNGA DAN INFLASI DI INDONESIA

KAUSALITAS SUKU BUNGA DAN INFLASI DI INDONESIA KAUSALITAS SUKU BUNGA DAN INFLASI DI INDONESIA Ridha Ilhamdi 1*, Riswandi 2, Fakhruddin 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengangguran Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol. 2 No. 4 November 2017 :

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol. 2 No. 4 November 2017 : ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, SUKU BUNGA, JUMLAH UANG BEREDAR, HARGA MINYAK DUNIA DAN INFLASI DI INDONESIA Taufiq C. Dawood 1* dan Emi Anjalia 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala 1) Dosen

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH BAB 10 PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH KELOMPOK 9 DICKY 21216349 EZHA 21216363 NAUFAL 21216351 PENGANGGURAN PENGERTIAN PENGANGGURAN Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi Nuhfil Hanani 1 V. TEORI INFLASI 5.1. Pengertian Inflasi Inflasi menunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum, dan diukur sebagai berikut: tingkat

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Sistem Moneter Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 13 84041 Abstraksi Modul ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci