BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 1. Keadaan Geografis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 1. Keadaan Geografis"

Transkripsi

1 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB IV PEMBAHASAN 1. Keadaan Geografis Kelurahan Ratongamobo berada di ketinggian 325 m di atas permukaan laut dengan topografi yang terdiri atas daerah perbukitan dan dataran rendah. Pada umumnya wilayah kelurahan Ratongamobo terdiri atas daerah berlahan tandus dan berhutan. Dengan keadaan geografis yang seperti ini, masyarakat pun menyesuaikan mata pencahariannya dengan situasi lahan yang tersedia. Pada daerah dataran rendah, selain untuk daerah pemukiman juga dijadikan tempat untuk mencari nafkah yakni sebagai lahan pertanian berupa ladang dan persawahan tadah hujan. Sementara daerah hutan dan perbukitan dijadikan tempat penggembalaan hewan peliharaan. 2. Luas dan Batas Wilayah a. Luas Wilayah Luas Kelurahan Ratongamobo secara keseluruhan adalah ha/m2. Untuk memperjelas data tersebut maka dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 1. Perincian Luas Wilayah Kelurahan Ratongamobo No Kawasan Luas Pemukiman Perkebunan ha ha

2 Pekarangan Padang Rumput Sawah Tadah Hujan Hutan Lapangan Sepak Bola Lapangan Volly Lahan Tegalan Lahan Kritis Lahan Terlantar Perkantoran Pemerintah Peternakan Kawasan Lainnya Total 5,5 ha ha ha ha 2,0 ha 0,5 ha 150 ha 66 ha 414 ha 0,5 ha ha ha ha Sumber : Kantor Kelurahan Ratongamobo. Kelurahan Ratongamobo terdiri atas 6 Dusun, yakni : 1. Dusun Watugase 2. Dusun Tongananga 3. Dusun Wolouma

3 4. Dusun Wolofeo 5. Dusun Paukapa 6. Dusun Ekosoza b. Batas Wilayah Kelurahan Ratongamobo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Gero Dhere 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nageoga 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Natanage dan Kelurahan Olakile 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wolowea c. Orbitrasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa/ Kelurahan) : 1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 5 km. 2. Jarak dari Ibu kota Kabupaten : 47 km. 3. Keadaan Iklim Daerah Kelurahan Ratongamobo merupakan daerah yang beriklim sub tropis dengan suhu udara yang cukup sejuk dan curah hujan yang relatif normal yakni mm. Banyaknya curah hujan di daerah ini yakni 4-5 bulan dalam setahun. Musim hujan biasanya dimulai dari bulan Oktober sampai Maret dan dilanjutkan dengan musim panas yang dimulai dari Maret sampai Oktober. 4. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kelurahan Ratongamobo secara keseluruhan berjumlah 2185 jiwa, hasil tersebut diperoleh peneliti berdasarkan data dari Kelurahan.

4 B. Keberadaan Budaya Masyarakat Budaya masyarakat yang diangkat dalam tulisan ini meliputi: mata pencaharian, bahasa, kepercayaan, dan kesenian. 1. Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Ratongamobo yang paling mendominasi adalah bertani. Salah satu penyebabnya yakni karena minimnya pendidikan yang dikenyaminya. Di lain pihak didukung pula oleh ketersediaan lahan pertanian yang tersedia dan keadaan iklim yang memungkinkan mereka membuka ladang dan persawahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil yang diperoleh dari bertani adalah hanya satu kali dalam setahun. Ketergantungan mereka terhadap alam masih sangat kuat. Untuk menghidupkan tanaman, mereka hanya mengharapkan hujan sebagai jalan satu-satunya untuk menyuburkan tanaman agar memperoleh hasil. Jika hujan tidak turun maka masyarakat akan melakukan upacara untuk memohon agar hujan turun. Penghasilan utama masyarakat kampung Watugase adalah padi, jagung, dan kacangkacangan seperti kacang tanah, kacang ijo dan kacang nasi. Disamping itu juga ada pula tanaman umur panjang yang dapat menghasilkan uang yaitu kemiri, jambu mente, coklat, kelapa dan asam. Selain bertani, masyarakat setempat juga berprofesi sebagai pedagang, tukang ojek, sopir dan sebagian kecilnya adalah PNS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut:

5 Tabel 2. Perincian Jumlah Penduduk Kelurahan Ratongamobo Menurut Pekerjaan. No Pekerjaan Jumlah Jiwa Petani 1148 Pedagang 22 Tukang 17 Sopir 27 Ojek 31 Pensiunan 5 Wiraswasta 11 Tenaga Medis 3 PNS 31 Pelajar Total Sumber : Kantor Kelurahan Ratongamobo. 2. Bahasa Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat kelurahan Ratongamobo menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Atongamobo sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Selain menggunakan bahasa daerah, masyarakat kampung Watugase juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dengan sesama. Bahasa Indonesia digunakan pada

6 saat-saat resmi misalnya di sekolah, saat pertemuan dengan pemerintah dan acara resmi lainnya. Pada saat pertemuan tingkat dusun, RT dan RW sering menggunakan bahasa campuran antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia karena yang terlibat dalam pertemuan tersebut adalah warga setempat. Sebagian besar masyarakat Kelurahan Ratongamobo mengerti dan bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, kecuali anggota masyarakat yang sudah lanjut usia. Keadaan ini disebabkan oleh minimnya pendidikan dan keterbatasan mereka dalam hal pergaulan yang hanya dengan masyarakat setempat dan menggunakan bahasa daerah. 3. Sistem Kepercayaan Masyarakat Kelurahan Ratongamobo pada umumnya menganut agama Katolik dengan fasilitas ibadat sebuah Gereja Katolik dan sebuah Gua Maria. Selain menganut agama Katolik ada sebagian kecil masyarakat yang menganut agama Kristen Protestan dan Islam, mereka itu adalah penduduk yang berasal dari luar daerah yang berdomisili di Kelurahan Ratongamobo. Di samping menjalankan ajaran agama yang dianut, mereka juga masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan adat yang diwariskan leluhur atau nenek moyang mereka. Wujud pelaksanaannya yakni dengan memberikan sesajian untuk arwah para leluhur pada saat melaksanakan upacara atau ritual adat tertentu yang salah satunya adalah upacara Deo Tua dan juga ketika mengadakan pesta atau acara kecil-kecilan dalam keluarga. Biasanya sebelum makan dan minum, mereka terlebih dahulu meletakkan makanan dan menuangkan minuman di sebuah batu ceper yang sudah disediakan khusus, sebagai sesajian kepada roh para leluhur. Bentuk sesajiannya berupa makanan dan minuman yang tatanan pengolahannya disesuaikan dengan budaya

7 setempat. Masyarakat meyakini bahwa, jika tidak memberi sesajian maka roh para leluhur akan marah dan memberi malapetaka bagi mereka. Sebaliknya jika memberikan sesajian, para leluhur akan selalu menjaga kehidupannya, segala bentuk bencana dapat dihindarkan, setiap usaha yang dikerjakan dapat memperoleh hasil yang baik dan memuaskan (Lambertus Wegu, wawancara 23 Agustus 2012). Tabel 3. Perincian Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepercayaan Yang Dianut. No. Jumlah Agama Katolik Protestan 6 2. Islam Total Sumber : Kantor Kelurahan Ratongamobo. 4. Potensi Kesenian Selain tarian tandak Deo Tua sebagai subyek penelitian yang dikaji dalam penelitian, masyarakat Kampung Watugase masih memiliki beberapa potensi kesenian, sebagai berikut: a. Tarian Tandak Dero Tarian ini diadakan masyarakat pada malam sebelum dilaksanakan ritual Etu (tinju adat). Tarian ini ditarikan oleh sejumlah penari laki-laki dan perempuan dengan melantunkan syair-syair pantun sambil mengelilingi api unggun. Pertunjukan tarian

8 ini merupakan suatu bentuk ucapan syukur dan berterimakasih kepada Sang Pencipta dan para leluhur atas hasil panen yang melimpah. b. Tarian Tandak Teke Fea Tarian ini merupakan salah satu ritual tandak adat, sebagai bentuk syukuran atas hasil panen. Pelaksanaannya dilakukan secara masal melibatkan laki-laki dan perempuan dewasa yang menari dalam bentuk melingkar sambil mengelilingi api unggun, diringi dengan hentakkan kaki dan nyanyian tradisional dalam bentuk pantun. c. Tarian Iki Mea Tarian ini juga merupakan sebuah tarian tandak adat sebagai bentuk syukuran atas hasil panen yang diperoleh. Pelaku dalam tarian ini adalah orang tua yang sudah lanjut usia dan orang dewasa yang sudah memahami secara baik tentang tarian ini. d. Tarian Tea Eku Tarian ini biasanya ditarikan untuk menyambut tamu agung, selain itu tarian ini juga biasa dibawakan pada saat pentas hiburan. Tarian ini dibawakan oleh kaum remaja putri dengan diiringi tabuhan gong dan gendang. e. Tarian Toda Gu Tarian ini juga biasanya ditarikan untuk menyambut tamu dan penarinya terdiri dari penari pria dan penari wanita dengan diiringi tabuhan gong dan satu gendang berukuran besar yang disebut laba serta sebuah gendang yang berukuran kecil yang disebut dengan Toda

9 f. Tarian Sa Ha Tarian ini dibawakan oleh sejumlah penari remaja putri dengan diiringi gong dan gendang. Tarian ini biasa dikenal dengan tarian Burung Gagak. C. Tarian Deo Tua 1. Istilah Deo Tua Menurut masyarakat Kampung Watugase, tari Deo Tua adalah suatu bentuk tandak yang memperlihatkan penari saling berpegangan tangan sambil melangkah diikuti hentakan kaki sebagai penentu irama atau tempo tari diiringi nyanyian yang disuarakan penarinya secara bersama-sama. Tari ini dibawakan dalam bentuk lingkaran mengelilingi aza api (api unggun), dengan maksud memohon kepada sang pencipta dan para leluhur agar menurunkan hujan untuk memberikan pertumbuhan tanaman dan untuk kehidupan masyarakat setempat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tari Deo Tua adalah suatu bentuk upaya masyarakat kampung Watugase mewujudkan keindahan melalui gerakan kaki sambil berpegangan tangan, berjalan mengelilingi aza api (api unggun), disertai gesekan dan hentakan kaki diiringi nyanyian yang disuarakan para penarinya. Melalui pertunjukan ini mereka mengungkapkan permohonannya meminta hujan dan juga mengekspresikan jiwa sesuai isi syair lagu yang sedang dinyanyikannya. 2. Sejarah lahirnya Deo Tua Menurut Lambertus Wegu, konon pada zaman dahulu kala, Kampung Watugase dikenal memiliki curah hujan yang cukup baik sehingga setiap tahun masyarakat yang

10 bermata pencaharian sebagai petani tidak mengalami kekurangan curah hujan dan tanaman pertanian dapat bertumbuh subur serta memperoleh hasil panen yang melimpah. Hal ini yang membuat mereka lupa akan Sang Pencipta dan para leluhur mereka. Pada suatu saat terjadilah bencana kekeringan di kampung ini. Hujan tidak turun dan mata air juga mengalami kekeringan, yang menyebabkan tanaman tidak subur dan bahkan ada sebagian tanaman yang mati akibat kekurangan air. Bencana ini terjadi sebagai bentuk kemurkaan dari Sang Pencipta dan para leluhur kepada masyarakat setempat. Bertolak dari peristiwa atau bencana yang dialami oleh masyarakat maka tua-tua adat dan tokoh masyarakat berkumpul dan membicarakan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi bencana tersebut. Tua-tua adat dan tokoh masyarakat desa tersebut lalu bersepakat untuk melaksanakan upacara adat yang dinamakan Deo Tua. Maka pada saat itulah lahirlah upacara Deo Tua sebagai bentuk permohonan kepada Sang Pencipta dan para leluhur nenek moyang untuk menurunkan hujan agar dapat menyuburkan dan menumbuhkembangkan tanaman pertanian serta memberikan pertumbuhan kehidupan bagi masyarakat setempat (Lambertus Wegu, wawancara 23 Agustus 2012). 3. Waktu dan Tempat Pementasan Deo Tua a. Waktu Pementasan Menurut Thomas Tola, waktu pelaksanaan upacara Deo Tua adalah setiap tahun yakni pada musim hujan (Oktober-Mei), yang mana bila dalam bulan-bulan tersebut tidak turun hujan dengan rentang waktu 1-2 minggu. Pementasan tarian Deo Tua biasanya dilakukan pada malam hari. Biasanya menjelang dilaksanakannya upacara Deo Tua, para tua-tua adat dan tokoh masyarakat akan berkumpul untuk

11 bermusyawarah guna menetapkan hari dan tanggal yang dianggap tepat untuk pelaksanaan upacara tersebut. Setelah memperoleh kesepakatan bersama, maka akan ditentukan dua orang untuk memberitahukan hasil musyawarah tersebut dari rumah ke rumah. Pemberitahuan disampaikan secara lisan. (Wawancara 10 Agustus 2012 di Watugase). Ketika upacara dilaksanakan seluruh warga ikut berpartisipasi ambil bagian dalam mensuskseskan upacara ini. Masyarakat meyakini bahwa setelah membuat upacara ini hujan akan turun. Kekuatannya terletak pada tempat yang layak dimana upacara ini dilaksanakan, penyajian tarian dan nyanyian yang dibawakan secara baik dan benar, dan sesajian sebagai makanan yang layak bagi para leluhur. Apabila upacara ini dilaksanakan dan segala peraturan-peraturan adat ditaati dengan baik oleh masyarakat maka segala usaha dan doa permohonan mereka yang disampaikan lewat tarian dan nyanyian serta sesajian akan dikabulkan. b. Tempat Pementasan Tempat pelaksanaan upacara Deo Tua adalah di Loka (sebuah tanah lapang) yang terletak di tengah-tengah kampung Watugase yang besarnya kurang lebih 25x25m. Tempat ini sering dijadikan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat kampung yang menampilkan tinju adat, Dero dan Teke, yang melibatkan masyarakat kampung Watugase dan masyarakat desa sekitarnya. Sebelum melaksanakan upacara adat, baik upacara Deo Tua maupun upacara adat lainnya terlebih dahulu seorang tua adat meletakkan sesajian berupa nasi, hati ayam yang sudah matang, sirih pinang dan tuak yang dituang di atas batu. Bahan sesajian ini wajib dilakukan karena diyakin

12 sebagai makanan dan minuman ini menurut masyarakat merupakan makanan yang layak untuk para lelehur. Sambil meletakan bahan sesajian, Tua adat mengungkapkan mantera atau doa dalam bahasa adat setempat tanpa ada suara sehingga tidak didengar oleh anggota masyarakat yang ada di sekitarnya. Menurut Thomas Tola, inti dari mantera atau doa dalam konteks upacara ini berisi ungkapan permohonan dari masyarakat kepada para leluhur untuk menurunkan hujan dan juga permohon agar pertunjukkan tarian ini dapat berjalan lancar.(wawancara, tanggal 12 Agustus 2012 di Watugase). 4. Pelaku Tarian Deo Tua Dalam pementasan Deo Tua, manusia sebagai pelaku kesenian merupakan faktor penentu terselenggaranya tarian ini. Para pelaku kesenian terdiri dari orang tua, pria dan wanita yang sudah berkeluarga. Menurut Lambertus Wegu, sebenarnya anak muda juga diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pertunjukan ini karena tidak ada persyaratan khusus tentang keterlibatan seorang pelaku berdasarkan ketentuan tua atau muda. Tidak berpartisipasinya anak muda lebih disebabkan karena kurang minatnya mereka terhadap kesenian ini. Mereka malah mengganggap bahwa kesenian ini miliknya orang-orang tua saja. Anggapan ini dapat berimbas pada semakin pudarnya kesenian ini karena generasi penerusnya tidak aktif terlibat dalam pertunjukan seni tradisi. Dalam kenyataan kesenian Deo Tua pernah mati sekitar puluhan tahun yang lalu namun sejak tahun 2005 pada masa jabatan Bapak Yoseph Mane sebagai Lurah pada Kelurahan Ratongamobo kesenian ini kemudian dihidupkan kembali sampai sekarang (Lambertus Wegu, wawancara 10 Agustus 2012).

13 Pada awal lahirnya upacara Deo Tua di kampung Watugase, pelaku yang terlibat hanya yang berusia berkisar antara 25 sampai dengan 60 tahun. Ada juga yang berusia lebih dari 60 tahun. Mereka adalah orang tua yang masih berminat dan berbakat seni serta lebih berpengalaman tentang Deo Tua. Pada saat sekarang ini sudah ada generasi penerus yang terlibat, mereka adalah generasi muda yang sebagian besarnya sudah berkeluarga (Lambertus Wegu, wawancara 23 Agustus 2012). Dalam pelaksanaan upacara adat, penari dalam tari Deo Tua tidak tentu jumlahnya, sangat tergantung pada kesiapan dari para penari dalam upacara tersebut. Mereka dituntut untuk melakukan gerakan dengan tepat sesuai irama dan lagu yang dinyanyikan bersama. Apabila dalam tarian ini ada yang melakukan kesalahan gerakan kaki, maka akan ditegur lewat nyanyian. Mereka yang terlibat sebagai pelaku seni dalam pementasan Deo Tua dibedakan atas beberapa kelompok sesuai dengan perannya sebagai berikut: a) Satu orang penari putra, yaitu seorang Bapak yang berumur kurang lebih 60 tahun berperan membawakan bagian lagu solo, sekaligus sebagai pemimpin yang mengatur tempo pertujukan tari. Orang yang membawakannya disebut Enga Lewa. Untuk lebih jelas maka dapat dilihat pada gambar berikut ini:

14 Gambar 01. Pembawa bagian lagu Enga Lewa (Foto koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) b) Dua orang pria yang menari sambil berpegangan tangan di dalam lingkaran dan berperan membawakan nyanyian sebagai pengantar refrein sekaligus mengatur keseimbangan barisan agar tetap rapih dan teratur. Dua orang tersebut dalam bahasa daerah setempat disebut Enga Bhoko. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

15 Gambar 02. Posisi pembawa lagu bagian Enga Bhoko yang berada di dalam lingkaran para penari Deo Tua. (Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) c) Penari pria dan wanita yang berdiri membentuk lingkaran sambil menari dan membawakan bagian nyanyian refrein. Mereka tidak saling berselang-seling, melainkan berdiri saling berpegangan tangan antara perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki. Laki-laki terdiri dari dua kelompok dan perempuan terdiri dari dua kelompok. Hanya orang yang berada di ujung masing-masing kelompoklah yang memegang tangan lawan jenisnya dari kelompok yang ada di sebelahnya. Masing-masing kelompok laki-laki dan perempuan disebut Tenga. Tenga adalah pengelompokkan penari menurut jenis kelamin. Dalam istilah adat masyarakat setempat para penari itu disebut Ana Pata (koor).

16 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 03. Kelompok Ana Pata yang terdiri dari para pria, sedang menari Deo Tua sambil menyanyi.

17 Gambar 04. Kelompok Ana Pata yang terdiri dari para wanita diapiti kelompok pria menari Deo Tua sambil menyanyi (Foto Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) d) Sekelompok ibu-ibu yang menari bebas tanpa berpegangan tangan yang menari di dalam lingkaran. Mereka mengekspresikan gerakannya dengan lebih ekspresif. Ada yang memegang properti berupa tali, yang akan difungsikan pada bagian menjelang akhir pertunjukan direntangkan untuk dipegang bersama sambil melakukan gerakan kaki sebagai perwujudan tari, sekaligus sebagai simbol pemersatu semua masyarakat dalam kehidupan bersama sebagai satu kelompok masyarakat. Ibu-ibu tersebut menari sambil memegang buah kelapa muda sebagai bagian dari perlengkapan upacara minta hujan, yang nantinya di akhir pertunjukan dipecahkan sebagai bentuk keyakinan bahwa hujan akan segera turun. Kelompok penari ini disebut Jedhe Nio. Untuk memperjelas maka dapat dilihat pada gambar berikut ini:

18 Gambar 05. Kelompok Penari Jedhe Nio yang terdiri dari para perempuan sedang menari mengitari kelompok penari Deo Tua. (Foto Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) e) Seorang pria yang bertugas mengedar tua bha (tuak putih) untuk diminum agar dapat membangkitkan semangat penari dalam bernyanyi dan menari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

19 Gambar 06. Seorang pria yang sedang bhui (tuang) tua bha (tuak putih) yang disadap dari pohon enau (Foto Koleksi Maria Hiasinta Teda, Agustus 2012) 5. Bentuk dan Ragam Gerak Tari Deo Tua Tarian Deo Tua disajikan dengan posisi senimannya saling berpegangan tangan membentuk lingkaran penuh sebagai ciri khasnya, di samping itu seniman lainnya yang sesuai perannya menari bebas tanpa bepegangan tangan di dalam lingkaran. Di tengahtengahnya dibuatkan aza api (api unggun). Menurut Lambertus Wegu (seorang tua Adat kampung Watugase), masyarakat Watugase berpandangan bahwa pentingnya dibuatkan aza api karena secara praktis untuk menghangatkan seniman di saat pertunjukan pada malam hari dengan suhu udara dingin. Selain itu api unggun juga sebagai simbol pemersatu antar seluruh warga dan sebagai pembangkit semangat untuk menjaga nilainilai kehidupan bersama termasuk nilai seni dan adat istiadat kampung Watugase. Dalam spirit yang sama masyarakat setempat menjaga dan melestarikan nilai-nilai warisan dari leluhurnya (wawancara, 12 Agustus 2012 di Watugase).

20 Berikut ini adalah pola lantai tarian Deo Tua: Keterangan: : Penari Ragam gerak tari Deo Tua ini terdiri dari dua bagian yaitu Enga Pata Deo Tua (memohon turunnya hujan) dan Teke (tandak). Kedua bagian tersebut tidak dapat terpisahkan dalam pelaksanaan upacara Deo Tua ini. a. Bagian Enga Pata Deo Tua Pada bagian ini para penari berdiri sambil bergandengan tangan mengelilingi api unggun, melakukan gerakkan kaki maju mundur sambil melantunkan Pata Deo Tua (syair nyanyian yang berisi permohonan minta hujan kepada Sang Pencipta). Pola

21 gerakan untuk bagian Enga Pata DeoTua dilakukan setiap siklusnya terdiri dari empat hitungan dengan urutan gerakan pada masing-masing hitungan sebagai berikut: 1. Hitungan pertama, kaki kiri maju ke depan satu langkah 2. Hitungan kedua kaki kiri mundur ke belakang satu langkah. 3. Hitungan ketiga kaki kanan maju ke depan satu langkah 4. Hitungan keempat kaki kanan mundur ke belakang dengan sedikit menyamping ke kanan. Ketika melakukan gerakan kaki posisi tangan dalam keadaan berpegangan telapak tangan dengan posisi jari saling berangkai satu dengan yang lain. Gerakan selanjutnya diulang seperti pada pola gerakan di atas yang dilakukan dalam tempo lambat. Gerakan ini dapat juga difariasikan oleh penari tertentu pada frase lagu tertentu yang dirasa enak untuk mewujudkan gerakan dengan tempo yang lebih cepat. Gerakannya diawali dari hitungan pertama, kaki kiri dihentakkan diikuti kaki kanan dalam satu hitungan, dilanjutkan pada hitungan ke dua, kaki kiri dihentakkan dalam satu hitungan, dan pada hitungan ke tiga kaki kanan melangkah ke kanan sambil dihentakan dalam satu hitungan diikuti kaki kiri melangkah ke kanan dan pada hitungan ke empat kaki kanan di dihentakan dalam satu hitungan. Dengan melangkahnya kaki kanan pada hitungan ke tiga maka posisi penari semakin bergesar ke kanan. Gerakan fariasi terhadap bentuk gerakan pertama ini dilakukan hanya sebentar saja sesuai frase lagu yang menginspirasi penarinya melakukan gerakan tersebut dan kemudian ke pola gerakan awal di atas. Gerakan selanjutnya tetap seperti semula, yang diulang terus-menerus secara teratur hingga selesai pendarasan teks

22 minta hujan berakhir, sebagai perwujudan tarian bagian Enga Pata Deo Tua. Pertunjukan lalu dilanjutkan pada bagian berikutnya yakni teke. Ragam gerak di atas dapat dilihat pada tabel diagram gerak berikut ini: Posisi kaki pada hitungan Sikap Awal Hitungan 1 Hitungan 2 Hitungan 3 Hitungan 4 ʘ ʘ A B Kaki Kaki kiri kanan A B A B A B A B b. Bagian Teke Pada tahap ini para penari tetap dalam posisi melingkar dan saling bergandengan tangan kemudian melakukan gerak tari. Ragam gerak tari pada tahapan ini sedikit berbeda dengan ragam gerak tari Enga Pata Deo Tua. Pola hitungan untuk ragam gerakan pada bagian teke dalam satu siklusnya terdiri dari duabelas hitungan. Urutan gerakannya sebagai berikut: 1) Hitungan pertama, kaki kanan maju ke depan satu langkah. 2) Hitungan kedua, kaki kanan mundur ke belakang satu langkah. 3) Hitungan ketiga, kaki kiri maju ke depan satu langkah. 4) Hitungan keempat, kaki kiri mundur ke belakang satu langkah. 5) Hitungan kelima, kaki kanan maju ke depan satu langkah.

23 6) Hitungan keenam, kaki kanan mundur ke belakang satu langkah. 7) Hitungan ketujuh, kaki kiri maju ke depan sambil disilangkan satu kali ke kanan. 8) Hitungan kedelapan, kaki kanan maju ke depan satu langkah dengan posisi agak menyilang kekiri. 9) Hitungan kesembilan, kaki kiri dihentakan ke depan. 10) Hitungan kesepuluh, kaki kiri mundur ke belakang satu langkah. 11) Hitungan kesebelas, kaki kanan mundur ke belakang satu langkah sejajar dengan kaki kiri. 12) Hitungan keduabelas, kaki kiri maju satu langkah agak menyilang ke kanan. Untuk memperjelas ragam gaerakan di atas maka dapat diperhatikan pada tabel diagram gerak berikut ini: Posisi Awal Posisi kaki pada hitungan Hitungan 1 Hitungan 2 Hitungan 3 Hitungan 4 Hitungan 5 Hitungan 6 ʘ ʘ A B Kaki Kaki Kanan Kiri A B A B A B A B A B A B Hitungan 7 Hitungan 8 Hitungan 9 Hitungan 10 Hitungan 11 Hitungan 12 ʘ ʘ A B Kaki Kaki Kanan Kiri A B A B A B A B A B A B

24 Gerakan selanjutnya diulang secara terus-menerus seperti semula hingga berakhirnya pendarasan nyanyian Teke sebagai iringan terhadap tarian ini. Selama pertunjukan berlangsung para peserta diharuskan melakukan gerakan kaki secara kompak sebagai persyaratan seorang penari dalam mengikuti pertunjukan tarian ini. Jika ada peserta yang melakukan kesalahan gerakan kaki pada saat pertunjukan, maka peserta yang berada di sebelah kiri dan kanannya segera membimbingnya untuk menyesuaikan dengan gerakan peserta lain. Di akhir pertunjukan para pesertapun mengakhiri gerakan bersamaan dengan berakhirnya pendarasan nyanyian teke. 6. Nyanyian Sebagai Iringan tarian Deo Tua Nyanyian yang dilantunkan menunjukkan kreatifitas masyarakat dalam mengekspresikan diri baik dalam bentuk maupun fungsi serta makna tertentu dalam kehidupan masyarakat. Menurut bentuk penyajiannya nyanyian dalam upacara Deo Tua dikategorikan sebagai nyanyian dengan bentuk solo menjadi koor. Dalam upacara Deo Tua, selain gerak tari ada juga nyanyian sebagai pengiringnya. Keduanya tidak terpisahkan dalam pementasan tari Deo Tua ini. Nyanyian yang dibawakan pada saat upacara Deo Tua ini, dilantunkan tanpa iringan alat musik. Dalam upacara ini juga pementasan lagunya terdiri dari dua bagian, yaitu Enga Pata Deo Tua dan Teke. Nyanyian sebagai iringan kedua bagian tarian ini, yaitu sebagai berikut:

25 a. Nyanyian Enga Pata Deo Tua Nyanyian ini merupakan salah satu jenis nyanyian ritual. Nyanyian Enga Pata Deo Tua syairnya berisi tentang permohonan kepada Sang Pencipta dan para leluhurnya untuk menurunkan hujan. Menurut bentuknya nyanyian Enga Pata Deo Tua dibedakan atas tiga. bagian yaitu Enga Lewa, Enga Bhoko dan Ana Pata. Bagian Enga Lewa merupakan bentuk melodi yang difungsikan untuk mendaraskan bait-bait yang dibawakan oleh solis yang terdiri dari duabelas (12) bait. Sedangkan bagian Enga Bhoko adalah sebuah melodi pendek sepanjang dua birama yang dibawakan oleh dua orang penari sebagai pengantar memasuki bagian melodi Ana Pata sebagai refrein yang dinyanyikan oleh seluruh peserta penari baik putra maupun putri. Panjangnya melodi ana pata yakni delapan birama. Dilihat dari segi penyajiannya, nyanyian Enga Pata sebagai iringan dalam upacara Deo Tua diawali dari seorang tua adat yang menyanyikan bagian melodi Enga Lewa pada bait pertama. Melodi Enga Lewa ini kemudian dilanjutkan oleh dua penari laki-laki yang mendaraskan bagian melodi Enga Bhoko dan selanjutnya dijawab oleh seluruh peserta tari yang menyanyikan bagian melodi Ana Pata secara bersama-sama (koor). Penyajian bagian lagu Enga Pata diulang lagi mulai dari melodi Enga Bhoko untuk selanjutnya dijawab oleh seluruh peserta tari yang menyanyikan bagian lagu Ana Pata secara bersama-sama. Pertunjukan akan selalu diiringi oleh nyanyian solis yang mendaraskan seluruh bait yang selanjutnya dijawab oleh seluruh anggota penari yang menyanyikan bagian Ana Pata.

26 Adapun syair-syair Enga Pata menurut susunan penyajiannya, yaitu sebagai berikut: 1. Enga Lewa: Enga uza o enga o uza Mai wae o mai o wae O ea ea oe Enga Bhoko: Enga uza uza mai wae Ana Pata: Enga uza imu mai wae Wae o ea oe Waku wae tua-tua e Ea o ea o ea o ea (diulang lagi dari bagian Enga Bhoko) 2. Enga Lewa: Pawa pu u o pawa o pu u Wae kamu o wae o kamu O ea o ea oe Enga Bhoko: Pawa pu u-pu u wae kamu Ana Pata: Pawa pu u imu wae kamu Kamu o ea oe Waku wae tua-tua e Ea o ea o ea o ea (di ulang lagi dari bagian Enga Bhoko)

27 3. Enga Lewa: Lobo mara o lobo o mara Rilo ralo o rilo o ralo o ea o ea oe Enga Bhoko: Lobo mara-mara rilo ralo Ana Pata: Lobo mara imu rilo ralo Ralo o ea oe Waku wae tua-tua e Ea o ea o ea o ea 4. Enga Lewa: Wunu mara o wunu o mara Debha dere o debha o dere O ea o ea oe Enga Bhoko: Wunu mara, mara debha dere Ana Pata: Wunu mara imu debha dere Dere o ea..oe Waku wae tua tua e Ea o ea o ea..o

28 5. Enga Lewa: Ana bo o ana o bo Sipe ine o sipe o ine O..ea..o..ea..oe.. Enga Bhoko: Ana bo, bo sipe ine Ana Pata: Ana bo imu sipe ine Ine o ea oe Waku wae tua-tua e Ea o ea o ea o ea 6. Enga Lewa: Toko bhoko o took o bhoko Wole lewa o wole o lewa O ea o..ea..oe Enga Bhoko: Toko bhoko, bhoko wole lewa Ana Pata: Took bhoko imu wole lewa Lewa o ea oe Waku wae tua tua e Ea o ea o ea o ea

29 7. Enga Lewa: Sege ngere o sege o ngere Wole lege o wole o lege O ea o..ea..oe Enga Bhoko: Sege ngere, ngere wole lege Ana Pata: Sege ngere imu wole lege Lege o ea oe Waku wae tua tua e Ea o ea..o..ea..o..ea 8. Enga Lewa: Ngere wea o ngere o wea Pae te a o pae o te a O ea..o..ea..oe Enga Bhoko: Ngere wea, wea pae te a Ana Pata: Ngere wea imu pae te a Te a o..ea..oe.. Waku wae tua tua e Ea o ea..o ea..o..ea

30 9. Enga Lewa: Keti negha o keti o negha Wole wali o wole o wali O ea..o..ea..oe.. Enga Bhoko: Keti negha, negha wole wali Ana Pata: Keti negha imu wole wali Wali o ea oe Waku wae tua tua e Ea o..ea..o ea o ea 10. Enga Lewa: Ula nuka o ula o nuka Deka zua o deka o zua O ea..o ea oe Enga Bhoko: Ula nuka nuka deka zua Ana Pata: Ula nuka imu deka zua Zua o ea oe Waku wae tua tua e Ea o ea o ea o..ea

