SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR DALAM PAKAN BUATAN DEDI ANWAR SIPAYUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR DALAM PAKAN BUATAN DEDI ANWAR SIPAYUNG"

Transkripsi

1 SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR DALAM PAKAN BUATAN DEDI ANWAR SIPAYUNG PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR DALAM PAKAN BUATAN adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2010 DEDI ANWAR SIPAYUNG C

3 RINGKASAN DEDI ANWAR SIPAYUNG. Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur dalam Pakan Buatan. Dibimbing oleh DINAR TRI SOELISTYOWATI dan KOMAR SUMANTADINATA. Ikan nila merah Oreochromis sp. merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang disukai masyarakat pembudidaya ikan. Dalam usaha budidaya ikan nila merah terdapat fenomena dimana laju pertumbuhan ikan jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina dan terlalu cepatnya ikan matang gonad (maturasi dini). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan benih monoseks jantan yaitu dengan metode sex reversal atau pengarahan kelamin. Hormon pemicu yang biasa digunakan adalah hormon steroid androgen berupa 17αmethyltestosteron yang kini sudah dilarang penggunaanya. Penggunaan bahan alami seperti propolis diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain adalah mudah dalam penyiapan, aman untuk dikonsumsi, dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis propolis yang optimal untuk pengarahan kelamin jantan pada juvenil ikan nila merah melalui pencampuran dalam pakan buatan. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli November 2009 bertempat di Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB dan Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang. Dosis propolis yang diujikan adalah 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg, dan 3,0 ml/kg, serta dosis 0 ml/kg sebagai kontrol. Pakan perlakuan dibuat dengan mencampurkan propolis sesuai dosis dalam pakan berbentuk tepung. Pakan perlakuan diberikan pada juvenil ikan nila merah selama 28 hari masa pemeliharaan di akuarium. Pasca perlakuan ikan dipelihara dalam hapa di kolam tanah selama 90 hari sampai jenis kelamin ikan sudah dapat dibedakan secara visual. Parameter penelitian yang diukur meliputi derajat kelangsungan hidup (SR), nisbah kelamin jantan, rasio konversi pakan (FCR), laju pertumbuhan harian (SGR), abnormalitas, dan kualitas air (suhu, ph, DO, dan amoniak). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 16 dan diuji lanjut dengan menggunakan Uji Duncan. Perlakuan maskulinisasi dengan propolis meningkatkan nisbah kelamin jantan secara nyata dibanding perlakuan kontrol (tanpa propolis). Namun, antar perlakuan propolis tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Penggunaan propolis dalam pakan buatan sebagai bahan untuk pengarahan jenis kelamin jantan pada ikan nila merah efektif dengan tingkat keberhasilan 62.92± ±5.46 %, sedangkan pada kontrol 50.02±9.02 %. Pemberian propolis tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup, abnormalitas, rasio konversi pakan, dan laju pertumbuhan harian.

4 SEX REVERSAL PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MELALUI PEMBERIAN PROPOLIS YANG DICAMPUR DALAM PAKAN BUATAN DEDI ANWAR SIPAYUNG SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi Departemen : Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur dalam Pakan Buatan : Dedi Anwar Sipayung : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya : Budidaya Perairan Disetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Dinar Tri Soelistyowati NIP Prof. Dr. Komar Sumantadinata NIP Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Indra Jaya NIP Tanggal Lulus:

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Juli November 2009 ini adalah pengembangbiakan dan genetika ikan, dengan judul Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur dalam Pakan Buatan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Dinar Tri Soelistyowati selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik atas saran, bimbingan, nasihat serta dukungan selama perkuliahan dan penelitian. 2. Prof. Dr. Komar Sumantadinata selaku Pembimbing II sekaligus Kepala Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Organisme Akuatik BDP atas bimbingan, nasihat dan dukungan selama penelitian. 3. Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku Dosen Penguji Tamu pada Ujian Akhir Skripsi atas masukan dan saran dalam perbaikan skripsi. 4. Ayah Alexius Sipayung, Ibu Bunga Ida Turnip, kakak Dewy Alfrida, Jackson Arnaldo, dan Hengky Boy, serta adik Nancy Bunga Putri atas kasih sayang, doa, serta dukungan baik moril maupun materil. 5. Dr. Alimuddin selaku Ketua Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya dan Dr. Odang Carman selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan, serta para dosen dan staf pegawai Departemen Budidaya Perairan IPB. 6. Keluarga Besar Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi Subang, terutama Tim Komoditas Ikan Nila Terima kasih atas bantuan, kerjasama, persahabatan, dan nasehat yang berarti bagi penulis. 7. Teman-teman BDP aquaculture for better life, A25 TPB 42, Astra C1-111, Marlin House, Villa Al-Boejang, Garong Community, Keluarga Mahasiswa Katholik IPB (KEMAKI), Gardu Tugu Futsal Club (GTFC) dan Yulia Triwijiwati. Terima kasih atas segala bantuan, dukungan, serta kebersamaan dan persahabatannya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Bogor, April 2010 Penulis Dedi Anwar Sipayung

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Simalungun (Sumatra Utara), 7 Januari 1987 dari ayah Alexius Sipayung dan ibu Bunga Ida Turnip. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Pendidikan formal ditempuh penulis pada SDN 1 Terbanggi Subing, Lampung ( ), SLTPN 6 Gunung Sugih, Lampung ( ), dan SMUN 1 Terbanggi Besar, Lampung ( ). Pada tahun 2005 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Setelah satu tahun melalui program Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan minor Kewirausahaan Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah di IPB, penulis aktif dalam organisasi HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) sebagai Divisi Public Care Centre 2006/2007 dan Divisi Olahraga dan Seni 2007/2008. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan semester genap 2008/2009. Selain itu, penulis pernah mendapat bantuan pendanaan dalam Program Pengembangan Kewirausaahan Mahasiswa IPB 2009 dan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan DIKTI Untuk memperdalam keahlian dalam bidang budidaya perairan, penulis melaksanakan berbagai magang dan praktek lapang. Diantaranya adalah magang di Johannes Fish Farm Ciseeng, Bogor pada 2006 dengan komoditas lobster air tawar Cherax quadricarinatus, magang di Balai Besar Budidaya Perikanan Air Payau Jepara, Jawa Tengah pada 2007 dengan komoditas polikultur (udang vaname, kerapu, rumput laut, ikan nila payau, dan kerang hijau), magang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur pada 2008 dengan komoditas ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis, dan Praktek Lapangan Akuakultur di PT. Tirtamutiara Makmur Situbondo, Jawa Timur pada 2008 dengan komoditas pembenihan udang vanname Litopenaeus vannamei. Tugas akhir di perguruan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Melalui Pemberian Propolis yang Dicampur dalam Pakan Buatan.

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Nila Merah Oreochromis sp Determinasi Kelamin Sex Reversal Maskulinisasi dengan Propolis... 7 III. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Metode Persiapan Wadah Pemeliharaan Pengadaan Ikan Uji Penyiapan Pakan Perlakuan dengan Propolis Percobaan Pendahuluan: Penentuan Dosis Propolis Percobaan Utama: Perlakuan Maskulinisasi Pengukuran Parameter Penelitian Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan Pendahuluan Percobaan Utama Derajat Kelangsungan Hidup Nisbah Kelamin Jantan Abnormalitas Rasio Konversi Pakan Laju Pertumbuhan Spesifik Parameter Kualitas Air Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 28

9 DAFTAR TABEL Halaman 1. Beberapa hasil penelitian mengenai sex reversal jantan (maskulinisasi) pada ikan dan tingkat keberhasilannya Parameter kualitas air dan waktu pengukuran Kualitas air media pemeliharaan pada percobaan pendahuluan Persentase ikan nila merah abnormal (%) pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Kualitas air pemeliharaan ikan nila merah di akuarium pada percobaan utama maskulinisasi dengan propolis... 20

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Morfologi ikan nila merah Oreochromis sp Wadah pemeliharaan juvenil ikan nila merah selama perlakuan dalam akuarium dan wadah pembesaran pasca perlakuan dalam hapa di kolam tanah Larva ikan nila merah berumur 5 hari Pakan perlakuan berbentuk tepung dan pakan pasca perlakuan berbentuk pellet Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada percobaan pendahuluan Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada perlakuan dan pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis Nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Ikan nila merah dengan mulut normal dan abnormal Rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis... 20

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Skema penyiapan pakan perlakuan dengan propolis Ikan nila Oreochromis sp Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada penelitian pendahuluan Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Analisis data derajat kelangsungan hidup (%) ikan nila merah pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis Analisis data nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Analisis data persentase abnormalitas (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Analisis data rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Analisis data laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Data suhu harian selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis Data DO (mg/l) selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis Data ph dan NH 3 (mg/l) selama perlakuan maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis Data biomass (gram) dan jumlah pakan (gram) per sampling pada pemeliharaan pasca perlakuan maskulinisasi ikan nila merah dengan propolis... 41

12 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila merah Oreochromis sp. merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar unggulan dan bernilai ekonomis penting. Ikan ini disukai masyarakat karena dagingnya yang putih gempal dan warna tubuh yang menarik. Nila merah menjadi semakin populer karena penampilannya yang mirip dengan ikan kakap merah, sehingga nilainya di pasar lebih tinggi dibanding nila hitam pada umumnya. Sama seperti ikan nila lainnya, nila merah juga memiliki kelebihan yaitu pertumbuhan relatif cepat dan pemeliharaanya yang mudah karena memiliki toleransi yang cukup lebar terhadap lingkungan yang buruk (Popma dan Masser, 1999). Dalam usaha budidaya ikan nila merah terdapat beberapa fenomena yang kerap dihadapi oleh para pembudidaya, yaitu laju pertumbuhan ikan jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina dan terlalu cepatnya ikan matang gonad (maturasi dini). Maturasi dini menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat karena energi tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan tetapi juga untuk perkembangan organ reproduksinya. Selain itu, matang gonad yang terlalu cepat menyebabkan terjadinya peningkatan kepadatan populasi yang tidak rasional karena adanya reproduksi yang tidak dikehendaki. Sistem budidaya monoseks jantan, yaitu pemeliharaan ikan nila berjenis kelamin jantan saja menjadi alternatif yang menguntungkan karena dapat menghindari maturasi dini dan meningkatkan efisiensi. Beberapa teknik yang telah dilakukan untuk memproduksi ikan nila monoseks jantan adalah sexing manual (memisahkan secara manual jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan visual papila genital dari ikan juvenil), persilangan antara dua spesies yang dipilih menghasilkan keturunan jantan semua, manipulasi genetik, dan sex reversal melalui pemberian hormon kelamin (Phelps dan Popma, 2000). Teknik yang telah umum dilakukan adalah dengan sex reversal dengan menggunakan hormon pemicu yaitu hormon steroid androgen berupa 17αmethyltestosterone (Arfah, 1997; Djaelani, 2007; Utomo, 2008). Namun, penggunaan hormon tersebut kini telah diketahui mempunyai beberapa

13 kelemahan, antara lain diduga dapat menyebabkan kanker atau bersifat karsinogenik pada manusia dan tidak ramah lingkungan (Utomo, 2008). Bahan lain yang dianggap lebih aman sebagai perangsang hormonal untuk sex reversal (pengarahan kelamin) jantan diantaranya berasal dari bahan-bahan alami, yaitu madu dan propolis (Djaelani, 2007; Sukmara, 2007; Ukhroy, 2008). Penggunaan bahan alami memiliki beberapa kelebihan, antara lain aman untuk dikonsumsi, harga relatif murah, dan ramah lingkungan. Propolis dapat diberikan kepada juvenil ikan nila dengan cara mencampurkannya pada pakan buatan. Pemberian propolis melalui pencampuran dalam pakan dipilih karena sederhana dan mudah dalam penyiapannya. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis propolis yang optimal untuk pengarahan kelamin jantan pada juvenil ikan nila merah melalui pencampuran dalam pakan buatan.

14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Ikan nila merah pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1981 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Bogor. Ikan ini pertama kali diproduksi di Taiwan pada akhir 1960-an, yaitu melalui persilangan antara nila Mozambik (O. mossambicus) betina berwarna kemerahan dengan nila Nil (O. niloticus) jantan berwarna normal. Strain lain nila merah dikembangkan di Florida pada 1970-an melalui persilangan nila Zanzibar (O. urolepis hornorum) betina berwarna normal dengan nila Mozambik (O. mossambicus) jantan berwarna merah keemasan. Strain ketiga nila merah dikembangkan di Israel dari nila Nil (O. niloticus) disilangkan dengan nila biru (O. aureus) yang masih liar (Popma dan Masser, 1999). Ikan nila merah Oreochromis sp. (Gambar 1) merupakan hasil persilangan antara ikan nila O. mozambicus dengan ikan nila O. niloticus. Klasifikasi ikan nila merah adalah sebagai berikut (Romana-Eguia et al., 2004): Kingdom : Animalia Filum : Pisces Ordo : Perchomorphi Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis sp. Gambar 1. Morfologi ikan nila merah Oreochromis sp.

15 Bentuk tubuh ikan nila merah pipih dengan sirip punggung yang tajam. Intensitas warna dipengaruhi oleh asal induk, tingkat kematangan gonad, dan sumber pakan. Warna dominan tubuh ikan nila merah adalah merah menyala. Struktur papila urogenital ikan nila merah menunjukkan jenis kelaminnya. Ikan jantan memiliki dua lubang kecil dan sempit di bawah perutnya yaitu anus dan urogenital, sedangkan betina memiliki tiga lubang, yaitu anus, lubang genital dan muara ureter. Anus dapat mudah dibedakan karena bentuknya bundar (Popma dan Masser, 1999). Pada ikan nila merah, pejantan membuat sarang di dasar kolam, umumnya pada kedalaman air yang kurang dari 2 m dan dipasangkan dengan beberapa induk betina. Ikan nila termasuk kelompok mouth breeder dimana telur dibuahi pada substrat yang kemudian segera diambil oleh induk betina untuk diinkubasi hingga beberapa hari setelah menetas didalam mulutnya (Popma dan Masser, 1999). Ikan nila merah lebih memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk dibandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan ini tahan terhadap kisaran salinitas yang tinggi (euryhaline), kisaran suhu yang tinggi (thermohaline), oksigen terlarut rendah, dan konsentrasi amonia tinggi. Kisaran kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan ikan nila merah, yaitu suhu 29,4 31,1 o C, DO >2,0 mg/l, ph 6,0 9,0, dan NH 3 < 0,2 mg/l. Sedangkan kualitas air yang mematikan adalah suhu <18,3 o C dan >42,0 o C, DO <0,3 mg/l, ph <5,0 dan >10,0 serta NH 3 >0,6 mg/l (Popma dan Masser, 1999). 2.2 Determinasi Kelamin Jenis kelamin ditentukan oleh proses genetis dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mengarahkan perkembangan gonad pada masa diferensiasi kelamin. Diferensiasi kelamin adalah proses perwujudan fisik (morfologi, molekular, dan fisiologi) yang berkaitan dengan perkembangan testis atau ovari serta perbedaan seksual dari otak dan kelenjar pituitari (Devlin dan Nagahama, 2002). Dengan demikian, hal-hal yang menentukan suatu individu ikan untuk berkembang menjadi jenis kelamin jantan atau betina adalah faktor-faktor biologis yang berhubungan dengan gonad dan fungsi otak pada ikan jantan atau betina.

16 Proses penentuan jenis kelamin pada ikan sangat fleksibel karena lingkungan, perilaku, dan faktor fisiologi dapat mengarahkan perubahan pada perkembangan sel somatik maupun germinal (Devlin dan Nagahama, 2002). Secara genotipik, jenis kelamin ditentukan oleh persatuan kromosom kelamin jantan dan betina. Namun, secara fenotipik perkembangan kelamin jantan atau betina dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama masa diferensiasi kelamin. Diferensiasi kelamin pada ikan nila terjadi mulai umur 7 hari pasca menetas dan masa diferensiasi berlangsung sampai umur 37 hari setelah menetas. Suatu individu akan menjadi jantan atau betina tergantung ada tidaknya hormon testosteron pada awal perkembangannya. Bila ada testosteron maka gonad akan berdiferensiasi menjadi jantan, sebaliknya akan menjadi betina jika tidak ada testosteron (Kwon et al., 2000). Mekanisme diferensiasi kelamin berawal dari adanya sintesa hormon steroid seiring dengan kondisi lingkungannya. Perubahan lingkungan yang terjadi akan diterima oleh indra, lalu disampaikan ke sistem syaraf pusat, setelah itu dikirim ke hipotalamus yang kemudian memerintahkan kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan atau melepaskan hormon gonadatropin. Hormon gonadotropin ini masuk ke dalam darah dan dibawa ke gonad sebagai suatu petunjuk untuk memulai pembentukan gonad (Devlin dan Nagahama, 2002). 2.3 Sex Reversal Secara harfiah, sex reversal dapat diartikan sebagai suatu teknologi pembalikan kelamin secara fenotipik, yaitu ikan yang berkelamin jantan secara genotipik diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina dan sebaliknya. Sex reversal secara buatan bisa dilakukan karena pada waktu menetas gonad ikan belum berdiferensiasi menjadi jantan atau betina. Dengan teknik sex reversal, fenotip ikan dapat berubah, tetapi genotipnya tidak berubah (Zairin, 2002). Keberhasilan sex reversal buatan dipengaruhi oleh ketepatan memanipulasi faktor lingkungan terhadap produksi steroid yang dikehendaki pada saat yang tepat sebelum masa diferensiasi berakhir. Metode pengarahan kelamin secara buatan dapat dilakukan dengan menambahkan hormon steroid sebagai perangsang. Misalnya, perlakuan eksogenous androgen bisa menyebabkan efek

17 jantan (maskulinisasi) sedangkan eksogenous estrogen menyebabkan efek betina (feminisasi). Tipe androgen yang telah banyak digunakan adalah metiltestosteron (17 -methyltestosterone) yang diketahui cukup stabil dan efektif diberikan secara oral (Yamazaki, 1983). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian hormon 17 -methyltestosterone mampu mempengaruhi perkembangan gonad kearah jantan pada beberapa jenis ikan. Hormon ini telah terbukti mampu menghasilkan 100 % jantan (50 mg/kg pakan) dan 98 % jantan (60 mg/kg pakan) pada ikan nila yang diberikan secara oral melalui pencampuran dalam pakan buatan (Zairin, 2002). Efektivitas perubahan kelamin secara buatan sangat ditentukan oleh jenis ikan dan umurnya saat diberi perlakuan, bahan aktif steroid dan dosisnya, serta lama dan cara pemberiannya (Zairin, 2002). Beberapa jenis ikan, baik konsumsi maupun hias, telah berhasil diproduksi dengan teknologi sex reversal (Tabel 1). Tabel 1. Beberapa hasil penelitian mengenai sex reversal jantan (maskulinisasi) pada ikan dan tingkat keberhasilannya No. Bahan Metode Ikan Uji Dosis Hasil Optimal (%) Sumber 1. Aromatase Inhibitor Perendaman embrio Nila merah Oreochromis sp. 20 mg/l 82,22 Nurlaela (2002) 2. Aromatase Inhibitor Perendaman induk Guppy Poecilia reticulata 50 mg/l 54,29 Mazzida (2002) 3. Aromatase Inhibitor Pencampuran pakan buatan Juvenil nila merah Oreochromis sp mg/kg 78,63 Liana (2005) 4. Aromatase Inhibitor Perendaman pakan alami Larva nila merah Oreochromis sp mg/l 70,46 Tasdiq (2005) Artemia sp. 5. Aromatase Inhibitor Perendaman larva Nila merah Oreochromis sp mg/l 73,09 Barmudi (2005) 6. Madu Perendaman induk Guppy Poecilia reticulata 60 mg/l; 10 jam 59,50 Martati (2006) 7. Madu Perendaman larva Guppy Poecilia reticulata 10 ml/l; 10 jam 46,90 Djaelani (2007) 8. Madu Perendaman larva Guppy Poecilia reticulata 5 ml/l; 10 jam 46,99 Sukmara (2007) 9. Propolis Pencampuran pakan buatan Guppy Poecilia reticulata 60 µl/kg 55,17 Ukhroy (2008)

18 Pada ikan nila merah (Tabel 1), keberhasilan sex reversal tertinggi diperoleh dengan teknik perendaman embrio menggunakan bahan sintetis aromatase inhibitor (Nurlaela, 2002). Sedangkan pada ikan guppy, teknik perendaman induk dengan bahan alami madu menghasilkan nisbah kelamin jantan mendekati 60 %, demikian pula pada penggunaan propolis dengan teknik pencampuran dalam pakan (55,17 %). Keberhasilan sex reversal masih bisa ditingkatkan, terutama pada penggunaan bahan alami yang lebih aman bagi ikan dan lingkungan. 2.4 Maskulinisasi dengan Propolis Propolis adalah sejenis balsam yang dikumpulkan oleh lebah dari tunas dan daun dari berbagai tanaman. Lebah membuat campuran balsam ini dengan bahan turunan dari pollen dan beberapa tipe enzim yang aktif yang tersimpan dalam kelenjar di bagian kepala dan thorax (Kartal et al., 2002). Komposisi propolis terdiri dari 55 % balsam, 7,5 35,0 % wax (lilin), 10 % volatil oil, 5 % pollen, 5 % asam lemak, serta 4,4 19,0 % terpen, tanin dan bahan lainnya. Propolis sangat kaya dengan lemak, asam amino, asam organik, campuran univalen alkohol, dan trace element seperti natrium, kalium, besi, tembaga, mangan, seng, asam tannic, phyroncides, dan antibiotik. Selain itu, propolis mengandung vitamin B, vitamin E (5 10 %), vitamin C, dan provitamin A. Bahan aktif yang diisolasi dari propolis adalah flavonol, flavon (flavonoid), dan berbagai phenol serta aromatik. Dalam flavon inilah terdapat chrysin yang diduga berpengaruh terhadap sex reversal (Greenaway et al., 1990). Chrysin yang memiliki struktur kimia 5,7-dihidroxyflavon merupakan salah satu jenis flavonoid yang diakui sebagai salah satu penghambat dari aromatase atau lazim disebut aromatase inhibitor (Dean, 2004). Aromatase merupakan enzim P-450 yang mengubah androgen menjadi estrogen. Aktivitas aromatase terletak di dalam otak yang berpengaruh terhadap pengendalian tingkah laku serta terjadi pada ovari yang berpengaruh tehadap maturasi folikel dan tingkat ovulasi (Silverin et al., 2000). Aktivitas aromatase berkorelasi dengan struktur gonad. Aktivitas aromatase yang tinggi akan mengarah pada pembentukan ovari (Scholz dan

19 Gutzeit, 2000). Aromatase inhibitor berfungsi untuk menghambat kerja aromatase dalam sintesis estrogen, sehingga terjadi penurunan konsentrasi estrogen atau tidak aktifnya transkripsi dari gen aromatase sebagai feedback-nya (Sever et al., 1999). Aromatase inhibitor bekerja dengan mekanisme menghambat proses transkripsi gen-gen aromatase sehingga mrna tidak terbentuk dan enzim aromatase tidak ada, juga bersaing dengan substrat alami (testosteron) sehingga aktivitas aromatase tidak berjalan (Brodie et al., 1999). Penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari ikan betina menjadi menyerupai ikan jantan atau terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder (Davis et al., 1999). Percobaan maskulinisasi dengan propolis (60 µl/kg pakan) pada ikan guppy melalui pencampuran dalam pakan buatan (Ukhroy, 2008) dapat meningkatkan nisbah kelamin jantan hingga 55,17 %, sedangkan pada kontrol hanya 24,30 %. Pada ikan yang menyukai pakan alami, pemberian propolis dapat dilakukan dengan teknik bioenkapsulasi selama masa diferensiasi gonad. Perubahan kelamin dapat terjadi secara sempurna apabila dosis optimum yang harus diberikan bisa ditentukan dan tepat bersamaan dengan waktu terjadinya diferensiasi kelamin alami.

20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli November 2009 bertempat di Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor selama masa perlakuan dan di kolam pembesaran Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi, Subang selama pemeliharaan pasca perlakuan. 3.2 Metode Persiapan Wadah Pemeliharaan Wadah untuk pemeliharaan ikan pada masa perlakuan (28 hari) adalah akuarium berukuran 95,5 cm x 53,5 cm x 54,5 cm (Gambar 2, kiri). Sedangkan untuk pembesaran menggunakan hapa berukuran 2 m x 2 m x 1 m di kolam tanah berukuran 20 m x 10 m (Gambar 2, kanan). Untuk menyuplai oksigen, akuarium dilengkapi dengan aerasi sedangkan kolam tanah dilengkapi inlet dan outlet. Ikan dipelihara dalam hapa mulai umur 35 hari hingga mencapai ukuran panen. Gambar 2. Wadah pemeliharaan juvenil ikan nila merah selama perlakuan dalam akuarium (kiri) dan wadah pembesaran pasca perlakuan dalam hapa di kolam tanah (kanan) Pengadaan Ikan Uji Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah larva ikan nila merah (Oreochromis sp.) berumur 5 hari setelah menetas dan masih memiliki kuning telur, hasil pemijahan alami dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar

21 (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 3). Sebelum diberikan perlakuan, larva diaklimatisasi dalam akuarium selama 2 hari. Pada umur 7 hari setelah menetas ini kuning telur telah habis terserap atau disebut stadia juvenil. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dengan padat tebar masing-masing adalah 200 ekor. Perlakuan diberikan pada juvenil dan berlangsung selama 28 hari. Gambar 3. Larva ikan nila merah berumur 5 hari Penyiapan Pakan Perlakuan dengan Propolis Propolis yang digunakan adalah propolis komersil yang mengandung ekstrak propolis sebesar 20 %. Pakan perlakuan yang digunakan adalah pakan komersil berbentuk tepung dengan kandungan protein 40 % (Gambar 4, kiri). Sedangkan pakan untuk benih ikan pasca perlakuan (pembesaran) adalah pakan komersil berbentuk pellet dengan kandungan protein 38 % (Gambar 4, kanan). Gambar 4. Pakan perlakuan berbentuk tepung (kiri) dan pakan pasca perlakuan berbentuk pellet (kanan)

22 Pakan perlakuan dibuat dengan mencampurkan propolis dalam pakan komersil berbentuk tepung secara penyemprotan (Lampiran 1). Pakan ditimbang untuk setiap perlakuan sebanyak 250 gram. Alkohol (70%) dimasukkan ke dalam botol penyemprot sebanyak 250 ml/kg pakan yang digunakan, sehingga untuk setiap perlakuan membutuhkan 62,5 ml alkohol. Propolis lalu dimasukkan dalam botol penyemprot (sprayer) sesuai dengan dosis yang digunakan. Campuran propolis dan alkohol dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Larutan lalu disemprot merata ke atas pakan yang telah diletakkan di baki/nampan sambil diaduk hingga merata. Pakan dibiarkan hingga kering udara selama 1-2 jam, dan siap diberikan pada juvenil ikan nila merah Percobaan Pendahuluan: Penentuan Dosis Propolis Percobaan pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui dosis propolis tertinggi yang masih dapat ditolerir oleh juvenil ikan nila. Pada percobaan ini, juvenil ikan nila merah sebanyak 50 ekor dipelihara dalam akuarium berukuran 30 cm x 20 cm x 20 cm, dan diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur propolis dengan dosis 1,0 ml, 2,0 ml, dan 3,0 ml per kg pakan. Parameter yang diamati pada percobaan pendahuluan adalah kelangsungan hidup dan kualitas air. Dosis propolis terendah yang diujikan saat perlakuan adalah 0,6 ml/kg. Selanjutnya, dosis ditentukan dengan kelipatan dosis terendah hingga tertinggi saat pengujian lethal dosis yaitu 3,0 ml/kg, sehingga dosis propolis yang diujikan adalah 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg, dan 3,0 ml/kg. Sebagai kontrol negatif adalah dosis 0 ml/kg pakan atau tanpa pemberian propolis dalam pakan Percobaan Utama: Perlakuan Maskulinisasi Larva ikan nila merah mulai dipelihara saat berumur 5 hari, dan diaklimatisasi di dalam akuarium perlakuan selama 2 hari hingga menjadi juvenil. Selama proses aklimatisasi, larva diberi pakan tanpa perlakuan. Pakan perlakuan yang telah dicampur propolis diberikan pada juvenil selama 28 hari masa pemeliharaan. Pakan perlakuan diberikan secara at satiation (sekenyangnya) dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali sehari, yaitu pagi hari (07.00 WIB), siang hari (12.00 WIB), dan sore hari (17.00 WIB). Untuk menjaga kualitas

23 air pada media pemeliharaan, setiap pagi hari dilakukan penyiponan kotoran dan pergantian air sebanyak 30 % dari volume total. Pasca perlakuan benih ikan nila merah dipelihara dalam hapa di kolam tanah dan diberi pakan komersil tanpa campuran propolis. Pemeliharaan dilakukan selama 90 hari sampai jenis kelamin ikan sudah dapat dibedakan secara visual (Lampiran 2). Ikan nila merah jantan memiliki bentuk papila yang memanjang dan agak runcing, sedangkan pada ikan betina papilanya membulat dan lebih pendek Pengukuran Parameter Penelitian Parameter penelitian yang diukur meliputi derajat kelangsungan hidup saat perlakuan maupun pasca perlakuan, nisbah kelamin jantan, abnormalitas, rasio konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik, dan parameter kualitas air. Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR) Derajat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: Nt SR (%) x100 % (Huisman, 1987). No SR = survival rate (%) No Nt = jumlah ikan pada waktu awal pemeliharaan (ekor) = jumlah ikan pada waktu akhir pemeliharaan (ekor) Nisbah Kelamin Jantan Nisbah kelamin jantan adalah persentase jumlah ikan jantan dibandingkan dengan jumlah ikan keseluruhan. Nisbah kelamin jantan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Ij IJ (%) x100 % (Zairin, 2002). Is

24 Keterangan: IJ = Nisbah kelamin jantan (%) Ij = Jumlah ikan jantan (ekor) Is = Jumlah ikan keseluruhan yang diamati (ekor) Abnormalitas Abnormalitas merupakan persentase jumlah ikan yang abnormal secara fisik dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ikan. Abnormalitas dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: Iab IAb (%) x100 % (Zairin, 2002). Is IAb = Abnormalitas (%) Iab Is = Jumlah ikan abnormal yang ditemukan (ekor) = Jumlah ikan keseluruhan yang diamati (ekor) Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate, SGR) Laju pertumbuhan spesifik adalah persentase pertambahan bobot harian ikan per hari selama masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: wt α t 100% wo 1 (Huisman, 1987). α = laju pertumbuhan spesifik (%) t wt wo = lama pemeliharaan (hari) = bobot rata-rata ikan pada saat akhir pemeliharaan (gram) = berat rata-rata ikan pada saat awal pemeliharaan (gram) Rasio Konversi Pakan (Feed Convertion Rate, FCR) Rasio konversi pakan (FCR) merupakan rasio jumlah satuan pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan satuan berat ikan. Misal FCR 1,2, maka ikan

25 membutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg untuk menjadi daging sebanyak 1 kg. FCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus: P Wt Wo FCR (Huisman, 1987). Keterangan: FCR P Wt Wo = feed convertion rate = jumlah pakan yang habis selama pemeliharaan (gram) = biomass ikan pada saat akhir pemeliharaan (gram) = biomass ikan pada saat awal pemeliharaan (gram) Kualitas Air Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di awal perlakuan dan setiap 7 hari selama perlakuan di akuarium. Pengukuran kualitas air meliputi parameter suhu, ph, DO, dan amoniak (Tabel 2). Khusus untuk perlakuan suhu, pengukuran dilakukan setiap hari. Tabel 2. Parameter kualitas air dan waktu pengukuran No. Parameter Satuan Alat Waktu Metode Pengukur Pengukuran 1. Suhu o C DO meter Pembacaan skala Harian 2. ph ph meter Pembacaan skala Per 7 hari 3. DO mg/l Termometer Pembacaan skala Per 7 hari 4. Amoniak mg/l Biuret Titrasi Per 7 hari 3.3 Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS versi 16 untuk membuktikan apakah perlakuan dosis propolis melalui pencampuran dalam pakan buatan pada juvenil ikan nila merah efektif dalam pengarahan kelamin jantan. Perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan Uji Duncan. Sedangkan parameter kualitas air dan pendukung lainnya dianalisi secara deskriptif.

26 Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yij = µ + αi + εij (Steel dan Torrie, 1991). Keterangan: Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum αi = pengaruh perlakuan ke-i εij = galat pecobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan Pendahuluan Pada percobaan pendahuluan diujikan tiga dosis propolis, yaitu 1,0 ml, 2,0 ml, dan 3,0 ml per kg pakan. Derajat kelangsungan hidup juvenil ikan nila merah pada ketiga dosis mencapai lebih dari 60 % dan tidak berbeda nyata (Lampiran 3), yaitu berturut-turut: 63,33±7,57 %, 64,67±9,02 %, dan 68,00±2,00 % (Gambar 5). Kelangsungan Hidup (%) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 63,33 64,67 68,00 a a a 1,0 ml/kg 2,0 ml/kg 3,0 ml/kg Dosis Propolis Gambar 5. Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada percobaan pendahuluan Tabel 3. Kualitas air media pemeliharaan pada percobaan pendahuluan Parameter Awal Percobaan Selama Percobaan Pendahuluan Pendahuluan Suhu ( C) 26,0 26,0 ph 7,14 6,80 7,35 DO (mg/l) 6,80 4,3 5,7 Amoniak (mg/l) 0,0016 0,0013 0,0117 Berdasarkan kisaran derajat kelangsungan hidup dan kualitas air pada percobaan pendahuluan (Tabel 3), maka dosis maksimal propolis yang digunakan untuk percobaan maskulinisasi adalah 3,0 ml/kg pakan. Dengan selang 0,6 ml setiap penurunan tingkat dosis, maka dosis yang diujikan adalah 0,6 ml, 1,2 ml, 1,8 ml, 2,4 ml, dan 3,0 ml/kg pakan, serta dosis 0 ml/kg pakan sebagai kontrol.

28 4.1.2 Percobaan Utama Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup juvenil ikan nila merah selama perlakuan maskulinisasi dengan propolis berkisar antara 55,88±9,86 73,00±5,05 % (Gambar 7), dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 4). Demikian pula, derajat kelangsungan hidup pada masa pembesaran selama pasca perlakuan berkisar antara 94,00±4,32 99,00±1,15 % (Gambar 6), dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Lampiran 5). 100,00 98,50 96,00 97,50 94,00 99,00 94,50 90,00 Kelangsungan Hidup (%) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 73,00 p a 55,88 56,50 p p a a 61,13 62,63 62,38 p p p a a a Perlakuan Pembesaran Pasca Perlakuan 0,00 0 ml/kg 0,6 ml/kg 1,2 ml/kg 1,8 ml/kg 2,4 ml/kg 3,0 ml/kg Dosis Propolis Gambar 6. Derajat kelangsungan hidup (%) juvenil ikan nila merah pada perlakuan dan pasca perlakuan maskulinisasi dengan propolis Nisbah Kelamin Jantan Nisbah kelamin jantan ikan nila merah yang dihasilkan melalui maskulinisasi dengan pencampuran propolis dalam pakan buatan bervariasi antara 62,92±3,89 69,71±5,46 %, lebih tinggi dibanding kontrol sebesar 50,02±9,02 % (Gambar 7). Persentase jantan berbeda nyata antara kontrol (0 ml/kg) dengan dosis perlakuan lainnya, namun diantara dosis 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg, dan 3,0 ml/kg tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Lampiran 6).

29 Nisbah Kelamin Jantan (%) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 69,71 67,60 64,89 62,92 65,75 50,02 a b b b b b 0 ml/kg 0,6 ml/kg 1,2 ml/kg 1,8 ml/kg 2,4 ml/kg 3,0 ml/kg Dosis Propolis Gambar 7. Nisbah kelamin jantan (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Abnormalitas Persentase ikan abnormal (abnormalitas) pada perlakuan maskulinisasi dengan pencampuran propolis dalam pakan buatan bervariasi antara 1,89±3,55 6,68±5,17% (Tabel 4). Abnormalitas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Lampiran 7). Abnormalitas yang ditemukan diantaranya pada penampilan mulut yang tidak proporsional (Gambar 8). Tabel 4. Persentase ikan nila merah abnormal (%) pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Dosis Propolis Persentase Ikan Abnormal (%) 0 ml/kg 1,89 ± 3,55 a 0,6 ml/kg 4,15 ± 2,61 a 1,2 ml/kg 4,11 ± 4,34 a 1,8 ml/kg 6,68 ± 5,17 a 2,4 ml/kg 2,83 ± 2,32 a 3,0 ml/kg 2,57 ± 2,69 a

30 Gambar 8. Ikan nila merah dengan mulut normal (kiri) dan abnormal (kanan) Rasio Konversi Pakan Rasio konversi pakan pada perlakuan maskulinisasi berkisar antara 1,11±0,03 1,22±0,13 (Gambar 9), dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Lampiran 8). Rasio Konversi Pakan 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 1,11 1,22 1,14 1,13 1,15 1,18 a a a a a a 0 ml/kg 0,6 ml/kg 1,2 ml/kg 1,8 ml/kg 2,4 ml/kg 3,0 ml/kg Dosis Propolis Gambar 9. Rasio konversi pakan ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan maskulinisasi berkisar antara 2,45±0,09 2,78±0,17 % (Gambar 10), dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Lampiran 9).

31 Gambar 10. Laju pertumbuhan spesifik (%) ikan nila merah pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis Parameter Kualitas Air Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada awal perlakuan dan setiap 7 hari sekali (Tabel 5), kecuali suhu diukur setiap hari (Lampiran 10 12). Parameter kualitas air berfluktuasi selama perlakuan namun masih berada dalam batas yang dapat ditolerir oleh juvenil ikan nila merah, yaitu: suhu 23,5 28,5 C, ph 5,49 7,79, DO 3,7 7,5 mg/l, dan amoniak maksimal 0,0048 mg/l. Tabel 5. Kualitas air pemeliharaan ikan nila merah di akuarium pada percobaan utama maskulinisasi dengan propolis Parameter Awal Perlakuan Selama Perlakuan Suhu ( C) 24,5 26,0 23,5 28,5 ph 7,01 5,49 7,79 DO (mg/l) 7,00 3,70 7,50 Amoniak (mg/l) 0,0010 0,0000 0, Pembahasan Dosis propolis tertinggi yang diujikan dalam percobaan ini (3,0 ml/kg pakan) masih bisa ditolerir oleh ikan dengan menunjukkan derajat kelangsungan hidup selama perlakuan lebih dari 60,00 %. Keberhasilan maskulinisasi jantan

32 tertinggi pada percobaan dosis propolis yang diberikan melalui pencampuran dalam pakan buatan mencapai 69,71 %, yaitu pada perlakuan 3,0 ml/kg pakan. Penelitian mengenai penggunaan propolis sebagai bahan sex reversal baru pertama dilakukan oleh Ukhroy (2008), yaitu melalui metode pencampuran dalam pakan buatan yang diberikan pada induk ikan guppy (Poecilia reticulata). Dosis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 0 µl/kg, 20 µl/kg, 40 µl/kg, dan 60 µl/kg dengan keberhasilan nisbah kelamin jantan tertinggi mencapai 55,17 %, sedangkan pada kontrol hanya 24,30 %. Peningkatan dosis masih mungkin dilakukan, namun overdosis dapat menyebabkan lethal (Ukhroy, 2008), interseks, dan steril atau tidak dapat berkembang biak (Zairin, 2002). Derajat kelangsungan hidup (SR) juvenil ikan nila merah selama perlakuan maskulinisasi berkisar antara 55,88±9,86 73,00±5,05 %, sedangkan pasca perlakuan berkisar antara 94,00±4,32 99,00±1,15 %. SR antar dosis propolis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, baik saat pemeliharaan ikan selama perlakuan maskulinisasi di akuarium maupun saat pemeliharaan pasca perlakuan di kolam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian propolis dalam pakan buatan pada perlakuan maskulinisasi tidak memberikan pengaruh negatif terhadap SR juvenil maupun SR benih ikan nila merah. SR yang relatif rendah pada masa perlakuan dapat disebabkan karena juvenil belum mampu mencerna pakan buatan secara sempurna. Selain itu, frekuensi pemberian pakan juga dapat mempengaruhi karena semakin kecil ikan maka laju pengosongan lambungnya semakin cepat, sehingga perlu frekuensi pemberian pakan yang lebih dibanding ikan berukuran besar. SR yang relatif lebih tinggi pada pasca perlakuan dimungkinkan karena ikan mendapatkan pakan yang cukup dan berada pada lingkungan pemeliharaan optimal di kolam tanah. Perlakuan maskulinisasi dengan propolis pada dosis 0,6 ml/kg, 1,2 ml/kg, 1,8 ml/kg, 2,4 ml/kg, dan 3,0 ml/kg meningkatkan nisbah kelamin jantan secara nyata. Namun, antar perlakuan propolis tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan propolis dalam pakan sebagai bahan untuk pengarahan jenis kelamin jantan pada ikan nila merah terbukti efektif, dengan tingkat keberhasilan berkisar antara 62,92±3,89 69,71±5,46 %, sedangkan pada kontrol 50,02±9,02 %.

33 Kemampuan propolis dalam peningkatan nisbah kelamin ikan nila merah jantan diduga berhubungan dengan bahan aktif chrysin dalam propolis sebagai salah satu jenis flavonoid. Bahan ini diakui sebagai penghambat aromatisasi sehingga terjadi penurunan konsentrasi estrogen yang mengarahkan kelamin menjadi jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Davis et al. (1999) yang mengatakan bahwa penurunan rasio estrogen terhadap androgen menyebabkan terjadinya perubahan penampakan dari ikan betina menjadi menyerupai ikan jantan atau terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder. Pengarahan kelamin pada ikan nila merah dimungkinkan karena pada fase pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin. Diferensiasi kelamin ini dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan, dan interaksi antara keduanya. Perlakuan maskulinisasi ini dilakukan pada juvenil ikan nila merah dan berlangsung selama 28 hari, sehingga keberhasilan pengarahan kelamin ikan diharapkan sempurna pada masa diferensiasi seks sesuai dengan kisaran waktu yang tepat, yaitu mulai umur 7 hari pasca menetas dan masa diferensiasi berlangsung sampai umur 37 hari setelah menetas (Kwon et al., 2000). Persentase ikan abnormal (abnormalitas) pada perlakuan maskulinisasi berkisar antara 1,89±3,55 6,68±5,17%. Abnormalitas merupakan performa ikan yang abnormal secara fisik. Abnormalitas yang ditemukan pada penelitian ini diantaranya pada penampilan mulut dan sirip ekor yang tidak proporsional. Setelah diuji secara statistik, abnormalitas pada perlakuan maskulinisasi dengan propolis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Perubahan penampilan fenotipe secara tidak normal pada suatu individu diantaranya dapat disebabkan oleh kelainan genetis sejak awal kehidupannya. Selain itu, abnormalitas juga dapat disebabkan kurangnya unsur dalam pakan dan adanya penggunaan bahan kimia, dalam hal ini adalah alkohol. Abnormalitas dapat mempengaruhi kehidupan ikan, bentuk mulut dan sirip ekor yang tidak sempurna masing-masing akan menghambat konsumsi pakan dan aktivitas berenang ikan. Rasio konversi pakan (FCR) ikan pada pemeliharaan pasca perlakuan maskulinisasi berkisar antara 1,11±0,03 1,22±0,13 (Lampiran 13) dan laju pertumbuhan hariannya (SGR) adalah 2,45±0,09 2,78±0,17 %. FCR dan SGR

34 antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Beberapa faktor yang mempengaruhi FCR antara lain adalah palatabilitas pakan, suhu lingkungan, kepadatan ikan, dan dampak positif kolam tanah yang mendukung tumbuhnya pakan alami. Laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini yang tidak berbeda nyata diduga karena waktu pemeliharaannya yang relatif singkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas Wageningen, dikatakan bahwa perbedaan laju pertumbuhan antara ikan nila jantan dengan ikan nila betina baru terlihat setelah jangka waktu pemeliharaan 150 hari (Rutten, 2005). Menurut Popma dan Masser (1999), kisaran kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan ikan nila merah adalah: suhu 29,4 31,1 o C, DO >2,0 mg/l, ph 6,0 9,0, dan NH 3 < 0,2 mg/l. Sedangkan kualitas air yang mematikan adalah suhu <18,3 o C dan >42,0 o C, DO <0,3 mg/l, ph <5,0 dan >10,0 serta NH 3 >0,6 mg/l (Popma dan Masser, 1999). Parameter kualitas air saat perlakuan masih berada pada kisaran suhu 23,5 28,5 C, ph 5,49 7,79, DO 3,7 7,5 mg/l, dan amoniak 0 0,0048 mg/l. Faktor lingkungan seperti suhu, DO, ph, dan amoniak erat hubungannya dengan derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila merah. Kisaran kualitas air yang termasuk optimal ini memungkinkan ikan dapat tumbuh dengan baik dan normal.

35 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa propolis efektif untuk maskulinisasi ikan nila merah dengan teknik pencampuran dalam pakan buatan. Peningkatan nisbah kelamin jantan bervariasi antara 62,92±3,89 69,71±5,46 %, sedangkan pada kontrol 50,02±9,02 %. Propolis juga tidak mempengaruhi kelangsungan hidup dan abnormalitas ikan nila merah. 5.2 Saran Penggunaan dosis propolis untuk maskulinisasi ikan nila merah melalui teknik pencampuran dalam pakan buatan dapat menggunakan dosis 0,6 ml/kg pakan.

36 DAFTAR PUSTAKA Arfah, H Efektivitas Hormon 17α-Metiltestosteron dengan Metode Perendaman Induk terhadap Nisbah Kelamin dan Fertilitas Keturunan Ikan Gapi (Poecilia reticulata). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Barmudi, I Efektivitas Aromatase Inhibitor terhadap Sex Reversal Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) dalam Suhu Media 33 o C. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Brodie, A., Q. Ling, and B. Long Aromatase and Its Inhibitors. Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology 69: Davis, R. B., B. A. Simco, C. A. Groudie, N. C. Parker, W. Couldwell, and P. Snellgrove Hormonal Sex Manipulation and Evidence for Female Homogamety on Channel Catfish. General and Comparative Endocrinology 78: Dean, W Chrysin: It Is An Effective Aromatase Inhibitor? Vitamin Research Products. [16 Februari 2010]. Devlin, R. H. and Nagahama, Y Sex Determination and Sex Differentiation in Fish: An Overview of Genetic, Physiological, and Environmental Influences. Aquaculture 208: Djaelani, F Pengaruh Dosis Madu terhadap Pengarahan Kelamin Jantan pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Greenaway, W., S. English, and F. R. Whatley Phenolic Composition of Bud Exudates of Populus Deltoides, in Zeithschrifffur Naturforschung 45: UK. Huisman, E. A Principle of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University, Netherlands. Kartal, M., S. Kaya, and S. Kurucu GC-MS Analysis of Propolis Sample from Two Regions of Turkey. Ankara University, Faculty Pharmacy, Departement of Pharmacognosy. Turkey. Kwon, J. Y., V Hashpanah, L. M. Hurtado, B. McAndrew, and D. Penman Masculinization of Genetic Female Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) by Dietary Administration of an Aromatase Inhibitor During Sexual Differentiation. Journal of Experimental Zoology 287:

37 Liana, Y. P Efektivitas Aromatase Inhibitor yang Diberikan Melalui Pakan Buatan terhadap Sex Reversal Ikan Nila Merah Oreochromis sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Martati, E Efektivitas Madu terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters). [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Mazzida, A. N Pengaruh Aromatase Inhibitor terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters). [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Nurlaela Pengaruh Dosis Aromatase Inhibitor pada Perendaman Embrio terhadap Nisbah Kelamin Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Phelps, R. P. and T. J. Popma Sex Reversal of Tilapia. Pages in B.A. Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas, Vol. 2. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, United States. Popma, T. and M. Masser Tilapia: Life History and Biology. SRAC (Southern Regional Aquaculture Center) Publication No Romana-Eguia, M. R. R., M. Ikeda, Z. U. Basiao, and N. Taniguchi Genetic Diversity in Farmed Asian Nile and Red Hybrid Tilapia Stocks Evaluated from Microsatellite and Mitochondrial DNA Analysis. Aquaculture 236: Rutten, M. J. M Breeding for Improved Production of Tilapia. Doctoral Thesis. University of Wageningen, Netherlands. Scholz, S. and H. O. Gutzeit Affect Reproduction Sexual Diferentiation and Aromatase Gene Expression of Medaka (Oryzias latipes). Aquatic Toxycology 50: Sever, D. M., T. Halliday, V. Waight, J. Brown, H. A. Davies, and E. C. Moriarty Sperm Storage in Female of the Smoth New (Triturus vulgaris L.): Ultrastructure of the Spemathecal During the Breeding Season. Journal of Experimental Zoology 283: Silverin, B., M. Braillen, A. Folldart, and J. Balthazart Distribution of Aromatase Activity in the Brain and Peripheral Tissue of Passerine and Non Passerine Avian Species. General and Comparative Endocrinology 117:

38 Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sukmara Sex Reversal pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) secara Perendaman Larva dalam Larutan Madu 5 ml/l. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Tasdiq, M Pengaruh Pemberian Aromatase Inhibitor Melalui Artemia Artemia sp. terhadap Keberhasilan Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ukhroy, N. U Efektivitas Propolis terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy Poecilia reticulata. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Utomo, B Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters). [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Yamazaki, F Sex Control and Manipulation in Fish. Aquaculture 33: Zairin, M. Jr Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Jakarta: Penebar Swadaya.

39 LAMPIRAN

40 Lampiran 1. Skema penyiapan pakan perlakuan dengan propolis Propolis sesuai dosis Alkohol (250 ml/kg pakan) Masukkan ke dalam sprayer (botol semprot) Aduk hingga homogen Semprotkan pada pakan yang telah disebar di baki (nampan) sambil digoyang-goyang Aduk pakan perlahan-lahan Biarkan kering udara (1-2 jam) Pakan perlakuan siap diberikan pada ikan

41 Lampiran 2. Ikan nila Oreochromis sp. Dorsal Spines Dorsal Fin Caudal Fin (Tail) Pectoral Fin Pelvic Spines Pelvic Fin Anal Fin Anal Spines Morfologi ikan nila merah (Popma dan Masser, 1999) Ikan nila jantan (kiri) dan nila betina (kanan)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh pada penelitian ini meliputi persentase jenis kelamin jantan rata-rata, derajat kelangsungan hidup (SR) rata-rata setelah perlakuan perendaman dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan guppy (Poecillia reticulata) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy diantaranya

Lebih terperinci

Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan alami resin lebah melalui pakan buatan

Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan alami resin lebah melalui pakan buatan 178 Dinar Tri Soelistyowati Jurnal Akuakultur et al. / Jurnal Indonesia Akuakultur 9(2), Indonesia 178 183 (2010) 9(2), 178 183 (2010) Maskulinisasi pada ikan nila merah (Oreochromis sp.) menggunakan bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C14101048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila

TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila 6 TINJAUAN PUSTAKA Ikan nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk dalam family Chiclidae. Ciri yang spesifik pada ikan nila adalah adanya garis vertikal berwarna gelap di tubuh berjumlah 6-9 buah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Seksualitas Lobster Air Tawar Pada umumnya lobster air tawar matang gonad pada umur 6 sampai 7 bulan. Setelah mencapai umur tersebut, induk jantan dan betina akan melakukan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Penetasan Telur Hasil perhitungan derajat penetasan telur berkisar antara 68,67-98,57% (Gambar 1 dan Lampiran 2). Gambar 1 Derajat penetasan telur ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rasio Kelamin Ikan Nilem Penentuan jenis kelamin ikan dapat diperoleh berdasarkan karakter seksual primer dan sekunder. Pemeriksaan gonad ikan dilakukan dengan mengamati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Klasifikasi ikan nila merah menurut Anonim (2009) ialah sebagai berikut: Filum : Chordata Sub-filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub-kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan upaya tersebut sudah umum dilakukan dalam

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN : 2303-2960 MASKULINISASI IKAN GAPI (Poecilia reticulata) MELALUI PERENDAMAN INDUK BUNTING DALAM LARUTAN MADU DENGAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA Masculinitation

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ ¹Dosen Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data profil pembudidaya di tingkat internasional, Indonesia baru dapat memenuhi pangsa pasar ikan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA Carica papaya L. UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN IKAN LELE DUMBO Clarias sp YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila AGUNG SETIAJI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DYAH KESWARA MULYANING TYAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu

Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu Jurnal Akuakultur Indonesia 14 (2), 159 163 (2015) Artikel Orisinal Alih kelamin jantan ikan nila menggunakan 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu Sex reversal of red tilapia using 17α-methyltestosterone-enriched

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI PROBIOTIK Vibrio SKT-b MELALUI Artemia DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP PASCA LARVA UDANG WINDU Penaeus monodon ASRI SUTANTI SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PERENDAMAN LARVA TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. ARGA WAWANG ARTANTO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata Peters)

EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata Peters) Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 155 160 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 155 EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lab. KESDA provinsi DKI Jakarta (analisis kandungan senyawa aktif, Pimpinella alpina), Lab. Percobaan Babakan FPIK (pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Purwodadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik RT 01 RW 01 selama 28 hari pada bulan Desember 2016 Januari 2017

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 hari di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI

MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI MANIPULASI SUHU MEDIA TERHADAP KINERJA PRODUKSI UDANG RED CHERRY (Neocaradina denticulate sinensis) BONNE MARKUS SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTERMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM ADITYA PRIMA YUDHA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL KEPADA LARVA IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP NISBAH KELAMINNYA

PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL KEPADA LARVA IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) TERHADAP NISBAH KELAMINNYA Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 131 17 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 131 PENGARUH DOSIS AKRIFLAVIN YANG DIBERIKAN SECARA ORAL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di laboratorium penelitian Biologi Akuatik Gedung MIPA Terpadu Fakultas Matematika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kandungan biokimia madu dan respons ikan terhadap perendaman madu, chrysin dan kalium Hasil analisis kandungan madu menunjukkan bahwa kadar flavonoid dan kalium tertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun karena memiliki daya tarik yang sangat kuat, salah satu jenisnya adalah lobster air tawar (Cherax

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PAKAN BUATAN TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL IKAN NILA MERAH Oreochromis sp.

PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PAKAN BUATAN TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. PENGARUH PEMBERIAN AROMATASE INHIBITOR MELALUI PAKAN BUATAN TERHADAP KEBERHASILAN SEX REVERSAL IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. INGGRIKA REMALIA EVANGELISTA KABAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUHU DAN DOSIS PROPOLIS YANG BERBEDA TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GUPPY (Poecilia reticulata)

PENGGUNAAN SUHU DAN DOSIS PROPOLIS YANG BERBEDA TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 1 Oktober 2012 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN SUHU DAN DOSIS PROPOLIS YANG BERBEDA TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) EFFECTS

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

HASIL DAN BAHASAN. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai akhir tahap pendederan.

HASIL DAN BAHASAN. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai akhir tahap pendederan. 20 HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah hasil percobaan tahap 1 meliputi nisbah kelamin, bobot individu dan sintasan benih ikan nila sampai umur 95 hari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI

EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI EVALUASI DAN OPTIMALISASI PROGRAM PCR DALAM DETERMINASI KELAMIN IKAN BARBIR EMAS Puntius conchonius SECARA MOLEKULAR RADI IHLAS ALBANI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kolam Budidaya Ikan Ciburial, Sumedang selama kurang lebih dua bulan, yaitu sejak April - Juni 2011. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Wadah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan tilapia yangberasal dari Benua Afrika. Namun demikian, pada saat ini ikan nila telah menyebar di berbagai

Lebih terperinci

PENGUJIAN EFEKTIVITAS DOSIS VAKSIN DNA DAN KORELASINYA TERHADAP PARAMETER HEMATOLOGI SECARA KUANTITATIF NUR AKBAR MASWAN SKRIPSI

PENGUJIAN EFEKTIVITAS DOSIS VAKSIN DNA DAN KORELASINYA TERHADAP PARAMETER HEMATOLOGI SECARA KUANTITATIF NUR AKBAR MASWAN SKRIPSI PENGUJIAN EFEKTIVITAS DOSIS VAKSIN DNA DAN KORELASINYA TERHADAP PARAMETER HEMATOLOGI SECARA KUANTITATIF NUR AKBAR MASWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing-masing menggunakan delapan ulangan, yaitu : 1) Perlakuan A dengan warna

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011, di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Analisis kualitas

Lebih terperinci

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus (The effect of immersion in different doses of methyl testosteron

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF BUDIDAYA IKAN NILA POTENSI : - daya adaptasi tinggi (tawar-payau-laut) - tahan terhadap perubahan lingkungan - bersifat omnivora - mampu mencerna pakan secara efisien

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DI KARAMBA JARING APUNG BALAI SEA FARMING KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AGNIS MURTI RAHAYU DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE Penelitian tentang budidaya sinodontis dengan densitas yang berbeda ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 yang bertempat Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COCO REVERSE: APLIKASI AIR KELAPA DALAM PRODUKSI POPULASI MONOSEKS JANTAN IKAN NILA MERAH

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COCO REVERSE: APLIKASI AIR KELAPA DALAM PRODUKSI POPULASI MONOSEKS JANTAN IKAN NILA MERAH 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COCO REVERSE: APLIKASI AIR KELAPA DALAM PRODUKSI POPULASI MONOSEKS JANTAN IKAN NILA MERAH BIDANG KEGIATAN: PKM-P Muhammad Angga S Lilis Nurjanah Anna Nurkhasanah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERHORMON 17a-METILTESTOSTERON PADA DOSIS 30, 40, DAN 50 mg/kg PAKAN TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN LUO HAN (Cichlasoma spp.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERHORMON 17a-METILTESTOSTERON PADA DOSIS 30, 40, DAN 50 mg/kg PAKAN TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN LUO HAN (Cichlasoma spp. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERHORMON 17a-METILTESTOSTERON PADA DOSIS 30, 40, DAN 50 mg/kg PAKAN TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN LUO HAN (Cichlasoma spp.) Oleh : M. Fauzan Adam C01400049 SKRIPSI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Oleh : Noor Fajar Sidiq C14103061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh :

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh : EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh : FIRMAN HIKMAWAN C14103067 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Budidaya Perairan

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 PEMBENIHAN : SEGALA KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM PEMATANGAN GONAD, PEMIJAHAN BUATAN DAN PEMBESARAN LARVA HASIL PENETASAN SEHINGGA MENGHASILAKAN BENIH YANG SIAP DITEBAR DI KOLAM, KERAMBA ATAU DI RESTOCKING

Lebih terperinci

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso Abstrak Dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina sebagai pasangan dari induk jantan YY, maka diperlukan suatu teknologi

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama dalam usaha peningkatan gizi masyarakat di Indonesia. Hal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE, Clarias sp. OLEH IKAN NILA, Oreochromis niloticus MELALUI PENGEMBANGAN BAKTERI HETEROTROF

PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE, Clarias sp. OLEH IKAN NILA, Oreochromis niloticus MELALUI PENGEMBANGAN BAKTERI HETEROTROF PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE, Clarias sp. OLEH IKAN NILA, Oreochromis niloticus MELALUI PENGEMBANGAN BAKTERI HETEROTROF LELYANA MAJAW RACHMIWATI C 14103002 SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

SEKS REVERSAL IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) MELALUI PERENDAMAN LARVA MENGGUNAKAN AROMATASE INHIBITOR

SEKS REVERSAL IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) MELALUI PERENDAMAN LARVA MENGGUNAKAN AROMATASE INHIBITOR Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(1): 103 108 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Bulan Ke-2 SEKS REVERSAL IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Januari 2013 bertempat di Hatcery Kolam Percobaan Ciparanje

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila pada Bulan Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

MASKULINISASI IKAN GUPPY

MASKULINISASI IKAN GUPPY MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) MENGGUNAKAN TESTIS SAPI DENGAN METODE PERENDAMAN INDUK BUNTING Lailatul Lutfiyah 1), Darmawan Setia Budi 2), Muhammad Thohawi Elziyad Purnama 3), Prayogo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilakukan pada bulan November Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Akhmad Taufiq Mukti. Laboratorium Pendidikan Perikanan - Program Studi Budidaya Perairan, FKH Universitas Airlangga Surabaya ABSTRACT ABSTRAK

Akhmad Taufiq Mukti. Laboratorium Pendidikan Perikanan - Program Studi Budidaya Perairan, FKH Universitas Airlangga Surabaya ABSTRACT ABSTRAK Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(1): 37-45 (2009) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 37 PENGARUH SUPLEMENTASI MADU DALAM PAKAN INDUK BETINA TERHADAP

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak II. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit, kapasitas serap

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROMOTER KERATIN IKAN FLOUNDER JEPANG

EFEKTIVITAS PROMOTER KERATIN IKAN FLOUNDER JEPANG EFEKTIVITAS PROMOTER KERATIN IKAN FLOUNDER JEPANG Paralichthys olivaceus DAN PROMOTER HEATSHOCK IKAN RAINBOW TROUT Oncorhynchus mykiss PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus ARIEF EKO PRASETIYO SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci