BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenisjenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan yang bersifat sosial adalah kepadatan kendaraan, tumpukan sampah yang menganggu kesehatan dan keindahan lingkungan sehingga menimbulkan pandangan yang kurang sedap (Anshoriy dan Sudarsono, 2008: 71). Tumpukan sampah di pinggirpinggir jalan dan di sekitar permukiman warga, baik di wilayah perkotaan hingga wilayah pedesaan masih sering terlihat di sekitar lingkungan masyarakat. Kondisi seperti ini sangat buruk bagi lingkungan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup manusia dapat dikatakan baik apabila kondisi lingkungannya juga baik, namun sebaliknya jika lingkungan buruk maka akan mengurangi kualitas hidup manusia itu sendiri. Kualitas hidup manusia itu adalah kondisi di mana manusia itu mempunyai kualitas yang tinggi dalam hal sosial, budaya, dan menyelaraskan lingkungannya secara arif, sehingga manusia yang dapat hidup selaras dengan lingkungannya serta tidak selalu memperlakukan lingkungan hanya untuk memenuhi kebutuhanya (Wardhana, 2004: 28).

2 2 Manusia pada dasarnya memiliki sifat konsumtif yaitu, mengkonsumsi sebanyak-banyaknya barang yang diinginkan dan bukan yang dibutuhkan. Perilaku tersebut apabila dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan banyak sampah sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Manusia dalam kehidupannya yang konsumtif tidak memikirkan hal-hal yang dapat merusak lingkungan termasuk dari barang-barang yang telah dikonsumsi. Sampah yang paling banyak dihasilkan dari perilaku konsumtif berupa sampah plastik dan sampah kertas. Permasalahan semakin sulit untuk diatasi disebabkan karena semakin banyaknya manusia yang menghasilkan sampah terutama sampah plastik. Sampah plastik ini merupakan sampah yang sulit untuk diuraikan. Sejati (2009: 15) menjelaskan bahwa sampah plastik tergolong sampah anorganik, sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami, sehingga apabila ditimbun di tanah ataupun dibakar menimbulkan pencemaran lingkungan. Kesadaran setiap individu dalam kepedulian lingkungan itu tidaklah sama, padahal adanya sampah sebenarnya tidak selalu menjadi masalah apabila dapat dikelola sebaik mungkin sehingga dapat dihasilkan berbagai bentuk hasil olahan. Ada berbagai macam sampah yang dapat diolah atau digunakan kembali, tergantung kreativitas dari masing-masing orang. Hasil dari olahan sampah dapat berupa kerajinan, pupuk kompos, pakan ternak, biogas, dan sebagainya. Sampah merupakan permasalahan yang kompleks bagi negara Indonesia. Setiap tahun pemerintah Indonesia sudah berupaya dalam melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di setiap wilayah. Tindakan tersebut masih saja dirasa belum dapat menyelesaikan permasalahan

3 3 sampah di wilayah Indonesia hingga saat ini. Manik (2003: 226) menjelaskan bahwa pemrakarsa wajib melakukan pengelolaan lingkungan pada setiap tahap kegiatannya sesuai dengan jenis dampak yang terjadi. Pengelolaan dilakukan dengan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan, dan teknologi. Hal tersebut, dapat diterapkan juga untuk mengatasi permasalahan tentang sampah. Berdasarkan pemaparan tersebut yang dimaksud adalah bahwa setiap pelaku kegiatan harus melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, biasanya jika pada perusahaan harus memiliki Corporate Social Responsibility (CSR). Pemerintah dalam melakukan penanganan mengenai permasalahan lingkungan telah diatur dengan adanya peraturan tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup termuat dalam Undang-undang No. 32 tahun Pengelolaan lingkungan mempunyai prinsip bahwa sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak, selalu memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat, mencapai efisiensi secara ekonomis dan ekologis (ekoefisiensi), dilakukan dengan teknologi ramah lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memberdayaan masyarakat pada kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal (SLHD, 2008: VI-1). Adanya sistem pengelolaan sampah berbasis bank di Kota Bantul merupakan suatu upaya untuk mewujudkan kelesatarian lingkungan. Terkait dengan keberadaan bank sampah dapat dilihat pada suatu daerah yang mempunyai bank sampah jauh lebih baik tingkat kebersihan dan kesehatannya daripada daerah yang belum mempunyai bank sampah ataupun sistem pengelolaan sampah lainnya.

4 4 Urgensi perlu diadakan penelitian mengenai konsep pengelolaan sampah di bank sampah adalah adanya unsur memberdayakan masyarakat pada proses pelaksanaan, dari mulai anak-anak hingga orang tua semua ikut terlibat di dalamnya. Bank sampah mengajak masyarakat dalam gerakan peduli lingkungan. Bank sampah ini sangat unik karena mengelola sampah dengan menggunakan sistem bank, selayaknya bank pada umumnya yang memiliki teller dan nasabah. Sistem bank sampah yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Sampah di bank sampah ini dapat dimanfaatkan dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah (Rozak, 2014: 16). Konsep Bank Sampah Gemah Ripah tidak selalu menekankan pada unsur ekonomi melainkan pada unsur sosial, yaitu mengenai suatu gerakan peduli lingkungan. Penelitian ini mengkaji sistem pengelolaan sampah yang mengambil lokasi di Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta, dengan pertimbangan bahwa bank sampah ini adalah suatu program pengelolaan lingkungan yang berbasis masyarakat dengan sistem pengolahan sampah sehingga sampah tidak lagi dilihat sebagai barang yang tidak bernilai. Muntazah (2015: 3) berpendapat bahwa program bank sampah ini tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat. Bank Sampah Gemah Ripah dalam pelaksanaannya juga melibatkan peran dari masyarakat.

5 5 Gerakan kepedulian lingkungan pada bank sampah hampir mirip dengan Deep Ecology Arne Naess lebih disebut sebagai sebuah gerakan di antara orangorang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan hidup dan politik. Suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan pada perubahan secara mendasar dan revolusioner yaitu perubahan cara pandang nilai, dan perilaku atau gaya hidup. Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian pada jangka pendek melainkan jangka panjang (Keraf, 2010: 94). Penulis lebih memilih konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess karena sesuai dengan konsep pada bank sampah yang mendasarkan adanya suatu perubahan paradigma, yaitu perubahan cara pandang nilai pada sampah, serta gaya hidup bersih dan sehat dengan membiasakan diri untuk memilah-milah sampah. Konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul yang akan ditinjau dengan konsep Deep Ecology Arne Naess menjadi sangat sesuai. Konsep pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah memiliki tujuan yang jelas, yaitu agar masyarakat mulai peduli lingkungan sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Konsep Deep Ecology Arne Naess perlu untuk dijadikan pisau analisis dalam menyoroti konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah, karena terdapat kesesuaian pemikiran yang merupakan suatu gerakan sosial peduli lingkungan. Analisis ini diharapkan dapat memberikan pendidikan bagi masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar, dan mulai membudayakan perilaku peduli lingkungan.

6 6 2. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang peneliti rumuskan adalah sebagai berikut : a. Bagaimana konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess? b. Bagaimana konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta? c. Apa analisis kritis konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah dalam perspektif etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess dan bagaimana relevansinya sebagai gerakan peduli lingkungan berkelanjutan? 3. Keaslian Penelitian a. Febry Kautsar, 2011, Tesis S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah UGM, dengan judul : Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Pedukuhan Badegan Kabupaten Bantul, tesisini berisi tentang menentukan faktor-faktor keberhasilan dalam pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah. b. Ahmad Nur Alam S.P, 2015, Skripsi S1 Pembangunan Wilayah UGM, dengan judul : Kajian Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Mandiri (Bank Sampah) Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta, skripsi ini berisi tentang sistem pengelolaan sampah rumah tangga mandiri (bank sampah). c. Abdul Rozak, 2014, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul : Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) Dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah, skripsi

7 7 ini berisi tentang pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah yang lebih menekankan pada usaha meningkatkan ekonomi masyarakat. d. Dhina Rohmawati, 2015, Tesis FISIPOL UGM, dengan judul : Kewiralembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul DIY, tesis ini lebih menitikberatkan pada sistem kelembagaan di bank sampah gemah ripah, sehingga yang dibahas berkaitan dengan para pengelola bank sampah atau pada sistem kepengurusan bank sampah. e. Fitri Wulandari, 2014, Tesis Fakultas Teknik UGM, dengan judul: Evaluasi Prospek Keberlanjutan Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus Bank Sampah di Kota Makasar, tesis ini berisi tentang mengevaluasi adanya program bank sampah sebagai program yang berkelanjutan. f. Shofiyatul Muntazah, 2015, Jurnal Hasil Penelitian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, dengan judul : Pengelolaan Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bank Sampah Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Surabaya, jurnal ini berisi mengenai adanya sistem pemberdayaan masyarakat dalam program bank sampah di Surabaya. g. Ahmad Nur Alam Sukrisna Putra, 2015, Skripsi Fakultas Geografi UGM, dengan judul : Kajian Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Mandiri (Bank Sampah) Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta, skripsi ini berisi tentang pengelolaan sampah yang dimulai dari rumah tangganya

8 8 sendiri, dijelaskan pula mengenai apa saja bentuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di rumah. Skripsi ini membahas mengenai Konsep Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne Naess. Sejauh pengamatan peneliti belum pernah ada penelitian mengenai pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah yang dikaji dengan etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung sebagai sumbangsih bagi perkembangan pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. Berikut manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini : a. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan lingkungan. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. b. Bagi Ilmu Filsafat Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi akademis di dalam perkembangan ilmu filsafat khususnya di bidang Etika Lingkungan dengan pembahasan mengenai etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Serta

9 9 dapat dijadikan sebagai salah satu literatur kajian pustaka bagi akademisi Ilmu Filsafat. c. Bagi Negara Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menangani masalah sampah yang terjadi di Indonesia dengan adanya gerakan peduli lingkungan salah satu contohnya adalah Bank Sampah Gemah Ripahdi Badegan Bantul Yogyakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. 2. Mendeskripsikan konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. 3. Mengkaji serta merefleksikan konsep Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta dalam perspektif Konsep Deep Ecology Arne Naess serta relevansinya. C. Tinjauan Pustaka Bank Sampah Gemah Ripah merupakan rintisan pertama kali di Kabupaten Bantul dan satu-satunya di dunia, peluncuran adanya bank sampah ini dilakukan pada tanggal 5 Juni 2008 bertepatan dengan momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Pencetus berdirinya bank sampah ini di pelopori oleh Bambang Suwerda

10 10 yang juga seorang dosen kesehatan lingkungan di Poltekes Kemenkes Yogyakarta. Bank sampah merupakan subdivisi atau kelompok kerja pengelolaan sampah dari bengkel kerja kesehatan lingkungan (Kautsar, 2011: 65). Pengelolaan sampah di sini menggunakan sistem bank yaitu menabung sampah. Sampah-sampah tersebut didapatkan dari para nasabah bank sampah yang telah menyetorkan sampah. Sampah sebelum ditabung lebih dulu di pilah-pilah oleh setiap nasabah kemudian disetorkan ke bank sampah. Setiap sampah yang ditabung ke bank sampah harus dalam keadaan terpilah, hal tersebut dilakukan agar mempermudah pengepul menghargai sampah sesuai jenisnya dan apabila sampah yang ditabung tidak terpilah akan menurunkan nilai sampah tersebut (Kautsar, 2011: 76). Setiap masyarakat atau nasabah di sekitar wilayah berdirinya bank sampah sudah jelas bahwa selalu mempunyai kebiasaan untuk memilah sampah. Nur (2015: 46) berpendapat bahwa kegiatan pemilahan sampah adalah kegiatan memisahkan atau mengelompokkan sampah sesuai dengan jenis sampah. Jenis sampah sendiri meliputi sampah anorganik yang berupa kertas, kaca, besi, plastik, sedangkan sampah organik berupa daun, sisa makanan, dan sisa bahan masakan. Sampah yang paling banyak ditabung oleh nasabah berupa sampah anorganik karena sampah organik yang berupa daun, sisa sayur atau sisa makanan diolah oleh wargannya sendiri untuk dijadikan kompos. Bank Sampah Gemah Ripah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah karena hampir semua warga di wilayah Badegan menjadi nasabah di bank sampah.

11 11 Berdasarkan data dari Kautsar (2011:79), masyarakat yang selalu memilah sampah sebesar 76%, sedangkan masyarakat yang kadang-kadang memilah sampah sebesar 24%, serta tidak ada masyarakat yang tidak memilah sampah. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa masyarakat yang daerahnya sudah mempunyai bank sampah akan lebih peduli terhadap kondisi lingkungannya. Hal ini dapat menurunkan tingkat penyakit di masyarakat yang disebabkan oleh adanya sampah seperti DBD, diare, tifus dan lain-lain. Tingkat kesehatan sebelum dan sesudah adanya bank sampah menurut Kautsar (2011: 88-89), sebelum ada bank sampah ada lebih dari satu warga yang terkena DBD, setelah ada bank sampah sudah tidak ada lagi kasus warga yang terkena DBD. Data tersebut jelas bahwa adanya bank sampah sangat berdampak positif terhadap tingkat kesehatan masayarakat. Bank sampah selain mempunyai dampak positif bagi kesehatan juga berdampak positif bagi perekonomian nasabah. Nasabah yang sudah menyetorkan sampah di bank sampah akan diberikan uang dengan nominal harga sampah. Alur menabung di bank sampah menurut Putra (2015: 46), setelah anggota atau nasabah memilah sampah di tingkat rumah tangga selanjutnya sampah hasil pilahan dibawa ke bank sampah kemudian dilakukan penimbangan menurut jenis sampah, setelah mengetahui nominal uang yang didapat akan dilakukan pemotongan biaya operasional bank sampah yang besarnya ditentukan menurut kesepakatan nasabah. Langkah terakhir nominal yang di dapat nasabah di catat di buku tabungan. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di Bank Sampah Gemah Ripah pada tanggal 9 September 2016, bank sampah ini tidak selalu mengutamakan keuntungan yang berupa uang karena sejak awal berdirinya gerakan ini hanya

12 12 merupakan swadaya masyarakat dan belum ada sistem bagi hasil di antara pengelolanya. Bank sampah ini merupakan suatu gerakan sosial masyarakat yang peduli lingkungan. Bambang yang berprofesi sebagai dosen kesehatan lingkungan sudah wajar apabila ilmu yang dimiliki dapat diajarkan di masyarakat. Menurut Rohmawati (2015: 72), pada awalnya penyampaian materi mengenai konsep bank sampah dilakukan oleh Bambang Suwerda dan pengurus BKKLBM (Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat) dengan media sosialisasi menggunakan lembaga-lembaga yang telah ada di Badegan seperti kelompok PKK dan arisan bapak-bapak. Pengelolaan sampah dengan melibatkan ibu-ibu PKK karena berpotensi sebagai wadah dalam pengolahan sampah yang diharapkan dapat mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Setiap rumah tangga melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle. 3R Menurut Wulandari (2014: 9) adalah : 1. Reduce, yaitu upaya untuk mengurangi timbunan sampah di lingkungan sumber bahkan dapat dilakukan sejak dan sebelum sampah dihasilkan. Reduce dilakukan dengan cara efisiensi penggunaan sumber daya alam dan yang sedikit menghasilkan sampah. Tindakan tersebut dapat diberikan contoh seperti dengan mengurangi konsumsi yang berbahan plastik atau saat berbelanja dapat menggunakan kantong dari kain. 2. Reuse, yaitu mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai pemanfaatan kembali barang-barang yang sudah dipakai.

13 13 3. Recycle, yaitu mendaur ulang sampah menjadi barang yang lain dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana. Tindakan ini dapat diberikan contoh misalnya, membuat daur ulang sampah plastik menjadi tas, dompet, sendal dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan di atas terbukti bahwa pengelolaan sampah di bank sampah telah melibatkan unsur pemberdayaan masyarakat serta edukasi mengenai kebersihan lingkungan dengan mengutamakan pada gerakan peduli lingkungan yang berupa 3R, pengolahan, hingga pada memanfaatkan sampah agar menjadi bernilai yaitu dengan adanya sistem bank. Bank sampah dapat dikatakan sebagai bentuk dari upaya pengelolaan lingkungan yang berupa pengelolaan sampah. Lingkungan hidup tidak terlepas dari suatu moralitas atau perilaku terhadap lingkungan yang disebut sebagai etika lingkungan. Etika dimengerti sebagai filsafat moral. Etika merupakan nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, etika juga menyangkut ilmu tentang yang baik dan buruk (K.Bertens, 2005: 4). Etika Lingkungan Hidup merupakan disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam (Keraf, 2010: 40). Teori mengenai etika lingkungan hidup ada tiga yaitu Biosentrisme, Antroposentrisme, dan Ekosentrisme, yang sekaligus menentukan pola perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan hidup. Ketiga teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam (Keraf, 2010: 45). Salah satu teori etika lingkungan yang penting untuk

14 14 menghadapi krisis lingkungan sekarang ini adalah Ekosentrisme. Versi utama dari Ekosentrisme adalah deep ecology yang pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, filsuf Norwegia pada tahun 1973 (Widiyanastri, 2010: 12). D. Landasan Teori Deep Ecology adalah sebuah aliran filsafat yang didirikan oleh filsuf Norwegia, Arne Naess di awal tahun 70-an. Aliran filsafat ini berkembang sangat pesat dan sekarang menjadi terkenal. Paradigma Deep Ecology sebagai sebuah filsafat baru berbeda dalam memandang dunia jika dibanding dengan aliran filsafat sebelumnya, yaitu Ekologi Dangkal (Shallow ecology). Paradigma lama, Ekologi Dangkal didasarkan pada nilai-nilai Antroposentris (bepusat pada manusia), sedangkan paradigma baru, yakni Ekologi Dalam didasarkan pada nilai-nilai Ekosentris (berpusat pada bumi/alam atau ekosfer). Paradigma baru ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan dunia yang holistik. Dunia dipahami sebagai suatu keseluruhan yang terpadu ketimbang suatu kumpulan bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hal itu juga dapat disebut sebagai suatu pandangan ekologis. Istilah ekologis ini dipahami dalam arti luas, yakni kesadaran yang mendalam yang mengakui ketergantungan fundamental semua fenomena dan fakta, sebagai individu dan masyarakat semuanya terlekat dalam dan bergantung secara mutlak pada proses siklis alam (State of the world dalam Daru Purnomo, diakses 8 Oktober 2016). Deep Ecology sangat menekankan kesatuan alam. Semua makhluk hidup termasuk manusia tercantum dalam alam menurut relasi-relasi tertentu. Setiap

15 15 makhluk hidup menjadi sebagaimana adanya karena interaksi dengan semua makhluk hidup lain dan lingkungan. Semua makhluk mempunyai nilai tersendiri karena tidak mungkin hidup tanpa yang lain. Hal itu kadang-kadang disebut biospherical egalitarianism, yang tentu menjadi kontroversial bila dimaksud bahwa semua makhluk hidup mempunyai nilai yang sama (Bertens, 2000: 324). Menurut Naess, deep ecology mengusahakan gagasan biospheric egalitarianism yakni sebuah gagasan yang percaya bahwa semua makhluk hidup sama dan setara dalam memiliki nilai hak-haknya dan independen dari kegunaannya bagi manusia. Deep Ecology sangat respek terhadap nilai intrinsik. Secara nyata, ini ditunjukkan dengan sikap-sikap seperti tidak menyebabkan kerusakan yang tidak perlu pada alam (Putra, 2011: 13). Deep Ecology lebih berusaha untuk melihat akar permasalahan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup secara lebih komprehensif dan holistik, untuk kemudian mengatasinya secara lebih mendalam. Konsep deep ecology Arne Naess terdiri dari delapan platform yang merupakan serangkaian pernyataan cukup umum dan abstrak yang tampaknya diterima oleh semua pendukung gerakan deep ecology (DE). Platform ini menyentuh semua masalah utama baik pribadi, sosial, politik, ekonomi, dan filosofis berkaitan dengan lingkungan hidup (Keraf, 2010: ). Deep Ecology menganut beberapa prinsip mengenai gerakan lingkungan hidup antara lain; pertama, biospheric egalitarianism in principle. Kedua, prinsip non-antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian dari alam, bukan di atas atau terpisah dari alam. Ketiga, prinsip realisasi diri dengan mengembangkan potensi diri. Keempat, pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan

16 16 kompleksitas ekologis dalam suatu hubungan simbiosis. Kelima, perlunya perubahan dalam politik menuju ecopolitics (Keraf, 2010: 109). E. Metode Penelitian 1. Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tentang masalah aktual, diperkuat dengan studi pustaka, wawancara, dan observasi lapangan. Metode wawancara dilakukan oleh peneliti kepada beberapa anggota masyarakat di sekitar lokasi Bank Sampah Gemah Ripah dan pengelola bank sampah. Wawancara ini diharapkan mendapat data yang betul-betul valid. Menurut Bakker dan Charris (1994: 107), penelitian model masalah aktual merupakan refleksi filosofis tentang salah satu fenomena atau situasi aktual yang merupakan masalah kontroversial dimasyarakat. Penelitian ini berusaha untuk membahas masalah aktual pencemaran lingkungan dan sampah dengan adanya pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah, kemudian digunakan sudut pandang konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. 2. Bahan Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dan lebih menekankan pada segi kualitas secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian (Kaelan, 2005: 5). Penelitian ini menggunakan pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiri lapangan dan penelitian pustaka yang lebih menekankan olahan kebermaknaan secara filosofis dan teoretis.

17 17 Sumber data utama berupa pustaka dari berbagai macam sumber dan data pendukung berupa wawancara dengan pengelola Bank Sampah Gemah Ripah. Data lapangan terkait topik penelitian ini diambil di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta sebagai lokasi berdirinya Bank Sampah Gemah Ripah. Bahan penelitian kepustakaan dipetakan sebagai berikut : a. Sumber Primer : 1) Febry Kautsar, 2011, dengan judul : Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Pedukuhan Badegan Kabupaten Bantul, tesis ini memaparkan mengenai mekanisme kerja bank sampah dengan menyajikan banyak data mengenai sampah dan data pemasok sampah dari masyarakat. 2) Bambang Suwerda, 2012, dengan judul : Bank Sampah (Kajian Teori Penerapan) Disertai Penerapan Bank Sampah Gemah Ripah Dusun Badegan Bantul, dalam buku ini dijelaskan mengenai konsep Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul. 3) Bambang Wintoko, 2013, dengan judul : Panduan Praktis Mendirikan Bank Sampah, buku ini menjelaskan mengenai pemanfaatan sampah menjadi rupiah yaitu dengan mendirikan bank sampah. 4) Informan yang menjadi narasumber dalam proses wawancara adalah sebagai berikut : a) Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah sebagai teller bank : Hesti. b) Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah sebagai pengurus daur ulang plastik : Sri.

18 18 b. Sumber Sekunder : 1) Robert Borrong, 2000, judul buku : Etika Bumi Baru, berisi mengenai krisis lingkungan dan pencemaran serta teori-teori ekologi. 2) Karden Eddy Sontang Manik, 2003, judul buku : Pengelolaan Lingkungan Hidup, berisi tentang permasalahan lingkungan hidup, sumber daya alam dan tentang pendekatan pengelolaan lingkungan. 3) Otto Soemarwoto, 2004, judul buku : Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan, berisi tentang penjelasan dan permasalahan yang ada di lingkungan. 4) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global, berisi tentang permasalahan krisis lingkungan secara global. 5) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Etika Lingkungan Hidup, buku ini berisi mengenai teori-teori lingkungan hidup dan juga membahas konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. 3. Jalan Penelitian Jalan penelitian merupakan uraian tentang cara pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data. Berikut jalan penelitian yang akan dilakukan : a. Inventarisasi dan kategorisasi, yaitu pengumpulan data kepustakaan sebanyak mungkin dan penunjang lainnya yang berhubungan dengan objek material maupun objek formal penelitian dan juga data hasil penelitian di lapangan berupa wawancara. b. Klasifikasi data, yaitu pengelompokkan data primer dan data sekunder.

19 19 c. Analisis sintesis, yaitu menganalisis data primer dan data sekunder, kemudian mengesekusi atau mengeliminasi data yang tidak perlu, dan mensintesiskan sesuai dengan gagasan dalam upaya memperkuat penelitian. d. Evaluasi kritis, yaitu melakukan analisis dan relevansi. Pengecekan dilakukan setelah melalui beberapa tahap analisis sintesis, sehingga menghasilkan pemaparan hasil penelitian yang kritis secara berimbang dan objektif. 4. Analisis Data Unsur-unsur metode yang relevan dalam analisis data adalah sebagai berikut (Kaelan, 2005: 297) : a. Verstehen Tahap pengumpulan data yang dikumpulkan dan dipahami berdasarkan karakteristik masing-masing. Penulis berusaha memahami makna penelitian dari Bank Sampah Gemah Ripahdi Badegan Bantul Yogyakarta karateristiknya sebagai pengelolaan sampah berbasis lingkungan hidup serta memahami makna konsep Deep Ecology Arne Naess. Sehingga mendapat gambaran yang jelas mengenai objek material dan formal.

20 20 b. Interpretasi Analisis ini mewujudkan penangkapan makna dari data, pemahaman interpretatif ke arah struktur filosofis yang sistematis. Sehingga dalam penelitian ini memahami makna dari konsep Deep Ecology Arne Naess yang sebagai suatu gerakan sosial peduli lingkungan, sehingga dapat saling terkait dengan sistem Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. c. Induktif Aposteriori Setelah pengumpulan data dilakukan reduksi dan display data, kemudian dilakukan analisis dengan cara menyimpulkan data yang telah dikumpulkan, untuk mewujudkan konstruksi teoritis (kejelasan konstruksi logis). d. Hermeneutika Penulis berusaha menangkap makna substansial, kemudian dilakukan dengan penafsiran dari konsep Deep Ecology Arne Naess terhadap pengelolaan lingkungan pada Bank Sampah Gemah Ripah. Sehingga makna tersebut dapat diterapkan pada masa sekarang. F. Hasil Yang Akan Dicapai Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan tentang konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan tentang etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess.

21 21 3. Menganalisis konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne Naess dan relevansinya. G. Sistematika Penulisan BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka sebagai dasar dari landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang akan dicapai dan sistematika penulisan. BAB II membahas tentang objek formal penelitian yaitu mendiskripsikan teori etika lingkungan ekosentrisme. Selain itu juga diuraikan tentang etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess, menguraikan delapan platform aksi Arne Naess. BAB III berisi uraian mengenai latar belakang adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta, kemudian penjelasan tentang konsep pengelolaan sampah di lokasi tersebut, uraian tentang kondisi lingkungan sekitar sebelum dan sesudah adanya Bank Sampah, serta diuraikan tujuan dan manfaat adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta. BAB IV menguraikan hasil analisis atau pembahasan dari penelitian, dilakukan analisis kritis sehingga dapat disajikan hasil yang diharapkan penulis. Setelah itu dijelaskan mengenai relevansi dari adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta sebagai gerakan peduli lingkungan hidup yang berkelanjutan.

22 22 BAB V menyimpulkan hasil penelitian yang berisi jawaban dari rumusan masalah yang telah diteliti. Pada bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan saran yang terkait dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang kita diami terdiri atas dua komponen utama yaitu biotik (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan saling berpengaruh

Lebih terperinci

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki permasalahan kompleks, salah satunya adalah permasalahan sampah. Sebagai kota terbesar ke dua

Lebih terperinci

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konversi tanaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang sudah rendah produktivitasnya dan tidak ekonomis lagi dengan tanaman baru yang lebih baik produktivitasnya serta memiliki

Lebih terperinci

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP Learning outcome Mahasiswa mempu membedakan beberapa teori etika lingkungan dan konsekwensinya terhadap lingkungan hidup Teori Etika

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH SKRIPSI

DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH SKRIPSI DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH (Studi di Bank Sampah Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tambang. Eksplorasi berlebihan tersebut memacu terjadinya kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat telah mengakibatkan terjadinya eksplorasi berlebihan terhadap sumber daya alam, terutama

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan peralatan elektronik akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan teknologi peralatan elektronik. Selama 10 tahun

Lebih terperinci

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv v vi viii xii xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisabil Yusuf P., 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisabil Yusuf P., 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Interaksi dan interdependensi menjadi konsep yang selalu melekat dalam konteks kesatuan ruang yang saling terintegrasi satu sama lain sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma Dusun Kaliabu merupakan salah satu dusun yang ada di Yogyakarta. Dusun Kaliabu terletak di Desa Banyuraden,

Lebih terperinci

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia

Lebih terperinci

1

1 Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 161-170 PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH 1 Yanti Sri Rejeki, 2 M. Dzikron, 3 Nugraha, 4 Dewi Shofi M., 5 Chaznin

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH ) KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH (Studi Kasus Pengelolaan Sampah di DIY) Yeni Widowaty, Septi Nur wijayanti Laras Astuti, dan Reni Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang 25 BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2.1 Pengertian sampah dan sejenisnya Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada observasi awal di sekolah, ditemukan situasi kegiatan belajar mengajar IPS di kelas masih mengunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Disini peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Berbagai aktifitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah. Semakin canggih teknologi di dunia, semakin beragam kegiatan manusia di bumi, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara

Lebih terperinci

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN Rachmat Mulyana Abstrak Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya perang dunia II. Inayatullah (dalam Nasution, hlmn 28) mengungkapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi Judul : Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Kesejahteraan dan Partisipasi Keluarga Nasabah : Studi Kasus Bank Sampah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Dauh Puri, Denpasar Nama : Dewa Jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhannya terhadap lingkungan. Setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan primer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Wilayah negara Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau serta memiliki daerah pantai yang sangat panjang, yaitu sekitar 81.000 km. Pantai menjadi

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA 5.1 Latar Belakang Program Setiap rumah tangga adalah produsen sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Cara yang paling efektif untuk mengatasi

Lebih terperinci

Keywords: waste management, Bank Sampah Malang (BSM), RW 3 Sukun Village

Keywords: waste management, Bank Sampah Malang (BSM), RW 3 Sukun Village IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH (Suatu Studi di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dalam Pelaksanaan Program Bank Sampah Malang (BSM) di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan khususnya di provinsi Riau akan memberi dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu dengan

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup, menuntut berbagai pengembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak ada

Lebih terperinci

PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN

PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Konservasi Dosen pengampu : Sri Hartati Disusun oleh: 1.Nurul Khairun Nisa (1401415010) 2.Jamilah (1401415028) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu hal yang penting bagi suatu daerah karena berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk berkembang. Berkembangnya

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG PRESENT BY : SRI MURNI EDIYATI, SH DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH 1. UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bagian ini adalah bagian penutup yang menguraikan tiga hal pokok seperti simpulan, implikasi dan rekomendasi, dengan uraian sebagai berikut. 5.1 Simpulan Model

Lebih terperinci

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU A. LATAR BELAKANG Satu RW berpenduduk 1.600 jiwa menghasilkan sampah sekitar 800 kg/hari, 70 % (420 kg) berupa sampah organik, 30 % (jika dilakukan pemilahan

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS

REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS Penulis Jurnal : RAHMAT SUKANDAR, S.Si, MT., M.Sc. Kepala Bidang Pengkajian, Evaluasi dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati Undang-Unadang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, demikian pula Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan lain yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sebagian dari kita yang telah melupakan kenyamanan lingkungan sekitar. Padahal makna dari lingkungan yang bersahabat sangat besar manfaatnya untuk manusia.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut berakibat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang baik

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga agar tetap mampu menunjang kehidupan yang normal. 1

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga agar tetap mampu menunjang kehidupan yang normal. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelestarian lingkungan hidup memiliki arti bahwa lingkungan harus dipertahankan sebagaimana keadaannya. Sedangkan lingkungan hidup saat ini justru dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menimbulkan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang sering kali menjadi sorotan masyarakat saat ini ialah mengenai masalah sampah. Sampah merupakan satu permasalahan kompleks

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan sampah merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja.persoalan sampah dapat berpotensi menjadi masalah kultural karena dampaknya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk sangat besar di dunia setelah negara China dan India. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dari

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN PASAR BERSIH SEHAT INDAH DAN TERATUR DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DAN PEDAGANG

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara

Lebih terperinci

POTENSI REDUCE, REUSE, RECYCLE

POTENSI REDUCE, REUSE, RECYCLE POTENSI REDUCE, REUSE, RECYCLE (3R) SAMPAH PADA BANK SAMPAH `BANK JUNK FOR SURABAYA CLEAN (BJSC)` THE POTENTIAL OF REDUCE, REUSE, RECYCLE (3R) ACTIVITY AT BANK JUNK FOR SURABAYA CLEAN (BJSC) Arlini Dyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga karena banyak sekali manfaatnya. Lingkungan yang bersih adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan Akhir (TPA). Minimalnya jumlah TPA di wilayah Klaten membuat TPA susah

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan Akhir (TPA). Minimalnya jumlah TPA di wilayah Klaten membuat TPA susah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Klaten merupakan sebuah kota kecil dengan perkembangan wilayah yang dinamis. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah penduduk di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat. Saat ini banyak perusahaan atau badan usaha yang menggunakan teknologi informasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, perusahaan perusahaan multinasional saat ini semakin banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan kinerjanya demi persaingan global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis pusat perbelanjaan merupakan tempat yang banyak ditemui di daerah perkotaan yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi kota tersebut. Maraknya

Lebih terperinci

MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA

MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA Andini Yunita ¹ (Andiniyunita91@yahoo.com) Siti Fadjarajani

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 17 Agustus 1945, telah diikrarkan sebuah kemerdekaan suatu negara di Asia tenggara bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemerdekaan ini disepakati

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci