MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)"

Transkripsi

1 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5. PROPAGASI 6. PENDALAMAN MODUL 1. PENDAHULUAN Cuaca merupakan faktor penting dari segitiga penyakit yang membantu atau memacu bagi terjadinya penyakit pada pertanaman atau dalam areal tertentu baik secara langsung mempengaruh patogennya atau pertumbuhan vektornya. Pengetahuan yang mendasar mengenai peranan cuaca ini sangat membantu dalam membangun konsep peramalan penyakit dengan pendekatan unsur-unsurnya, sperti: suhu udara, kelembaban nisbi, kecepatan angin, lama penyinaran, dan sebagainya. Demikian pentingnya peranan unsur tersebut, maka banyak studi epidemiologi yang menekankan pada pendekatan ini yang beberapa contohnya disampaikan dalam modul ini. Namun demikian peranan penelitian yang lebih komprehenship masih perlu dikembangkan khususnya untuk peramalan penyakit di lapangan (Semangun, 1979). Masalah yang relatif sulit dalam pengematan hubungan cuaca dengan kejadian penyakit di lapangan pada dasarnya terletak pada beberapa hal, antara lain: sedikitnya informasi mengenai situasi kejadian penyakit dalam kondisi cuaca mikro, yakni pada permukaan jaringan tanaman itu sendiri. Hal ini tidak aneh mengingat kurangnya peralatan untuk studi hal tersebut dan demikian mikroskopisnya proses epidemi yang terjadi yang hanya bisa diamati dengan menggunakan kaca pembesar (mikroskop). Hal lain adalah pengetahuan mengenai hubungan perubahan cuaca makro atau meso terhadap kondisi mikronya, yang tentu saja memerlukan konversi rumusan tertentu yang dapat dijadikan acuan secara umum. 5 (SPEED) SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

2 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenalkan contoh-contoh penelitian epidemiologi penyakit tanaman yang melalui pendekatan unsur cahaya, baik di luar negeri maupun di dalam negeri yang dengan cara ini akan sangat membantu mahasiswa dalam mengadopsi teknologi penelitian sejenis dalam kondisi lingkungan yang berbeda. 2. Mahasiswa akan mampu membedakan pengaruh unsur cuaca secara tunggal dan majemuk dalam proses epidemi penyakit, apakah menyangkut sporulasi, distribusi, maupun ketahanannya di alam. 3. KEGIATAN BELAJAR Hubungan cuaca dengan penyakit tumbuhan Hubungan unsur cuaca dengan kejadian penyakit telah diketahui oleh para petani diseluruh dunia, khususnya kondisi cuaca pada saat budidaya tanaman tersebut tumbuh di lapangan. Cuaca merupakan istilah yang digunakan untuk keadaan lingkungan udara terbuka, yang unsurnya dapat terdiri dari cahaya, suhu, hujan, bersalju, kelembaban, embun, keadaan berawan, keadaan cerah, berangin, pergerakan udara, penguapan, dan tekanan udara atau atmosfer. Salah satu atau gabungan dari unsur tersebut berpengaruh terhadap kejadian penyakit tumbuhan. Sebagai contoh dalam kebun apel, pergerakan udara baik oleh angin atau arus naik ( eddy currens) mampu membawa spora jamur scab (kudis) dari daun yang tua dekat permukaan tanah ke atas dan menginfeksi daun yang peka dan buahnya. Suhu dan kelembaban juga berpengaruh pada banyak kejadian penyakit. Fire blight pada apel dan pear sebagai contohnya, akan cepat berkembang apabila kondisinya hangat, basah pada musim semi dan awal musim panas (Tabel 1 dan 2). Berkembangnya populasi nematoda dilain pihak sangat sesuai dengan adanya kondisi hangat hingga panas yang panjang selama musim tanam. Cuaca di daerah panas Telah diketahui bahwa perkembangan penyakit dipengaruhi oleh cuaca tertentu. Seperti halnya serangannya pada tanaman, beberapa patogen sesuai dengan daerah bercuaca dingin sedangkan yang lainnya kondisi panas. Dalam prakteknya semua jamur dan bakteri membutuhkan kelembaban bebas pada permukaan tanaman yang peka dalam rangka memperbanyak dirinya, penyebaran, dan infeksi tanaman. Sementara patogen lain mungkin kurang dipengaruhi. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa cuaca pada suatu area atau daerah secara umum berfluktuasi di dalamnya dan bukan merupakan kondisi rata-ratanya, sehingga membentuk pola yang khas tersendiri. Secara umum prevalensi penyakit dan munculnya penyakit tertentu dipengaruhi oleh kekhasan tersebut. Page 2 of 12

3 Variasi dari kondisi normal sering menjadi penyebab terjadinya ledakan penyakit ( outbreak) sporadis pada penyakit tertentu yang biasanya tidak terjadi. Cuaca dalam suatu daerah merupakan faktor utama yang membantu perkembangan tanaman lebih baik, namun juga terjadinya prevalensi penyakit pada tanaman yang peka. Kapan suatu patogen penyebab penyakit menyebabkan kehilangan hasil yang nyata sangat tergantung pada bagaimana kondisi setempat atau cuaca hariannya mampu menyebabkan perkembangan, penyebaran, dan infeksi dari patogennya. Beberapa penyakit tanaman muncul bilamana tumbuhan inangnya ditanam. Fungisida dan cuaca Disebabkan pola perkembangan penyakit telah banyak diketahui, maka outbreak penyakit tertentu telah mampu diramalkan satu atau tiga minggu atau lebih sebelum terjadi, beberapa contohnya antara lain: epidemi atau epifitotik dari hawar daun kentang dan tomat; scab pada apel dan pear; embun tepung palsu (downy mildew) pada lima beans, vine, dan anggur; karat daun dan batang pada bijian kecil; bercak daun Cercospora pada beet gula; dan beberapa antraknose. Prediksi tertentu dapat digunakan untuk menduga atau memutuskan dimana fungisida digunakan atau diaplikasikan. Pada beberapa perkecualian, pada umumnya atau endemik penyakit pada tanaman tertentu dapat terjadi sepanjang tahun. Pada organisme penyebab penyakit yang umumnya tak dapat dikurangi keparahannya karena berada dalam jaringan tanaman, maka pengendaliannya hanya melalui pencegahan terjadinya infeksi. Cara ini di alam harus lebih ditingkatkan apabila kondisi cuacanya sesuai bagi terjadinya infeksi dan perkembangan penyakit. Bila inokulum jamur patogen tersedia dan dalam jumlah besar, dan bila kondisi cuaca ideal untuk terjadinya infeksi pada inang yang peka, maka fungisida protektif cukup efektif apalagi bila kemudian cuaca menjadi tak sesuai. Dengan kata lain efektifitas fungisida untuk melindungi tanaman juga tergantung kondisi cuaca. Prospektif penyakit Tabel 1 menunjukkan propektif kehilangan hasil akibat penyakit dikarenakan oleh pengaruh beberapa kondisi cuaca. Dalam contoh ini, cuaca (khususnya curah hujan) mempunyai pengaruh lebih kurang langsung terhadap patogen itu sendiri. Kadangkala pengaruhnya dapat langsung, misalnya vektor serangga atau tungau atau pembawa lainnya yang bertanggungjawab terhadap penyebaran patogen dari satu tanaman ke lain tanaman. Terjadinya penyakit layu bakteri pada tanaman kapas dapat berhubungan langsung dengan kondisi suhu pada saat perubahan ke musim dingin (wint er). Cuaca hangat pada musim dingin merupakan kondisi ideal bagi serangga dewasa flea beetles pada jagung, yang di dalam badan serangga tersebut bakteri penyebab penyakit bertahan hidup selama musim dingin. Kejadian penyakit layu oleh karena itu dapat diramalkan ( forecast) berdasarkan jumlah suhu rerata bulanan dari Desember, January, dan Februari. Page 3 of 12

4 Tabel 1. Potensi kerusakan pada beberapa jenis tanaman, yang tergantung pada curah hujan waktu musim semi dan panas di Illinois (USA) Jenis tanaman Semua tanaman Bijian kecil Penyakit Busuk mahkota dan akar, bercak dan hawar daun dan, busuk biji, rebah semai Penyakit daun, karat, scab, blendok Musim semi atau Musim semi atau Musim semi atau panas basah panas normal panas kering Parah Ringan ke sedang Diragukan Parah Ringan ke berat Diragukan Bijian kecil Virus kerdil kuning Diragukan ke Ringan ke parah Ringan ke parah parah Jagung Gosong bengkak Diragukan Ringan Ringan ke parah Jagung Daun, busuk batang Sedang Ringan Diragukan dan malai daun Jagung dan Busuk pangkal akar Diragukan Sedang Parah kedelai Kedelai Daun, busuk akar dan batang, hawar polong dan batang Berat Ringan Diragukan Alfalfa Kacangkacangan Kentang, tomat, anggur Apel dan pear Anggur Strawberry, Raspberry Pohonan, semak Hijauan Hijauan Rumputan Rumputan Daun, busuk mahkota dan akar, antraknose, batang hitam Daun (hawar bakteri, karat), Sclerotinia, Pythium Hawar dan bercak daun, antraknose, busuk buah (umbi). Scab, hawar, karat, bercak daun dan buah, busuk buah Busuk hitam, downy mildew, busuk buah, Daun, busuk buah, busuk akar Antraknose, hawar, busuk buah, daun Bercak dan hawar daun, antraknose, karat Hawar daun jarum, hawar Diplodia Kecoklatan, gugur daun jarum Bercak daun, meleleh, mold lendir Karat, nekritik ring spot, powdery mildew, antraknose Sedang ke parah Sedang Ringan Parah Sedang Ringan Parah Ringan Diragukan Parah Sedang ke parah Ringan ke sedang Parah Ringan ke parah Ringan ke sedang Parah Ringan ke sedang Ringan Parah Ringan ke sedang Ringan Parah Ringan ke sedang Diragukan Parah Sedang Ringan Parah Ringan Sedang ke parah Parah Ringan ke sedang Ringan Diragukan Ringan ke sedang Sedang ke parah Page 4 of 12

5 Apabila jumlah rerata suhu Fahrenheitnya untuk bulan-bulan tersebut kurang dari 90, maka serangan layu bakteri akan ringan atau malah tidak ada pada musim berikutnya; sebaliknya bila jumlah reratanya lebih 100, maka akan terjadi ledakan penyakit yang parah. Penyakit fire blight pada apel dan pear Kondisi suhu dan kelembaban, juga adanya suhu beku pada saat awal pembungaan berpengaruh besar terhadap terjadi atau tidaknya infeksi blight pada bunga. Tabel 2 menunjukkan adanya hubungan infeksi fire blight pada bunga dan ranting dan akan terhindar bila streptomycin digunakan untuk proteksinya. Tabel 2. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap infeksi fire blight pada bunga dan ranting tanaman apel dan pear. Terjadi infeksi atau tidak Mungkit terjadi infeksi Mungkin tidak terjadi atau dapat terjadi infeksi pada bunga Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) a. 30 derajat harian antara ahir freeze dan awal berbunga b.suhu maksimum 21 o sampai 27 o C selama awal berbunga a.freeze menutup bunga dan lebih kecil dari 30 derajat harian antara freeze ahir dan awal berbunga a. Curah hujan cukup selama periode awal berbungan b. Hujan sangat lembut dan kelembaban tinggi selama awal berbunga a. Cuaca kering waktu berbunga b.suhu maksimum di bawah 17 o C atau di atas 30 o C selama awal berbungan b. Kelembaban tinggi sewaktu awal berbunga Dapat terjadi infeksi blight pada ranting a.perbedaan suhu sekitar 21 o dan 27 o C a. Hujan cukup untuk pertumbuhan sukulen b. Adanya periode kelembaban 100% selama 24 jam Catatan: Semua kondisi suhu dan kelembaban yang tercantum pada kolom harus ada agar menghasilkan efek khusus pada kolom pertama. Inokulum (sel bakt eri) penyebab blight pada bunga terjadi dari oospora bakteri pada permukaan kanker fire blight. Terjadinya suhu beku ( freeze) yang mendadak sewaktu awal pembungaan menyebabkan tingkat kerusakan tinggi pada sel bakteri tersebut, sehingga akan mengurangi tingkat infeksinya pada bunga. Setelah terjadi freeze, jumlah dari derajat harian diperlukan agar supaya populasi bakteri potensinya meningkat kembali ke arah tingkat yang berbahaya, yakni ke suhu minimal 65 o F bagi pertumbuhan organisme tersebut. Hawar daun pada tomat dan kentang Dalam kondisi cuaca yang sesuai untuk berkembang, maka penyakit hawar daun akan merusak pertanaman tomat dan kentang di lapangan dalam waktu sekitar 10 sampai 14 hari. Kondisi ini dapat terjadi setiap waktu selama musim tanaman dari saat semai (tanam) sampai ke panen. Penyemprotan fungisida secara reguler dapat mengendalikan penyakit, namun relatif mahal. Bila kondisi yang sesuai bagi produksi, penyebaran, dan infeksi patogen diketahui dengan benar, maka jumlah penyemprotan dapat dikurangi sehingga mengurangi pembiayaan. Page 5 of 12

6 Sporangia atau spora dari jamur dibentuk apabila kelembaban relatif lebih tinggi dari 90 persen selama 10 sampai 15 jam. Pembentukan spora optimum terjadi bila kelembaban relatifnya mencapai 100 persen. Suhu dan periode yang panjang dari kelembaban yang sesuai sangat membantu laju pembentukan spora. Sporangium dibentuk pada kisaran suhu 7 o sampai 30 o C, suhu optimum berada pada 18 o sampai 21 o C. Sporangia yang dibentuk pada suhu dingin (7 o sampai 30 o C) menghasilkan 8 sporangia yang dihasilkan dalam kondisi hangat (21 o sampai 30 o C) akan berkecambah menghasilkan suatu tabung kecambah, yang masing-masing menghasilkan satu infeksi. Suhu optimal untuk infeksi adalah 25 o C yang berlangsung selama 8 sampai 48 jam. Dengan demikian, cuaca dingin, dengan kelembaban malam hari akan dibutuhkan patogen tersebut untuk membangun inokulum, dan kemudian dengan hadirnya suhu hangat dengan kelembaban relatif tinggi selama periode 4 sampai 5 hari diperlukan untuk infeksi dan berkembangnya patogen. Disebabkan adanya pengetahuan mengenai kondisi yang relatif tepat yang dibutuhkan untuk menghasilkan inokulum dan terjadinya infeksi, maka memungkinkan untuk melakukan peramalan tentang akan terjadinya penyakit tersebut. Peramalan tergantung pada periode infeksi bila jamur menghasilkan spora dan dapat menyebabkan infeksi. Aplikasi fungisida hendaknya tepat waktu agar supaya perlindungan kimiawi secara maksimum berjalan sebelum munculnya periode infeksi. Dua metode telah dikembangkan dalam meramalkan hawar daun; yang keduanya didasarkan atas perhitungan suhu dan kelembaban. Hal ini disebut sebagai metode hygrothermograph dan suhu-curah hujan. Keduanya dapat digunakan secara mandiri atau saling melengkapi. Peramalan dengan menggunakan Hygrothermograph. Alat hygrothermograph di tempatkan di lapangan untuk mencatat rerata suhu dan kelembaban relatif, yang apabila mencapai 90 persen atau lebih maka suatu serangan hawar akan berkembang. Peramalan tidak dilakukan sampai keparahan penyakit mencapai jumlah 20 persen. Penggunaan fungisida ditunjukkan pada Tabel 3, yang nampak bagaimana jumlah tersebut dicatat. Tabel 3. Jumlah perkembangan hawar daun Rerata kisaran Jumlah keparahan (severity) suhu ( 0 C)* 0 1 (amat ringan) 2 (ringan) 3 (sedang) 4 (parah) Lamanya (jam) kelembaban relatif 90 persen atau lebih , *Rerata suhu yang dibutuhkan selama periode kelembaban mencapai 90 persen atau lebih. Contoh: Apabila rerata suhu mencapai o C dan kelembabannya 90 persen atau lebih selama waktu jam, maka serangan hawar mempunyai nilai 2. Bilamana rerata suhunya 15,5-27 o C selama 16-18, maka jumlah indeknya tercatat angka 3. Penyemprotan baru dilakukan apabila jumlah angka Page 6 of 12

7 keparahan mingguannya terakumulasi mencapai nilai 20. Bila angka keparahannya 3 per minggu, maka lakukan penyemprotan; bila 1-2 per minggu, maka tak perlu disemprot; 1 per minggu, jamur bertahan hidup; 0 untuk selama 3 minggu, maka jamur akan mati. Peramalan dengan menggunakan suhu-curah hujan. Peralatan yang dibutuhkan untuk metode peramalan ini adalah termometer maksimum-minimum dan pencatat curah hujan (rain gauge). Curah hujan dan suhu dibaca kemudian dihubungkan untuk menghitung periode yang sesuai bagi fire blight. Apabila periode tertentu terjadi, maka suhu dan curah hujan harus sesuai pula pada waktu yang sama. Suhu dapat dipertimbangkan sesuai bilamana rerata suhu maksimum dan minimum selama 5 hari kurang dari 25,5 o C. Sementara suhu rendah akan menyebabkan perkembangan penyakit melambat, dan hari terhidar dari penyakit jika suhunya kurang dari 7 o C. Curah hujan sesuai bila selama 10 hari jumlahnya mencapai 1,2 inci atau lebih. Perhitungan curah hujan selalu dalam jangka waktu 10 hari. Jika suhu dan kelembabannya sesuai selama 10 hari, dan peramalan cuaca digunakan untuk kondisi dingin dan basah, maka hawar daun akan terjadi dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Tanaman, vektor, patogen dan cuaca Peramalan menggunakan berbagai teknik untuk determinasinya bila kondisi cuaca sesuai bagi terjadinya penyakit tertentu. Petani komersial biasanya menggunakan media tulis, radio, dan telivisi. Pada penyakit tanaman terjadi interaksi komplikasi yang tinggi antara setidaknya dua macam organisme hidup, yakni tanaman dan patogen. Kadangkala, khususnya penyakit virus, mycoplasma dan spiroplasma, dan organisme hidup lainnya juga terlibat yakni sebagai vektor (aphid, belalang, thrip, tungau, nematoda, dll.). Salah satu atau semuanya mungkin saja sensitif terhadap kondisi cuaca, dan setiap faktor mungkin punya peranan terhadap kejadian dan perkembangan penyakit. Dengan demikian, pengaruh cuaca pada penyakit sebenarnya lebih komplek daripada seperti yang dikemukakan pada Tabel 4.1. Hubungan tersebut hendaknya harus dimantapkan melalui percobaan laboratorium, rumah kaca, dan lapangan dan dipisahkan satu dengan lainnya. Penyakit virus mosaic yang banyak menyerang berbagai jenis tanaman, pada umumnya disebarkan oleh berbagai jenis spesies aphid dari satu tanaman ke tanaman lainnya sewaktu makan. Angin dapat berperan juga dalam penyebaran aphid tersebut, demikian juga dengan cuaca hujan sangat kondusif bagi kematian aphid sehingga dapat mengurangi serangan mosaic. Pengaruh cahaya terhadap sporulasi Peronospora tabacina 1. Cahaya Seperti telah diketahui bahwa sinar matahari itu terdiri atas berbagai sinar yang berlainan gelombangnya. Sinar yang tampak oleh mata bergelombang 390 μm sampai 760 μm (1 μm = 10 Angstrum). Diurutkan dari yang bergelombang panjang, sinar-sinar itu ialah: merah, jingga, kuning, Page 7 of 12

8 hiijau, biru, nila, dan ungu. Gelombang yang lebih pendek adalah ultra violet sedang yang lebih panjang adalah infra merah. Planck dan Einstein dalam Dwidjoseputro, 1973 menganggap cahaya itu terdiri atas partikelpartikel kecil yang disebut foton dan foton ini mempunyai sifat-sifat materi dan gelombang. Foton juga memiliki energi yang dinyatakan dengan kuatum. Berapa banyak energi yang dimiliki oleh cahaya itu bergantung pada panjang pendeknya gelombang. Sinar ungu yang lebih pendek gelombangnya dari pada sinar merah, mempunyai kuantum lebih banyak dari pada sinar merah. Kuantum - arti sebenarnya ialah "berapa banyak" energi yang dihasilkan oleh suatu sinar bergantung juga kepada frekuwensi, yaitu banyakmya getaran per detik. Energi yang diberi oleh cahaya bergantung kepada kualitas (berapa panjang gelombang), intensitas (banyaknya sinar per 1 cm per detik) dan juga kepada waktu (sebentar atau lama). 2. Pengaruh intensitas cahaya Bulatan kecil daun tembakau yang terinfeksi Peronospora tabacina dipakai sebagai obyek percobaan. Sumber cahaya berasal dari mercusuar dengan cahaya bening (10-50 W) yang dapat diubah-ubah keadaannya. Percobaan dilakukan dengan penyinaran terus menerus dimulai pukul dan berakhir pada jam pada pagi berikutnya. Intensitas cahaya yang dipakai berkisar foot candle (f.c). Hasil yang didapat sebagai mana di kemukakan di uraian berikut. Pada keadaan cahaya yang terus menerus, sporulasi Peronospora tabacina adalah peka terhadap intensitas cahaya yang sangat rendah. Penghambatan yang hampir sempurna terjadi pada 20 f.c. Kesimpulan yang diambil adalah, bahwa sporulasi Peronospora tabacina dalam jaringan daun dihambat oleh cahaya datang yang terus menerus dari intensitas cahaya yang sangat rendah pada kedua permukaan Gambar 1. Gambar 1. Hubungan antara intensitas sinar yang kontinyu dengan sporulasi P. tabacina. Page 8 of 12

9 3. Pengaruh fotoperiodisitas. Pada percobaam tentang pengaruh fotoperiodisitas terhadap sporulasi P. tabacina menunjukan bahwa mangkok-mangkok atau bulatan-bulatan daun tembakau yang terinfeksi diperlakukan dengan gelap terlebih dahulu dan dilihat pengaruhnya terhadap waktu munculnya konidiofor dan pembentukan konidia Hubungan antara lamanya perlakuan gelap dengan intensitas sporulasi Bulatan daun diambil dan ditaruh ditempat gelap pada jam Kemudian diambil dengan variasi lamanya waktu 0-9 jam dan ditempatkan pada keadaan penyinaran terus menerus yang seragam (50 f.c.). Has ilnya menyatakan bahwa selain pada keadaan cahaya yang terus menerus, perlakuan gelap yang relatif pendek akan merangsang sporulasi. Perlakuan gelap yang terpendek untuk sporulasi adalah antara satu atau dua jam. Setelah 7 jam sporulasi terjadi pada intensitas yang sama seperti pada perlakuan gelap yang terus menerus (Gambar 2) Gambar 2. Hubungan antara panjang periode gelap dengan sporulasi P. tabacina Pengaruh intensitas cahaya tinggi terhadap sporulasi setelah perlakuan gelap. Bulatan-bulatan daun diperlakukan dalam keadaan gelap yang terus menerus selama 6 jam ( ). Kemudian disinari dengam cahaya berkisar f.c. dari jam Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh yang agak menekan sporulasi terjadi pada intensitas cahaya maksimum yang dipakai. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.4. Pengaruh intensitas cahaya tinggi pada sporulasi setelah periode gelap selama 6 jam. Intensitas sinar (f.c) Rerata sporulasi Intensitas sinar (f.c.) Rerata sporulasi ,6 98,0 72, Gelap terus 80,7 75,7 100 Page 9 of 12

10 3.3. Pengaruh perlakuan gelap majemuk Bulatan daun diambil dari tanaman yang berpenyakit dan segera ditempatkan dalam gelap. Periode total dari gelap ini adalah 6 jam dan selama periode gelap itu dimasukan juga periode terang (disinari 50 f.c.). Panjangnya periode sela penyinaran adalah 0,25; 0,5; 2 dan 0 jam. Setelah periode gelap 6 jam lengkap, semua bulatan daun dipindahkan pada kondisi cahaya yang seragam (50 f.c) sampai periode percobaan berakhir (09.00). Hasilnya diberikan dalam Gambar 3. Gambar 3. Hubungan antara lamanya jumlah periode gelap dengan intensitas sporulasi P. tabacina. Periode gelap mulai dari 3 jam sama efektifnya dengan periode gelap 6 jam terus menerus. Pada periode yang lebih pendek kurang efektif untuk sporulasi dengan periode 3 jam. 4. Hubungan antara waktu gelap dan waktu mulainya pembentukan konidia Munculnya konidiofor dan pembentukan konidia pada kodisi penyinaran alami ialah antara jam dan Untuk menentukan kalau waktu permulaan gelap mempengaruhi pembentukan konidia, daun tanaman yang terserang diambil pada jam dan Bulatan segera ditaruh dalam bilik tertutup yang gelap untuk mencegah kelembaban yang tinggi, tetapi bilik dalam keadaan terbuka sampai jam Hasilnya ditunjukkan dalam Gambar 4 yang menyatakan bahwa waktu dalam sehari dimana sporulasi terjadi, dapat dipengaruhi oleh permulaan perlakuan gelap dalam siklus sporulasi 24 jam. Gambar 4. Hubungan antara waktu mulainya periode gelap dan waktu sporulasi Page 10 of 12

11 5. Pengaruh cahaya tersaring Perbedaan sporulasi dipengaruhi oleh perbedaan panjang gelombang dalam kondisi energi yang sama (1,5 μw/cm 2 ). Hasil percobaan ditunjukkan pada Gambar 5. Penghambatan lebih dari 50% pada semua panjang gelombang dari μm. Tidak ada penghambatan nyata yang terjadi pada 402 μm atau dalam daerah spektrum μm. Didalam kisaran efektif penghambatan maksimum terjadi pada μm, juga pada daerah μm. Sehingga dalam cahaya terlihat, biru-hijau sangat baik untuk menghambat sporulasi dibawah penyinaran yang terus menerus. Gambar 5. Pengaruh panjang gelombang pada sporulasi P. tabacina dalam energi konstan 1,5 μw per cm 2 luas daun. Pengaruh peningkatan energi dari cahaya monokromatis (469 μm) pada intensitas sporulasi ditunjukkan pada Gambar 6. Untuk penghambatan intensitas sporulasi sebanyak 50 % adalah 0,59 μw/cm 2. Gambar 6. Hubungan antara tingkat energi sinar monokromatis pada permukaan daun dan intensitas sporulasi P. tabacina. Page 11 of 12

12 Dengan uraian tersebut terlihat bahwa sporulasi Peronospora tabacina dihambat oleh cahaya datang yang terus menerus dari intensitas cahaya yang sangat rendah pada kedua permukaan daun. Penghambatan intensitas sporulasi sebanyak 50 % untuk cahaya bening adalah 4 f.c., sedang cahaya monocromatis (469 μm) adalah 0,58 μw/cm 2. Bahwa perlakuan gelap yang terus menerus atau yang relatif pendek dapat merangsang sporulasi. Periode gelap majemuk mulai dari 3 jam gelap amat baik untuk sporulasi. Bahwa kecepatan sporulasi dapat dipengaruhi oleh lamanya periode gelap sebelumnya. Bahwa penghambatan maksimum untuk sporulasi terjadi pada μm. 4. Referensi Anonim The weather and plant diseases. RPD Dept. of Crop Sci. Univ. of Illinois. Main, C. E The blue mold disease of tobacco. Semangun, H Penyakit tumbuhan, hubungannya dengan iklim dan cuaca. Makalah disampaikan dalam Simposium Meteorologi Pertanian, Bogor. 14 h. 5. PROPOGASI 1. Mengukur pengaruh proses perkecambahan spora dan pertumbuhan jamur akibat perlakuan pencahayaan buatan di laboratorium dengan menggunakan lampu TL yang pencahayaannya di atur berdasarkan waktu tertentu dari gelap terus selama 48 jam dan gelap terang yang lamanya telah ditentukan. Mahasiswa akan mengukur persentase kecambah dan perkembangan koloni dalam medium buatan PDA dari jamur Fusarium. 2. Hasilnya dibuat kurva perkembangan akibat perlakuan pencahayaan tersebut. 6. PENDALAMAN 1. Amati Gambar 3 sampai dengan Gambar 6 dengan seksama kemudian berilah penjelasan mengapa hal tersebut terjadi dan fungsinya apakah dari unsur cuaca tersebut yang menjadikan kejadian tersebut. 2. Dalam kondisi alami patogen lebih mudah beradaptasi untuk menyesuaikan dengan perubahan konidisi lingkungannya sehingga sering menimbulkan ras yang baru, mengapa hal tersebut dapat terjadi. Page 12 of 12

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Penggunaan Analisis Sidik Lintas Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw)

Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw) APA PENYAKIT ITU? Busuk upih, bercak daun dan Blas pada padi Foto: Ibu Mariana (Disertasi Pascasarjana Unibraw) APA PENYAKIT ITU? Karat, gosong dan Rhizoctonia pada jagung Foto-Foto : ALA APA PENYAKIT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN SIKLUS penyakit = siklus infeksi = tahap-tahap patogenesis Siklus hidup patogen : perkembangan patogen yang meliputi tahap aseksual dan seksual

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): DAUR PERKEMBANGAN PENYAKIT Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

IV. ANALISIS EPIDEMIOLOGI

IV. ANALISIS EPIDEMIOLOGI 4.1. Model Epidemi Penyakit Tanaman IV. Epidemi terjadi sebagai akibat adanya pertumbuhan dan perkembangan suatu populasi patogen pada atau dalam populasi inang. Pada banyak kasus, patogen akan dipindahkan

Lebih terperinci

BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang penyebaran penyakit tumbuhan, serta tipe siklus (daur) hidup patogen. Selanjutnya juga akan disampaikan mengenai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales,

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): Studi Lapangan Epidemiologi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PENELITIAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN Materi ini menguraikan tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan penyakit tumbuhan. Patogen penyebab penyakit tumbuhan merupakan jasad yang berukuran

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2):

EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): EPIDEMIOLOGI KUANTITATIF (S2): 1. Studi Model CP dan MP Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI 3. KEGIATAN BELAJAR

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Peranan Ketahanan Tanaman Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Oleh Vikayanti, S.Si POPT Muda BBPPTP Surabaya Senada dengan peribahasa akibat nila setitik rusak susu sebelanga, serangan patik dapat diibaratkan sebagai

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menghabiskan paruh waktu pertama untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki kandungan gizi

Lebih terperinci

V. PERAMALAN EPIDEMI PENYAKIT TANAMAN

V. PERAMALAN EPIDEMI PENYAKIT TANAMAN V. PERAMALAN EPIDEMI PENYAKIT TANAMAN 1. Prakiraan penyakit Jika datangnya epidemi dapat diprakirakan (diramal, diprediksi) dengan jangka waktu yang cukup untuk melakukan usaha pencegahan, kerugian-kerugian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao (Theobroma cacao) Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012 dapat diuraikan sebagai berikut: Divisi Sub divisi Class Sub class Ordo Family

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN. Oleh: Tim Dosen HPT. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013 DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Oleh: Tim Dosen HPT Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2013 1 Abiotik Biotik PENYEBAB ABIOTIK Kekurangan air Udara terlalu kering

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B.

MODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B. MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN MODUL-12 Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic Jl.

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu) KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Patogen C. oryzae Miyake Biologi Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Myceteae

Lebih terperinci

Penyakit Busuk Daun Kentang

Penyakit Busuk Daun Kentang Penyakit Busuk Daun Kentang Patogen penyakit tanah yang banyak menginfeksi pada tanaman kentang, antara lain : Phytopthora infestans, Alternaria solani, Fusarium solani, Rhizoctonia solani, Streptomyces

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.2 1. TMV merupakan virus yang menyerang tanaman SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.2 Padi Jagung Gandum Tembakau Kunci Jawaban : D TMV (Tobacco Mosaic VirusI) merupakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rokok.penemuan olahan tembakau sebagai bahan rokok berawal dari bangsa Eropa. banyak dikenal sebagai bahan pembuatan rokok.

BAB I PENDAHULUAN. rokok.penemuan olahan tembakau sebagai bahan rokok berawal dari bangsa Eropa. banyak dikenal sebagai bahan pembuatan rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dengan daun yang melebar dan meruncing. Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Buah Sakit Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Sampai saat ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 Fax. (4238210) PROBOLINGGO 67271 POTENSI JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LANAS DI PEMBIBITAN TEMBAKAU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang. bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang. bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Manis (Zea mays var saccarata) Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang digemari oleh penduduk Indonesia. Jagung manis juga memiliki manfaat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA Nurul Hidayah dan Supriyono *) PENDAHULUAN Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam budi daya tanaman, termasuk tembakau virginia. Berbagai penyakit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Epidemi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)

MODUL. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Epidemi SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Epidemi Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 5. PROPAGASI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit Gejala pada tajuk (bagian di atas permukaan tanah) Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh NSK sangat khas. Tanaman akan mengalami kerusakan akar yang menyebabkan berkurangnya

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tanaman Tembakau 1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili Solanaceae. Secara sistematis, klasifikasi tanaman tembakau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

III. PROSES TERJADINYA PENYAKIT TUMBUHAN

III. PROSES TERJADINYA PENYAKIT TUMBUHAN III. PROSES TERJADINYA PENYAKIT TUMBUHAN 3.1 Penyebaran dan Penularan Penyakit Pada penyakit tumbuhan yang infeksius (menular) ada beberapa rangkaian kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya. Ada

Lebih terperinci

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Rahmawati 1)*, Achmad Jailanis 2), Nurul Huda 1) 1) Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut TINJAUAN LITERATUR Biologi penyakit Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut: Divisio Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Species : Mycota : Eumycotyna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Anonim (1993) klasifikasi ilmiah tanaman jagung adalah sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

Penyakit Karena Bakteri

Penyakit Karena Bakteri Penyakit Karena Bakteri BAHAN KULIAH DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Link : http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/pathogengroups/pages/bacteria.aspx PENYAKIT KARENA BAKTERI PATOGEN Bakteri adalah sekelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Eucalyptus spp Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain: 1. Penyakit pada akar a. Busuk akar Phytophthora Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm. TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai berikut: Menurut Sharma (2002), kacang kedelai diklasifikasikan sebagai Kingdom Divisio Subdivisio Class Family Genus Species : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH

INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH 218 INTENSITAS DAN LAJU INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN Uromyces phaseoli PADA TANAMAN KACANG MERAH INTENSITY AND INFECTION RATE OF RUST LEAF Uromyces phaseoli ON RED BEAN Guntur S.J. Manengkey dan Emmy Senewe

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., 13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber : 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes

Lebih terperinci