KEBIJAKAN FISKAL OLEH
|
|
- Ridwan Hartono Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS HUBUNGAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA OLEH ANDINI NOVRIANTI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT PERTANIAN BOGOR 20122
2 ABSTRACT ANDINI NOVRIANTI. Analysis of The Relation of Foreign Debt and Fiscal Policy in Indonesia (guided by DEDI BUDIMAN HAKIM). Indonesia is one of many developing countries that use foreign debt in its development. Foreign debt is one of aspects in fiscal policy. Accumulation of foreign debt every year has a relation with fiscal policy instruments such as government expenditure and tax revenue. Foreign debt also affected by economic growth and international interest rate. This research will discuss the analysis of the relation of foreign debt and fiscal policy in Indonesia. Analysis tools that used in this research are Granger causality method, Vector Auto Regression (VAR), Vector Error Correction Model (VECM), Impulse Response Function (IRF), and Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). VECM estimation model result shows that in the short term equation, foreign debt is positively and significantly affecting the debt itself, while in the long term equation, all variables significantly affecting foreign debt which are Gross Domestic Product, government expenditure, tax revenue, and international interest rate. Gross Domestic Product positively affecting foreign debt. Government expenditure, tax revenue, and international interest rate is negatively affecting foreign debt. Result of IRF shows the same result with VECM estimation model for the effect of shocks from Gross Domestic Product, tax revenue, and international interest rate toward foreign debt. However, result of IRF for government expenditure shocks shows positively affecting foreign debt. Foreign debt shocks is affected by the debt itself that contribute with higher proportion in short term. While for long term, foreign debt is affected by the debt itself and other macroeconomic variables such as Gross Domestic Product, government expenditure, tax revenue, and international interest rate, but the effect of Gross Domestic Product toward foreign debt is higher than other variables.
3 RINGKASAN ANDINI NOVRIANTI. Analisis Hubungan Pinjaman Luar Negeri dan Kebijakan Fiskal di Indonesia (dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM). Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara berkembang yang telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar negeri merupakan salah satu aspek dari kebijakan fiskal. Akumulasi pinjaman luar negeri yang semakin meningkat setiap tahunnya memiliki hubungan dengan instrumen kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak. Pinjaman luar negeri juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga internasional. Penelitian ini akan membahas analisis mengenai hubungan pinjaman luar negeri dan kebijakan fiskal di Indonesia. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah metode kausalitas Granger, Vector Auto Regression (VAR), Vector Error Correction Model (VECM), analisis impuls respon (IRF), dan peramalan dekomposisi ragam galat (FEVD). Hasil estimasi model VECM menunjukkan bahwa pada persamaan jangka pendek pinjaman luar negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pinjaman luar negeri itu sendiri, sedangkan pada persamaan jangka panjang semua variabel berpengaruh signifikan terhadap pinjaman luar negeri yaitu Produk Domestik Bruto, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, dan suku bunga internasional. Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap pinjaman luar negeri. Sedangkan pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan suku bunga internasional berpengaruh negatif terhadap pinjaman luar negeri. Hasil uji IRF menunjukkan hasil yang sama dengan estimasi model VECM pada pengaruh guncangan Produk Domestik Bruto, penerimaan pajak, dan suku bunga internasional terhadap pinjaman luar negeri. Namun hasil IRF pada guncangan dari pengeluaran pemerintah menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pinjaman luar negeri. Analisis FEVD menunjukkan kontribusi variabel-variabel yang memengaruhi guncangan pinjaman luar negeri. Guncangan pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri sendiri yang memberikan kontribusi dengan proporsi lebih tinggi dalam jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri sendiri dan variabel makroekonomi lainnya seperti Produk Domestik Bruto, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan suku bunga internasional, namun besar pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap pinjaman luar negeri lebih tinggi dibanding variabel lainnya.
4 ANALISIS HUBUNGAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA OLEH ANDINI NOVRIANTI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama : Andini Novrianti Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Hubungan Pinjaman Luar Negeri dan Kebijakan Fiskal di Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP Mengetahui, Ketua Departemen, Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP Tanggal Kelulusan:
6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, April 2012 Andini Novrianti H
7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Andini Novrianti, lahir pada tanggal 17 November 1990 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ir. Agus Setia Budi dan Dra. Ida Meilani. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, dengan pendidikan penulis diawali di TK Kasih Ananda 8 Jakarta lulus tahun 1996, kemudian melanjukan pendidikan di SDN Meruya Utara 13 Jakarta lulus tahun 2002, SMPN 75 Jakarta lulus tahun 2005 dan SMAN 112 Jakarta lulus tahun Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus organisasi HIPOTESA pada tahun sebagai anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan.
8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulis berharap melalui skripsi ini dapat menguraikan suatu analisis hubungan pinjaman luar negeri dan kebijakan fiskal di Indonesia. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Bapak Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 2. Bapak Prof. Dr. Bambang Juanda sebagai penguji utama skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Deni Lubis, MA sebagai komisi pendidikan yang telah memberikan saran dalam tata cara penulisan skripsi ini. 4. Kedua orang tua penulis, Bapak Ir. Agus Setia Budi dan Ibu Dra. Ida Meilani yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan bimbingan bagi penulis selama penulisan skripsi ini. 5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luar, baik dalam ruang lingkup Institut Pertanian Bogor ataupun dalam skala global. Bogor, April 2012 Andini Novrianti H
9 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian.. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA Pinjaman Luar Negeri Pengertian Pinjaman Luar Negeri Jenis - Jenis Pinjaman Luar Negeri Kebijakan Fiskal Pengeluaran Pemerintah Pajak Pertumbuhan Ekonomi Tinjauan Teoritis Teori Three Gap Model Teori Kurva Laffer Utang Ricardian Equivalence Konsep Suku Bunga Internasional Teori VAR - VECM Studi Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis. 35
10 ii III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Variabel dan Definisi Operasional Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode Granger Causality (Kausalitas Granger) Metode Vector Auto Regression (VAR) Metode Vector Error Correction Model (VECM) Pengujian Pra Estimasi Uji Stasioneritas Data Uji Lag Optimal Uji Stabilitas VAR Uji Kointegrasi Impulse Response Function (IRF) Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Mekanisme Analisis Olah Data Model Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pra Estimasi Kestasioneran Data Pengujian Lag Optimal Uji Stabilitas Vector Auto Regression (VAR) Uji Kointegrasi Hasil Uji Kausalitas Granger Hasil Estimasi Hasil Estimasi Faktor - Faktor yang Memengaruhi Pinjaman Luar Negeri Analisis Respon Pinjaman Luar Negeri Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Kebijakan Fiskal di Indonesia Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 61
11 iii Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional di Indonesia Analisis Kontribusi Keragaman Variabel terhadap Pinjaman Luar Negeri. 64 V. KESIMPULAN Kesimpulan Saran.. 69 DAFTAR PUSTAKA 70 LAMPIRAN... 73
12 iv DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 4.1. Uji Unit Root pada Tingkat Level Tabel 4.2. Uji Unit Root pada Tingkat First Difference.. 47 Tabel 4.3. Uji Lag Optimal.. 48 Tabel. 4.4 Uji Stabilitas VAR.. 49 Tabel 4.5. Hasil Uji Kointegrasi.. 50 Tabel 4.6. Uji Kausalitas Granger 51 Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM. 53 Tabel 4.8. Dekomposisi Varian Pinjaman Luar Negeri... 66
13 v DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1.1. Grafik Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Tahun Gambar 1.2. Persentase Pinjaman Luar Negeri menurut Kelompok Peminjam. 4 Gambar 1.3. Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Pajak, dan Pinjaman Luar Negeri Tahun (2000=100).. 5 Gambar 1.4. Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto dan Pinjaman Luar Negeri Tahun (2000=100).. 7 Gambar 1.5. Grafik Perkembangan Suku Bunga Internasional dan Pinjaman Luar Negeri Tahun (2000=100). 8 Gambar 2.1. Kurva Laffer Utang 23 Gambar 2.2. Kurva Suku Bunga Internasional 26 Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran 34 Gambar 3.1. Proses Analisis VAR dan VECM Gambar 4.1. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pengeluaran Pemerintah.. 58 Gambar 4.2. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Penerimaan Pajak 60 Gambar 4.3. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Produk Domestik Bruto.. 62 Gambar 4.4. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional Gambar 4.5. Dekomposisi Varian Pinjaman Luar Negeri... 65
14 vi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1. Uji Kestasioneran Data Lampiran 2. Uji Lag Optimal.. 78 Lampiran 3. Uji Stabilitas VAR.. 79 Lampiran 4. Uji Kointegrasi 80 Lampiran 5. Uji Kausalitas Granger 81 Lampiran 6. Hasil Estimasi Vector Error Correction Model.. 82 Lampiran 7. Impulse Response Function (IRF) Lampiran 8. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD).. 87
15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara berkembang yang telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar negeri baik dalam bentuk pinjaman bank maupun pinjaman resmi adalah bentuk instrumen utang negara peminjam, dan harus dibayar kembali jumlah pokok pinjaman ditambah bunga apapun ekonominya (Parasmala, 2005). Pinjaman luar negeri merupakan salah satu aspek kebijakan fiskal yang dimanfaatkan pemerintah untuk menutupi keterbatasan penerimaan pemerintah. Dalam kebijakan fiskal, terkandung anggapan bahwa rumah tangga negara atau pemerintah tidak dapat disamakan dengan rumah tangga individu (Rahayu, 2010). Pada rumah tangga individu, apabila penerimaan individu menurun, maka individu tersebut akan mengurangi pengeluarannya. Sedangkan pada pemerintah, apabila penerimaan pemerintah menurun, maka pemerintah tidak harus mengurangi pengeluarannya, karena tindakan mengurangi pengeluaran akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan masyarakat. Untuk menghindari berkurangnya pendapatan masyarakat, maka diperlukan pemanfaatan pinjaman luar negeri sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, dan juga menjadi pilihan untuk menghindari pembebanan bagi warga negara apabila kekurangan dana tersebut ditutupi melalui penarikan pajak. Sejak awal pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun (Repelita), pinjaman luar negeri telah memiliki peran yang sangat besar sebagai sumber pembiayaan untuk menutupi kelangkaan modal di dalam negeri. Pada awal
16 2 pembangunan tahun 1969, pendapatan perkapita Indonesia masih rendah, hanya sekitar 50 dolar Amerika, dan tingkat kemiskinan yang tinggi sekitar 65 persen dari jumlah populasi, serta sektor-sektor ekonomi dalam keadaan stagnansi dan tabungan domestik dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk membiayai proyekproyek yang bertujuan untuk kelangsungan pembangunan ekonomi dan sosial di dalam negeri. Proyek-proyek yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri pada era Orde Lama seperti bendungan, irigasi, tenaga pembangkit listrik, fasilitas telekomunikasi, jembatan, jalan raya, sarana transportasi, fasilitas pendidikan, serta berbagai program pengentasan kemiskinan (Harinowo, 2002). Pemanfaatan pinjaman luar negeri memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan perkapita Indonesia yang terus meningkat hingga mencapai dolar Amerika pada tahun Hingga sekarang ini, pinjaman luar negeri masih digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi tiga defisit, yaitu defisit anggaran pemerintah, defisit tabungan investasi, dan defisit transaksi berjalan. Jumlah pinjaman luar negeri fluktuatif, namun cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan akumulasi pinjaman luar negeri sejak era Orde Baru hingga sekarang ini. Pada tahun 2001 pinjaman luar negeri sebesar 133,074 miliyar dolar Amerika, dan menurun pada tahun 2002 menjadi sebesar 131,343 miliyar dolar Amerika. Namun meningkat kembali hingga tahun 2004 pinjaman luar negeri mencapai 137,024 miliyar dolar Amerika. Penurunan kembali terjadi, sampai tahun 2006 pinjaman luar negeri sebesar 128,736 miliyar dolar Amerika. Pada tahun 2007, jumlah pinjaman luar negeri sebesar 141,18
17 3 miliyar dolar Amerika, dan meningkat 9,8 persen pada tahun berikutnya sehingga pinjaman luar negeri pada tahun 2008 mencapai 155,08 miliyar dolar Amerika. Pada tahun 2009, pinjaman luar negeri meningkat 17,791 miliyar dolar Amerika dari tahun sebelumnya, hingga tahun 2010 pinjaman luar negeri mencapai 202,413 miliyar dolar Amerika. Pergerakan perkembangan pinjaman luar negeri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang menunjukkan grafik perkembangan pinjaman luar negeri dari tahun 2001 hingga tahun Miliyar Dolar Amerika Pinjaman Luar Negeri Tahun Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 2011 (diolah) Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Tahun Berdasarkan kelompok peminjamnya, pinjaman luar negeri dilakukan oleh pemerintah pusat, bank sentral dan kelompok swasta, seperti bank swasta, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan perusahaanperusahaan lainnya. Dalam Gambar 1.2 ditunjukkan persentase pinjaman luar negeri pada tahun 2010 menurut kelompok peminjamnya, dari total pinjaman luar negeri pada tahun 2010 sebesar 202,413 miliyar dolar Amerika. Pinjaman luar negeri pemerintah pusat sebesar 53 persen dari total pinjaman luar negeri pada tahun 2010, atau mencapai 106,860 miliyar dolar Amerika. Pinjaman tersebut
18 4 digunakann pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang seharusnya dibiayai oleh penerimaan pajak, namunn besarnyaa penerimaan pajak tidak mencukupi besarnyaa pengeluaran pemerintah, sehingga diperlukan sumber pembiayaan lain seperti pinjaman luar negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri yang digunakan oleh bank sentral hanya 6 persen dari total pinjaman luar negeri pada tahun 2010, yaitu sebesar 11,764 miliyar dolar Amerika, dan pinjamann luar negeri yang digunakan kelompok swasta sebesar 83, 789 miliyar dolar Amerika pada tahun 2010 atau sebesar 41 persen dari total pinjaman luar negeri pada tahun Pinjaman Luar Negeri Tahun % 6% 53% Pemerintah Bank Sentral Swasta Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2010 (diolah) Gambar 1.2 Persentase Pinjaman Luar Negeri menurut Kelompok Peminjam 1.2. Perumusan Masalah Pinjaman luar negeri memiliki hubungan dengan kebijakan fiskal di Indonesia. Melalui instrumen kebijakan fiskal seperti pengeluarann pemerintah dan penerimaan pajak, pinjaman luar negeri dapat berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap instrumenn fiskal tersebut. Dalam jangka pendek,
19 5 pinjaman luar negeri dapat digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah, dimana besarnya penerimaan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak tidak mampu membiayai besarnya pengeluaran pemerintah, sehingga pemanfaatan pinjaman luar negeri digunakan lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Dengan tertutupnya defisit anggaran pemerintah, maka pinjaman luar negeri dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, dalam jangka panjang pinjaman luar negeri justru dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk pengeluaran yang kurang produktif karena adanya tambahan pengeluaran pemerintah untuk membiayai cicilan pokok pinjaman beserta bunganya. Keterkaitan antara pinjaman luar negeri dan pengeluaran pemerintah dapat dilihat pada Gambar 1.3. Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Pinjaman Luar Negeri Persen Tahun Pinjaman Luar Negeri Pengeluaran Pemerintah Pajak Sumber: World Development Indicator, 2011 (diolah) Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Pinjaman Luar Negeri Tahun (2000=100) Gambar 1.3 menunjukkan indeks perkembangan pengeluaran pemerintah yang cenderung searah dengan pertumbuhan pinjaman luar negeri. Peningkatan
20 6 pengeluaran pemerintah ini dapat disebabkan karena pemerintah harus mengeluarkan biaya untuk pembangunan, maupun tambahan pengeluaran untuk membiayai cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri. Selain berhubungan terhadap pengeluaran pemerintah, pinjaman luar negeri juga berhubungan dengan penerimaan pajak. Dalam Gambar 1.3 juga ditunjukkan perkembangan penerimaan pajak dengan pinjaman luar negeri, dimana penerimaan pajak meningkat karena penetapan pajak yang terus meningkat seiring dengan peningkatan pengeluaran pemerintah. Pinjaman luar negeri menyebabkan penetapan pajak yang lebih besar pada masa akan datang. Hal ini karena pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menghindari pembebanan kepada masyarakat melalui penetapan pajak yang lebih tinggi untuk membiayai pembangunan saat ini, namun akan menimbulkan masalah pada penetapan pajak yang lebih besar di masa akan datang. Penetapan pajak yang lebih besar di masa akan datang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, baik untuk pembangunan maupun pengeluaran yang kurang produktif seperti cicilan pokok dan bunga dari pinjaman luar negeri. Pemanfaatan pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi menyebabkan akumulasi pinjaman yang semakin besar. Akumulasi pinjaman tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui pembiayaan pembangunan, sehingga perekonomian negara menjadi lebih baik. Seperti pada Gambar 1.4, yang menunjukkan grafik perkembangan PDB dengan perkembangan pinjaman luar negeri dari tahun 1991 sampai tahun 2010.
21 7 Persen Produk Domestik Bruto dan Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Luar Negeri Tahun Produk Domestik Bruto Sumber: World Development Indicator, 2011 (diolah) Gambar 1.4 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto dan Pinjaman Luar Negeri Tahun (2000=100) Gambar 1.4 menunjukkan indeks perkembangan PDB yang cenderung searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri. Dari tahun 1991 ke 1997 perkembangan PDB searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri, namun pada tahun 1998 ke 2000 perkembangan PDB tidak searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri dimana pinjaman luar negeri meningkat dan perkembangan PDB menurun. Penurunan tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun berikutnya yaitu tahun 2001 hingga tahun 2010 perkembangan PDB Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya akumulasi pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai pembangunan-pembangunan yang telah direncanakan. Akumulasi pinjaman luar negeri harus digunakan untuk investasi-investasi yang produktif yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang positif atau menguntungkan. Tingkat pengembalian yang positif diharapkan untuk dapat
22 8 membayar kembali pinjaman tersebut, karena apabila investasi tidak dapat menghasilkan nilai positif yang lebih besar dari nilai pinjaman itu sendiri, maka hal ini dapat membuat pemerintah tidak mampu membayar cicilan pinjaman beserta bunganya. Salah satu faktor yang memengaruhi pinjaman luar negeri adalah suku bunga internasional. Suku bunga internasional atau London Inter Bank Offer Rate (LIBOR) adalah suku bunga pada pinjaman luar negeri. Pergerakan suku bunga internasional cenderung fluktuatif setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh kondisi pasar keuangan dunia. Dengan rendahnya tingkat suku bunga internasional, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih banyak, karena tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil dibanding saat tingkat suku bunga internasional tinggi. Gambar 1.5 menunjukkan indeks hubungan pergerakan suku bunga internasional yang negatif dengan pergerakan pinjaman luar negeri. 150 Pinjaman Luar Negeri dan Suku Bunga Internasional 100 Persen Pinjaman Luar Negeri Tahun Suku Bunga Internasional Sumber: Econstats dan World Development Indicators, 2011 (diolah) Gambar 1.5 Grafik Perkembangan Suku Bunga Internasional dan Pinjaman Luar Negeri Tahun (2000=100)
23 9 Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor yang memengaruhi pinjaman luar negeri di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh guncangan yang berasal dari instrumen kebijakan fiskal terhadap pinjaman luar negeri di Indonesia? 3. Bagaimana respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari Produk Domestik Bruto dan suku bunga internasional di Indonesia? 4. Bagaimana kontribusi dari variabel kebijakan fiskal, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional terhadap pinjaman luar negeri? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pinjaman luar negeri di Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh guncangan yang berasal dari instrumen kebijakan fiskal terhadap pinjaman luar negeri di Indonesia. 3. Menganalisis respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari Produk Domestik Bruto dan suku bunga internasional di Indonesia. 4. Menganalisis kontribusi dari variabel kebijakan fiskal, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional terhadap pinjaman luar negeri.
24 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran yang terkait dengan hubungan antara pinjaman luar negeri dan kebijakan fiskal di Indonesia, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi pinjaman luar negeri. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi serta rujukan bagi penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu analisis hubungan antara pinjaman luar negeri dengan kebijakan fiskal dalam studi kasus di Indonesia. Data yang digunakan adalah data total pinjaman luar negeri di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun Variabel yang digunakan yaitu pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional.
25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pinjaman Luar Negeri Pengertian Pinjaman Luar Negeri Menurut Tribroto (2001), pinjaman luar negeri dapat diartikan dari aspek yang berbeda-beda. Berdasarkan aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan arus modal dari luar negeri ke dalam negeri yang dapat digunakan sebagai penambahan modal di dalam negeri. Berdasarkan aspek formal, pinjaman luar negeri merupakan penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi yang berguna untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan. Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara/Ketua Bappenas No. 185/KMI.03/1995 dan No. Kep- 031/KET/5/1995 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman atau Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Secara umum, pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam rupiah (Hutapea, 2007).
26 Jenis - Jenis Pinjaman Luar Negeri Jenis pinjaman luar negeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu pinjaman, status penerimaan pinjaman, dan persyaratan pinjaman (Triboto, 2001). Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga jenis pinjaman, antara lain: 1. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa, yang digunakan untuk keperluan proyek pembangunan. 2. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan melalui tenaga-tenaga terampil atau ahli. 3. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk pembiayaan bagi tujuan yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas dalam menentukan penggunaannya. Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas dua jenis pinjaman, antara lain: 1. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu pinjaman berbunga ringan yang berasal dari lembaga-lembaga internasional seperti World Bank dan Asia Development Bank. 2. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga internasional dari negara-negara bilateral anggota IGGI/IG. Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga jenis pinjaman, antara lain:
27 13 1. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun. 2. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5 sampai 15 tahun. 3. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15 tahun. Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas dua jenis pinjaman, antara lain: 1. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah, dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa ada penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor. 2. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta, maupun yang dimiliki oleh penduduk berdasarkan perjanjian pinjaman atau perjanjian lainnya, termasuk kas dan simpanan dan kewajiban lainnya terhadap bukan penduduk. Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga jenis pinjaman, antara lain: 1. Pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun negara bilateral, yang dananya berasal dari iuran anggota lembaga multilateral atau dari anggaran negara bilateral yang bersangkutan yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan. Bunga dari pinjaman lunak maksimum 3,5 persen dalam jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang sekurang-kurangnya tujuh tahun. Pinjaman lunak biasanya mengandung hibah sekurang-kurangnya 35 persen dari total pinjaman.
28 14 2. Pinjaman komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional. Tingkat bunga yang berlaku di pasar internasional yaitu suku bunga internasional (LIBOR) ditambah margin sekitar 0,5 sampai 1,5 persen. 3. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian komersial Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, serta keseimbangan dalam neraca pembayaran. Kebijakan fiskal dapat meningkatkan permintaan agregat secara langsung. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak dalam rangka menstabilkan perekonomian (Rahayu, 2010). Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua instrumen pokok dalam kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak. Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat menetapkan program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar berasal dari pajak, yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran. Dengan adanya anggaran, pemerintah dapat mengendalikan masalahmasalah fiskal yang terjadi dalam perekonomian. Suatu anggaran menunjukkan rencana pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
29 15 Kebijakan fiskal memiliki peranan penting, karena melalui kebijakan fiskal pemerintah menetapkan pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat sebagai wajib pajak. Penetapan pajak dalam jumlah tertentu akan meningkatkan penerimaan pemerintah sehingga pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan (Sudirman, 2011). Kebijakan fiskal dapat bersifat ekspansif dan juga bersifat kontraktif (Hady, 2004). Kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif dilakukan dengan cara pemerintah menaikkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak, dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri, menaikkan pendapatan masyarakat dan mendorong peningkatan impor. Kebijakan fiskal yang bersifat kontraktir dilakukan dengan cara pemerintah menurunkan pengeluaran pemerintah atau menaikkan pajak, dengan tujuan untuk mengurangi produksi dalam negeri, menurunkan pendapatan masyarakat dan menurunkan impor Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan fiskal. Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa untuk kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan bersenjata, dan lainnya (Samuelson, 1997). Pengeluaran pemerintah dapat menjadi penentu pokok jumlah pengeluaran agregat, dan juga penentu pertumbuhan perekonomian. Rostow dan Musgrave berpendapat bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Ada perbedaan fokus alokasi sumber daya antara
30 16 negara pada tahap awal perkembangan, tahap menengah pembangunan, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, diperlukan pengeluaran pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, dan pendidikan. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Kemudian pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Peacock dan Wiseman berpendapat bahwa pemerintah akan senantiasa meningkatkan pengeluaran pemerintah dan masyarakat memiliki tingkat toleransi untuk membayar pajak, dimana masyarakat memahami bahwa besarnya pemungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Perkembangan ekonomi dalam keadaan normal akan menyebabkan penerimaan pajak semakin meningkat dan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah. Sedangkan apabila keadaan normal terganggu, seperti terjadi perang, maka pemerintah akan meningkatkan pengeluarannya untuk membiayai perang. Dan saat pengeluaran untuk membiayai perang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh penerimaan pajak, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri sebagai sumber pembiayaan. Setelah perang berakhir, pengeluaran pemerintah tetap akan meningkat karena pemerintah harus membayar cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri. Kenaikan tarif pajak akan dimaklumi oleh masyarakat, karena pemungutan pajak yang meningkat tersebut akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
31 17 yang semakin meningkat karena adanya tambahan pengeluaran untuk membayar kembali pinjaman luar negeri Pajak Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal sebagai alternatif pembiayaan yang digunakan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan produksi barang-barang publik. Menurut Andriani (2005), pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Pajak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alternatif pembiayaan pengeluaran pemerintah lainnya, seperti pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri merupakan tindakan memindahkan pajak yang seharusnya terhitung saat ini menjadi pajak di masa akan datang, karena di masa datang akan ada penarikan pajak yang digunakan untuk membayar cicilan bunga pinjaman (Wagner dalam Rosdiana, 2005) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan produk per kapita dalam jangka panjang, tetapi tidak memperhatikan pemerataan pendapatan dan pertumbuhan penduduk.
32 18 Pertumbuhan ekonomi tidak dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara langsung, namun dapat memperlancar proses pembangunan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi perekonomian suatu negara yang terdapat lebih banyak output tanpa melihat ada atau tidaknnya perubahanperubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak (Irawan dan Suparmoko, 1999). Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya dalam jangka panjang. Menurut Boediono (1989), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Perekonomian dapat dikatakan tumbuh apabila kenaikan output per kapita terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, walaupun pada suatu saat bisa juga terjadi penurunan, maka dapat dikatakan bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang menggunakan perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan melihat proses peningkatan PDB riil secara terus menerus. Peningkatan ini dilihat dalam bentuk kenaikan produktivitas riil per kapita dan taraf hidup yang ditempuh melalui penyediaan dan pengerahan berbagai sumber produksi (Salvatore, 1997). Penggunaaan perhitungan PDB dalam pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang memiliki tujuan agar dapat menghitung pendapatan per kapita dengan mengetahui data mengenai jumlah penduduk pada tahun yang sama dengan pendapatan nasional.
33 19 Produk Domestik Bruto (PDB) adalah penjumlahan dari seluruh pembelanjaan barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara dalam satu tahun (Gorman, 2009). Rumus untuk PDB adalah: PDB = C + I + G + (X - M) dimana: C I G = total konsumsi = total investasi = total pengeluaran pemerintah X M = ekspor neto (ekspor impor) Konsumsi merupakan pengeluaran untuk barang atau jasa yang berasal dari pendapatan rumah tangga, karena masyarakat akan membelanjakan pendapatannya. Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk investasi dalam peralatan produksi yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta barang dan jasa. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk pembelanjaan barang dan jasa, serta pembayaran transfer yang mencakup jaminan sosial, perawatan kesehatan, asuransi pengangguran, program kesejahteraan dan subsidi. Ekspor neto merupakan nilai dari perdagangan internasional dimana total ekspor dikurangi total impor. PDB adalah suatu ukuran dalam perekonomian, dimana PDB merupakan total pengeluaran atau pendapatan suatu negara baik pada rumah tangga, swasta dan pemerintah. PDB akan meningkat jika salah satu komponennya meningkat, misalnya:
34 20 Jika konsumsi meningkat, dimana masyarakat atau rumah tangga membeli lebih banyak barang atau jasa, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh. Jika investasi meningkat, dimana perusahaan atau swasta berinvestasi untuk membeli peralatan baru dan bahan baku yang lebih banyak, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh. Jika pengeluaran pemerintah meningkat, dimana lebih banyak pengeluaran yang ditujukan untuk proyek-proyek pembangunan dan penyediaan barang publik, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh Tinjauan Teoritis Teori Three Gap Model Pinjaman sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, dibutuhkan untuk menutupi tiga defisit, yaitu defisit tabungan investasi, defisit anggaran pemerintah, dan defisit transaksi berjalan. Hubungan antara ketiga defisit ini dijelaskan dengan menggunakan kerangka teori three gap model yang diperoleh dari persamaan identitas pendapatan nasional (Basri, 1997), yaitu: Sisi Pengeluaran Y = C + I + G + (X M). (1.1) Sisi Pendapatan Y = C + S + T.. (1.2) dimana: Y = produk domestik bruto G = pengeluaran pemerintah
35 21 X = ekspor barang dan jasa M = impor barang dan jasa C = konsumsi masyarakat I = investasi swasta S = tabungan domestik T = penerimaan pajak pemerintah Sisi pengeluaran dan sisi pendapatan merupakan identitas pendapatan nasional. Jika kedua identitas pendapatan nasional tersebut digabung, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut: (M X) = (I S) + (G T). (1.3) dimana: M X = defisit transaksi berjalan G T = defisit anggaran pemerintah I S = defisit tabungan investasi Dari persamaan (1.3) dapat diasumsikan bahwa defisit transaksi berjalan sama dengan penjumlahan dari defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Ketiga defisit tersebut memiliki hubungan dengan pinjaman luar negeri, dimana peningkatan atau penurunan dari pinjaman luar negeri dapat dipengaruhi oleh ketiga defisit tersebut. Hubungan antara pinjaman luar negeri dan ketiga defisit tersebut dapat dilihat dengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran, yaitu: D t = (M X) t + Ds t NFL t + R t + NOLT (1.4) dimana: D t = pinjaman pada tahun t
36 22 (M X) t = defisit transaksi berjalan pada tahun t Ds t NFL t R t = pembayaran beban pinjaman = arus masuk bersih modal swasta pada tahun t = cadangan otoritas moneter tahun t NOLT = arus keluar modal bersih jangka pendek seperti capital flight dan lainlain pada tahun t Persamaan identitas neraca pembayaran menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran pinjaman, cadangan otoritas moneter, dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal keluar jangka pendek seperti capital flight. Saat persamaan (1.3) disubstitusikan ke persamaan (1.4), maka akan diperoleh persamaan baru sebagai berikut: D t = (I S) t + (G T) t + Ds t NFL t + R t + NOLT. (1.5) Persamaan (1.5) menunjukan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Sehingga dari persamaan (1.4) dan persamaan (1.5) menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, defisit anggaran pemerintah, dan defisit tabungan investasi. Defisit anggaran pemerintah terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dibanding pengeluaran yang direncanakan pemerintah. Defisit anggaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan cara menurunkan penerimaan pajak atau menaikkan pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah menaikkan pengeluaran pemerintah dengan asumsi pajak tetap, maka akan terjadi defisit anggaran
37 23 pemerintah, sehingga diperlukan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit tersebut. Begitu pula dengan penurunan pajak, maka akan meningkatkan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit anggaran karena kurangnya sumber penerimaan pemerintah Teori Kurva Laffer Utang Teori Kurva Laffer Utang atau Debt Laffer Curve menggambarkan efek akumulasi pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto. Menurut teori ini, pinjaman luar negeri diperlukan pada tingkat yang wajar. Penambahan pinjaman luar negeri akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi tersebut, pinjaman luar negeri merupakan kebutuhan normal setiap negara. Namun pada saat stok pinjaman luar negeri telah melebihi batas tersebut maka penambahan pinjaman mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan akumulasi pinjaman yang tinggi dapat berakibat buruk terhadap perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar pinjaman luar negeri (Batiz dan Batiz, 1994). Expected Debt Repayment Debt Overhang C B D A Sumber: Pattillo, 2002 Debt Stock Gambar 2.1 Kurva Laffer Utang
38 24 Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada titik A ke titik B menggambarkan akumulasi pinjaman luar negeri yang meningkat serta kemampuan membayar pinjaman yang juga meningkat, hal ini disebabkan akumulasi pinjaman yang masih relatif kecil. Kedua peningkatan memiliki besar yang sama karena pada tingkat pinjaman yang rendah, kreditur dapat mengharapkan pembayaran yang penuh dari debitur. Pada tingkat pinjaman setelah titik B, peningkatan akumulasi pinjaman akan mengurangi kemampuan membayar pinjaman tersebut, sehingga terdapat probabilitas dimana debitur tidak mampu membayar pinjamannya secara penuh. Kondisi tersebut terjadi hingga mencapai titik C atau pada kondisi tejadinya debt overhang. Pada tahap selanjutnya, setelah titik C, akumulasi pinjaman akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena akumulasi pinjaman yang besar akan menyebabkan kewajiban membayar yang juga besar, dan akan memengaruhi pemerintah untuk menaikkan tingkat pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah. Dengan kenaikan tingkat pajak akan memengaruhi investasi di dalam negeri dan menurunkan usaha produktif, sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin rendah dan kemampuan untuk melunasi pinjaman juga akan semakin rendah. Titik D menunjukkan reduksi pinjaman akan meningkatkan kemampuan membayar pinjaman dimana kreditur dan debitur akan mendapat keuntungan. Keuntungan yang akan didapatkan kreditur adalah pinjaman pokok dan cicilan pinjaman dapat dilunasi, sedangkan keuntungan yang akan didapatkan debitur adalah pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Namun, reduksi pinjaman hanya akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat pinjamannya sangat tinggi dan tidak memiliki kemampuan untuk membayar.
39 25 Kurva Laffer menunjukkan dua bagian dari kurva, yaitu good side pada bagian kiri dari kurva dan wrong side pada bagian kanan dari kurva. Pada bagian good side menunjukkan kondisi peningkatan nilai pembayaran pinjaman luar negeri, sedangkan bagian wrong side menunjukkan kondisi dimana negara tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman secara penuh dan pembayaran aktual tergantung pada pelaksanaan kebijakan ekonomi Ricardian Equivalence Menurut pandangan Ricardian yang disebut ekuivalensi Ricardian (Ricardian equivalence), pemotongan pajak yang didanai oleh pinjaman luar negeri tidak mendorong pengeluaran konsumen karena sumber daya konsumen tidak meningkat secara keseluruhan. Pemotongan pajak tersebut hanya akan menunda penarikan pajak yang seharusnya dilakukan saat ini menjadi penarikan pajak pada masa akan datang. Secara sederhana, Ricardian equivalence menjelaskan bahwa pinjaman luar negeri akan menurunkan penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang akan meningkatkan penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah, karena untuk periode waktu mendatang pemerintah memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah, termasuk pembiayaan cicilan pokok dan bunga pinjaman sebagai tambahan bagi pengeluaran pemerintah.
40 Konsep Suku Bunga Internasional Suku bunga internasional atau London Inter Bank Offer Rate (LIBOR), yaitu rate atau tingkat bunga pinjaman yang berlaku antarbank di London yang menjadi patokan atau dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar uang internasional. Suku bunga internasional memiliki jangka waktu antara lain satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun. Bank-bank di dunia jika jenis surat atau jenis tabungan itu didominasi oleh mata uang asing atau dalam bentuk dolar Amerika. Suku bunga yang diberikan atas jenis tabungan atau surat berharga ini juga akan diukur sesuai denga pergerakan nilai dolar Amerika. Suku bunga internasional memiliki hubungan yang negatif terhadap pinjaman luar negeri. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 2.2 yang menunjukkan tingkat suku bunga internasional dalam perekonomian terbuka kecil. Tingkat Bunga Riil S Surplus NX r* 2 r* 1 I(r) Sumber: Mankiw, 2006 Defisit NX Investasi, Tabungan Gambar 2.2 Kurva Suku Bunga Internasional Tingkat suku bunga internasional ditentukan dalam pasar keuangan dunia. Tingkat suku bunga internasional menentukan neraca perdagangan, dimana terjadi selisih antara tabungan dan investasi (Mankiw, 2006). Saat tingkat suku bunga internasional rendah atau berada pada titik r* 1, akan terjadi defisit neraca
41 27 perdagangan (Defisit NX) dimana investasi (I) melebihi tabungan (S), maka untuk menutupi defisit neraca perdagangan, pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar. Saat tingkat suku bunga internasional tinggi atau berada pada titik r* 2, akan terjadi surplus neraca perdagangan (Surplus NX) dimana tabungan (S) melebihi investasi (I), sehingga pemerintah akan mengurangi pinjaman luar negeri. Saat tingkat suku bunga rendah pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar dibanding saat suku bunga internasional tinggi, karena tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil Teori VAR - VECM Model Vector Auto Regression (VAR) merupakan rangkaian time series multivariat yang dikembangkan sebagai generalisasi model autoregrasi univariat (AR). Sims (1980) mengusulkan model VAR untuk menghindari pembatasan identifikasi dari model ekonometrika struktural. Model VAR menjadi alat analisis yang penting dalam makroekonomi empiris. Johansen (1990) dan Juselius (1992) memperluas model VAR pada data variabel ekonometrika time series yang tidak stasioner dengan menerapkan konsep kointegrasi dan koreksi kesalahan untuk menganalisis hubungan antara variabel yang tidak stasioner dalam jangka panjang. Metodologi ini dikenal sebagai model Vector Error Correction Model (VECM). Menurut Ascarya (2009), secara umum, metode VAR memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain:
42 28 1. Metode VAR sangat sederhana. Hal ini dikarenakan metode VAR bekerja berdasarkan data, dimana tidak perlu melihat variabel yang bersifat endogen dan variabel yang bersifat eksogen. 2. Metode VAR membangun model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang kompleks, sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan variabel di dalam sebuah persamaan. 3. Uji VAR yang multivariat dapat menghindari parameter yang bias akibat variabel yang relevan tidak dimasukkan. 4. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel di dalam suatu sistem persamaan, dengan cara menjadikan seluruh variabel sebagai variabel yang bersifat endogen. 5. Metode VAR sederhana dan hasil estimasi prediksi (forecast) yang diperoleh akan lebih baik dari pada hasil estimasi dari model-model persamaan simultan yang lebih kompleks. 6. Metode VAR merupakan alat analisis yang sangat berguna dalam memahami adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel ekonomi dan juga dalam pembentukan model ekonomi yang berstruktur. Namun, metode VAR juga memiliki kekurangan. Menurut Ascarya (2009), beberapa kekurangan dari metode VAR adalah: 1. Model VAR sering disebut model yang tidak struktural, karena dianggap a- teoritis dengan menggunakan lebih sedikit informasi dari teori-teori terdahulu. 2. Model VAR dianggap kurang sesuai untuk analisis kebijakan, karena lebih menekan pada hasil estimasi prediksi (forecast).
TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda-beda. Berdasarkan aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pinjaman Luar Negeri 2.1.1. Pengertian Pinjaman Luar Negeri Menurut Tribroto (2001), pinjaman luar negeri dapat diartikan dari aspek yang berbeda-beda. Berdasarkan aspek materiil,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara berkembang yang telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar negeri baik dalam bentuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Lebih terperinciDAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI
DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang
40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan
Lebih terperinciPengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN
Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H
ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Utang Luar Negeri 1. Pengertian Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciSTABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H
STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi
Lebih terperinciANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA TESIS. Oleh HERNAWATI /EP
ANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA TESIS Oleh HERNAWATI 087018049/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciSkripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI
Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit
48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN ANTARA INDEKS SAHAM SYARIAH DI BEBERAPA NEGARA DAN INDEKS SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI INDONESIA
ANALISIS KETERKAITAN ANTARA INDEKS SAHAM SYARIAH DI BEBERAPA NEGARA DAN INDEKS SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI INDONESIA OLEH Zainul Abidin H14103065 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN GIRO WAJIB MINIMUM, JUMLAH UANG BEREDAR, KREDIT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI OLEH RATNA VIDYANI H14102077 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Salah satu strategi pembangunan nasional indonesia yaitu melakukan pemerataan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana
Lebih terperinciTESIS PIHAK CORRECTION PROGRAM
TESIS ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA, CAR, NPLs DAN MARKET SHARE TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA DENGAN MODEL VECTOR ERROR CORRECTION (STUDI PADA BANK PERSERO 2004:1-2012:6) ALBERT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian
Lebih terperinciDampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri. Muhamad Yunanto
Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Sektor Industri Muhamad Yunanto Seminar Nasional & Konggres ISEI XIX Surabaya, 7 9 Oktober 2015 LATAR BELAKANG Pemerintah tetap berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciIndeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN
1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H
ANALISIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA OLEH NOVIE ILLYA SASANTI H14104095 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) DAN KINERJA BANK TERHADAP LABA PERBANKAN OLEH LIA AMALIA H14102098 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H
EVALUASI PENERAPAN INFLATION TARGETING DI INDONESIA OLEH YOGI H14103055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YOGI. Evaluasi Penerapan Inflation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan permasalahan jangka panjang yang menjadi tolak ukur dalam mengukur
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI
3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk mengendalikan keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik dengan
Lebih terperinciMARIA S. W. SITANGGANG
SKRIPSI ANALISIS KAUSALITAS ANTARA VOLATILITAS SAHAM DENGAN VARIABEL MAKROEKONOMI INDONESIA OLEH : MARIA S. W. SITANGGANG 110523013 PROGRAM STUDI STRATA-I EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciRINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL
RINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dari sebuah proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock
40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000
28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari
Lebih terperinciNERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP
NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA OLEH MARDI EFRIZA H
ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA OLEH MARDI EFRIZA H14102119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN MARDI
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari
40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel
BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan
Lebih terperinciANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056
i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan anggaran dana yang memadai untuk memenuhinya guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung
27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA
SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA 100501098 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang
60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis
Lebih terperinciANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP
ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS Oleh H A M D I 087018025/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit
32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series
30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik
Lebih terperinciGUNCANGAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP YEN DAN USD DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR DI INDONESIA
GUNCANGAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP YEN DAN USD DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR DI INDONESIA SKRIPSI Oleh Rivondy Figha Arraka NIM 050810101148 ILMU EKONOMI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan makro yang dijalankan oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal yang dijalankan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan
40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri
Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini
27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu instrumen dari kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merupakan
Lebih terperinciMAKALAH NERACA PEMBAYARAN. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si.
MAKALAH NERACA PEMBAYARAN Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si Disusun oleh : Rahdi Noor Hayat 201110160311331 Firda Silviatul H 201110160311333
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek
53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan
Lebih terperinciKAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract
KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious
48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinci