BAB II DASAR TEORI 2.1 ALIGNMENT Definisi Alignment
|
|
- Ade Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 ALIGNMENT Definisi Alignment Alignment adalah posisi senter-senter rotasi dari dua buah shaft atau lebih dalam satu sumbu (co-linear ) ketika mesin beroperasi dalam keadaan normal. Co-linear (satu sumbu) maksudnya adalah setiap shaft akan berputar pada satu garis sumbu. Satu atau lebih shafts dalam garis lurus yang sama dianggap co-linear, atau dalam garis lurus yang sama Fungsi Alignment Mencegah kerusakan prematur pada coupling atau bearing akibat ketidak-colinear-an pada 2 (dua) atau lebih mesin/alat yang berputar bersama (misalignment). Ketidaksumbuan shaft mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal dan akan menimbulkan getaran yang tinggi serta mempercepat kerusakan elemen mesin terutama pada bearing. Contoh hubungan pada pompa sentrifugal yang digerakkan oleh sebuah motor listrik yang dihubungkan oleh kopling fleksibel. Antara shaft motor dan shaft pompa harus satu sumbu Keuntungan Mesin di Alignment 1. Mengurangi beban axial dan radial yang berlebih pada bearing sehingga akan berdampak pada umur bearing dan stabilitas rotor pada kondisi operasi dinamis. 2. Mengurangi kemungkinan shaft patah akibat kelelahan cyclic. 3. Mengurangi keausan pada komponen kopling.
2 6 4. Mengurangi pelenturan shaft dari adanya gaya di titik transmisi pada kopling ke bearing. 5. Level vibrasi yang lebih rendah pada casing mesin, rumah bearing dan rotor. 6. Memperpanjang MTBF 7. Menghemat pemakaian tenaga listrik Kerugian Mesin di Alignment 1. Konsumsi energi ( listrik, bahan bakar, steam) penggerak meningkat sekitar 5 s.d 10%. 2. Beban yang diderita mesin bertambah, umur bearing berkurang dengan bertambahnya beban. 3. Kerusakan prematur pada bearing, poros, seal, kopling, dll. 4. Temperatur tinggi pada casing, bearing atau minyak lubrikasi. 5. Kebocoran pada sealnya bearing, mechanical seal. 6. Kopling menjadi panas dan cepat rusak. 7. Baut koping mudah kendor atau patah. Baut pondasi kendor Jenis-Jenis Misalignment A. Misalignment sejajar (offset misalignment) Misalignment offset, juga dapat disebut misalignment pararel dilihat dari jarak sumbu antara dua poros dan biasanya di ukur dalam seperseribu inchi. Gambar 2.1 Offset misalignment (Sumber: Tarigan, 2017)
3 7 Offset dapat terjadi pada bidang vertical maupun horizontal. Gambar dibawah dapat menjelaskan offset, ditunjukkan dua poros yang berdekatan yang pararel satu sama lain tetapi tidak satu sumbu (ada jarak diantara kedua garis sumbu poros). Secara teori, offset diukur pada garis sumbu kopling. B. Misalignment menyudut (angular misalignment) Angular misalignment juga disebut face alignment. Angular misalignment dilihat dari kondisi dimana poros tidak pararel tapi tidak ada offset (tidak ada jarak antara kedua garis sumbu poros). Gambar 2.2 Angular misalignment (Sumber: Tarigan, 2017) Keadaan ini diilustrasikan pada gambar dibawah. Dengan angular misalignment, mungkin terjadi kedua poros berada pada bidang yang sama dengan disatukan permukaan kopling yang sama tapi tercipta sudut antara dua poros. Angular misalignment adalah keadaan dimana terbentuknya sudut antara dua sumbu poros, biasanya disebut slope atau rise over run yang diukur dalam satuan perseribu inci, sedangkan sudut yg terbentuk dalam satuan derajat. Kondisi ini pasti terjadi pada bidang horizontal dan vertical. Gambar dibawah menjelaskan sudut-sudut yang terbentuk dalam angular misalignment. Gambar 2.3 Sudut angular missalignment (Sumber: Tarigan, 2017)
4 8 C. Misalignment kombinasi (combination misalignment) Combination or skewed misalignment terjadi ketika poros tidak lurus (parallel) maupun memotong pada kopling. Gambar 5 menunjukkan 2 poros yang miring, kondisi ini merupakan masalah yang sering ditemui pada ketidaklurusan (misalignment). Jenis misalignment ini dapat terjadi di bidang horizontal ataupun vertical atau di keduanya. Sebagai perbandingan lihat gambar 6 dimana menunjukkan 2 poros yang mempunyai angular misalignment tapi tidak terbentuk offset (tidak tercipta jarak antara 2 sumbu poros). Gambar 2.4 Combination misalignment (Sumber: Tarigan, 2017) 2.2 PINCHROLL Pinchroll adalah salah satu measuring device dan clamping device pada fasilitas double side shear untuk menahan plate tetap lurus pada jalur saat pemotongan. Pada double side shear sendiri pinchroll terdapat delapan buah masing masing berada pada bagian entry empat buah yaitu entry top fix side, entry bottom fix side, entry top move side, dan entry bottom move side serta bagian delivery empat buah yaitu delivery top fix side, delivery bottom fix side, delivery top move side, dan delivery bottom move side. Besarnya diameter pinchroll 700 mm. Gambar 2.5 Pinchroll double side shear
5 9 Perawatan untuk pinchroll itu sendiri dengan menjaga scrapper pada pinchroll tetap baik karena berguna untuk membuang scale pada pinchroll, jika scrapper sudah terkikis maka harus langsung diganti agar pinchroll tidak abrasi dan produk tetap baik. Gambar 2.6 Scrapper Fungsi dari scrapper itu sendiri untuk menjaga pinchroll tetap bersih dari scale baja saat proses produksi. Serta terdapat empat buah cylinder hydraulic masingmasing berada pada bagian top pinchroll karena berfungsi untuk menaikan dan menurunkan pinchroll saat proses produksi. 2.3 PLATE ROLLING PLANT Plate rolling plant merupakan pabrik yang memproduksi produk terakhir dari slab sebagai material dan akan diproses dengan pemanasan ulang (reheating), perolingan (rolling line) dan pemotongan (shearing line) sesuai dengan permintaan konsumen. Produk akhir dari pabrik ini dinamakan sebagai plate. Plate merupakan baja lembaran dengan ketebalan 6mm sampai 150mm. Sebuah proses yang menghasilkan produk akhir berupa steel plate dari slab sebagai bahan mentahnya melalui proses pemanasan ulang, pengerolan dan pendinginan yang merubah slab menjadi steel plate.
6 10 Gambar 2.7 Layout rolling line (Sumber: Triadi2012) Reheating Furnace Proses pertama dari pembuatan steel plate dari slab adalah proses reheating slab yang merupakan bahan material untuk proses rolling yang akan dimasukkan (charging) kedalam reheating furnace dengan menggunakan mekanisme pusher lalu dinaikkan temperaturnya sesuai target temperatur yang diinginkan. Gambar 2.8 Layout reheating furnace Setelah proses pemasukan (charging) selesai slab akan bergerak secara kontinu dari entry side furnace menuju delivery side dengan menggunakan mekanisme walking beam. Setelah proses pemanasan (reheating) selesai, slab akan dikeluarkan dari furnace dengan menggunakan slab extractor. Tujuan utama untuk mempermudah proses rolling dan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanis yang diinginkan seperti strength dan toughness.
7 11 Gambar 2.9 Body of reheating furnace Hot Scale Breaker Alat ini berfungsi untuk menghilangkan permukaan slab dari oksida scale dengan cara menyemprotkan air dengan tekanan 100~160 kg/cm2 ke permukaan atas maupun bawah slab. Karena, permukaan slab saat berada didalam furnace akan menghasilkan lapisan oksida yang disebabkan karena adanya reaksi dengan oksigen (biasa disebut primary scale atau first scale ). Lapisan oksida ini berbeda sifatnya dengan material slab seperti nilai keuletan, kekerasan sehingga akan mengakibatkan cacat apabila lapisan oksida ini tidak mampu dihilangkan Finishing Mill Proses rolling merupakan proses metal forming yang bekerja dengan cara melewatkan material yang ingin dibentuk kedalam sepasang roll yang telah diatur jaraknya dan salah satu proses yang penting untuk memastikan bahwa tidak hanya target ketebalan tercapai tetapi juga temperatur akhir pengerolan (finished rolling temperature) tercapai pada kisaran temperatur tertentu. Pengontrolan yang cukup juga dibutuhkan untuk menghindari terbentuknya pelat yang bergelombang (plate wave) maupun melengkung (camber).
8 12 Gambar 2.10 Finishing mill Accelerated Cooling Process Setelah proses pengerolan, dilakukan proses accelerated cooling (Pendinginan cepat, ACC) untuk menghasilkan baja dengan sifat mudah dilas dan memiliki keuletan tinggi. Hasil proses accelerated cooling biasa disebut dengan TMCP (thermomechanical control process) steel. Proses ini memiliki cara kerja dengan menyemprotkan air secara langsung ke as rolled plate sehingga terjadi pendinginan yang sangat cepat. Proses TMCP mampu meningkatkan kekuatan material tanpa membutuhkan paduan elemen tertentu. Proses ini dilakukan pada daerah temperatur transisi material ( ) dengan memperhitungkan finish roling temperature dan start cooling temperature. T T T SC Gambar 2.11 Proses accelerated cooling FC
9 13 Setelah slab mencapai temperatur target (T0) slab dikeluarkan. kemudian slab siap untuk di roll. Proses pengerolan sendiri dilakukan dalam 2 tahap atau 1 tahap. Untuk kasus 2 tahap rolling (phase), pada tahap pertama slab dirolling untuk mancapat target akhir temperatur T4, kemudian di roll lagi untuk mencapai target thickness dan temperatur T5 (FRT). Setelah proses rolling selesai kemudian dilanjutkan dengan proses pendinginan cepat dengan menggunakan peralatan accelerated cooling dalam lama waktu tertentu. Tabel 2.1 Istilah dalam proses accelerated cooling Hot Levelling Setelah proses rolling selesai, proses hot leveling dilakukan untuk memastikan pelat yang dihasilkan memiliki flatness yang baik. Hot leveling biasanya dilakukan pada saat temperatur pelat 550 ~ 950. Gambar 2.12 Prinsip proses levelling
10 Shearing Line Sebuah proses lanjutan dari rolling line yang didalamnya terdapat proses pendinginan dan pemotongan steel plate yang disesuaikan karakteristik bentuk berupa tebal dan datar dengan kebutuhan konsumen. Gambar 2.13 Layout shearing line Salah satu tujuan shearing adalah untuk membagi mother plate sesuai dengan ukuran yang dipesan. Tujuan lain dari shearing adalah untuk memotong head crop dan tail crop. Gambar 2.14 Pemotongan plate
11 Colling Bed Mendinginkan plate yang telah diproses di rolling line dari temperatur maximum 900 O C menjadi max 200 O C dan memindahkan dari rolling line ke shearing line Crop Shear Fungsi dari Crop shear ialah memotong mother plate bagian kepala dan ekor dari plate hingga menjadi desain plate dan juga mengambil test piece untuk memastikan quality assurance. Gambar 2.15 Crop shear Double Side Shear Double side shear adalah salah satu fasilitas yang terdapat di plate rolling plant yang berfungsi untuk memotong bagian samping atau sisi lebar dari mother plate sesuai pesanan customer, di mesin ini juga terdapat pinchroll sebagai clamping device plate saat pemotongan. Gambar 2.16 Double side shear
12 Divide Shear Divide shear berfungsi memotong intermediate plate menjadi plate produk sesuai dengan permintaan customer, divide shear juga mesin terakhir untuk pemotongan plate yang proses selanjutnya plate akan masuk pada proses marking serta melewati inspection team dan selanjutnya plate yang sudah masuk kategori baik akan masuk warehousing dan siap dikirim ke customer. Gambar 2.17 Divide shear 2.4 INSPEKSI PRODUK Proses inspeksi tetap dilakukan baik untuk memenuhi permintaan pelanggan maupun tidak, dengan inspeksi juga dapat ditentukan pelat itu baik ataupun cacat. Cacat pada pelat baja yang dapat mengurangi kualitas atau tidak dapat diterima pelanggan, adapun hal-hal yang harus diinspeksi: a. Dimensi : Ketebalan pelat, lebar dan panjang b. Bentuk : Flatness, squareness dan camber c. Appearence : Bentuk dari sisi hasil pemotongan, cacat permukaan, retak permukaan, goresan (scratch) Inspeksi Dimensi Secara umum, dimensi pelat memiliki arti tebal, lebar dan panjang. Ada beberapa jenis tebal pada baja seperti : W/S thickness (tebal pada sisi work side), C/N thickness (tebal pada bagian tengah ), D/S thickness (tebal pada drive side).
13 17 Tabel 2.2 Inspeksi dimensi pelat baja (Sumber: Cristian, 2012) Arah panjang lebih panjang daripada arah lebar plate. Jika arah pengerolan menjadi sangat penting maka perbedaan dari arah panjang dan lebar harus terlihat jelas. Pemuaian dan prediksi terhadap error / kesalahan harus diperhatikan karena proses pemotongan pelat dilakukan saat pelat masih panas. Gambar 2.18 Inspeksi dimensi pelat baja (Sumber: Cristian, 2012)
14 18 Untuk mengurangi cacat karena dimensi berikut teknologi yang digunakan dari tahun ke tahun. Tabel 2.3 Perkembangan teknologi cacat dimensi (Sumber: Cristian, 2012) Inspeksi Bentuk Secara umum kualitas bentuk dipengaruhi oleh faktor kerataan (flatness), camber, warp, dan crown. a. Kerataan (flatness) Sisi tengah atau kedua sisi samping motherplate membentuk pola lengkungan (wave). Gambar 2.19 Inspeksi bentuk pelat baja (Sumber: Cristian, 2012)
15 19 b. Camber Garis tengah pelat melengkung kearah kanan atau kiri penyebab camber : Adanya kegagalan pada proses shearing akibat dari kesalahan perakitan pisau potong Adanya kerusakan pada pinchroll seperti keausan yang tidak rata maupun tearing Adanya stress annealing akibat proses pemotongan pelat. Teknologi untuk mengontrol flatness sebagai berikut Tabel 2.4 Perkembangan teknologi mengontrol flatness (Sumber: Cristian, 2012) c. Crown Ketebalan pada sisi tengah maupun kedua sisi samping berbeda akibat dari proses pemotongan pada arah melebar. Umumnya, pada posisi tengah lebih tebal daripada kedua sisi samping (bentuk pelat menjadi cembung). Gambar 2.20 Crown (Sumber: Cristian, 2012)
16 20 Adapun teknologi pengontrolan crown pada produksi baja sebagai berikut: Tabel 2.5 Perkembangan teknologi mengontrol crown (Sumber: Cristian, 2012) d. Deformasi pelat Hal yang paling penting dalam pengaturan kualitas bentuk adalah pengontrolan deformasi pelat. Deformasi pelat dibagi menjadi C-curve (camber), wave, dan curl (keriting pada ujung depan dan belakang pelat). Metode pengontrolan deformasi pelat: Gutter : meminimalisir perbedaan temperatur antara sisi atas dan bawah pelat. Curl : meminimalisir perbedaan temperatur pada permukaan atas dan bawah bagian ujung depan dan belakang.
17 21 Camber : meminimalisir perbedaan temperatur dalam arah melebar pada saat proses accelerated cooling Inspeksi Permukaan Cacat permukaan terdiri dari pre-processing defects dan main process defects. Preprocessing defects adalah cacat permukaan yang disebabkan oleh cacat yang ada pada bagian dalam dan luar pada slab yang muncul setelah proses rolling. Main process defects adalah cacat yang disebabkan oleh kesalahan dari fasilitas plate rolling, manufaktur dan transportasi. Tabel 2.6 Inspeksi permukaan (Sumber: Cristian, 2012)
18 METODE CHECKSHEET TAHUN 2016 Pada tahun 2016 terdapat banyak defect yang disebabkan oleh pinchroll alignment mencapai angka 0,025% dari Ton jumlah produksi atau sekitar 301,52 Ton produk baja yang terkena reject. Gambar 2.21 Metode Alignment 2016 (Sumber: Cristian, 2012) Dari metode checksheet yang sudah dibuat pada tahun 2016 dengan membuat
19 23 toleransi yang ingin didapatkan diangka 0,10 pada proses alignment pinchroll. Serta, pada metode lama ini tidak diatur arah besaran untuk masing-masing pinchroll. Sehingga pada tahun 2016 didapat jumlah defect yang dihasilkan dari checksheet tersebut diangka 0,25% defect dari jumlah produksi selama satu tahun. Terdapat pada tabel di bawah ini Tabel 2.7 Jumlah Defect 2016 Data akumulasi jumlah defect kode 42 Tahun 2016 Tanggal Defect (%) Produksi (Ton) Jumlah Defect (Ton) Jan-16 0, ,22 Feb-16 0, ,5 Mar-16 0, Apr-16 0, Mei-16 0, Jun-16 0, Jul-16 0, ,5 Agt-16 0, ,8 Sep-16 0, ,8 Okt-16 0, ,7 Nov-16 0, ,6 Des-16 0, ,4 0,025 (Ave) ,52 Jumlah Defect (Ton) Jumlah Defect (Ton) Pekerjaan alignment pada tahun 2016 dilakukan selama 5 jam, dan dilakukan
20 24 selama satu minggu sekali. Karena terjadi pergeseran nilai dari alignment yang menye babkan plate cutting chips dan defect. Toleransi 0,10mm Tabel 2.8 Data Alignment 2016 Interval Waktu Alignment Waktu Pekerjaan Keterangan Mencapai nilai 5 jam 7 hari sekali toleransi 2.6 CACAT PRODUK EFEK PINCHROLL Cacat produk pada proses produksi baja banyak sekali penyebabnya, salah satunya adalah cacat produk karena efek pinchroll yang misalignment. Kode cacat pada proses produksi pun banyak kodenya mulai dari angka 1 hingga 90. Namun kode cacat karena pinchroll diberi kode 42 dan 43 pada perusahaan baja seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 2.9 Kode cacat pinchroll (Sumber: Sahid 2012) Dari Tabel diatas tercantum penjelasan terkait cacat produk karena pinchroll di kode 42 dan 43. Berikut contoh gambar cacat produksi baja karena efek pinchroll.
21 25 Gambar 2.22 Mark Pinchroll Dapat dilihat pada Gambar 2.22 terdapat cacat bekas pinchroll mark yang ditandai dengan penunjuk merah pada pelat baja, yang membuat pelat baja tersebut harus di reject. Gambar 2.23 Mark Scale Pinchroll Pada Gambar 2.23 terdapat cacat pada pelat baja berupa coak pada pelat baja yang diakrenakan pinchroll yang kotor yang ditandai dengan penunjuk merah pada gambar, yang membuat pelat baja tersebut harus di reject dan tidak bisa dikirim kepada customer.
22 26 Gambar 2.24 Sisa Pemotongan Pada Gambar 2.24 diatas terdapat sisa pemotongan pada pelat baja yang seharusnya ikut terpotong jika pinchroll dan piau sejajar dengan baik. Pada gambar tersebut termasuk defect yang masuk kategori yang disebabkan oleh pinchroll.
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
38 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 IDENTIFIKASI PERUBAHAN METODE ALIGNMENT Pada proses produksi pelat baja banyak sekali hal yang harus dilakukan untuk menjaga kualitas agar produk tetap baik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu pengujian langsung di lapangan dan analisis berdasarkan pada teori untuk melakukan evaluasi terhadap pinchroll
Lebih terperinciPerusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur besi baja ini sudah banyak menghasilkan produk seperti kawat baja, plat baja, maupun baja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara yang berkembang, Indonesia berusaha keras dalam memajukan sektor perindustrian agar dapat bersaing dengan Negara lain di dunia Internasional, terutama
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR
PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR Oleh: ADITYA PRIMADI PUTRA 2108030047 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Arino Anzip, MEng., Sc PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB II PERATAAN (LEVELLING) DAN PENJAJARAN (ALIGNMENT)
34 Tujuan Pelajaran 4 BAB II PERATAAN (LEVELLING) DAN PENJAJARAN (ALIGNMENT) Menyetel kerataan rakitan mesin, dengan memperhatikan prosedur keselamatan kerja. Kriteria Penilaian Mendemonstrasikan prosedur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Alignment Alignment adalah kesatu sumbuan, kesejajaran, kesebarisan dan ketegak lurusan elemen mesin pemindah putaran atau daya. Berikut komponen yang sering terjadi
Lebih terperinciBAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya
BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan
Lebih terperinciSHAFT ALIGNMENT. Definisi shaft alignment?
ALIGNMENT POROS SHAFT ALIGNMENT Definisi shaft alignment? Adjustment posisi relatif dari dua poros, ex. motor (driver & pompa (driven). Pengaturan posisi center pada kondisi operasi normal. EFEK MISALIGNMENT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin
Lebih terperinciANALISIS PENYIMPANGAN BATAS TOLERANSI ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK DAN POSITIVE PUMP DI PT. INDOLAKTO PURWOSARI
Shofan Syukri/ Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 6 Agustus 5 ANALISIS PENYIMPANGAN BATAS TOLERANSI ALIGNMENT POROS MOTOR LISTRIK DAN POSITIVE PUMP DI PT. INDOLAKTO PURWOSARI Shofan Syukri Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Getaran adalah suatu hal yang tidak diharapkan muncul dalam sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih tentunya akan berpengaruh terhadap
Lebih terperinciPENGARUH MISSALIGMENT TERHADAP ARUS DAN GETARAN PADA MOTOR INDUKSI
PENGARUH MISSALIGMENT TERHADAP ARUS DAN GETARAN PADA MOTOR INDUKSI Tendi Rahayu 1*, Abdul Multi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, ISTN, Jl.PLN Duren Tiga Pasar Minggu Jakarta 12760 * Email : tendy_r@ymail.com
Lebih terperinciBAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC
BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu
Lebih terperinciANALISIS KETIDAKSESUAIAN KUAT TARIK DENGAN SPESIFIKASI STANDAR MELALUI DIAGRAM ISHIKAWA
Paper of The Month PM3I Agustus 2017 ANALISIS KETIDAKSESUAIAN KUAT TARIK BAJA HRC DENGAN SPESIFIKASI STANDAR MELALUI DIAGRAM ISHIKAWA ADDIN HADINATA A Teknik Metalurgi UNTIRTA I. Latar Belakang Hot Strip
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI
BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SEA WATER BOOSTER PUMP Sea Water Booster Pump adalah suatu pompa sentrifugal yang berfungsi untuk menambah tekanan air laut yang berasal dari Circulating Water
Lebih terperinciTEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)
TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi
Lebih terperinciPembagian Tugas & Tanggung Jawab. Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian pada
Lampiran 1 Pembagian Tugas & Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian pada struktur organisasi di PT Pusaka Prima Mandiri menurut jabatan dan posisinya adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHAHULUAN I.1
BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan
Lebih terperinciBOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :
BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan
Lebih terperinciANALISA KERUSAKAN CENTRIFUGAL PUMP P951E DI PT. PETROKIMIA GRESIK
Sidang Tugas Akhir - TM091486 ANALISA KERUSAKAN CENTRIFUGAL PUMP P951E DI PT. PETROKIMIA GRESIK Oleh : Farandy Afrizal Pembimbing : Dr. Muhammad Nur Yuniarto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA
ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi
Lebih terperinci2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat
2. KERJA PLAT Tujuan 1. Agar mahasiswa mengerti cara membuat pola, memotong, dan melipat benda kerja pelat / logam lembaran. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan kerja pembuatan pola, pemotongan dan pelipatan
Lebih terperinciANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG
ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG Nusyirwan Jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas ABSTRAK Gear box merupakan suatu peralatan yang diperlukan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput
BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor
BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai
Lebih terperinciMODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)
MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN
Lebih terperinciBAB III. Metode Rancang Bangun
BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN KELURUSAN Kelurusan poros adalah posisi yang tepat dari garis sumbu penggerak dan komponen yang digerakkan (gearbox, pompa, dll). Penyelarasan dicapai melalui shimming
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kopling/Clutch Kopling adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada ke dua ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis.fungsi kopling
Lebih terperinciDASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM
3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat
Lebih terperinciMerupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :
Bagian Bagian Utama Mesin Milling ( Frais ) 1. Spindle utama Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : a. Vertical spindle b. Horizontal
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka
Lebih terperinciA. Dasar-dasar Pemilihan Bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur
Lebih terperinciBAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.
BAB II TEORI KEAUSAN 2.1 Pengertian keausan. Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari permukaannya
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah
BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN
BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS
PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS Muhammad Hasbi, Nanang Endriatno, Jainudin Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo,
Lebih terperinciPELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
14 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PEMBUATAN SEAL PISTON HYDRAULIC PEMBUATAN MOLDING Proses Pemilihan Material Proses Penjepitan Material Proses Pengupasan Material Proses Menetapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya
Lebih terperinciBAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang
Lebih terperinci2. Mesin Frais/Milling
2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan
Lebih terperinciBAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK
BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar
Lebih terperinciSpesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai
BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,
Lebih terperinciBaja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)
Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciSpesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6812-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton ICS 77.140.65; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan
Lebih terperinciPengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :
Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Fungsi Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban
Lebih terperinciBAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX
BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor
Lebih terperinciProses Lengkung (Bend Process)
Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan pompa sangat luas hampir disegala bidang, seperti industri, pertanian, rumah tangga dan sebagainya. Pompa merupakan alat yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembentukan Logam Teknik pembentukan logam merupakan proses yang dilakukan dengan cara memberikan perubahan bentuk pada benda kerja. Perubahan bentuk ini dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciGambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (www.competitiondiesel.com).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Poros merupakan salah satu elemen mesin yang fungsinya sangat signifikan dalam konstruksi mesin. Sunardi, dkk. (2013) menyatakan bahwa poros digunakan dalam mesin
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas
Lebih terperinciPRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI
PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan
Lebih terperinciSISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT
SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan
Lebih terperinciPROSES PEMBENTUKAN REBOUND SEAT 2CF UNTUK HONDA BRIO DI PT. RACHMAT PERDANA ADHIMETAL
PROSES PEMBENTUKAN REBOUND SEAT 2CF UNTUK HONDA BRIO DI PT. RACHMAT PERDANA ADHIMETAL NAMA : DANANG SULARSO WICAKSONO NPM : 21411710 PEMBIMBING : Ir. ARIFUDIN, MM, MSC JURUSAN : TEKNIK MESIN FAKULTAS :
Lebih terperinciBAB IV PROSES PEMBUATAN PEGAS
BAB IV PROSES PEMBUATAN PEGAS 4.1. Bahan Pegas Bahan baja pegas yang digunakan diimpor dari jepang, yaitu dari Aichi steel work, ltd. Baja pegas yang digunakan adalah memakai standard JIS (Japanise Industrial
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK
BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1. Sejarah Perusahaan Berdiri dengan nama PT. Indoaluminium Intikarsa Industri atau sering disebut dengan PT. 3I, pada tanggal 17 April 1990 dalam rangka Penanaman Modal Dalam
Lebih terperinciTEORI SAMBUNGAN SUSUT
TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan
Lebih terperinciMATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM
PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,
Lebih terperinciPUNTIRAN. A. pengertian
PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis
PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis
Lebih terperinciPERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS
Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA
BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.1 Mesin Sentris (Sumber: Dokumentasi PT. Sinar Rejeki Mesindo) 3.1 Pengertian Mesin Pengering Sentris Mesin pengering sentris (Mesin Sentris) adalah mesin
Lebih terperinciBAB III PERENCAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi
BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.
Lebih terperinciPEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN
ANALISIS PROFIL CFS (COLD FORMED STEEL) DALAM PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN Torkista Suadamara NRP : 0521014 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu pada
Lebih terperinciBAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.
BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG Tugas Akhir ini Disusun dan Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN MATERI
BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ingot) yang diperoleh dari hasil pengolahan biji logam. Biji logam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pemesinan ada tahapan-tahapan dalam pembentukan bahan. Pada umumnya bentuk awal dari suatu bahan adalah batangan (ingot) yang diperoleh dari hasil pengolahan
Lebih terperinciPROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.
PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan
Lebih terperinciSKEMA SERTIFIKASI. BAJA PROFIL KANAL U PROSES CANAI PANAS (BjP Kanal U) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN
Halaman : 1 dari 5 NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI 1. Permohonan Sesuai Persyaratan Permohonan yang tercantum dalam Prosedur Penanganan Permohonan Sertifikasi (PrM-7.1) 2. Tipe Sertifikasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN
BAB IV HASIL PENGUJIAN 4.1 Komposisi Kimia Baja yang digunakan untuk penelitian ini adalah AISI 1010 dengan komposisi kimia seperti yang ditampilkan pada tabel 4.1. AISI 1010 Tabel 4.1. Komposisi kimia
Lebih terperinciBab II STUDI PUSTAKA
Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan
Lebih terperinci