BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis
|
|
- Hartono Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan yang bersifat sosial adalah kepadatan kendaraan, tumpukan sampah yang menganggu kesehatan dan keindahan lingkungan sehingga menimbulkan pandangan yang kurang sedap (Anshoriy dan Sudarsono, 2008: 71). Tumpukan sampah di pinggirpinggir jalan dan di sekitar permukiman warga, baik di wilayah perkotaan hingga wilayah pedesaan masih sering terlihat di sekitar lingkungan masyarakat. Kondisi seperti ini sangat buruk bagi lingkungan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup manusia dapat dikatakan baik apabila kondisi lingkungannya juga baik, namun sebaliknya jika lingkungan buruk maka akan mengurangi kualitas hidup manusia itu sendiri. Kualitas hidup manusia itu adalah kondisi di mana manusia itu mempunyai kualitas yang tinggi dalam hal sosial, budaya, dan menyelaraskan lingkungannya secara arif, sehingga manusia yang dapat hidup selaras dengan lingkungannya serta tidak selalu memperlakukan lingkungan hanya untuk memenuhi kebutuhanya (Wardhana, 2004: 28).
2 2 Manusia pada dasarnya memiliki sifat konsumtif yaitu, mengkonsumsi sebanyak-banyaknya barang yang diinginkan dan bukan yang dibutuhkan. Perilaku tersebut apabila dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan banyak sampah sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Manusia dalam kehidupannya yang konsumtif tidak memikirkan hal-hal yang dapat merusak lingkungan termasuk dari barang-barang yang telah dikonsumsi. Sampah yang paling banyak dihasilkan dari perilaku konsumtif berupa sampah plastik dan sampah kertas. Permasalahan semakin sulit untuk diatasi disebabkan karena semakin banyaknya manusia yang menghasilkan sampah terutama sampah plastik. Sampah plastik ini merupakan sampah yang sulit untuk diuraikan. Sejati (2009: 15) menjelaskan bahwa sampah plastik tergolong sampah anorganik, sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami, sehingga apabila ditimbun di tanah ataupun dibakar menimbulkan pencemaran lingkungan. Kesadaran setiap individu dalam kepedulian lingkungan itu tidaklah sama, padahal adanya sampah sebenarnya tidak selalu menjadi masalah apabila dapat dikelola sebaik mungkin sehingga dapat dihasilkan berbagai bentuk hasil olahan. Ada berbagai macam sampah yang dapat diolah atau digunakan kembali, tergantung kreativitas dari masing-masing orang. Hasil dari olahan sampah dapat berupa kerajinan, pupuk kompos, pakan ternak, biogas, dan sebagainya. Sampah merupakan permasalahan yang kompleks bagi negara Indonesia. Setiap tahun pemerintah Indonesia sudah berupaya dalam melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di setiap wilayah. Tindakan tersebut masih saja dirasa belum dapat menyelesaikan permasalahan
3 3 sampah di wilayah Indonesia hingga saat ini. Manik (2003: 226) menjelaskan bahwa pemrakarsa wajib melakukan pengelolaan lingkungan pada setiap tahap kegiatannya sesuai dengan jenis dampak yang terjadi. Pengelolaan dilakukan dengan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan, dan teknologi. Hal tersebut, dapat diterapkan juga untuk mengatasi permasalahan tentang sampah. Berdasarkan pemaparan tersebut yang dimaksud adalah bahwa setiap pelaku kegiatan harus melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, biasanya jika pada perusahaan harus memiliki Corporate Social Responsibility (CSR). Pemerintah dalam melakukan penanganan mengenai permasalahan lingkungan telah diatur dengan adanya peraturan tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup termuat dalam Undang-undang No. 32 tahun Pengelolaan lingkungan mempunyai prinsip bahwa sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak, selalu memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat, mencapai efisiensi secara ekonomis dan ekologis (ekoefisiensi), dilakukan dengan teknologi ramah lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memberdayaan masyarakat pada kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal (SLHD, 2008: VI-1). Adanya sistem pengelolaan sampah berbasis bank di Kota Bantul merupakan suatu upaya untuk mewujudkan kelesatarian lingkungan. Terkait dengan keberadaan bank sampah dapat dilihat pada suatu daerah yang mempunyai bank sampah jauh lebih baik tingkat kebersihan dan kesehatannya daripada daerah yang belum mempunyai bank sampah ataupun sistem pengelolaan sampah lainnya.
4 4 Urgensi perlu diadakan penelitian mengenai konsep pengelolaan sampah di bank sampah adalah adanya unsur memberdayakan masyarakat pada proses pelaksanaan, dari mulai anak-anak hingga orang tua semua ikut terlibat di dalamnya. Bank sampah mengajak masyarakat dalam gerakan peduli lingkungan. Bank sampah ini sangat unik karena mengelola sampah dengan menggunakan sistem bank, selayaknya bank pada umumnya yang memiliki teller dan nasabah. Sistem bank sampah yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Sampah di bank sampah ini dapat dimanfaatkan dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah (Rozak, 2014: 16). Konsep Bank Sampah Gemah Ripah tidak selalu menekankan pada unsur ekonomi melainkan pada unsur sosial, yaitu mengenai suatu gerakan peduli lingkungan. Penelitian ini mengkaji sistem pengelolaan sampah yang mengambil lokasi di Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta, dengan pertimbangan bahwa bank sampah ini adalah suatu program pengelolaan lingkungan yang berbasis masyarakat dengan sistem pengolahan sampah sehingga sampah tidak lagi dilihat sebagai barang yang tidak bernilai. Muntazah (2015: 3) berpendapat bahwa program bank sampah ini tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat. Bank Sampah Gemah Ripah dalam pelaksanaannya juga melibatkan peran dari masyarakat.
5 5 Gerakan kepedulian lingkungan pada bank sampah hampir mirip dengan Deep Ecology Arne Naess lebih disebut sebagai sebuah gerakan di antara orangorang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan hidup dan politik. Suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan pada perubahan secara mendasar dan revolusioner yaitu perubahan cara pandang nilai, dan perilaku atau gaya hidup. Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian pada jangka pendek melainkan jangka panjang (Keraf, 2010: 94). Penulis lebih memilih konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess karena sesuai dengan konsep pada bank sampah yang mendasarkan adanya suatu perubahan paradigma, yaitu perubahan cara pandang nilai pada sampah, serta gaya hidup bersih dan sehat dengan membiasakan diri untuk memilah-milah sampah. Konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul yang akan ditinjau dengan konsep Deep Ecology Arne Naess menjadi sangat sesuai. Konsep pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah memiliki tujuan yang jelas, yaitu agar masyarakat mulai peduli lingkungan sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Konsep Deep Ecology Arne Naess perlu untuk dijadikan pisau analisis dalam menyoroti konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah, karena terdapat kesesuaian pemikiran yang merupakan suatu gerakan sosial peduli lingkungan. Analisis ini diharapkan dapat memberikan pendidikan bagi masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar, dan mulai membudayakan perilaku peduli lingkungan.
6 6 2. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang peneliti rumuskan adalah sebagai berikut : a. Bagaimana konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess? b. Bagaimana konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta? c. Apa analisis kritis konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah dalam perspektif etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess dan bagaimana relevansinya sebagai gerakan peduli lingkungan berkelanjutan? 3. Keaslian Penelitian a. Febry Kautsar, 2011, Tesis S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah UGM, dengan judul : Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Pedukuhan Badegan Kabupaten Bantul, tesisini berisi tentang menentukan faktor-faktor keberhasilan dalam pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah. b. Ahmad Nur Alam S.P, 2015, Skripsi S1 Pembangunan Wilayah UGM, dengan judul : Kajian Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Mandiri (Bank Sampah) Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta, skripsi ini berisi tentang sistem pengelolaan sampah rumah tangga mandiri (bank sampah). c. Abdul Rozak, 2014, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul : Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) Dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah, skripsi
7 7 ini berisi tentang pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah yang lebih menekankan pada usaha meningkatkan ekonomi masyarakat. d. Dhina Rohmawati, 2015, Tesis FISIPOL UGM, dengan judul : Kewiralembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul DIY, tesis ini lebih menitikberatkan pada sistem kelembagaan di bank sampah gemah ripah, sehingga yang dibahas berkaitan dengan para pengelola bank sampah atau pada sistem kepengurusan bank sampah. e. Fitri Wulandari, 2014, Tesis Fakultas Teknik UGM, dengan judul: Evaluasi Prospek Keberlanjutan Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus Bank Sampah di Kota Makasar, tesis ini berisi tentang mengevaluasi adanya program bank sampah sebagai program yang berkelanjutan. f. Shofiyatul Muntazah, 2015, Jurnal Hasil Penelitian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, dengan judul : Pengelolaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bank Sampah Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Surabaya, jurnal ini berisi mengenai adanya sistem pemberdayaan masyarakat dalam program bank sampah di Surabaya. g. Ahmad Nur Alam Sukrisna Putra, 2015, Skripsi Fakultas Geografi UGM, dengan judul : Kajian Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Mandiri (Bank Sampah) Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta, skripsi ini berisi tentang pengelolaan sampah yang dimulai dari rumah tangganya
8 8 sendiri, dijelaskan pula mengenai apa saja bentuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di rumah. Skripsi ini membahas mengenai Konsep Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne Naess. Sejauh pengamatan peneliti belum pernah ada penelitian mengenai pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah yang dikaji dengan etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung sebagai sumbangsih bagi perkembangan pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. Berikut manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini : a. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan lingkungan. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. b. Bagi Ilmu Filsafat Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi akademis di dalam perkembangan ilmu filsafat khususnya di bidang Etika Lingkungan dengan pembahasan mengenai etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Serta
9 9 dapat dijadikan sebagai salah satu literatur kajian pustaka bagi akademisi Ilmu Filsafat. c. Bagi Negara Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menangani masalah sampah yang terjadi di Indonesia dengan adanya gerakan peduli lingkungan salah satu contohnya adalah Bank Sampah Gemah Ripahdi Badegan Bantul Yogyakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. 2. Mendeskripsikan konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. 3. Mengkaji serta merefleksikan konsep Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta dalam perspektif Konsep Deep Ecology Arne Naess serta relevansinya. C. Tinjauan Pustaka Bank Sampah Gemah Ripah merupakan rintisan pertama kali di Kabupaten Bantul dan satu-satunya di dunia, peluncuran adanya bank sampah ini dilakukan pada tanggal 5 Juni 2008 bertepatan dengan momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pencetus berdirinya bank sampah ini di pelopori oleh Bambang Suwerda
10 10 yang juga seorang dosen kesehatan lingkungan di Poltekes Kemenkes Yogyakarta. Bank sampah merupakan subdivisi atau kelompok kerja pengelolaan sampah dari bengkel kerja kesehatan lingkungan (Kautsar, 2011: 65). Pengelolaan sampah di sini menggunakan sistem bank yaitu menabung sampah. Sampah-sampah tersebut didapatkan dari para nasabah bank sampah yang telah menyetorkan sampah. Sampah sebelum ditabung lebih dulu di pilah-pilah oleh setiap nasabah kemudian disetorkan ke bank sampah. Setiap sampah yang ditabung ke bank sampah harus dalam keadaan terpilah, hal tersebut dilakukan agar mempermudah pengepul menghargai sampah sesuai jenisnya dan apabila sampah yang ditabung tidak terpilah akan menurunkan nilai sampah tersebut (Kautsar, 2011: 76). Setiap masyarakat atau nasabah di sekitar wilayah berdirinya bank sampah sudah jelas bahwa selalu mempunyai kebiasaan untuk memilah sampah. Nur (2015: 46) berpendapat bahwa kegiatan pemilahan sampah adalah kegiatan memisahkan atau mengelompokkan sampah sesuai dengan jenis sampah. Jenis sampah sendiri meliputi sampah anorganik yang berupa kertas, kaca, besi, plastik, sedangkan sampah organik berupa daun, sisa makanan, dan sisa bahan masakan. Sampah yang paling banyak ditabung oleh nasabah berupa sampah anorganik karena sampah organik yang berupa daun, sisa sayur atau sisa makanan diolah oleh wargannya sendiri untuk dijadikan kompos. Bank Sampah Gemah Ripah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah karena hampir semua warga di wilayah Badegan menjadi nasabah di bank sampah.
11 11 Berdasarkan data dari Kautsar (2011:79), masyarakat yang selalu memilah sampah sebesar 76%, sedangkan masyarakat yang kadang-kadang memilah sampah sebesar 24%, serta tidak ada masyarakat yang tidak memilah sampah. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa masyarakat yang daerahnya sudah mempunyai bank sampah akan lebih peduli terhadap kondisi lingkungannya. Hal ini dapat menurunkan tingkat penyakit di masyarakat yang disebabkan oleh adanya sampah seperti DBD, diare, tifus dan lain-lain. Tingkat kesehatan sebelum dan sesudah adanya bank sampah menurut Kautsar (2011: 88-89), sebelum ada bank sampah ada lebih dari satu warga yang terkena DBD, setelah ada bank sampah sudah tidak ada lagi kasus warga yang terkena DBD. Data tersebut jelas bahwa adanya bank sampah sangat berdampak positif terhadap tingkat kesehatan masayarakat. Bank sampah selain mempunyai dampak positif bagi kesehatan juga berdampak positif bagi perekonomian nasabah. Nasabah yang sudah menyetorkan sampah di bank sampah akan diberikan uang dengan nominal harga sampah. Alur menabung di bank sampah menurut Putra (2015: 46), setelah anggota atau nasabah memilah sampah di tingkat rumah tangga selanjutnya sampah hasil pilahan dibawa ke bank sampah kemudian dilakukan penimbangan menurut jenis sampah, setelah mengetahui nominal uang yang didapat akan dilakukan pemotongan biaya operasional bank sampah yang besarnya ditentukan menurut kesepakatan nasabah. Langkah terakhir nominal yang di dapat nasabah di catat di buku tabungan. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di Bank Sampah Gemah Ripah pada tanggal 9 September 2016, bank sampah ini tidak selalu mengutamakan keuntungan yang berupa uang karena sejak awal berdirinya gerakan ini hanya
12 12 merupakan swadaya masyarakat dan belum ada sistem bagi hasil di antara pengelolanya. Bank sampah ini merupakan suatu gerakan sosial masyarakat yang peduli lingkungan. Bambang yang berprofesi sebagai dosen kesehatan lingkungan sudah wajar apabila ilmu yang dimiliki dapat diajarkan di masyarakat. Menurut Rohmawati (2015: 72), pada awalnya penyampaian materi mengenai konsep bank sampah dilakukan oleh Bambang Suwerda dan pengurus BKKLBM (Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat) dengan media sosialisasi menggunakan lembaga-lembaga yang telah ada di Badegan seperti kelompok PKK dan arisan bapak-bapak. Pengelolaan sampah dengan melibatkan ibu-ibu PKK karena berpotensi sebagai wadah dalam pengolahan sampah yang diharapkan dapat mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Setiap rumah tangga melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle. 3R Menurut Wulandari (2014: 9) adalah : 1. Reduce, yaitu upaya untuk mengurangi timbunan sampah di lingkungan sumber bahkan dapat dilakukan sejak dan sebelum sampah dihasilkan. Reduce dilakukan dengan cara efisiensi penggunaan sumber daya alam dan yang sedikit menghasilkan sampah. Tindakan tersebut dapat diberikan contoh seperti dengan mengurangi konsumsi yang berbahan plastik atau saat berbelanja dapat menggunakan kantong dari kain. 2. Reuse, yaitu mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai pemanfaatan kembali barang-barang yang sudah dipakai.
13 13 3. Recycle, yaitu mendaur ulang sampah menjadi barang yang lain dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana. Tindakan ini dapat diberikan contoh misalnya, membuat daur ulang sampah plastik menjadi tas, dompet, sendal dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan di atas terbukti bahwa pengelolaan sampah di bank sampah telah melibatkan unsur pemberdayaan masyarakat serta edukasi mengenai kebersihan lingkungan dengan mengutamakan pada gerakan peduli lingkungan yang berupa 3R, pengolahan, hingga pada memanfaatkan sampah agar menjadi bernilai yaitu dengan adanya sistem bank. Bank sampah dapat dikatakan sebagai bentuk dari upaya pengelolaan lingkungan yang berupa pengelolaan sampah. Lingkungan hidup tidak terlepas dari suatu moralitas atau perilaku terhadap lingkungan yang disebut sebagai etika lingkungan. Etika dimengerti sebagai filsafat moral. Etika merupakan nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, etika juga menyangkut ilmu tentang yang baik dan buruk (K.Bertens, 2005: 4). Etika Lingkungan Hidup merupakan disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam (Keraf, 2010: 40). Teori mengenai etika lingkungan hidup ada tiga yaitu Biosentrisme, Antroposentrisme, dan Ekosentrisme, yang sekaligus menentukan pola perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan hidup. Ketiga teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam (Keraf, 2010: 45). Salah satu teori etika lingkungan yang penting untuk
14 14 menghadapi krisis lingkungan sekarang ini adalah Ekosentrisme. Versi utama dari Ekosentrisme adalah deep ecology yang pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, filsuf Norwegia pada tahun 1973 (Widiyanastri, 2010: 12). D. Landasan Teori Deep Ecology adalah sebuah aliran filsafat yang didirikan oleh filsuf Norwegia, Arne Naess di awal tahun 70-an. Aliran filsafat ini berkembang sangat pesat dan sekarang menjadi terkenal. Paradigma Deep Ecology sebagai sebuah filsafat baru berbeda dalam memandang dunia jika dibanding dengan aliran filsafat sebelumnya, yaitu Ekologi Dangkal (Shallow ecology). Paradigma lama, Ekologi Dangkal didasarkan pada nilai-nilai Antroposentris (bepusat pada manusia), sedangkan paradigma baru, yakni Ekologi Dalam didasarkan pada nilai-nilai Ekosentris (berpusat pada bumi/alam atau ekosfer). Paradigma baru ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan dunia yang holistik. Dunia dipahami sebagai suatu keseluruhan yang terpadu ketimbang suatu kumpulan bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hal itu juga dapat disebut sebagai suatu pandangan ekologis. Istilah ekologis ini dipahami dalam arti luas, yakni kesadaran yang mendalam yang mengakui ketergantungan fundamental semua fenomena dan fakta, sebagai individu dan masyarakat semuanya terlekat dalam dan bergantung secara mutlak pada proses siklis alam (State of the world dalam Daru Purnomo, diakses 8 Oktober 2016). Deep Ecology sangat menekankan kesatuan alam. Semua makhluk hidup termasuk manusia tercantum dalam alam menurut relasi-relasi tertentu. Setiap
15 15 makhluk hidup menjadi sebagaimana adanya karena interaksi dengan semua makhluk hidup lain dan lingkungan. Semua makhluk mempunyai nilai tersendiri karena tidak mungkin hidup tanpa yang lain. Hal itu kadang-kadang disebut biospherical egalitarianism, yang tentu menjadi kontroversial bila dimaksud bahwa semua makhluk hidup mempunyai nilai yang sama (Bertens, 2000: 324). Menurut Naess, deep ecology mengusahakan gagasan biospheric egalitarianism yakni sebuah gagasan yang percaya bahwa semua makhluk hidup sama dan setara dalam memiliki nilai hak-haknya dan independen dari kegunaannya bagi manusia. Deep Ecology sangat respek terhadap nilai intrinsik. Secara nyata, ini ditunjukkan dengan sikap-sikap seperti tidak menyebabkan kerusakan yang tidak perlu pada alam (Putra, 2011: 13). Deep Ecology lebih berusaha untuk melihat akar permasalahan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup secara lebih komprehensif dan holistik, untuk kemudian mengatasinya secara lebih mendalam. Konsep deep ecology Arne Naess terdiri dari delapan platform yang merupakan serangkaian pernyataan cukup umum dan abstrak yang tampaknya diterima oleh semua pendukung gerakan deep ecology (DE). Platform ini menyentuh semua masalah utama baik pribadi, sosial, politik, ekonomi, dan filosofis berkaitan dengan lingkungan hidup (Keraf, 2010: ). Deep Ecology menganut beberapa prinsip mengenai gerakan lingkungan hidup antara lain; pertama, biospheric egalitarianism in principle. Kedua, prinsip non-antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian dari alam, bukan di atas atau terpisah dari alam. Ketiga, prinsip realisasi diri dengan mengembangkan potensi diri. Keempat, pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan
16 16 kompleksitas ekologis dalam suatu hubungan simbiosis. Kelima, perlunya perubahan dalam politik menuju ecopolitics (Keraf, 2010: 109). E. Metode Penelitian 1. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tentang masalah aktual, diperkuat dengan studi pustaka, wawancara, dan observasi lapangan. Metode wawancara dilakukan oleh peneliti kepada beberapa anggota masyarakat di sekitar lokasi Bank Sampah Gemah Ripah dan pengelola bank sampah. Wawancara ini diharapkan mendapat data yang betul-betul valid. Menurut Bakker dan Charris (1994: 107), penelitian model masalah aktual merupakan refleksi filosofis tentang salah satu fenomena atau situasi aktual yang merupakan masalah kontroversial dimasyarakat. Penelitian ini berusaha untuk membahas masalah aktual pencemaran lingkungan dan sampah dengan adanya pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah, kemudian digunakan sudut pandang konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. 2. Bahan Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dan lebih menekankan pada segi kualitas secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian (Kaelan, 2005: 5). Penelitian ini menggunakan pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiri lapangan dan penelitian pustaka yang lebih menekankan olahan kebermaknaan secara filosofis dan teoretis.
17 17 Sumber data utama berupa pustaka dari berbagai macam sumber dan data pendukung berupa wawancara dengan pengelola Bank Sampah Gemah Ripah. Data lapangan terkait topik penelitian ini diambil di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta sebagai lokasi berdirinya Bank Sampah Gemah Ripah. Bahan penelitian kepustakaan dipetakan sebagai berikut : a. Sumber Primer : 1) Febry Kautsar, 2011, dengan judul : Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Pedukuhan Badegan Kabupaten Bantul, tesis ini memaparkan mengenai mekanisme kerja bank sampah dengan menyajikan banyak data mengenai sampah dan data pemasok sampah dari masyarakat. 2) Bambang Suwerda, 2012, dengan judul : Bank Sampah (Kajian Teori Penerapan) Disertai Penerapan Bank Sampah Gemah Ripah Dusun Badegan Bantul, dalam buku ini dijelaskan mengenai konsep Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul. 3) Bambang Wintoko, 2013, dengan judul : Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah, buku ini menjelaskan mengenai pemanfaatan sampah menjadi rupiah yaitu dengan mendirikan bank sampah. 4) Informan yang menjadi narasumber dalam proses wawancara adalah sebagai berikut : a) Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah sebagai teller bank : Hesti. b) Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah sebagai pengurus daur ulang plastik : Sri.
18 18 b. Sumber Sekunder : 1) Robert Borrong, 2000, judul buku : Etika Bumi Baru, berisi mengenai krisis lingkungan dan pencemaran serta teori-teori ekologi. 2) Karden Eddy Sontang Manik, 2003, judul buku : Pengelolaan Lingkungan Hidup, berisi tentang permasalahan lingkungan hidup, sumber daya alam dan tentang pendekatan pengelolaan lingkungan. 3) Otto Soemarwoto, 2004, judul buku : Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan, berisi tentang penjelasan dan permasalahan yang ada di lingkungan. 4) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global, berisi tentang permasalahan krisis lingkungan secara global. 5) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Etika Lingkungan Hidup, buku ini berisi mengenai teori-teori lingkungan hidup dan juga membahas konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. 3. Jalan Penelitian Jalan penelitian merupakan uraian tentang cara pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data. Berikut jalan penelitian yang akan dilakukan : a. Inventarisasi dan kategorisasi, yaitu pengumpulan data kepustakaan sebanyak mungkin dan penunjang lainnya yang berhubungan dengan objek material maupun objek formal penelitian dan juga data hasil penelitian di lapangan berupa wawancara. b. Klasifikasi data, yaitu pengelompokkan data primer dan data sekunder.
19 19 c. Analisis sintesis, yaitu menganalisis data primer dan data sekunder, kemudian mengesekusi atau mengeliminasi data yang tidak perlu, dan mensintesiskan sesuai dengan gagasan dalam upaya memperkuat penelitian. d. Evaluasi kritis, yaitu melakukan analisis dan relevansi. Pengecekan dilakukan setelah melalui beberapa tahap analisis sintesis, sehingga menghasilkan pemaparan hasil penelitian yang kritis secara berimbang dan objektif. 4. Analisis Data Unsur-unsur metode yang relevan dalam analisis data adalah sebagai berikut (Kaelan, 2005: 297) : a. Verstehen Tahap pengumpulan data yang dikumpulkan dan dipahami berdasarkan karakteristik masing-masing. Penulis berusaha memahami makna penelitian dari Bank Sampah Gemah Ripahdi Badegan Bantul Yogyakarta karateristiknya sebagai pengelolaan sampah berbasis lingkungan hidup serta memahami makna konsep Deep Ecology Arne Naess. Sehingga mendapat gambaran yang jelas mengenai objek material dan formal.
20 20 b. Interpretasi Analisis ini mewujudkan penangkapan makna dari data, pemahaman interpretatif ke arah struktur filosofis yang sistematis. Sehingga dalam penelitian ini memahami makna dari konsep Deep Ecology Arne Naess yang sebagai suatu gerakan sosial peduli lingkungan, sehingga dapat saling terkait dengan sistem Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. c. Induktif Aposteriori Setelah pengumpulan data dilakukan reduksi dan display data, kemudian dilakukan analisis dengan cara menyimpulkan data yang telah dikumpulkan, untuk mewujudkan konstruksi teoritis (kejelasan konstruksi logis). d. Hermeneutika Penulis berusaha menangkap makna substansial, kemudian dilakukan dengan penafsiran dari konsep Deep Ecology Arne Naess terhadap pengelolaan lingkungan pada Bank Sampah Gemah Ripah. Sehingga makna tersebut dapat diterapkan pada masa sekarang. F. Hasil Yang Akan Dicapai Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan tentang konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan tentang etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess.
21 21 3. Menganalisis konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne Naess dan relevansinya. G. Sistematika Penulisan BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka sebagai dasar dari landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang akan dicapai dan sistematika penulisan. BAB II membahas tentang objek formal penelitian yaitu mendiskripsikan teori etika lingkungan ekosentrisme. Selain itu juga diuraikan tentang etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess, menguraikan delapan platform aksi Arne Naess. BAB III berisi uraian mengenai latar belakang adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta, kemudian penjelasan tentang konsep pengelolaan sampah di lokasi tersebut, uraian tentang kondisi lingkungan sekitar sebelum dan sesudah adanya Bank Sampah, serta diuraikan tujuan dan manfaat adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. BAB IV menguraikan hasil analisis atau pembahasan dari penelitian, dilakukan analisis kritis sehingga dapat disajikan hasil yang diharapkan penulis. Setelah itu dijelaskan mengenai relevansi dari adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta sebagai gerakan peduli lingkungan hidup yang berkelanjutan.
22 22 BAB V menyimpulkan hasil penelitian yang berisi jawaban dari rumusan masalah yang telah diteliti. Pada bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan saran yang terkait dengan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului
Lebih terperinciPengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang kita diami terdiri atas dua komponen utama yaitu biotik (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan saling berpengaruh
Lebih terperinciADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki permasalahan kompleks, salah satunya adalah permasalahan sampah. Sebagai kota terbesar ke dua
Lebih terperinciEtika Lingkungan dan Politik Lingkungan
Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konversi tanaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang sudah rendah produktivitasnya dan tidak ekonomis lagi dengan tanaman baru yang lebih baik produktivitasnya serta memiliki
Lebih terperinciMatakuliah : CB142 Tahun : 2008
Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP Learning outcome Mahasiswa mempu membedakan beberapa teori etika lingkungan dan konsekwensinya terhadap lingkungan hidup Teori Etika
Lebih terperinciDAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH SKRIPSI
DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH (Studi di Bank Sampah Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciBaca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.
Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam, terutama
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan peralatan elektronik akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi peralatan elektronik. Selama 10 tahun
Lebih terperinciBANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat
BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v vi viii xii xiii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisabil Yusuf P., 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Interaksi dan interdependensi menjadi konsep yang selalu melekat dalam konteks kesatuan ruang yang saling terintegrasi satu sama lain sebagai bagian dari
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma Dusun Kaliabu merupakan salah satu dusun yang ada di Yogyakarta. Dusun Kaliabu terletak di Desa Banyuraden,
Lebih terperinciEtika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih
ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan
Lebih terperinciETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun
ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia
Lebih terperinci1
Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 161-170 PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH 1 Yanti Sri Rejeki, 2 M. Dzikron, 3 Nugraha, 4 Dewi Shofi M., 5 Chaznin
Lebih terperinciETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)
ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH
) KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH (Studi Kasus Pengelolaan Sampah di DIY) Yeni Widowaty, Septi Nur wijayanti Laras Astuti, dan Reni Budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan
Lebih terperinciB P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
25 BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2.1 Pengertian sampah dan sejenisnya Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada observasi awal di sekolah, ditemukan situasi kegiatan belajar mengajar IPS di kelas masih mengunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Disini peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Berbagai aktifitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah. Semakin canggih teknologi di dunia, semakin beragam kegiatan manusia di bumi, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
Lebih terperinciPENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN
PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN Rachmat Mulyana Abstrak Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya perang dunia II. Inayatullah (dalam Nasution, hlmn 28) mengungkapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi
Judul : Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Partisipasi Keluarga Nasabah : Studi Kasus Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dauh Puri, Denpasar Nama : Dewa Jati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhannya terhadap lingkungan. Setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan primer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Wilayah negara Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau serta memiliki daerah pantai yang sangat panjang, yaitu sekitar 81.000 km. Pantai menjadi
Lebih terperinciETIKA DAN LINGKUNGAN
ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan
VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA
BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA 5.1 Latar Belakang Program Setiap rumah tangga adalah produsen sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Cara yang paling efektif untuk mengatasi
Lebih terperinciKeywords: waste management, Bank Sampah Malang (BSM), RW 3 Sukun Village
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH (Suatu Studi di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dalam Pelaksanaan Program Bank Sampah Malang (BSM) di Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan khususnya di provinsi Riau akan memberi dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu dengan
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013
PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup, menuntut berbagai pengembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak ada
Lebih terperinciPARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN
PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Konservasi Dosen pengampu : Sri Hartati Disusun oleh: 1.Nurul Khairun Nisa (1401415010) 2.Jamilah (1401415028) PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu hal yang penting bagi suatu daerah karena berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk berkembang. Berkembangnya
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO
BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG PRESENT BY : SRI MURNI EDIYATI, SH DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH 1. UU No.
Lebih terperinciPERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,
PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa atau
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bagian ini adalah bagian penutup yang menguraikan tiga hal pokok seperti simpulan, implikasi dan rekomendasi, dengan uraian sebagai berikut. 5.1 Simpulan Model
Lebih terperinciKERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU
KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU A. LATAR BELAKANG Satu RW berpenduduk 1.600 jiwa menghasilkan sampah sekitar 800 kg/hari, 70 % (420 kg) berupa sampah organik, 30 % (jika dilakukan pemilahan
Lebih terperinciKAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi
Lebih terperinciREVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS
REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS Penulis Jurnal : RAHMAT SUKANDAR, S.Si, MT., M.Sc. Kepala Bidang Pengkajian, Evaluasi dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati Undang-Unadang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, demikian pula Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan lain yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sebagian dari kita yang telah melupakan kenyamanan lingkungan sekitar. Padahal makna dari lingkungan yang bersahabat sangat besar manfaatnya untuk manusia.
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)
PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut berakibat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang baik
Lebih terperinciPEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN
PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga agar tetap mampu menunjang kehidupan yang normal. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelestarian lingkungan hidup memiliki arti bahwa lingkungan harus dipertahankan sebagaimana keadaannya. Sedangkan lingkungan hidup saat ini justru dimanfaatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menimbulkan bertambahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi sorotan masyarakat saat ini ialah mengenai masalah sampah. Sampah merupakan satu permasalahan kompleks
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan sampah merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja.persoalan sampah dapat berpotensi menjadi masalah kultural karena dampaknya yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk sangat besar di dunia setelah negara China dan India. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dari
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN PASAR BERSIH SEHAT INDAH DAN TERATUR DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DAN PEDAGANG
Lebih terperinci2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara
Lebih terperinciPOTENSI REDUCE, REUSE, RECYCLE
POTENSI REDUCE, REUSE, RECYCLE (3R) SAMPAH PADA BANK SAMPAH `BANK JUNK FOR SURABAYA CLEAN (BJSC)` THE POTENTIAL OF REDUCE, REUSE, RECYCLE (3R) ACTIVITY AT BANK JUNK FOR SURABAYA CLEAN (BJSC) Arlini Dyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga karena banyak sekali manfaatnya. Lingkungan yang bersih adalah suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembuangan Akhir (TPA). Minimalnya jumlah TPA di wilayah Klaten membuat TPA susah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Klaten merupakan sebuah kota kecil dengan perkembangan wilayah yang dinamis. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat. Saat ini banyak perusahaan atau badan usaha yang menggunakan teknologi informasi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, perusahaan perusahaan multinasional saat ini semakin banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan kinerjanya demi persaingan global.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis pusat perbelanjaan merupakan tempat yang banyak ditemui di daerah perkotaan yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi kota tersebut. Maraknya
Lebih terperinciMODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA Andini Yunita ¹ (Andiniyunita91@yahoo.com) Siti Fadjarajani
Lebih terperinciINVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi
INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN Latar Belakang
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 17 Agustus 1945, telah diikrarkan sebuah kemerdekaan suatu negara di Asia tenggara bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemerdekaan ini disepakati
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang
Lebih terperinci