EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR"

Transkripsi

1 TESIS RE EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR MARDIA PUTRI PRASETYA DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp. Sc. PROGRAM MAGISTER JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

2

3 Disetujui Oleh : Tesis disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember oleh : Mardia Putri Prasetya NRP Tanggal Ujian : 9 Januari 2017 Periode Wisuda : Maret Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, M. App. Sc (Pembimbing ) NIP : Dr. Ir. Ellina S. Pandebessie, MM (Penguji) NIP : I. D. A. A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D (Penguji) NIP : Arseto Yekti Bagastyo. ST., MT., Mphil., Ph.D (Penguji) NIP : Direktur Program Pascasarjana, Prof. Ir. Djauhar Manfaat, MSc., PhD NIP i

4 (halaman ini sengaja dikosongkan) ii

5 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mardia Putri Prasetya NRP : Program Studi : Magister Teknik Lingkunga ITS Surabaya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan tesis saya yang berjudul: EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diizinkan, dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Surabaya, 13 Januari 2017 Yang membuat pernyataan, Mardia Putri Prasetya NRP iii

6 (halaman ini sengaja dikosongkan) iv

7 EVALUASI TEKNIS OPERASIONAL PENGANGKUTAN SAMPAH KECAMATAN RAPPOCINI, KOTA MAKASSAR Nama : Mardia Putri Prasetya NRP : Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp. Sc. ABSTRAK Laju timbulan sampah di Kecamatan Rappocini sebesar m 3 per hari, dengan jumlah penduduk jiwa, pelayanan pengangkutan sampah hanya sebesar m 3, yaitu 27% dari total timbulan sampah. Frekuensi pengangkutan sampah eksisting masih rendah yakni 1 trip/hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses pengangkutan sampah ditinjau dari aspek teknis, kelembagaan dan finansial. Penelitian ini dilakukan dengan observasi lapangan terhadap 8 unit kendaraan pengangkut sampah yang beroprasi di Kecamatan Rappocini. Dengan parameter yang diamati adalah waktu pengangkutan dari pool ke TPS (t1), waktu pengangkutan sampah (pc), waktu dari TPS ke TPA (h), waktu pembuangan sampah di TPA (s), waktu kembali dari TPA ke Pool (t2), jumlah lokasi yang dilayani oleh dump truk multi lokasi dan waktu istirahat (w). Pengamata n dilakukan selama 8 hari berturut turut. Selain itu juga dilakukan perhitungan densitas sampah di gerobak dan dump truk guna menentukan faktor kompaksi. Data tentang aspek kelembagaan dan finansial diperoleh dari wawancara dengan staf Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Hasil evaluasi teknis menunjukan bahwa pengangkutan sampah pada saat ini adalah 1 trip/hari untuk pengangkutan dump truk satu lokasi dan multi lokasi yang dimana dilakukan secara manual. Dibutuhkan 38 buah kontainer berukuran 8m 3, 10 kendaraan jenis arm roll truk, untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan. Tidak adanya lokasi TPS maka direncanakan penentuan lokasi penempatan kontainer pada 7 Kelurahan yang belum difasilitasi dan menentukan jalur alternatif guna mempercepat waktu pengangkutan selain itu melakukan perubahan waktu pengangkutan menjadi pagi hari atau pada waktu yang tidak mengalami kemacetan. Untuk hasil evaluasi aspek finansial tahun 2017 sebesar Rp dari Rp biaya operasional pengangkutan mengalami peningkatan dikarenakan jumlah kendaraan dan kebutuhan pengangkutan ditingkatkan menjadi 2 4 trip/hari. Untuk aspek kelembagaan strategi yang dibuat adalah memperbaiki struktur organisasi pengelolaan sampah, dan mengembangkan lokasi pengangkutan menjadi TPS. Kata Kunci : efisiensi, pengangkutan, Rapocini, sampah. v

8 (halaman ini sengaja dikosongkan) vi

9 Technical Evaluation Of Solid Waste Transport in Rappocini Districtat Makassar City, Indonesia Name : Mardia Putri Prasetya NRP : Supervisor : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp. Sc. ABSTRACT Waste production in Rappocini sub district is at m³/day, for the number of residents, compared to the solid wastes that could be covered is many as m³ that is only 27% from total waste. It is because in some areas, the frequencies of waste transportation are as low as 1 trip/day. The purpose of this study was to evaluate the process of transporting the garbage in terms of aspects technical, institutional and financial. This research was conducted by field observations of the 8 units of garbage vehicles that operate in the Sub-District of Rappocini. By taking into account the parameters that were measured, those were the transport time from the pool to TPS (t1), the time of transporting waste (pc), time of transfer station (TPS) to disposal station (TPA) (h), the garbage disposal in the landfill (s), time of return from the landfill to the Pool (t2), the number of locations served by multi-location dump truck and break time (w). Observations were made during 8 consecutive days - respectively. In addition, the calculation of the density of garbage in the cart and dump trucks were also taken in order to determine the compaction factor. The data on the institutional and financial aspects were obtained from interviews with the staffs of the Parks and Cleanliness Department of Makassar. The results of the technical evaluation showed that the waste transportation at this time is 1 trip / day for transporting dump trucks in one location and in multi-location which is done manually. From the evaluation, it takes procurement of 38 pieces sized containers 8m3, 10 vehicles of arm roll trucks type, to improve the efficiency of the transport. The absence of polling location, the planned siting of container placement on the 7 village that have not facilitated and determining the alternative routes to expedite transport time than that to change the transport time to the morning or at a time that is not congested. For the evaluation of the financial aspects of 2017 amounted to Rp from Rp , freight operating costs have increased due to the number of vehicles and the transportation needs increased to 2-4 trips / day. For the institutional aspects, the strategy is to improve the management of organizational structure trash, and developing transportation location to become transfer station (TPS). Kata Kunci : efficiency, solid waste, transport, transfer. vii

10 (halaman ini sengaja dikosongkan) viii

11 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, bersama dengan ini penulis mengucapkan puji syukur yang tiada henti kepada Allah SWT karena dengan segala limpahan rahmat dan karunianya yang berupa, kesehatan, ketabahan, dan segala curahan petunjuk-nya penulis mampu menyelesaikan Tesis ini dengan baik. Laporan Tesis ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Strata-2 di Jurusan Teknik Lingkungan dengan judul Evaluasi Teknis Operasional Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Selama pelaksanaan dan penyusunan laporan Tesis ini saya telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, Mapp.Sc selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan membantu penulis hingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya. 2. Dr. Ir. Ellina Sitepu Pandebesie, MT., I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., PhD, Arseto Yekti Bagastyo, ST., MT., MPhil., PhD, selaku dosen penguji yang memberikan masukan dan saran pada penulis untuk perbaikan dan kesempurnaan tesis ini. 3. Kedua orang tua penulis Bapak Eko Budhi Ariyanto dan Ibu Nurnaini Iriastuti beserta adik-adik penulis Muhammad Dwi Wicaksana, Anindya Arianditha Ardani dan Wiriasti Danantika yang selalu ada di belakang penulis, mendukung apapun keputusan penulis, menanamkan nilai-nilai kebaikan, mendoakan keberhasilan, dan memberikan kebahagiaan serta semangat untuk penulis. 4. Mbak Fenty, Mas Adit, Mbak Widy, dan Sakti, atas segala kritik dan saran yang diberikan hingga penulis mampu memberikan yang terbaik dalam proses pengerjaan tesis 5. Seluruh sahabat terkasih penulis, Cica, Soraya, Afifah, Sari, Rizky, Novita Sari, Nurul Husnah, Rizky Fauziah yang selalu mendukung tanpa batas hingga akhir. ix

12 6. Keluarga Asemrowo atas segala bantuan dan kehangatan yang telah diberikan hingga penulis memiliki kehangatan keluarga saat melanjutkan pendidikan S2 di Surabaya. 7. Rekan rekan S2 MTSL ITS yang menjadi rekan rekan satu angkatan penulis sebagai partner in crime selama menjalani pendidikan S2. 8. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Jurusan Teknik Industri ITS. 9. Dan seluruh rekan, teman, dan saudara penulis yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu, terimakasih. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan sehingga nantinya dapat lebih baik dalam penulisan laporan. Akhir kata semoga proposal tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan Surabaya, 13 Januari 2017 Mardia Putri Prasetya x

13 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... iii ABSTRAK v ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Sampah Laju Timbulan Sampah Komposisi dan Karakteristik Sampah Teknik Pengelolaan Sampah Sumber Sampah Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah Pengangkutan Sampah Pemilihan Prasarana dan Sarana Bidang Persampahan Sistem Pengangkutan Sampah Rute Pengangkutan Sampah Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah xi

14 2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasional Pengangkutan Sampah Aspek Pembiayaan Dalam Pengangkutan Sampah Aspek Kelembagaan Analisis SWOT...57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Tahap Penelitian Pengumpulan Data Metode Evaluasi Usulan Penyelesaian Masalah Kesimpulan dan Saran...66 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Administrasi dan Letak Geografis Penduduk Kecamatan Rappocini Gambaran Umum Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Kendaraan Pengangkut Sampah Di Kecamatan Rappocini Struktur Organisasi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini Kelembagaan Pengangkutan Sampah Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Struktur Organisasi Dan Personalia Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Pengangkutan Sampah Pembiayaan Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini...75 BAB V KONDISI EKSISTING DAN HASIL PEENGAMATAN 77 xii

15 5.1 Aspek Teknis Timbulan Dan Densitas Sampah Proyeksi Timbulan Sampah Sampai Dengan Tahun Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sistem Pengelolaan Sampah Skema Pengangkutan Sampah Pengamatan Waktu Pengukuran Pengangkutan Sampah Analisa Pengangkutan Sampah Dengan Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Analisis Pengangkutan Sampah Dump Truck Manual Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi Alternatif Pengangkutan Sampah Dan Solusi Rute Pengangkutan Dan Waktu Kerja Alternatif Aspek Pembiayaan Evaluasi Biaya Operasional Dan Pemeliharaan (BOP) Pengangkutan Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Eksisting Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Setelah Dilakukan Optimasi Aspek Kelembagaan Manajemen Organisasi Tata Laksana Kerja Pengangkutan Sampah Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengangkutan Sampah Penentuan Prioritas Penanganan Permasalahan Dengan Analisis SWOT Rekomendasi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN xiii

16 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS xiv

17 (halaman ini sengaja dikosongkan) xv

18 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Diagram Alir Kesetimbangan Massa (Tchobanoglous et al., 1993)...30 Gambar 2.2 Hubungan Setiap Aspek Dalam Pengelolaan Sampah (Tchobanoglous et al., 1993)...35 Gambar 2.3 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individu Langsung (SNI )...42 Gambar 2.4 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Transfer Depo (SNI )...43 Gambar 2.5 Pola Kontainer Angkat 1 (SNI )...45 Gambar 2.6 Pola Kontainer Angkat 2 (SNI )...46 Gambar 2.7 Pola Kontainer Angkat 3 (SNI )...47 Gambar 2.8 Sistem Kontainer Tetap Secara HCS (SNI Gambar 3.1 Tahap Tahap Pengumpulan Data...62 Gambar 4.1 Peta Kota Makassar...68 Gambar 4.2 Lokasi TPS di Kecamatan Rappocin...71 Gambar 4.3 Dump Truck Manual Untuk 1 Lokasi...73 Gambar 4.4 Dump Truck Manual Multi Lokasi...73 Gambar 4.5 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertaman...76 Gambar 5.1 Dump Truck Yang Telah Terisi Penuh...86 Gambar 5.2 TPS Kelurahan Karunrung...87 Gambar 5.3 TPS Kelurahan Buakana...88 Gambar 5.4 TPS Kelurahan Pelita...88 Gambar 5.5 Lokasi Jl. Talasalapang...89 Gambar 5.6 Lokasi Jl. Emmy Seilan...89 Gambar 5.7 Lokasi Perum Faisal...90 Gambar 5.8 Lokasi Jl. Tidung Mariolo...90 Gambar 5.9 Lokasi Jl. Rappocini...91 Gambar 5.10 Sistem Pengelolaan Kecamatan Rappocini...91 xvi

19 Gambar 5.11 Pola pengangkutan pada kendaraan Dump Truck metodepengangkutan manual multi lokasi Gambar 5.12 Pola Pengangkutan Pada Kendaraan Dump Truck metode pengangkutan manual untuk satu lokasi xvii

20 (halaman ini sengaja dikosongkan) xviii

21 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Komposisi Sampah Berdasarkan Sumber Sampah Tabel 2.2 Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah Tabel 2.3 Kebutuhan Minimal Peralatan atau Bangunan dan Personil.. 38 Tabel 2.4 Proses Pemilahan Alat Angkut Sampah Tabel 2.5 Matrik Analisis SWOT Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Makassar Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini Tabel 4.3 Kapasitas Dump Truck Pengangkut Sampah Tabel 4.4 Fasilitas di Kecamatan Rappocini Tabel 4.5 Kendaraan Pengangkut Sampah Tabel 5.1 Kegiatan Pengangkutan Sampah Tahun 2014/ Tabel 5.2 Hasil Perhitungans Sampah Gerobak Motor Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Manual Satu Lokasi Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi Tabel 5.5 Jumlah Sampah Terangkut Eksisting Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Aritmatik Tahun Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Geometri Tahun Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Least Square Tahun Tabel 5.9 Perhitungan Nilai a dan b Metode Least Square Tahun Tabel 5.10 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini sesuai dengan Proyeksi Least Square Tabel 5.11 Hasil Proyeksi Jumlah penduduk per Kelurahan Proyeksi Least Square xix

22 Tabel 5.12 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah Kecamatan Rappocini Tabel 5.13 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah per Kelurahan Tabel 5.14 Kendaraan pengangkutan sampah jenis dump truck metode manual 1 lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar Tabel 5.15 Kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck metode manual multi lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar...93 Tabel 5.16 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual 1 Lokasi...95 Tabel 5.17 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi...96 Tabel 5.18 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck...97 Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Waktu Mengisi Sampah ke Dump Truck 99 Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Waktu Buang di TPA (s) Dump Truck...99 Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) hauling time Tabel 5.22 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) P HCS Tabel 5.23 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) di Pool Dump Truck..103 Tabel 5.25 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd)104 Tabel 5.26 Hasil Perhitungan Evaluasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Tabel 5.27 Perbandingan Jumlah Eksisting Dengan Trip hasil Evaluas 105 Tabel 5.28 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck Manual (SC.107 Tabel 5.29 Hasil Perhitungan Total Mengosongkan TPS (Uc) Tabel 5.30 Hasil Rata-rata Ct.Uc Tabel 5.31 Hasil Perhitungan Waktu Bongkar Sampah (s) di TPA Tabel 5.32 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) (hauling time) xx

23 Tabel 5.33 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) Pscs Tabel 5.34 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck (T SCS ) Tabel 5.35 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) Rata-rata Tabel 5.36 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd)114 Tabel 5.37 Hasil Perhitungan Optimasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Manual (Nd) Tabel 5.38 Hasil Perhitungan Waktu Pengangkutan (Phcs) Arm roll Truck Tabel 5.39 Hasil Perhitungan Pengangkutan Per Trip (Thcs) Tabel 5.40 Jumlah Trip Per Hari (Nd) Arm Roll Tabel 5.41 Total Mengosongkan TPS (Uc) Tabel 5.42 Waktu Membuang Sampah di TPA Tabel 5.43 Perhitungan Waktu Pengangkutan (Pscs) Tabel 5.44 Perhitungan Waktu Pengangkutan Per Trip (Tscs) Tabel 5.45 Perhitungan Jumlah Trip Per Hari (Nd) Tabel 5.46 Kebutuhan Dump Truck Untuk Pelayanan Sistem SCS Tabel 5.47 Kebutuhan Kontainer dan Truck Arm Roll per Kelurahan di Kecamatan Rappocini Tabel 5.48 Kebutuhan TPS atau Kontainer Dengan Membandingkan Jumlah Penduduk di Setiap Kelurahan di Kecamatan Rappocini Tabel 5.49 Hasil Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Per Tahun Eksisting Tabel 5.50 Hasil Perhitungan Biaya Investasi dan Depresiasi Peralatan Eksisting Tabel Kebutuhan Pembelian Kontainer, Dump Truck dan Arm Roll di Kecamatan Rappocini Tabel 5.52 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 7 Dump Truck Tahun Tabel 5.53 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 3 Arm Roll Truck Tahun Tabel 5.54 Total Perhitungan Biaya Per Tahun Kendaraan Pengangkut Sampah xxi

24 Tabel 5.55 Perhitungan Biaya Total Pertahun Tabel 5.56 Hasil Data Wawancara Pada Personil Pengangkut Sampah142 Tabel 5.57 Matriks SWOT Intenal dan Eksternal xxii

25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rappocini terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat, baik perekonomian maupun penduduk. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Rappocini terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 kebutuhan pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini yaitu m³/hari (Dinas Kebersihan dan Pertamanan). Kecamatan Rappocini memiliki 8 kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi pada sore hingga malam hari. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pengelola persampahan saat ini adalah cakupan pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini masih sekitar 27% dari timbulan sampah yakni sebesar m³/hari. Dimana masih banyaknya sampah yang tidak terangkut ke TPA menjadi menumpuk di lokasi pengangkutan (Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar). Dilihat dari pertumbuhan penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada di Kecamatan Rappocini menjadikan Rappocini sebagai Kecamatan nomor tiga terbesar dari 14 Kecamatan yang menyumbang sampah terbanyak. Dilihat dari segi kawasan strategis provinsi (KSP) yang ada di Kota Makassar dimana Pusat Bisnis Terpadu Indonesia ditetapkan disebagian wilayah Kecamatan Rappocini dan sebagian wilayah Tamalate. Wilayah Kecamatan Rappocini berbatasan langsung dengan Kecamatan Manggala dimana Kecamatan Manggala ditetapkan sebagai lokasi TPA di Kota Makassar. Dari cakupan pelayanan yang ada di kecamatan Rappocini dari segi pengangkutan, Kecamatan Rappocini memiliki jarak terdekat dengan lokasi TPA, namun cakupan pelayanan pengangkutan sampah masih belum efektif. Maka perlu dilakukan evaluasi pengelolaan persampahan pada Kecamatan Rappocini guna meningkatkan pelayanan pengangkutan sampah. Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wialayah Nomor 534/KPTS/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal, maka ritasi pengangkutan sampah yang ideal sebesar 2-6 trip/hari. Ritasi pengangkutan sampah 23

26 di Kecamatan Rappocini sangat rendah dibanding standar pelayanan minimal yang di tetapkan yaitu hanya 1 trip/hari. Pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini saat ini dilayani 8 unit kendaraan pengangkut sampah yang terdiri dari 5 unit dump truck (berkapasitas m³) dan 3 unit dump truck (berkapasitas 8 m³). Pengangkutan sampah oleh dump truk rata-rata hanya 1 trip/hari. Pembagian tugas pokok dan fungsi yang kurang baik dikarenakan lemahnya manajemen kelembagaan, efisiensi waktu pengangkutan, sarana dan prasarana yang kurang memadai. Pengangkutan persampahan merupakan bagian terpenting dalam pengelolaan persampahan dan memerlukan biaya yang sangat besar (Ti Huang et al,. 2011). Usaha peningkatan pelayanan sampah eksisting disediakan oleh Pemerintah Daerah. Pada tahun 2015 jumlah anggaran Dinas Pertamanan Dan Kebersihan Kota Makassar sebesar Rp Dana untuk operasional dan pemeliharaan pengangkutan dialihkan ke Kecamatan pada Tahun Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar merupakan penggerak dari seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampah hingga TPA. Kondisi Kebersihan Kota Makassar merupakan produk dari rangkaian aktivitas manajemen pengelolaan persamsalahan. Sumber Daya Manusia (SDM) pada institusi pengelola sampah belum memadai karena belum berimbangnya antara jumlah personil dengan beban kerja petugas pengelolaan sampah, dari berbagai permasalahan tersebut, maka penelitian ini diperlukan untuk mengevaluasi sistem pengangkutan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi pengangkutan sampah di Kota Makassar terkhusus Kecamatan Rappocini. Optimalisasi yang dilakukan diharapkan menghasilkan pengangkutan sampah yang baik dan efektif untuk Kecamatan Rappocini. 1.2 Perumusan Masalah Masalah dari penelitian ini: 1. Apakah teknis operasional pengangkut sampah saat ini sudah berjalan efektif bila dikaitkan dengan waktu dan jumlah ritase, jumlah kendaraan dan jumlah sampah terangkut? 24

27 2. Berapa besar biaya operasional pengangkut sampah serta potensi penerimaan retribusi sampah? 3. Bagaimana dukungan personil dalam menunjang pengangkutan sampah dan strategi untuk peningkatan kinerja instansi dan peningkatan pelayanan sampah ditinjau dari aspek kelembagaan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi teknis operasional pengangkutan sampah Kecamatan Rappocini berkaitan dengan waktu dan efisiensi pengangkutan, jumlah kendaraan dan jumlah sampah terangkut, serta kebutuhan prasarana dan sarana untuk meningkatkan pelayanan pengangkut yang efektif. 2. Menentukan biaya operasional dan pemeliharaan pengangkutan sampah serta membuat optimasi biaya pengangkutan persampahan berdasarkan hasil evaluasi. 3. Menentukan strategi peningkatan kinerja pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Memberikan gambaran dan masukan pada perusahaan atau instansi yang mengelola sistem distribusi sejenis dalam membangun sistem distribusi yang efektif dan efisien. 2. Memberikan kontribusi ilmiah pada penelitian yang berkaitan dengan sistem distribusi dengan cross-docking untuk melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Model operasional cross-docking yang dikembangkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruanglingkup dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan pada bulan April Juli tahun

28 2. Wilayah penelitian adalah TPS yang berada di 8 Kelurahan di Kecamatan Rappocini. 3. Data kependudukan mencakup data tahun Data pengangkutan sampah meliputi data tahun Proyeksi pengangkutan sampah dihitung sampai dengan tahun Penelitian dibatasi pada perhitungan untuk memenuhi kebutuhan kendaraan pengangkut dan kebutuhan kontainer hingga tahun Analisis SWOT hanya dilakukan secara kualitatif, untuk penentuan strategi penyediaan TPS dan kendaraan pengangkut. 26

29 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua jenis limbah berbentuk padat yang bersumber dari kegiatan manusia dan hewan yang dibuang karena tidak bermanfaat dan kehadirannya tidak di inginkan lagi (Tchobanoglous et al., 1993). Pengertian sampah mengalami perubahan pada tahun terakhir ini karena aspek pembuangan tidak disebutkan lagi dengan jelas. Dimana pada masa sekarang ada kecenderungan untuk tidak membuang sampah begitu saja, melainkan sedapat mungkin melakukan pengolahan atau daur ulang. Hal ini tertuang pula dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 disebutkan pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam PP No. 81 tahun 2012 disebutkan definisi dari sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi : a. Pembatasan timbulan sampah b. Pendauran ulang sampah c. Pemanfaatan kembali sampah Sedangkan kegiatan penanganan meliputi : a. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan Sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST). 27

30 c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST). d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Dalam PP 81 Tahun 2012, dikatakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Selain perseorangan, prosedur juga wajib melakukan pembatasan timbulan sampah, yaitu: a. Menyusun rencana atau program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha atau kegiatannya. b. Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Pola operasional pengelolaan sampah ini kemudian berkembang karena adanya konsep 3R ( reduce, reuse, recycle) yang diterapkan mulai dari sumber sampah. Pola pengelolaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Adanya program 3R diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang ditangani di TPS 3R maupun di TPST atau TPA, sehingga menurunkan beban pengelolaan sampah pada skala kota maupun skala regional. Dalam menentukan strategi pengelolaan sampah diperlukan informasi mengenai komposisi, karakteristik dan laju timbulan sampah. Misalnya, sampah yang didominasi oleh jenis sampah organik mudah membusuk memerlukan kegiatan pengumpulan dan pembuangan dengan frekuensi yang lebih tinggi dari sampah yang tidak mudah membusuk, seperti kertas, pelastik daun dan sebagainya. 28

31 2.1.1 Laju Timbulan Sampah Pengertian timbulan sampah dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 adalah banyaknya sampah dalam satuan berat dan volume, yaitu: Satuan berat : Kilogram per orang per hari (k g/orang/hari) atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari (kg/m 2 /hari). Satuan volume : Liter per orang per hari (L/orang/hari/) L per meterpersegi bangunan per hari (L/m 2 /hari). Kota kota di Indonesia umumnya menggunakan satuan volume. Untuk menghitung laju timbulan sampah dapat dilakukan dengan pengukuran berat dan volume atau keduannya. Menurut Tchobanoglous et al., (1993) ada beberapa cara untuk menghitung laju timbulan sampah yaitu : 1. Analisis penghitungan beban (Load Count Analysis) Analisis ini dihitung dengan mencatat jumlah masing-masing volume yang masuk ke TPA baik volume, berat, jenis angkutan dan sumber sampah kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota selama periode waktu tertentu. 2. Analisis berat volume (Weight Volume Analysis) 3. Analisis kesetimbangan bahan ( Material Balance Analysis) Analisis ini menggunakan diagram kesetimbangan massa. Diagram dibuat untuk menghitung jumlah timbulan sampah dari suatu sistem yang telah ditentukan. Gambar diagram alir kesetimbangan massa dapat dilihat pada gambar

32 Outflow Gas pembakaran dan debu Inflow (bahan) Penyimpanan bahan-bahan (bahan baku, produk dan sampah) Outflow Outflow Outflow Sampah dan air imbah Batasan Sistem Gambar 2.1 Diagram Alir Kesetimbangan Massa (Tchobanoglous et al., 1993) Faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlah penduduk. Sebelum laju timbulan sampah terlebih dahulu dihitung proyeksi penduduk sampah pada tahun perencanaan (Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2011). Ada beberapa cara untuk melakukan proyeksi penduduk, antara lain metode aritmatik, geometrik dan least square. Pemilihan metode tergantung pada kecenderungan pertumbuhan penduduk dan karakteristik kota. 1. Metode Aritmatik Metode yang terutama digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara linear. Persamaan matematis yang digunakan adalah: Pn = Po + r (dn) (2.1) Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun dn = Kurun waktu proyeksi 30

33 2. Metode Geometrik Metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu daerah dimana pertambahan penduduk terjadi secara eksponsial. Persamaan matematik yang digunakan adalah: Pn = Po (1 + r) dn. (2.2) Dimana : Pn = Jumlah pada akhir tahun periode Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi r = Rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun dn = Kurun waktu proyeksi 3. Metode Least Square Rumus yang digunakan untuk proyeksi penduduk dengan metoda least square adalah: Pn = a + (b. t)....(2.3) Dimana : t = tambahan tahun perhitungan dari tahun dasar. = ( ).( ) (. ) ( )...(2.4) =. ( ). (2.5) Penentuan metoda yang dipakai diatas, terlebih dahulu dihitung nilai korelasinya (r) un tuk tiap-tiap metoda. Hasil perhitungan dengan nilai korelasi mendekati 1 yang akan dipakai rumus matematisnya. Untuk menghitung korelasi digunakan rumus : = { ( ) ( ) }{ ( ) ( ) }.(2.6). 31

34 2.1.2 Komposisi dan Karakteristik Sampah Komposisi Sampah Komposisi sampah sangat menentukan sistem penanganan yang dilakukan terhadap sampah. Komposisi menentukan jenis dan kapasitas peralatan, sistem dan bagaimana menangani sampah. Komposisi sampah adalah setiap komponen sampah yang membentuk suatu kesatuan presentase (%). Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku masyarakat serta kondisi ekonomi yang berada dan proses penanganan sampah di sumber sampah. Tabel 2.1 Komposisi Sampah Berdasarkan Sumber Sampah. No Sumber Sampah Komposisi Sampah 1 Kantor Kertas Karton Plastik Cartridge printer bekas Sampah makanan 2 Rumah Sakit Kertas Logam Kapas bekas (jarum spuit) Plastik Perban bekas (pembungkus spuit bekas) Potongan jaringan Kaca (botol obat, tubuh pecahan kaca) Sisa-sisa obat Sampah makanan 3 Pasar Sampah organik sudah membusuk Kayu pengemas Plastik Karet Kertas/karton Kain 4 Lapangan Olah Raga kertas sampah 32

35 No Sumber Sampah Komposisi Sampah plastik makanan potongan rumput 5 Lapangan Terbuka ranting/daun kering potongan rumput 6 Jalan dan Lapangan Parkir kertas daun kering plastik 7 Rumah Tangga sampah logam makanan kain kertas/karton daun, plastik ranting 8 Pembangunan Gedung pecahan bata kayu pecahan beton kertas pecahan ranting plastik Sumber: Direktorat Pembangunan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Komposisi sampah berbeda-beda disetiap kota tergantung kondisi ekonomi suatu kota atau negara bersangkutan. Pada umumnya makin tinggi tingkat perekonomian suatu kota atau negara, komposisi sampah organik akan menurun dan komposisi sampah non organik akan meningkat Karakteristik Sampah Karakteristik sampah sangat menentukan metoda pengolahan yang akan digunakan. Karakteristik sampah secara umum dibedakan atas.: 1. Karateristik Fisik, Terdiri Atas (Tchobanoglous et al., 1993) : - Kandungan kadar air, penentuan beberapa kandungan kadar air dalam sampah dengan menggunakan metoda gravimetric - Specific Weight / Berat Jenis (berat/volume; kg/liter,lb /ft3) berat jenis sampah sangat penting diketahui untuk menentukan volume kontainer, fasilitas yang harus disiapkan dalam pengangkutan sampah maupun 33

36 pengumpulan sampah. Densitas sampah merupakan berat sampah yang dihitung dalam satuan kilogram dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m 3 ). Densitas sangat bergantung pada sampel sampah yang diukur, apakah sampah lepas, sampah dalam gerobak yang mungkin telah mengalami pemadatan atau sampah dalam truck kompactor. - Ukuran partikel dan distribusi partikel. - Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat ditahan oleh sampah secara gravitasi. - Permeabilitas sampah, sangat penting untuk mengetahui pergerakan cairan dan gas dalam landfill. 2. Karakter Kimiawi, Terdiri Atas (Tchobanoglous et al., 1993) : - Proximate Analysis, yaitu merupakan analisi kelembaban sampah, kandungan Volatile dalam sampah, Fixed Carbon dan Ash di dalam sampah. - Fusing Point of Ash, untuk mendapatkan abu/debu (clinker) temperature yang digunakan adalah 1000 o C - Ultimate Analysis, merupakan analisis terhadap unsur-unsur kimia penyusun sampah. - Energy Content (Btu/lb), merupakan analisis kandungan energy dalam sampah. 3. Karakteristik biologi, diukur dengan cara Biodegradability yaitu kemampuan sampah untuk diuraikan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme Teknik Pengelolaan Sampah Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan merupakan kegiatan terpadu dimulai dari pewadahan sampai pengangkutan akhir sampah. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat hubungan keterpaduan setiap aspek dalam pengelolaan sampah. 34

37 . Gambar 2.2 Hubungan Setiap Aspek Dalam Pengelolaan Sampah (Tchobanoglous et al., 1993). Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan adalah (SNI ) : 1. Kepadatan dan penyebaran sampah. 2. Karakteristik lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi 3. Timbulan dan karakteristik sampah 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat 5. Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah 6. Rencana tata ruang dan pembangunan kota 7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir sampah 8. Biaya yang tersedia 9. Peraturan daerah setempat Sumber Sampah Sumber sampah seperti telah dijelaskan dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai asal timbulan sampah. Sampah yang akan dikelola dibedakan atas : 1. Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan seharihari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. 35

38 2. Sampah jenis sampah rumah tangga sebagaian dimaksud berasal dari kawasan komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. 3. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun 2. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun 3. Sampah yang timbul akibat bencana 4. Bongkahan bangunan 5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah 6. Sampah yang timbul secara tidak priodik Sampah rumah tangga bersumber dari aktifitas rumah atau dapur serta aktifitas rumah tangga lainnya. Jenis tipe sampah yang dihasilkan terutama berupa sampah basah kering dan debu. Sampah sejenis sampah rumah tangga bersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan dan sebagainya. Sebagaian besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa sampah orgaik. Kategori sampah spesifik dikelola secara terpisah dengan jenis sampah yang lain karena mempunyai sifat spesifik yang harus ditangani secara khusus Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah Untuk melakukan pengelolaan sampah jenis peralatan yang dapat digunakan dan dapat disediakan oleh instansi terkait maupun masyarakat. Jenis peralatan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Tabel

39 Tabel 2.2 Jenis Peralatan Pengelolaan Sampah No Jenis Peralatan Kapasitas Pelayanan Umur Vol KK Jiwa 1 Wadah Individu Kantong Pelastik 10-40L 1 6 Bin/Tong 40L 1 6 Teknis (Tahun) Sekali pakai Wadah Komunal 0,5-1,0m Gerobak Sampah / 1 m sejenisnya 4 Kontainer/Amroll 6 m Truck 8 m 3 10 m Transfer Depo Type I Type II Type III (> 200 m 2 ) ( m 2 ) (10-20 m 2 ) 6 Truck Kecil ( truk 2 m 3 s/d 500 s/d mini) 7 Truck Jungkit Sampah 7-10 m ,5 ton 8 Arm-roll truck 6 m 3 8 m 3 10 m Buldozer-caterpilar D60 Sumber : SNI

40 Tabel 2.3 Kebutuhan Minimal Peralatan atau Bangunan dan Personil. No Jenis Peralatan/Klasifikasi Pengelolaan I 80 Rumah II Rumah III Rumah IV >200 Rumah 1 Timbulan Sampah 0,5 m 3 7,5 m 3 30 m 3 >30 m Wadah Individu - Wadah Komunal bh 3 unit unit >2.000 unit >12 unit 3 Alat Pengumpul -Gerobak 1 4 unit 16 unit >16 unit Sampah/Sejenisnya 4 Alat Angkut - Mini Truck 1 - Truck Jungkit 1 unit Sampah - Armroll Truck + 3 Kontainer 1 unit >1 unit >1 unit 5 Transfer Depo I 1 unit 1 unit Transfer Depo II 1 unit Atau Atau Transfer Depo III 1 unit 1 unit 6 Kebutuhan Personil -Pengumpulan >16 -Pengangkutan Pembuangan akhir 6 8 >8 & Staf Administrasi Sumber : SNI Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah merupakan aspek penting dalam pengelolaan sampah, dimanan pengangkutan adalah kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpul terakhir dari siklus pengumpul sampah ke TPA pada pengumpulan dengan pola 38

41 individu langsung atau dari tempat pemindahan (transfer depo atau transfer station) penampungan sementara (TPS, LPS, TPS, 3R) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan atau pemrosesan akhir (TPA). Banyak kota mengalami masalah dalam pengelolaan sampah, salah satu faktor yang kritis adalah pengangkutan, karena penggunan biaya yang tinggi dan banyak sumber daya ( Ismail et al,. 2012). Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan waktu karja yang tidak efisien 2. Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat 3. Rute pengangkutan yang tidak efisien 4. Tingkah laku petugas 5. Aksesibilitas yang kurang baik Topografi daerah juga mempengaruhi kegiatan pengangkutan sampah, kaitannya dengan waktu pengangkutan sampah ke TPA dan pemakaian bahan bakar saat pengangkutan, sehingga rute pengangkutan diatur agar tidak terlalu panjang (Zsigratiova et al,. 2009) Pemilihan Prasarana dan Sarana Bidang Persampahan Komponen biaya terbesar dalam pengelolaan sampah adalah penyediaan dan pengoperasian alat-alat berat dan alat-alat angkut persampahan mulai dan biaya pembelian, pengoperasian (termasuk gaji operator, bahan bakar dan lain -lain) serta peliharaan (seperti mekanik, spare parts dll). Tidak cocoknya pemilahan alat -alat angkut untuk persampahan, pemeliharaannya yang kurang baik, dan tidak terlatihnya operator dalam mengoperasikan alat angkut dapat menimbulkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada alat tersebut. Sehingga ketersediaan alat angkut yang beroperasi menjadi sangat rendah dan menimbulkan banyak biaya untuk perbaikannya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui alat yang cocok dan cara pengoperasian yang benar untuk alat-alat angkut persampahan. Faktor-faktor yang menentukan pemilihan alat angkut adalah sebagai berikut : 39

42 a. Banyaknya timbulan sampah yang akan ditangani adalah satuan ton timbulan sampah perhari serta mengetahui jenis sampah yang akan ditangani. b. Pola pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah c. Jenis, lebar, serta kondisi kualitas jalan yang akan dilalui d. Tipe dan ukuran dari fasilitas TPS e. Fasilitas yang dimiliki TPS, meliputi : 1. Lokasi, dimensi, dan jenis TPS yang ada 2. Proses yang dilakukan di TPS 3. Pemadatan yang ingin dicapai di TPS 4. Spesifikasi alat transportasi di TPS seperti truck pengangkut sampah/dump Truck yang memiliki alat berat pembantu untuk menaikan sampah ke Dump Truck. 5. Pengaturan operasional keluar/masuk alat angkut sampah di TPS Persyaratan alat pengangkut sampah antara lain adalah sebagai berikut (Damanhuri & Tri Padmin, 2010) : 1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring 2. Tinggi bak maksimal 1,6 m 3. Sebaiknya ada alat ungkit 4. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui 5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah. Klasifikasi pengelolaan, tipe bangunan dan TPS (SNI ) a. Klasifikasi Pengelolaan 1. TPS tipe 1 dapat melayani sebanyak jiwa 2. TPS tipe II dapat melayani sebanyak jiwa 3. TPS tipe III dapat melayani sebanyak jiwa b. Klasifikasi TPS 40

43 1. TPS tipe I Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah dilengkapi dengan Ruang pemilahan Gudang Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container Luas lahan ± m2 2. TPS tipe II Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah dilengkapi dengan : Ruang pemilahan (10m2) Pengelolaan sampah organic (200m2) Gudang (50m2) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60m2) Luas lahan ± m2 3. TPS tipe III Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan: Ruang pemilahan (30m2) Pengomposan sampah organic (800m2) Gudang (100m2) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60m2) Luas lahan > 200 m2 2.3 Sistem Pengangkutan Sampah Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau dari Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) atau dari Tempat Pengelolaan Sampah 41

44 Terpadu (TPST) ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sebagaian besar permasalahan dalam pengelolaan sampah adalah masalah pengangkutan sampah. 1. Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan sampah. Menurut SNI ada beberapa pola pengangkutan yaitu : a. Pola pengangkutan Sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah. b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitas. c. Selanjutnya diangkut ke TPA d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah berikut sampai terpenuhi ritasi yang di tetapkan. Selengkapnya dapat di lihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individu Langsung (SNI ) 42

45 2. Sistem pemindahan / Transfer Depo Gambar 2.4 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Transfer Depo (SNI ) Pada sistem ini pengangkut dari Pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke depo untuk mengambil pada rit berikutnya, sebagaimana Gambar 2.4. Berikut Tabel 2.4 proses pemilahan alat angkut sampah yang terdapat pada SNI

46 Tabel 2.4 Proses Pemilahan Alat Angkut Sampah. Pola Pengumpulan Sampah Kondisi Jalan Alat Angkut Individu Langsung Lebar dan memadai Compactor Truck (CV)/Armroll truck (ART)/Dump truck (DT) Individu Tidak Langsung Komunal Langsung Jalan sempit atau gang Jalan sempit atau gang Gerobak (GS)/Becak (BS)/Motor (MS) untuk mengangkut sampah dari sumber ke TPS pengangkut dari TPS ke TPA menggunakan CT/ART/DT Komunal Tidak Jalan semoit atau Langsung gang Sumber : SNI Rute Pengangkutan Sampah Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem pemindahan ( transfer depo) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Houled Kontainer Sistem = HCS) atau pun sistem kontainer tetap ( Stationary Kontainer Sistem = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis menggunakan truk compactor dan kontainer yang pas dengan jenis truknya, sedangkan sistem manual menggunakan tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan lainnya Sistem Pengangkutan Dengan Kontainer Angkut (Hauled Container System = HCS) Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat HCS, pola pengangkutan yang digunakan ada tiga cara, yaitu : 44

47 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 1 Gambar 2.5 Pola Kontainer Angkat 1 (SNI ) Proses pengangkutan : - Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA - Kontainer kosong dilakukan ke tempat semula. - Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA - Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula - Demikian seharusnya sampai rit akhir. 45

48 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 2Proses Pengangkutan : Gambar 2.6 Pola Kontainer Angkat 2 (SNI ) - Kendaraan dari pola menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA - Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkat ke TPA - Demikian seterusnya sampai rit terakhir - Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool. 46

49 Sistem Pengosongan Kontainer Cara 3 Gambar 2.7 Pola Kontainer Angkat 3 (SNI ) Proses Pengangkutan : - Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA - Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi berikutnya demikian seterusnya sampai rit akhir Sistem Pengangkutan Dengan Kontainer Tetap (Station Container System = SCS) Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk kompactor secara mekanis (Gambar 2.8) atau manual (Gambar 2.9). Pola pengangkutan dengan cara mekanis adalah sebagai berikut : - Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk kompactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong. - Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA 47

50 - Demikan seterusnya sampai rit terakhir. Gambar 2.8 Sistem Kontainer Tetap Secara HCS (SNI Proses pengangkutan dengan manual adalah : - Kendaraan dari poolmenuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam truk kompactor atau truk biasa. - Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA - Demikian seterusnya sampai rit terakhir Sarana dan Prasarana Pengangkutan Sampah Peralatan dan perlengkapan pengangkutan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - Sampah harus tertutup selama pengangkutan, agar sampah tidak berceceran di jalan - Tinggi bak maksimal 1,6 meter - Sebaiknya ada alat pengungkit - Tidak bocor, agar lindi tidak berceceran selama pengangkutan - Disesuaikan dengan jalan yang dilalui 48

51 - Disesuaikan dengan kemampuan dana dan teknik pemilahan Jenis peralatan pengangkitan bermacam-macam misalnya : a. Dump Truck Dump Truck kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkut bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Masih secara manual dengan menggunakan tenaga kerja. Dump truck ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m 3, 8m 3, 10m 3, 14m 3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat diambil apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah rit atau ritasi perhari minimal 3 dan jumlah crew maksimum 3. Agar tidak menggangu lingkungan selama perjalanan ke TPA, dump truck sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal atau jaring. b. Armroll Truck Armroll Truck Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkut bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Armroll truck ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m 3, 8m 3, 10m 3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan armroll truck dapat dicapai apabila memenuhi bebrapa kriteria yaitu jumlah rit atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew maksimal 1. Agar tidak menggangu lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer sebaiknya memiliki tutup dan tidak rembes sehingga leachate mudah tercecer. Kontainer yang tidak memiliki tutup sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal selama pengangkutan. Pemilihan jenis peralatan yang digunakan dalam proses pengangkutan sampah dengan pertimbangan Faktor-faktor sebagai berikut : - Umur teknis peralatan 5-7 tahun - Kondisi jalan daerah oparsi - Jarak tempuh - Karakteristik sampah - Tingkat persyaratan sanistasi yang dibutuhkan 49

52 - Daya dukung pemiliharaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Operasional Pengangkutan Sampah. Sistem pengangkutan sampah merupakan kegiatan yang dipengaruhi oleh timbulan sampah dan Faktor-faktor yang lain (Tchobanoglous et al., 1993). Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengangkutan sampah: 1. Rute Pengangkutan Rute pengangkutan dibuat agar pekerjaan dan peralatan dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya rute pengumpulan dicoba-coba, karena rute tidak dapat digunakan pada semua kondisi. Pedoman yang dapat digunakan dalam membuat rute sangat tergantung dari beberapa faktor yaitu : a. Peraturan lalu lintas yang ada b. Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut c. Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir didekat jalan utama, gunakan topografi dan kondisi fisik daerah sebagai batas rute. d. Pada daerah berbukit, usahakan rute dimulai dari atas dan berakhir dibawah e. Rute dibuat agar container atau TPS terakhir yang akan diangkat yang terdekat ke TPA f. Timbulan sampah pada daerah sibuk atau lalu lintas padat diangkut sepagi mungkin g. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah terbanyak, diangkut lebih dahulu h. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah sedikit, diusahakan terangkut dalam hari yang sama. Pada langkah awal pembuatan rute maka ada beberapa langkah yang harus diikuti agar rute yang direncanakan menjadi lebih efisien, yaitu: a. Penyiapan peta yang menunjukkan lokasi-lokasi dengan jumlah timbulan sampah 50

53 b. Analisis dan diplot ke peta daerah pemukiman, perdagangan, industry dan untuk masing-masing area, diplot lokasi, frekuensi pengumpulan dan jumlah kontainer. c. Layout rute awal d. Evaluasi layout rute awal dan membuat rute lebih seimbang dengan cara dicoba-coba. Setelah langkah awal ini dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan rute dan sangat dipengaruhi oleh pengangkutan yang digunakan yaitu sistem HCS atau SCS. 2. Pendekatan Perhitungan Jumlah Rit Beberapa parameter pengangkutan sampah yang dapat didekati dengan persamaan matematis adalah : - Waktu perjalanan - Pick up time - Jumlah perjalanan - Jumlah waktu kerja dalam seminggu - Jumlah rit per minggu a. Perhitungan SCS - Waktu perjalanan Waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk setiap rit : T scs = P scs + s + a + b x... (2.7) Dimana : P scs = waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi pertama sampai lokasi terakhir (jam/rit) s = waktu terpakai dilokasi untuk menunggu dan membongkar sampah di TPA a,b = konstanta, bersifat empiris, a (jam/rit) dan b (jam/rit) x = jarak rata-rata TPA ke TPS, km/rit dengan : P scs = C t.uc + (np 1 )dbc..... (2.8) Dimana : 51

54 dengan : C t = jumlah kontainer dikosongkan per rit, kontainer/rit Uc=waktu rata-rata pengosongan kontainer, jam/kontainer n p = jumlah lokasi kontainer per rit dbc = waktu rata-rata antara lokasi kontainer, jam/lokasi C t = vr / cf....(2.9) Dimana : V = volume alat angkut m 3 /rit r = ratio pemadatan c = volume kontainer, m 3 /kontainer f = faktor penggunaan berat kontainer Jumlah rit per hari dapat dihitung dengan rumus : N d = Jumlah rit per hari V d = Jumlah sampah per hari Dari jumlah rit per hari, maka waktu sebenarnya yang dibutuhkan : H = [ (t 1 + t 2 ) + N d.t scs ] / (1-W)....(2.11) Dimana : H = waktu kerja per hari, jam/hari t 1 = waktu dari garasi kelokasi pertama, jam t 2 = waktu dari lokasi terakhir kegarasi, jam b. Perhitungan HCS - Waktu perjalanan Waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk setiap rit : T HCS = P HCS + s + h.. (2.12) Dimana : T HCS = waktu yang diperlukan per rit, jam / rit P HCS = pick up time per rit, jam/rit s = at site time, jam/rit 52

55 h = haul time per rit, jam/rit Haul time h = h 1 + h 2.. (2.13) Dimana : a = konstanta empiris, jam/rit b = konstanta empiris, jam/rit c = jarak angkut per rit, km/rit - Pick Up Time P HCS = pc + uc + bdc.... (2.14) Dimana : pc = Pick up time ( waktu mengangkut kontainer ke truk ) uc = waktu pengosongan kontainer, jam/kontainer dbc = waktu rata-rata perjalanan antara lokasi kontainer, jam/rit W = faktor off route h 1 = jarak dari TPS ke TPA h 2 = jarak dari TPA ke TPS - Jumlah Perjalanan Jumlah Perjalanan (rit) per kendaraan per hari : Nd = [{H*(1-W)} (t 1 +t 2 )]/T...(2.15) Dimana : Nd = jumlah perjalanan H = waktu perjalanan W = faktor waktu non produktif - Jumlah Waktu Kerja dalam Seminggu Dw = t w ( P HCS + s + a + b.x ) / ( 1 W ).. (2.16) Dimana : D w = waktu pelayanan / minggu tw = nilai pembulatan N w, rit/minggu 53

56 - Jumlah Rit Perminggu Nw = Vw / c.f (2.17) Dimana : N w = jumlah rit perminggu V w = volume timbulan sampah perminggu, m 3 /minggu c = rata-rata ukuran kontainer, m 3 /rit f = faktor utilitas kontainer/sebagai fraksi pengisian kontainer. 2.4 Aspek Pembiayaan Dalam Pengangkutan Sampah Aspek pembiayaan menjadi faktor dominan untuk berjalannya suatu kegiatan termasuk sistem pengangkutan sampah. Dalam SNI yang mengatur tata cara pengelolaan sampah yaitu : Biaya pengumpulan % Biaya pengangkutan % Biaya pembuangan akhir % Komponen pembiayaan pengangkutan sampah mempunyai porsi yang paling tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan ini sangat penting jika dioptimalkan dan diefektifkan maka akan diperoleh pengamatan yang cukup signifikan. Dengan malakukan manajemen biaya yang tepat akan menghemat pengeluaran energy dan biaya tenaga kerja (Koushki et al., 2004). Struktur biaya pengelolaan sampah dapat diklasifikasi sebagai berikut : a. Biaya investasi, meliputi : Biaya pengadaan sarana/peralatan Biaya pembuatan studi pengelolaan sampah Biaya penyususnan sistem/prosedur Biaya start up atau suntikan dan saat penerapan sistem baru Biaya pendidikan dan platihan awal b. Biaya operasional dan pemeliharaan, meliputi : Gaji dan upah karyawan/pekerja 54

57 Biaya transportasi (bahan bakar, oli, accu, dll) Biaya pemeliharaan dan perbaikan sarana prasarana Biaya utilitas lain seperti listrik, air bersih, telepon, dll Biaya administrasi Biaya pendidikan dan latihan Menurut SNI total biaya operasional pengelolaan sampah tiap tahun biaya-biaya diatas masih harus ditambah dengan penyusunan atau depresiasi dari pralatan yang digunakan. Aspek pembiayaan juga menyangkut dengan retribusi dimana penentuan tarif retribusi tersebut harus berdasarkan pada : Biaya pengelolaan Kemampuan Pemerintah Daerah mensubsidi ( ± 20 % ) Kemampuan Masyarakat ( ± 1% dari income ) Prinsip Cross subsidi Klasifikasi wajib retribusi Pembobotan yang memadai Sedangkan untuk pelaksanaan penarikan retribusi harus dilakukan pengaturan terhadap : Sistem pengendalian pemungutan yang efektif Wilayah penagihan dan pelaksanaan penagihan Publikasi pemberlakuan struktur tarif Upaya peningkatan efisiensi penagihan Berdasarkan tarif jasa pelayanan diorientasikan mampu menghasilkan pendapatan yang mampu membiayai penyelenggaraan pelayanan secara impas ( cost recovery). Sementara retribusi dapat digunakan sebagai alat pengendali laju timbulan sampah dan pemilahan sampah. tarif retribusi sebaiknya proporsional terhadap biaya pengelolaan dan jenis layanan yang dilakukan dan proses pemilahan. 2.5 Aspek Kelembagaan Institusi pengelolaan persampahan merupakan kunci dalam suatu sistem pengelolaan persampahan. Instansi pengelola sampah tersebut mempunyai tugas 55

58 tidak hanya memberikan pelayanan kebersihan kota saja tetapi juga mampu mengembangkan kapasitas dan potensi yang ada dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat. Struktur instansi atau lembaga dan masing-masing bagian menggunakan aktifitas utama dalam pengelolaan sampah seperti pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir. Instansi atau lembaga harus memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam hal manajemen pengelolaan sampah dan teknis pengangkutan sampah. Bentuk lembaga atau instansi pengelolaan persampahan sebaiknya diseuaikan dengan status kotanya, sebagai berikut : Kota Metro dan Besar : Dinas Kebersihan atau Perusahaan Daerah Kota Sedang dan Kecil : Dinas Kebersihan ( >250 ribu jiwa ) dan Dinas Kebersihan dan Pertanaman ( ribu jiwa) Ibu Kota Kabupaten : UPTD atau Seksi di bawah PU Indikator yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan pengukuran kinerja dari lembaga pengelolaan sampah antara lain : jumlah petugas kebersihan, struktur pembiayaan, potensi pembiayaan, subsidi pembiayaan, jumlah timbulan sampah, kapasitas pengumpul sampah, kapasitas pengangkutan sampah, kapasitas pengelolaan dan pembuangan sampah. Secara umum permasalahan yang ada pada instansi pengelola sampah (DPUM 2008) sebagai berikut : Bentuk instansi yang ada pada umumnya belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, terlalu sederhana, belum sesuai dengan kewenangan pelayanan yang dibutuhkan Sebagian besar institusi pengelolaan persampahan adalah bentuk dinas, sub dinas atau seksi dengan kewenangan yang terbatas Massih kurangnya kerjasama antara instansi terkait Struktur instansi kebanyakan belum sesuai dengan kapasitass dan beban kerja, belum menggunakan siklus aktivitas tahapan pengelolaan, lingkup tugas belum jelas dan fungsi pembinaan masyarakat belum optimal 56

59 Tata laksanan kerja pada umumnya belum dinyatakan secara jelas, termasuk prosedur penarikan retribusi. Demikian pula pencatatan administrasi rutin sering tidak ada Tenaga ahli terbatas. Penempatan personil kurang terencana pemanfaatan kurang seimbang serta jenjang karir yang tidak jelas Motivasi karyawan yang kurang, karena ada tanggapan bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan sampah adalah hal yang kurang bermanfaat dan kurang menarik. 2.6 Analisis SWOT SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah didalam mengelola daerahnya. Analisis ini dapat didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan ( Srengths) dan peluang ( Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2004). Analisis SWOT ( Strengths S, Weaknesses W, Opportunities O, Threats T) dilakukan dengan mengidentifikasi faktor strategis internal dan faktor strategi eksternal, untuk menyusun strategi agar pelayanan pengangkutan sampah dapat dioptimalkan dan ditingkatkan, secara mampu meningkatkan kinerja institusi yang professional dan berkualitas. Pembobotan dalam analisis ini menggunakan nila 1,0 (paling tinggi ) sedangkan 0,0 (tidak penting). Selengkapnya nilai pembobotan tersebut, yaitu: Nilai 1,0 menyatakan paling penting Nilai 0,75 menyatakan penting Nilai 0,5 menyatakan cukup penting Nilai 0,25 menyatakan kurang penting Nilai 0,0 menyatakan tidak penting Nilai Bobot diperoleh dengan perhitungan: = 57

60 Penilaian masing-masing faktor dengan memberikan skala nilai 1 sampai 4 dengan ketentuang sebagai berikut : Nilai 1 menyatakan pengaruh tidak kuat Nilai 2 menyatakan pengaruh kurang kuat Nilai 3 menyatakan pengaruh cukup kuat Nilai 4 menyatakan pengaruh kuat a. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor-faktor dari dalam organisasi yang mempengaruhi manajemen suatu organisasi, yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap panting. Kekuatan adalah faktor-faktor yang timbul dari dalam objek yang dapat digunakan sebagai keunggulan dengan objek pesaing. Kelemahan adalah faktor-faktor yang timbul dalam suatu objek yang dapat melemahkan keadaan objek itu sendiri atau faktor kelemahan adlah keterbatasan atau keraguan dalam hal ini sumber keterampilan atau kemampuan dan menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar, yang berkaitan dengan peluang dan ancaman. Peluang adalah faktor-faktor yang timbul dari luar organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan organisasi atau faktor peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan, dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor strategi dalam konsisi yang ada pada saat ini, hal ini disebut dengan analisis situasi. Kinerja dapat ditentukan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Alat yang dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategi instansi adalah menarik SWOT dapat dilihat pada tabel

61 Tabel 2.5 Matrik Analisis SWOT Internal S (Strenght) W (Weaksness) Tentukan faktor faktor Tentukan faktor faktor kekuatan internal kelemahan internal Eksternal O (Ipportunity) Strategi SO: Strategi WO: Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang Tentukan faktor faktor menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan peluang eksternal untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan peluang peluang T (Threat) Stategi ST: Strategi WT: Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang Tentukan faktor faktor menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan ancaman eksternal untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman Sumber : Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis, Freddy Rangkuti, 2004 Keterangan : - Strategi SO : Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk membuat peluang sebesar-besarnya - Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman - Strategi WO : strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara minimalkan kelemahan yang ada. - Strategi WT : strategi didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha minimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 59

62 (halaman ini sengaja dikosongkan) 60

63 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan gambaran penelitian yang dilakukan dengan pemodelan deskriptif. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu keadaan, gejala atau kelompok tertentu yang diteliti di lapangan (Koentjaraningrat, 2006). Gambaran dari penelitian ini mencakup kondisi pelayanan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Di Kecamatan Rappocini Kota Makassar oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. Kondisi pelayanan di lapangan merupakan kondisi teknis pengangkutan, keuangan dan kelembagaan. Dengan mengetahui kondisi eksisting di lapangan dan menganalisis berdasarkan konsep yang ada diharapkan dapat menghasilkan suatu strategi untuk mengurangi permasalahan. Ide penelitian ini muncul karena adanya masalah pengangkutan sampah yang tidak dapat berjalan dengan baik sesuai standar operasional dan harapan yang telah ditetapkan. Dengan adanya ide penelitian maka dimulailah tahapan penelitian. Tahapan penelitian ini adalah perumuasan masalah, yang dilakukan untuk mendapatkan dasar teori dari sumber-sumber seperti buku maupun penelitianpenelitian terdahulu. Penelitian dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisa untuk didapatkan kesimpulan hasil penelitian dan membuat rekomendasi serta saran bagi Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Makassar. Untuk penelitian lebih lanjut dan untuk memudahkan pengertian serta pemahaman dari setiap tahapan proses penelitian ini maka dibuat diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar

64 Pengumpulan Data Data Primer Data system pengangkutan sampah yang meliputi : - Kondisi TPS - Waktu yang dihitung dari pool menuju ke TPS (t 1 ) dan dari TPA menuju pool (t 2 ). - Waktu yang dibutuhkan truk untuk mengangkut container isi (pc) - Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak antar TPS (dbc) - Waktu bongkar muatan di TPS (s) - Waktu yang dibutuhkan dari TPS menuju TPA (h 1 ) - Waktu yang dibutuhkan dari TPA menuju TPS (h 2 ) Rute Pengangkutan wawancara Data Sekunder Data penduduk tahun Peta administrasi dari jaringan jalan Jumlah armada pengangkutan sampah Rute pengangkutan sampah Kecamatan Rappocini Data struktur OrganisasiPelayanan Pengangkutan Sampah Data Pembiayaan Evaluasi Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Evaluasi Aspek Teknis Evaluasi Aspek Finansial Evaluasi Aspek Kelembagaan Evaluasi teknis metode HCS & SCS Waktu dan jarak truk Jumlah trip perhari Armada pengangkutan Kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan (BOP) Evaluasi SDM pengelola sampah Analisis SWOT Usulan Penyelesaian Masalah Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Kesimpulan Dan Saran Gambar 3.1 Tahap Tahap Pengumpulan Data. 62

65 3.2 Tahap Penelitian Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder dengan : 1. Merumuskan latar belakang untuk menentukan tujuan maupun sarana dalam penelitian 2. Melakukan identifikasi permasalahan yang ada mengenai pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini 3. Melakukan kajian pustaka untuk memperoleh dasar-dasar teori yang berasal dari sumber-sumber baik buku maupun penelitian-penelitian terdahulu 4. Menetapkan matode penelitian yang akan dilaksanakan 5. Melakukan pengumpulan data primer dan data skunder, yaitu: Data Primer Pengumpulan data primer untuk aspek teknis, finansial dan kelembagaan dilakukan dengan cara : 1. Melakukan survey pengambilan data primer berupa pengamatan langsung terhadap kondisi fisik di lapangan, sistem pengangkutan eksisting dan sarana pengangkutan sampah yang digunakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. 2. Pengukuran waktu ritasi dan teknis operasional pengangkutan sampah di lapangan, yaitu melakukan pengamatan dengan mengikuti 8 dump truk yang ada, diikuti sebanyak 1 kali pengangkutan yang melalui rute yang sudah ada dan mencatat waktu yang diperlukan truk untuk mengangkut sampah. Data-data yang dikumpulkan adalah : a. Mengukur waktu kegiatan proses pemindahan sampah dengan menggunakan dump truck truck dari lokasi pengangkutan dan titi jalur pengangkutan sampai waktu pembongkaran di TPA. b. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk 1 kali ritasi pengangkutan dan jumlah waktu ritasi yang dapat dilakukan dalam satu hari. 63

66 c. Waktu pengamatan adalah waktu operasional sejak dititik yang direncanakan sebagai tempat penampungan sementara (TPS) pada masing-masing rute yang distudi. d. Parameter waktu yang dicatat adalah : - Waktu dari pool ke Tempat Penampungan Sementara (t 1 ) - Total waktu antara Tempat Penampungan Sementara (dbc) - Waktu dari TPS akhir ke Tempat Pemrosesan Akhir (h) - Waktu rata-rata pembongkaran di Tempat Pemrosesan Akhir (s) - Waktu dari TPA ke pool (t 2 ) - Waktu kerja per hari (H) - Faktor/waktu off route (W) 3. Pengukuran densitas sampah dilakukan dengan gerobak motor, pengukuran dilakukan dengan mengambil sampah pada gerobak motor yang kemudian dimasukan ke dalam kantong ukur dan menimbangnya, kemudian mengukur volume kendaraan pengangkut dilakukan sebanyak 3 kali. 4. Mengukur timbulan sampah yang ada di setiap TPS dengan cara, menimbang sampah pengangkut sebelum di masukkan ke dalam kontainer yang di lakukan sebanyak 8 kali. 5. Data pengangkutan dilakukan dengan metode wawancara secara langsung kepada Dinas Kebersihan Kota Makassar, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Kepala Seksi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini, Petugas TPA, Pengawas Pengangkutan, dan Staf. Dalam wawancara ini diharapkan dapat diperoleh data mengenai sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini, yaitu : - Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah - Jumlah pengemudi dan kernet truck - Perkiraan volume sampah yang terangkut ke TPA - Biaya operasional dan pemeliharaan - Pendanaan APBD dan Retribusi - Kondisi sumber daya manusia pengelola sampah - Hambatan-hambatan yang dihadapi dan Tugas pokok tata kerja. 64

67 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang ada berupa data dari BPS Kota Makassar, Bappeda Kota Makassar, Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar, kantor Kecamatan Rappocini dan Satuan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Kota Makassar. Data sekunder untuk aspek teknis, finansial dan lingkungan adalah sebagai berikut : a. Data timbulan sampah b. Data kependudukan c. Peta lokasi wilayah studi dan peta rute pengangkutan sampah d. Data kondisi wilayah topografi e. Data sarana pengangkutan sampah f. Data pembiayaan pengangkutan sampah Data tersebut diatas didapatka dari wawancara dengan staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar Metode Evaluasi Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan melakukan tinjauan terhadap aspek teknis, finansial dan kelembagaan Aspek Teknis Analisis aspek teknis kondisi eksisting pengangkutan yang meliputi sistem pengangkutan sampah yang terdiri dari perhitungan waktu jumlah ritasi/hari. Kemungkinan adanya upaya peningkatan/penambahan trip, serta jumlah TPS yang bisa dilayani dalam setiap hari kerja, jarak tempuh dan karakteristik sampah. Kemampuan dana dan pemilihan serta tingkah laku, pola kerja petugas, kajian evaluasi teknis membandingkan kondisi eksisting sistem pengangkutan sampah yang menggunakan sistem HCS dan SCS dengan kondisi ideal Aspek Finansial Kajian finansial berpedoman pada Operasional dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana persampahan serta SNI tentang Pengelolaan 65

68 Sampah di Permukiman. Perhitungan biaya meliputi biaya investasi dan kebutuhan biaya operasional serta biaya pemeliharaan untuk pengangkutan sampah. Analisis didasarkan pada biaya yang disediakan oleh pemerintah Aspek Kelembagaan Analisis pada aspek kelembagaan dalam penelitian dilakukan dengan mengkaji jumlah personil pada ( DKP ) saat ini dan dibandingkan dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja berdasarkan pada SNI tentang tatacara pengelolaan sampah di permukiman. Maka dikukan evaluasi kebutuhan dan tata laksana kerja dalam menganalisis aspek kelembagaan, perlu identifikasi berbagai faktor secara sistematis. 3.3 Usulan Penyelesaian Masalah Evaluasian studi akan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, dengan menentukan strategi apa yang mampu menanggulangi masalah persampah di Kecamatan Rappocini. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh pemecahan masalah berkaitan dengan aspek teknis, aspek kelembagaan, dan aspek pembiayaan. 3.4 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan akan diambil berdasarkan hasil penelitian dan analisis. Kesimpulan yang diambil harus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah penentuan jumlah trip, biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasional pengangkutan sampah, dan strategi meningkatkan kinerja dan pelayanan pengangkutan persampahan. 66

69 (halaman ini sengaja dikosongkan) 67

70 4 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1 Administrasi dan Letak Geografis Kecamatan Rappocini merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan dengan : - Utara :Kecamatan Panakkukang - Timur :Kecaamatan Panakkukang Kabupaten Gowa - Selatan :Kecamatan Tamalanrea - Barat :Kecamatan Mamajang dan Kecamatan Makassar. Kecamatan Rappocini merupakan daerah bukan pantai. Menurut jaraknya, letak masing-masing kelurahan ke Kecamatan berkisar 5-10 km (Badan Pusat Statistik Kota Makassar). Kecamatan Rappocini secara geografis terletak pada koordinat Lintang Selatan Bujur Timur. terdiri dari 10 Kelurahan, 573 RT dan 107 RW dengan jumlah penduduk tahun 2014 adalah jiwa dengan luas wilayah 9.23 km 2. Dari luas wilayah tersebut pada Tabel 4.1 Gambar 3.1 Peta Kota Makassar Gambar 4.1 Peta Kota Makassar 68

71 Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Makassar No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk (Jiwa) (km2) (jiwa/km²) 1 Mariso , Mamajang , Tamalate , Rappocini , Makassar , Ujung Pandang , Wajo , Bontoala , Ujung Tanah , Tallo , Panakkukang , Manggala , Biringkanaya , Tamalanrea , Jumlah , Sumber : BPS Kota Makassar,2011 Dari tabel 4.1 Kota Makassar memiliki 3 Kecamatan yang jumlah penduduknya padat, Kecamatan Tamalate, Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Rappocini. Dilihat dari segi kawasan strategis provinsi (KPS) yang ada di Kota Makassar, (Pusat Bisnis Terpadu Indones ia) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Rappocini dan sebagian wilayah Tamalate. hal tersebut dapat penyumbang timbulan sampah terbesar di Kota Makassar. 69

72 4.2 Penduduk Kecamatan Rappocini Jumlah penduduk Kecamatan Rappocini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dilihat dari tabel 4.1 bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Rappocini adalah terbesar ke tiga dari kecamatan Tamalate dan Kecamatan Biringkanaya. Laju pertumbuhah penduduk Kecamatan Rappocini tersebut terlihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini Total Jumlah Penduduk (Jiwa/Tahun) No Kelurahan Gunung Sari Karunrung Mappala Kassi-Kassi Bonto Makkio Tidung Banta-Bantaeng Buakana Rappocini Ballaparang Kecamatan Sumber : BPS Kota Makassar 4.3 Gambaran Umum Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini saat ini dilakukan oleh DKP dan Kecamatan Rappocini.Kecamatan Rappocini memiliki 5 TPS yaitu TPS Kel. Tidung, Kel. Mappala, Kel.Banta-Bantaeng yang diangkut langsung menggunakan dump truck menuju TPA Tamangapa. Sedangkan dump truck manual sendiri mengangkut sampah yang berada disepanjang titik jalan utama dan jalan-jalan umum yang dilalui dump truck manual dan membuangnya ke TPA Tamangapa. jumlah sampah yang terangkut terlihat pada Tabel

73 Tabel 4.3 Kapasitas Dump Truck Pengangkut Sampah No TPS Pengangkutan Kapasitas Armada (trip/hari) (m3) Dump Truck 1 Kel. Banta-Bantaeng Kel. Tidung Kel. Mappala Lokasi Fasilitas-fasilitas pendukung yang berada di Keacamatan Rappocini dapat dilihat pada Tabel 4.4 Gambar 4.2 Lokasi TPS di Kecamatan Rappocin 71

74 Tabel 4.4 Fasilitas di Kecamatan Rappocini No Fasilitas Jumlah 1 TK 29 2 SD 90 3 SMP 19 4 SMA 11 5 SMK 10 6 Rumah Sakit Umum 2 7 Puskesmas 4 8 Pustu 4 9 Rumah Sakit Bersalin 4 10 Posyandu Mesjid Gereja Hotel 7 14 Pertokoan SPBU 7 16 Pasar 3 17 Kantor 10 Data sumber sampah dan komponen sampah di Kecamatan Rappocini dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel Kendaraan Pengangkut Sampah Di Kecamatan Rappocini Kecamatan Rappocini saat ini memiliki 8 unit dump truck. Terdiri dari 5 unit dump truck mengangkut sampah dari titik titik lokasi pengangkutan ke TPS di Kecamatan Rappocini dan dibuang ke TPA Tamangapa Makassar dan 3 dump truck lainnya untung mengangkut di 3 Kelurahan yang tersebar di Kecamatan 72

75 Rappocini. Dengan waktu pengambilan sore hari. Kondisi kendaraan pengangkut di Kecamatan Rappocini terlihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 dan 4.4. Tabel 4.5 Kendaraan Pengangkut Sampah No Kendaraan Pengangkut Jumlah (unit) Keterangan 1 Dump Truck 7 Baik 2 Dump Truck 1 Kurang Baik Gambar 4.4 Dump Truck Manual Multi Lokasi Gambar 4.3 Dump Truck Manual Untuk 1 Lokasi 4.4 Struktur Organisasi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini Peningkatan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini harus sejalan dengan struktur ruang Kota Makassar yang tercantum dalam Peraturan Daerah No 4 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kota Makassar tahun Dalam rangka memperkukuh eksistensi dan pencapaian Makassar menuju Kota Dunia di tetapkan tujuan penentuan RTRW Kota Makassar 2034, yang merupakan penggambaran keinginan yang kuat mewujudkan ruang wilayah Kota Makassar sebagai Kota Tepi Air Kelas Dunia yang didasari atas keunggulan dan keunikan lokal menuju kemandirian lokal dalam rangka persaingan global demi ketahanan nasional dan wawasan nusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. 73

76 Kecamatan Rappocini dikategorikan dalam perkotaan sedang yang mempunyai fungsi utama sebagai permukiman, perkantoran, mall, dan fasilitas skala lokal. 4.5 Kelembagaan Pengangkutan Sampah Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Struktur Organisasi Dan Personalia Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Seksi Kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang melayani pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini memiliki, 8 orang supir dan 24 orang petugas pengangkut sampah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu Kepala Bagian dan Kepala Seksi sampai saat staf. Struktur organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat dilihat pada gambar Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Pengangkutan Sampah Seksi Angkutan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas : 1. Menyiapkan penyusunan program angkutan sampah 2. Menyiapkan bahan koordinasi dan pelaksanaan teknis angkutan sampah 3. Melaksanakan pembinaan personil angkutan sampah 4. Merencanakan dan melaksanakan pengangkutan sampah dari TPS, TPST ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) 5. Merencanakan, investasi mengatur dan mengadakan pengawasan terhadap operasional kendaraan angkutan sampah. 6. Merawat semua saranan angkutan sampah 7. Memelihara ketertiban pembuangan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) 8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya 74

77 4.6 Pembiayaan Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Rappocini Biaya pengangkutan sampah ditanggung oleh Pemerintah Daerah Kota Makassar yang dialokasikan dalam daftar penggunaan Anggaran (DPA) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. 75

78 STUKTUR ORGANISASI DINAS PERTAMANAN DAN KEBERSIHAN KOTA MAKASSAR KEPALA DINAS SEKERTARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PERLENGKAPAN BIDANG PERTAMANAN BIDANG PENGHIJAUAN BIDANG PENGEMBANGAN BIDANG PENATAAN KOTA KAPASITAS KEBERSIHAN KEBERSIHAN KOTA SEKSI PENGEMBANGAN SEKSI PEMBANGUNAN SEKSI PEMBINAAN SEKSI PENGEMBANGAN TAMAN KAWASAN HIJAU KELEMBAGAAN TEKNIK PENGELOLAAN SEKSI PEMELIHARAAN SEKSI PEMELIHARAAN SEKSI PENGEMBANGAN SEKSI MONITORING TAMAN KAWASAN HIJAU PARTISIPASI EVALUASI PENGELOLAAN SEKSI PEMBIBITAN SEKSI PENGAWASAN DAN SEKSI PENYULUHAN DAN SEKSI PEMELIHARAN PENGUSUTAN PEMBINAAN TEKNIK PERALATAN DAN ALAT UPTD PEMAKAMAN UPTD TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR UPTD PENGELOLAAN DAUR ULANG SAMPAH Gambar 4.5 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertaman 76

79 5 BAB V KONDISI EKSISTING DAN HASIL PEENGAMATAN 5.1 Aspek Teknis Aspek teknis persampahan kondisi eksisiting dan hasil pengamatan di Kecamatan Rapoccini meliputi timbulan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir Timbulan Dan Densitas Sampah a. Timbulan Sampah Produksi sampah di Kecamatan Rappocini sebesar 441 m 3 /hari yang berasal dari 10 Kelurahan yang ada di Kecamatan Rappocini. Jika diasumsikan terdapat 365 hari dalam setahun maka jumlah timbulan sampah yang masuk adalah sebesar m 3 /tahun. Tabel 5.1 Kegiatan Pengangkutan Sampah Tahun 2014/2015 No Uraian Satuan Jumlah 1 Jumlah Penduduk Jiwa Asumsi Sampah 1 Orang Per Hari Liter 2,75 3 Jumlah Sampah per Hari m³/hari 441 Mobil Pengangkut Sampah Kecamatan Rappocini : 4 - Dump Truck Buah 8 - Arm Roll Buah 0 b. Penentuan Densitas Sampah Penentuan sampah yang diangkut ke TPA memerlukan nilai densitas sampah lepas dan densitas sampah di atas kendaraan pengangkut. Perbandingan 77

80 antara densitas sampah lepas dan densitas sampah di atas kendaraan pengangkut dikenal sebagai faktor kompaksi. Penentuan densitas sampah lepas dilakukan dengan cara mengukur sampel sampah pada gerobak motor dan dump truck. pengukuran dilakukan selama 8 hari. Pengukuran dilakukan dengan cara, yaitu menuang sampah pada gerobak motor kedalam pelastik berukuran 40L kemudian di timbang. Nilai densitas sampah yang diperoleh merupakan nilai rata rata densitas sampah hasil pengukuran. Tabel 5.2 menunjukan hasil pengukuran denistas sampah di atas gerobak Dari sampel sampah yang digunakan dari sumber sampah selanjutnya dilakukan penimbangan secara manual, pengukuran dilakukan setelah gerobak motor mengambil sampah dari sumber. Penimbangan dilakukan pada tiga gerobak motor berbeda. Besar nilai timbulan sampah yang masuk ke TPS diperoleh dari rata-rata jumlah timbulan. Hasil pengukuran sampah digerobak dapat dilihat pada Tabel 5.2. Adapun hasil pengukuran sampah dump truck dapat dilihat pada Tabel. Tabel 5.2 Hasil Perhitungans Sampah Gerobak Motor Lokasi Berat Sampah di Gerobak (kg) Bak Gerobak (m) P L T Kapasitas Bak Gerobak (m 3 ) Densitas Sampah Gerobak (kg/m 3 ) (2) (3) (4) (5) (6) = (3)x(4)x(5) (7) = (2)/(6) TPS Ballaprang TPS Buakana TPS Karunrung Rata-rata

81 Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Manual Satu Lokasi. Kendaraan Jumlah Berat Volume Total Gerobak Sampah Bak berat Densitas Sampah rata-rata Truck sampah (kg/m 3 ) Yang gerobak (m 3 ) (kg) Masuk (kg) Dump Truck (1) (2) (3) (4) = (5) = (2)x(3) (4)/(1) DD 9001 AA DD 9005 AB DD 9313 AB Rata-rata Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Sampah Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi Kendaraan Jumlah Berat Volume Total Sampah Yang Sampah Bak berat Densitas diangkat di Tiap Truck sampah (kg/m 3 ) Setiap Lokasi Lokasi (m 3 ) (kg) (m 3 ) (kg) Dump Truck (4) = (5) = (1) (2) (3) Multi Lokasi (2)x(3) (4)/(1) DD 8268 A DD 8030 AB DD 8059 A DD 8257 A DD 8369 A Rata-rata

82 Sehingga dari Tabel 5.4 dapat diperoleh faktor kompaksi dengan membandingkan rata-rata densitas sampah dump truck dan rata-rata densitas sampah gerobak motor yaitu: Rata-rata densitas sampah dump truck =, / +. / = 200,85 kg/m 3 Rata-rata densitas sampah gerobak motor = 151,41 kg/m 3 Faktor kompaksi = =. /. / = 1.33 kg/m 3 Setelah memperoleh nilai faktor kompaksi tersebut, maka dapat diperoleh jumlah sampah terangkut eksisting dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Jumlah Sampah Terangkut Eksisting Kapasitas Volume Real Kendaraan Kendaraan Sampah Terangkut (unit) No Kelurahan (m 3 /truk) (m 3 ) (1) (2) (3) = (1)x(2)x faktor kompaksi 1 Karunrung Buakana Ballaparang Antang Emmy Saelan Faisal Tidung Rappocini Total

83 Pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini sebagian besar meliputi wilayah permukiman (domestic) dengan cakupan pelayanan pada tahun 2015/2016 mencapai 27% Proyeksi Timbulan Sampah Sampai Dengan Tahun 2020 Untuk proyeksi jumlah penduduk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020 dilakukan terlebih dahulu perhitungan koefisien korelasi dengan metode Aritmatik, Geometrik, dan least square untuk memperoleh metode yang tepat digunakan dalam proyeksi, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1A dengan penggunaan rumus sebagai berikut: Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Aritmatik Tahun Jumlah No Tahun Penduduk X Y X.Y X 2 Y 2 (jiwa) Jumlah =. ( ) ( )( ) [ ( ) ( ) ], [( ) ( ) ], k = 0.68 Di mana : X = Tahun ke- n = Jumlah data Y = Pertambahan penduduk 81

84 Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Geometri Tahun No Pertambaha Tahu Jumlah Penduduk n Penduduk n (jiwa) (p) X Y X.Y X 2 Y Jumlah ( ) ( )( ) = [ ( ) ( ) ], [( ) ( ) ], k = 0.75 Di mana : X = Tahun kep = Pertambahan penduduk Y = ln p n = Jumlah data Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Metode Least Square Tahun \ Jumlah Penduduk X Y X.Y X 2 Y 2 No Tahun (jiwa) Jumlah

85 . ( ) ( )( ) = [ ( ) ( ) ], [( ) ( ) ], k = 0.97 Di mana : X Y n = Tahun ke- = Jumlah penduduk tahun ke-n = Jumlah data Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi diatas dari masingmasing metode, nilai korelasi yang paling mendekati satu (semakin mendekati angka satu maka metode tersebut sangat baik digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk karena memiliki hubungan variabel bebas dan terikat yang kuat) adalah metode Least Square dengan nilai sehingga metoda ini yang digunakan untuk perhitungan proyeksi penduduk di Kecamatan Rappocini. Rumus yang digunakan untuk proyeksi menggunakan metode Least Square, yaitu sebagai berikut: Di mana: Y = a + bx Y a b x = Jumlah penduduk hasil proyeksi = Konstanta = Koefisien arah regresi linear = Variabel waktu Tabel 5.9 Perhitungan Nilai a dan b Metode Least Square Tahun No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) t P P.t t Jumlah

86 No berikut: Untuk memperoleh nilai a dan b di atas menggunakan rumus sebagai ( )( ) ( )(. ) = ( ) ( )² t Di mana : P = Jumlah penduduk = Variabel waktu (jumlah variabel waktu adalah nol) N = Jumlah data = (. ) ( )( ) ( ) ( )² Dari data Tabel 5.9 maka hasilnya diperoleh, a = dan b = Sehingga hasil proyeksi penduduk dan timbulan sampah Kecamatan Rappocini dan per kelurahan dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan Tabel Tabel 5.10 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Rappocini sesuai dengan Proyeksi Least Square Tahun Konstanta (a) Koefisien arah regresi linear (b) Variabel waktu (X) Jumlah Penduduk (Y) (Jiwa) 3 163, , , , , ,296 84

87 Tabel 5.11 Hasil Proyeksi Jumlah penduduk per Kelurahan Proyeksi Least Square No Kelurahan Total Jumlah Penduduk (Jiwa/Tahun) Gunung Sari Karunrung Mappala Kassi-Kassi Bonto Makkio Tidung Banta-Bantaeng Buakana Rappocini Ballaparang Kecamatan Berdasarkan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari sesuai dengan SNI Kota Sedang yaitu 2.75 liter/orang. hari. Maka proyeksi timbulan sampah permukiman di Kecamatan Rappocini sampai dengan tahun 2020 dan per kelurahan adalah sebagai berikut : Tabel 5.12 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah Kecamatan Rappocini No Tahun Jumah timbulan Jumlah Jumlah Timbulan Sampah sampah per org per Penduduk (Jiwa) (m 3 /hari) hari (m 3 /org.hari) , , , , , ,19 2,75 x , , , , , ,81 85

88 Tabel 5.13 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah per Kelurahan No Kelurahan Jumlah Timbulan Sampah (m3/hari) Gunung Sari 113,73 116,04 118,35 120,66 122,97 125,29 2 Karunrung 38,87 39,96 41,05 42,13 43,22 44,31 3 Mappala 26,89 27,10 27,32 27,53 27,75 27,96 4 Kassi-Kassi 50,33 51,24 52,14 53,05 53,95 54,86 5 Bonto Makkio 14,22 14,34 14,45 14,56 14,68 14,79 6 Tidung 42,62 43,00 43,38 43,76 44,14 44,52 7 Banta-Bantaeng 63,15 64,40 65,65 66,90 68,15 69,41 8 Buakana 38,60 39,00 39,40 39,80 40,20 40,60 9 Rappocini 25,59 25,81 26,03 26,24 26,46 26,68 10 Ballaparang 34,77 35,09 35,42 35,74 36,07 36,39 Kecamatan 448,77 455,98 463,19 470,40 477,61 484, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Kecamatan Rappocini saat ini tidak memiliki TPS dengan pasangan batu bata disetiap Kelurahannya. Jenis TPS yang digunakan di Kecamatan Rappocini berupa dump truck terbuka dengan rata-rata kapasitas 8 m³, dan dump truck tertutup dengan rata-rata kapasitas 11 m³ dan 14 m³, tong/drum sampah kapasitas 10-20L dan plastic. Berikut dapat dilihat Pada Gambar 5.1 dump truck. Gambar 5.1 Dump Truck Yang Telah Terisi Penuh 86

89 Berdasarkan data jumlah penduduk Kecamatan Rappocini tahun 2014 (160,499 jiwa) dan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari sesuai dengan SNI yaitu 2.75 liter/orang.hari untuk Kota Sedang, maka total jumlah sampah yang terangkut untuk Kecamatan Rappocini per hari, dapat dihitung sebagai berikut: Timbulan = jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per orang per hari x jumlah penduduk Kecamatan Rappocini = 2.75 liter/orang.hari x 160,499 orang = 441, liter/hari = m 3 /hari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) TPS merupakan tempat pembuangan sampah sementara yang berfungsi untuk menampung sampah dari sumber sampah sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Kecamatan Rappocini memiliki 3 lokasi TPS yang tersebar di Kelurahan Karunrung, Buakana, dan Pelita, dan 5 jalur lokasi pengangkutan sampah yaitu : 1. TPS di Kelurahan Karunrung, dengan Rincian : Gambar 5.2 TPS Kelurahan Karunrung TPS menggunakan dump truck Volume dump truck 8 m 3 Sampah dikumpulkan menggunakan gerobak motor Metode pengangkutan manual untuk satu lokasi. Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah dengan hidrolik sistem 87

90 2. TPS di Kelurahan Buakanan dengan Rincian : Gambar 5.3 TPS Kelurahan Buakana TPS menggunakan dump truck Volume dump truck 8 m 3 Sampah dikumpulkan menggunakan gerobak motor Metode pengangkutan manual untuk satu lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah dengan sistem hidrolik 3. TPS di Kelurahan Pelita dengan Rincian : Gambar 5.4 TPS Kelurahan Pelita TPS menggunakan dump truck Volume dump truck 8 m 3 Sampah dikumpulkant menggunakan gerobak motor Metode pengangkutan manual untuk satu lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah dengan sistem hidrolik. 88

91 4. Pengangkutan jalan Talasalapang dengan rincian : Pengangkutan sampah di sepanjang titik jalan pengangkutan Volume dump truck 14 m 3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual Gambar 5.5 Lokasi Jl. Talasalapang 5. Pengangkutan jalan Emmy Seilan dengan rincian : Pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 11 m 3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual. Gambar 5.6 Lokasi Jl. Emmy Seilan 89

92 6. Pengangkutan Perum. Faisal dengan rincian : Pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 11 m 3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual Gambar 5.7 Lokasi Perum Faisal 7. Pengangkutan Jalan Tidung Mariolo dengan rincian : Pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 14 m 3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Pengangkutan sampah secara manual Pembuangan sampah secara manual Gambar 5.8 Lokasi Jl. Tidung Mariolo 90

93 8. Pengangkutan Jalan Rappocini dengan rincian: pengangkutan sampah di sepanjang titik pengangkutan Volume dump truck 14 m 3 Metode pengangkutan manual multi lokasi Sampah diangkut secara manual Pembuangan sampah secara manual Gambar 5.9 Lokasi Jl. Rappocini Sistem Pengelolaan Sampah Untuk sistem pengelolaan sampah yang ada di Kecamatan Rappocini secara umum tidak mengalami pemilahan dari sumber dan tidak adanya lokasi TPS. Sehingga sampah yang masuk ke Kontainer adalah sampah campuran dan sampah warga masih ada yang belum terangkut sepenuhnya..skema sistem pengelolaan sampah yang ada di Kecamatan Rappocini dapat dilihat pada Gambar 5.10 Pengumpu Mobil Dump Truck Lokasi TPA Rumah Warga (sumber) Gambar 5.10 Sistem Pengelolaan Kecamatan Rappocini 91

94 5.1.6 Skema Pengangkutan Sampah Untuk pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini dari TPS ke tempat pembuangan akhir sampah TPA menggunakan dua jenis kendaraan pengangkutan yaitu : menggunakan kendaraan pengangkutan dump truck. Jumlah kendaraan yang digunakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar untuk wilayah Rappocini sebanyak 8 kendaraan yang terbagi menjadi 3 unit dump truck metode pengangkutan manual 1 lokasi dan 5 unit dump truck metode pengangkutan manual multi lokasi. Rincian kendaraan pengangkutan sampah dapat dilihat pada Gambar 5.11 dan Jenis dump truck menggunakan metode pengangkutan manual multi lokasi. Kendaraan pengangkut dari pool membawa dump truck kosong menuju lokasi titik pengangkutan pertama, mengisi dan terus berjalan disepanjang titik pengangkutan yang telah ditentukan. Setelah dump truck terisi penuh maka truck akan menuju TPA. Dari TPA dump truck yang sudah kosong kembali menuju pool. Pengangkutan sampah hanya1 trip per hari. Pool Kendaraa Lokasi Titik pengangkutan Lokasi Titik pengangkutan Lokasi Titik pengangkutan TPA Lokasi Titik Lokasi Titik pengangkutan pengangkutan Gambar 5.11 Pola pengangkutan pada kendaraan Dump Truck metodepengangkutan manual multi lokasi. Sedangkan jenis dump truck menggunakan sistem kontainer tetap. Kendaraan dari pool membawa kontainer kosong menuju lokasi TPS. Pengisian dilakukan dari gerobak motor hingga terisi penuh, setelah dump truck terisi penuh maka dump truck akan menuju TPA. Dari TPA kendaraan dengan kontainer yang sudah kosong menuju pool. Pengangkutan sampah hanya1 trip per hari. 92

95 Pool Kendaraan TPS TPA Pool Kendaraan Gambar 5.12 Pola Pengangkutan Pada Kendaraan Dump Truck metode pengangkutan manual untuk satu lokasi. Rincian umur kendaraan pengangkutan sampah pada Kecamatan Rappocini pada jenis dump truck dapat dilihat pada Tabel 5.14 dan Tabel 5.14 Kendaraan pengangkutan sampah jenis dump truck metode manual 1 lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar. No Jenis Kendaraan Nomor Polisi Tahun Pembuatan Umur (thn) Kapasitas (m 3 ) Kondisi 1 Dump Truck DD 9005 AB Baik 2 Dump Truck DD 9313 AB Baik 3 Dump Truck DD 9001 AA Sumber : Dinas Kebersihan Kota Makassar Tabel 5.15 Kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck metode manual multi lokasi Dinas Kebersihan Kota Makassar. No Jenis Kendaraan Nomor Polisi Tahun Pembuatan Umur (thn) Kapasitas (m 3 ) Kurang Baik Kondisi 1 Dump Truck DD 8268 A Baik 2 Dump Truck DD 8030 AB Baik 3 Dump Truck DD 8059 A Baik 4 Dump Truck DD 8257 A Baik 5 Dump Truck DD 8369 A Baik Sumber : Dinas Kebersihan Kota Makassar Pengamatan Waktu Pengukuran Pengangkutan Sampah Pengamatan waktu pengangkutan sampah untuk setiap kendaraan dilakukan selama 8 hari berturut-turut. Waktu kerja pengangkutan sampah dump 93

96 truck adalah 7 jam per hari, yaitu mulai jam sampai jam Selanjutnya data pengamatan yang dilakukan tersebut digabung dan diambil rata- rata untuk dijadikan dasar analisis lebih lanjut. Rincian data pengamatan waktu dan jarak pengangkutan sampah eksisting perhari dari masing-masing kendaraan dapat dilihat pada Lampiran 1.A. Dari delapan dump truck, tiga dump truck metode manual 1 lokasi yang beroperasi masing-masing hanya melayani sebuah TPS. Sedangkan lima dump truck metode manual multi lokasi mengangkut sampah yang diletakkan ditepi jalan yang telah dirutekan. Data rute operasional dump truck dapat dilihat pada Tabel

97 Tabel 5.16 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual 1 Lokasi No I Plat Kendaraan 1 DD 9005 AB 2 DD 9313 AB 3 DD 9001 AA Lokasi TPS TPS kel Buakana TPS kel. Balaparang TPS Kel. Karunrung Efisiensi Pengangkutan Rute (Rit/Hari) Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Jl. Antang, Jl. Borong Raya, Jl. Toddupuli, Jl. Pengayoman, Jl. Buakana. Jl. Buakana, Jl. Pettarani, Jl. 1 Boulevard, Jl. Pengayoman, Jl. Toddopuli, Jl. Borong Raya, Jl. Antang Raya, TPA Tamangapa. Jl. Tamangapa III, Tamangapa Raya, Jl. Borong Raya, Jl. Toddupuli Timur, Jl. Boulevard, Jl. Pettarani Raya, Jl. Pelita Raya. 1 Jl. Pelita Raya, Jl. Pettarani Raya, Jl. Bolevard, Jl. Toddopuli Timur, Jl. Borong Raya, Jl Antang Raya, TPA Tamangapa. Jl. Borong Raya Baru 2, Jl. Toddopuli Raya, Jl. Tamalate Raya, Skarda, Jl. Poros Talasalapang, TPS 1 Jipang. TPS Jipang, Jl. Syeck Yusuf, Jl. Muthalib, Jl. Daeng Sirua, Jl. Mustafa, Jl. Antang Raya, TPA Tamangapa. Keterangan Peta Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar

98 Tabel 5.17 Hasil Analisis Rute Eksisting Kendaraan Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi No I Plat Kendaraan 1 DD 8268 A 2 DD 8030 AB 3 DD 8059 A 4 DD 8257 A 5 DD 8369 A Lokasi TPS Rute Jalan Kel. Gunung sari Rute Jalan kel. Gunung sari Rute Jalan kel. Bantabantaeng Rute Jalan kel. Bonto makio Rute Jalan kel. rappocini Efisiensi Pengangkutan (Rit/Hari) Rute Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi Jl. Talasalapang, Poros Minasaupa, Kantor Lurah Karunrung, Minasaupa Blok,K,L,M,N, Aeropala I, Jl. Abdullah, Aeropala. Jl. Emmy selan III, Jl. Monument Emmy selan, Jl. Sultan Alauddin, Jl. Teduh Bersinar, Pom Bensin. Perum Faisal, Faisal raya, Jl. Parande, Jl. Banta-Bantaeng, Jl. Landak. Jl. Tidung Mariolo, Jl. Hertasning, Jl. Mapala, Jl. Emmy Seilan. Keterangan Peta Gambar 5.16 Gambar 5.17 Gambar 5.18 Gambar Jl. Rappocini Raya. Gambar

99 5.1.8 Analisa Pengangkutan Sampah Dengan Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Kendaraan pengangkut sampah yang berupa dump truck menggunakan metode manual satu lokasi dengan cara, yaitu keendaraan berangkat dari pool lalu menuju lokasi pengangkutan, lalu dump truck menunggu pengisian sampah hingga dump truck terisi penuh, setelah penuh dump truck membawa ke TPA dan kemudia kembali ke pool. Seluruh dump truck yang digunakan memiliki kapaitas 8m³. jam kerja operasional pengangkutan rata-rata dimulai pukul WITA. Kendaraan dump truck yang melayani di Kecamatan Rappocini sebanyak 3 unit. Dump truck melayani 3 Kelurahan di Kecamatan Rappocini yaitu Kelurahan Karunrung, Buakanam dan Kelurahan Pelita Hasil Perhitungan Jarak Dan Waktu Pengamatan Jarak tempuh pengangkutan sampah serta kecepatan rata-rata untuk menempuh jarak TPS - TPA ditunjukkan pada pada Tabel Tabel 5.18 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck No Kendaraan Trip /hari Uraian Jarak Km) Waktu Tempuh (menit/hari) Kecepatan (Km/jam) Pool ke TPS 8, ,27 1 DD 9005 AB 1 TPS ke TPA 10, ,18 TPA ke Pool 1, ,66 Pool ke TPS 9, ,34 2 DD 9313 AB 1 TPS ke TPA 11, ,31 TPA ke Pool 1, ,92 Pool ke TPS 6, ,29 3 DD 9001 AA 1 TPS ke TPA 9, ,25 TPA ke Pool 3, ,41 Berdasarkan data pada Tabel 5.18 dapat diketahui bahwa waktu tempuh kendaraan dump truck metode manual satu lokasi sangat rendah. Hal ini disebabkan karena jalan dan waktu yang dilewati adalah pada waktu jam sibuk. 97

100 Dalam hal ini dump truck tidak menurunkan kontainer sehingga = 0. Selain itu juga tidak ada lokasi TPS berikutnya sehingga (dbc) = 0. Dikarenakan dump truck hanya beroprasi 1 trip per hari (Nd) = 1. Perhitungan waktu pengisian sampah ke dump truck dan waktu buang di TPA dapat dilihat pda Tabel 5.19 dan Tabel

101 Trip No Kendaraan (Rit/Hari) Tabel 5.19 Hasil Perhitungan Waktu Mengisi Sampah ke Dump Truck Waktu Mengisi Sampah ke Dump Truk (jam/trip) Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Rata-rata DD 9005 AB 1 2,53 3,18 2,63 2,47 2,15 2,15 2,58 2,42 2,51 2 DD 9313 AB 1 3,15 2,47 3,00 3,30 3,35 2,27 2,55 3,27 2,94 3 DD 9001 AA 1 2,38 2,67 2,33 2,02 2,33 2,02 2,53 2,53 2,35 Trip No Kendaraan (Rit/Hari) Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Waktu Buang di TPA (s) Dump Truck Waktu di TPA (s) (jam/trip) Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Rata-rata DD 9005 AB 1 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 2 DD 9313 AB 1 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 3 DD 9001 AA 1 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 99

102 Waktu di TPA akan dijumlahkan dengan pick up time (T HCS ) sehingga didapatkan waktu total pengangkutan sampah per rit dengan menggunakan dump truck. Adapun waktu pengangkutan per trip kendaraan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : T HCS = P HCS + s + h Dengan, P HCS = mengisi sampah + menurunkan kontainer + dbc di mana : T HCS P HCS h s = Waktu per trip (jam/trip) = Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah (jam) = Waktu tempuh dari TPS ke TPA (pp) (jam) = Waktu bongkar di TPA (jam/trip) Persamaan tersebut menggambarkan hubungan antara waktu tempuh dan jarak kendaraan dari TPS ke TPA atau hauling time (h). Menurut (Tchobanoglous et al.,1993) hubungan tersebut digunakan menentukan waktu tempuh kendaraan pengangkutan sampah terhadap jarak pengangkutan setiap trip. Nilai dengan pick up time (P HCS ) merupakan hasil penjumlahan total pengosongan TPS dan total antar TPS. Selanjutnya dapat dihitung hauling time (h) masing-masing truck. Contoh perhitungan waktu per trip dump truck pada Tabel 5.21 Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) hauling time. Kendaraan (h) Waktu Dump Truck TPS-TPA Waktu Tempuh No Tempuh (Metode Manual Jarak (Km) (Mnt) (Jam) Satu Lokasi) 1 DD 9005 AB 10,35 67,63 1,13 2 DD 9313 AB 11,01 49,63 0,83 3 DD 9001 AA 9,40 59,25 0,99 100

103 Diketahu data-data D 9005 AB sebagai berikut : (Waktu rata-rata mengisi sampah) = 2.51 jam (Waktu rata-rata menurunkan kontainer isi) = 0 jam (Waktu untuk menempuh jarak antar TPS) = 0 jam P HCS = ( ) jam = 2.51 jam Hasil dari perhitungan P HCS waktu pengangkutan dump truck dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.22 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) P HCS. No Menurunkan Mengisi Pick Up Time Kendaraan dbc Kontainer Sampah (P HCS ) Dump Truck (jam) (jam) (jam) (jam/trip) = DD 9005 AB 0 2,51 0 2,51 2 DD 9313 AB 0 2,94 0 2,94 3 DD 9001 AA 0 2,35 0 2,35 Diketahui D 9005 AB sebagai berikut : (Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah) = 2.51 jam/trip (Waktu rata-rata pembongkaran di TPA = 0.05 jam/trip (Waktu antara TPS-TPA) = 1.13 jam/trip T HCS = ( ) jam = 3.69 jam/trip Untuk menghitung waktu per trip kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck dihitung dengan persamaan pada Tabel

104 Tabel 5.23 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck No Kendaraan Pick Up Time (P HCS ) (jam/trip) Hauling Time (h) (jam/trip) In Site Time (s) (jam/trip) Waktu Total (T HCS ) (jam/trip) = DD 9005 AB 2,51 1,13 0,05 3,69 2 DD 9313 AB 2,94 0,83 0,05 3,82 3 DD 9001 AA 2,35 0,99 0,08 3,42 Tabel 5.23 dapat diketahui bahwa total waktu tertinggi kerja pada kendaraan Dump Truck DD 9313 AB. Dimana waktu memuat sampah di TPS sangat besar. Hal ini disebabkan volume sampah yang harus dimuat kedalam truck jumlahnya cukup banyak dan dilakukan secara manual, jarak tempuh dari TPS ke TPA juga membutuhkan waktu yang lebih lama Jumlah Trip Pengangkutan Per Hari Kendaraan Dump Truck Jumlah trip pengangkutan per hari yang dapat dilakukan kendaraan dump truck dapat dihitung dengan persamaan : Nd = ( H (1-W) (t 1 + t 2 )) / T HCS Kondisi pengangkutan eksisting dilaksanakan pada jam kerja 7 jam per hari sehingga perhitungan jumlah trip pengangkutan per hari dilakukan menggunakan asumsi jam kerja 7 jam per hari. Waktu off route (W) yang merupakan rasio waktu non efektif terhadap waktu kerja per hari diperoleh dari hasil pengamatan 1 trip/hari yaitu sebesar Selengkapnya mengenai perhitungan jumlah trip pengangkutan per hari kendaraan dump truck dapat dilihat pada Tabel

105 Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) di Pool Dump Truck Uraian Kegiatan Off Route (W) (jam) II IV Total No Kendaraan I III Menunggu Gangguan (jam) Persiapan Istirahat Pekerja Teknis 1 DD 9005 AB 0,07 0,07 0,05 0,04 0,23 2 DD 9313 AB 0,07 0,04 0,06 0,03 0,20 3 DD 9001 AA 0,07 0,10 0,05 0,05 0,27 Rata-rata 0,23 Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 9005 AB sebagai berikut : Diketahui: H (waktu kerja per hari) = 7 jam t 1 (waktu dari pool ke TPS) = 0.71 jam t 2 (waktu dari TPA ke Pool) = 0.14 jam Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 3.69 jam Nd = ( H (1-W) (t 1 + t 2 )) /T HCS = ( 7 (1-0.23) ( )) / 3.69 Nd = 1.21 trip/hari = 1 trip/hari Karena nilai W > 0.15 rata-rata yaitu 0.23 maka ketiga kendaraan dump truck tidak efisien karena hanya menjalankan 1 rit per hari. Melalui persamaan yang sama dihitung jumlah trip per hari untuk dump truck yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel

106 Tabel 5.25 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd). W No Kendaraan (jam) t 1 t 2 T HCS H Nd (jam) (jam) (jam/trip) (jam) (trip/hari) =(7*(1-3)-(4+5))/6 1 DD 9005 AB 0,23 0,71 0,14 3,69 7 1,23 2 DD 9313 AB 0,20 0,66 0,09 3,82 7 1,27 3 DD 9001 AA 0,27 0,65 0,28 3,42 7 1,22 Tabel 5.25 menjelaskan bahwa dari hasil perhitungan diketahui jumlah trip per hari (Nd) yang dilakukan dump truck rata -rata hanya bisa melakukan pengangkutan 1 trip per hari. Sehingga dapat dilihat nilai off route (W) 0.23 jam dan waktu pengangkutan pertrip (Thcs) 3.69 jam per trip yang menyebabkan ratarata dump truck hanya dapat melakukan pengangkutan 1 trip per hari Perbaikan Waktu Off Route Pengangkutan Sampah Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Dengan waktu kerja (H) di Kecamatan Rappocini adalah 7 jam per hari. Perhitungan jumlah ritasi optimal per hari yang seharusnya dengan nilai (W) Off Route Factor = 0.15 dapat dilihat pada Tabel 5.24 Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 9005 AB sebagai berikut: Diketahui: H (waktu kerja per hari) = 7 jam t 1 (waktu dari pool ke TPS) = 0.71 jam t 2 (waktu dari TPA ke Pool) = 0.14 jam Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 3.69 jam Nd = ( H (1-W) (t 1 +t 2 )) /T HCS = ( 7 (1 0.15) ( )) / 3.69 Nd = 1.38 trip/hari = 1 trip/hari 104

107 No Tabel 5.26 Hasil Perhitungan Evaluasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Metode Manual Satu Lokasi Kendaraan W (jam) t 1 (jam) t 2 (jam) Thcs (jam/trip) H (jam) Nd (trip/hari) =(7*(1-3)-(4+5))/6 1 DD 9005 AB 0,15 0,71 0,14 3,69 7 1,38 2 DD 9313 AB 0,15 0,66 0,09 3,82 7 1,36 3 DD 9001 AA 0,15 0,65 0,28 3,42 7 1,47 Tabel 5.26 menjelaskan bahwa jumlah trip per hari (Nd) yang dihitung dengan nilai (W) off route factor = 0.15 jam adalah 1 trip per hari. Hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan masih menggunakan sistem manual, menyebabkan waktu pengumpulan sampah per trip (T HCS ) sangat tinggi 3.69 jam per trip Dengan menggunakan (W) Off Route Factor = 0.15, efisiensi optimal pada dump truck tetap sebesar 1 trip per hari. Tabel 5.27 Perbandingan Jumlah Eksisting Dengan Trip hasil Evaluasi No Kendaraan Jumlah Trip Eksisting Jumlah Trip Hasil Evaluasi Keterangan (trip/hari) (trip/hari) 1 DD 9005 AB Belum Maksimal 2 DD 9313 AB Belum Maksimal 3 DD 9001 AA Belum Maksimal Hasil evaluasi didapatkan bahwa perlu dilakukan penggantian kendaraan pengangkutan sampah dari dump truck menjadi arm roll dan penambahan kontainer di setiap lokasi pengangkutan, dengan merubah jam kerja menjadi pagi hari, maka diharapkan dapat mengefisiensikan sistem pengangkutan sampah. Dengan perubahan kontainer dan arm roll waktu pengangkutan sampah dapat dikurangi dari 2.51 jam per trip menjadi 0.20 jam per trip (Damanhuri dan Padmi, 2016). 105

108 5.1.9 Analisis Pengangkutan Sampah Dump Truck Manual Metode Pengangkutan Sampah Multi Lokasi Kendaraan pengangkut sampah yang berupa dump truck, yang beroperasi di Kecamatan Rappocini menggunakan pola (SCS) Stationary Container System. Dimana Pola pengangkutan door to door atau dikenal juga dengan sistem pengangkutan stationary container system (SCS). Pola pengangkutan SCS dilakukan dengan cara mengambil sampah dari tiap titik pengumpulan secara satu persatu dengan kendaraan pengangkut bergerak dari satu titik ke titik yang lain Hasil Perhitungan Jarak Dan Waktu Per Trip Dump Truck Jarak tempuh waktu pengangkutan sampah, total jarak yang ditempuh per hari serta kecepatan rata-rata untuk menempuh jarak TPS - TPA ditunjukkan pada Tabel

109 Tabel 5.28 Data Jarak dan Waktu Tempuh Dump Truck Manual (SCS) No Kendaraan Trip/hari Uraian Jarak (Km) Waktu Tempuh (menit/hari) Kecepatan (Km/jam) Pool ke TPS 4, ,40 1 DD 8268 A 1 TPS ke TPA 12, ,93 TPA ke Pool 5, ,50 Pool ke TPS 6, ,64 2 DD 8030 AB 1 TPS ke TPA 11, ,61 TPA ke Pool 1, ,48 Pool ke TPS 9, DD 8059 A 1 TPS ke TPA 13, TPA ke Pool 5, Pool ke TPS 6, ,20 4 DD 8257 A 1 TPS ke TPA 10, ,30 TPA ke Pool 5, ,14 Pool ke TPS 6, ,42 5 DD 8369 A 1 TPS ke TPA 10, ,20 TPA ke Pool 1, ,48 107

110 Berdasarkan data waktu pengangkutan eksisting untuk dump truck diketahui bahwa pengangkutan sampah pada setiap kendaraan sangat rendah. Hal ini disebabkan karena volume sampah pada tiap lokasi tidak sama dan waktu pengangkutan yang dijalani pada waktu sibuk. Perhitungan waktu pengangkutan per trip dump truck manual dapat dilihat pada Tabel 5.29 dan Tabel 5.29 Hasil Perhitungan Total Mengosongkan TPS (Uc) No Kendaraan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Trip Ct.Uc (Rit/ Uc Ct.Uc Uc Uc Ct.Uc Ct Ct Ct Hari) (jam) (jam) (Jam) (Jam) (jam) jam) 1 DD 8268 A ,22 2, ,22 2, ,22 2,23 2 DD 8030 AB 1 9 0,29 2,63 9 0,26 2,37 9 0,23 2,07 3 DD 8059 A ,25 3, ,26 3, ,25 2,98 4 DD 8257 A ,19 2, ,16 1, ,17 1,88 5 DD 8369 A ,01 1, ,09 1, ,09 1,20 Lanjutan No Kendaraan Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Trip Uc (Rit/ Uc Ct.Uc Ct.Uc Uc Ct.Uc Ct Ct (Jam Ct Hari) (jam) (jam) (jam) (Jam) (jam) ) 1 DD 8268 A ,22 2, ,23 2, ,23 2,28 2 DD 8030 AB 1 9 0,25 2,25 9 0,22 2,00 9 0,23 2,10 3 DD 8059 A ,26 3, ,24 2, ,25 2,97 4 DD 8257 A ,17 1, ,15 1, ,15 1,70 5 DD 8369 A ,09 1, ,10 1, ,09 1,17 108

111 Trip No Kendaraan Ct (Rit/Hari) (buah) Hari ke 7 Hari ke 8 Uc Ct.Uc Ct Uc (jam) (jam) (Buah) (Jam) Ct.Uc (jam) 1 DD 8268 A ,22 2, ,24 2,37 2 DD 8030 AB 1 9 0,18 1,60 9 0,26 2,32 3 DD 8059 A ,26 3, ,25 3,07 4 DD 8257 A ,14 1, ,15 1,73 5 DD 8369 A ,01 1, ,09 1,20 Tabel 5.30 Hasil Rata-rata Ct.Uc No Kendaraan Trip Rata-rata (Rit/Hari) Uc (Jam) Ct.Uc (Jam) 1 DD 8268 A 1 0,23 2,25 2 DD 8030 AB 1 0,24 2,17 3 DD 8059 A 1 0,25 3,04 4 DD 8257 A 1 0,16 1,78 5 DD 8369 A 1 0,07 0,94 Tabel 5.30 waktu mengosongkan ditiap titik pengangkutan berkisar jam per rit. Hal ini disebabkan oleh pengisian sampah yang masih dilakukan secara manual serta tidak meratanya titik pengangkutan yang dilakukan oleh dump truck. Hasil perhitungan waktu bongkar sampah di TPA selama delapan hari dapat dilihat pada Tabel

112 Tabel 5.31 Hasil Perhitungan Waktu Bongkar Sampah (s) di TPA. No Kendaraan Trip (Rit/Hari) Hari Hari ke 1 ke 2 Waktu Penurunan Sampah (s) (menit) Hari Hari Hari Hari Hari ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 Hari Rata-rata ke 8 1 DD 8268 A ,06 2 DD 8030 AB ,72 3 DD 8059 A ,41 4 DD 8257 A ,10 5 DD 8369 A ,14 Tabel 5.31 menjelaskan waktu untuk sekali penurunan sampah di TPA berbeda-beda. Untuk 5 dump truck melakukan pembuangan sampah secara manual melalui petugas pengangkut. Waktu membongkar sampah di TPA (s) akan dijumlahkan dengan waktu tempuh TPS ke TPA (h) dan waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah di lokasi (Pscs) sehingga didapatkan waktu total pengangkutan sampah per rit dengan menggunakan dump truck manual (T SCS ). Tscs = Pscs + s + h Dengan, Pscs = Ct.Uc + (Np-1) dbc Dimana : T SCS : Waktu per trip (jam/trip) P SCS : Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah dari lokasi pertama sampai lokasi terakhir (jam) s : Waktu membongkar di TPA h : Waktu tempuh TPS ke TPA Ct : Jumlah kontainer yang dikosongkan Uc : Waktu tiap mengosongkan Kontainer dbc : Waktu antar lokasi Persamaan tersebut menggambarkan hubungan antara waktu tempuh dan jarak kendaraan dari TPS ke TPA atau haul time (h). Menurut (Tchobanoglous et 110

113 al.,(1993) hubungan tersebut digunakan menentukan waktu tempuh kendaraan pengangkutan sampah terhadap jarak pengangkutan setiap rit. Nilai dengan pick up time (Pscs) merupakan hasil penjumlahan total pengosongan TPS dan total antar TPS dapat dilihat pada Tabel 5.32 dan 5.33 Tabel 5.32 Hasil Perhitungan Jarak dan Waktu Tempuh TPS-TPA (h) (hauling time). No Kendaraan Jarak (Km) Waktu Tempuh Waktu (Mnt) Tempuh (Jam) 1 DD 8268 A 12,40 12,63 0,21 2 DD 8030 AB 11,50 19,38 0,32 3 DD 8059 A 13,02 24,13 0,40 4 DD 8257 A 10,75 23,63 0,39 5 DD 8369 A 10,50 25,00 0,42 Tabel 5.33 Waktu Pengangkutan Dump Truck Trip (rit) Pscs. No Kendaraan Ct.Uc (Jam/Rit) (np-1) dbc Pscs (Jam/rit) (Jam/Rit) 1 DD 8268 A 2,25 0,12 2,37 2 DD 8030 AB 2,17 0,14 2,31 3 DD 8059 A 3,02 0,12 3,16 4 DD 8257 A 1,78 0,08 1,86 5 DD 8369 A 0,94 0,07 1,00 Dari data pada Tabel 5.33 dapat disimpulkan bahwa mengangkut sampah tiap kendaraan dump truk manual berkisar antara jam per rit. Hal ini dikarenakan waktu memindahkan sampah ke dump truck masih dilakukan secara manual. Untuk menghitung waktu per trip kendaraan pengangkut sampah jenis dump truck manual dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Tscs = Pscs + S + (a + bx) dimana a + bx = h, Jadi : Tscs = Pscs + S + h 111

114 Pscs = Ct.Uc + (Np - 1) dbc, karena 1 kendaraan melayani 1 TPS Maka : Pscs = Ct.Uc + (1-1) dbc Pcsc = Ct.Uc dimana : Tscs = Waktu per trip (jam/trip) Pscs = Waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah (jam) h = Waktu tempuh dari TPS ke TPA (pp) (jam) x = Jarak rata-rata (km/trip) s = Waktu bongkar di TPA (jam/trip) Contoh perhitungan waktu pengangkutan (Tscs) per trip dump truck sebagai berikut : Diketahui data-data truck DD 8268 A sebagai berikut : P SCS (waktu yang dibutuhkan untuk memuat sampah) = 2.37 jam s (waktu rata-rata pembongkaran di TPA) = 2.06 jam h (waktu tempuh antara TPS-TPA) = 0.21 jam Tscs = ( ) jam = 4.64 jam Dengan perhitungan yang sama, diperoleh waktu pengangkutan per trip masing-masing truk yang ditampilkan di dalam Tabel 5.34 Tabel 5.34 Waktu Pengangkutan per Trip Dump Truck (T SCS ) No Kendaraan Pick Up Time (Pscs) (jam/trip) Hauling Time (h) (jam/trip) In Site Time (s) (jam/rit) Waktu Total (Tscs) (jam/trip) = DD 8268 A 2,34 0,21 2,06 4,64 2 DD 8030 AB 2,31 0,32 1,72 4,35 3 DD 8059 A 3,16 0,40 0,41 3,97 4 DD 8257 A 1,86 0,39 2,10 4,35 5 DD 8369 A 1,00 0,42 2,14 3,56 112

115 Dari Tabel 5.34 dapat diketahui bahwa total waktu pengangkutan per trip (Tscs) tertinggi terjadi pada kendaraan dump truck DD 8268 A dengan waktu pengangkutan per trip adalah 4.64 jam per trip. Hal ini disebabkan waktu memuat sampah di TPS. Hal ini disebabkan volume sampah dan titik pengumpulan yang banyak sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama Jumlah Trip Pengangkutan Per Hari Dump Truck Metode Manual Multi Lokasi Jumlah trip pengangkutan per hari, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Nd = ( H (1-W) (t 1 + t 2 )) / Tscs Dari hasil pengamatan dilapanagn dapat dilihat bahwa jumlah trip per hari dump truck adalah sebesar 1 trip per hari. Maka diketahui nilai rata-rata off route factor (W) dump truck terlihat pada Tabel Nilai W rata- rata adalah sebesar 0.17 jam. Sedangkan hasil perhitungan jumlah trip pengangkutan per hari dapat dilihat pada Tabel 5.32 Tabel 5.35 Hasil Perhitungan Waktu Off Route (W) Rata-rata Dump Truck. Uraian Kegiatan Off Route (W) I II III IV Total W No Kendaraan Ganggu Menunggu (jam) Persiapan Istirahat an Pekerja Teknis 1 DD 8268 A 0,03 0,04 0,12 0,02 0,21 2 DD 8030 AB 0,04 0,04 0,04 0,02 0,14 3 DD 8059 A 0,03 0,04 0,07 0,02 0,16 4 DD 8257 A 0,05 0,04 0,04 0,03 0,16 5 DD 8369 A 0,05 0,16 0,07 0,02 0,20 Rata-rata 0,17 113

116 Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 8262 A sebagai berikut : Diketahui: H (waktu kerja per hari) = 7 jam t 1 (waktu dari pool ke TPS) = 0.55 jam t 2 (waktu dari TPA ke Pool) = 0.40 jam Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 4.64 jam Nd = ( H (1-W) (t 1 +t 2 ) / Tscs = ( 7 (1-0.21) ( )) / 4.64 Nd = 1.13 trip/hari = 1 trip/hari Dengan prosedur yang sama seperti perhitungan diatas diperoleh jumlah trip per hari yang dapat dicapai oleh masing-masing dump truck yang dirangkum didalam Tabel Tabel 5.36 Hasil Perhitungan Jumlah Trip per Hari Dump Truck (Nd) W No Kendaraan (jam) t 1 t 2 Tscs (jam) (jam) (jam/trip) H(1- Nd W) (trip/hari) (jam) =(7(1-3)-(4+5))/6 1 DD 8268 A 0,21 0,55 0,40 4, DD 8030 AB 0,14 0,24 0,11 4, DD 8059 A 0,16 0,41 0,24 3, DD 8257 A 0,16 0,29 0,41 4, DD 8369 A 0,20 0,36 0,11 3, Rata-rata 1 Dari Tabel 5.36 dapat diketahui bahwa dari asumsi rata-rata jam kerja 7 jam per hari seluruh kendaraan dump truk dapat melakukan trip pengangkutan sebesar 1 trip per hari. Dengan demikian didapatkan nilai off route (W) rata-rata 0.17 jam, dimana nilai tersebut masih lebih tinggi dari nilaioff route yang dianjurkan yaitu 0.15 jam, selain itu waktu pengangkutan (Tscs) sebesar 4.64 jam per trip juga menjadi penyebab terjadinya pengurangan jam kerjaper hari (Nd) 114

117 maka unit dump truck belum mencapai jumlah trip perhari yang maksimal sebesar 2 trip/hari Optimasi Pengangkutan Sampah Eksisting Dump Truck Manual Waktu kerja (H) di Kecamatan Rappocini adalah 7 jam per hari. Perhitungan jumlah ritasi optimal per hari yang seharusnya dengan nilai (W) Off Route Factor = 0.15 dapat dilihat pada Tabel Contoh perhitungan jumlah trip per hari dump truck DD 8268 A sebagai berikut : Diketahui: H (waktu kerja per hari) = 7 jam t 1 (waktu dari pool ke TPS) = 0.55 jam t 2 (waktu dari TPA ke Pool) = 0.40 jam Tscs (waktu pengangkutan per trip) = 4.64 jam Nd = ( H (1-W) (t 1 +t 2 ) /T SCS = ( 7 (1 0.15) ( )) / 4.64 Nd = 1.08 trip/hari = 1 trip/hari Tabel 5.37 Hasil Perhitungan Optimasi Jumlah Trip per Hari Dump Truck Manual (Nd). W No Kendaraan (jam) t 1 t 2 Tscs H(1-W) Nd (jam) (jam) (jam/trip) (jam) (trip/hari) =(7(1-3)-(4+5))/6 1 DD 8268 A 0,15 0,55 0,40 4,64 7 1,08 2 DD 8030 AB 0,15 0,24 0,11 4,35 7 1,29 3 DD 8059 A 0,15 0,41 0,24 3,97 7 1,34 4 DD 8257 A 0,15 0,29 0,41 4,35 7 1,21 5 DD 8369 A 0,15 0,36 0,11 3,56 7 1,43 Rata-rata 1,26 Tabel 5.37 menjelasakan bahwa jumlah trip per hari (Nd) yang dihitung dengan nilai (W) off route factor adalah 1 trip per hari, hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan masih menggunakan sistem manual, jumlah titik 115

118 yang dilayani dan jarak tiap titik juga menyebabkan waktu pengangkutan per trip (T SCS ) sangat tinggi jam per trip, sangat tinggi sehingga jika nilai (W) Off Route Factor dikecilkan efisiensi optimal pada dump truck masih sebesar 1 trip per hari. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan dump truck dan kontainer agar jumlah trip dapat di tingkatkan menjadi 2 trip per hari Alternatif Pengangkutan Sampah Dan Solusi Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi lapangan, diketahui bahwa untuk metode manual 1 lokasi Hauling Time (H) yang sangat tinggi dikarenakan waktu tempuh dari TPS ke TPA pada waktu jam sibuk sehingga (H) membutuhkan banyak waktu untuk membawa sampah ke TPA, disamping itu juga Pick Up Time (P HCS ) yang sangat tinggi di karenakan menunggu mengisi kontainer dilakukan secara manual, sehingga waktu yang dibutuhkan cukup banyak. Maka strategi yang dilakukan untuk sistem pengangkutan 1 lokasi adalah merubah jam kerja pengangkutan menjadi pagi hari dan dilakukan dengan penambahan lokasi TPS/kontainer di Kelurahan menggunakan sistem HCS dengan pengangkutan menggunakan Arm Roll Truck. Dari hasil pengamatan dan identifikasi lapangan, diketahui bahwa untuk metode manual muti lokasi maka strategi yang dilakukan adalah, tetap menggunakan dump truck multi lokasi namun dilakukan penambahan dump truck manual 1 lokasi. Hal ini dikarenakan dump truck multi lokasi menggunakan sistem pengangkutan dan pembuangan secara manual. Maka memakan banyak waktu untuk melakukan Pick Up (Pc) dan In Site Time (S) di lokasi. Sehingga untuk menunjang pelayanan pengangkutan dilakukan penambahan dari peralihan dump truck 1 lokasi ke multi lokasi, agar pelayana pengangkutan dapat lebih efisien Penggantian Pengangkutan Dump Truck Metode Manual 1 Lokasi Menjadi Arm Roll Dan Penambahan Kontainer Dari hasil pengamatan eksisting maka dapat diketahui jumlah trip per hari dump truck masih sebesar 1 trip per hari. Maka untuk meningkatkan jumlah trip per hari di Kecamatan Rappocini maka dilakukan penggantian dump truck 116

119 menjadi Arm Roll truck dan perubahan jam kerja menjadi pagi hari. Sehingga dapat dilihat pada Tabel 5.38, Tabel 5.39 dan Tabel Tabel 5.38 Hasil Perhitungan Waktu Pengangkutan (Phcs) Arm roll Truck No Kendaraan Pc* Uc* Pick Up Time dbc (P HCS ) (jam) (jam/trip) = Arm Roll 1 TPS Buakana 0,50 0,20 0 0,70 2 Arm Roll 2 TPS Ballaparang 0,50 0,20 0 0,70 3 Arm Roll 3 TPS Karunrung 0,50 0,20 0 0,70 Keterangan : *Asumsi Menurut Damanhuri dan Padmi, 2016 Tabel 5.39 Hasil Perhitungan Pengangkutan Per Trip (Thcs) Arm Roll Truck No Kendaraan Pick Up Time (P HCS ) (jam/trip) Hauling Time (h)* (jam/trip) In Site Time (s) (jam/rit) Waktu Total (T HCS ) (jam/trip) = Arm Roll 1 TPS Buakana 0,70 0,41 0,05 1,16 2 Arm Roll 2 TPS Balaparang 0,70 0,44 0,05 1,19 3 Arm Roll 3 TPS karunrung 0,70 0,37 0,05 1,12 Keterangan :* standar dari dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya 117

120 Tabel 5.40 Jumlah Trip Per Hari (Nd) Arm Roll W No Kendaraan (jam) t 1 t 2 T HCS H Nd (jam) (jam) (jam/trip) (jam) (trip/hari) =(7-(4+5))/6 1 Arm Roll 1 TPS Buakana 0,15 0,71 0,14 1,16 7 4, Arm Roll 2 TPS Balaparang 0,15 0,66 0,09 1,19 7 4, Arm Roll 3 TPS karunrung 0,15 0,65 0,28 1,12 7 4,48 4 Tabel 5.40 menjelasakan bahwa jumlah trip per hari (Nd) kendaraan Arm Roll Truck dapat melakukan sebanyak ,48 trip per hari berkisar 4 trip per hari. hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan sudah menggunkan kontainer dan rute perjalanan mengalami pengalihan rute dan waktu menjadi pagi hari. sehingga tidak melewati waktu padat pada jam kerja, sehingga waktu pengumpulan sampah per trip (T HCS ) menjadi rata-rata 1.15 jam per trip. Maka hasil evaluasi pada dump truck manual untuk 1 lokasi menunjukkan perlunya penggantian dump truck menjadi arm roll dan penambahan wadah kontainer sesuai dengan jumlah dan kepadatan penduduk di Kelurahan yang dilayani Peralihan Dump Truck Metode 1 Lokasi Menjadi Dump Truck Untuk Pelayanan Pengangkutan SCS Multi Lokasi Dari hasil perhitungan data sebelumnya terlihat bahwa kendaraan dump truck (tipe SCS) pada waktu pengamatan hanya mampu melayani 1 trip per hari. Dikarenakan waktu pengumpulan sampah di titik-titik lokasi dan pembuangan di TPA (s) yang masih dilakukan seca ra manual sehingga membutuhkan cukup banyak waktu. Sehingga waktu kerja 7 jam hanya mampu melakukan pengangkutan sabesar 1 trip per hari. Dibutuhkan 13 trip untuk proses pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. Sehingga dilakukan pengalihan fungsi dari dump truck (metode 118

121 manual satu lokasi) untuk pelayanan SCS untuk membantu proses pengangkutan. Dari 3 dump truck yang ada, 1 buah sudah berumur 13 tahun. Dengan demikian pada tahun 2017 hanya ada 2 buah truck dump truck (metode manual untuk 1 lokasi) yang dialih fungsikan menjadi dump truck SCS. Tabel 5.41 Total Mengosongkan TPS (Uc) No Kendaraan Jumlah Lokasi Sampah (Ct) Volume Total (m 3 ) Kebutuhan Trip/Hari Kel. Gunungsari (DD 8268 A) 10 18,62 3 Kel. Gunungsari 9 14,63 2 (DD 8030 AB) Kel banta-bantaeng 12 14,63 2 (DD 8059 A) Kel. Bontomakio 11 18,62 3 (DD 8257 A) Kel. Rappocini 13 18,62 3 (DD 8369 A) Total 85,12 13 Rata-rata Uc (Jam) Ct.Uc (Jam) 0.,23 2,25 0,24 2,17 0,25 3,04 0,16 1,78 0,07 0,94 Sehingga jumlah total untuk pengangkutan SCS menjadi 7 buah dump truck sistem manual (Nd = 1 trip per hari) dan 2 buah dump truck (Nd = 3-4 trip per hari) untuk pelayanan 13 trip per hari untuk mempercepat peroses pengangkut sampah di Kecamatan Rappocini. Dapat dilihat perhitungan total mengosongkan TPS (Uc) Tabel 5.41 dan waktu membuang di TPA (s) Tabel

122 Tabel 5.42 Waktu Membuang Sampah di TPA No Kendaraan s (jam) Rata-rata 1 Kel. Gunung sari 2,06 (DD 8268 A) 2 Kel. Gunung sari 1,72 (DD 8030 AB) 3 Kel banta-bantaeng 0,41 (DD 8059 A) 4 Kel. Bonto makio 2,10 (DD 8257 A) 5 Kel. Rappocini 2,14 (DD 8369 A) 6 DD 9005 AB 0,20 7 DD 9313 AB 0,20 8 DD 9001 AA 0,20 Tabel 5.42 menunjukan bahwa, waktu membuang sampah di TPA untuk dump truck multi lokasi masih tetap sama di karenakan dilakukan denganmetode manual, namun dari hasil kebutuhan 13 trip/hari maka di lakukan penambahan untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan. Dump truck manual 1 lokasi dilakukan pengalihan fungsinya pada metode multi lokasi, maka waktu membuang di lokasi TPA dapat sedikit lebih cepat, dikarenakan sistem dump truck hidrolik. 120

123 Tabel 5.43 Perhitungan Waktu Pengangkutan (Pscs) No Kendaraan Ct.Uc (Jam/Rit) (np-1) dbc (Jam/rit) Pscs (Jam/Rit) 1 Kel. Gunung sari 2,25 0, (DD 8268 A) 2 Kel. Gunung sari 2,17 0,14 2,31 (DD 8030 AB) Kel. Bantabantaeng 3,04 0,12 3,16 3 (DD 8059 A) 4 Kel. Bonto makio 1,78 0,08 1,86 (DD 8257 A) 5 Kel. Rappocini 0,94 0,07 1,00 (DD 8369 A) 6 DD 9005 AB 0,19 0,10 0,29 7 DD 9313 AB 0,19 0,10 0,29 8 DD 9001 AA 0,19 0,10 0,29 Dengan hasil perhitungan waktu pengangkutan di dapatkan pengurangan waktu untuk melakukan pengangkutan sampah di setiap lokasinya, hal ini di karenakan waktu pengangkutan telah dirubah pada waktu tidak sibuk, dengan kecepatan rata-rata pada setiap dump truck adalah 25 km/jam. Sehingga di dapatkan perhitungan waktu/ trip pada Tabel 5.44 Tabel 5.44 Perhitungan Waktu Pengangkutan Per Trip (Tscs) No Kendaraan Pick Up Time (Pscs) (jam/trip) Hauling Time (h) (jam/trip) In Site Time (s) (jam/rit) Waktu Total (Tscs) (jam/trip) = Kel. Gunung sari 2,34 0,49 2,06 4,89 (DD 8268 A) 2 Kel. Gunung sari 2,31 0,46 1,72 4,67 (DD 8030 AB) 3 Kel. Banta-banteng 3,16 0,52 0,41 4,09 (DD 8059 A) 4 Kel. Bonto makio 1,86 0,43 2,10 4,39 (DD 8257 A) 5 Kel. Rappocini 1,00 0,42 2,14 3,56 (DD 8369 A) 6 DD 9005 AB 1,86 0,46 0,20 2,52 7 DD 9313 AB 1,65 0,46 0,20 2,31 8 DD 9001 AA 1,90 0,48 0,20 2,58 121

124 No Kendaraan Tabel 5.45 Perhitungan Jumlah Trip Per Hari (Nd) W (jam) t 1 (jam) t 2 (jam) Tscs (jam/trip) H(1-W) (jam) Nd (trip/hari) 8=(7*(1-3)- (4+5))/6 1 Kel. Gunung sari 0,15 0,16 0,20 4,89 7 (DD 8268 A) 1, Kel. Gunung sari 0,15 0,25 0,07 4,67 7 (DD 8030 AB) 1,21 1 Kel. Bantabantaeng 0,15 0,36 0,20 4, ,32 1 (DD 8059 A) 4 Kel. Bonto makio 0,15 0,24 0,20 4,39 7 (DD 8257 A) 1, Kel. Rappocini 0,15 0,26 0,07 3,56 7 (DD 8369 A) 1, DD 9005 AB 0,15 0,24 0,20 2,52 7 2, DD 9313 AB 0,15 0,26 0,07 2,31 7 2, DD 9001 AA 0,15 0,26 0,07 2,58 7 2,18 2 Tabel 5.45 menjelaskan bahwa jumlah trip per hari (Nd) dump truck rata-rata dapat melakukan sebanyak 1-2 trip per hari, waktu pengangkutan hal ini dikarenakan waktu pengangkutan dan penurunan sampah di TPA sebagian sudah menggunakan Dump Truck,dan waktu pengangkutan di lakukan pada pagi hari, sehingga tidak melewati jam padat. Sehingga waktu pembuangan sampah di TPA menjadi lebih cepat dan penggunaan pengalihan dump truck hidrolik menjadikan In Site Time (s) menjadi 0.20 jam per trip. Dari hasil perhitungan Tabel maka dibutuhkan 13 trip untuk proses pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. Sehingga dilakukan pengalihan fungsi dari dump truck (metode manual satu lokasi) untuk pelayanan SCS. Dari 3 dump truck yang ada, 1 buah sudah berumur 13 tahun. Dengan demikian hanya 2 buah truck dump truck (metode manual untuk 1 lokasi) yang dialih fungsikan menjadi dump truck SCS. Sehingga jumlah total untuk pengangkutan SCS menjadi 5 buah dump truck sistem manual (Nd = 1 trip per hari) dan 2 buah dump truck (Nd = 2 trip per hari) untuk pelayanan 11 trip per hari. Dapat dilihat pada Tabel

125 Tabel 5.46 Kebutuhan Dump Truck Untuk Pelayanan Sistem SCS No Jumlah Trip Jumlah Truck Sistem Manual multi lokasi (Nd = 1 Trip/hari) 2 Jumlah Truck Sistem manual 1 lokasi (Nd = 2 Trip/hari) Analisis Kebutuhan Kontainer Dan Arm Roll Di Kecamatan Rappocini Analisis kebutuhan kontainer di Kecamatan Rappocini mengacu pada SNI yang mengklasifikasikan kapasitas pelayanan kedalam 2 type sebagai berikut: o o Kontainer berkapasitas 8 m 3 dapat melayani jiwa Kontainer 10 m 3 dapat melayani jiwa Kebutuhan kontainer dapat dilihat dengan cara sebagai berikut: Jumlah kontainer = kontainer = Contoh perhitungan kebutuhan kontainer Kelurahan Gunung Sari : = Jumlah kontainer = ,75 / 8 = 117,00 8 = 14 1,3 Berdasarkan hasil analisis penggantian dump truck manual metode 1 lokasi menjadi sistem HCS bahwa 3 kendaraan arm roll truk jumlah ritasinya dapat ditingkatkan atau mengalami penambahan trip. Untuk mencapai tingkat pelayanan sebesar 46% di tahun 2017 tentunya tidak hanya dengan peningkatan 123

126 trip, tetapi dengan penambahan armada arm roll baru dan penambahan kontainer disetiap lokasi yang belum meliki kontainer maupun TPS. Dengan demikian untuk mencapai tingkat pelayanan 46% maka dibutuhkan sebanyak 3 arm roll dan 12 kontainer untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di tahun Adapun rincian kebutuhan kontainer dan arm roll tahun 2017 sampai tahun 2020 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

127 Tabel 5.47 Kebutuhan Kontainer dan Truck Arm Roll per Kelurahan di Kecamatan Rappocini Gunung Sari Karunrung Mapala Kassi-Kassi Bonto Makio Tidung Banta-Bantaeng Buakana Rappocini Ballaparang Total Kontainer Total Truck Arm Roll* Jumlah yang harus dibeli Kontainer Truck Arm Roll Keterangan: *) dihitung dari jumlah yang dilayani dibagi dengan jumlah trip per hari No Tahun Pencapaian Kelurahan Persentase 27% 46% 65% 84% 100% Tabel 5.47 menunjukkan bahwa Kecamatan Rappocini yang memiliki 10 Kelurahan pada tahun 2016 masih belum memiliki kontainer di lokasi pengangkutan. Untuk mencapai pemenuhan kebutuhan kontainer di Kecamatan Rappocini hingga tahun 2020 maka dubutuhkan sebanyak 38 kontainer dengan kapasitas 8m³ dan Arm Roll truck sebanyak 10 unit, yang direncanakan masingmasing melayani 2 4 trip pengangkutan sampah tiap harinya Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Untuk Kecamatan Rappocini di rencanakan sistem pengelolaan dengan pengumpulan sampah dari sumber sampah (rumah tangga) secara terpisah lalu membawanya ke tempat penampungan sementara (TPS). Skema pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini terlihat pada Gambar 125

128 Timbulan Sampah Yang Terangkut 66,83 ton/hari.(100%) Sampah Basah 42,77 ton/hari (64%) Sampah Kering 24,06 ton/hari (36%) Pengomposan 3,4 ton/hari (5.1%) Dimanfaatkan Plastic 0,5 ton/hari (1.2%) Kertas 1 ton/hari (1.5%) Logam 0,16 ton/hari (0.22%) Residu 39,37 ton/hari (58,9%) TPS (58.9% %) 61,47 ton/hari Residu 22,1 ton/hari (32.5%) TPA 61,47 ton/hari (91.5%) Gambar 5.13 Skema Sistem Pengelolaan Sampah Kecamatan Rappocini Maka jumlah timbulan sampah yang terangkut/masuk ke TPA akan berbeda jika dibandingkan dengan tanpa adanya sistem penanganan sampah di sumber. Dimana dengan tanpa penanganan di sumber sampah, laju timbulan sampah terangkut/masuk akan terus mengalami kenaikan pertahunnya. Demikian juga dapat dilihat pada jumlah kualitatif sampah yang terangkut/masuk ke TPA menjadi berbeda yakni 61,47 ton/hari m 3. Secara kualitatif adanya upaya reduksi sampah yang dilakukan di sumber sampah disamping dapat menurunkan biaya operasional pengangkutan sampah Analisis Kebutuhan TPS Di Kecamatan Rappocini TPS merupakan suatu bangunan atau tempat yang digunakan untuk memindahkan sampah dari gerobak atau alat pengumpul lainnya ke landasan, ke wadah kontainer, atau langsung ke truk sampah. Analisis kebutuhan TPS di Kecamatan Rappocini menagacu pada SNI yang mengklasifikasi kapasitas pelayanan TPS kedalam 3 tipe sebagai berikut : 126

129 1. TPS tipe I dapat melayanai sebanyak jiwa 2. TPS tipe II dapat melayani sebanyak jiwa 3. TPS tipe III dapat melayani sebanyak jiwa Kebutuhan TPS dapat dilihat dengan cara sebagai berikut: Jumlah TPS = = Kebutuhan TPS Tiap Kelurahan Contoh perhitungan kebutuhan TPS di Kelurahan Gunung Sari : = Jumlah TPS = 1 TPS type II Dari persamaan tersebut maka dapat diketahu jumlah kebutuhan TPS pada Kelurahan Gunung Sari adalah sebanyak 12 TPS. Penambahan tersebut dilakukan secara bertahap dengan persentase pencapain 100% hingga tahun Untuk mengefisiensikan anggaran kebutuhan pengelolaan sampah, maka akan difokuskan pembangunan TPS untuk Kelurahan yang padat penduduk terlebih dahulu, sehingga timbulan sampah pada Kelurahan yang padat dapat terlayani lebih maksimal di pencapaian target tahun pertama. Dengan kebutuhan TPS dapat dilihat dengan cara membandingkan kesesuaian jumlah penduduk dengan kapasitas pelayanan TPS atau kontainer. Hasil perhitungan kebutuhan TPS atau kontainer dapat dilihat pada Tabel

130 Tabel 5.48 Kebutuhan TPS atau Kontainer Dengan Membandingkan Jumlah Penduduk di Setiap Kelurahan di Kecamatan Rappocini Jumlah Penduduk Kelurahan Kebutuhan No TPS Persentase 27% 46% 65% 84% 100% 1 Gunung Sari TPS Type 1 9 Unit Kebutuhan Kontainer Type II- 1 Unit 2 Karunrung TPS Type 1 Kebutuhan Kontainer Unit 3 Mappala Kebutuhan Kontainer Kassi-Kassi Kebutuhan Kontainer Bonto Makio Kebutuhan Kontainer Tidung Kebutuhan Kontainer Banta-Bantaeng Kebutuhan Kontainer Buakana Kebutuhan Kontainer Rappocini Kebutuhan Kontainer Ballaparang Kebutuhan Kontainer TPS Type I 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type I 2 Unit TPS Type I 1 Unit TPS Type II 1 Unit TPS Type I 1 Unit Total Kebutuhan TPS 12 Penambahan TPS baru untuk kebutuhan pelayana pengangkutan sampah dengan cakupan pelayanan 100% pada tahun 2020 bisa dilakukan secara bertahap.untuk penyesuaian kemampuan anggaran Kecamatan maka akan dilakukan skala prioritas untuk sarana prasarana pengelolaan sampah di tiap 128

131 Tahunnya. Penambahan TPS pada Kelurahan yang belum terlayani dimulai pada Tahun anggaran Rute Pengangkutan Dan Waktu Kerja Alternatif Berdasarkan observasi lapangan terhadap operasional pengangkutan, rute pengangkutan di Kecamatan Rappocini belum sesuai dengan kriteria-kriteria antara lain : 1. Kepadatan jalan eksisting 2. Kondisi lalu lintas 3. Jarak tempuh 4. Penundaaan waktu tempuh akibat sistem 5. Jam pengangkutan Hasil pengamatan di lapangan, pemilihan rute tidak menjadi masalah utama karena jalan yang dilewati kendaraan pengangkut merupakan jalan arteri dan jalan local yang semuanya merupakan jalan beraspal, namun kondisi lalu lintas yang padat mengakibatkan kemacetan sehingga pengangkutan tidak berjalan dengan baik, maka proses pengangkutan sampah tersebut menjadi terhambat. Dengan demikian, penggantian waktu kerja menjadi penting untuk meningkatkan peroses pengangkutan sampah agar lebih baik dan efisien. Waktu kerja di pindahkan di pagi hari melihat kondisi lalu lintas yang masih lancar atau tidak ada kemacetan. 5.2 Aspek Pembiayaan Analisis aspek pembiayaan ini merupakan analisis mengenai pembiayaan yang dipengaruhi oleh aspek teknis. Analisis pembiayaan ini merupakan biaya operasional dan pemeliharaan yang harus disediakan oleh Pemerintah Kota Makassar sebagai dampak dari hasil analisis aspek teknis yang berupa optimasi dan peningkatan pelayanan. Anggaran biaya operasional dan pemeliharaan untuk pengelolaan sampah yang dikelola oleh DKP masih bersumber dari APBD Kota Makassar. 129

132 5.2.1 Evaluasi Biaya Operasional Dan Pemeliharaan (BOP) Pengangkutan Perhitungan pembiayaan dalam pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 dan SNI 3242 Tahun 2008 meliputi biaya investasi, depresiasi, biaya operasional (gaji/upah, BBM) dan biaya pemeliharaan. Hasil perhitungan biaya operasional dapat dilihat pada Tabel Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Eksisting Pembiayaan dalam pengelolaan sampah Kecamatan Rappocini untuk biaya operasional dan pemeliharaan per tahun mencapai ,- tahun 2015 untuk biaya operasional dan pemeliharaan 8 unit dump truck dan gaji petugas. Biaya operasional dan pemeliharaan yang dikeluarkan oleh Kecamatan Rappocini adalah sebesar Rp ,- dana pengelola tersebut untuk keperluan pembiayaan, meliputi biaya bahan bakar/pelumas dan biaya suku cadang kendaraan untuk operasional pengangkutan sampah. Dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, serta honor petugas untuk pembayaran upah sopir dan upah petugas. Dari hasil evaluasi aspek teknis maka pengelola persampahan di Kecamatan Rappocini perlu dilakukan penambahan 38 buah kontainer, 10 unit arm roll truck dan 1 unit dump truck. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan biaya pembelian dan pemeliharaan yang di masukan dalam APBD untuk pengelolaan persampahan di Kecamatan Rappocini. Perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan serta tenaga kerja eksisting dapat diliihat dari Tabel

133 Tabel 5.49 Hasil Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Per Tahun Eksisting NO URAIAN VOLUME HARGA SATUAN UNIT(Rp)* TOTAL BIAYA PER TAHUN (Rp) I Biaya Operasional Dump Truck 1 Biaya BBM 8 unit x 16 ltr solar / hr 128 Rp Rp Biaya Upah Pekerja (16 orang) 16 Rp Rp Biaya Pemeliharaan 8 Rp Rp Total Biaya Operasional Dump Truck Rp Keterangan : (*) Standarisasi Harga Barang dan Jasa Sesuai Kebutuhan Pemerintah Kota Makassar Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 5.49 diketahui jumlah biaya operasional untuk gaji dan biaya konsumsi bahan bakar dengan waktu operasional kerja selama 365 hari dalam setahun sebesar Rp ,- Kebutuhan solar perhari didapatkan berdasarkan hasil wawancara kepada para sopir terkait jatah solar untuk operasional. Merujuk pada SNI , maka perhitungan nilai depresiasi peralatan yang tidak melampaui umur pakai ( life time) diperhitungkan dalam biaya operasional dan pemeliharaan pengangkutan sampah. Rumusan jumlah total dari biaya operasional dan pemeliharaan sebagai berikut: Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan (total BOP) = BOP + D Dimana : BOP = Biaya Operasional dan Pemeliharaan Pengangkutan D = Depresiasi Peralatan Contoh perhitungan untuk kendaraan dump truck adalah sebagai berikut : Diketahui : Jumlah Dump Truck umur 13 tahun = 1 unit Biaya beli = Rp ,- Total investasi = Rp ,- x 1 unit = Rp ,- Nilai depresiasi/penyusutan = (nilai investasi) / (tahun pakai kendaraan) 131

134 = ,- / 13 = ,- Contoh perhitungan kendaraan dump truck adalah sebagai berikut : Diketahui : Jumlah dump truck umur 2 tahun = 2 unit Biaya beli = Rp ;- Total Investasi = Rp ,- x 2 unit = Rp ,- Nilai depresiasi/penyusutan = (nilai investasi) / (tahun pakai kendaraan) = Rp ,- / 2 tahun = Rp Perhitungan unit kendaraan lainnya dapat dihitung dengan menggunakan cara yang sama. Perhitungan biaya investasi dan depresiasi peralatan pengangkutan dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.50 Hasil Perhitungan Biaya Investasi dan Depresiasi Peralatan Eksisting No Peralatan Unit Umur Investasi Harga (Rp.**) (Thn) (Rp) Depresiasi (Rp) 1 Dump Truck lokasi Total Rp Dump Truck multi lokasi Total Rp Total Jumlah Rp (**): Standarisasi Harga Barang dan Jasa Sesuai Kebutuhan Pemerintah Kota Makassar Tahun 2015 Biaya depresiasi peralatan pengangkutan sampah dihitung berdasarkan usia pakai peralatan sebagaimana tercantum dalam SNI Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.50 diperoleh bahwa biaya depresiasi kendaraan dump truck satu lokasi dan dump truck multi lokasi adalah sebesar Rp ,- sehingga dapat dihitung total biaya operasional dan pemeliharaan (Total BOP) kondisi eksisting adalah sebagai berikut : 132

135 Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan (Total BOP), yaitu : BOP + Depresiasi =Rp ,- + Rp ,- =Rp , Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemeliharaan Setelah Dilakukan Optimasi. Untuk menghitung biaya operasional dan pemeliharaan kendaraan pengangkutan sampah, kontainer sampah per tahun, seperti yang telah dihitung kebutuhann sarana dan prasarana sesuai tingkat pelayanannya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan aspek teknis terhadap operasional pengangkutan, didapatkan bahwa dibutuhkan penambahan 34 kontainer dan 19 kendaraan arm roll truck dan 1 buah dump truck untuk meningkatkan pelayanan Kecamatan Rappocini. Hal ini berdampak pada kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan setelah dilakukan optimasi. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel

136 Tabel Kebutuhan Pembelian Kontainer, Dump Truck dan Arm Roll di Kecamatan Rappocini No Kelurahan Tahun Anggaran Persentase Kebutuhan Kontainer 27% 46% 65% 84% 100% 1 Gunung Sari Karunrung Mapala Kassi-Kassi Bonto Makio Tidung Banta-Bantaeng Buakana Rappocini Ballaparang Total Kontainer Pengadaan Kontainer (buah) Harga per Kontainer (Rp)* Total Anggaran (Rp) Pengadaan Arm Roll Harga Per Unit (Rp)** Total Anggaran (Rp) Total Anggaran Pengadaan Pertahun Sumber :Standarisasi Harga Barang dan Jasa Sesuai Kebutuhan Pemerintah Kota Makassar Tahun 2015 Tabel 5.51 untuk mencapai pemenuhan kebutuhan pengangkut sampah hingga tahun % maka pada tahun 2017 dibutuhkan 46% kebutuhan pelayanan 12 buah kontainer dan 3 arm roll, tahun 2018 kenaikan presentase sebesar 65% dengan jumlah kebutuhan 12 kontainer dan 3 dump truck, pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 84% dengan jumlah kebutuhan 10 kontainer, 3 134

137 arm roll, dan 1 dump truck. Sehingga akan di daptkan tahun 2020 dengan presentase kebutuhan 100% dibutuhkan jumlah kebutuhan kontainer sebanyak 38 buah dan arm roll 10 unit, untuk mencapai pemenuhan kebutuhan pengangkutan di Kecamatan Rappocini. Untuk menghitung biaya operasional dan pemeliharaan kendaraan pengangkut sampah tiap tahunnya, dilakukan analisis perhitungan suatu biaya yang meliputi biaya BBM, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja dan biaya lainlain, dapat dilihat pada Tabel 5.48 dan Tabel Tabel 5.52 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 7 Dump Truck Tahun 2017 Rincian Perhitungan No Uraian Harga Satuan Jumlah (Rp) Tahun Volume Satuan (Rp) Biaya Pengangkut 1 Upah Pegawai Supir ( 7 orang x 356 bulan) 84 Orang Rp Rp Pekerja (14 org x 12 bulan) 168 orang Rp Rp Belanja Bahan Bakar Minyak Solar (7 Unit) 40,880 liter Rp Rp Oli Mesin 84 Buah Rp Rp Oli Gardan 84 Buah Rp Rp Oli Transmisi 84 Buah Rp Rp Oli Hidrolik 84 Buah Rp Rp Belanja jasa KIR 7 Kali Rp Rp Belanja Penggantian Suku Cadang Penggantian Ban Luar 15 Buah Rp Rp Penggantuan Ban Dalam 19 Buah Rp Rp Penggantian Baterai ACCU 7 Buah Rp Rp Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan Rp 684,823, Sumber : Standar Harga sesuai dengan kebutuhan pemerintah Kota Makassar Tahun

138 No Tabel 5.53 Hasil Perhitungan Biaya Perawatan 3 Arm Roll Truck Tahun 2017 Uraian 1 Upah Pegawai Supir ( 3 orang x 12 bulan) Rincian Perhitungan Harga Satuan Volume Satuan (Rp) Biaya Pengangkut 36 Orang Rp Pekerja (6 org x 12 bulan) 72 Orang Rp Belanja Bahan Bakar Minyak Solar (3 Unit) Oli Mesin 18 Buah Liter Rp Oli Gardan 36 buah Rp Oli Transmisi 36 buah Rp Oli Hidrolik 36 buah Rp Jumlah (Rp) Tahun Rp Rp Rp Rp ,00 Rp Rp Rp Rp Belanja jasa KIR 3 kali Rp Rp Belanja Penggantian Suku Cadang Penggantian Ban Luar 3 buah Rp Rp Penggantuan Ban Dalam 6 buah Rp Rp Penggantian Baterai ACCU 3 buah Rp Rp Total Biaya Operasional dan Pemeliharaan Rp Sumber : Standar Harga sesuai dengan kebutuhan pemerintah Kota Makassar Tahun 2015 Berdasarkan analisis perhitungan satuan biaya operasional dan pemeliharaan tersebut diatas, maka dapat dihitung biaya operasional dan pemeliharaan tiap tahun menurut tingkat presentase pelayanan sehingga akan didapatkan perkiraan biaya operasional pemeliharaan sarana persampahan sampai akhir tahun proyeksi (2020) dapat dilihat pada Tabel

139 Tabel 5.54 Total Perhitungan Biaya Per Tahun Kendaraan Pengangkut Sampah Keterangan Perhitungan Biaya Per Tahun Kendaraan (Rp) % 46% 65% 84% 100% Dump Truck Jumlah Unit Kebutuhan BBM Upah Supir Upah Kernet Pemeliharaan Total Anggaran Pertahun Arm Roll Truck Jumlah Unit Kebutuhan BBM Upah Supir Upah Kernet Pemeliharaan Total Anggaran Pertahun Total Keseluruhan Pertahun Berdasarkan analisis perhitungan jumlah kebutuhan sarana dan prasarana pengangkutan sampah maka didapatkan pada tahun 2017 dibutuhkan Rp ,- untuk pemenuhan kebutuhan gaji dan biaya pemeliharaan kendaraan pengangkut sampah. Dengan demikian total pengeluaran tiap tahunnya untuk pengadaan, pemeliharaan dan upah kendaraan pengangkutan sampah dapat dilihat pada Tabel

140 Tabel 5.55 Perhitungan Biaya Total Pertahun No Uraian Biaya Pertahun (Rp) Pengadaan 1 Kebutuhan Pengangkutan 2 Biaya Operasional Pengangkutan 3 Total Berdasarkan Tabel 5.55 diketahui bahwa total anggaran tahun 2017 pada kendaraan pengangkut sampah yang dibutuhkan dana sebesar Rp ,- hal ini mengalami kenaikan dari yang semula adalah ,- untuk biaya kebutuhan dan prasarana pengangkutan sampah. 5.3 Aspek Kelembagaan Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar, dipimpin oleh kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dapat dilihat pada struktur organisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan. Untuk menghasilkan kualitas pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan sub stainable diperlukan suatu rencana yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan. Ditinjau dari bentuk instansi yang memiliki kewenangan sesuai dengan tanggung jawabnya, dan memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian yang didukung oleh tenaga yang terampil di bidang manajemen persampahan Manajemen Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan organisasi pemerintah yang menangani kebersihan Kota Makassar seluruhnya. Bentuk organisasi ini pada awalnya berdiri dengan nama Dinas Kebersihan Kota Makassar. Namun berganti menjadi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar. Keadaan ini berawal dengan standar yang di keluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dimana untuk kategori Kota sedang bentuk organisasinya adalah Dinas Kebersihan. Permasalahan paling mendasar dari pengelolaan sampah di Kota Makassar adalah manajemen organisasi didalam dinas itu sendiri. Kebersihan Kecamatan 138

141 Rappocini ditentukan oleh pengelolan persampahan yang baik oleh Dinas Kebersihan dan Persampahan Kota Makassar. Tugas yang diemban oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan berat sehingga diperlukan manajemen yang baik untuk menunjang kapasitas sumber daya sampai ditingkat kelembagaan. Pada tingkat lembaga, Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai struktur organisasi yang jelas dan memiliki arahan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Seksi pengangkutan sampah dibebankan kepada satu orang kepala seksi. Beban kerja atas pengangkutan persampahan yang harus ditangani oleh satu orang kepala seksi, menjadi penyebab rendahnya pelayanan pengangkutan persampahan. Fungsinya sebagai perencana, pelaksana, pengawas dan pelapor tidak dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga perlu dilakukan pembagian tugas pengawas sesuai dengan zona kecamatan agar dapat seimbang Tata Laksana Kerja Pengangkutan Sampah Penanganan kebersihan sampah Kecamatan Rappocini oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan harus ditunjang oleh tata laksana kerja yang baik. Ditinjau dari hasil evaluasi aspek teknis maka ketertarkaitan tata laksana kerja berpengaruh besar terhadap peningkatan pelayanan pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pegawai dan pejabat di Dinas Kebersihan dan Pertamanan dapat diketahui beberapa permasalahan pengangkutan persampah yang dapat dilihat dari tata laksana kerja : 1. Kurangnya kendaraan pengangkut sampah yang memadai. 2. Kurang tegasnya pimpinan Dinas untuk memberikan sanksi kepada petugas dan sopir yang melanggar aturan 3. Tidak adanya pengawasan bagi petugas pengangkut sampah 4. Tidak adanya kontainer yang tersedia dilokasi 5. Pemindahan sampah masih dilakukan secara manual 6. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan dari sumber Permasalahan di atas memberikan gambaran secara jelas bahwa perlu adanya perubahan tata laksana yang dapat menunjang peningkatan kinerja dari petugas pengangkut sampah. Hasil pengamatan di lapangan dan wawancara 139

142 dengan sopir dan petugas pengangkutan sampah, dapat digambarkan bahwa pelayanan yang rendah diakibatkan oleh beberapa hal yaitu : 1. Rendahnya pengawasan. Petugas pengangkutan sampah dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pengawas tidak maksimal. Pengawas yang telah ditunjuk dari dinas tidak melakukan tugasnya secara optimal. Akibatnya di lapangan petugas pengangkut pada gerobak motor melakukan pekerjaannya tidak sesuai jadwal dengan mengambil sampah yang harusnya 3 sampai 4 kali menjadi 1 atau 2 kali saja. Maka berakibat sampah di perumahan-perumahan menginap semalam untuk diangkut kembali pada keesokan harinya. 2. Kedisiplinan petugas pengangkut sampah. Petugas yang mengangkut sampah datang tidak tepat waktu, sehingga waktu pengangkutan juga ikut mengalami keterlambatan. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi kerja dari atasan. 3. Kurangnya Kendaraan Pengangkut. Berdasarkan hasil evaluasi teknis terlihat bahwa masih banyak sampah yang masih belum terangkut di akibatkan ritasi pengangkutan hanya bisa di lakukan 1 trip per hari. hal ini disebabkan kurangnya sarana pengangkutan yang memadai. 4. Tidak tersedia kontainer Tidak tersedianya kontainer yang ditinggal di lokasi, mengakibatkan pengangkutan sampah menjadi terhambat. Sampah yang seharusnya langsung dimasukkan ke dump truck harus menunggu datangnya gerobak motor untuk memindahan sampah ke truck hingga penuh. 5. Pemindahan secara manual Sampah yang terdapat pada gerobak motor dan atau yang berada pada titik lokasi pengangkutan masih diangkut secara manual, hal ini menyebabkan terjadinya jumlah waktu pengangkutan menjadi semakin lama. 140

143 6. Anggaran yang tidak mencukupi. Pembagian bahan bakar jumlahnya sama untuk semua jenis truck yang digunakan melayani pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini menyebabkan berkurangnya kinerja pengangkutan karena tidak cukup untuk pengangkutan 2 ritasi per hari. Dari evaluasi diatas maka perlu diketahui pembebanan terhadap tata laksana kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk meningkatkan kinerja yang baik sebagai pengelola kebersihan di Kecamatan Rappocini Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengangkutan Sampah Suatu kelembagaan yang baik mempunyai beban kerja yang seimbang dan sumber daya manusia yang memadai. Pada tingkat sumber daya secara individual seorang harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi. Artinya seorang pekerja wajib mengetahui apa yang dikerjakannya, terampil dalam bekerja dan mempunyai tingkat pendidikan sehingga dapat bekerja dengan professional. Personil pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini berjumlah 8 supir ditambah 16 orang petugas pengangkut. Menurut Kepala Penanggung jawab Kebersihan di Kecamatan Rappocini, jumlah ini masih akan bertambah. Berikut Tabel 5.52 hasil data wawancara pada personil pengangkut sampah. 141

144 Tabel 5.56 Hasil Data Wawancara Pada Personil Pengangkut Sampah No Pertanyaan Wawancara Pilihan Jawaban 1 Jam Kerja per hari a. Cukup b. Tidak cukup 2 Pendidikan Terakhir a. SMP b. SMA c. SMK d. Kuliah 3. Upah karyawan a. Cukup b. Tidak cukup 4 Penambahan ABK a. Butuh b. Sudah cukup 5 Prasarana pengangkutan a. Baik b. Cukup c. kurang Jawaban Responden (%) Penentuan Prioritas Penanganan Permasalahan Dengan Analisis SWOT Dalam menyusun Rencana Strategi ini menggunakan analisis SWOT yang merupakan pendekatan manajerial dalam menentukan variable-variabel yang menentukan dan berpengaruh terhadap kinerja kelembagaan baik positif maupun negative. Penilaian rating untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi analisis SWOT dilakukan setelah mengadakan pengamatan di lapangan dan wawancara pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dalam hal ini di Kecamatan Rappocini. Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemerintah dalam pengelolaan daerahnya. Analisis ini dapat didasarkan pada logika yang dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2001). Analisis dilakukan dengan cara melakukan pembobotan terhadap masing-masing aspek, bobot pada masing-masing komponen S, W, O dan T akan menentukan posisi kuadran dalam pemilihan strategi yang tepat. 142

145 Strategi Pengembangan Pengangkutan Sampah Dengan Analisis SWOT Penggunaan analisis SWOT dengan memaksimalkan kakuatan (Strengths) dan peluang ( Opportunities) dan ancaman ( Threats) (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT ini dapat digunakan untuk menganalisis aspek kelembagaan terutama untuk mengevaluasi kinerja dari lembaga yang mengelola persampahan indikatorindikator dari hasil pengamatan dilapangan dan data yang ada. Wawancara untuk penelitian di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar dengan narasumber sebagai berikut : a. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar b. Sekertaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar c. Kepala Bidang Pengelolaan Sampah d. Kepala Kecamatan Rappocini e. Kepala Seksi Pengangkutan Sampah Kecamatan Rappocini f. Staf Kebersihan Kecamatan Rappocini I. Faktor Internal Analisis faktor internal merupakan analisis yang menilai kinerja atau presentasi yang menjadi faktor kekuatan dan kelemahan yang ada dalam mencapai tujuan organisasi. Faktor strategi adalah faktor yang dominan dan kekuatan, kelemahan dan peluang serta ancaman yang akan memberikan pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang dapat memberikan bila dilakukan tindakan yang positif. a. Kekuatan (Strength) 1. Telah ada peraturan yang terkait dengan peraturan sampah yaitu: Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3/PRT/M/2013 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran Prasarana & Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga 2. Telah ada ketentuan tentang struktur organisasi yang terkait dengan kegiatan pengangkutan sampah di Kota Makassar yaitu: 143

146 Peraturan Daerah Pemerintah Kota Makassar No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar. Ketentuan struktur organisasi telah dilengkapi dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. 3. Telah ada alokasi dana yang disediakan untuk biaya operasional pengangkutan sampah setiap tahunnya untuk pengumpulan dan pengangkutan sampah. 4. Telah tersedia prasarana dan sarana pengangkutan sampah berupa kendaraan 8 dump truk dan 3 buah TPS. 5. Adanya bantuan dari Pemerintah Daerah untuk pelatihan bidang persampahan. b. Kelemahan (Weakness) 1. Jumlah alokasi anggaran setiap tahunnya tidak mencukupi untuk pengangkutan sampah. 2. Kegiatan pengangkutan sampah masih belum efisien, hanya sebanyak 1 trip per hari untuk satu kendaraan, karena mqsih menggunakan metode manual. 3. Masih ada 7 Kelurahan yang belum difasilitasi dengan TPS, sehingga sampah masih ditempatkan di pinggir jalan. 4. Tidak ada petugas pengawas dalam kegiatan pengangkutan sampah. II. Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal merupakan kondisi yang ada dan cenderung muncul dari luar organisasi, namun dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja Dinas Kebersihan Kota Makassar Kecamatan Rappocini sehingga dapat menentukan keberhasilan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. a. Peluang (Opportunity) 144

147 1. Adanya kepedulian masyarakat dalam upaya pengangkutan sampah mandiri dari perumahan ke TPS terdekat. 2. Adanya program lomba kebersihan tingkat nasional Adipura. 3. Adanya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi pengangkutan sampah sesuai ketentuan. b. Ancaman (Treat) 1. Kenaikan harga BBM serta harga suku cadang kendaraan dapat mempengaruhi biaya operasional pengangkutan sampah 2. Meningkatnya timbulan sampah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya Matriks SWOT Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana ketertarikan komponen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil analisis, kuadran berada pada strategi SO dengan Strategi yang dianggap tepat untuk penanganan pengangkutan sampah Kota Makassar Kecamatan Rappocini. 1. Strategi SO Strategi ini dibuat atas dasar memanfaatkan seluruh kekuatan dimiliki pengelolaan persampahan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya 2. Strategi ST Strategi dengan dasar menggunakan kekuatan yang dimiliki pengelolaan persampahan untuk mengatasi ancaman 3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada pada sistem pengelolaan persampahan 4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 145

148 Tabel 5.57 Matriks SWOT Intenal dan Eksternal Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Telah ada peraturan yang terkait dengan peraturan sampah yaitu: Perda No.4/2011, dan PerMen PU No. 3/PRT/M/ Telah ada ketentuan tentang struktur organisasi yang terkait dengan kegiatan pengangkutan sampah yaitu: Perda Kota Makassar No.3/ Memiliki alokasi dana untuk biaya operasional pengangkutan sampah. 4. Telah tersedia 8 dump truck dan 3 TPS. 5. Adanya bantuan Pemda untuk Faktor Eksternal pelatihan bidang persampahan Peluang (O) Strategi SO Strategi WO 1. Adanya program Adipura. 2. Adanya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi pengangkutan sampah. 1. Mengadakan lomba antar Kelurahan dalam rangka program Adipura 2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan aparat secara berkala tentang pengelolaan, termasuk reduksi sampah 3. Meningkatkan pendapatan retribusi dengan memperbaiki sistem pembayarannya 1. Jumlah alokasi anggaran setiap tahunnya tidak mencukupi untuk pengangkutan sampah. 2. Kegiatan pengangkutan sampah masih belum efisien, karena masih menggunakan metode manual. 3. Masih ada 7 Kelurahan yang belum difasilitasi dengan TPS, sehingga sampah masih ditempatkan di pinggir jalan. 4. Tidak ada petugas pengawas dalam kegiatan pengangkutan sampah. 1. Menambah fasiltas pengangkutan dan TPS memanfaatkan komitmen sektor kebersihan dalam pencapaian program 2. Meningkatkan kualitas SDM termasuk penambahan tenaga ahli dalam pengelolaan sampah melalui pelatihan maupun pendidikan formal 3. Mengembangkan lokasi lokasi pengangkutan sampah pada pelayanan multi lokasi di setiap Kelurahan menjadi TPS Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT 1. Kenaikan harga BBM 1. Melakukan perawatan kendaraan untuk 1. Mengoptimalkan efisiensi serta harga suku mendukung kegiata pengangkutan secara pengangkutan sampah dengan cadang kendaraan rutin dan tetap memperhatikan kapasitas dan metoda dapat mempengaruhi 2. Melakukan sosialisasi kepada pengangkutan. biaya operasional masyarakat mengenai pentingnya reduksi 2. Memperbaiki struktur organisasi pengangkutan sampah sampah pengelolaan sampah dengan 2. Meningkatnya 3. Mengoptimalkan pengelolaan sampah memperhatikan kebutuhan tenaga timbulan sampah sesuai dengan perda pengelolaan sampah pengawas. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya yaitu : Berdasarkan analisis SWOT, maka strategi yang menjadi prioritas utama 146

149 1. Membuat rencana kerja meningkatkan dukungan pengangkutan sampah dan memanfaatkan komitemen dalam pencapaian program. 2. Mendayagunakan kekuatan berupa kewenangan dalam otonomi daerah serta kelembagaan yang sudah cukup efektif dan efisien untuk melakukan kerjasama lintas sektor dan swasta. 3. Meningkatkan kebersihan kota dalam rangka program adipura 4. Meningkatkan kinerja lembaga dalam pengelolaan sampah kota Rekomendasi Berdasarkan hasil evaluasi baik aspek teknis, finansial dan kelembagaan maka dapat diketahui permasalahan rendahnya tingkat pelayanan. Permasalahan yang ada dapat diatasi dengan melakukan efisiensi sesuai dengan hasil evaluasi. Rekomendasi sebagai masukan bagi pemerintah dalam penyelesaian masalah dalam upaya peningkatan tinjauan dari aspek teknis, finansial, dan kelembagaan Aspek Teknis 1. Membuat TPS di Kelurahan Antang, Emmy Saelan, Faisal, Kassi-kassi, dan Rappocini. 2. Menempatkan kontainer disetiap titik pengangkutan sampah. 3. Menambah kendaraan pengangkut sampah jenis arm roll sampai dengan tingkat target pelayanan. 4. Meningkatkan jumlah pengangkutan sampah menjadi 2 atau 3 trip per hari. 5. Menambah jumlah personil tenaga pengangkut sampah sehubungan dengan penambahan kendaraan pengangkut jenis arm roll 6. Membuat jalur alternatif pengangkutan untuk TPS yang belum mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah 7. Mengubah jam pengangkutan menjadi pagi hari atau pada waktu dimana tidak terjadi kemacetan. 147

150 Aspek Finansial Memperbaiki biaya total operasional pengangkutan sampah dengan memperbaiki sistem dengan lebih mengefisiensikan pelayanan pengangkutan dan melakukan penetapan tarif pelayanan persampahan untuk menutupi/mengganti biaya penyelenggaraan pelayanan pengangkutan sampah Aspek Kelembagaan 1. Menambah fasilitas pengangkut dan TPS dengan memanfaatkan komitmen sector kebersihan dalam pencapaian program. 2. Meningkatkan pendapatan retribusi dengan memperbaiki sistem pembayaran 3. Mengembangkan lokasi-lokasi pengangkutan sampah pada pelayanan SCS disetiap Kelurahan menjadi TPS 4. Mengoptimalkan efisiensi pengangkutan sampah dengan memperhatikan kapasitas dan metoda pengangkutan 5. Memperbaiki struktur organisasi pengelolaan sampah dengan memperhatikan kebutuhan tenaga pengawas. 148

151 (halaman ini sengaja dikosongkan) 149

152 6 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Rappocini, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1. Jumlah Ritasi kendaraan dump truck metode 1 lokasi dan dump truck metode multi lokasi hanya 1 rit per hari. Disebabkan pemindahan sampah (Pc) membutuhkan waktu pengangkutan 2 jam lebih lama karena tidak adanya kontainer di lokasi sehingga pemindahan sampah dilakukan secara manual dan pengangkutan sampah dilakukan pada waktu jam sibuk. Mengakibatkan waktu pengangkutan (h) membutuhkan waktu lebih banyak. Sehingga dilakuka pergantian sistem dari SCS menjadi HCS dengan penambahan kontainer sebanyak 12 buah pada tahun 2017 dengan cakupan target pelayanan 46%. Penambahan untuk cakupan pelayanan dilakukan bertahap dengan penambahan setiap tahunnya di setiap Kelurahan yang belum terlayani. Hingga tahun 2020 dibutuhkan sebanyak 38 buah kontainer 10 dan arm roll truck. Efisiensi pengangkutan dapat ditingkatkan menjadi 2 sampai 4 trip per harinya dengan percepatan waktu mengangkut sampah di TPS dan menuju TPA dengan menggunakan rute alternatif dan waktu pengangkutan dilakukan pada pagi hari. 2. Peningkatan jumlah kendaraan dan trip pengangkutan menjadikan biaya operasional mengalami kenaikan dari Rp ,-. Menjadi Rp ,- pertahunnya. 3. Hasil analisis faktor internal dan eksternal maka strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengangkutan sampah yaitu: 1. Menambah fasilitas pengangkut dan TPS dengan melihat komitmen sector kebersihan dalam pencapaian program. 2. Meningkatkan pendapatan retribusi 150

153 3. Menambahkan kontainer di lokasi-lokasi pengangkutan pada pelayanan SCS disetiap Kelurahan menjadi HCS. 4. Memperbaiki struktur organisasi pengelolaan sampah dengan menambah kebutuhan tenaga pengawas. 6.2 Saran Untuk pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untu : 1. Penanganan sampah pada sumber untuk mendapatkan alternative reduksi sampah dengan potensi daur ulang dan composting. 2. Mengembangkan TPS3R untuk menunjang TPS yang sudah di rencanakan. 3. Mengembangkan pola kemitraan dalam pengelolaan sampah. 151

154 DAFTAR PUSTAKA Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2013), Penanganan Sampah di Kota Makassar, Makassar. Badan Pusat Statistik (2013), Makassar dalam angka, Makassar. Badan Pusat Statistik (2013), Kecamatan Rappocini dalam angka, Makassar. Direktorat Pembangunan Penyehatan Lingkungan Permukiman, (2013), Mekanisme Pengelolaan, Jakarta Damanhuri, E., dan Tri Padmi. (2010), Pengelolaan Sampah, Diktat Kuliah TL Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Ismail, H.A., Usman, V.Y., Chairani, L., (2012), Metropolitan Cities s Wasre Transportation Model, Procedia-Social and Beahavioral Sciences, Vol. 65, Hal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2008). Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta Kodri, (2015), Tesis Evaluasi Pengangkutan Sampah Di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo,Sidoarjo. Koentjaraningrat. (2006), Metode-metode Penelitian Masyarakat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Keputusan Mentri Kimpraswil Nomor 534/KPTS/M/2001. Undangundang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta. Maryono, Jurnal Kajian Pengangkutan Persampahan di Kota Semarang Berdasarkan Grafik pengendalian Kecepatan,Semarang. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 21 PRT/M/2006. (2006), Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah (KSNP -SPP), Mentri Pekerjaan Umum, Jakarta. 152

155 Peraturan Pemerintah Nomor 81/2012. (2012), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, Jakarta. Rangkuti, F. (2004), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta SNI , (2002), Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Standar Nasional Indonesia, Jakarta SNI , (2008), Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman, Standar Nasional Indonesia, Badan Standaridsasi Nasional, Jakarta. Ti Huang, Y., Pan, C. T., Kao, J.J. (2011), Performance assessment for municipal solid waste collection in Taiwan. Journal of Enviroment Management, Vol 92, No. 4, Hal Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste Management, Mc.Graw Hill Inc, Internasional Editions, New York. Zsigraiova, Z., Travers, G., Semiao, V.dan Carvalho, M., (2009 ), Integrated Waste-to-energy conversion and waste transportation with in island communities. InstitutoSuperior Te cnico, Av. RoviscoPais, Lisbon, Portugasl. Vol. 34, Hal

156 7 BIODATA PENULIS Memiliki nama lengkap MARDIA PUTRI PRASETYA, penulis dilahirkan di Jayapura,Papua, 21 July Penulis adalah putri dari pasangan Eko Budhi Ariyanto, dan Marwah Yusuf Late (Alm). Penulis merupakan anak pertama dari 4 (empat) bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu di TK Pertiwi, Fak-fak, SD Al-Ikhsan Yapis Jayapura, SMPN 5 Jayapura, dan SMAN 1 Jayapura. Setelah lulus dari SMAN 1 Jayapura pada Tahun 2009, penulis melanjutkan studi pada Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin pada Tahun Penulis pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) pada Tahun Penulis melaksanakan Kerja Praktik di perusahaan Kertas Indah Kiat Pulp and Paper, Tangerang. Pada pertengahan Tahun 2013, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Studi Pengelolaan Sampah Perkantoran dan Prospek Pengembangannya di Kota Makassar. Pada Tahun 2014, penulis melanjutkan kuliah Pascasarjana (S2) di Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Bagi pembaca yang memiliki saran dan kritik dapat menghubungi penulis via Mardiaprasetya@gmail.com 154

Kata Kunci : sampah, angkutan sampah, sistem angkut sampah

Kata Kunci : sampah, angkutan sampah, sistem angkut sampah ABSTRAK Transportasi sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada Kecamatan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM Astrin Muziarni *) dan Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG Disusun Oleh

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA Kristub Subur, Agustina Wilujeng, Harmin Sulistiyaning Titah Program Studi Magister Teknik Prasarana Lingkungan Pemukiman

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD. Sidang Tesis

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD. Sidang Tesis Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD Dosen Penguji : Alia Damayanti, ST, MT, PhD Dosen Penguji : Drs. Satrijo Wiweko, MT Disampaikan oleh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG

ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, Volume 2, No. 2, April 2013 ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG I Komang Trisna Satria Pramartha 1,

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan, khususnya Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri, diikuti oleh peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan yang menyebabkan penumpukan sampah di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Terdapat banyak pengertian mengenai sampah menurut para ahli, antara lain sebagai berikut: 1. Sampah adalah barang yang tidak dipakai lagi lalu dibuang (Badudu

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG NANANG FAKHRURAZI 1,JONI HERMANA 2, IDAA WARMADEWANTHI 2 1 Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya Tugas Akhir 091324 Diajukan Oleh: Nurul Setiadewi 3310100017 Dosen Pembimbing: Welly Herumurti, S.T., M.Sc Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah dan Permasalahannya Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi barang dari sumber daya alam. Disamping

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH

BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH Bagian ini menjelaskan secara teoritis metode pengangkutan sampah, pola dan operasional pengangkutan sampah, serta perhitungan optimasinya. Dijelaskan pula peralatan serta

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman

DAFTAR TABEL. Halaman DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kriteria-kriteria Evaluasi Kebijakan Publik... 18 Tabel 2.3 Skala Perbandingan Berpasangan..... 21 Tabel 3.1 Konversi Angka... 29 Tabel 4.1 Tingkat Kelerengan Wilayah Kota

Lebih terperinci

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT PROPOSAL PROYEK AKHIR STUDI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR STUDY ON SOLID WASTE COLLECTION AND TRANSPORT IN SANGATTA CITY,EAST KUTAI Yayuk Tri Wahyuni NRP 311

Lebih terperinci

Metoda Pemindahan dan Pengangkutan

Metoda Pemindahan dan Pengangkutan Metoda Pemindahan dan Pengangkutan Sampah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali. Didasarkan jenis sampah terpilah, dilakukan: 1. Pengaturan jadwal pemindahan & pengangkutan, sesuai jenis sampah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG PRESENTASI TESIS 1 PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG M. AGUS RAMDHAN (3310202701) PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) PRESENTASI TESIS PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL ) DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM, MApp.Sc OLEH : MALIK EFENDI (3310202708)

Lebih terperinci

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN Ahmad Solhan, Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Ajeng Rudita Nareswari 1 dan Nieke Karnaningroem 2 1 Program Magister Teknik Prasarana

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA

PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA TUGAS AKHIR-PL 1603 PERENCANAAN PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH KELURAHAN GAYUNGAN SURABAYA ERDI FARDIAN NRP 3304 100 055 Dosen Pembimbing : Ir. Atiek Moesriati, MKes JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck

Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck TPA POOL Keterangan : BL 8041 AJ BL 8098 AH Kontainer 4. TPS Gerobak 1,5 m³ sebanyak 6 unit, bak pasangan bata terbuka 3 m³ sebanyak 1 unit, kontainer

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ 3306 100 086 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA Teguh Jaya Permana dan Yulinah Trihadiningrum Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO Oleh : EBERT FEBRIANUS TONIMBA Dosen Pembimbing : Prof. Ir. JONI HERMANA, M.Sc.ES., Ph.D. LATAR BELAKANG Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia

Lebih terperinci

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun DISUSUN OLEH: TALENT NIA PRAMESTYAWATI 3309100053 DOSEN PEMBIMBING:

Lebih terperinci

Kata kunci: pengangkutan sampah, ritase, cakupan pelayanan.

Kata kunci: pengangkutan sampah, ritase, cakupan pelayanan. KAJIAN SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BATU Yosa Putri Hapsari, Dewi Dwirianti, Yulinah Trihadiningrum Program Pascasarjana, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya E-mail: yprincess@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU) I Gusti Ayu Nyoman Sugianti dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN E-3-1 OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN Achmad Safei, Joni Hermana, Idaa Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo ABSTRAK Penyebab utama permasalahan sampah

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG EVALUATION OF SOLID WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN MALANG CITY

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG EVALUATION OF SOLID WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN MALANG CITY EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG EVALUATION OF SOLID WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN MALANG CITY Achmad Widarto PT. Indra Karya Wilayah I Malang Jl. Surabaya No. 3A Malang wid_alf@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE Yohanes R. Maswari dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ryan@enviro.its.ac.id ABSTRAK Tingkat pelayanan persampahan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA. Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM:

ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA. Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM: ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM: 1104105124 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 ABSTRAK Pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG Delfianto dan Ellina S. Pandebesie Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH

EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH Wike Yolanda, Endah Angreni, Adhi Yuniarto Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan ITS Email: yolanda_1102@yahoo.com

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) Bandung

Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) Bandung Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) 2006466 Bandung LAMPIRAN A : DESAIN SURVEY Dalam studi ini, pengumpulan data menjadi sangat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci :Volume timbulan sampah, kebutuhan armada pengangkut sampah, BOK Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana,

ABSTRAK. Kata kunci :Volume timbulan sampah, kebutuhan armada pengangkut sampah, BOK Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana, ABSTRAK Peningkatan jumlah samapah di Kabupaten Jembrana, khususnya Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana, diikuti oleh peningkatan jumlah penduduk dan menyebabkan penumpukan sampah dibeberapa wilayah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sampah Berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi

Lebih terperinci

Karakteristik dan Komposisi Sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Kota Ternate dan Alternatif Pengelolaannya

Karakteristik dan Komposisi Sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Kota Ternate dan Alternatif Pengelolaannya Karakteristik dan Komposisi Sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Kota Ternate dan Alternatif Pengelolaannya Muhammad Nurlete, Gabriel S.B.Andari, Irma Gusniani Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL Oleh : ROFIHENDRA NRP. 3308 202 014 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. YULINAH TRIHADININGRUM,

Lebih terperinci

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh : Dorry Jaya W (3306 100 053) Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.188, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Sampah. Rumah Tangga. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN SEMARANG TENGAH, KOTA SEMARANG Hamida Syukriya*), Syafrudin**), Wiharyanto Oktiawan**)

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN SEMARANG TENGAH, KOTA SEMARANG Hamida Syukriya*), Syafrudin**), Wiharyanto Oktiawan**) SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN SEMARANG TENGAH, KOTA SEMARANG Hamida Syukriya*), Syafrudin**), Wiharyanto Oktiawan**) ABSTRACT Solid waste management has become one of the major problems in developing

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH DI PERMUKIMAN PENDUDUK DESA SUMBERGEDANG, KECAMATAN PANDAAN, PASURUAN

PERENCANAAN SISTEM PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH DI PERMUKIMAN PENDUDUK DESA SUMBERGEDANG, KECAMATAN PANDAAN, PASURUAN TUGAS AKHIR PL 1603 PERENCANAAN SISTEM PEWADAHAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH DI PERMUKIMAN PENDUDUK DESA SUMBERGEDANG, KECAMATAN PANDAAN, PASURUAN KURNIA RETNO DWI KRISTANTI NRP 3302 109 009 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti

Lebih terperinci

PENGARUH STASIUN PERALIHAN ANTARA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBAKSARI, SURABAYA

PENGARUH STASIUN PERALIHAN ANTARA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBAKSARI, SURABAYA PENGARUH STASIUN PERALIHAN ANTARA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBAKSARI, SURABAYA THE EFFECTS OF TRANSFER STATION ON RESIDENTIAL SOLID WASTE MANAGEMENT IN TAMBAKSARI DISTRICT,

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Vehicle Routing Problem with Time Windows untuk Pengangkutan Sampah Rayon Surabaya Pusat

Aplikasi Metode Vehicle Routing Problem with Time Windows untuk Pengangkutan Sampah Rayon Surabaya Pusat Aplikasi Metode Vehicle Routing Problem with Time Windows untuk Pengangkutan Sampah Rayon Surabaya Pusat Oleh : PrasidyaTyanto 33 10 100 087 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. YulinahTrihadiningrum, MAppSc.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Karanganyar yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan manusia sehari-hari

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN SAMPAH PASAR DAN SENTRA MAKANAN DI KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

POTENSI PEMANFAATAN SAMPAH PASAR DAN SENTRA MAKANAN DI KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO POTENSI PEMANFAATAN SAMPAH PASAR DAN SENTRA MAKANAN DI KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR RE 091324 RIZKI RAMADHANI FERINA 3310100086 DOSEN PEMBIMBING SUSI AGUSTINA WILUJENG, S.T, M.T JURUSAN

Lebih terperinci

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P OLEH : SIGIT NUGROHO H.P 3110040708 MENGAPA SAMPAH DOMESTIK Sampah Domestik (khususnya rumah tangga) merupakan Penyumbang terbesar ( menurut penelitian mencapai 80 % sampah dikediri berasal dari sampah

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL Rofihendra 1 dan Yulinah Trihadiningrum 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA LIWA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA LIWA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA LIWA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT M. Budi Setiawan, Atiek Moesriati dan Harmin S. Titah Jurusan Teknik Lingkungan, Program Pascasarjana, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Dalam aktivitas sehari-hari, manusia sering kali bergantung dengan bahanbahan yang dihasilkan oleh alam. Dalam proses pemanfaatan bahan-bahan yang dihasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR + BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam yang berbentuk padat seringkali menjadi penyebab timbulnya masalah jika tidak dikelola dengan baik.

Lebih terperinci

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR Dewa Nyoman Raka, Agus Slamet Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ABSTRAK Kabupaten Gianyar dipandang perlu memiliki rencana

Lebih terperinci

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH A. PEWADAHAN SAMPAH 1. Pendahuluan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG KEBERSIHAN KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I Made Arnatha Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

I Made Arnatha Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar STUDI OPTIMASI TEKNIS OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN MODEL SIMULASI (Studi Kasus Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2004-2024) I Made Arnatha Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT SONNY SAPUTRA 3305100076 PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT Latar Belakang Kecamatan Gedangan yang berlokasi di Sidoarjo Jawa Timur merupakan kecamatan yang padat penduduknya. dengan penduduk lebih dari

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN SAMPAH, PERIZINAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH, DAN KOMPENSASI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS Puji Setiyowati* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR Oleh : I Gusti Bagus Gede Wahyu Dwi Pratama 0419151025 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang PERANSERTA MASYARAKAT DALAM USAHA MEMPERPANJANG MASA PAKAI TPA KEBON KONGOK KOTA MATARAM Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Email: imam_dpu@yahoo.com

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **)

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **) PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **) ABSTRACT Solid waste management has become an increasingly urgent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan anggapan akan memperoleh

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI maksud dan tujuan ruang lingkup pengertian... 1

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI maksud dan tujuan ruang lingkup pengertian... 1 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI..... maksud dan tujuan....2 ruang lingkup....3 pengertian... BAB II PERSYARATAN PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN KETENTUAN... 4 3. Umum... 4 3.2 perencanaan...

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 36 PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 37 EKSPOSE P1 ADIPURA TAHUN 2017 / 2018 21 38 39 KOORDINASI PENYAMBUTAN PENGHARGAAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP Merupakan kegiatan untuk memberikan apresiasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung BUNGA DWIHAPSARI, SITI AINUN, KANCITRA PHARMAWATI Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI TUGAS AKHIR OLEH : I GEDE ARTAWAN 0219151040 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2011 ABSTRAK Meningkatnya pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci