HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan data akustik ikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan data akustik ikan"

Transkripsi

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan data akustik ikan Data akustik yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi 3 (tiga) jenis ikan yaitu ikan mas, nila dan patin masing-masing sebanyak 5 ekor. Pengambilan data dilakukan menggunakan instrumen akustik bim terbagi (Simrad 120 khz) pada bulan Januari, 2011 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur. Ikan mas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai rataan panjang total sebesar 30,86 cm dengan nilai rataan berat sebesar 440 gram. Panjang total ikan nila yang digunakan memiliki nilai rataan sebesar 29,40 cm, dengan nilai rataan berat sebesar 615 gram. Sedangkan panjang total ikan patin dalam penelitian ini memiliki nilai rataan sebesar 36,98 cm dengan nilai rataan berat sebesar 394 gram. Rangkuman ukuran morfometrik ikan uji dapat dilihat pada lampiran 1. Hubungan nilai rataan target strength ikan mas dibandingkan dengan panjang total ikan memiliki koefisien korelasi sebesar (R 2 = 0,996) dengan nilai rataan target strength untuk sampel data sebesar -52,14 db ± 4,50. Nilai rataan target strength untuk panjang total minimum ikan mas 26,3 cm yang memiliki berat 250 gram sebesar -63,72 db, sedangkan nilai rataan target strength panjang total maksimum ikan mas 37 cm dengan berat 800 gram sebesar -52,58 db (Gambar 12). Nilai korelasi hubungan target strength dan panjang total untuk ikan nila dengan jumlah sampel data yang sama diperoleh sebesar (R 2 = 0,859) dengan nilai rataan target strength sebesar -60,79 db ± 2,87. Panjang total minimum ikan nila sebesar 23,5 cm dengan berat 313 gram memiliki nilai rataan target strength sebesar db dan panjang total maksimum sebesar 38,5 cm dengan berat gram memiliki nilai rataan target strength sebesar -59,62 db (Gambar 12). Nilai rataan target strength ikan patin diperoleh sebesar -56,63 db ± 4,22 dengan koefisien korelasi sebesar (R 2 = 0,837). Ikan patin dengan panjang total minimum 31,5 cm dengan berat 235 gram memiliki nilai rataan target strength

2 32 sebesar -63,70 db, sedangkan untuk panjang total maksimum 45 cm dengan berat 748 gram memiliki nilai rataan target strength sebesar -55,80 db (Gambar 13). Gambar 13. Hubungan target strength dan panjang total ikan Ikan mas (C. caprio) adalah jenis ikan yang memiliki gelembung renang dengan 2 ruangan (2-chamber), sedangkan ikan nila (O. niloticus) dan ikan patin (P. pangasius) adalah jenis ikan yang hanya memiliki 1 ruangan gelembung renang (1- chamber). Perbedaan tipe gelembung renang ini sangat mempengaruhi terhadap nilai backscattering cross section, skewness, variance dari deskriptor target strength ikan. Menurut Frouzova et al. (2011) perbedaan tipe gelembung renang dapat dilihat salah satunya dari parameter variance dan skewness dari nilai target strength yang diperoleh. Distribusi normal nilai target strength ikan mas menunjukkan nilai keragaman (variance) sebesar 45,10 dengan nilai rataan target strength sebesar -52,14 db, sedangkan nilai keragaman ikan nila dan patin masing-masing sebesar 25,15 dan 22,53 dengan nilai rataan target strength sebesar -60,79 db dan -56,63 db. Begitu pula dengan nilai skewness ikan mas diperoleh sebesar 0,74, sedangkan ikan nila dan patin sebesar 0,32 dan 0,43 (Gambar 14).

3 33 Gambar 14. Kurva distribusi normal nilai target strength ikan Selain nilai variance dan skewness, analisis indeks sebaran data atau dikenal dengan Fano factor diperoleh nilai indeks VMR (variance mean ratio) untuk ketiga jenis ikan uji berada pada interval 0 sampai 1 dengan nilai VMR masing-masing sebesar 4,85e-05 (mas), 3,13e-06 (nila), dan 1,52e-05 (patin), sehingga dapat dikatakan sebaran data yang diperoleh berada dibawah nilai ratarata (under dispersed). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa nilai target strength ikan yang hanya memiliki 1 ruangan gelembung renang memiliki nilai keragaman yang lebih rendah daripada ikan yang memiliki 2 ruangan gelembung renang. Selain itu ikan yang memiliki 2 ruangan gelembung renang akan memiliki nilai target strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan yang hanya memiliki 1 ruangan gelembung renang. Sedangkan untuk kedua tipe gelembung renang tersebut memiliki nilai VMR yang sama (Tabel 3). Jenis Ikan Tabel 3. Rangkuman nilai variance, skewness dan VMR Type Swimbladder Variance Skewness VMR Mas 2- chambered > 50 > < VMR< 1 Nila 1- chambered < 50 < < VMR< 1 Patin 1- chambered < 50 < < VMR< 1

4 Pengambilan data kualitas air Data kualitas air yang diukur selama pengambilan data akustik meliputi parameter suhu, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (ph). Pengambilan data kualitas air dilakukan dalam selang waktu 4 jam dari permukaan sampai dasar jaring (0-5 m). Suhu air yang terukur selama penelitian berkisar antara 26,62 o C 28,08 o C dengan nilai rataan sebesar 27,34 o C. Suhu yang tertinggi terdapat pada kedalaman 3 meter, sedangkan suhu yang terendah terukur pada kedalaman 1 meter. Kadar oksigen terlarut tercatat pada interval 5,05 ppm 5,79 ppm dengan nilai rataan sebesar 5,46 ppm. Sedangkan derajat keasaman yang terukur berkisar antara 7,51 8,07 dengan nilai rataan 7,80. Kadar ph air menunjukkan semakin ke dasar semakin basa, sedangkan oksigen terlarut menunjukkan nilai yang tertinggi pada kedalaman 2 meter selanjutnya menurun dengan bertambahnya kedalaman. Tabel 4 memperlihatkan rangkuman nilai rataan pengukuran kualitas air. Tabel 4. Rangkuman nilai rataan data kualitas air Kedalaman ph DO Suhu 0 7,61 ±0,04 5,34 ±0,03 27,10 ±0,24 1 7,63 ±0,07 5,05 ±0,09 26,62 ±0,31 2 7,51 ±0,07 5,79 ±0,18 27,14 ±0,25 3 7,95 ±0,17 5,61 ±0,28 28,08 ±0,27 4 8,05 ±0,07 5,52 ±0,19 27,62 ±0,33 5 8,07 ±0,11 5,47 ±0,30 27,49 ±0,24 Hasil pengukuran kualitas air selama pengambilan data akustik, menggambarkan bahwa kondisi faktor lingkungan tidak menunjukkan anomali yang dapat menimbulkan stress terhadap ikan uji yang akan berpengaruh terhadap nilai akustik yang diperoleh. Hasil pengamatan kualitas air yang yang tercantum pada tabel 4 menunjukkan waduk Ir. H. Djuanda memiliki daya dukung lingkungan yang baik bagi pertumbuhan ikan dengan ketersediaan oksigen terlarut yang tinggi.

5 Analisis Statistik Data akustik yang tersimpan dalam format echogram dianalisis menggunakan program pengolahan Echoview versi 4.8. Data yang diperoleh kemudian diekstraksi menggunakan metode Region Analysis untuk menghasilkan parameter deskriptor akustik untuk setiap pola kawanan (shoaling) ikan uji. Data yang dianalisis sebanyak 116 echogram, masing-masing 56 file echogram ikan nila, 40 file echogram ikan mas dan 20 file echogram untuk ikan patin. Deskriptor akustik yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari 8 variabel yang terbagi dalam 3 kategori yaitu deskriptor morfometrik (Tinggi), batimetrik (Kedalaman dan Ketinggian Relatif) dan energetik (Sv, TS, Sa, Skewness dan Kurtosis) Analisis Korelasi Analisis korelasi dilakukan untuk menjelaskan keeratan hubungan antara variabel deskriptor akustik yang dinyatakan dengan besar kecilnya koefisien korelasi. Pada sub bab ini akan dibahas hubungan antara deskriptor secara keseluruhan. Tabel 5 memperlihatkan hampir seluruh variabel deskriptor akustik memiliki korelasi satu sama lain kecuali untuk variabel tinggi kawanan ikan (H) terhadap posisi ketinggian terhadap dasar perairan (Ketinggian Relatif) dan variabel target strength (Ts) terhadap sebaran data (Kurtosis). Variabel kedalaman (Depth) berkorelasi secara negatif terhadap nilai Sv dan TS, artinya bahwa semakin dalam posisi kawanan ikan akan memberikan nilai Sv dan TS yang semakin kecil. Disisi lain nilai Sa kawanan ikan memberikan korelasi positif terhadap nilai Sv dan TS, sehingga dapat dikatakan semakin besar nilai Sa akan memberikan nilai Sv dan TS yang besar pula. Selain itu nilai Sa berkorelasi negatif secara signifikan terhadap ketinggian kawanan ikan terhadap dasar (Ketinggian Relatif), dimana hal ini dapat dijelaskan bahwa nilai Sa akan semakin besar bila posisi kawanan ikan semakin dekat ke permukaan. Namun posisi kawanan ikan terhadap dasar perairan tidak menentukan pengaruh perubahan tinggi kawanan ikan begitu pula ukuran sebaran data yang diperoleh tidak memberikan pengaruh terhadap nilai target strength yang diperoleh.

6 36 Tabel 5. Matriks korelasi antar deskriptor akustik Correlations Deskriptor Tinggi Kedalaman Ketinggian Relatif Skewness Kurtosis Sv TS Sa Tinggi 1 Kedalaman 0,074 ** 1 Ketinggian Relatif -0,025-0,765 ** 1 Skewness 0,499 ** -0,039 ** 0,153 ** 1 Kurtosis 0,330 ** -0,041 ** 0,153 ** 0,868 ** 1 Sv 0,084 ** -0,660 ** 0,445 ** 0,185 ** 0,109 ** 1 Target strength -0,158 ** -0,676 ** 0,480 ** 0,067 ** 0,022 0,879 ** 1 Sa 0,062 ** -0,286 ** -0,031 * -0,.041 ** -0,106 ** 0,668 ** 0,555 ** 1 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) Analisis Faktor Analisis Faktor dilakukan untuk melihat variabel deskriptor akustik yang mencirikan tiap kawanan ikan uji. Analisis ini digunakan untuk mendistribusikan pembobotan pada komponen utama dengan mereduksi dimensi data sehingga mampu menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan oleh variabel deskriptor akustik. Hasil analisis faktor dapat dijelaskan melalui hasil communalities, total varians explains, dan rotated component matrix. Tabel 6. Nilai communalities Communalities Deskriptor Initial Extraction Tinggi 1,000 0,549 Kedalaman 1,000 0,855 Ketinggian Relatif 1,000 0,872 Skewness 1,000 0,912 Kurtosis 1,000 0,822 Sv 1,000 0,927 Target strength 1,000 0,858 Sa 1,000 0,889 Extraction Method: Principal Component Analysis.

7 37 Communalities menunjukkan jumlah varians dari variabel deskriptor akustik yang dapat dijelaskan oleh komponen factor yang terbentuk dalam analisis faktor.semakin besar nilai communalities, maka semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Hasil analisis menunjukkan nilai communalities setiap deskriptor > 0.5 sehingga analisis komponen utama dapat dilakukan untuk setiap variabel deskriptor. Nilai communalities yang tinggi sebesar 0,912 dan 0,927 yang diperoleh oleh variabel Skewness dan Sv dapat menjelaskan keeratan hubungan diatas 90%, sedangkan variabel Tinggi hanya dapat menjelaskan keeratan hubungan kurang dari 55% (0,549) dan variabel lainnya dapat menjelaskan keeratan hubungan antara 80% - 90% (Tabel 6). Total Variance dapat menjelaskan dasar jumlah faktor yang diperoleh. Hasil analisis diperoleh untuk nilai eigenvalues di atas 1 ( > 1) diperoleh dengan 3 faktor. Dengan tiga factor, angka eigenvalues masih di atas 1, sebesar 1,238. Namun untuk 4 faktor angka eigenvalues sudah di bawah 1, sebesar 0,703 sehingga proses analisis factor berhenti pada 3 faktor saja. Dari 3 faktor yang terbentuk diperoleh nilai total varians kumulatif sebesar 83,457%. Varians faktor pertama diperoleh sebesar 40,859%, varians factor kedua diperoleh sebesar 27,216% dan varians faktor ketiga diperoleh nilai sebesar 15,473% (Tabel 7).

8 38 Tabel 7. Nilai Total Keragaman (Variance) Component Total Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative % Total Variance Explained Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 1 3,269 40,859 40,859 3,269 40,859 40,859 2,289 28,617 28, ,177 27,216 68,074 2,177 27,216 68,074 2,207 27,589 56, ,238 15,473 83,547 1,238 15,473 83,547 2,187 27,342 83, ,703 8,790 92, ,261 3,264 95, ,169 2,118 97, ,104 1,297 99, ,079 0, ,000

9 39 Gambar 15. Grafik Biplot Deskriptor Akustik Komponent matrik hasil rotasi memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata dengan cara memperbesar faktor loading setiap deskriptor. Komponen pertama terdiri dari variabel deskriptor bathimetrik yaitu Ketinggian Relatif dan Kedalaman. Komponen kedua terdiri dari 3 deskriptor energetik yaitu Sv, Area Backscattering strength dan target strength, sedangkan komponen ketiga terdiri dari deksriptor morfometrik yaitu tinggi kawanan ikan dan deskriptor energetik yaitu Skewness dan Kurtosis (Gambar 15). Berdasarkan hasil analisis faktor maka dapat disimpulkan sesuai klasifikasi deskriptor akustik (Reid et. al, 2000) kawanan ikan dapat dibedakan berdasarkan pengelompokkan jenis deskriptor (batimetrik, energetik dan morfometrik). Namun pada hasil penelitian ini deskriptor morfometrik yang diperoleh (tinggi kawanan ikan) tidak dapat dibedakan secara jelas dengan kelompok deskriptor energetic (skewness dan kurtosis). Hal ini karena bentuk kawanan (shoaling) ikan uji tidak memberikan pola yang jelas seperti halnya gerombolan (schooling) ikan laut.

10 Analisis Cluster Analisis Cluster dilakukan untuk mengelompokkan ikan uji berdasarkan kesamaan karakteristik deskriptor akustik yang diperoleh. Nilai deskriptor yang diperoleh akan diklasifikasikan menggunakan metode non hirarki sehingga parameter deskriptor yang berada dalam satu cluster akan memiliki kemiripan satu sama lain (Santoso,2002). Hasil analisis cluster menggunakan metode K-means Cluster diperoleh dari proses iterasi untuk mengelompokkan 5730 sampel diperoleh jarak minimum antar pusat cluster adalah 18,091 pada iterasi ke-25. Adapun hasil akhir dari proses clustering dijelaskan berikut ini : Tabel 8. Nilai Final Cluster Final Cluster Centers Deskriptor Cluster Mas Nila Patin Zscore: Tinggi 0, , ,09888 Zscore: Kedalaman -1, , ,73706 Zscore: Ketinggian Relatif 26, , ,65581 Zscore: Skewness 0, , ,32068 Zscore: Kurtosis 0, , ,26873 Zscore: Sv -0, , ,73427 Zscore: Target strength -0, , ,72236 Zscore: Sa -20, , ,34411 Hasil keluaran akhir dari analisis cluster, pada cluster 1 variabel Tinggi, Ketinggian Relatif, Skewness dan Kurtosis memiliki nilai di atas rata-rata, sedangkan variabel lainnya memiliki nilai di bawah rata-rata total sampel. Cluster 2 hanya variabel Kedalaman yang memiliki nilai di atas rata-rata, sedangkan pada cluster 3 justru sebaliknya hanya variabel deskriptor Kedalaman yang berada di bawah rata-rata sampel (Tabel 8). Menurut Santoso (2002), nilai z-score menentukan kekuatan terhadap pembentukan cluster, jika nilai z-score semakin besar dan bernilai positif maka deksriptor tersebut berpengaruh semakin kuat terhadap kelompoknya, begitu pula sebaliknya jika z-score bernilai negatif. Berdasarkan kedelapan deskriptor yang diuji dengan analisis cluster dapat disimpulkan bahwa kekuatan pembentuk cluster 1 (Ikan Mas), ditentukan oleh deskriptor Tinggi, Ketinggian Relatif, Skewness dan Kurtosis. Pembentukan

11 41 Cluster 2 (Ikan nila) hanya ditentukan oleh deskriptor Kedalaman, sedangkan pembentukan Cluster 3 (Ikan patin) ditentukan oleh hampir seluruh deskriptor akustik kecuali descriptor Kedalaman Analisis Diskriminan Analisis diskriminan bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau observasi ke dalam kelompok yang saling bebas (mutually exclusive/disjoint) dan menyeluruh (exhaustive ) berdasarkan sejumlah variabel penjelas. Asumsi yang digunakan dalam analisis diskiminan pada penelitian ini adalah : (a) Variabel deskriptor akustik harus berdistribusi normal dan (b) Matriks varians-covarians variabel deskriptor akustik harus berukuran sama. Tabel 9. Nilai Test of Equality Tests of Equality of Group Means Deskriptor Wilks' Lambda F df1 df2 Sig. Zscore: Tinggi 0, , ,000 Zscore: Kedalaman 0, , ,000 Zscore: Ketinggian Relatif 0, , ,000 Zscore: Skewness 0, , ,000 Zscore: Kurtosis 0, , ,000 Zscore: Sv 0, , ,000 Zscore: Target strength 0, , ,000 Zscore: Sa 0, , ,000 Tabel 9 di atas berfungsi untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok ikan uji untuk setiap variabel deskriptor akustik. Jika nilai Sig. > 0,05, berarti tidak ada perbedaan antar grup, begitu pula sebaliknya bila nilai Sig. untuk F test < 0,05 (Santoso, 2002). Dari table 1 di atas diperoleh nilai setiap deskriptor akustik berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %. Hal ini berarti seluruh deskriptor akustik yang digunakan dalam penelitian ini dapat membedakan secara nyata setiap kelompok ikan uji.

12 42 Tabel 10. Nilai Wilk s Lambda Wilks' Lambda Step Number of Variables Lambda df1 df2 df3 Exact F Statistic df1 df2 Sig , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0, , , ,000 0,000 Pada step 1, deskriptor yang dimasukkan hanya deskriptor Tinggi dengan angka Wilk s Lambda adalah 0,749. Hal ini berarti 74,9% varians tidak dapat dijelaskan oleh perbedaan antar grup. Selanjutnya sampai pada step 8, dengan seluruh deskriptor akustik digunakan, angka Wilk s Lambda turun menjadi 0,340. Penurunan angka Wilk s Lambda tentu baik bagi model diskriminan, karena varians yang tidak dapat dijelaskan juga semakin kecil (dari 74,9% menjadi 34,0%). Dilihat dari kolom F dan signifikansinya, secara statistik seluruh deksriptor akustik berbeda secara siginifikan untuk ketiga kelompok ikan uji (Tabel 10). Tabel 11. Nilai Matriks Struktur Deskriptor Structure Matrix Function 1 2 Kedalaman 0,536 * -0,385 Ketinggian Relatif -0,406 * 0,374 Sa 0,315 * 0,169 Tinggi 0,203 * 0,135 Skewness 0,113 0,625 * Target strength -0,261 0,456 * Kurtosis 0,010 0,439 * Sv -0,175 0,309 *

13 43 Struktur matriks fungsi diskriminan yang menjelaskan korelasi antara variabel deskriptor akustik diperoleh hasil korelasi deskriptor Kedalaman pada fungsi 1 memiliki nilai 0,536, lebih besar dibandingkan pada fungsi 2 (-0,385) sehingga deskriptor Kedalaman dimasukkan sebagai variabel dalam fungsi diskriminan 1. Selain itu variabel deskriptor Ketinggian Relatif, Area Backscattering strength dan Tinggi juga masuk dalam fungsi diskriminan 1, sedangkan deskriptor Sv, Target strength, Skewness dan Kurtosis dimasukkan dalam fungsi diskriminan 2 (Tabel 11). Gambar 16. Diagram Pareto Nilai Normalize Importance of Variables Nilai matriks struktur yang diperoleh dari analisis diskriminan dapat menjelaskan tingkat kontribusi dalam proses identifikasi dan klasifikasi. Dari kedelapan deskriptor yang digunakan, deskriptor Skewness dan Kedalaman memiliki persentase %, diikuti deskriptor Target strength, Kurtosis dan Ketinggian Relatif memiliki kontribusi %, dan deskriptor Sa, Sv dan Tinggi memiliki kontribusi dibawah 10% (Gambar 16).

14 44 Tabel 12. Hasil nilai klasifikasi analisis diskriminan Classification Results a Kode Ikan Predicted Group Membership Mas Nila Patin Total Original Count Mas Nila Patin % Mas 68,3 15,9 15,9 100,0 Nila 6,7 79,4 13,9 100,0 Patin 6,7 8,6 84,7 100,0 a. 77.5% of original grouped cases correctly classified. Hasil klasifikasi yang dilakukan dengan metode analisis diskiminan diperoleh jumlah sampel ikan mas yang dapat diidentifikasi sebesar 68,3%, ikan nila yang dapat diidentifikasi sebesar 79,4%, dan ikan patin yang dapat teridentifikasi sebesar 87.4%. Secara keseluruhan model fungsi diskriminan yang diperoleh dari hasil penelitian ini memberikan ketepatan pengklasifikasian 3 kelompok ikan uji sebesar 77,5% (Tabel 12). Ketepatan identifikasi jenis ikan yang paling tinggi diperoleh oleh jenis ikan patin, hal ini dapat dijelaskan karena hampir seluruh variabel deskriptor akustik kecuali variabel Kedalaman dapat membedakan secara jelas dibandingkan dengan ikan mas dan nila. Ketepatan identifikasi jenis ikan nila sangat dipengaruhi oleh variabel deskriptor Kedalaman dimana ikan nila terdeteksi pada kedalaman 1-5 meter. Hal ini sesuai dengan sifat ikan nila sebagai hewan omnivora yang dapat beradaptasi sebagai ikan permukaan maupun ikan dasar. Sedangkan ketepatan identifikasi ikan mas ditentukan oleh variabel deksriptor Tinggi, Ketinggian Relatif, Skewness dan Kurtosis seperti yang diperlihatkan dari hasil analisis Cluster. 4.4 JST Backpropagation Perancangan awal arsiteksur model JSTB menggunakan input deskriptor akustik yang sama digunakan dalam analisis statistik sebelumnya. Untuk memperoleh model arsitektur JSTB yang optimum maka dilakukan asumsi sebagai berikut :

15 45 a. Penentuan metode pelatihan yang tepat Metode pelatihan JSTB bertujuan untuk mempercepat kerja jaringan saraf tiruan dalam mengenali suatu pola (Demuth & Beale, 1998 dalam Muhiddin, 2004; Adetiba et. al, 2011). Metode pelatihan backpropagation yang digunakan bertujuan untuk memperoleh nilai Mean Square Error (MSE) di bawah toleransi yang ditentukan dengan jumlah iterasi yang paling sedikit (minimum). Salah satu aplikasi JSTB untuk pengenalan pola yaitu menggunakan JSTPR (Pattern Recognition). JSTPR dapat mengenali pola dalam bentuk deretan vektor dengan baik menggunakan metode pelatihan Scaled Conjugate Gradient Backpropagation. b. Penentuan jumlah neuron dalam lapisan tersembunyi JSTPR adalah jaringan 2 lapis feed-forward dengan input dan target masukan dalam bentuk biner dengan fungsi aktivasi pada layar tersembunyi menggunakan tansig dan fungsi aktivasi pada layar ouput menggunakan biner. Penentuan jumlah neuron yang menghasilkan nilai ketepatan yang tinggi menggunakan metode trial and error. Percobaan menggunakan berbagai jumlah neuron dari neuron, diperoleh ketepatan pengenalan jenis ikan di atas 80 % kecuali untuk jumlah neuron 1 dan 80 yang hanya memberikan ketepatan akurasi sebesar 67,44 % dan 31,63 %. Nilai MSE yang paling kecil diperoleh pada penggunaan jumlah neuron sebanyak 50 yang memberikan nilai MSE sebesar 0,0783 dengan persentase error sebesar 15,58%. Tabel 13. Nilai MSE dan % E JST-PR No Algoritma Pelatihan Fungsi Pelatihan Neuron MSE % E 1 Scale Conjugate Gradient trainscg 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,65

16 46 Hasil aplikasi JSTPR dalam pengenalan 3 jenis ikan dengan 5730 sampel pola diperoleh nilai MSE dengan ketepatan yang paling tinggi yaitu model JSTPR dengan jumlah neuron pada lapisan tersembunyi sebanyak 30 neuron (Tabel 13). Penggunaan 30 neuron pada lapisan tersembunyi JSTPR memberikan nilai MSE pada data uji sebesar 0,0809 dengan persentase error sebesar 16,16%. Nilai MSE yang diperoleh pada saat digunakan pada data uji diperoleh sebesar 0,0858 dengan persentase error sebesar 17,44%. Sedangkan nilai MSE yang diperoleh pada saat validasi model JST-PR sebesar 0,0778 dengan tingkat akurasi sebesar 84,66 % (Tabel 14). Tabel 14. Hasil pengujian dan validasi JST Backpropagation Sampel MSE % Error Training ,09E-02 1,62E+01 Validasi 860 7,78E-02 1,53E+01 Testing 860 8,59E-02 1,74E+01 Gambar 17. Grafik MSE vs Epoch JST-PR Tingkat akurasi pengenalan 3 jenis ikan uji secara rinci dapat dilihat pada matrik konfusi. Pada saat pelatihan model JST-PR dengan 30 neuron memberikan ketepatan pengenalan jenis ikan mas sebesar 28,1%, ikan nilai sebesar 27,6% dan

17 47 ikan patin sebesar 28,4% dengan total akurasi sebesar 84,1%. Pada saat validasi model JST-PR diperoleh nilai akurasi pengenalan jenis ikan mas sebesar 27,1%, ikan nila sebesar 26,0% dan ikan patin sebesar 31,6% dengan total akurasi sebesar 84,8%. Dari hasil aplikasi model JST-PR dapat disimpulkan bahwa pengenalan 3 jenis ikan air tawar menggunakan input masukan deskriptor akustik dapat dikenali dengan baik (Tabel 15). Tabel 15. Matriks konfusi JST-PR Mas Nila Patin Total % Prediction % Prediction % Prediction % Prediction Training 28,10 27,60 28,40 84,10 Validasi 27,10 26,00 31,60 84,80 Testing 29,00 25,90 27,70 82,60 All 28,10 27,10 28,80 84, JST Multilayer Perceptron JST-MLP terdiri dari beberapa neuron yang terhubung dan mempunyai input masukan dan keluaran dimana perceptron akan menghitung jumlah nilai perkalian penimbang dan masukan dari parameter permasalahan yang kemudian dibndingkan dengan nilai threshold. Aplikasi JST-MLP dikembangkan dengan menggunakan metode pelatihan Backpropagation. Hasil percobaan aplikasi model JST-MLP diperoleh model arsitektur yang memberikan nilai MSE yang paling kecil yaitu model JST-MLP ( ), yaitu menggunakan 8 jenis masukan, 3 layar tersembunyi dan 1 keluaran. Besar nilai laju pelatihan ditentukan sebesar 0,5. Setelah 81 iterasi diperoleh nilai MSE sebesar 0,0692 dengan ketepatan akurasi sebesar 85,7% (Gambar 18).

18 48 Gambar 18. Grafik MSE vs Epoch JST-MLP Algoritma pelatihan yang digunakan dalam JST-MLP yaitu algoritma Levenberg-Marquard yang dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan algoritma pelatihan yang lain. Hasil identifikasi 3 jenis ikan uji dalam JST-MLP pada saat validasi diperoleh ketepatan penentuan jenis ikan mas sebesar 27,7%, ikan nila sebesar 27,8% dan ikan patin sebesar 30,2% (Tabel 16). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari aplikasi JST yang memberikan nilai ketepatan yang lebih tinggi dalam penentuan 3 jenis ikan air tawar yaitu aplikasi JST-MLP dengan metode pelatihan Backpropagation. Tabel 16. Matriks konfusi JST-MLP Classification Results a Kode Ikan Predicted Group Membership Mas Nila Patin Total Count Mas Nila Patin % Mas 27,7 86,9 Nila 27,8 84,9 Patin 30,2 85,4 a. 85,7% of original grouped cases correctly classified.

19 49 Pengujian terhadap dua model JST yang diperoleh dengan menggunakan data acak sampel data ketiga jenis ikan uji dengan jumlah masing-masing sampel sebanyak 150 sampel, diperoleh ketepatan klasifikasi dan identifikasi jenis ikan menggunakan model JSTPR sebesar 95,6 %, lebih baik dibandingkan dengan model JST-MLP dengan nilai akurasi sebesar 95,1 %. Namun secara keseluruhan kedua model JST yang diperoleh dari hasil penelitian ini memberikan ketepatan akurasi klasifikasi dan identifikasi ikan diatas 90% (Tabel 17). Tabel 17. Matriks konfusi Pengujian Model JSTPR dan JST-MLP Model JST JST PR JST MLP Additional Test Jenis Ikan Predicted Group Membership Mas Nila Patin Mas 30,7 Nila 32,4 Patin 32,2 Mas 27,9 Nila 33,8 Patin 33,8 a. 95,6 % of correctly classified by JST PR b. 95,1 % of correctly classified by JST MLP

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Ir. H. Djuanda dan Laboratorium Akustik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Kegiatan penelitian ini terbagi

Lebih terperinci

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1 3 METODOLOGI Secara garis besar metode penelitian dalam disertasi ini berkaitan dengan permasalahan identifikasi kawanan ikan secara hidroakustik yang berkaitan dengan pengukuran dan pemrosesan data hidroakustik,

Lebih terperinci

Statistika Industri II TIP - FTP UB

Statistika Industri II TIP - FTP UB Statistika Industri II TIP - FTP UB Mirip regresi linier berganda Metode dependen Dimana : Variabel Independen (X1 dan seterusnya) adalah data metrik, yaitu data berskala interval atau rasio. Variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Print Output dan Analisa Output A. Diskriminan Parameter : 1. Grup 1 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung ke... Grup 2 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

6 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK

6 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK 6 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK 6.1 Pendahuluan Seperti telah diketahui, terdapat banyak sekali model jaringan saraf tiruan (JST) (Fauset,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perairan umum daratan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi, sehingga tercatat sebagai salah satu perairan dengan mega biodiversity di Indonesia. Komisi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan dari inti karya akhir ini, dimana analisis dan pembahasan akan dilakukan. Analisis dilakukan berdasarkan teori-teori dan metodologi yang telah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 LAMPIRAN 143 Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 1 ADRO 12,67 12,45 0,98 24,94 0,16 2 BBCA 17,57 0,25 0,01 24,44 0,25 3 BBNI 12,17 28,9 0,02 12,92 0,1 4 BBRI 12,91 22,27 0,02 26,81

Lebih terperinci

Penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner, dengan penilaian 6 tingkat dengan norma sebagai berikut:

Penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner, dengan penilaian 6 tingkat dengan norma sebagai berikut: Lampiran 1. Pengolahan data statistik Survei dilakukan kepada para karyawan di kantor pos pasar baru, dengan sampel sebanyak 50 karyawan. Kantor ini dipilih karena tidak hanya merupakan kantor cabang saja,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Yth. Responden Dalam rangka memenuhi penelitian, saya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Achievement Goal Orientation dan Data Penunjang

Lampiran 1. Kuesioner Achievement Goal Orientation dan Data Penunjang Lampiran 1. Kuesioner Achievement Goal Orientation dan Data Penunjang KUESIOER ACHIEVEMET GOAL ORIETATIO Pernyataan-pernyataan berikut di bawah ini merupakan gambaran dirimu dalam belajar. Berikan jawabanmu

Lebih terperinci

Kuisioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda X! Keterangan : Pertanyaan Kesetiaan Merek

Kuisioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda X! Keterangan : Pertanyaan Kesetiaan Merek Kuisioner Saya meminta bantuan Bapak/Ibu/Saudara sekalian untuk mengisi beberapa pertanyaan dibawah ini. Kuisioner yang saya bagikan digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian. Saya mohon bantuannya

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Pendahuluan 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Tujuan 0 Tujuan utama: 0 Menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor/variabel

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai pada tanggal 20 Januari 2011 dan menggunakan data hasil survei Balai Riset Perikanan Laut (BRPL). Survei ini dilakukan mulai

Lebih terperinci

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum modul 3 ini adalah : 1. Mahasiswa memahami apa yang dilakukan dalam proses Analisis Faktor; 2. Mahasiswa dapat menjalankan prosedur Analisis Faktor dalam SPSS; 3.

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun profile responden yang dibagi kedalam beberapa macam, yakni berdasarkan: 1. Nama pusat kebugaran langganan responden

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR Analisis factor digunakan untuk menemukan hubungan sejumlah variable yang bersifat independent dengan yang lain Analisis Faktor merupakan teknik untuk mengkombinasikan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan pada PT. Rezeki Supermarketing sebuah perusahaan retail tradisional yang terletak di Jakarta, dengan mengambil

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 47 orang guru BK SLTA (5, SMA, 1 MA, dan 9 SMK) di Salatiga, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah

Lebih terperinci

MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN

MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN MODUL 5 ANALISIS DISKRIMINAN TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan praktikum ini, antara lain : Mahasiswa memahami karakteristik dan kegunaan Metode Analisis Diskriminan. Mahasiswa

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

: Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Botol 600ml Merek Aqua di Jakarta Barat

: Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Botol 600ml Merek Aqua di Jakarta Barat 80 1.LAMPIRAN KUESIONER PRETEST Kuesioner : Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Botol 600ml Merek Aqua di Jakarta Barat Dengan hormat,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2009 SUPLEMEN 3 ANALISIS KETERKAITAN KENAIKAN NON PERFORMING LOAN DENGAN KARAKTERISTIK BANK UMUM SEBAGAI DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL STUDI KASUS PERBANKAN SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG Krisis keuangan

Lebih terperinci

DISCRIMINANT ANALYSIS

DISCRIMINANT ANALYSIS DISCRIMINANT ANALYSIS STATISTIK LANJUT MAGISTER PROFESI F.PSI.UI Liche Seniati 1 Discriminant Analysis Merupakan teknik parametrik yang digunakan untuk menentukan bobot dari prediktor yg paling baik untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil yang telah diperoleh

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah dalam penelitian ini maka desain penelitian menggunakan pengujian beda rata-rata. Di mana pengujian beda ratarata merupakan

Lebih terperinci

5 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN METODE STATISTIK

5 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN METODE STATISTIK 5 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN METODE STATISTIK 5.1 Pendahuluan Dalam bidang perikaan, metode statistik adalah metode analisis yang paling sering digunakan dalam melakukan identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Dalam gambaran umum responden penelitian ini dijelaskan mengenai profil umum responden yaitu, pekerjaan responden, usia responden, jenis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi BAB 3 METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Pengenalan ekspresi wajah adalah salah satu bentuk representasi kecerdasan manusia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi emosi seseorang. Hal inilah yang

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN. Berilah tanda Check List ( ) pada jawaban yang sesuai.

KUISIONER PENELITIAN. Berilah tanda Check List ( ) pada jawaban yang sesuai. LAMPIRAN 1 KUISIONER PENELITIAN Nama : Alamat : Usia : Jenis Kelamin : Pendidikan : Jabatan : Berilah tanda Check List ( ) pada jawaban yang sesuai. Keterangan: a. STS : Sangat tidak siap b. TS : Tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Data responden yang telah diperoleh dari kuesioner akan dibagi berdasarkan usia, jenis kelamin responden, status pekerjaan, jasa perawatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KARAKTERISTIK NAVIGASI WEB PELANGGAN SHOFIA TOYS DALAM KAITAN PEMBELANJAAN SECARA ONLINE

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KARAKTERISTIK NAVIGASI WEB PELANGGAN SHOFIA TOYS DALAM KAITAN PEMBELANJAAN SECARA ONLINE 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KARAKTERISTIK NAVIGASI WEB PELANGGAN SHOFIA TOYS DALAM KAITAN PEMBELANJAAN SECARA ONLINE Tabel 1: Kategori Demografi Profil Demografi (%) Silakan Pilih (

Lebih terperinci

3. Berapa pengeluaran anda setiap membeli sepatu? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

3. Berapa pengeluaran anda setiap membeli sepatu? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Kuesioner ini berkenaan dengan penelitian saya yang berjudul Pengaruh Brand Image dan Harga Terhadap Intensi Membeli Sepatu Converse. Oleh karena itu, saya meminta kesediaan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) untuk diagnosis penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu data saham Astra Internasional Tbk tanggal 2 Januari

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Table Frekuensi Responden. pendidikan. gender. Valid Percent. Cumulative. Cumulative. Percent. Frequency Percent.

Lampiran 1. Table Frekuensi Responden. pendidikan. gender. Valid Percent. Cumulative. Cumulative. Percent. Frequency Percent. 90 Lampiran 1 Table Frekuensi Responden gender pendidikan Frequency Valid Frequency Valid Valid LAKI-LAKI 14 16.5 16.5 16.5 PEREMPUAN 71 83.5 83.5 100.0 Valid SMP 4 4.7 4.7 4.7 SMA 70 82.4 82.4 87.1 S-1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator, maupun permasalahan lain yang melingkupinya Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

LECTURE 9 REGRESI LOGISTIK & DISKRIMINAN

LECTURE 9 REGRESI LOGISTIK & DISKRIMINAN LECTURE 9 REGRESI LOGISTIK & DISKRIMINAN DR. MUDRAJAD KUNCORO, M.Soc.Sc Fakultas Ekonomi & Pascasarjana UGM Outline: Multinomial Regresi Binary Logistik Analisis Diskriminan Perbandingan multinomial, binary,

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN SARAF TIRUAN (Artificial Neural Networks) UNTUK IDENTIFIKASI KAWANAN LEMURU DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR HIDROAKUSTIK

PEMODELAN JARINGAN SARAF TIRUAN (Artificial Neural Networks) UNTUK IDENTIFIKASI KAWANAN LEMURU DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR HIDROAKUSTIK PEMODELAN JARINGAN SARAF TIRUAN (Artificial Neural Networks) UNTUK IDENTIFIKASI KAWANAN LEMURU DENGAN MENGGUNAKAN DESKRIPTOR HIDROAKUSTIK AMIR HAMZAH MUHIDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

a. SD c. SMA b. SMP d. Perguruan Tinggi

a. SD c. SMA b. SMP d. Perguruan Tinggi 83 LAMPIRAN 1 Kuesioner Saya mahasiswa Universitas Esa Unggul sedang meneliti faktorfaktor yang menentukan keputusan konsumen dalam pembelian produk minyak kayu putih Cap Lang untuk menyusun skripsi kepentingan

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 31 Pemilihan Parameter Masukan JST Data pengujian kualitas surfaktan-mesa yang dimiliki SBRC IPB (009) terdiri atas tegangan permukaan, IFT, densitas, viskositas, ph, dan kandungan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY LEMBAR KERJA Topik: Uji Validitas dengan Analisis Faktor Tujuan: Untuk menguji tingkat validitas konstruk seperangkat instrumen, kuesioner atau angket Contoh Masalah: Apakah butir-butir yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh aspekaspek pelaksanaan konstruksi yang meliputi perizinan proyek, organisasi proyek, peralatan proyek,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Yang Digunakan BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN Secara umum, gambaran data yang penulis peroleh dapat dilihat pada lampiran. Data tersebut adalah data hasil proses logging disajikan dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN

PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN Ahmad Saputra, S.E, M.M Dosen Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Abstrak PT. Daya Muda Agung

Lebih terperinci

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun 72 KUESIONER Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan anda : I. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin anda? a. Laki-laki b. Perempuan Nama Responden: Tujuan Kuesioner Penelitian Kuesioner ini bertujuan

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN APLIKASI ANALISIS FAKTOR DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN MAXIMUM LIKELIHOOD DALAM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Gauss Untuk dapat melakukan pengolahan data menggunakan ANN, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai set data input-output yang akan digunakan. Set data inputnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jaringan saraf buatan merupakan kumpulan dari elemen-elemen pemrosesan buatan yang disebut neuron. Sebuah neuron akan mempunyai banyak nilai masukan yang berasal dari

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 25 3.1 Eksplorasi Data Lapangan III HASIL DAN PEMBAHASAN Data lapangan yang dikumpulkan merupakan peubah-peubah tegakan yang terdiri dari peubah kerapatan pancang, kerapatan tiang, kerapatan pohon, diameter

Lebih terperinci

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Faktor Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai proses dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini berupa perhitungan statistik yang

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi dengan judul : Analisis Proses Pengambilan Keputusan Produk Kredit Cepat

Lebih terperinci

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro 1110100049 Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 Diagnosa

Lebih terperinci

A. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

A. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER L 1 LAMPIRAN 1 KUESIONER Saya Riska Arkandini mahasiswi semester 8 (delapan) Jurusan Komunikasi dan Multimedia bidang Broadcasting, mohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner berikut. Dimana kuesioner

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN PELANGGAN, RESPON PLN, STABILASI DAYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN WILAYAH BEKASI TIMUR ABSTRAK

PENGARUH LAYANAN PELANGGAN, RESPON PLN, STABILASI DAYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN WILAYAH BEKASI TIMUR ABSTRAK PENGARUH LAYANAN PELANGGAN, RESPON PLN, STABILASI DAYA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN WILAYAH BEKASI TIMUR Bambang Daryoso Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Revita Imaniyar Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA

PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA PERBANDINGAN AKURASI ALGORITME PELATIHAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN JUMLAH PENGGUNA KERETA API DI PULAU JAWA Budho Setyonugroho 1), Adhistya Erna Permanasari 2), Sri Suning Kusumawardani

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE Radian Rizki Triadhi NRP : 1222033 E-mail : radianrizkitriadhi@ymail.com ABSTRAK Pengenalan tulisan tangan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PEMECAHAN MASALAH BAB 4 PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah dari penelitian ini terangkum dalam gambar flowchart dibawah ini. Gambar 4.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah

Lebih terperinci

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS Ai Nurhayat, S.Si.,MT. Jurusan Teknik Industri Sekolah tinggi Teknologi Bandung ABSTRAK Pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan

Lebih terperinci

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah Karakter Braille Ke Bentuk Abjad The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Sebagai Penterjemah

Lebih terperinci

FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN. Abstrak

FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN. Abstrak FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN Penulis : 1. Ana Mufidah, SE.,MM 2. Ferisa Ayu Prameswari, SE Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

Data Output SPSS Vertigo

Data Output SPSS Vertigo Lampiran 1 Data Output SPSS Vertigo Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 15 100,0 Excluded a 0,0 Total 15 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Lebih terperinci

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA SPSS menyediakan fasilitas untuk melakukan analisis deskriptif data seperti uji deskriptif, validitas dan normalitas data. Uji deskriptif yang dilakukan

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci