Kendala Mendukung. Indonesia. Menuju UHC. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi dalam. Kemaritiman. p. 06 p. 02. Edisi 15, Vol. I.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kendala Mendukung. Indonesia. Menuju UHC. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi dalam. Kemaritiman. p. 06 p. 02. Edisi 15, Vol. I."

Transkripsi

1 Edisi 15, Vol. I. Agustus 2016 Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi dalam Kendala Mendukung Indonesia Pembangunan dalam Transisi Kemaritiman Menuju UHC p. 06 p. 02 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

2 Dewan Redaksi Penanggung Jawab Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si. Pemimpin Redaksi Slamet Widodo, S.E., M.E. Redaktur Robby Alexander Sirait, S.E., M.E. Dahiri, S.Si., M.Sc Adhi Prasetyo S. W., S.M. Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM. Editor Marihot Nasution, S.E., M.Si. Ade Nurul Aida, S.E. Daftar Isi Update APBN...p.01 Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pembangunan Kemaritiman...p.02 Kendala Indonesia dalam Transisi Menuju UHC...p.06 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website Update APBN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2016 mencapai Rp3.086,6 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.353,2 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2016 terhadap triwulan II-2015 (y-on-y) tumbuh 5,18 persen, meningkat dibanding triwulan II-2015 sebesar 4,66 persen dan triwulan I-2016 sebesar 4,91 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai Jasa Keuangan dan Asuransi yang tumbuh 13,51 persen. Dari sisi pengeluaran didukung oleh hampir semua komponen dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga yang tumbuh 6,72 persen. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2016 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,81 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,02 persen, dan Pulau Kalimantan 7,61 persen. 2

3 Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pembangunan Kemaritiman Dahiri 1 ) emerintah Republik Indonesia kebersihan lingkungan pantai. Semua Pdi bawah kepemimpinan hal tersebut juga tidak lepas dari Presiden Ir. Joko Widodo telah kinerja perhubungan karena jika akses menetapkan kebijakan bahwa isi menuju pantai atau pelabuhan buruk pembangunan Indonesia harus maka akan menghambat kemajuan didasari pada kondisi geografis kemaritiman. Kemaritiman ini tidak Indonesia sebagai negara kepulauan. lepas dari kehidupan masyarakat Dalam pidato pelantikannya, Presiden pesisir khususnya nelayan, hal ini juga RI menegaskan bahwa kita harus termuat dalam target pemerintah yaitu bekerja dengan sekeras-kerasnya termanfaatkan sumber daya kelautan untuk mengembalikan Indonesia untuk pembangunan ekonomi dan sebagai negara maritim. Samudra, kesejahteraan nelayan dan masyarakat laut, selat dan teluk adalah masa pesisir. depan peradaban kita. 2 Hal ini jelas menegaskan bahwa Presiden memiliki Masyarakat pesisir cenderung harapan untuk bisa mewujudkan berkaitan erat dengan kemaritiman. Indonesia sebagai negara maritim. Namun, harapan untuk mewujudkan Harapan tersebut telah terangkum kemaritiman tidak bisa fokus pada dalam RPJMN , yaitu masyarakat pesisir saja. Kemaritiman tercapainya target kemaritiman pada harus dibangun dari masyarakat yang tahun Dalam kurun waktu tiga majemuk, misalnya perdagangan tahun mendatang, harapan untuk yang tidak bisa hanya mengandalkan mewujudkan negara maritim masih dari masyarakat pesisir. Keikutsertaan menjadi tantangan bagi pemerintah semua elemen masyarakat untuk mengingat masih banyak problematika bergerak dalam bidang kemaritiman terkait kemaritiman. sangatlah diharapkan. Jika semakin banyak masyarakat yang ikut serta, Kemaritiman merupakan suatu maka kemaritiman bisa terwujud. konsep yang terintegrasi antara Kemaritiman pernah terwujud pada sumber daya laut dan infrastruktur masa sebelum penjajahan. Namun, kelautan baik itu armada kapal, setelah masa penjajahan sampai saat pelabuhan, keamanan pelayaran, ini sangat sulit untuk mewujudkannya dan konektivitas daratan menuju laut kembali. Lebih mirisnya lagi, jumlah atau pelabuhan. Untuk mewujudkan penduduk Indonesia yang bergerak di kemaritiman diperlukan kerjasama bidang maritim masih minim. Supandi yang kuat antar sektor kelautan, (2015) menjelaskan bahwa data sensus sektor energi sumber daya mineral penduduk 2010 menyatakan jumlah (ESDM), sektor pariwisata, dan sektor penduduk Indonesia ada perhubungan. Sektor kelautan yang orang. Dari jumlah tersebut, hanya berfokus pada hasil laut berupa orang yang menggeluti hasil penangkapan ikan dan budi bidang maritim, atau hanya 1 persen daya laut, sektor ESDM fokus pada dari total penduduk yang bergiat di bagaimana optimalisasi penambangan bidang maritim. Ini berbanding jauh minyak dan gas bumi supaya tidak dengan luas lautan 74,26 persen dari mencemari ekosistem laut, sektor total luas wilayah Indonesia. Jumlah pariwisata memberikan pendapatan ini menunjukkan bahwa masyarakat tambahan kepada masyarakat pesisir cenderung tidak tertarik untuk namun wisata ini bisa maju atau tidak bergerak di bidang terkait kemaritiman. tergantung dari pelayanan masyarakat pesisir seperti keamanan dan Hilangnya orientasi dan karakter 1) Dewan Redaksi Buletin APBN 2) Pidato Kenegaraan Presiden, Ir. Joko Widodo, seusai pelantikan Presiden dan Wapres RI terpilih periode , pada tanggal 20 Oktober

4 kemaritiman ini tidak lepas dari dampak masa penjajahan. Untuk bisa mengembalikan orientasi dan karakter tersebut, perguruan tinggi merupakan wadah yang sangat diharapkan. Oleh karena itu, peran perguruan tinggi juga menjadi penting untuk bisa mendukung terwujudnya negara maritim. Konsep dasar tridharma perguruan tinggi merupakan potensi untuk bisa mendukung terwujudnya negara maritim. Konsep tersebut meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut sangat signifikan untuk bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkompetensi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berkarakter. Selain meningkatkan sumber daya manusia, perguruan tinggi berperan dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang tepat guna, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Program Studi Kemaritiman Masih Terbatas Harapan Pemerintah untuk bisa mewujudkan negara maritim begitu besar. Harapan tersebut perlu upaya untuk bisa mewujudkannya. Upaya pada sektor pendidikan masih belum optimal. Pendidikan bisa merupakan investasi jangka pendek dan panjang. Yang dimaksud investasi jangka pendek bisa berupa pelatihanpelatihan yang sifatnya non-formal. Pelatihan bermaksud memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Pelatihan ini dalam jangka pendek bermanfaat, tapi tidak untuk jangka panjang. Misalnya masyarakat hanya diberi pengetahuan menggunakan kapal penangkap ikan yang modern. Sedangkan yang dimaksud investasi jangka panjang berupa pendidikan formal yang memakan waktu yang cukup lama yaitu perguruan tinggi. Di pergururuan tinggi pengetahuan bisa bertambah dan berkembang. Tidak hanya itu pengembangan teknologi pun cenderung dilakukan dalam penelitian di perguruan tinggi. Namun, perguruan tinggi yang membuka program studi terkait kemaritiman masih terbatas. Menurut Wimbarti (2014) pada tahun 2014 hanya ada 14 perguruan tinggi (PT) yang mempunyai 31 program studi (prodi) kemaritiman, serta tiga politeknik yang 2 mempunyai program ini. Artinya hanya ada sekitar 0,44 persen dari PT memiliki prodi kemaritiman. Selain universitas, Kementerian Perikanan juga memiliki lembaga pendidikan terkait kemaritiman yaitu dua Sekolah Tinggi Prikanan dan tiga Politeknik. Jumlah ini menunjukkan bahwa wadah untuk meningkatkan SDM bidang maritim masih minim. Sementara itu, program studi yang ada juga masih terpisah-pisah belum menjadi fakultas tersendiri. Harapan kedepannya, Pemerintah bisa membentuk fakultas kemaritiman. Dengan adanya fakultas tersebut, program studi terkait kemaritiman bisa terintegrasi dan lebih fokus. Rendahnya Penelitian Bidang Maritim Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berkaitan erat dengan kegiatan penelitian. Jika kegiatan penelitian tidak ada, maka IPTEK tidak bisa berkembang seperti sekarang ini. Perkembangan penelitian maritim berdasarkan total 8 parameter masih rendah, hanya peringkat ke 20 dari 23 kategori. Peringkat ini menunjukkan bahwa penelitian kemaritiman masih belum bisa menopang terwujudnya kemaritiman. Setidaknya peringkat penelitian bisa masuk dalam tiga besar. Rendahnya penelitian bidang kemaritiman ini karena selama ini kemaritiman bukanlah menjadi isu pembangunan yang prioritas. Dengan agenda pembangunan Pemerintah yang telah menegaskan akan mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim, penelitian bidang kemaritiman ini diharapkan bisa lebih meningkat lagi. Rendahnya penelitian berdasar total 8 parameter juga tidak lepas dari berbagai penelitian di bidang kemaritiman. Penelitian berdasar jurnal nasional terakreditasi belum ada, sedangkan penelitian nasional berdasar jurnal internasional ada 38 atau peringkat ke 19. Padahal jurnal nasional terakreditasi ini merupakan wadah bagi akademisi maupun profesional untuk bisa mengasah dan mengembangkan keilmuan dan teknologi yang bisa bermanfaat. Hal ini jelas membutuhkan tenaga yang ekstra bagi Pemerintah untuk bisa mendorong terbentuknya jurnal nasional terakreditasi sebagai upaya

5 mendukung program Pemerintah nasional. mewujudkan kemaritiman. Selain ke dua penelitian tersebut, penelitian 4. Kehilangan orientasi dan kesadaran nasional berdasarkan teknologi tepat tentang pentingnya laut bagi guna juga masih rendah, maritim Indonesia. hanya memiliki dua atau berada pada Rekomendasi peringkat ke 13. Padahal penelitian berdasar tepat guna bersinggungan Indonesia merupakan negara yang langsung dengan kemaritiman. Artinya mempunyai luas laut 2/3 dari luas hasil penelitian bisa bermanfaat keseluruhan sehingga Indonesia bisa langsung bagi kemajuan kemaritiman. dikatakan sebagai negara kelautan. Kelautan memiliki potensi untuk Berdasarkan pembahasan di menopang perekonomian negara atas, Indonesia sebenarnya sudah yaitu meliputi sumber daya alam kehilangan orientasi dan visi dan pariwisata kelautan. Sumber kemaritiman. Menurut Sampono daya alam kelautan meliputi hasil (2015), terdapat 4 poin yang selama penangkapan dan pengolahan ini telah tergerus dan menjadi ikan maupun sejenisnya, budidaya kehilangan orientasi visi kemaritiman, rumput laut, budidaya udang/ yaitu: lobster, minyak bumi dan gas bumi. 1. Kehilangan orientasi akan Pariwisata kelautan meliputi tempattempat wisata kelautan seperti geografis Indonesia sebagai negara kepulauan (maritim) terbesar di pantai-pantai untuk wisata. Selain dunia. itu, kelautan juga berfungsi sebagai penghubung antar pulau sehingga 2. Kehilangan orientasi dan kelautan menjadi sarana transportasi. kesadaran diri sendiri sebagai Namun apakah indonesia sudah bangsa maritim. menjadi negara kemaritiman, hal ini 3. Kehilangan orientasi terhadap masih menjadi pertanyaan. Negara wawasan nasional (wawasan kelautan belum tentu merupakan nusantara) yang pada gilirannya negara kemaritiman, oleh karena itu memperlemah ketahanan Indonesia dengan pemerintahan yang Gambar 1. Keunggulan Riset Nasional (Berdasar Total 8 Parameter) Sumber: Radjasa, Kemenristek Dikti Tahun

6 sekarang membentuk kementerian kemaritiman dengan harapan Indonesia kelak menjadi negara maritim. Untuk bisa mewujudkan harapan tersebut, Pemerintah perlu melakukan perbaikan orientasi dan visi masyarakat. Wadah yang tepat untuk melakukan perubahan tersebut adalah perguruan tinggi (PT). Konsep dasar tridharma perguruan tinggi merupakan potensi untuk bisa mendukung terwujudnya negara maritim. Konsep tersebut meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Empat belas PT yang sudah ada prodi kemaritimannya diharapkan bisa mendorong PT yang lain supaya bisa membentuk prodi dan meningkatkan lagi penelitian bidang kemaritiman, serta membuat jurnal nasional terakreditasi sebagai wadah bagi akademisi maupun profesional untuk bisa mengasah dan mengembangkan keilmuan dan teknologi yang bisa bermanfaat. Kemudian Pemerintah melalui APBN perlu meningkatkan lagi dana penelitian bidang maritim, khususnya dana penelitian yang tepat guna. Daftar Pustaka Radjasa, Ocky Karna. (2016). Peran dan Fungsi Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Bidang Perikanan dan Kelautan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan. Universitas Lampung Sampono, Nono. (2015). Perguruan Tinggi Sebagai Agen Perubahan Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. Makalah disampaikan dalam Seminar Lembaga Kajian Indonesia FIB UI Maritim Indonesia. UI Supandi, Ade. (2015). SDM Bidang Maritim Masih Minim. Diambil kembali dari com/read/981967/149/sdm-bidangmaritim-masih-minim Wimbarti, Supra. (2014). Dukung Poros Maritim, Prodi Kemaritiman Harus Ditambah. Diambil kembali dari read/2014/11/07/65/ / dukung-poros-maritim-prodikemaritiman-harus-ditambah 4

7 Kendala Indonesia dalam Transisi Menuju UHC Ade Nurul Aida 1 ) Abstrak Target pemerintah dalam menerapkan Universal Health Coverage (UHC) di tahun 2019 masih memiliki sejumlah kendala baik berupa perluasan cakupan bagi tenaga kerja informal; integrasi Jamkesda ke dalam JKN; pelayanan kesehatan; pemerataan fasilitas dan tenaga kesehatan; serta nilai kegotong-royongan. Untuk itu perlu peran pemerintah dalam menentukan formulasi kebijakan yang mampu mengatasi hal tersebut demi peningkatan layanan kesehatan dan target UHC yang akan dicapai. etiap warga negara tanpa S terkecuali berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan berkualitas. Kesehatan pun menjadi salah satu prioritas yang tertuang dalam Nawacita. Guna menjamin kesehatan tiap warganya secara menyeluruh, pemerintah Indonesia telah memulai proses reformasi jaminan sosial dengan membentuk Undang-undang (UU) Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagaimana bentuk pelaksanaan amanah konstitusi UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dan sejak 1 Januari 2014, Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dari kekhawatiran persoalan kesehatan. JKN secara bertahap direncanakan sebagai jaminan kesehatan semesta/ universal health coverage (UHC) bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun Sebagai bentuk keseriusan pencapaian UHC, Presiden bahkan mencantumkan UHC sebagai visi misi utama untuk pengembangan sistem jaminan kesehatan. Namun, sayangnya target yang akan dicapai Indonesia untuk menjadi kepesertaan UHC, nyatanya masih mengalami sejumlah kendala. Untuk menghadapi kendala yang dihadapi saat ini, kiranya perlu peran pemerintah untuk menentukan formulasi kebijakan yang mampu mengatasi hal tersebut demi peningkatan layanan kesehatan dan 5 target UHC yang akan dicapai. Sekilas UHC Sistem pembiayaan kesehatan yang tepat untuk suatu negara adalah sistem yang mampu mendukung tercapainya UHC (Murti, 2011). UHC ditetapkan berdasarkan konstitusi WHO tahun 1948 yang menyatakan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Penetapan ini diperkuat dengan deklarasi Alma-Ata pada Deklarasi ini membuat istilah UHC menjadi semakin populer dalam dunia internasional. UHC sendiri merupakan sistem kesehatan di mana setiap masyarakat memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau. UHC mengandung dua elemen inti: (1) akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga; dan (2) perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan (WHO, 2005). Negara-negara di dunia melalui badan kesehatan internasinal WHO telah menyepakati pencapaian UHC di tahun , sementara di Indonesia sendiri penerapan dan pencapaian kepesertaan UHC ditargetkan di tahun 2019 nanti. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) di Indonesia telah menjawab prinsip dasar UHC dengan mewajibkan setiap penduduk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau komprehensif. 1) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian DPR RI. dhena_adhe@yahoo.com 2) ISMKI, Kumpulan Kajian Institusi Wilayah diakses dari Online-Mentah.pdf (2 Agustus 2016).

8 Gambar 1. Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional Sumber: Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional , Kemenkes RI Sementara UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana bentuk pelaksanaan amanah konstitusi UU SJSN merupakan salah satu bentuk upaya guna mengakselerasi rencana penyelenggaraan jaminan kesehatan secara adil dan menyeluruh sekaligus menjadi acuan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) bersama Kementerian dalam penyusunan peta jalan yang menjabarkan arah dan langkah langkah sistematis, konsisten, koheren dan terpadu sesuai dengan kerangka waktu yang diberikan. Peta jalan DJSN yang disusun pada tahun 2012 terdapat di gambar 1. Peta jalan ini disusun untuk persiapan beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan tercapainya UHC pada Tahun Namun, dalam upaya mencapai kepesertaan UHC ternyata masih banyak sejumlah kendala yang harus dihadapi seperti cakupan tenaga kerja (sektor informal); integrasi Jamkesda ke dalam JKN; pelayanan kesehatan; pemerataan fasilitas dan tenaga kesehatan; serta nilai kegotongroyongan. Sulitnya Memperluas Cakupan Jaminan Kesehatan kepada Sektor Informal Proporsi jumlah tenaga kerja 6 informal di Indonesia mencapai sekitar 60 persen atau setara dengan 70.3 juta pekerja informal 3. Saat ini, masih banyak jumlah tenaga kerja yang belum mempunyai jaminan kesehatan terutama tenaga kerja sektor informal, diperkirakan pada tahun 2013 sekitar 32,5 juta pekerja informal belum ter-cover jaminan kesehatan 4. Sektor informal merujuk pada mereka yang tidak menempati lokasi usaha yang permanen, tidak mendapat hubungan kerja yang jelas, penghasilan yang tidak stabil dan regular, maupun kurang terlibatnya dalam jasa keuangan. Kondisi ini menyebabkan terhambatnya proses pengumpulan iuran yang reguler dan berpotensi Gambar 2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Formal dan Informal Sumber: BPS, 2016 (diolah) 3) Kepala BPS, Suryamin mengatakan bahwa dari tujuh kategori status pekerjaan utama yang terdapat pada data BPS, Kategori pekerja formal mencakup berusaha dengan dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan kategori buruh/karyawan, sementara yang termasuk kategori pekerja informal yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, pekerja keluarga/tak dibayar 4) Bappenas, 2013, Universal Health Coverage Bagi Sektor Informal

9 Tabel 1. Cakupan Asuransi Kesehatan di Indonesia per Juta Orang Tabel 2. Laporan Aktivitas Dana Jaminan Sosial Kesehatan Sumber: Pembiayaan Kesehatan dan Cakupan Kesehatan Semesta, Kemenkes RI menyebabkan tingginya angka drop-out untuk membiayai jaminan kesehatan tersebut. Integrasi Jamkesda & Jaminan Kesehatan Nasional Belum Ada Cakupan jaminan kesehatan perlu diperluas untuk kelompok lainnya secara bertahap dengan tujuan dalam mencapai UHC. Hal ini termasuk mengintegrasikan ratusan program Jamkesda yang masih terpisah dengan jumlah jamkesda lebih dari 15,4 per juta orang (tabel 1). Namun dalam tujuan pengintegrasian Jamkesda tersebut, variasi Jamkesda yang ada di level Provinsi menjadi kendala yang harus dihadapi pemerintah. Sedangkan Kabupaten dan Kota, dihadapkan pada berbagai faktor antara lain kemampuan fiskal daerah, komitmen pimpinan daerah serta penyesuaian regulasi antara daerah dengan pusat 5. Pelayanan Kesehatan Baru Memenuhi Pelayanan Kuratif Prinsip UHC mengharuskan setiap warga masyarakat memiliki akses yang 7 Sumber: BPJS Kesehatan, 2016 adil terhadap pelayanan kesehatan baik dari segi pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Sementara selama ini prinsip pelayanan kesehatan yang diterapkan di Indonesia melalui BPJS hanya terbatas pada penerapan konsep kuratif saja, artinya mengobati masyarakat yang telah terlanjur sakit dan belum melakukan pencegahan sebelum jatuh sakit pada masyarakat. Selain itu biaya kesehatan pada masyarakat tersebut merupakan pelayanan pemerintah paling mendasar hanya melakukan belanja obat dan biaya dokter. Untuk membiayai pengobatan (kuratif) pun membutuhkan biaya yang cukup besar. Hal ini terlihat dari laporan aktivitas Dana Jaminan Sosial (DJS) (tabel 2), dimana beban yang dibutuhkan untuk pengobatan cukup besar, dan pendapatan iuran(klaim) yang dikumpulkan ternyata tidak mampu menutupi besarnya beban pengobatan tersebut, sehingga nampak pada laporan aktivitas DJS hingga akhir tahun 2015 mengalami defisit mencapai Rp9,06 triliun. Dengan status laporan tersebut, dapat 5)Aulia, Puti Polemik Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Menuju Universal Health Coverage (UHC)

10 Tabel 3. Perubahan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja Sumber: Perpres No 19 Tahun 2016 dicermati bahwa sulitnya beban BPJS untuk membiayai pengobatan (kuratif), apalagi jika ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dalam aspek lainnya (promotif, preventif dan rehabilitatif). Premi Rendah, Kualitas Pelayanan Rendah Iuran jaminan kesehatan nasional untuk peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja mengalami perubahan sebagaimana terdapat dan tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (tabel 3). Salah satu sebab kenaikan iuran yaitu untuk menekan defisit klaim pembayaran JKN. Namun dengan iuran baru pun dimungkinkan defisit masih tetap terjadi lantaran iuran baru Penerima Bantuan Iuran (PBI) lebih rendah dari usulan DJSN sebesar Rp per orang per bulan 6. Dengan nilai iuran yang rendah itu, sulit mewujudkan layanan kesehatan bermutu dan akan sulit memenuhi pelayanan kesehatan yang merata, baik dari segi jumlah maupun kualitas pelayanannya. Umumnya peserta mengharapkan (menuntut) pelayanan yang lebih baik dari suatu sistem asuransi/jaminan kesehatan. Kalau premi terlalu rendah akibatnya pembayaran kepada Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) juga rendah dan akan sulit bagi PPK melakukan peningkatan mutu pelayanan (Gani et al., 2008). Fasilitas & SDM Kesehatan Belum Merata Distribusi dan ketersediaan fasilitas maupun tenaga kesehatan amat penting dalam rangka mempersiapkan UHC di tahun Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, nyatanya sebaran dan distribusi sarana maupun tenaga kesehatan belum tersebar merata. Contohnya, Papua Barat memiliki rasio Puskesmas per 30 ribu penduduk tertinggi diantara provinsi lainnya yang tersebar di Indonesia. Sementara rasio puskesmas terendah ditempati oleh provinsi Kalimantan Utara. Walaupun Papua Barat memilki rasio puskesmas tertinggi, sayangnya rasio dokter umum terhadap jumlah puskesmas yang tersedia justru paling kecil diantara provinsi lainnya (gambar 3). Indeks Gotong Royong Masih Rendah UU SJSN sebagai bentuk upaya akselerasi dari penerapan UHC mengandung prinsip kegotongroyongan sebagai mana tercantum pada Pasal 4 UU SJSN yang menyatakan Gambar 3. Rasio Puskesmas per 30 Ribu Penduduk dan Rasio Tenaga Kesehatan Terhadap Jumlah Puskesmas Tahun 2014 Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2014, Kemenkes, RI 6) Berdasarkan Perpres No 19 Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan, Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta PBI naik menjadi Rp per orang per bulan dari sebelumnya Rp Dan berlaku berlaku sejak 1 Januari

11 bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan prinsip kegotong-royongan. Kegotongroyongan merupakan upaya bersama supaya semua penduduk berkontribusi (membayar iuran/ pajak) agar terkumpul (pool) dana untuk membiayai pengobatan siapa saja yang sakit. Prinsip gotong royong yang termaktub pada UU SJSN tersebut sayangnya tidak sejalan dengan nilai-nilai gotong royong yang diterapkan masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini terlihat dari indeks gotong royong yang hanya sebesar 0,55 persen pada tahun 2012 (skala 1). Rekomendasi Melihat masih terdapat sejumlah kendala dalam pelaksanaan jaminan kesehatan, hal ini akan menjadi salah satu hambatan dalam pencapaian UHC di tahun 2019 nantinya, Untuk menghadapi kendala tersebut, perlu upaya pemerintah untuk mengidentifikasi dan membawa skema iuran ke dalam sektor informal, sehingga membantu percepatan proses kepesertaan dalam mendapatkan jaminan kesehatan; membentuk berupa formulasi kebijakan sentralisasi dinamis yaitu suatu formulasi kebijakan dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang tersentralisasi tetapi secara dinamis masih memberikan space atau peluang dalam kerangka desentralisasi kepada pemerintah daerah untuk ikut andil dan berpartisipasi aktif dalam menentukan arah kebijakan pemerintahan daerah tersebut dalam mewujudkan integrasi Jamkesda ke Jaminan Kesehatan Nasional 7 ; perlu adanya penciptaan kapasitas fiskal untuk membiayai besarnya kebutuhan pelayanan kesehatan baik mencakup kuratif, preventif, promotif maupun rehabilitatif; perbaikan mutu layanan yang komprehensif dan melibatkan semua pihak serta memperhatikan keadaan daerah-daerah tertinggal/ kekurangan dalam hal fasilitas dan tenaga kesehatan; di sisi lain gotong royong perlu diperkuat dan harus dapat ditransformasikan ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk untuk meningkatkan produktivitas nasional. Daftar Pustaka Gani A, et al. (2008). Laporan Kajian Sistem Pembiayaan Kesehatan di Beberapa Kabupaten dan Kota, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan dan Analisis Kebijakan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kementerian Kesehatan. (2015). Pembiayaan Kesehatan dan Cakupan Semesta: Kumpulan Nota Kebijakan. Kementerian Keuangan. (2016). Nota Keuangan APBN Tahun Anggaran Indonesia Nappoe, Stevie A. (2014). Nasib Mutu Layanan di Era JKN diakses dari net/index.php/component/content/ article/22-editorial/1587-nasib-mutulayanan-di-era-jkn (3 Agustus 2016) Republik Indonesia. (2004). UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial. (2011). UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. (2016).Peraturan Presiden No 60 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 Supriyantoro. (2014). Formulasi Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah Ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Menuju Universal Health Coverage. Yogyakarta Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2015). JKN: Perjalanan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jakarta 7) Supriyantoro. (2014). Formulasi Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah Ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Menuju Universal Health Coverage. Yogyakarta 9

12 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Telp / , Fax

Isu dan Masalah Keuangan Negara

Isu dan Masalah Keuangan Negara PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI ISSN 2541-5557 Isu dan Masalah Keuangan Negara Vol. 2, No. 2, 2017 Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar ASEAN Paska Setahun Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

Lebih terperinci

Permasalahan Sektor Perikanan Tangkap dan Kesejahteraan Nelayan

Permasalahan Sektor Perikanan Tangkap dan Kesejahteraan Nelayan Edisi 23, Vol. I. Desember 2016 Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Permasalahan Sektor Perikanan Tangkap dan Kesejahteraan Nelayan p. 07 p. 02 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan

Lebih terperinci

Jurnal Budget. Vol. 2, No. 1, Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

Jurnal Budget. Vol. 2, No. 1, Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN Jurnal Budget Vol. 2, No. 1, 2017 ISSN 2541-5557 Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Halaman ini sengaja dikosongkan ii PENGANTAR REDAKSI Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Jurnal Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pemerintah Indonesia yang diluncurkan dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang merata antar penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penduduk di suatu negara membutuhkan perlindungan kesehatan sebagai kebutuhan dasar kehidupan. Salah satu bentuk perlindungan tersebut adalah jaminan kesehatan.

Lebih terperinci

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik

Lebih terperinci

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK Indonesia for Global Justice (IGJ) Disusun oleh: Niko Amrullah dan Priska Sabrina Luvita JULI 2015 Laporan lengkap studi dapat diakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN 2016-2021 Fachmi Idris Direktur Utama Rapat Koordinasi DJSN Jakarta, 30 Maret 2016 1 MEMASUKI PERIODE BARU 2016 2 VISI JOKOWI-JK BERDAULAT TRISAKTI UU Nomor 24 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan RENCANA AKSI KEGIATAN 2015 sd. 2019 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) DISKUSI KONDISI KUALITAS KESEHATAN DAN KEBUTUHAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN INDONESIA DALAM KERANGKA KEMANDIRIAN KESEHATAN INDONESIA BERBASIS PERDESAAN

Lebih terperinci

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin Lola Amelia Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara resmi diimplementasikan pada 1 Januari 2014 silam. Untuk kepesertaan per September 2015, total ada 146,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Akan diresmikan Program Program Nusantara Sehat. Program ini bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2017 Masalah Dan Tantangan Pembangunan Pariwisata Di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN soloraya.net Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa selain dialokasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara kesejahteraan (walfare state), telah mencantumkan dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak untuk memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang memadai merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berbagai program pembangunan diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (yang didasarkan pada mekanisme jaminan kesehatan sosial yang pertama kali

Lebih terperinci

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 7-8 Desember 2012 Yogyakarta Topik Pembahasan Regulasi Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan

Lebih terperinci

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M. Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.Si 2 JAMINAN KESEHATAN SEBAGAI HAK WARGA NEGARA Pembukaan UUD NRI Tahun

Lebih terperinci

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, MA Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA Disampaikan pada Seminar Nasional Maritim 2015, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan Dalam

Lebih terperinci

ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBN

ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBN ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBN PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2016 Anggaran Kesehatan Dalam APBN Tim Penyusun Penanggung Jawab Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si. Penulis Slamet Widodo, S.E.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.55/M.PPN/HK/04/2015 TENTANG RENCANA PEMANFAATAN PINJAMAN LUAR NEGERI TAHUN 2015-2019

Lebih terperinci

DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Sambutan Ketua DJSN. Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017

DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Sambutan Ketua DJSN. Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Sambutan Ketua DJSN Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 Hotel Aryaduta, Jakarta, 28 Desember 2017 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya dibidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Azasi Manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah dr. Anshayari Arsyad, M.Kes Palu, 11 September 2015 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara-saudara sekalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan adalah sesuatu yang pasti dijalani oleh seseorang yang terlahir di dunia ini. Hidup itu sendiri adalah hak asasi manusia, wajib dijunjung tinggi keberadaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup, BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA A. Perlunya Pembentukan JKN Tak ada yang abadi dalam kehidupan ini kecuali perubahan itu sendiri.setiap manusia mengalami perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia RAPAT KOORDINASI NASIONAL BIDANG KEMARITIMAN TAHUN 2017 Jakarta, 4 Mei 2017 Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia Safri Burhanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA INDUK RISET NASIONAL TAHUN 2017-2045 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI APBNP 2015 belum ProRakyat Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI Orientasi APBN P 2015 Semangat APBNP 2015 adalah melakukan koreksi total atas model belanja pemerintah di tahun-tahun sebelumnya. Fokus

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengan sistem kesehatan. Pada intinya, sistem kesehatan merupakan semua aktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dari tahun 1992 hingga kini belum mampu mewujudkan tercapainya cakupan peserta program jaminan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia (universal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki sumber daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online SISTEM KESEHATAN DAERAH : ISU DAN TANTANGAN BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA Oleh : Dona Budi Kharisma * Naskah diterima: 15 Februari 2018; disetujui: 23 Februari 2018 Saat ini, sektor kesehatan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan hak konstitusional setiap warga Negara. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat layanan kesehatan. Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28 H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak hidup

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN 14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina

Lebih terperinci