31 11. Enga Lewa: Boti boro o boti o boro Jeo talo o jeo o talo O ea..o..ea..oe Enga Bhoko: Boti boro, boro jeo talo Ana Pata: Boti boro imu jeo talo Talo o ea oe Waku wae tua tua e Ea o ea..o..ea..o..ea Enga Lewa: Bo o noto o bo o o noto Toto wolo o toto o wolo O ea..o..ea..oe Enga Bhoko: Bo o noto, noto toto wolo Ana Pata: Bo o noto imu toto wolo Wolo o ea oe Waku wae tua tua e Ea o..ea..o..ea..o ea

32 Terjemahan dari syair Nyanyian Enga Pata di atas sebagai berikut: 1). Enga uza mai wae Hujan datanglah. 2). Pawa pu u wae kamu Basahi tanaman padi hingga ke akar-akarnya. 3). Lobo mara rilo-ralo Berikanlah pertumbuhan padi dan jagung sehingga menjadi subur 4). Wunu mara debha dere Bertambah besar dan tinggi 5). Ana bo sipe ine Bermunculan tunas baru dari bertambah besar batangnya 6). Toko bhoko wole lewa Walau pendek batangnya tetapi mayang padinya panjang dan bernas. 7). Sege ngere wole lege Mayangnya bertambah besar hingga merunduk hingga tanah. 8). Ngere wea pae te a Menguning bulir-bulir padi dan berkilauan bagaikan emas.

33 9). Keti negha wole wali Setelah mengetam muncul lagi mayan padi yang baru. 10). Ula nuka deka zua Mayang padi yang baru dapat dipanen lagi untuk kedua kaliny6a. 11). Boti boro jeo talo Batang padi yang sudah kering tidak bisa tunas lagi untuk menghasilkan panenan lagi. 12). Bo o noto toto wolo Pesta syukuran panen segera dilaksanakan yang melibatkan seluruh masyarakat sebagai ekspresi atas hasil panen yang melimpah. Berikut ini adalah contoh melodi lagu bagian Enga Pata Deo Tua yang penulis angkat dari sebagian nyanyian tersebut dan ditulis dalam bentuk notasi angka, yaitu sebagai berikut:

34 ENGA PATA DEO TUA E nga u za O e nga o u za Ma i wa e o ma i o wa e O e a a e a o e E nga u za u za ma i wa e Reff: E nga u za i mu ma i wa - e wa e O E a o - e wa ku wa e tu A tu a e E a o e a o e a O e

35 b. Nyanyian Teke Teks nyanyian teke dibedakan atas dua yaitu bagian Dhozo Enga dan bagian Ana pata. Bagian Dhozo Enga yaitu frase melodi lagu yang panjangnya delapan birama yang selalu dinyanyikan oleh salah seorang dari ketiga pria yang mendapatkan peran sebagai solis. Bagian Ana pata yaitu frase melodi yang terdiri dari delapan birama yang selalu dinyanyikan bersama oleh seluruh peserta penari sebagai jawaban terhadap bagian Dhozo Enga. Dilihat dari segi penyajiannya kedua bagian melodi ini saling bergantian dinyanyikan hingga seluruh syair bait lagu selesai. Pada bagian kedua ini, syair nyanyiannya sedikit berbeda dengan bagian pertama. Seniman yang berperan mengatur jalannya pertunjukkan juga sudah diganti. Mereka adalah tiga seniman pria, yang telah berumur antara 50 sampai 70 tahun dalam perannya mereka saling bergantian mendaraskan teks nyanyian teke. Pria yang lebih tua berperan sebagai pengendali tempo dan keselarasan gerak para penari. Dilihat dari perannya dalam pertunjukan pada bagian kedua ini, ada tiga orang bapak dengan posisi berada di dalam lingkaran yang disebut dengan Dhozo Enga Sedangkan Ana Pata (koor) adalah kelompok pria dan wanita. Ketiga orang bapak kemudian secara bergantian menyanyikan solo dan Ana Pata menjawabnya. Selanjutnya dilakukan silih berganti seperti semula hingga berakhirnya pendarasan nyanyian Teke. Berikut ini adalah syair-syair yang digunakan pada bagian Teke:

36 Solo 1: Dhozo Enga: E...e e ine.. Ai manga mona, manga mona noe oe ine Ai mona mona mona oga Refrein: Ana Pata: Ine oe dheo kami tua dheo kami tua Ine oe pati kami manu pati kami manu Kami keze mona ko pau Solo 2 : Dhozo Enga: Ema o e ae.. Wali sanga wiwi lele mo o dhizi ema o e ae... Wali sanga wiwi lele mo o dhizi ema o e ae.. Ai mona mona moko nga o Terjemahan bebas: E..e e ine Ai manga mona..manga mona noe oe ine Kalimat seruan. Ai mona mona mona oga.. Bawakan kami tuak, bawakan kami tuak Berikan kami ayam, berikan kami ayam Kami tunggu tidak lari

37 Solo: Ema o e..ae.. (kalimat seruan) Tambah satu kalimat, dengar baik-baik Tambah satu kalimat, dengar baik-baik Ai mona mona moko nga o (kalimat seruan) Berikut ini adalah contoh melodi nyanyian Teke yang penulis angkat dari sebagian nyanyian dan ditulis dalam bentuk not angka, yaitu sebagai berikut:

38 TEKE E ma o e w s w m z o O a li a nga wi i le le o ȯ dhi i e ma e - e w ng w w m o a li sa a i i e a e ae ai mo n m m k ng a o na o o a ȯ Reff: n dh k I e o e e o a m i tu - a dh k m e - o a i 2 1 tu - a n k m m I e o e pa ti a i a n t k m u pa - i a i 2 1 m n a - u m k m p ka i e ze o na ko a u

39 7. Busana dan Aksesoris Busana dan aksesoris yang dipakai oleh para pelaku kesenian dalam upacara Deo Tua sejak zaman nenek moyang sampai sekarang ini tidak pernah berubah, yakni menggunakan pakaian adat daerah setempat (pakaian adat Nagekeo). Sedangkan aksesoris yang digunakan pun terlihat sederhana dan apa adanya namun tidak mengurangi nilai estetika bagi yang memandangnya. Adapun nama-nama busana dan aksesoris yang dipakai baik pria maupun wanita, yaitu sebagai berikut: 1. Busana dan Aksesoris Pria Lensu: kain pengikat kepala berfungsi sebagai penutup kepala. Saku: ikat pinggang Labu bha: baju putih untuk pria. Bhago: selendang bermotif agi (motif khusus untuk pria) Oba agi: sarung adat untuk pria Bola bae: tas dari anyaman daun pandan khusus untuk pria. 2. Busana dan Aksesoris Wanita Kodo: baju adat khusus untuk wanita Oba ua pote: sarung adat untuk wanita Bhago: selendang tenun untuk wanita Bola oka: tas untuk wanita yang dianyam dari daun pandan yang berfungsi untuk menyimpan sirih-pinang.

40 Woda: giring-giring dari tembaga dipakai pada kaki yang ketika digerakkan akan menghasilkan bunyi. D. Makna Deo Tua Makna adalah upaya untuk menelusuri kandungan isi dibalik bentuk yang dipakai sebagai aktualisasi fungsi-fungsi yang diemban dalam realisasi sosial budaya masyarakat. Dalam tulisan ini Tarian Deo Tua perlu dimaknai untuk mengetahui kandungan isi di baliknya yang oleh masyarakat pemiliknya diakui berguna dalam realitas kehidupan mereka. Makna yang terkandung dalam tarian Deo Tua adalah sebagai bentuk ungkapan permohonan kepada Tuhan agar diberikan hujan yang cukup untuk menyuburkan tanaman dan mencukupi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Masyarakat memandang pentingya diadakan tarian Deo Tua, berawal dari kejadian atau peristiwa, bencana kekeringan yang dialami oleh masyarakat Kampung Watugase, yakni hujan tidak turun yang menyebabkan tanaman pertanian seperti padi dan jagung tidak bertumbuh subur dan bahkan ada yang mati karena kekurangan air. Berawal dari peristiwa ini, masyarakat lalu menyadari bahwa dalam menjalankan usaha mereka tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan membutuhkan campur tangan dari Sang Pencipta dan para leluhurnya. Mereka menyadari bahwa kejadian ini disebabkan oleh kurang terbinanya hubungan keselarasan antara masyarakat Watugase dengan sang Pencipta dan para leluhurnya. Dari pemahaman inilah mereka lalu berkumpul membuat sesajian yang terdiri moke yang diisi pada tabung terbuat dari bambu dengan panjang kira-kira 10 cm, nasi dan hati ayam yang diletakan di batu ceper berdiameter 15 cm, sebagai tempat makannya para leluhur. Sesajian ini dapat dilakukan di masing-masing rumah penduduk Watugase.

41 Sebagai bentuk ungkapan permohonan kepada Tuhan dan para leluhurnya mereka lalu mengungkapkannya melalui tarian Deo Tua. Bentuk tarian secara melingkar mengartikan kebersamaan dan kesatuan hati untuk memohon kepada Tuhan dan leluhur agar diberikan hujan untuk kesuburan dan keberhasilan tanaman mereka. Kekompakan mereka dalam gerakan kaki dan tangan mengartikan keselarasan hubungan antara warga masayarakat Watugase yang perlu dibina agar sama sama memperoleh keselamatan dan kesejahteraan dalan hidup bersama. Makna tarian ini juga dapat diperoleh dari syair lagu yang didaraskan para penari yang di dalamnya mengungkapakan permohonan kepada Tuhan dan para Leluhur agar menurunkan hujan atas tanaman mereka. Makna dari syair ini yakni ungkapan ketakberdayaan dan kepasrahan masyarakat setempat dihadapan sang penguasa yang menjadi pemilik kehidupan ini. Kesadaran akan ketakberdayaan ini lalu diekspresikan melaui syair lagu. Harapan mereka bahwa dengan permohonan yang didaraskan ini Tuhan dan leluhur akan mendengar dan mengabulkan permohonan ini sehingga tanaman menjadi subur, memberikan hasil yang banyak dan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga kehidupan mereka menjadi sejahtera.

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada

BAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang hingga pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan keseluruhan hasil penelitian terhadap bentuk tari Famadogo

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan ini 16 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Desa Kaaruyan Penelitian ini di laksanakan di desa Kaaruyan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo dengan jumlah penduduk 150kk. Dahulu desa Kaaruyan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antan Delapan adalah nama salah satu Kesenian di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik yang diiringi oleh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya, dimana setiap propinsi dan suku yang ada di Nusantara, memiliki tradisi dan budaya masing-masing, baik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA A. Profil Sedanau 1. Sejarah Terbentuknya Kelurahan Sedanau Kelurahan Sedanau Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Desa Lebuh Dalem Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala Timur yang merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Gambaran Umum Desa Bajur 1. Letak Lokasi Masyarakat Bajur merupakan salah satu suku bangsa yang berada di wilayah

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berbentuk Republik, dengan banyak pulau didalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan didalamnya tumbuh berbagai suku,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang terbentuk dari berbagai suku dan memiliki banyak jenis kebudayaan yang berasal dari daerah atau suku itu sendiri. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Bukit Intan Makmur Bukit intan makmur adalah salah satu Desa di Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu adalah Exs Trans Pir Sungai Intan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Kedung Bondo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah paling

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Elemen-eleman sosial budaya masyarakat Desa Gamtala yang berpotensi sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 2 : Kegemaranku Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 SILABUS KELAS: 1 TEMA: KEGEMARANKU KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci