BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan merupakan komponen utama bagi kelangsungan hidup

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan merupakan komponen utama bagi kelangsungan hidup"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Lingkungan merupakan komponen utama bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Khalayak umum masa kini mulai sering membicarakan tentang akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan hidup yang semakin mengancam kelangsungan kehidupan di bumi (Kristanto, 2004:8). Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di bumi memiliki kadar yang berbeda. Penyebab utama kerusakan lingkungan hidup hanya satu, yaitu paradigma pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi (Borong, 2000: 50). Kerusakan lingkungan juga terjadi dalam kaitan dengan meningkatnya jumlah lahan krisis akibat rusaknya permukaan tanah. Hal ini terjadi bukan saja karena kerusakan hutan, tetapi juga akibat tidak langsung dari pola pertanian dan perkebunan intensif dengan menggunakan berbagai pupuk kimia yang merusak lapisan tanah. Kerusakan lingkungan juga akan semakin parah apabila proses degradasi hutan yang terjadi dengan tingkat yang masif seperti sekarang diiringi dengan pola intensifikasi perkebunan yang mengandalkan pupuk kimia yang berbahaya maka akan menimbulkan proses penggurunan yang serius (Keraf, 2010: 34). Pola keinginan yang kurang terkendali sering terjadi disebabkan oleh faktor yang selalu mementingkan diri sendiri. Kepentingan yang berhubungan 1

2 2 dengan masalah bersama seringkali terabaikan dari perhatian manusia. Faktor egoisme dapat dikatakan sebagai hal yang cukup dominan dalam hubungannya dengan masalah lingkungan. Faktor egoisme ini muncul karena sifat egoisme seseorang demikian dominan, sehingga faktor-faktor norma, etika atau kewajaran/ kepatutan tidaklah menjadi halangan baginya (Siahaan, 2004: 66). Manusia sebagai bagian dari alam seharusnya sangat peduli dan sadar terhadap kelestarian alam. Kepedulian terhadap lingkungan sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh manusia yang merupakan bagian integral dari alam. Manusia sebagai makhluk hidup yang dominan telah banyak menentukan corak kehidupan ekosistem. Manusia dengan berbagai tingkah laku, kepentingan, keinginan, ideologi, pandangan terhadap nilai telah banyak mempengaruhi dan mengubah wajah bumi yang mencerminkan ketidakseimbangan (Siahaan, 2004: 13). Perkebunan sebagai salah satu wujud pemanfaatan alam memiliki banyak pengaruh terhadap lingkungan, masyarakat dan ekonomi. Perkebunan merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara Indonesia saat ini. Demi memperoleh keuntungan yang lebih besar dari usaha perkebunan, banyak dampak baik maupun buruk yang diterima lingkungan. Teh merupakan komoditi perkebunan yang cukup mempunyai arti penting bagi Indonesia karena dapat menghasilkan devisa bagi negara. Pembukaan lahan perkebunan teh juga dapat berfungsi sosial karena menampung banyak tenaga kerja, serta dapat memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa tanah, air, dan lingkungannya. Tanaman teh yang dimiliki semua perkebunan teh di

3 3 Indonesia pada saat ini hampir semuanya merupakan tanaman tua. Sebagian besar tanaman teh yang ditanam di Indonesia berasal dari biji, sehingga apabila dicermati akan menunjukkan keragaman meskipun berada dalam satu populasi pertanaman (Mangoendijojo, 2000: 2). Tanaman Kelapa Sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien dibandingkan beberapa tanaman sumber minyak nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi lainnya, seperti kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari. Kelapa Sawit dapat menghasilkan minyak paling banyak dengan rendemen mencapai 21%, kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sebanyak 6-8 ton/ hektare (Sunarko, 2010). Masa depan agrobisnis kelapa sawit memiliki peran yang signifikan bagi ekonomi Indonesia. Perkembangan luas dan produksi kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari hektare pada tahun 1997 menjadi hektare pada tahun 2007 atau meningkat 7,5% per tahun. Produksi juga meningkat dari ton (1997) menjadi ton (2007). Hal ini menjadikan Indonesia mampu melampaui produksi minyak sawit Malaysia, tetapi ekspor Malaysia masih lebih besar. Proses ini mendasari konversi tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Simalungun menjadi tanaman kelapa sawit di samping prospek komoditi teh yang semakin menurun. Keberhasilan dalam pengembangan kelapa sawit sangat ditentukan oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah faktor lahan (tanah dan iklim) faktor tanah khususnya, sebagai medium tumbuhnya tanaman kelapa sawit memiliki sifat-sifat yang kompleks.

4 4 Kelapa sawit membutuhkan persyaratan iklim tertentu agar dapat tumbuh optimal. Faktor iklim meliputi curah hujan, hari hujan, temperatur, evapotranspirasi, lama penyinaran, dan angin. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di wilayah dengan curah hujan mm/tahun dan optimumnya mm/tahun. Lama penyinaran matahari yang dibutuhkan kelapa sawit minimum sekitar jam/tahun atau 4,3 jam/hari dan optimalnya 6-7 jam/hari dengan temperatur udara o Celcius, serta kelembaban udara nisbi sekitar 80%. Tanaman kelapa sawit relatif tahan angin, tetapi kecepatan angin rata-rata tidak lebih dari 40 km/jam.angin yang kencang dapat merusak daun dan pertumbuhan kelapa sawit (Sunarko, 2014: 38). Tanaman teh hampir sama sekali tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, berbeda dengan kelapa sawit, sebagai tumbuhan yang rakus air dapat membuat kekeringan. Persawahan dan perladangan masyarakat setempat akan hancur apabila sumber air dari tanah habis diserap oleh tanaman kelapa sawit. Pembukaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Simalungun telah dilakukan dengan mengkonversi tanaman teh. Konversi yang sudah terlanjur dilakukan di Kebun Marjandi dan Bah Birung Ulu ke tanaman sawit, sudah beberapa kali mengakibatkan bencana longsor pada waktu musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kebun teh merupakan peninggalan sejarah yang digagas oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1920, yang berarti sudah ada 92 tahun lamanya. Petani dan masyarakat Simalungun khususnya sudah sangat akrab dengan kebun teh ( diunduh 27 April 2014).

5 5 Undang-undang yang mengatur perkebunan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah Undang-undang No 18 tahun 2004 tentang perkebunan dan Undangundang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pihak perkebunan sebaiknya membatasi jumlah lahan yang hendak dikonversi jika memang tindakan tersebut harus dilakukan. Pengalaman yang terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia, lingkungannya menjadi rusak akibat konversi kelapa sawit yang telah dilakukan. Pengelolaan perkebunan haruslah memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya agar tidak terjadi bencana yang tidak diharapkan dikemudian hari akibat konversi kelapa sawit. Lingkungan hidup tidak sekedar permasalahan teknis, begitu pula krisis lingkungan global yang saat ini dihadapi manusia adalah persoalan moral, krisis moral secara global. Etika dan moralitas diperlukan untuk mengatasinya (Keraf, 2010: 1). Teori etika lingkungan Ekosentrisme memusatkan perhatiannya pada seluruh lapisan komunitas ekologis. Makhluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya memiliki keterkaitan satu sama lain secara ekologis. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya berlaku bagi manusia, tetapi juga berlaku bagi semua realitas ekologis (Keraf; 2010: 92). Deep Ecology merupakan salah satu teori Ekosentrisme menuntut adanya sebuah etika baru yang tidak berpusat pada manusia. Deep Ecology menginginkan etika yang berlaku bagi makhluk hidup seluruhnya dalam hubungan dengan usaha mengatasi persoalan lingkungan hidup. Deep Ecology memusatkan perhatianpada seluruh komunitas ekologis.

6 6 Tindakan konversi tanaman teh ke kelapa sawit sudah terlanjur dilakukan oleh PTPN IV di Perkebunan Marjandi, Kabupaten Simalungun. Segala macam dampak baik positif dan negatif telah diterima pihak PTPN IV dan masyarakat Simalungun. Konversi tanaman teh ke kelapa sawit bukan hanya masalah teknis saja, tetapi yang lebih penting adalah kesadaran manusia terhadap lingkungannya dari dampak konversi tersebut. Refleksi etika lingkungan Ekosentrisme yang menginginkan adanaya etika baru yang berpusat pada seluruh komunitas ekologis dianggap dapat digunakan sebagai analisis di pihak PTPN IV dan masyarakat Simalungun penting untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. 2. Rumusan Masalah Beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: a. Mengapa terjadi konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit di PTPN IV Marjandi? b. Apa dampak yang ditimbulkan dari praktek konversi tanaman perkebunan teh menjadi kelapa sawit di PTPN IV Marjandi? c. Apa peran etika lingkungan Ekosentrisme terhadap konversi tanaman perkebunan teh menjadi kelapa sawit di PTPN IV Marjandi? 3. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang pernah menulis tentang dampak konversi tanaman teh ke kelapa sawit dikaji dari sudut pandang etika lingkungan Ekosentrisme. Adapun penelitian maupun tulisan yang sejenis dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sebagai berikut.

7 7 Tesis karya Jan Ericson Chandara Purba, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Tanaman Perkebunan Teh Menjadi Kelapa Sawit di Kabupaten Simalungun yang berisi harga teh dan jumlah tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan harga Tandan Buah Segar (TBS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi (konversi) tanaman Perkebunan Teh menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. Skripsi karya Choirul Syahmora Hasibuan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2013, Analisis Konversi Lahan Karet ke Kelapa Sawit di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang berisi hasil produksi kelapa sawit lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet. Pemasaran kelapa sawit juga lebih mudah dilakukan daripada pemasaran getah karet karena pabrik kelapa sawit lebih banyak jumlahnya dan relatif dekat jaraknya. Skripsi karya R. Nice Marpaung, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2012, Dampak Konversi Hutan Mangrove Menjadi Kebun Kelapa Sawit terhadap Lingkungan di Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat yang berisi konversi hutan mangrove menjadi kelapa sawit di Kecamatan Brandan Barat telah membawa dampak terhadap lingkungan fisik yaitu penyusutan luasan hutan mangrove, frekuensi banjir semakin sering terjadi setiap air pasang dan menghilangkan habitat binatang yang berada di sekitar hutan mangrove Kecamatan Brandan Barat.

8 8 Penelitian ini difokuskan pada konversi tanaman perkebunan teh menjadi kelapa sawit ditinjau dari etika lingkungan, maka penulis menyatakan bahwa penelitian ini benar-benar asli dan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam perihal pelestarian lingkungan terutama kelestarian ekosistem perkebunan. Kontribusi positif diupayakan mampu menarik minat dari berbagai ilmu tentang lingkungan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit sehingga menambah pengetahuan di bidang pelestarian ekosistem perkebunan. b. Bagi filsafat Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya literatur dan kajian filsafat di bidang lingkungan khususnya etika lingkungan. Etika bukan hanya kajian teoritis, tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan. c. Bagi bangsa Indonesia Penelitian ini diharapkan berguna bagi bangsa Indonesia dalam pengkajian kelestarian alam dan lingkungan, terutama pada perkebunan serta sebagai salah satu acuan bagi pengambil keputusan dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan pelestarian alam dan lingkungan.

9 9 B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Merumuskan secara deskriptif alasan dilakukannya konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit di PTPN IV Marjandi. 2. Merumuskan dampak yang ditimbulkan dari konversi tanaman perkebunan ke kelapa sawit di PTPN IV Marjandi. 3. Merumuskan secara analitis relevansi pemikiran etika lingkungan Ekosentrisme terhadap konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit. C. Tinjauan Pustaka Tanaman teh berasal dari iklim sub tropis, maka cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah. Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik antara o C, kelembaban relatif pada siang hari > 70%, curah hujan tahunan tidak kurang dari mm, dengan bulan penanaman curah hujan tidak kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Penyinaran sinar matahari juga sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh, makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30 o C pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Pada ketinggian m tanaman teh memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara, disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Hal ini dikarenakan suhu tanah yang tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar di bagian atas.(syakir, 2000: 1)

10 10 Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik dan tanah memiliki derajat keasaman 4,5 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di lereng-lereng gunung berapi, yang dinamakan tanah Andisol. Tanah andisol adalah tanah yang berasal dari abu gunung api (Syakir, 2000: 2). Elevasi (ketinggian suatu tempat di atas permukaan laut) tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh jika iklim dan tanah serasi bagi pertanaman teh. Elevasi dan unsur iklim (suhu udara) memiliki kaitan, semakin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan semakin tinggi. Mengantisipasi suhu udara yang semakin tinggi pada daerah renda diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara agar menjadi lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Keserasian elevasi di Indonesia terbagi atas 3 daerah, yaitu : daerah rendah (<800 mdpl), daerah sedang ( mdpl), daerah tinggi (>1.200 mdpl). Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, berkisar mdpl. Pengaruh suhu udara berpengaruh bagi pertumbuhan teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh di tanam. Aroma yang dihasilkan teh di dataran tinggi lebih baik daripada teh yang ditanam di dataran rendah (Syakir, 2000: 2-3). Konversi adalah adanya perubahan, pengubahan, penukaran penggunaan lahan. Wahyunto dalam Purba (Jan Purba, 2009: 37), perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan

11 11 penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan lahan lebih disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Mc Neill dalam Purba (Jan Purba, 2009: 37) menjelaskan faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Selain itu teknologi juga berperan dalam menggeser fungsi lahan. Jenis-jenis tanah yang dapat dijadikan lahan perkebunan dan cocok untuk budidaya kelapa sawit adalah yang berlokasi pada ketinggian sampai 500 m di atas permukaan laut. Lahan yang tingginya lebih dari 500 m dari permukaan laut akan mengakibatkan gejala-gejala permulaan dari pengaruh iklim yang dingin daripada yang letaknya lebih rendah. Tanaman sawit akan lambat tumbuhnya, seperti halnya dengan tanaman karet atau tanaman industri lainnya. Pohon-pohon akan berproduksi setahun lebih lambat, meskipun seterusnya pertumbuhannya akan cukup memuaskan. Produksi yang berasal dari tanaman muda pada dasarnya setiap tahun akan bertambah. Apabila dibandingkan dengan pertanaman yang ditanam pada saat yang bersamaan, tetapi ketinggiannya lebih rendah, maka akan menderita kerugian produksi yang kurang lebih sesuai dengan tambahan luas setiap tahun. Kerugian ini dapat menyebabkan kurang baiknya rentabilitas

12 12 perusahaan. Jadi sedapat mungkin disarankan agar jangan menanam kelapa sawit pada ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut (Heurn, 1985: 25-27). Areal perkebunan sawit di Sumatera pada tahun 2005 mencapai ha atau 76,46% dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional. Provinsi Riau tercatat memiliki areal terbesar yaitu ha diikuti provinsi Sumatera Utara seluas ha (ICN, 2009a). Data dari PTPN IV (2009) menyebutkan luas lahan sawit di Sumatera Utara adalah 1,9 juta ha dengan rincian satu juta ha perkebunan rakyat, 500 ribu ha PBN dan 400 ribu ha dikelola oleh PTPN, sementara luas areal di propinsi Riau adalah ha (BPS Provinsi Riau, 2008). Sumatera Utara sendiri meski memiliki perkebunan sawit cukup luas, namun hanya bisa menghasilkan CPO, sehingga yang mendapatkan nilai tambah justru daerah lain, sementara propinsi ini sendiri sering kekurangan minyak sayur yang menjadi kebutuhan masyarakat setiap hari (ICN, 2009b). Bisnis atau usaha yang bergerak di bidang apapun pastinya mengusahakan profit/keuntungan yang berkesinambungan. Mengacu pada dasar tersebut dan melemahnya harga teh di pasaran PTPN IV mentransformasi komoditi teh menjadi komoditi kelapa sawit di dataran tinggi. Tindakan ini didukung dengan kenaikan suhu global yang terjadi dengan peningkatan temperatur udara minimum tahunan menjadi 18 ºC setelah tahun 1990 pada ketinggian 850 m dpl. Marjandi dan Bah Birung Ulu (sebagai pilot Project) merupakan dua Unit Usaha yang mengalami transformsi bisnis dari komoditi teh menjadi kelapa sawit secara menyeluruh dengan tahapan-tahapan. (Makalah Transformasi Bisnis Teh Menjadi Kelapa Sawit, 2011: 1).

13 13 D. Landasan Teori Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adat istiadat atau kebiasaan. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada seseorang atau masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan menjadi kaidah, aturan atau norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan kepada masyarakat. Kaidah, norma atau aturan ini menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Kaidah inilah yang menentukan apa yang baik yang harus dilakukan dalam kehidupan, dan hal yang buruk harus dihindari. Etika sering dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baikburuknya perilaku manusia, yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari (Keraf, 2002: 2-3). Etika bila dilihat secara historisnya merupakan usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu. Para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia. Hal ini dikarenakan pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak dipercayai lagi (Suseno, 1987: 15). Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk berpikir. Apabila pikiran-pikirannya berjalan begitu saja karena asosiasi tanpa pengarahan dan pengontrolan yang sadar, maka pikiran-pikiran manusia itu hanyalah menjadi perbuatan manusia bukannya perbuatan manusiawi, meskipun perbuatan-perbuatan ini perbuatan-perbuatan dari tata susunan rasional

14 14 (Poespoporodjo, 1999: 85). Manusia akan kekurangan panduan dan arahan dalam menangani masalah-masalah tanpa adanya suatu jenis etika dan teori-nilai, baik itu masalah yang bersifat global, lingkungan maupun sebaliknya (Attfield, 2010:29). Etika dapat digolongkan atas 3: etika deontologi, etika teleologi, etika keutamaan. Etika deontologi yang berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban, dan logos berarti ilmu atau teori. Etika deontologi menilai baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban etika. Etika teleologi berasal dari kata Yunani telos, yang berarti tujuan, dan logos berarti ilmu atau teori. Etika teleologi menjawab pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi konkret tertentu dengan melihat tujuan atau akibat dari suatu tindakan. Etika teleologi melihat baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Etika keutamaan (virtue ethics) tidak mempermasalahkan akibat suatu tindakan, juga tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal. Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang (Keraf, 2010: 36-37). Etika lingkungan hidup menginginkan adanya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia dengan memasukkan keseluruhan alam semesta ke dalam komunitas moral. Etika lingkungan hidup menuntut etika dan moralitas diberlakukan juga bagi komunitas biotis atau ekologis. Etika lingkungan hidup dipahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma dan nilai-nilai moral yang selama ini hanya untuk komunitas manusia untuk diterapkan secara lebih luas bagi

15 15 komunitas biotis atau komunitas ekologis. Etika lingkungan hidup berkaitan dengan pola perilaku manusia terhadap alam. Etika lingkungan hidup berkaitan dengan semua relasi antara kehidupan alam semesta, yaitu relasi antara manusia dengan manusia yang berdampak pada alam dan relasi antara manusia dengan makhluk hidup lain maupun dengan alam secara keseluruhan. Etika lingkungan hidup juga berkaitan dengan berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap alam (Keraf, 2010: 41). Etika lingkungan merupakan landasan rasional bagi tuntutan akan perlindungan lingkungan akan masalah ekologis. Etika lingkungan menetapkan dan menjelaskan norma-norma atau kaidah-kaidah bagi sikap maupun pola perilaku manusia yang tepat berhadapan dengan lingkungannya. Etika lingkungan juga menginginkan ketetapan-ketetapan norma-norma material konkret terhadap bukti-bukti yang diberikan oleh ilmu alam dan ilmu sosial bagaimana cara ekosistem berfungsi, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam ekosistem akibat dari proses-proses sosial dan ekonomi (Glaeser, 1989: ). Etika lingkungan sangat diperlukan manusia dalam menghadapi persoalan lingkungan atau alam, terutama yang berkaitan dengan penataan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai salah satu faktor penting yang menentukan keberlangsungan makhluk hidup. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha yang dilakukan manusia secara sadar untuk memelihara dan memperbaiki mutu lingkungan hidup agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan sebaikbaiknya. Mutu lingkungan hidup yang baik diperoleh dengan cara memperbesar

16 16 manfaat lingkungan dan memperkecil resiko lingkungan hidup (Soemarwoto, 2004: 76-77). Ekosentrisme sebagai bagian dari teori-teori etika lingkungan hidup mencoba mendobrak cara pandang antroposentrisme yang memusatkan etika hanya pada manusia. Ekosentrisme memusatkan perhatiannya pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak. Makhluk hidup dan bendabenda abiotis lainnya saling berkaitan satu sama lain. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup tetapi juga berlaku terhadap semua realitas ekologis (Keraf, 2010: 92-93). Deep Ecology sebagai salah satu versi teori Ekosentrisme menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatiannya pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Prinsip moral yang dikembangkan oleh Deep Ecology menyangkut kepentingan seluruh komunitas ekologis (Keraf, 2010: 93). Deep Ecology dirancang sebagai etika praktis yang berupa sebuah gerakan. Gerakan oleh Deep Ecology berlandaskan prinsip-prinsip moral etika lingkungan hidup yang harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkret. Deep Ecology dapat dikatakan sebagai sebuah gerakan diantara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan hidup dan politik (Keraf, 2010: 94).

17 17 E. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, dimana penelitian dilakukan dengan mengandalkan berbagai literatur yang ada, baik itu berupa buku, jurnal, makalah, artikel, dan laporan penelitian. 1. Bahan atau Materi Penelitian a. Pustaka Primer 1) Buku Kelapa Sawit karya J. D. Heurn tahun ) Buku Pembudidayaan dan Pengolahan Teh karya Nazaruddin Paimin dan Farry. B tahun ) Buku Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan karya Sunarko tahun ) Buku Budi Daya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan karya Sunarko tahun ) Jurnal Standar Prosedur Operasi (SPO) Bidang Tanaman/Pabrik Kelapa Sawit, Tanaman/Pabrik Teh, PPIS dan Pabrik Kompos Organik RKAP Tahun 2008 tahun ) Jurnal Transformasi Bisnis Teh Menjadi Kelapa Sawit Oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) tahun 2011 b. Pustaka Sekunder 1) Buku Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat karya Dr. Sunyoto Usman tahun ) Buku Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan karya N. H. T. Siahaan tahun 2004

18 18 3) Buku Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan karya Zoer aini tahun ) Buku Etika Lingkungan Hidup karya A. Sonny Keraf tahun ) Buku Etika Lingkungan Global karya Robin Attfield tahun 2010 Selain buku-buku yang dicantumkan tersebut, pustaka sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui naskah akademik yang diterbitkan dalam buku, artikel maupun jurnal, yang aksesnya diperoleh melalui internet. Data tersebut kemudian dipilah berdasarkan keterkaitannya dengan kajian konversi lahan perkebunan teh ke kelapa sawit dalam perspektif etika lingkungan. 2. Jalan Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: a. Mengumpulkan data yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa buku, artikel, jurnal, dan makalah yang berkaitan dengan objek penelitian yang dikaji, yaitu konversi lahan perkebunan teh ke kelapa sawit di Kabupaten Simalungun. b. Klasifikasi data yang telah diperoleh untuk dikelompokkan sebagai data primer dan data sekunder. c. Melakukan analisis data primer dan data sekunder serta data penunjang lainnya. d. Melakukan analisis hasil dalam bentuk evaluasi kritis.

19 19 3. Analisis Hasil a. Deskripsi, penulis mencoba mengungkapkan dan memaparkan data yang diperoleh, yang ditulis secara menyeluruh dari berbagai aspek sehingga memberikan jawaban atas sebuah masalah. b. Verstehen, penulis berupaya untuk memahami konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit Marjandi. c. Interpretasi, penulismengungkapkan fakta yang berasal dari konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit di Marjandi. d. Hermeneutika, penulis berusaha menangkap makna esensial dengan melakukan penafsiran terhadap konversitanaman perkebunan teh kelapa sawit di Marjandi. e. Heuristik, penulis berusaha menemukan pemahaman baru atau cara pandang baru, kemudian memberikan evaluasi kritis pada konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit di Marjandi. F. Hasil yang Telah Dicapai Penelitian ini telah mencapai beberapa hasil sebagai berikut: 1. Memperoleh penjelasan deskriptif tentang alasan konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit di PTPN IV Marjandi. 2. Memperoleh penjelasan deskriptif dari pokok pemikiran etika lingkungan Ekosentrisme. 3. Memperoleh penjelasan deskriptif mengenai dampak konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit menurut etika lingkungan Ekosentrisme.

20 20 4. Mendapat penjelasan mengenai relevansi pemikiran etika lingkungan Ekosentrisme terhadap upaya berkelanjutan menanggapi dampak dari konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit. G. Sistematika Penulisan Bab I: berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, dan sistematika penulisan. Bab II: berisi tentang pembahasan mengenai sejarah perkebunan teh, sejarah perkebunan kelapa sawit, dan pengertian konversi lahan. Bab ini mendeskripsikan sejarah perkebunan teh hingga dikonversi ke kelapa sawit serta dampaknya terhadap lingkungan sekitar PTPN IV Marjandi di Kabupaten Simalungun. Bab III: berisi tentang uraian tentang ruang lingkup etika, pengertian lingkungan hidup, pengertian etika lingkungan hidup, teori-teori etika lingkungan, dan prinsip-prinsip etika lingkungan. Bab IV: berisi tentang analisis mengenai konversi tanaman perkebunan teh ke kelapa sawit di PTPN IV Marjandi ditinjau dari segi etika lingkungan Ekosentrisme. Bab V: berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. baik produktivitasnya serta memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Kegiatan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konversi tanaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang sudah rendah produktivitasnya dan tidak ekonomis lagi dengan tanaman baru yang lebih baik produktivitasnya serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului

Lebih terperinci

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jenis tanah yang subur. Berdasarkan karakteristik geografisnya Indonesia selain disebut sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi menguraikan tentang litosfer, hidrosfer, antroposfer, dan biosfer. Di dalam lingkup kajian geografi pula kita mengungkapkan gejala gejala yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga kerja karena pada

Bab 1 PENDAHULUAN. pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga kerja karena pada 9 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkebunan di negara kita sangat berperan penting baik itu di bidang ekonomi maupun sosial karena dapat menghasilkan devisa yang cukup besar untuk membangun bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V) Tim Pengajar MK Ekologi Manusia 2010 Etika Kebiasaan, cara hidup yang baik Dibakukan menjadi Kaidah, norma, aturan Nilai-nilai & prinsip moral Pedoman hidup: Man-Manusia Man-Masyarakt

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global yang penting dalam menjadi sumber devisa utama bagi sejumlah negara sedang berkembang. Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya untuk merubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki kekayaan tanah, air dan udara, dengan sejumlah kekayaan tersebut merupakan nikmat yang

Lebih terperinci

Pengertian etika = moralitas

Pengertian etika = moralitas Pengertian etika Meet-1 Creat By.Hariyatno.SE,Mmsi 1. Pengertian Etika Etika berasal dari dari kata Yunani Ethos (jamak ta etha), berarti adat istiadat Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko 1. Pertumbuhan Apel dan Pengaruh Iklim Apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk sektor perkebunan sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP MODUL ONLINE 22.3 DAMPAK POSITIF NEGATIF PEMBANGUNAN PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP KHOIRUL ANWAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

ETIKA DAN LINGKUNGAN

ETIKA DAN LINGKUNGAN ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan laporan ini. Serta akan diuraikan mengenai rumusan masalah, tujuan, metode penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK ETIKA BISNIS DAN PROFESI 1 PPAK Pengertian Etika Etika bisa berarti sama atau berbeda dengan moralitas. Pengertian 1: Etika = moralitas Etika berasal dari kata Yunani Ethos (jamak: ta etha) yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional, sebab Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakat Indonesia bergerak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman pohon tropis yang

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman pohon tropis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman pohon tropis yang biasanya ditanam untuk produksi industri minyak vegetatif. Tanaman kelapa sawit merupakan tipikal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan kota kecil yang sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Luas Kabupaten Nganjuk adalah ± 122.433

Lebih terperinci