ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI ASEAN 5 FADHLAN ZUHDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI ASEAN 5 FADHLAN ZUHDI"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI ASEAN 5 FADHLAN ZUHDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di ASEAN 5 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Fadhlan Zuhdi NIM H

4 RINGKASAN FADHLAN ZUHDI. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di ASEAN 5. Dibimbing oleh SUHARNO dan HARIANTO. Selama 14 tahun terakhir, ekspor kopi Indonesia dan Vietnam terus mengalami pertumbuhan khususnya pada jenis kopi HS (Coffee, not roasted, not decaffeinated) ke pasar ASEAN 5. Pertumbuhan tersebut didasari pada terus meningkatnya kuantitas serta nilai ekspor kopi Indonesia dan juga Vietnam dalam beberapa tahun terakhir. Untuk melihat sejauh mana ekspor kopi Indonesia dan Vietnam mampu berdaya saing di ASEAN 5, dilakukan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), untuk mengetahui atau mengidentifikasi daya saing suatu produk serta untuk mengetahui apakah suatu produk dalam performa yang dinamis atau tidak digunakan alat analisis EPD (Export Product Dynamics) dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di ASEAN digunakan regresi panel. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di ASEAN 5 memiliki daya saing. Nilai RCA Indonesia hanya memiliki daya saing terhadap tiga negara yaitu Filipina, Malaysia dan Singapura. Sedangkan nilai RCA Vietnam menujukkan daya saing terhadap seluruh Negara yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Berdasarkan nilai rata-rata, nilai RCA Indonesia adalah 2.03 sedangkan Vietnam memiliki nilai rata-rata RCA sebesar Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspor kopi Vietnam lebih memiliki daya saing jika dibandingkan dengan ekspor kopi Indonesia. Sedangkan hasil analisis EPD menunjukkan bahwa perdagangan kopi Indonesia maupun Vietnam berada pada kuadran rising star yang berarti bahwa kinerja perdagangan ekspor berjalan cepat dan dinamis dimana tingkat pertumbuhan ekspor kopi Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya pangsa ekspor di ASEAN 5 sehingga kopi jenis HS berada pada level yang kompetitif. Hasil dari regresi panel menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia di ASEAN 5 adalah GDP per kapita, nilai tukar rill dan harga kopi lokal di negara pengimpor. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kopi Vietnam di ASEAN 5 adalah GDP per kapita, nilai tukar rill dan jarak ekonomi. Pemerintah diharapkan mampu meningkatkan nillai ekspor kopi ke ASEAN 5, sehingga dibutuhkan kebijakan taktis yang mampu menstimulasi petani untuk memproduksi kopi lebih efisien. Kata kunci: ASEAN, daya saing, ekspor, export product dynamics, kopi, regresi panel, revealed comparative advantage

5 SUMMARY FADHLAN ZUHDI. Competitiveness Analysis and Factors Affecting Indonesia and Vietnam Coffee Export in ASEAN 5. Supervised by SUHARNO and HARIANTO. Last 14 years ago, Indonesian and Vietnam coffee export continued to grow especially on the type of coffee with HS number (Coffee, not roasted, not decaffeinated) to ASEAN 5 market. The growth based on increasing of number in quantity and number in coffee export by Indonesia and Vietnam in recent years. Holding of the ASEAN Economic Community (AEC) in early 2016 was to stimulate coffee exporters such as Indonesia that was able to maintain the quantity of its exports to ASEAN 5 and necessitating an analysis related to the competitiveness of Indonesian coffee products in the ASEAN markets 5. Whereas, in order to evaluate the Indonesia and Vietnam coffee export in ASEAN 5 market, RCA (Revealed Comparative Advantage) analysis used, to identify product in a dynamic performance, EPD (Export Product Dynamics) analysis is used and to identify factors affecting Indonesian and Vietnam Coffee Export in ASEAN 5 market used panel regression. The result of RCA analysis showed that Indonesian and Vietnam coffee export in ASEAN 5 market are competitive. RCA value of Indonesia competitive only for three countries namely Malaysia, Philippines and Singapore while RCA value of Vietnam competitive to all countries namely Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore and Thailand. Based on the average value of export, Indonesia has 2.03 of RCA and Vietnam has of RCA. The result also showed that Vietnam coffee export was more competitive than Indonesia. Moreover, the result of EPD analysis shows that the trading of Indonesian coffee and Vietnam are in rising star quadrant which mean that the performance of export running smoothly and dynamic where the growth of Indonesia coffee continues to rise concomitant with the increasing the market share of export in ASEAN 5 market, so that the type of coffee with HS number (Coffee, not roasted, not decaffeinated) are at competitive level. The result of panel regression analysis show that the factors affecting Indonesian Coffee Export in ASEAN 5 are GDP per capita, real exchange rate and local price whereas the factors affecting Vietnam Coffee Export in ASEAN 5 market are GDP per capita, real exchange rate and economic distances. The government is expected to improve the value of Indonesian coffee export to ASEAN 5 market, so required the tactical policy which can stimulate farmers to produce coffee more efficiently. Keywords: ASEAN, coffee, competitiveness, export, export product dynamics, panel regression; revealed comparative advantage.

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 i ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI ASEAN 5 FADHLAN ZUHDI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 ii Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si

9

10 iv PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini ialah daya saing, dengan judul Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di ASEAN 5. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, M.ADev dan Bapak Dr Ir Harianto, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si selaku penguji luar komisi dan Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku penguji dari program studi yang telah memberi saran dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, kakak dan seluruh keluarga besar serta para temanteman penulis atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya. Terakhir penulis ucapakan terima kasih atas segala doa dan dukungan kepada Barokah Indonesia dan rekan-rekan Magister Sains Agribisnis angkatan V. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2016 Fadhlan Zuhdi

11 v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup Penelitian 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 9 Perdagangan Internasional 9 Daya Saing 10 Integrasi Ekonomi 11 3 KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Kerangka Pemikiran Operasional 18 Hipotesis Penelitian 21 4 METODE PENELITIAN 21 Jenis dan Sumber Data 21 Metode Analisis 21 Definisi Operasional 26 Data Panel 27 Pemilihan Model 29 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 Potensi Ekonomi ASEAN 32 Ekspor Kopi Indonesia ke Negara ASEAN 36 Daya Saing Kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN 38 6 SIMPULAN DAN SARAN 50 Simpulan 50 Saran 51 DAFTAR PUSTAKA 53 LAMPIRAN 57 RIWAYAT HIDUP 63 ix ix x

12 DAFTAR TABEL 1 Neraca perdagangan Indonesia tahun (Juta US$) 2 2 Jenis dan sumber data 21 3 Indikator kesimpulan nilai Durbin Watson 30 4 Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) produk kopi Indonesia jenis HS ke ASEAN 5 tahun Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) produk kopi Vietnam jenis HS ke ASEAN 5 tahun Sumbu X dan sumbu Y matriks Export Product Dynamics kopi jenis HS Indonesia dan Vietnam 44 7 Hasil uji Chow model keseluruhan model 45 8 Hasil uji normalitas 46 9 Matriks korelasi keseluruhan model Hasil uji heteroskedastisitas Hasil uji autokorelasi Hasil analisis regresi model nilai ekspor kopi Indonesia dan Vietnam dengan data panel model efek tetap (Fixed effect) Hasil analisis regresi model kuantitas ekspor kopi Indonesia dan Vietnam dengan data panel model efek tetap (Fixed effect) 48 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan total ekspor sektor pertanian Indonesia tahun 2004 hingga tahun Perkembangan total ekspor kopi Indonesia ke dunia dan ASEAN serta share ekspor kopi ASEAN tahun Perkembangan nilai ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN tahun Total ekspor Indonesia ke dunia, total ekspor Indonesia ke ASEAN dan share ekspor Indonesia ke ASEAN tahun Kurva Ekspor 15 6 Kerangka pemikiran analisis daya saing kopi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di ASEAN Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis dalam EPD 23 8 GDP negara anggota ASEAN tahun 2014 (US Dollar) 33 9 GDP per kapita negara anggota ASEAN tahun (US Dollar) Nilai total ekspor dan impor negara ASEAN tahun 2013 (%) Populasi Indonesia dan negara-negara ASEAN tahun Pertumbuhan ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan tahun (%) Pertumbuhan ekspor kopi Vietnam ke negara tujuan tahun (%) Total produksi kopi dan total ekspor kopi Indonesia ke ASEAN (ton) Total produksi kopi dan total ekspor kopi Vietnam ke ASEAN (ton) 39

13 16 Total nilai ekspor kopi HS ke ASEAN tahun (US$ 000) Matriks Export Product Dynamics (EPD) kopi jenis HS Indonesia dan Vietnam 44 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji estimasi model A Hasil uji estimasi model A Hasil uji estimasi model B Hasil uji estimasi model B Hasil uji Chow model A Hasil uji Chow model A Hasil uji Chow model B Hasil uji Chow model B2 62

14 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perdagangan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan bagi perekonomian suatu negara. Selain itu, perdagangan juga dapat menjadi sebuah indikator untuk menentukan kemakmuran suatu negara. Negara dengan masyarakat yang memiliki aktivitas jual beli yang tinggi mencerminkan bahwa negara tersebut lebih makmur daripada negara dengan masyarakat yang memiliki aktivitas jual beli lebih rendah. Secara lebih luas, aktivitas perdagangan ini dilakukan oleh suatu negara melewati batas-batas teritorialnya yang meliputi kegiatan ekspor dan impor (Sunardi 2015). Negara maju umumnya melakukan kegiatan ekspor dan impor yang lebih banyak daripada negara berkembang yang cenderung belum mampu memaksimalkan kegiatan ekspor dan impornya. Dewasa ini, perdagangan di dunia semakin berkembang. Hal tersebut dikarenakan semakin terbukanya negara-negara di dunia dalam melakukan perdagangan dengan negara lain. Perbaikan dalam sektor infrastruktur dan teknologi mendorong perpindahan barang atau pun jasa dari satu tempat ke tempat lainnya semakin mudah sehingga hambatan dalam hal transportasi dapat diminimalisir. Hal ini juga dapat membuktikan bahwa batas-batas wilayah bukan lagi menjadi kendala dalam melakukan kegiatan perdagangan, ditambah lagi dengan adanya kerjasama antar negara baik itu secara bilateral maupun multilateral sehingga kendala yang terkait dengan perizinan dan regulasi pun dapat diminimalisir. Semakin terbukanya setiap negara dalam melakukan perdagangan mendorong terciptanya arus globalisasi yang semakin deras. Menghadapi kenyataan ini, Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus dapat mengantisipasi dan memanfaatkan situasi sehingga mendapatkan manfaat yang maksimal. Negara-negara di dunia dalam perekonomian terbuka sangat mengandalkan ekspor dalam hal peningkatan perekonomian. Hal ini dikarenakan kegiatan ekspor akan mempengaruhi laju perekonomian di dalam negeri, dimana dengan semakin tingginya ekspor maka akan menarik investor dalam ataupun luar negeri untuk berinvesatsi di Indonesia dan dengan demikian akan meningkatkan peluang terbukanya lapangan pekerjaan baru. Dampak lainnya adalah konsumsi masyarakat di Indonesia pun akan bertambah sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Secara garis besar, untuk meningkatkan ekspor maka yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan segala macam potensi yang ada dari berbagai macam sektor. Secara umum, ekspor Indonesia ditopang oleh dua jenis sektor utama yaitu migas dan non migas. Pada sektor migas, Indonesia memiliki keunggulan dalam hal mengekspor gas alam dikarenakan Indonesia memiliki stock gas alam yang melimpah. Pada sektor non migas, Indonesia memiliki berbagai macam komoditas yang diunggulkan di dunia internasional seperti kelapa sawit, karet, kopi, produk tekstil, elektronik maupun otomotif. Saat ini, pemerintah Indonesia memfokuskan untuk meningkatkan ekspor di sektor non migas. Hal ini dikarenakan ekspor Indonesia dalam sektor migas dalam beberapa tahun ini mengalami defisit. Pada

15 2 tahun 2014, defisit neraca ekspor migas Indonesia mencapai US$ 2,3 miliar. Sedangkan pada sektor non migas defisit neraca ekspor mencapai US$ 3,9 miliar. Namun, jika dilihat trend selama lima tahun terakhir, maka sektor migas mengalami penurunan yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor non migas. Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa sektor migas mengalami trend yang menurun yaitu sebesar persen pada tahun 2010 hingga tahun 2014 sedangkan pada sektor non migas mengalami trend yang meningkat yaitu sebesar 1.59 persen pada tahun yang sama (Kementerian Perdagangan 2015). Tabel 1 Neraca perdagangan Indonesia tahun (Juta US$) No Uraian Trend (%) Export Oil & Gas Non Oil & Gas Import Oil & Gas Non Oil & Gas Total Oil & Gas Non Oil & Gas Balance Oil & Gas Non Oil & Gas Sumber: Kementerian Perdagangan (2015) Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kegiatan ekspor Indonesia lebih didominasi oleh sektor non migas daripada sektor migas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor non migas di Indonesia lebih memiliki potensi untuk pengembangan ekspor lebih lanjut dan hal tersebut juga tidak terlepas dari sumbangan ekspor perkebunan yang relatif lebih besar dibandingkan subsektor lainnya seperti tanaman pangan, holtikultura dan peternakan. Selama periode , kegiatan ekspor dari subsektor perkebunan tumbuh dengan laju 18.1 persen per tahun. Selama periode tersebut, subsektor perkebunan memiliki neraca perdagangan surplus dengan nilai sekitar US$ juta pada tahun Menyusul di bawahnya adalah laju pertumbuhan ekspor subsektor peternakan sebesar 13.5 persen per tahun, holtikultura sebesar 13.1 persen per tahun, dan terakhir tanaman pangan sebesar 1.7 persen per tahun. Subsektor perkebunan

16 3 mengandalkan sebanyak dua belas jenis hasil tanaman perkebunan sebagai komoditas ekspor yaitu kakao, tembakau, teh, kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, lada, kapas, cengkeh, tebu dan pinang (Kementerian Pertanian 2012). Berikut adalah pertumbuhan ekspor subsektor perkebunan dibandingkan subsektor lainnya pada sektor pertanian periode yang disajikan pada Gambar 1. Laju Perkembangan (%) Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Subsektor Gambar 1 Perkembangan total ekspor sektor pertanian Indonesia tahun 2004 hingga tahun 2012 Sumber: Kementerian Pertanian 2012 Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa subsektor perkebunan memiliki laju perkembangan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan subsektor lainnya. Hal tersebut dikarenakan hasil perkebunan banyak digunakan sebagai komoditas ekspor dan hasil perkebunan juga dapat digunakan untuk perdagangan maupun industri sehingga banyak menarik minat luar negeri untuk melakukan impor. Salah satu tanaman perkebunan yang menjadi komoditas ekspor yaitu tanaman kopi dan Indonesia merupakan salah satu negara produsen ekspor kopi terbesar di dunia. Berdasarkan data statistik International Coffee Organization (ICO), Indonesia menempati urutan terbesar keempat sebagai negara pengekspor kopi terbesar di dunia di bawah Brazil, Vietnam dan Kolombia sejak tahun 2014, bahkan saat ini, ekspor kopi Indonesia mencapai ton atau meningkat sebesar 71.1 persen dari tahun sebelumnya (ICO 2015). Tujuan ekspor kopi Indonesia sendiri tersebar ke banyak negara di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kopi Indonesia telah mendunia sehingga banyak peminat dari luar negeri yang ingin mengonsumsi kopi Indonesia. Saat ini, pengimpor kopi Indonesia terbesar di dunia adalah Eropa diikuti oleh Amerika Serikat, Jepang dan ASEAN. Pada tahun 2013, sebesar 17.6 persen dari total ekspor kopi Indonesia telah diekspor ke Amerika Serikat, sebesar 33.9 persen diekspor ke Eropa, 8.9 persen diekspor ke Jepang dan sebesar 15.4 persen telah diekspor ke ASEAN, dengan demikian dapat terlihat bahwa nilai ekspor kopi Indonesia sangat besar untuk Eropa dan diikuti oleh Amerika Serikat, ASEAN dan Jepang. Namun demikian, pangsa pasar kopi Indonesia di negara tersebut tidaklah

17 4 sebanding dengan besarnya nilai ekspor kopi Indonesia. Pada tahun yang sama, pangsa pasar kopi Indonesia di Eropa hanya sebesar 1 persen, Amerika Serikat hanya sebesar 3.8 persen, dan sebesar 6.4 persen di Jepang. Sedangkan untuk pangsa pasar kopi Indonesia di ASEAN mencapai 36 persen (Trade Map 2015). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa pasar ASEAN memiliki potensi yang sangat tinggi, khususnya untuk peningkatan ekspor kopi Indonesia ke luar negeri mengingat dengan tingginya pangsa pasar ekspor kopi Indonesia ke ASEAN. Diberlakukannya AEC (ASEAN Economic Community)di akhir tahun 2015 secara tidak langsung mewajibkan setiap anggota ASEAN harus mampu bersaing terutama dalam hal perekonomian, dan yang termasuk indikator untuk mendukung hal tersebut adalah dengan melakukan ekspor. AEC menstimulus negara-negara di ASEAN untuk melakukan persaingan secara terbuka dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan memperbanyak eskpor merupakan salah satu cara bagi Indonesia terlibat dalam persaingan tersebut. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2015), negara-negara ASEAN juga memiliki angka yang besar dalam hal impor sektor non migas secara statistik dari Indonesia. Singapura menjadi salah satu negara yang masuk ke dalam lima besar negara pengimpor terbesar sektor non migas dari Indonesia. Selain itu, Malaysia, Thailand dan Filipina secara berturut-turut menempati posisi enam, delapan dan sepuluh sebagai negara pengimpor sektor non migas terbesar dari Indonesia. Hal tersebut mencerminkan bahwa negara-negara ASEAN menjadi pasar yang potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan pasar ekspornya terlebih dalam rangka menyambut AEC. Potensi ASEAN juga dapat dilihat dari segi populasi dan perekonomiannya dimana jumlah seluruh penduduk ASEAN yaitu sebanyak 9 persen dari seluruh populasi dunia yang mencapai 7 miliar orang (United Nations 2015). Meskipun perdagangan bebas akan barang telah dilakukan semenjak terjalinnya AFTA (ASEAN Free Trade Area), bukan berarti pada era AEC ini perdagangan akan barang menjadi tidak penting lagi. Peningkatan ekspor akan produk berupa barang tetap harus dijadikan sebagai ujung tombak ekspor Indonesia dan perkebunan menjadi produk barang yang sangat diandalkan dalam kaitannya untuk melakukan ekspor. Kopi merupakan produk perkebunan yang selama ini memiliki nilai ekspor tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2007, ekspor kopi Indonesia ke dunia mencapai angka US$ dan pada tahun 2014, ekspor kopi Indonesia ke dunia mencapai angka US$ atau meningkat sebesar persen. Sedangkan eskpor kopi Indonesia ke ASEAN pada tahun 2007 mencapai angka US$ dan meningkat pada tahun 2014 menjadi US$ atau meningkat sebesar persen. Berikut adalah perkembangan ekspor Indonesia ke dunia dan ke ASEAN pada tahun 2007 hingga tahun 2014 (Trade Map 2015) yang disajikan pada Gambar 2.

18 5 US$ Thousand Persen (%) Ekspor ke ASEAN Ekspor ke Dunia Share Ekspor Kopi ASEAN Gambar 2 Perkembangan total ekspor kopi Indonesia ke dunia dan ASEAN serta share ekspor kopi ASEAN tahun Sumber: Trade Map 2015 Meskipun nilai ekspor kopi Indonesia ke ASEAN masih tergolong rendah, ekspor kopi tetap menjadi peluang yang potensial bagi Indonesia. Terus meningkatnya ekspor kopi Indonesia ke ASEAN sudah menjadi pertanda yang bagus bagi Indonesia bahwa kopi Indonesia telah banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat ASEAN. Dalam rangka menyambut AEC tahun 2016, pemerintah Indonesia harus dapat mengambil keuntungan mengingat kopi Indonesia memiliki potensi untuk dapat terus tumbuh nilai ekspornya ke ASEAN. Namun di sisi lain, pemerintah Indonesia juga perlu waspada mengingat setiap negara di ASEAN tentu memiliki keinginan yang sama dengan Indonesia yaitu untuk memperbesar nilai ekspornya. Salah satu Negara di ASEAN yang akan menjadi pesaing terbesar bagi Indonesia adalah Vietnam. Hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa ekspor kopi Vietnam ke ASEAN mengalami trend yang meningkat dengan nilai sebesar 5 persen dalam kurun waktu 13 tahun terakhir. Meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan, namun nilai ekspor yang dimiliki oleh Vietnam ke ASEAN berada pada angka yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai eskpor kopi Indonesia. Sejak tahun 2001, nilai ekspor kopi Vietnam ke ASEAN memang selalu lebih besar dari Indonesia, hanya pada tahun 2013 saja ekspor kopi Vietnam ke ASEAN lebih rendah dibandingkan dengan ekspor kopi Indonesia ke ASEAN. Namun, hal tersebut juga selaras dengan penurunan ekspor kopi Vietnam ke dunia di waktu yang bersamaan. Perkembangan nilai ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN sejak tahun 2007 hingga tahun 2013 disajikan dalam Gambar 3.

19 US$ Million Indonesia Vietnam Gambar 3 Perkembangan nilai ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN tahun Sumber: Trade Map 2015 Data di atas merefleksikan terhadap nilai ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN pada periode waktu yang sama yaitu tahun 2007 hingga tahun Namun, tidak semua negara yang tergabung di ASEAN melakukan ekspor yang besar dari Indonesia maupun Vietnam, hanya beberapa negara saja di ASEAN yang menjadi pengimpor terbesar kopi dari Indonesia dan Vietnam. Negara tersebut adalah Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina serta Indonesia dan Vietnam yang juga menjadi negara pengimpor kopi di kawasan ASEAN. Hampir lebih dari 90 persen jenis kopi yang diimpor oleh negara-negara tersebut adalah dalam bentuk biji kopi (Trade Map, 2015) Perumusan Masalah Secara keseluruhan dapat terlihat bahwa neraca perdagangan Indonesia ke ASEAN terus mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari data yang menunjukkan bahwa share ekspor Indonesia baik dari sektor migas maupun non migas ke ASEAN terus meningkat setiap tahunnya (periode ) jika dibandingkan dengan ekspor Indonesia ke dunia. Terlihat pada Gambar 4, tahun 2014, share ekspor Indonesia ke ASEAN telah mencapai persen atau meningkat sebesar 2.86 persen dari tahun 2007 (Trade Map 2015). Peningkatan nilai ekspor ini patut menjadi perhatian pemerintah sebagai langkah untuk memperluas pasar ekspor Indonesia. Mengingat semakin dekatnya pelaksanaan AEC, maka sudah selayaknya pemerintah Indonesia untuk melakukan evaluasi dan pembenahan untuk menyambut AEC. Hal tersebut diperlukan karena ASEAN merupakan salah satu pasar potensial bagi Indonesia dalam melakukan ekspor kopi terlebih dengan adanya perdagangan bebas AEC di tahun 2016 mendatang.

20 , , ,00 21,50 US$ Miliar ,00 20,50 20,00 19,50 19,00 Persen (%) 50 18,50 18, ,50 Total Ekspor ke Dunia Share Ekspor ke ASEAN Total Ekspor ke ASEAN Gambar 4 Total ekspor Indonesia ke dunia, total ekspor Indonesia ke ASEAN dan share ekspor Indonesia ke ASEAN tahun Sumber: Trade Map 2015 Dalam rangka menjaga kinerja perdagangan agar terus positif, maka diversifikasi produk harus ditingkatkan. Diversifikasi produk erat kaitannya dengan kemampuan suatu produk untuk bersaing dengan produk dari negara lain. Produk yang memiliki tingkat daya saing lebih tinggi tentu akan menjadi prioritas bagi negara pengimpor sehingga neraca ekspor Indonesia pun akan meningkat dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat pula. Selain daya saing, keterkaitan perdagangan juga menjadi faktor yang penting sebagai penunjang peningkatan ekspor, dimana tingkat keterkaitan perdagangan yang tinggi akan memperlancar arus perdagangan suatu negara. Salah satu produk ekspor Indonesia yang memiliki potensi dalam hal ekspor adalah kopi. Hal tersebut dapat dilihat dari trend ekspor kopi yang meningkat di setiap tahunnya. Adanya rencana untuk menyelenggarakan AEC pada akhir tahun 2015 mendatang akan menjadi penerus dari kebijakan AFTA yang mengatur tidak hanya pergerakan barang dan jasa namun juga tenaga kerja serta modal yang akan menjadi lebih bebas. Hal tersebut tercermin dari beragamnya tarif bea masuk yang diberlakukan setiap negara terhadap komoditas kopi khususnya. Bagi negara yang tidak memproduksi kopi secara massal maka tarif bea masuk kopi pun menjadi rendah dan bagi negara yang memproduksi kopi maka tarif bea masuk yang diterapkan pun semakin tinggi. Negara-negara seperti Singapura dan Malaysia telah menetapkan tarif bea masuk kopi ke negaranya sebesar 0 persen sejak tahun Sedangkan Filipina menetapkan tarif bea masuk sebesar 40 persen dan Thailand sebesar 90 persen. Indonesia sendiri menetapkan tarif bea masuk sebesar 5 persen sejak tahun 2012 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 20 persen. Vietnam sendiri telah menetapkan tarif bea masuk sebesar 25 persen sejak tahun 2012 (WTO 2015). Melihat kenyataan bahwa salah satu negara di ASEAN yaitu Vietnam juga memiliki daya saing kopi yang tinggi, maka Indonesia perlu

21 8 setidaknya untuk mengevaluasi kinerja ekspor kopi karena dengan rendahnya tarif bea masuk kopi yang telah ditetapkan oleh negara pengimpor kopi seperti Singapura dan Malaysia akan lebih memudahkan negara pengekspor kopi untuk mengekspor kopinya. Oleh sebab itu, maka kajian mengenai kondisi perdagangan dan komoditi eskpor kopi yang berdaya saing perlu untuk dilakukan dan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN juga perlu dilakukan karena hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Indonesia sebelum melakukan ekspor. Oleh karena itu. penelitian ini memiliki beberapa perumusan masalah, antara lain: 1. Bagaimana potensi ekonomi negara-negara anggota ASEAN sebagai pasar potensial untuk ekspor kopi? 2. Bagaimana perkembangan daya saing kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi aliran ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke negara-negara ASEAN? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan potensi ekonomi negara-negara anggota ASEAN sebagai pasar tujuan ekspor kopi. 2. Menganalisis tingkat daya saing kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN 3. Menaganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke negara-negara anggota ASEAN. Manfaat Penelitian Hasil dari analisis terkait perdagangan Indonesia dengan ASEAN diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah Indonesia untuk menyusun strategi kebijakan ekspor kopi dalam kaitannya menyambut AEC tahun 2016 sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh arus perdagangan Indonesia dan anggota ASEAN-5. Negara-negara tersebut adalah Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Komoditas yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini adalah komoditas kopi dengan HS 6 digit yaitu (Coffee, not roasted, not decaffeinated) dan untuk menganalisis faktor penentu ekspor kopi Indonesia dan Vietnam ke ASEAN akan digunakan data panel selama 14 tahun yaitu dari periode tahun 2001 hingga tahun 2014.

22 9 2 TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional mengemukakan bahwa sebuah negara akan memperoleh keuntungan jika melakukan perdagangan dengan lebih terbuka, pada saat tidak terdapat hambatan pada arus barang yang masuk baik itu hambatan tarif atau hambatan non tarif. Nguyen (2010) melakukan penelitian untuk mengkaji faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap aliran perdagangan Vietnam Penelitian ini menggunakan model gravitasi dengan data penel sejak tahun 1986 hingga tahun 2006 dengan melibatkan 15 negara mitra dagang terbesar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara aliran ekspor Vietnam tahun ini terhadap aliran ekspor Vietnam di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor Vietnam secara positif berkorelasi terhadap pertumbuhan pemasukan di negara mitra dagang. Biaya transportasi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap performa ekspor Vietnam serta faktor penting lainnya seperti nilai tukar mata uang dan keanggotaan negara mitra dagang dengan ASEAN. Selain itu, perdagangan internasional juga memiliki dampak terhadap suatu negara ketika negara tersebut mengikuti suatu organisasi baik itu yang bersifat bilateral maupun multilateral. Huot dan Kakinaka (2007) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis dampak perdagangan Kamboja dengan mitra dagang setelah mengikuti ASEAN Free Trade Area (AFTA). Data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel sejak tahun 2000 hingga tahun Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat komplementaritas perdagangan yang tinggi memiliki hubungan yang searah dengan aliran perdagangan. Selain itu, Shrerif (2013) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi aliran perdagangan bilateral antara Uni Emirat Arab terhadap dua grup negara, yaitu grup A (Bahrain dan Qatar) dan grup B (Oman dan Kuwait). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model gravitasi dengan menggunakan data panel sejak tahun 1991 hingga tahun Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa koefisien GDP di masing-masing negara importir dan eksportir adalah positif, hal tersebut mengindikasikan bahwa perdagangan meningkat di bawah GDP proporsional negara importir namun meningkat di atas GDP proporsional negara eksportir (UEA). Sedangkan jarak berpengaruh positif terhadap perdagangan bilateral tersebut. hal ini juga selaras dengan penelitian Nuroglu dan Dreca (2011) melakukan penelitian untuk menganalisis aliran perdagangan Bosnia dan Herzegovina dengan mitra dagangnya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model gravitasi dengan menggunakan data penel sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 dan melibatkan 32 negara mitra. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa GDP memiliki dampak yang positif terhadap aliran perdagangan. Jarak merupakan faktor yang signifikan berpengaruh negatif terhadap perdagangan Bosnia dan Herzegovina. Sedangkan Ullah dan Inaba (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari tahu sejauh mana Regional Trade Aggrements (RTA) dan Preferential Trade Aggrement (PTA) mampu mempengaruhi aliran ekspor di Bangladesh. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model gravitasi dengan menggunakan data panelsejak tahun 1992 hingga tahun 2002 dan melibatkan 40 negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara RTA dan PTA

23 10 terhadap aliran ekspor Bangladesh. Hal tersebut diyakini terjadi karena terdapat hambatan ketika melakukan perdagangan dengan mitra dagang seperti hambatan administratif dan quality control. Daya Saing Daya saing merupakan sesuatu hal yang penting bagi suatu negara untuk mengukur sejauh mana negara tersebut dapat bersaing dengan negara lain dalam segi makro ekonomi.dalam pasar yang semakin mengglobal, keberhasilan pelaku usaha suatu negara sangat ditentukan oleh daya saing. Daya saing global pada dasarnya berhubungan dengan biaya produksi sehingga yang memenangkan kompetisi adalah negara yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah atau berkualitas baik. Penelitian Boansi et al (2014) menunjukkan bahwa ekspor industri nanas segar Ghana memiliki daya saing dan lebih dipicu oleh harga daripada volume ekspor. Baik volume maupun nilai ekspor memiliki hubungan positif dengan produksi. Sedangkan penelitian Ragimun (2012) menyatakan bahwa untuk mendorong ekspor kakao Indonesia di pasar internasional maka perlu adanya peningkatan daya saing kakao dan salah satu caranya adalah dengan diberlakukannyakebijakan fiskal berupa penerapan bea keluar berjenjang, subsidi ke petani, perbaikan infrastruktur serta riset dan pengembangan kakao nasional. Sejatinya, eskpor Indonesia ke ASEAN khususnya di bidang pertanian memiliki daya saing yang tinggi di banding negara lainnya. Hadi dan Mardianto (2004) dalam penelitiannya yang berjudul analisis komparasi daya saing produk ekspor pertanian antar negara ASEAN dalam era perdagangan bebas AFTA, menyatakan bahwa daya saing ekspor lndonesia pada periode paling kuat di antara negara-negara ASEAN, tetapi pada periode melernah dan kalah dari Filipina dan Thailand. Namun ketika produk Indonesia diekspor ke negara lain (luar ASEAN), produk Indonesia tidak menjadi kompetitif lagi karena tidak memiliki daya saing atau kalah dengan negara pengekspor lain. Hal tersebut selaras dengan penelitian Nurlatifah (2011) menyatakan bahwa produk-produk Indonesia di China tidak memiliki daya saing yang tinggi karena kalah bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian Drajat et al (2007) tentang eskpor dan daya saing biji kopi Indonesia di pasar internasional yang menunjukan bahwa kinerja ekspor kopi Indonesia tidak memuaskan dan berdasarkan nilai RCA yang diperoleh, nilai RCA kopi Indonesia selalu mengalam penurunan hampir di setiap tahunnya. Selain itu, peneliti menyimpulkan bahwa ekspor biji kopi Indonesia belum berorientasi pasar melainkan berorientasi produksi. Begitupun penelitian Purnamasari et al (2014) tentang daya saing kopi Indonesia di pasar dunia yang menunjukkan bahwa Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan negara eksportir lainnya seperti Brazil, Kolombia dan Vietnam. Hal ini disebabkan oleh orientasi ekspor kopi Indonesia yang cenderung ke bahan mentah dan bukan produk olahan serta penanganan pasca panen yang cenderung kurang tepat serta minimnya teknologi yang diterapkan.

24 11 Integrasi Ekonomi Integrasi ekonomi menjadi komponen yang penting dalam perdagangan Internasional. Hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa integrasi ekonomi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Penelitian Nasrudin (2014) menunjukkan bahwa dalam kondisi domestik seperti sekarang ini, integrasi ekonomi regional berdampak negatif terhadap kinerja sektor pertanian Indonesia. Pertumbuhan sektor pertanian diprediksi lebih rendah jika integrasi ekonomi regional China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) diberlakukan sepenuhnya. Kinerja sektor pertanian bisa meningkat dalam integrasi ekonomi regional jika kebijakan fiskal yang diambil pemerintah efektif, serta pre-kondisi infrastruktur yang memadai. Meskipun masih efektif untuk peningkatan kinerja sektor pertanian, namun efektivitas kebijakan fiskal lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum pemberlakuan integrasi, sehingga dibutuhkan besaran fiskal yang lebih tinggi untuk stabilisasi dan stimulus perekonomian. Faktor eksternal seperti suku bunga, nilai tukar dan kebijakan tarif negara lain juga turut berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian Indonesia. Selain itu, penelitian Sunardi (2015) menyatakan bahwa tingkat integrasi perdagangan Indonesia dan OKI masih termasuk ke dalam kategori perdagangan satu arah. Sebagian besar komoditas ekspor Indonesia ke OKI adalah produk pertanian dan pertambangan berupa bahan mentah (raw material) yang selama ini menjadi keunggulan dari Indonesia, sedangkan perkembangan industri antar negara tersebut belum berkembang dan masih perlu ditingkatkan agar tercipta perdagangan dua arah. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional mengemukakan bahwa sebuah negara akan memperoleh keuntungan jika melakukan perdagangan dengan lebih terbuka, pada saat tidak terdapat hambatan pada arus barang yang masuk baik itu hambatan tarif atau hambatan non tarif. Tujuan diberlakukannya perdagangan internasional tidak lain untuk meningkatkan volume perdagangan suatu negara, dengan demikian maka suatu negara akan memiliki neraca perdagangan yang lebih besar ketika melakukan perdagangan internasional dan tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Salvatore (1997) yang menyatakan bahwa dengan melakukan kegiatan ekspor (perdagangan) secara intensif, maka suatu negara akan mengalami kemajuan pesat dalam pertumbuhan dan pembagunan ekonomi karena mendapatkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara. Selain itu, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) serta turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional karena perdagangan internasional dapat memberi kontribusi yang berharga bagi proses pembangunan suatu negara. Setiap negara yang terlibat dalam hubungan dagang antar negara akan terdorong untuk melakukan spesialisasi

25 12 produksi dan ekspor komoditi tertentu yang memiliki keunggulan komparatifnya. Masing-masing negara akan terfokus pada bidang keahlian atau keunggulannya sehingga output dunia akan menjadi lebih besar dan setiap negara yang terlibat akan diuntungkan walaupun masih terdapat perdebatan di antara ekonom dunia terkait dampak dari perkonomian terbuka, namun beberapa data telah menunjukkan bahwa negara dengan perekonomian terbuka ternyata memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan negara yang menganut perekonomian tetrtutup. Secara garis besar ada dua alasan khusus negara-negara di dunia melakukan perdagangan internasional dan kedua alasan tersebut berkontribusi untuk perekonomian. Pertama, suatu negara melakukan perdagangan internasional karena masing-masing negara memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan geografis maupun perbedaan budaya, dimana hal tersebut yang membuat masing-masing negara memiliki ketergantungan antara satu sama lain. Kedua, suatu negara melakukan perdagangan internasioanal untuk mencapai skala ekonomi (Economic of Scale). Setiap negara akan memaksimalkan berproduksi terhadap barang yang dapat diproduksi secara optimal. Hal tersebut dilakukan atas dasar efisiensi daripada harus memproduksi semua barang. Terlepas dari kedua faktor utama tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan suatu negara melakukan perdagangan internasional, selain untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa dalam negeri, juga karena adanya perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumberdaya ekonomi. Perdagangan internasional memiliki manfaat seperti akan terjadi transfer teknologi modern yang memungkinkan suatu negara mempelajari suatu metode produksi yang lebih efisien. Hubungan kerjasama perdagangan antar negara dapat berimplikasi pada kerjasama politik serta perolehan dukungan dari negara lain. Era globalisasi seperti saat ini, setiap negara tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan negara lain. Hal itu dikarenakan semakin meningkatnya jumlah populasi penduduk suatu negara yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan dan berkembangnya selera masyarakat yang beragam. Kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam negeri, maka suatu negara akan memperolehnya dari negara lain. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijelaskan bahwa suatu negara akan bergantung pada negara lain dalam memenuhi kebutuhan penduduknya. Secara teori, terdapat beberapa konsep yang dapat menjelaskan tentang perdagangan internasional. Pertama, teori keunggulan mutlak (Absolute Advantage) yang dikemukakan oleh Adam Smith. Teori ini menjelaskan bahwa untuk dapat melakukan perdagangan internasional hendaknya suatu negara melakukan spesialisasi akan barang dan jasa yang dihasilkan. Keunggulan mutlak menurut Adam Smith adalah kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang atau jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang jumlahnya lebih sedikit dibanding kemampuan negara lain. Oleh sebab itu suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap barang yang memiliki potensi untuk diproduksi lebih efisien di dalam negeri dan mengekspornya ke luar negeri namun di sisi lain suatu negara akan melakukan impor untuk barang yang tidak mampu diproduksi secara efisien di dalam negeri. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Deliarnov (1996) yang menegaskan bahwa keunggulan mutlak adalah keunggulan yang diperoleh karena negara yang bersangkutan bisa menghasilkan barang-barang atau jasa yang lebih murah atau lebih efisien dibanding negara lain, disebabkan

26 13 produktifitas tenaga kerja di negara tersebut lebih tinggi dibanding produktivitas tenaga kerja di negara lainnya. Adanya keunggulan mutlak yang dimiliki suatu negara terhadap negara lain (kasus dua negara) tidak mencerminkan bahwa terjadi ketidakseimbangan keuntungan diantara keduanya, selama di antara kedua negara tersebut memiliki efisiensi relatif yang berbeda. Konsep ini yang dikatakan sebagai teori keunggulan komparatif yang mengacu pada kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan biaya yang lebih rendah daripada negara lain (O Sullivan and Sheffrin 2003; Baumol 2009; Lee et al 2013). Teori keunggulan komparatif (Comaparative Advantage) ini adalah teori kedua yang dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817, dimana Ricardo menjelaskan tentang pola perdagangan yang mungkin antara dua negara (Inggris dan Portugal) yang melibatkan dua komoditas (kain dan anggur). Teori lain yang menjelaskan tentang konsep perdagangan internasional adalah teori Heckscher-Ohlin (H-O) yang dikemukakan pada tahun 1993 dan merupakan pengembangan dari teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurut H-O, sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah serta murah di negara itu dan dalam waktu yang bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal dalam memproduksinya. Pada saat ini, era globalisasi telah masuk dengan sangat pesatnya. Oleh sebab itu perdagangan internasional menjadi berkembang dengan sangat cepat dan membuat negara-negara di dunia harus melakukan antisipasi namun di sisi lain harus juga dapat memanfaatkan momentum tersebut. Hal tersebut pula yang membuat banyak negara di dunia membentuk sebuah koalisi dengan tujuan melakukan kerjasama dalam hal perdagangan. Kerjasama yang dibentuk pun sangat beragam, mulai dari kerjasama antar dua negara (bilateral), kerjasama antar regional hingga kerjasama banyak negara (multilateral). Bentuk dari kerjasama ini tentu saja berbeda, masing-masing kerjasama memiliki kesepakatan atau kebijakan yang berbeda terkait dengan perdagangan yang dilakukan. Perdagangan yang dilakukan dalam konteks kerjasama tentu memiliki keuntungan dibandingkan dengan perdagangan yang tidak memiliki konteks atau naungan kerjasama. Salah satu keuntungan yang didapat adalah tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi negara anggota lebih rendah dibanding dengan tarif yang diperdagangkan dengan negara diluar anggota (Bhagwati dan Panagariya 1996), hal ini disebut dengan perjanjian perdagangan preferensial (Preferential Trade Agreement). Perjanjian kerjasama ini terbentuk tidak terlepas dari naungan World Trade Organization (WTO) dimana setiap negara bebas melakukan kerjasama bilateral, regional maupun multilateral asalkan tetap berada pada koridor yang telah ditetapkan oleh WTO. Perjanjian kerjasama ini pula yang menginisiasi terbentuknya perdagangan bebas seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN Economic Community (AEC) yang akan diselenggarakan pada tahun Daya Saing Daya saing telah menjadi komponen penting perdagangan suatu negara sebagai tolak ukur sejauh mana negara tersebut dapat bersaing dengan negara lain khususnya dari segi makro ekonomi. Adapun definisi dari daya saing

27 14 (competitiveness) adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional (OECD 2015). Definisi lain menjelaskan bahwa kemampuan suatu negara untuk mengolah sumber daya yang ada dengan berbagai cara dalam rangka mencapai spesialisasi produk perdagangan sehingga tujuan akhir yaitu peningkatan standar hidup dan standar produk domestik dapat tercapai (Petrovic et al 2008). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa daya saing adalah sebuah konsep yang diperlukan oleh setiap negara dengan tujuan untuk meningkatkan standar hidup serta standar produk domestik sehingga mampu menghadapi persaingan internasional. Pada dasarnya di tingkat internasional, daya saing ditentukan oleh dua faktor yaitu aitu faktor keunggulan komparatif (comparative advantage) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage). Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan / diciptakan (Tambunan 2003) dan kedua faktor tersebut dapat secara mendasar dapat diukur berdarakan perdagangan internasional yaitu melalui volume ekspor dan volume impor (OECD 2015). Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diadakannya perhitungan mengenai daya saing suatu negara. Meskipun sulit untuk mengukur benyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif suatu negara, terutama untuk membandingkan pola spesialisi di suatu negara, pendekatan mengenai keunggulan komparatif tetaplah penting. Oleh sebab itu telah banyak dikembangkan mengenai metode-metode untuk mengukur tingkat daya saing suatu negara dan salah satunya adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) index. RCA index secara luas digunakan untuk menilai keunggulan komparatif suatu bangsa dalam produk, kelompok produk atau industri (UNIDO 1986; Parry 1975; Hillman 1980; Aquino 1981; Crafts and Thomas 1986; Marchese and De Simone 1989; Rana 1990; Yeats 1985; van Hulst et al 1991; Lee 1995; Lim 1997; Richardson et al 1997; Laursen 1998; Yang 1999; Li and Bender 2002). RCA adalah sebuah index yang bertujuan untuk mengungkapkan apakah kelompok komoditas yang dipilih adalah penting untuk ditambahkan guna menambah total ekspor suatu negara terhadap mitra dagangnya baik secara individual maupun kolektif. Metode RCA juga dapat digunakan oleh pemerintah untuk menentukan arah kebijakan terhadap suatu komoditi sehingga mampu mempengaruhi posisi suatu suatu komoditi di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini didasari pada kemampuan metode RCA untuk mengetahui komoditi ekspor unggulan dan sejauh mana perkembanganya setiap tahun yang tercermin dari trend yang terbentuk. Selain itu, untuk mengukur dan mengetahui atau mengidentifikasi daya saing suatu produk serta untuk mengetahui apakah suatu produk dalam performa yang dinamis atau tidak digunakan alat analisis Export Product Dynamics (EPD) (Rahart 2013; Pradipta 2014; Sunardi 2015) Ekspor Ekspor adalah seluruh benda atau jasa yang dijual ke negara lain ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan ke negara tersebut berupa pengakutan, permodalan, dan hal-hal lainnya yang menunjang ekspor tersebut. Ekspor terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI PASAR ASEAN 5

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI PASAR ASEAN 5 Habitat, Volume 26, No. 3, Desember 2015, Hal. 152-162 ISSN: 0853-5167 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOPI INDONESIA DAN VIETNAM DI PASAR ASEAN 5 COMPETITIVENESS ANALYSIS OF INDONESIAN AND VIETNAM COFFEE EXPORT

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET Desi Ratna Sari 1, Ermi Tety 2, Eliza 2 Department of Agribussiness, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional bukan hal baru bagi Indonesia, perdangangan internasional menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 SILABUS Matakuliah : Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2 Semester : 6 (enam) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas konsep, teori, kebijakan dan kajian empiris perdagangan pertanian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah merupakan salah satu komoditas pangan penting yang perlu dikonsumsi manusia dalam rangka memenuhi pola makan yang seimbang. Keteraturan mengonsumsi buah dapat menjaga

Lebih terperinci

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN 2012-2016 Murjoko Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret email: murjoko@outlook.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci