ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH"

Transkripsi

1 ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2012 Yasinta Anugerah C

3 ABSTRAK YASINTA ANUGERAH, C Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM dan SUGENG HARI WISUDO. Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditi ekspor yang sangat potensial, namun keberadaan elver sidat semakin berkurang. Budidaya ikan sidat saat ini masih sulit dilakukan jika dimulai dari tahap telur dan larva sehingga para nelayan menangkap elver sidat dari sungai dan laut, kemudian dibesarkan di kolam budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan aktifitas penangkapan elver ikan sidat, mendeskripsikan kondisi sumberdaya elver ikan sidat di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu dan mengestimasi hubungan antara suhu permukaan laut (SPL), klorofil-a dan fishing ground elver sidat. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari April Data dikumpulkan melalui wawancara lapang serta mendownload citra SPL dan konsentrasi klorofila di situs dan Hasil penelitian menunjukan bahwa alat tangkap dan teknik pengoperasian penangkapan elver sidat masih tergolong sederhana. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan adalah jaring anco/waring. Nelayan menjual hasil tangkapan kepada perusahaan budidaya. Selain itu, volume hasil tangkapan elver sidat semakin menurun. Hal ini disebabkan kondisi sumberdaya elver sidat yang semakin buruk jika dibandingkan dengan periode awal kegiatan penangkapan dimulai. Sebagai tambahan, nilai SPL rata-rata masih dalam kisaran suhu elver sidat untuk mampu beradapatasi. Hal ini disebabkan pada perairan tropis variasi suhu tidak terlalu besar (termasuk perairan Indonesia). Selain itu konsentrasi klorofil-a rata-rata pada tahun termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu, konsentrasi klorofil-a yang tinggi menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan fitoplankton dan hewan air lainnya. Kata kunci: klorofil-a, muara sungai Cimandiri, penangkapan elver sidat, suhu permukaan laut.

4 ABSTRACT YASINTA ANUGERAH, C Analysis Catching Activity of Eel Elver on the Water of Cimandiri Estuary, Palabuhanratu Bay, Jawa Barat. Supervised by PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and SUGENG HARI WISUDO. Eels (Anguilla sp.) are potential export commodities. However, there is a decrease in the number of eel elvers. Eel farming is still difficult to do if it starts from the stage of eggs and larvae. So, fishermen catch eel elver at the river or sea. Then, the elvers have been raised in fishpond. The current research attempts to describe the catching activities of eel elvers, to describe the condition of eel elver resources, and to estimate the relationship between sea surface temperature (SST), chlorophyll-a and fishing ground of eels at Cimandiri s estuaries, Palabuhanratu Bay. The Research conducted on January to April Data were collected by interviews and also downloaded SST and chlorofil-a concentration images on and The results show that, fishermen use simple fishing gear and operating technique for catching eel elvers. The fishing gear have been used by fisherman are waring and anco. Fishermen sell eel elver s catch to the aquaculture s company. Moreover, there was a sharp decrease in the volume in the eel elver catches. It is because the eel elver resources condition is getting worse compared to the early period of fishing activities. In addition, the SST averages was still in the range value of adaptation for eel elvers. It is because there is a small number of temperature variety in tropical water (including Indonesian water). In addition, the average concentration of chlorophyll-a included high categories from 1998 to So that, the high concentration of chlorophyll-a is a good location for the growth of phytoplankton and other aquatic animals. Keywords: chlorophyll-a, Cimandiri estuaries, eels elver fishing, sea surface temperature.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

6 ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat : Yasinta Anugerah : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Prihatin Ika Wahyuningrum, S.Pi, M.Si NIP Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si NIP Diketahui Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal ujian : 13 Agustus 2012 Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari April 2012 ini adalah Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1) Prihatin Ika Wahyuningrum, S.Pi, M.Si dan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 2) Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi., M.Si. selaku dosen penguji tamu; 3) Orangtua dan kakak-kakak tercinta atas do a dan dukunganya baik secara moril maupun materil. 4) Pak Ayom Budi Prabowo selaku Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi. 5) Dwi Rizky Gustina, Oktavianto Prastyo D, Muhammad Romdonul Hakim dan Bang Ega atas bantuannya selama penelitian dan pengolahan data. 6) Pak Syarif, Pak Dasep dan Kak Adi G. atas bantuan dalam proses pengumpulan data di lapangan. 7) Teman-teman seperjuangan selama di IPB, Isya Trisnaning Ati, Nur Laili Indasari dan Delfi Riana atas bantuan, dukungan dan semangatnya selama ini 8) Teman-teman PSP angkatan 45, adik-adik PSP 46 dan PSP 47 atas doa, dukungan dan semangatnya selama ini. 9) Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Bogor, September 2012 Yasinta Anugerah

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Oktober 1990 dari Bapak Muflih Muhadjir dan Ibu Woro Budirahayu. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan dan organisasi. Pada tahun 2009/2010 dan 2010/2011 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai sekertaris Departemen Penelitian, Pengembangan Profesi (Litbangprof) dan sekertaris Departemen Komunikasi dan Informasi (Kominfo). Penulis juga aktif menjadi asisten mata kuliah Rekayasa Tingkah Laku Ikan (RTLI) pada tahun ajaran 2010/2011 dan mata kuliah Daerah Penangkapan Ikan (DPI) pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Ikan Sidat Klasifikasi dan morfologi ikan sidat Fase hidup ikan sidat Penangkapan elver sidat Parameter Oseanografi Suhu permukaan laut Salinitas Klorofil-a Pengelolaan Sumberdaya Sidat di Indonesia METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Analisis Data Analisis kegiatan penangkapan elver sidat Analisis ketersediaan sumberdaya ikan Pengolahan citra satelit KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi HASIL PENELITIAN Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Alat tangkap ix

11 5.1.2 Nelayan Operasi penangkapan Distribusi hasil tangkapan Ketersediaan Elver Sidat Perpindahan fishing ground Volume hasil tangkapan Ketersediaan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri Faktor-faktor yang mempengaruhi sumberdaya elver sidat Suhu Permukaan Laut Klorofil-a PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad, et al. (2004) Daftar nama-nama kecamatan di pesisir Teluk Palabuhanratu : Data produksi tahun 2010 dan 2011 berdasarkan TPI Data volume penangkapan dan nilai penangkapan perairan umum pada Data produksi tahun produksi perairan umum tahun Perkembangan harga jual hasil tangkapan elver sidat Data parameter perairan pada penelitian pendahuluan Kelas kadar klorofil-a pada tahun di perairan Teluk Palabuhanratu xi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.) Peta lokasi penelitian Diagram alir proses pengolahan data SPL dan klorofil-a Jumlah nelayan perairan umum pada tahun Alat tangkap dan alat bantu penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Operasi penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Alur distribusi hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Persepsi nelayan terhadap lokasi fishing ground elver sidat di muara sungai Cimandiri Persepsi nelayan terhadap volume hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara Sungai Cimandiri pada beberapa selang waktu Persepsi nelayan tentang faktor penyebab perubahan ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri Profil nilai rata-rata SPL Teluk Palabuhanratu dari tahun Nilai rata-rata SPL tertinggi dan terendah di sekitar Teluk Palabuhanratu pada tahun Pola sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun pada periode per lima tahun Gambar 16 Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun Gambar 17 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di Teluk Palabuhanratu pada tahun per 4 tahun Gambar 18 Perubahan bentuk muara sungai Cimandiri,Teluk Palabuhanratu Grafik SPL rata-rata dan produksi ikan sidat tahun 2006 dan Grafik konsentrasi klorofil-a dan produksi ikan sidat pada tahun 2006 dan xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Proses pengolahan data SPL dan konsentrasi klorofil-a Rata-rata SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun Pola sebaran SPL tahun Rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tahun xiii

15 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan ikan memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ikan akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak dikelola dengan baik akan mendorong usaha perikanan pada kehancuran dan terjadinya berbagai konflik terhadap sumberdaya ikan. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang sedang berkembang adalah ikan sidat. Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditi perikanan yang potensial di pasar lokal maupun internasional. Permintaan ikan sidat yang tinggi disebabkan oleh kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan kandungan gizi pada daging ikan lainnya. Banyaknya permintaan ikan sidat tidak sejalan dengan semakin berkurang sumberdaya ikan tersebut. Volume produksi penangkapan ikan sidat dari tahun di Indonesia semakin menurun. Tahun 2000 volume produksi mencapai ton, namun pada tahun 2010 volume produksi hanya mencapai ton (KKP, 2010). Ikan sidat membutuhkan lokasi laut dalam untuk memijah, kemudian dari telur berubah menjadi elver dan terbawa arus ke pantai. Saat tumbuh dewasa ikan sidat mulai mencari air tawar sungai dan kembali ke laut dalam untuk memijah kembali sebelum mati. Hampir di semua muara sungai di Indonesia yang menghadap laut dalam dapat ditemukan elver sidat. Proses pemijahan buatan yang sesuai dengan karakteristik perairan laut dalam menjadi kendala dalam proses budidaya dari telur dan elver, sehingga para nelayan di sekitar Teluk Palabuhanratu masih mengandalkan penangkapan elver ikan sidat dari sungai atau laut untuk kemudian dibesarkan di kolam budidaya Menurut Kottelat et al. (1993) sedikitnya di perairan Indonesia terdapat lima jenis ikan sidat, yaitu Anguilla bicolor, A. Borneensis, A. Marmorata, A. Celebesencis, dan A. Nebulosa. Menurut Sasongko et al (2007) kehadiran elver di Indonesia pada setiap daerah tidak bersamaan. Elver sidat di Palabuhanratu ditemukan dari bulan Oktober-Maret dan puncaknya terjadi pada bulan Januari. Sementara itu sidat konsumsi ditemukan dari bulan April-September.

16 2 Potensi besar yang dimiliki Indonesia sebagai penghasil sidat dari penangkapan harus tetap diiringi dengan perlindungan. Penangkapan sidat jangan sampai merusak populasi dan habitat hidupnya, seperti yang terjadi di Jepang dan Eropa. Hasil tangkapan elver maupun sidat konsumsi di Jepang dan Eropa terus menurun, bahkan Uni Eropa telah berupaya untuk melindungi sidat dari penangkapan (Sasongko et al., 2007). Informasi tentang penangkapan elver sidat khususnya di Kabupaten Sukabumi masih sulit untuk didapatkan karena tidak adanya data tertulis yang berkaitan dengan proses penangkapan elver sidat di alam. Informasi mengenai kondisi dan status sumberdaya elver di muara sungai Cimandiri Teluk Palabuhanratu sangat dibutuhkan untuk tujuan pengelolaan dan pemanfaatan ikan sidat. Selain itu informasi tersebut akan menjadi dasar pengelolaan dari perikanan sidat. Melihat kondisi tersebut dengan demikian penelitian mengenai analisis kegiatan penangkapan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu Jawa Barat perlu dilakukan. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan aktifitas penangkapan elver ikan sidat di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu; 2) Mendeskripsikan kondisi sumberdaya elver ikan sidat di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu; 3) Mengestimasi hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a di sekitar perairan Teluk Palabuhanratu terhadap keberadaan fishing ground elver sidat. 1.3 Manfaat Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kondisi penangkapan ikan sidat sekarang ini. Manfaat lainnya adalah sebagai masukan untuk kebijakan pemerintah daerah tentang aturan penangkapan ikan sidat yang ramah lingkungan di Teluk Palabuhanratu agar sumberdaya ikan sidat tetap berlanjut.

17 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Sidat Klasifikasi dan morfologi ikan sidat Sidat adalah ikan yang ketika dewasa hidup di air tawar, tetapi setelah matang gonad akan beruaya atau pindah ke laut dalam untuk memijah. Ikan sidat memiliki banyak species. Menurut Sri dan Susilo (1998) salah satu species yang banyak ditemukan di perairan pantai selatan adalah Anguilla bicolor McClelland. Elver ikan sidat ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.) Beberapa ahli antara lain Weber dan Beaufort (1916), Williamson dan Castle (1975) serta Blekker (1965) mengklasifikasikan ikan sidat sebagai berikut: Filum : Chordata Sub Fillum : Euchordata (Vertebrata : Pisces) Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Apodes (Anguilliformes) Family : Anguillidae Genus : Anguilla Spesies : Anguilla bicolor Ikan sidat mempunyai tubuh memanjang dengan perbandingan antara panjang dan tinggi yaitu dua puluh banding satu (20:1). Kepala sidat berbentuk segitiga, memiliki mata, hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat tidak tahan terhadap sinar matahari langsung karena sidat termasuk binatang malam

18 4 (nokturnal). Sidat memiliki empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur, dan sirip dada. Meskipun sepintas mirip belut, tetapi pada permukaan tubuh sidat memiliki sisik (Sasongko et al, 2007) Fase hidup ikan sidat Daur hidup ikan sidat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase lautan, fase estuari, dan fase sungai. Ikan sidat memijah di laut pada kedalaman lebih dari 300 m dan telurnya menetas menjadi larva (leptocephali) setelah jam dengan panjang 2,7 mm sampai 6,2 mm. Stadium ini dilampaui selama satu tahun dengan ciri-ciri tubuh seperti pita tembus pandang dengan kedua ujungnya tajam, dan lebar pada bagian tengahnya (Facey dan Avlye, 1987 diacu dalam Sriati, 1998). Larva tersebut kemudian mengikuti arus kearah pantai dan mengalami perubahan bentuk (metamorposa) menjadi ikan sidat yang tidak berpigmen (glass eel) dengan memiliki ciri bentuk tubuh yang sama dengan ikan sidat dewasa. Secara aktif glass eel tersebut bermigrasi ke arah muara sungai. Setelah memasuki habitat tersebut pigmentasi mulai berkembang sehingga menjadi ikan sidat kecil yang disebut elver (Sriati, 1998). Sebelum pigmentasi berkembang sempurna, migrasi kearah hulu oleh elver dilakukan setelah tahun ke dua dan selanjutnya berkembang menjadi ikan sidat dewasa (Mc Cleave dan Kleckner, 1983; Moriarty, 1986 diacu dalam Sriati 1998). Menurut Usui (1874) dan Matsui (1980) diacu dalam Sriati (1998), sebagian besar dari daur hidup ikan sidat berada di air tawar, sekitar tahun tanpa mengalami pematangan gonad (maturasi). Maturasi terjadi bersama dengan perubahan warna tubuh dan morfologinya, menjadi bronze eel atau silver eel (sidat perak). Tahap akhir dari daur hidup tersebut ikan sidat melakukan migrasi menuruni sungai menuju ke spawning ground untuk melakukan pemijahan. Musim sangat berpengaruh pada ketersediaan elver ikan sidat di alam karena ikan sidat masih memijah secara alami. Kehadiran elver ikan sidat di setiap daerah tidak bersamaan, khususnya di Palabuharatu elver sidat ditemukan dari bulan Oktober-Maret dan puncaknya pada bulan Januari. Sedangkan untuk ikan sidat konsumsi ditemukan dari bulan April sampai bulan September (Sasongko et

19 5 a, 2007). Sidat adalah ikan yang beruaya anadromous dan menunjukkan prilaku hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Ikan sidat merupakan ikan yang penyebarannya sangat luas yakni di daerah tropis dan sub tropis sehingga dikenal adanya sidat tropis dan sidat sub tropis. Menurut Tesch (1911) diacu dalam Sriati (1998), paling sedikit terdapat 17 spesies ikan sidat di dunia dan paling sedikit enam jenis diantaranya terdapat di Indonesia yakni: Anguilla marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A. borneensis, A. bicolor bicolor dan A. bicolor pacifica. Jenis ikan tersebut menyebar di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam yakni di pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Pulau Sumatera, pantai timur Pulau Kalimantan, seluruh pantai Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur hingga pantai utara Papua (Affandi, 2005) Penangkapan elver sidat Menurut penelitian Sriati (1998) alat yang digunakan dalam penangkapan elver sidat di Teluk Palabuhanratu adalah jaring anco dari bahan waring dengan ukuran 1 x 1 m, yang lebih popular dengan nama sirib. Sedangkan pada penelitian Haryuni (2001) di Teluk Poso penangkapan elver sidat dengan menggunakan alat tangkap seser yang terbuat dari kain tipis. Alat tangkap seser memiliki lebar mulut 75 cm dan panjang jaring 100 cm. Penangkapan elver sidat dilakukan pada malam hari yaitu dengan cara menyusuri muara sungai dangkal namun terkadang berjalan agak ke tengah. Nelayan membawa petromak dan alat tangkap kemudian ketika ada elver yang berenang mendekat segera nelayan mengayunkan alat tangkap dengan pelan. Elver yang sudah tertangkap, diambil dengan piring plastik lalu dimasukan ke dalam koja. Penangkapan dilakukan berulang-ulang hingga koja penuh dengan elver hingga menjelang pagi hari (Sasongko et al., 2007). 2.2 Parameter Oseanografi Suhu permukaan laut Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air

20 6 laut adalah matahari (Weyl, 1970 diacu dalam Basuma, 2009). Menurut Nyabakken (1992) suhu di samudera bervariasi secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu perairan di estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai di dekatnya. Hal ini sebagian karena biasanya di estuari volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuari ini lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Alasan lain terjadinya variasi adalah masukan dari air tawar dan kali yang biasa dipengaruhi oleh suhu musiman daripada air laut (Nyabakken, 1992). Menurut Irawan (2008) ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu o C, sidat mengalami penurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12 o C. Liviawaty dan Afrianto (1998) diacu dalam Haryuni (2002) menyatakan bahwa elver sidat mampu beradaptasi terhadap kisaran suhu air yang cukup besar yaitu antara o C dan dengan suhu optimal antara o C, sesuai dengan spesiesnya. Kisaran suhu pada kegiatan pedederan dalam budidaya adalah C dan pada kegiatan pembesaran adalah C (Sasongko et al., 2007) Salinitas Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan (permil, gram perliter) (Nontji, 2007). Perairan samudra salinitas biasanya berkisar antara 34-35, sedangkan pada perairan pantai, salinitas bisa turun rendah karena terjadi pengenceran, misalnya kerena pengaruh aliran sungai. Konsentrasi garam-garam ini jumlahnya relatif sama dalam setiap contoh-contoh air laut, meskipun diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia. Cara yang digunakan untuk menentukan salinitas adalah menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam satu sampel (chlorinitasi) (Hutabarat dan Evans, 1986).

21 7 Menurut Hutabarat dan Evans (1986), salinitas bersifat stabil di lautan terbuka, walaupun di beberapa tempat menunjukan fluktuasi perubahan. Sedangkan pada daerah perairan estuaria salinitas menjadi gambaran yang dominan. Pada daerah estuari kadar salinitasnya akan berkurang, karena adanya sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh terjadinya pasang surut didaerah tersebut. Perubahan salinitas musiman di estuaria biasanya merupakan akibat perubahan penguapan musiman atau perubahan aliran air tawar musiman (Nybakken, 1988). Facey and Avley (1987) diacu dalam Sriati (1998) mengemukakan bahwa salinitas merupakan faktor utama yang menentukan migrasi dan distribusi dari ikan sidat. Salinitas yang bisa ditoleransi oleh ikan sidat berkisar 0-35 ppm. Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya. Salinitas secara tidak langsung berpengaruh terhadap gas-gas terlarut dan daya racun amoniak. Semakin tinggi salinitas maka kapasitas maksimum oksigen semakin kecil Klorofil-a Klorofil-a adalah zat hijau daun yang terkandung dalam tumbuhan. Menurut Barnes dan Hughes (1988) klorofil-a merupakan pigmen yang mampu melakukan fotosintesis dan terdapat pada seluruh organisme fitoplankton. Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis, dimana air dan karbon dioksida dengan adanya sinar matahari dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton sebagai produsen primer merupakan pangkal rantai makanan dan merupakan dasar yang mendukung kehidupan seluruh biota lainnya (Nontji, 2002). Kandungan klorofil-a fitoplankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai ukuran biomassa fitoplankton dan dijadikan petunjuk dalam melihat kesuburan perairan. Kualitas perairan yang baik merupakan tempat hidup dan berkembang yang baik bagi fitoplankton, karena kandungan klorofil-a fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas suatu perairan (Ardiwijaya, 2002).

22 8 Fitoplankton yang subur umumnya terdapat di perairan sekitar muara sungai atau di perairan lepas pantai dimana terjadi upwelling. Di depan muara sungai banyak zat hara datang dari daratan dan dialirkan oleh sungai ke laut, sedangkan di daerah upwelling zat hara yang kaya terangkat dari lapisan lebih dalam ke arah permukaan (Nontji, 2002). Menurut Arinardi et al. (1997), perairan Indonesia memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi hampir selalu berkaitan dengan adanya pengadukan dasar perairan, dampak aliran sungai (pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya) serta berlangsungnya proses penaikan massa air lapisan dalam ke permukaan (Laut Banda, Laut Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa). Menurut Arsjad et al. (2004) pemetaan klorofil-a perlu dilakukan guna mengetahui pola sebaran klorofil-a pada waktu tertentu, karena keberadaan klorofil-a merupakan indikasi keberadaan ikan, dan juga mempengaruhi kehidupan biota laut pada umumnya. Sebaiknya pemetaan klorofil-a dilakukan dalam jangka panjang sehingga diketahui sebaran rata-rata pola sebaran tahunan atau musiman. Klasifikasi kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad, et al. (2004) terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad, et al. (2004) Kelas Konsentrasi mg/m 3 Keterangan I <0.3 Konsentrasi rendah/ clear water II 0,3 0,5 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton III 0,5 1,0 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton IV 1,0-2 Korofil-a dan muatan suspensi tinggi/slightly turbid water V >2 Muatan suspensi tinggi/ hight turbidity 2.3 Pengelolaan Sumberdaya Sidat di Indonesia Menurut FAO (1997) pengertian dari pengelolaan perikanan adalah sebagai proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. Pengelolaan perikanan tersebut meliputi banyak aspek termasuk sumberdaya ikan,

23 9 habitat/lingkungan, dan manusia serta berbagai faktor internalnya (Widodo dan Suadi, 2006). Produksi dan potensi perikanan dibatasi oleh sejumlah faktor yaitu pertimbangan biologi, pertimbangan ekologi dan lingkungan, pertimbangan sosial budaya dan kelembangan; dan pertimbangan ekonomi. Pertimbangan biologi meliputi smberdaya hayati laut mampu memperbaharui dirinya melalui proses pertumbuhan, dalam ukuran panjang dan massa (bobot) individu selain pertambahan terhadap populasi atau komunitas melalui reproduksi (yang biasa disebut dalam perikanan sebagai rekrutmen). Pertimbangan ekologi dan lingkungan meliputi lingkungan dari ikan jarang bersifat statis dan kondisi lingkungan akuatik dapat berubah secara nyata menurut waktu, seperi pasang surut, suhu air, dll (Widodo dan Suadi, 2006). Wilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim yang berganti, yaitu musim hujan dan musim kemarau merupakan kondisi yang sangat baik bagi kehidupan ikan sidat. Hal ini disebabkan karena kondisi suhu udara dan suhu air tidak berbeda jauh pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Potensi sumber benih yang dimiliki oleh perairan Indonesia sangat berlimpah. Benihbenih ikan sidat banyak ditemukan di pantai-pantai yang menghadap ke laut dalam (Sasongko et al, 2007).

24 10 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Januari Maret 2012 dengan penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Nopember Lokasi berada pada daerah Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 6 o o LS dan 106 o o BT. Gambar 2 Peta lokasi penelitian 3.2 Metode Pengumpulan Data Data primer Penelitian pendahuluan dengan pengambilan data kulaitas air seperti suhu (termometer), salinitas (refraktometer) dan ph (kertas ph). Data primer pada saat penelitian diperoleh dari observasi dan hasil wawancara di lapangan dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan sidat. Pengambilan responden dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Pertimbangan dalam pemilihan responden bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner. Responden yang dituju adalah nelayan elver sidat, nelayan pengumpul

25 11 elver sidat, dinas perikanan Palabuhanratu dan pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan sidat di Palabuhanratu. Jumlah responden yang di wawancarai berjumlah 34 orang yang terdiri dari 24 orang nelayan penangkap, 6 orang nelayan pengumpul, 2 orang staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi dan 2 orang staf pihak terkait dengan penangkapan elver sidat. Kuisioner nelayan dan nelayan pengumpul dimaksud untuk memperoleh data tentang: (1) Gambaran umum perikanan elver sidat; (2) Spesifikasi teknis unit penangkapan elver sidat; (3) Kegiatan operasi penangkapan elver sidat. Kuisioner untuk pihak pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh data tentang aturan dan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan elver sidat di Teluk Palabuhanratu. Kuisioner untuk pihak terkait dengan kegiatan perikanan sidat dimaksudkan untuk memperoleh data tentang perkembangan perikanan sidat secara umum. Kajian ketersediaan sumberdaya ikan didapatkan dengan membandingkan kondisi sumberdaya ikan pada awal kegiatan penangkapan tahun 1990 dengan kegiatan penangkapan pada saat penelitian dilakukan (2012). Data yang dikumpulkan berupa perubahan lokasi fishing ground, faktor yang mempengaruhi penangkapan dan alur distribusi dari hasil tangkapan Data sekunder Data sekunder untuk mengetahui adanya pengaruh faktor lingkungan perairan menggunakan. Data sekunder yang digunakan adalah data suhu permukaan laut dan sebaran klorofil-a. Data SPL tahun didownload dari web NOAA/AVHRR Data SPL tahun dan konsentrasi klorofil-a tahun diperoleh dengan cara mendownload citra MODIS level 3 dari web Analisis Data Analisis kegiatan penangkapan elver sidat Analisis kegiatan penangkapan digunakan untuk mengkaji faktor yang berhubungan dengan keragaan teknis unit penangkapan elver sidat. Analisis kegiatan penangkapan elver sidat dilakukan melalui wawancara pihak-pihak terkait yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis yang dilakukan meliputi

26 12 gambaran unit penangkapan ikan, metode pengoperasian dan distribusi pemasaran Analisis ketersediaan sumberdaya ikan Perikanan sidat di Teluk Palabuhanratu umumnya masih merupakan kegiatan perikanan skala kecil, sehingga informasi mengenai gambaran umum perikanan sidat secara lengkap jarang didapatkan. Karena alasan tersebut sehingga dalam penelitian ini tidak menjelaskan besarnya stok sumberdaya elver sidat di Teluk Palabuhanratu secara kuantitatif. Penelitian ini mengkaji dengan lebih mengarahkan pada pengetahuan tentang kecenderungan perubahan perikanan elver sidat saat ini dibandingkan pada saat awal dilakukan aktifitas penangkapan. Menurut Sondita (2010) bahwa tingkat kemudahan nelayan memperoleh ikan, jumlah ikan yang diperoleh dan ukuran ikan yang ditangkap dapat dipakai untuk mengetahui trend kelimpahan ikan di suatu tempat. Jika jumlah ikan yang ditangkap semakin sedikit, yang berarti penurunan produktivitas (produksi per trip) maka hal ini merupakan salah satu indkasi bahwa stok ikan sudah semakin menurun jumlahnya. Berdasarkan alasan tersebut sehingga kajian ini dilakukan melalui penelusuran informasi secara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada nelayan sebagai pelaku kegiatan penangkapan elver sidat di Teluk Palabuhanratu. Informasi-informasi yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara ditampilkan dalam bentuk persentase persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan kegiatan penangkapan elver sidat. Dengan mengetahui kecenderungan perubahan kegiatan penangkapan tersebut maka dapat diketahui ketersediaan sumberdaya ikan dan bentuk pengelolaan perikanan elver sidat yang tepat Pengolahan citra satelit Data lingkungan perairan diketahui dengan mendownload data melalui situs dan Data tersebut diolah untuk memperoleh nilai dan gambar kondisi di perairan Teluk Palabuhanratu. Pengolahan data SPL dan klorofil-a ditunjukan pada Gambar 3.

27 13 Mulai Download data pada web Download data pada web SeaDAS versi 6.3: Output: gambar dengan ekstensi PNG (*.PNG), binary dan ASCII Microsoft Excel 2007 Output: Data telah di filter menghilangkan data awan dan daratan (.txt) Software pengolah data spasial Output: Pola penyebaran SPL dan Klorofil-a di sekitar Teluk Palabuhanratu Selesai Gambar 3 Diagram alir proses pengolahan data SPL dan klorofil-a Proses awal yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan mendownload data level 3 composite data bulanan yang mempunyai resolusi spasial 4 km dengan format HDF (Hierarchical Data Format) dimana data tersebut merupakan data digital compressed dan tampilannya sudah menjadi datar (flat). Data hasil download level 3 composite data bulanan harus diekstrak terlebih

28 14 dahulu sehingga data tersebut dapat diproses lebih lanjut. Ekstrak data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak WinRAR Data citra MODIS level 3 merupakan data yang sudah diolah, sehingga telah terkoreksi secara radiometrik dan atmosferik. Data tersebut sudah memiliki informasi seperti lintang dan bujur, daratan, garis pantai dan nilai estimasi suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil fitoplankton perairan. Penerapan algoritma pada level 3 ini sudah dilakukan secara otomatis. Pengolahan selanjutnya dari data MODIS level 3 composite bulanan yang telah diekstrak dilakukan di perangkat lunak SeaDAS (SeaWIFS Data Analysis System) versi 6.3 (sistem operasi Linux Ubuntu 7.1). Tahap awal yaitu croping atau pemotongan citra melalui program display yang terdapat pada menu SeaDAS. Tahap croping atau pemotongan citra dilakukan pada lokasi-lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu di Teluk Palabuhanratu. Pengaturan untuk ukuran pixel and line sample rate dirubah menjadi 1. Setelah itu load data yang telah di croping pada masing-masing wilayah tersebut. Terdapat tiga pilihan keluaran data dari hasil pengolahan pada perangkat lunak SeaDAS, yaitu output gambar dengan ekstensi PNG (*.PNG), binary dan ASCII. Pada pengolahan data level 3 composite data bulanan, output dari pengolahan citra dengan perangkat lunak SeaDAS yang dipilih berupa format ASCII. Output data dalam bentuk format ASCII tersebut yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh informasi mengenai fluktuasi konsentrasi klorofil-a dan SPL secara temporal yang terjadi di lokasi penelitian. Data dalam format ASCII hasil dari pengolahan perangkat lunak SeaDAS selanjutnya diproses di Microsoft Excel Data tersebut di import dan disimpan ulang dalam ekstensi xls (*.xls) ataupun dalam ekstensi yang lain untuk kemudahan pada proses selanjutnya. Kemudian nilai konsentrasi klorofil-a dan SPL dicari nilai rataratanya, sehingga didapat satu nilai rataan mewakili lokasi penelitian tersebut tiap bulan. Data rataan bulanan tersebut kemudian kita tampilkan dalam bentuk grafik time series menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk mengetahui pola fluktuasi konsentrasi klorofil-a secara temporal yang terjadi di lokasi penelitian. Langkah-langkah proses pengolahan data SPL dan konsentrasi klorofil-a ditunjukan pada Lampiran 1.

29 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Posisi geografis Kabupaten Sukabumi terletak di antara Lintang Selatan (LS) dan Bujur Timur (BT). Luas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah km 2 ( ,54 Ha), memiliki panjang pantai 117 km dan garis pantai 4 mill laut. Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten dengan wilayah terluas di Jawa dan Bali. Batas wilayah administrasi Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Propinsi Banten dan Samudera Indonesia Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur. Hingga tahun 2011 di Kabupaten Sukabumi terdapat 47 kecamatan dengan 4 Kelurahan, 363 Desa dan RW. Ibukota Kabupaten Sukabumi saat ini berada di Kota Palabuhanratu. Kota Palabuhanratu memiliki jarak fisik dengan Ibukota Negara ± 140 km, dengan Ibukota Propinsi Jawa Barat ± 153 km dan dengan Kota Sukabumi ± 60 km (Kabupaten Sukabumi dalam angka, 2011). Kabupaten Sukabumi terdiri dari 47 kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2010 yaitu Kecamatan Cisaat dengan jumlah orang. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi adalah sebesar orang, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan (Kabupaten Sukabumi dalam angka, 2011). Secara topografi sebagian besar daratan di sekitar Teluk Palabuhanratu berupa daerah berbukit, lereng pegunungan, dataran rendah yang sempit dan banyak daerah aliran sungai. Beberapa sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu antara lain sungai Cimandiri, Cibareno, Cisolok, Cimaja, Citepus, Cipalabuhan dan sungai Cipanyairan. Banyaknya sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kesuburan perairan Teluk Palabuhanratu (Muhiddin, 2003). Menurut hasil penelitian Mony (2004) pada bulan April sampai Juni suhu permukaan di perairan sekitar muara sungai Cimandiri diperoleh hasil yang

30 16 hampir seragam yaitu nilai suhu tertinggi 30 C dan nilai suhu terendah 26,8 C. Sedangkan pada pengukuran salinitas pada bulan April sampai Juni berkisar antara Sebaran salinitas permukaan di perairan muara sungai Cimandiri memperlihatkan pola hampir sama dengan sebaran suhu permukaan. Kecepatan arus permukaan di perairan muara sungai Cimandiri berkisar antara 0,11 0,84 m/detik. Kecepatan arus permukaan umumnya lebih tinggi pada daerah sungai dan nilainya semakin menurun ke arah laut. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar dengan potensi lestari sebesar ton/thn. Sebagian penduduk di Kabupaten Sukabumi mencari nafkah dari laut sebagai nelayan. Nelayan mendaratkan hasil tangkapannya di beberapa titik pantai Sukabumi dengan panjang pantai 117 km yaitu; Palabuhanratu, Minajaya, Ujunggenteng, Ciwaru, Loji, Cisolok, dan Cibangban dengan jumlah nelayan Rumah Tangga Perikanan (RTP) , Rumah Tangga Buruh Perikanannya (RTBP) orang (DKP Palabuhanratu, 2011). Wilayah kegiatan di sektor perikanan, khususnya untuk perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi meliputi 9 kecamatan pesisir beserta total luas wilayah penangkapan 701,67 km 2. Daftar nama-nama kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar nama-nama kecamatan di pesisir Teluk Palabuhanratu : No Nama Kecamatan Luas Wilayah Penangkapan (Km 2 ) 1 Kecamatan Cisolok 46,11 2 Kecamatan Cikakak 42,99 3 Kecamatan Palabuhanratu 83,55 4 Kecamatan Simpenan 84,55 5 Kecamatan Ciemas 86,19 6 Kecamatan Ciracap 101,71 7 Kecamatan Surade 117,00 8 Kecamatan Cibitung 97,08 9 Kecamatan Tegalbuleud 42,48 Total luas wilayah penangkapan Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

31 17 Kabupaten Sukabumi memiliki 6 (enam) TPI, tapi yang dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan sebanyak 5 (lima) TPI yaitu TPI Cisolok, Cibangban, Ciwaru, Mina Jaya, Ujunggenteng dan Palabuhanratu. Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi tahun 2011 menurun dari tahun Produksi perikanan tahun 2011 adalah 813,55 kg, sedangkan produksi tahun 2010 adalah 955,52 kg. Sedangkan produksi yang di lelang 2011 menurun karena disebabkan faktor cuaca tidak menentu sehingga para nelayan tradisional tidak banyak melakukan operasional ke laut dan perda yang di sahkan pada pertengahan tahun Data produksi dan nilai tahun 2010 dan 2011 berdasarkan TPI ditunjukan pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Data produksi tahun 2010 dan 2011 berdasarkan TPI No TPI Produksi (Kg) Cibangban Cisolok Palabuhanratu Ciwaru Minajaya Ujunggenteng 2,00 1,08 884,49 52,21 3,79 11,96 50,21 30,30 574,98 90,48 6,61 78,98 Jumlah 955,52 831,55 Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011 Berdasarkan Tabel 3 nilai total produksi pada tahun 2010 berdasarkan TPI adalah 955,52 kg. Namun pada tahun 2011 jumlah produksi menurun dengan jumlah produksi tahun 2011 adalah 831,55 kg. Pada tahun 2010 dan 2011 TPI Palabuhanratu mempunyai nilai produksi terbesar yaitu 884,49 kg dan 574,98 kg. Data jumlah nelayan perairan umum pada tahun ditunjukan pada Gambar 3.

32 Jumlah nelayan (orang) Tahun Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011 Gambar 4 Jumlah nelayan perairan umum pada tahun Berdasarkan Gambar 4 jumlah nelayan di perairan umum pada tahun semakin meningkat. Tahun 2007 nelayan perairan umum berjumlah 123 orang. Tahun 2008 jumlah nelayan perairan umum meningkat sehingga berjumlah 195 orang. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 jumlah nelayan pada perairan umum di Kabupaten Sukabumi berjumlah 210 dan 245 orang. Data volume penangkapan dan nilai penangkapan di perairan umum pada tahun ditunjukan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 volume penangkapan dan nilai penangkapan perairan umum dan nilai penangkapan semakin meningkat. Pada tahun 2007 volume penangkapan perairan umum 24,34 ton dengan nilai penangkapan Rp ,00. Pada tahun 2010 volume penangkapan perairan umum 30,00 ton dan nilai penangkapan Rp ,00. Tabel 4 Data volume penangkapan dan nilai penangkapan perairan umum pada tahun Tahun Volume Penangkapan (Ton) Nilai Penangkapan (Rp)/ , , , , , , , ,00 Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

33 19 Data produksi perairan umum tahun 2010 berdasar jenis ikan di tunjukan pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5 Data produksi tahun produksi perairan umum tahun 2010 No Nama Jenis Ikan Produksi Harga/Kg (Rp) Nilai Produksi (Ton) (000) 1 Sidat 7, , ,00 2 Mujair 0, ,00 600,00 3 Sepat Siam 0, , ,00 4 Tawes 0, , ,00 5 Nila 3, , ,00 6 Mas 2, , ,00 7 Udang Lainnya 7, , ,00 8 Ikan Lainnya 3, , ,00 9 Binatang air Lainnya 2, , ,00 Jumlah 26, , ,00 Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011 Berdasarkan Tabel 5 jumlah total produksi perairan umum pada tahun 2010 adalah 26,2 ton dengan harga Rp /kg. Nilai jumlah produksi pada tahun 2010 sebesar ,00. Nilai produksi ikan Sidat merupakan nilai produksi tertinggi yaitu ,00 dengan jumlah produksi sebesar 7,1 ton dan harga Rp ,00/kg.

34 20 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Alat tangkap Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dengan menggunakan jaring anco atau jaring waring berbentuk persegi atau bentuk segitiga dengan ukuran sekitar 1,10 x 1,10 m. Alat tangkap ini lebih dikenal oleh nelayan dengan nama jaring sirib dan sodok. Alat ini dioperasikan oleh satu orang nelayan. Alat lain yang digunakan pada penangkapan elver sidat adalah petromaks (senter), piring plastik dan kantong plastik. Piring plastik dan kantong plastik digunakan untuk mengambil hasil tangkapan elver sidat yang telah ditangkap oleh jaring. Gambar alat tangkap elver sidat di muara sungai Cimandiri ditunjukan pada Gambar 4. a) Jaring bentuk persegi (sirib) b) Alat bantu penangkapan c) Jaring bentuk segitiga (sodok) Gambar 5 Alat tangkap dan alat bantu penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Nelayan Nelayan elver sidat di muara sungai Cimandiri terdiri dari nelayan pengumpul (pemilik alat tangkap) dan nelayan penangkap. Sebagian besar nelayan elver sidat memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan berstatus sebagai

35 21 nelayan sambilan. Usia rata-rata dari nelayan elver sidat berkisar tahun dan telah melakukan kegiatan penangkapan lebih dari 20 tahun. Pekerjaan utama dari sebagian nelayan elver sidat adalah petani dan nelayan penangkap udang. Nelayan pengumpul berjumlah tujuh orang dan masing-masing memiliki nelayan penangkap sekitar 30 orang. Nelayan penangkap menggunakan alat-alat yang disediakan oleh nelayan pengumpul dan menjual hasil tangkapan elver sidat kepada nelayan pengumpul. Nelayan pengumpul sekaligus nelayan pemilik alat tangkap bertugas untuk menyiapkan tenda, alat-alat yang digunakan saat penangkapan dan alat-alat untuk mengumpulkan hasil tangkapan (timbangan, streofoam dan oksigen) Operasi penangkapan Kegiatan penangkapan elver sidat di sekitar perairan muara sungai Cimandiri telah dimulai sebelum tahun 1990 dengan musim puncak penangkapan pada malam tanggal bulan hijriah. Metode operasi penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri diawali dengan persiapan para nelayan penangkap dan pengumpul menuju muara sungai sekitar pukul WIB. Persiapan yang biasa dilakukan nelayan penangkap adalah membawa bekal makanan dan minum serta baju ganti. Nelayan pengumpul mempersiapkan alat-alat di tenda istirahat yang meliputi minyak tanah, petromaks, senter, jaring sirib dan sodok, timbangan, sterofoam serta oksigen. Operasi penangkapan dimulai sekitar pukul sampai dengan pukul WIB. Nelayan penangkap mulai banyak turun ke pesisir pantai atau mulut muara sungai ketika air laut mulai naik (pasang). Teknik penangkapan elver sidat sangat sederhana yaitu dengan cara mengangkat dan menarik jaring sirib atau sodok saat air ombak datang. Elver sidat yang tertangkap akan langsung dipindahkan ke kantong plastik yang berisi air dengan menggunakan piring plastik. Apabila elver sidat yang ditangkap sudah cukup banyak nelayan akan kembali ke tenda istirahat untuk menimbang hasil tangkapan kepada nelayan pengumpul dan setelah menimbang akan kembali ke pesisir pantai untuk melakukan penangkapan. Daya tahan nelayan sangat menjadi faktor penting dalam lama operasi penangkapan ini. Nelayan terbiasa istirahat di tenda sekitar

36 22 pukul WIB dan mulai penangkapan kembali pukul WIB hingga waktu subuh sekitar pukul WIB. Apabila tangkapan banyak beberapa nelayan tidak ada waktu untuk istirahat dan setelah matahari terbit nelayan bersiap kembali untuk pulang. Hasil tangkapan nelayan penangkap pada setiap penimbangan akan dicatat oleh nelayan pengumpul dalam satu malam. Operasi kegiatan penangkapan elver sidat ditunjukan pada Gambar 6. Gambar 6 Operasi penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Distribusi hasil tangkapan Proses distribusi hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri diawali dari nelayan penangkap akan menjual hasil tangkapan kepada nelayan pengumpul. Penanganan hasil tangkapan elver sidat di nelayan pengumpul dengan menggunakan plastik oksigen dan membawa dengan sterofoam. Setelah operasi penangkapan pada pagi hari beberapa nelayan pengumpul langsung mengirim elver sidat kepada perusahaan budidaya. Sebagian lain dari nelayan pengumpul memiliki tampungan sementara di tempat tinggalnya, apabila jumlahnya telah mencapai permintaan maka dikirim atau diambil langsung oleh perusahaan budidaya. Harga jual elver sidat dari nelayan penangkap kepada nelayan pengumpul saat ini berkisar Rp /kg. Harga jual tersebut telah mengalami kenaikan yang tinggi pada awal mulai penangkapan. Berdasarkan hasil wawancara, perkembangan harga jual hasil tangkapan elver sidat ditunjukan pada Tabel 6.

37 23 Tabel 6 Perkembangan harga jual hasil tangkapan elver sidat Tahun Harga/kg (Rp) Perusahaan yang membeli elver sidat terdiri dari perusahaan budidaya dan pengolahan sampai siap konsumsi. Sebagian besar hasil produksi dari perusahaan budidaya dan pengolahan akan langsung di ekspor ke Jepang dan sebagian kecil lainnya akan didistribusikan pada pasar lokal. Alur distribusi hasil tangkapan elver sidat ditunjukan pada Gambar 7. Nelayan penangkap Nelayan pengumpul Penampungan Perusahaan budidaya Perusahaan budidaya dan pengolahan Ekspor dan Lokal Gambar 7 Alur distribusi hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri 5.2 Ketersediaan Elver Sidat Kajian ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri dilakukan dengan meneliti kecenderungan perubahan sumberdaya elver ikan sidat. Kondisi sumberdaya elver sidat diketahui dengan melihat perpindahan fishing ground, perubahan volume hasil tangkapan dan faktor penyebab penurunan hasil tangkapan. Kecenderungan sumberdaya elver sidat ini dengan melihat persentase

38 24 respon nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan terhadap perubahan pada faktor-faktor tersebut Perpindahan fishing ground Hasil wawancara 30 orang nelayan penangkap elver terhadap perubahan lokasi fishing ground dapat terlihat pada Gambar 8. Berdasarkan dari gambar tersebut terlihat bahwa umumnya fishing ground nelayan penangkapan elver di sekitar muara sungai Cimandiri tidak mengalami perubahan. Sebanyak 63% nelayan menjelaskan bahwa tidak terjadi perubahan lokasi fishing ground. Namun sebanyak 37% responden menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan lokasi fishing ground. 37% Tetap 63% Ada perubahan Gambar 8 Persepsi nelayan terhadap lokasi fishing ground elver sidat di muara sungai Cimandiri Volume hasil tangkapan Berdasarkan hasil penilaian 30 orang nelayan terhadap jumlah hasil tangkapan elver di muara sungai Cimandiri dapat terlihat pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukan bahwa volume hasil tangkapan dari awal kegiatan penangkapan dimulai sampai penelitian ini dilakukan telah terjadi perubahan. Sebanyak 83% nelayan menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan volume hasil tangkapan elver sidat. Namun sebanyak 17% menyebutkan bahwa tidak ada perubahan volume hasil tangkapan elver sidat.

39 25 17% Tetap Ada perubahan 83% Gambar 9 Persepsi nelayan terhadap volume hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri Ketersediaan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri Gambar 10 menunjukan kecenderungan perubahan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri. Perubahan ini terlihat pada penurunan volume hasil tangkapan. Sementara itu perpindahan fishing ground dan ukuran hasil tangkapan cenderung tetap. Kecenderungan perubahan sumberdaya elver sidat dapat dilihat pula pada volume hasil tangkapan dalam beberapa periode tahun seperti pada Gambar Respon nelayan (%) Lokasi Fishing Ground Jumlah Hasil tangkapan Tetap Ada perubahan Gambar 10 Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri

40 26 Respon nelayan (%) < Periode Tahun Perubahan Volume Hasil Tangkapan Gambar 11 Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara Sungai Cimandiri pada beberapa selang waktu Faktor-faktor yang mempengaruhi sumberdaya elver sidat Menurunnya volume hasil tangkapan dari periode awal kegiatan penangkapan sampai penelitian ini dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab. Gambar 12 menunjukan respon nelayan terhadap faktor penyebab menurunnya hasil tangkapan elver sidat di sekitar perairan muara sungai Cimandiri. Respon nelayan (%) Musim (Kemarau- Penghujan) Pembangunan PLTU Kondisi perairan akibat pestisda Penangkapan Faktor Penyebab Penurunan HT Gambar 12 Persepsi nelayan tentang faktor penyebab perubahan ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa sebanyak 40% nelayan menyatakan semakin berkurangnya hasil tangkapan elver sidat disebabkan oleh pergeseran waktu musim kemarau dan musim hujan. Sebanyak 33% dari total responden menyatakan bahwa berkurangnya volume penangkapan disebabkan

41 27 oleh pembangunan PLTU (2007) tepat di muara sungai Cimandiri. Berdasarkan wawancara responden faktor penyebab lain penurunan ketersediaan sumberdaya elver sidat adalah kondisi perairan yang tidak sesuai dengan kehidupan elver sidat. Sebanyak 17% dari total responden menyatakan keberadaan elver sidat di pengaruhi kondisi perairan muara sungai akibat pestisida. Faktor penyebab perubahan terakhir berdasarkan hasil wawancara responden adalah semakin banyaknya penangkapan elver sidat. Sebanyak 10% responden menyatakan jumlah penangkap semakin bertambah sehingga hasil tangkapan dari tahun ke tahun semakin berkurang. 5.3 Suhu Permukaan Laut Pada penelitian pendahuluan telah didapatkan data kualitas air secara langsung, hasil penelitian di tunjukan pada Tabel 7. Tabel 7 Data parameter perairan pada penelitian pendahuluan Stasiun Koordinat Ulangan Suhu permukaan ( o C) Salinitas ( ) ph ,33 LS , ,41 BT ,4 LS ,2 BT ,5 LS ,2 BT Profil sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 13. SPL ( C) Tahun Gambar 13 Profil nilai rata-rata SPL Teluk Palabuhanratu dari tahun

42 28 Grafik di atas menunjukan nilai rata-rata SPL di sekitar Teluk Palabuhanratu selama tahun cukup fluktuatif. Nilai SPL terendah selama rentang waktu tersebut terjadi pada tahun 1994 yaitu sekitar 27 o C, sedangkan nilai SPL tertinggi terjadi 2010 yaitu sekitar 30,02 o C. Nilai rata-rata SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun ditunjukan pada Lampiran 2. Nilai rata-rata SPL tertinggi dan terendah di sekitar Teluk Palabuhanratu pada tahun di tunjukan pada Gambar 14. Berdasarkan grafik pada tahun nilai SPL di sekitar Teluk Palabuhanratu sekitar 27-29,17 o C. Pada tahun terjadi kenaikan SPL tertinggi dan terendah dengan nilai SPL sekitar 29,91-27,46 o C. Selang tahun terjadi penurunan nilai SPL tertinggi namun pada SPL terendah terjadi kenaikan, nilai SPL sekitar 28,72 27,79 o C. Selang tahun 2010 sampaitahun 2011 nilai SPL kembali meningkat yaitu sekitar 30,02-28,30 o C. SPL ( C) Periode Tahun SPL tertinggi SPL terendah Gambar 14 Nilai rata-rata SPL tertinggi dan terendah di sekitar Teluk Palabuhanratu pada tahun Pola sebaran SPL tahun ditunjukan pada Lampiran 3. Berikut adalah pola sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun per lima tahun ditunjukkan oleh Gambar 15.

43 29 Gambar 15 Pola sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun pada periode per lima tahun Berdasarkan Gambar 15 pola sebaran SPL pada tahun 1990 pada daerah dekat dengan daratan SPL cukup hangat berkisar 29,5 30 o C namun pada bagian tengah SPL hanya mencapai o C. Pada tahun 1995 SPL pada bagian utara

44 30 dekat dengan daratan mencapai 29,5 30,5 o C. Pola sebaran SPL pada tahun 2000 lebih rendah dari tahun sebelumnya dan tersebar merata dengan nilai berkisar 27,5 28,5 o C. Tahun 2005 pola sebaran SPL meningkat dan tersebar merata dengan nilai 29,5 30,5 o C. Nilai SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan pola SPL tersebar merata dengan nilai 30,5 31 o C. Selanjutnya pada tahun 2011 nilai SPL menurun hanya berkisar 27,5 28,5 o C. 5.4 Klorofil-a Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun ditunjukan pada Lampiran 4. Berikut profil sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun ditunjukkan oleh grafik pada Gambar Klorofil-a (mg/m3) Tahun ke- Gambar 16 Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun Berdasarkan grafik pada gambar 16 konsentrasi klorofil-a di sekitar Teluk Palabuhanratu dari tahun berfluktuatif. Tahun 1998 rata-rata konsentrasi klorofil-a sekitar 0,38 mg/m 3. Konsentrasi klorofil tertinggi di sekitar Teluk Palabuhanratu terjadi pada tahun 2006 dengan nilai rata-rata sekitar 1,96 mg/m 3. Tahun 2010 konsentrasi klorofil-a terendah dengan nilai sekitar 0,31 mg/m 3. Rata-rata konsentrasi klorofil-a meningkat pada tahun 2011 dibandingkan dengan nilai rata-rata konsentrasi pada tahun 2010 dengan nilai pada tahun 2011 sekitar 0,69 mg/m 3.

45 31 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tahun ditunjukan pada Lampiran 5. Berikut pola sebaran konsentrasi klorofil di Teluk Palabuhanratu pada tahun 1998, 2002, 2006 dan 2011 ditunjukan pada Gambar 17. Gambar 17 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di Teluk Palabuhanratu pada tahun per 4 tahun Tahun 1998 konsentrasi klorofil-a menyebar merata di bagian tengah teluk dan memiliki kisaran 0 0,9 mg/m 3. Tahun 2002 konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0 2,7 mg/m 3 dan konsentrasi klorofil-a tertinggi di bagian selatan perairan teluk. Konsentrasi klorofil tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan memiliki kisaran 0 4 mg/m 3. Pada tahun 2011 pola sebaran konsentrasi klorofil-a cukup bervariasi di bagian timur dekat dengan daratan dan di bagian selatan teluk.

46 32 6 PEMBAHASAN Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan dilakukan dengan menggunakan jaring sirib atau sodok berbentuk persegi dan bentuk segitiga dengan ukuran sekitar 1,10 x 1,10 m dan biasa dioperasikan oleh satu orang nelayan. Berdasarkan bahan dan cara pengoperasian menurut Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) tahun 2007 jaring sirib termasuk dalam klasifikasi jaring angkat dan sodok termasuk dalam pukat dorong. Jaring angkat adalah alat penangkap ikan terbuat dari bahan jaring berbentuk bujur sangkar dilengkapi bingkai bambu atau bahan lainnya sebagai rangka, yang pengoperasiannya di dalam perairan secara horizontal. Sedangkan pukat dorong adalah alat penangkap ikan berupa pukat berkantong yang dioperasikan di lapisan permukaan atau ada juga di lapisan perairan dasar dengan atau tanpa didorong kapal, dimana dalam 1 unitnya terdiri 1 jaring atau lebih yang terdiri dari bagian sayap, badan dan kantong (BBPPI, 2007). Tujuan menggunakan petromaks atau senter adalah sebagai alat bantu penerangan pada saat kegiatan penangkapan. Nelayan pada kegiatan penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri terdiri dari nelayan penangkap dan nelayan pengumpul sekaligus pemilik alat tangkap. Nelayan pengumpul di muara sungai Cimandiri berjumlah tujuh orang dengan masing-masing memiliki nelayan penangkap berjumlah 30 orang. Setiap nelayan penangkap yang menggunakan alat tangkap nelayan pemilik akan menjual hasil tangkapannya langsung kepada nelayan pemilik dengan cara menimbang hasil tangkapan elver sidat kemudian mencatat hasil timbangan. Menurut Tabeta dan Ozawa (1979) diacu dalam Sriati (1998) musim penangkapan elver sidat di perairan teluk Pelabuhanratu terjadi sepanjang tahun, tetapi puncaknya terjadi pada musim hujan yaitu sekitar Desember sampai dengan Juni. Hal ini sesuai dengan waktu berpijah ikan sidt dewasa yang cenderung terjadi sepanjang tahun. Puncak berpijah Anguilla bicolor terjadi pada dua musim yaitu musim kemarau dan pada musim hujan. Pada saat musim hujan adanya aliran sugai yang deras akan membantu mendorong ikan turun ke perairan

47 33 estuarin dan akhirnya ke laut dalam (Setiawan et al., 2003). Berdasarkan hasil wawancara selama penelitian diperoleh informasi bahwa kegiatan penangkapan memang terjadi sepanjang tahun, tetapi pada bulan Desember Juni hasil tangkapan elver sidat di perairan Muara sungai Cimandiri terus menurun. Nelayan tidak melakukan kegiatan penangkapan pada bulan tersebut karena tingginya biaya operasional yang tidak sebanding dengan hasil tangkapan sedikit. Ikan sidat saat ini menjadi komoditi ekspor yang potensial namun elver sidat tidak boleh langsung di ekspor karena sejak tahun 2009 telah ada SK Mentri Kelautan dan Perikanan bernomer 18/2009 telah melarang ekspor elver ikan sidat dalam rangka meningkatkan keanekaragaman sumber daya ikan dan pemenuhan kebutuhan benih sidat di dalam negeri. Elver sidat yang ditangkap di muara sungai Cimandiri akan didistribusikan langsung kepada perusahaan budidaya sekaligus perusahaan pengolahan. Hasil produksi ikan sidat yang telah layak konsumsi dari perusahaan budidaya sekaligus pengolahan akan di ekspor ke Jepang, China dan Korea. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sumberdaya elver sidat adalah perpindahan fishing ground, jumlah hasil tangkapan dan faktor penyebab penurunan hasil tangkapan. Lokasi fishing ground dari awal penangkapan sampai penelitian dilaksanakan tidak mengalami perubahan yaitu di sekitar muara sungai Cimandiri. Namun 37% dari responden menyatakan ada perubahan lokasi fishing ground. Perubahan lokasi fishing ground tersebut ke arah badan sungai dan adanya perubahan bentuk muara sungai, tetapi masih berada pada daerah sungai Cimandiri. Perubahan bentuk muara sungai ditunjukan pada gambar 18. a) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2006 b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

48 34 Gambar 18 Perubahan bentuk muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu Berdasarkan respon yang diberikan oleh nelayan, terlihat bahwa perubahan volume hasil tangkapan dimulai pada periode tahun Respon nelayan terhadap menurunnya volume hasil tangkapan semakin meningkat pada periode tahun dan Perubahan volume hasil tangkapan elver sidat ini mengarah kepada kondisi sumberdaya ikan yang semakin buruk jika dibandingkan dengan periode awal kegiatan penangkapan dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara volume hasil tangkapan nelayan pengumpul pada periode awal penangkapan mencapai sekitar 100 kg/malam sedangkan saat penelitian berlangsung hasil tangkapan hanya sekitar 7 30 kg/malam. Menurunnya volume hasil tangkapan dari periode awal kegiatan penangkapan sampai penelitian ini dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab. Berdasarkan hasil analisis wawancara dengan responden, faktor penyebab menurunnya volume hasil tangkapan adalah perubahan musim kemarau dan penghujan, pembangunan PLTU, kondisi perairan muara sungai akibat pestisida dan meningkatnya kegiatan penangkapan. Sebanyak 40% nelayan menyatakan pergeseran musim hujan dan kemarau menjadi faktor utama penyebab menurunnya volume hasil tangkapan. Musim hujan yang panjang mengakibatkan meningkatnya jumlah volume air yang mengalir dari sungai menuju muara. Hal tersebut menyebabkan elver sidat sulit untuk berenang masuk menuju ke muara sungai. Sedangkan pada musim kemarau elver sidat dapat berenang menuju muara sungai karena aliran dari daratan tidak terlalu deras. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sriati (1998) bahwa semakin stabil dan meratanya curah hujan terutama yang berpengaruh terhadap Sungai Cimandiri, maka rata-rata hasil tangkapan cenderung semakin meningkat karena pengaruh air tawar terhadap air laut semakin jauh. Selain itu curah hujan dapat menyebabkan kekeruhan perairan yang menjadi faktor penting migrasi elver karena elver mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya air tawar dan akan mencari sumber air tawar tersebut.

49 35 Faktor selanjutnya adalah pembangunan PLTU di muara sungai Cimandiri sejak tahun Awal mula pembangunan PLTU sesuai dengan hasil wawancara respon nelayan terhadap menurunnya volume hasil tangkapan terjadi pada periode tahun PLTU tersebut membangun breakwater tepat di sisi muara sungai Cimandiri sehingga menyebabkan arus menuju muara sungai semakin deras dan menyebabkan kegiatan migrasi elver sidat menjadi terganggu. Selain itu arus tersebut membawa sampah sehingga nelayan sulit untuk melakukan kegiatan penangkapan. Beberapa nelayan lain berpendapat getaran akibat pemasangan paku bumi di dasar laut untuk pembangunan PLTU mempengaruhi lokasi pemijahan ikan sidat. Beberapa responden nelayan juga menduga bertambahnya penerangan saat pembangunan PLTU di sekitar lokasi penangkapan mengakibatkan berkurangnya elver sidat yang memasuki muara sungai Cimandiri. Pemakaian pestisida pada area persawahan menyebabkan arus air dari darat membawa bahan-bahan kimia menuju muara sungai. Menurut Effendi (2003) pestisida masuk ke badan air melalui limpasan dari daerah pertanian yang banyak menggunakan pestisida. Pestisida yang sering digunakan adalah insektisida (pembasmi insekta) dan herbisida (pembasmi rumput penganggu). Hal ini yang menyebabkan elver sidat tidak menyukai kondisi perairan muara sungai tersebut. Beberapa nelayan menyatakan apabila musim panen padi telah usai maka ketersediaan elver sidat akan muncul lagi. Berdasarkan hasil wawancara saat musim puncak berlangsung, jumlah nelayan penangkap akan semakin meningkat. Semua warga akan turun ke pantai untuk menangkap elver sidat, bahkan sampai pada bagian badan sungai nelayan melakukan penangkapan. Namun berdasarkan hasil wawancara nelayan, selama ini tidak ada peraturan tentang kegiatan penangkapan elver sidat di Palabuhanratu. Hasil wawancara dari pihak pemerintah (DKP Pelabuhanratu) sampai saat ini belum ada peraturan yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan dan pembatasan penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri. Meningkatnya jumlah penangkapan disebabkan oleh harga yang semakin tinggi dan banyaknya perusahaan-perusahaan budidaya yang tertarik dalam bisnis ekspor sidat. Semakin tingginya harga jual elver sidat juga disebabkan oleh semakin sulitnya mendapatkan elver sidat dimana volume penangkapan semakin berkurang.

50 36 Secara umum rata-rata SPL dari citra satelit MODIS dan NOAA/AVHRR di teluk Palabuhanratu dari tahun fluktuatif dan cenderung naik. Pada tahun di sekitar Teluk Palabuhanratu sekitar 27-29,17 o C. Pada selang tahun terjadi penurunan nilai SPL tertinggi namun pada SPL terendah terjadi kenaikan, nilai SPL sekitar 28,72 27,79 o C. Tahun 2010 sampai tahun 2011 nilai SPL kembali meningkat yaitu sekitar 30,02 28,30 o C. Berdasarkan hasil penelitian pola sebaran rata-rata SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun lebih hangat di sekitar pantai dekat dengan daratan dibandingkan dengan perairan arah lepas pantai. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh aliran air yang berasal dari arus sungai. Menurut Nyabakken (1988) air sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dibandingkan dengan air laut. Ketika air sungai masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut maka terjadi perubahan suhu. Rata-rata SPL tinggi terjadi pada tahun 1998, 2005 dan Tahun 1998 rata-rata SPL mencapai nilai 29,1 o C dan tahun 2005 rata-rata SPL 29,4 o C. Ratarata SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 yatu berkisar 30,02 o C. Meningkatnya SPL pada tahun 2010 diduga disebabkan oleh fenomena alam global yaitu La Nina. La Nina merupakan fenomena alam global yang ditandai dengan kondisi suhu muka laut di perairan Samudra Pasifik ekuator berada di bawah nilai normalnya (dingin), sementara kondisi suhu muka laut di perairan Benua Maritim Indonesia berada di atas nilai normalnya (hangat). Mendinginnya suhu muka laut akan menimbulkan tekanan udara yang tinggi. Wilayah Indonesia yang terletak di sebelah barat Pasifik akan mengalami tekanan udara rendah akibat menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya (BMKG, 2010). Pada tahun 2011 rata-rata SPL rendah di bandingkan rata-rata SPL pada tahun Hal ini diduga meningkatnya curah hujan akibat tingginya SPL pada tahun Memanasnya SPL berdampak pada tingginya intensitas penguapan sehingga membentuk awan dan menyebabkan hujan. Menurut Boetius & Boetius (1989) diacu dalam Sriati (1998) suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi naiknya elver sidat ke muara sungai yaitu pada suhu yang lebih rendah. Liviawaty dan Afrianto (1998) diacu dalam Haryuni (2002) menyatakan bahwa elver sidat mampu beradaptasi

51 37 terhadap kisaran suhu air yang cukup besar yaitu antara o C dan dengan suhu optimal antara o C, sesuai dengan spesiesnya. Berdasarkan hasil penelitian nilai SPL rata-rata di sekitar perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun berkisar antara 27,00 30,02 o C. Nilai SPL tersebut masih dalam kisaran suhu elver sidat untuk mampu beradapatasi. Selain itu menurut penelitian Sriati (1998) di perairan tropis variasi suhu tidak terlalu besar sehingga suhu relatif lebih stabil dan kurang berpengaruh terhadap keberadaan elver sidat. Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton sehingga konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a (Parsons et al., 1984). Kualitas perairan yang baik merupakan tempat hidup dan berkembang yang baik bagi fitoplankton, karena kandungan klorofil-a fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas suatu perairan (Ardiwijaya, 2002). Rata-rata konsentrasi klorofil-a dari citra satelit di teluk Palabuhanratu dari tahun fluktuatif berkisar 0,4 1,95 mg/m 3. Klasifikasi kelas kadar klorofil-a menurut Arsjad, et al (2004) ditunjukan pada Tabel 8. Tabel 8 Kelas kadar klorofil-a pada tahun di perairan Teluk Palabuhanratu. Tahun Konsentrasi Rata-Rata Kelas Kadar Klorofil-a (mg/m3) Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

52 38 Berdasarkan Tabel 8 rata-rata klorofil-a konsentrasi sedang/medium rich phytoplankton terjadi pada tahun 1998, 2000, 2001, 2004, 2005, 2009 dan Sedangkan rata-rata klorofil-a konsentrasi tinggi/rich phytoplankton terjadi pada tahun 1999, 2002, 2003, 2006, 2007, 2008 dan Secara keseluruhan konsentrasi rata-rata klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu termasuk dalam kelas tinggi/rich phytoplankton dengan nilai 0,52 mg/m 3. Tingginya konsentrasi klorofil-a dapat menjadi indikator kualitas perairan yang baik karena menjadi tempat hidup dan berkembang baik bagi fitoplankton. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi disebabkan oleh nilai SPL rendah akibat meningkatnya curah hujan. Curah hujan tersebut akan membawa zat hara dari darat yang dialirkan oleh sungai dan menjadikan perairan subur. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi disekitar pesisir dan berangsurangsur semakin menurun ke arah laut lepas. Tingginya konsentrasi klorofil-a disebabkan oleh adanya pengaruh arus aliran sungai. Menurut Nontji (2002) muara sungai banyak zat hara datang dari daratan dan dialirkan oleh sungai ke laut, sedangkan di daerah upwelling zat hara yang kaya terangkat dari lapisan lebih dalam ke arah permukaan. Penentuan kisaran SPL dan klorofil-a dengan menggunakan citra satelit masih memiliki kelemahan. Kisaran SPL dan klorofil-a masih dalam daerah yang luas (resolusi rendah) disebabkan oleh luasan sapuan sensor MODIS yang besar. Selain itu, satelit Aqua MODIS mengelilingi bumi pada sore hari sehingga data SPL dan klorofil-a pada saat operasi penangkapan ikan masih kurang akurat. Data produksi ikan sidat yang tersedia oleh pihak DKP Palabuhanratu hanya tahun 2006 dan Berikut grafik hubungan SPL dan produksi ikan sidat pada tahun 2006 dan 2010 ditunjukan pada Gambar 19.

53 39 SPL A B Produksi Ikan Sidat (ton) SPL Periode Tahun Produksi Ikan Sidat Gambar 19 Grafik SPL rata-rata dan produksi ikan sidat tahun 2006 dan 2010 Grafik pada Gambar 19 menunjukan SPL rata-rata pada tahun 2006 mencapai 27,71 o C dan volume produksi ikan sidat di Palabuhanratu mencapai 15,6 ton (A). Selanjutnya SPL rata-rata meningkat pada tahun 2010 mencapai 30,02 o C dan volume produksi ikan sidat menurun menjadi 7,1 ton (B). Berdasarkan sedikitnya data volume produksi yang dimiliki, diduga rata-rata SPL yang meningkat berpengaruh terhadap volume produksi ikan sidat yang cenderung menurun. Rata-rata SPL yang meningkat dari tahun 2006 dan 2010 diduga mengakibatkan berkurangnya daya tahan hidup elver sidat dan ditambah dengan eksploitasi yang berlebih dalam penangkapan sehingga ketersediaan elver ikan sidat di muara sungai semakin berkurang. Selain itu mengakibatkan semakin berkurangnya ikan sidat indukan yang akan kembali memijah di laut dalam. Berikut grafik hubungan konsentrasi klorofil-a dan produksi ikan sidat pada tahun 2006 dan 2010 ditunjukan pada Gambar 20.

54 40 Konsentrasi Klorofil-a A B Produksi Ikan Sidat (ton) Periode Tahun Klorofil-a Produksi Ikan Sidat Gambar 20 Grafik konsentrasi klorofil-a dan produksi ikan sidat pada 2006 dan 2010 tahun Gambar 20 menunjukan konsentrasi klorofil-a pada tahun 2006 mencapai 0,98 mg/m 3 dan volume produksi ikan sidat di Palabuhanratu mencapai 15,6 ton (A). Selanjutnya konsentrasi klorofil-a menurun pada tahun 2010 mencapai 0,31 mg/m 3 dan volume produksi ikan sidat menurun menjadi 7,1 ton (B). Berdasarkan sedikitnya data volume produksi yang dimiliki, diduga ada pengaruh penurunan konsentrasi klorofil-a terhadap volume produksi ikan sidat yang cenderung menurun. Menurunnya konsentrasi klorofil-a dari tahun diduga mengakibatkan perairan berkurang tingkat kesuburanya sehingga daya tahan hidup elver sidat juga menurun dan ditambah dengan eksploitasi yang berlebih dalam penangkapan sehingga ketersediaan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri semakin berkurang. Faktor utama penyebab menurunnya volume hasil tangkapan menurut nelayan adalah adanya pergeseran musim (hujan dan kemarau), aktifitas pembangunan PLTU di muara sungai, kondisi perairan akibat pestisida dan penangkapan yang berlebih. Variasi nilai SPL rata-rata selama tahun tidak terlalu besar dan konsentrasi rata-rata klorofil-a selama tahun termasuk dalam kualitas yang baik. Volume produksi ikan sidat tahun 2010 menurun dibandingkan dengan volume produksi tahun Penurunan tersebut diduga karena meningkatnya SPL dan menurunnya konsentrasi klorofil-a pada tahun tersebut. Selain itu diduga menurunnya volume hasil tangkapan disebabkan

55 41 oleh meningkat aktifitas penangkapan. Aktifitas penangkapan yang meningkat dapat dilihat dari meningkatnya jumlah permintaan elver dan harga jual elver yang semakin tinggi. Keberadaan elver yang semakin berkurang menyebabkan harga jual hasil tangkapan elver sidat semakin tinggi di pasaran karena permintaan jumlah elver yang semakin meningkat.

56 42 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) Unit penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri terdiri dari alat tangkap menggunakan jaring anco/waring dan nelayan. Alat tangkap dan teknik pengoperasian yang digunakan masih tergolong sederhana. Sebagian besar hasil tangkapan dipasarkan kepada perusahaan budidaya dan pengolahan selanjutnya akan diekspor 2) Volume hasil tangkapan dari awal penangkapan merurut persepsi nelayan pada tahun 1990 sampai tahun 2012 semakin berkurang. Respon nelayan yang semakin meningkat menyatakan bahwa volume hasil tangkapan berkurang pada periode tahun dan ) Rata-rata nilai SPL dari tahun fluktuatif dan cenderung semakin meningkat. Pola sebaran SPL di bagian pesisir pantai dan daratan lebih tinggi dibandingkan rata-rata SPL di lepas pantai. Nilai SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 disebabkan adanya fenomena alam global. Nilai SPL tersebut masih dalam kisaran suhu elver sidat untuk mampu beradapatasi dan di perairan tropis variasi suhu tidak terlalu besar sehingga suhu relatif lebih stabil serta kurang berpengaruh terhadap keberadaan elver sidat. Konsentrasi ratarata klorofil-a pada perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun termasuk dalam kategori tinggi. Pola sebaran klorofil-a di bagian pesisir pantai dan daratan lebih tinggi dibandingkan rata-rata konsentrasi klorofil-a di lepas pantai. Kondisi perairan dengan konsentrasi klorofil-a yang tinggi menjadi tempat yang baik bagi perkembangan fitoplankton dan hewan air lainnya.

57 Saran 1) Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar untuk manajeman penangkapan elver sidat sehingga diharapkan dapat mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan sidat di dalam bisnis perikanan dan keseimbangan ekosistem di perairan. 2) Selain itu diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan metode atau pengujian statistik dalam pengolahan data dan penelitian lanjutan mengenai kualitas perairan di muara sungai Cimandiri.

58 44 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Sukabumi Sukabumi Dalam Angka. Sukabumi: BPS. [DKP] Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Sukabumi Validasi Data Statistik. Kabupaten Sukabumi (ID): DKP. [FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nation FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries: Fisheries Management No.4. Roma (RO): FAO. [KKP] Kementrian Kelautan Perikanan Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, Jakarta (ID): KKP Affandi R Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla spp. Di Indonesia. Jurnal lktiologi Indonesia. 5 (2):. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. FPIK.IPB Arinardi OH, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, dan Riyono SH Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Ardiwijaya RR Distribusi Horizontal Klorofil-a dan Hubungannya dengan Kandungan Unsur Hara Serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk Semangka, Lampung [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 64 hlm. Arsjad ABSM, Yudi S dan Ratna SD Inventarisasi SDA dan Lingkungan Hidup Sebaran Chlorophyll A Di Perairan Indonesia. Bogor: Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). 10 hlm. Barnes RSK dan Hughes RN An Introduction to Marine Ecology. Second edition. London: Blackwell Scientific Publications. Basuma T Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Berdasarkan Pendekatan Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan Binuangeun, Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. 55 hlm. BBPPI Katalog Alat Penangkap Ikan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan.

59 45 BMKG Hujan Di Musim Kemarau Dampak La Nina. [terhubung berkala]. [ 20 Juni 2012] Boetius J and Boetius I Ascending elvers, Anguilla anguilla, from five European localities. Analysis of pigmentation stages, condition, chemical compositin and energy reserves. Dana. A journal of Fisheries and Marine research. Facey ED and. Avley MJ, Vd American eel. Species profiles: life histories and environmental requirements of coastal fishes and invertebrates (North Atlantic). Biol.Rep 82(11.74).27 p. Haryuni Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp. Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah [Thesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 70 hlm. Hutabarat S. dan Evans MS Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press. Irawan A Makalah Tingkah Laku Ikan Sidat (Anguilla sp.) Respon Terhadap Lingkungan dan Naluri Berpijah. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi dwi bahasa Inggris- Indonesia, Periplus ed. 293 p. Kleckner RC, Mc.Cleave JD and Wippelhauser GS Spawning of American eel, Anguilla rostrata,relative to the thermal in the Sargasso Sea. Environ. Bol. Fishes 9 : Liviawaty E dan Eddy A Pemeliharaan Sidat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Matsui I Theory and practice of eel culuture.bulhema ed. 132 p. Mony A Analisis Kondisi Lingkungan Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor. 75 hlm. Moriarty C Riverine migration of young eels Anguilla angulla (L). Fish. Res. 4 : Muhiddin AM Pengamatan Sinoptik Sifat Optik Perairan Muara Sungai Cimandiri Teluk Pelabuhan Ratu [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 126 hlm.

60 46 Nontji A Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan Jakarta. Nybakken JW Biologi Laut: Suatu Pengantar Ekologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Parsons TR, Takeshi M, dan Hagrave B Biological oceanographic proscsses. Third edition. Oxford. Pergamon press. Great Britain. Sasongko A, Joko P, Siti M dan Usni A SIDAT Panduan Agribisnis Penangkapan, Pendederan dan Budidaya. Jakarta: Penebar Swadaya. Setiawan IE, Amrullah H dan Mochioka N Kehidupan Awal dan Waktu Berpijah Sidat Tropik Anguilla sp. Di dalam: Setiawan IE, Sudaryanto A dan Riyadi AS, editor. Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. Gedung BPPT II (ID); 2002 April 11. Jakarta: UPT Baruna Jaya BPPT. hlm 11. Sondita MFA Manajemen Sumber Daya Perikanan Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka. hlm 4.17 Sriati Telaah Struktur dan Kelimpahan Populasi Benih Ikan Sidat, Anguilla bicolor bicolor, Di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat [Thesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 94 hlm. Susilo U dan Sri S Osmoregulasi Ikan Sidat Anguilla bicolor McClleland Pada Media dengan Salinitas Berbeda. Database Junal Ilmiah Indonesia [internet]. [diunduh 2012 Januari 30]; 10 (2): Tersedia pada Tabeta O, and Ozawa T Anguillid leptocephali from the Eastern Indian Ocean. Bull. Jap. Soc. Fish. 45 (9) : Tesch SW The eel, biology and management of Anguillid eels. Ed. Chapman and Hall. 435 p. Usui A Eel Culture. Fishing news 9books) Ltd., London. Weyl PK Oceanography An Introduction to the Marine Environtment. New York: John Wiley & Sons Inc.

61 LAMPIRAN 47

62 48 Lampiran 1 Proses pengolahan data SPL dan konsentrasi klorofil-a 1 Data hasil download di ekstrak pada Desktop, kemudian buka menu SeaDas. 2 Masukan koordinat lintang dan bujur Teluk Palabuhanratu dan klik Chlorophyll-a consentration

63 49 3 Load kemudian Display 4 Edit warna daratan dengan pilih Setups Landsmask

64 5 Masukan Skala Bar dengan pilih Function Color Bar On 50

65 51 6 Simpan data dengan pilih Function Output Data ASCII 7 Pada Output ASCII Setup pilih Lotitude dan Longitude Write File

66 8 Simpan gambar dengan pilih Function Output Display Go Ok 52

67 9 Buka data ASCII dengan menggunakan Microsoft Excel 53

68 10 Sortir data dengan menggunakan Filter 54

69 11 Tentukan nilai maksimu, minimum dan nilai rata-rata 55

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Sidat 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ikan sidat Sidat adalah ikan yang ketika dewasa hidup di air tawar, tetapi setelah matang gonad akan beruaya atau pindah ke laut dalam

Lebih terperinci

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009 32 6 PEMBAHASAN Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI Oleh : Tedi Koswara, SP., MM. I. PENDAHULUAN Dalam Peraturan Bupati Nomor 71

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT. 3. METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Agustus 2011. Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan 20 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut yang diteliti adalah wilayah yang ditunjukkan pada Gambar 2 yang merupakan wilayah

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul

5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul 5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Juvenil sidat merupakan fase awal pertumbuhan ikan sidat. Penangkapan juvenil sidat dilakukan di perairan umum tepatnya di sungai. Muara sungai merupakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN TRANSPARANSI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN CITRA SATELIT LANDSAT

PENDUGAAN KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN TRANSPARANSI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN CITRA SATELIT LANDSAT PENDUGAAN KONSENTRASI KLOROFIL-a DAN TRANSPARANSI PERAIRAN TELUK JAKARTA DENGAN CITRA SATELIT LANDSAT DESSY NOVITASARI ROMAULI SIDABUTAR SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi kajian untuk mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a dan SPL dari citra satelit terletak di perairan Laut Jawa (Gambar 4). Perairan ini

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan 22 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan menggunakan citra MODIS. Lokasi untuk objek penelitian adalah perairan Barat-

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus Lintas Indonesia atau ITF (Indonesian Throughflow) yaitu suatu sistem arus di perairan Indonesia yang menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia yang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi geografis lokasi penelitian Keadaan topografi perairan Selat Sunda secara umum merupakan perairan dangkal di bagian timur laut pada mulut selat, dan sangat dalam di mulut

Lebih terperinci

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS Irfan A. Silalahi 1, Ratna Suwendiyanti 2 dan Noir P. Poerba 3 1 Komunitas Instrumentasi dan Survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber protein, memiliki kandungan asam lemak tak jenuh dan omega 3 yang bermanfaat bagi kesehatan jantung, kecerdasan otak dan pembulu darah.

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU Zulkhasyni Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu ABSTRAK Perairan Laut Bengkulu merupakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun 2017 Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data Muhammad

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR DETERMINATION OF FISHING AREA OF Euthynnus affinis BASED

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari anjungan minyak Montara Australia. Perairan tersebut merupakan perairan Australia

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS Firman Ramansyah C64104010 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kurau Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus eleutheronema dan Species Eleutheronema

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Total Data Sebaran Klorofil-a citra SeaWiFS Total data sebaran klorofil-a pada lokasi pertama, kedua, dan ketiga hasil perekaman citra SeaWiFS selama 46 minggu. Jumlah data

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT Oleh: Nurlaila Fitriah C64103051 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK Indri Ika Widyastuti 1, Supriyatno Widagdo 2, Viv Djanat Prasita 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km², luas perairan

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Verifikasi Model Visualisasi Klimatologi Suhu Permukaan Laut (SPL) model SODA versi 2.1.6 diambil dari lapisan permukaan (Z=1) dengan kedalaman 0,5 meter (Lampiran 1). Begitu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 215 Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Mulis mulis.gorontalo@gmail.com Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Karang Makassar, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, yang secara geografis terletak di koordinat 8

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan bervariasi dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Nilai rata-rata

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PROYEK ICCTF TA 2016 ADAPTASI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM DI WILAYAH PESISIR SELATAN PULAU JAWA BERBASIS KAJIAN

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFIL- A DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT

STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFIL- A DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT STUDI PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL MELALUI PEMETAAN PENYEBARAN KLOROFIL- A DAN HASIL TANGKAPAN DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT HARRY SATRIYANSON GIRSANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arus Eddy Penelitian mengenai arus eddy pertama kali dilakukan pada sekitar tahun 1930 oleh Iselin dengan mengidentifikasi eddy Gulf Stream dari data hidrografi, serta penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR

GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR GEOKIMIA Pb, Cr, Cu DALAM SEDIMEN DAN KETERSEDIAANNYA PADA BIOTA BENTIK DI PERAIRAN DELTA BERAU, KALIMANTAN TIMUR Oleh: Sabam Parsaoran Situmorang C64103011 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al., I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR Oleh : MIRA YUSNIATI C06498067 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

3. METODOLOGI. Gambar 7 Peta lokasi penelitian. 23 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangandaran, Jawa Barat (Gambar 7). Pengumpulan data jumlah hasil tangkapan dan posisi penangkapannya dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Sidat ( Glass ell Klasifikasi sidat

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Sidat ( Glass ell Klasifikasi sidat 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Perikanan Sidat (Glass ell) Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan ikan yang unik, mengawali hidup (menetas dari telur) di laut, tumbuh menjadi dewasa di perairan tawar seperti sungai

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2012, pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu pada bulan Juli 2012. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE

STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE STUDI AKTIVITAS NELAYAN KETURUNAN BUGIS-MAKASSAR WILAYAH PESISIR LAMPU SATU DI KOTA MERAUKE Rosa Delima Pangaribuan 1) dan Imelda Carolina La Ode 2) Surel: pangaribuanrosa@yahoo.com 1 Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI 4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI Pendahuluan Ikan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan masih banyak faktor lainnya (Brond 1979).

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali Journal of Marine and Aquatic Sciences 3(1), 30-46 (2017) Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali I

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Distribusi Klorofil A Dengan Pengaruhnya Terhadap Hasil Perikanan Menggunakan Metode Penginderaan Jauh ( Studi Kasus Pesisir Pantai Pesawaran Lampung ) Henndry, Andri Suprayogi, Bambang Darmo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak pada garis

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT Oleh : H. M. Eric Harramain Y C64102053 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG F1 08 Nurul Latifah 1)*), Sigit Febrianto 1), Churun Ain 1) dan Bogi Budi Jayanto 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas 2.3 suhu 2.3.1 Pengertian Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk dikembangkan. Negara kita memiliki sumberdaya ikan sidat yang beraneka jenis, memiliki banyak lahan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN POTENSIAL IKAN TUNA MATA BESAR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT DI PERAIRAN LHOKSEUMAWE FISHING GROUND PREDICTION OF BIG-EYE TUNA USING SATELLITE IMAGINARY IN THE WATERS OF

Lebih terperinci

Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo

Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo F2 08 Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo Ayuningtyas Indrawati *, Sutrisno Anggoro, Suradi, W.S * Pascasarjana Manajemen Sumberdaya Pantai

Lebih terperinci

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha,   ABSTRAK ANALISIS PARAMETER OSEANOGRAFI MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS WEB (Sebaran Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a dan Tinggi Permukaan Laut) Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU DAVID OCTAVIANUS SIAHAAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Juni 2011 dengan lokasi penelitian yaitu Perairan Selat Makassar pada posisi 01 o 00'00" 07 o 50'07"

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR Analysis of Upwelling Distribution and Area Enlargement in the Southern of Makassar Strait Dwi Fajriyati Inaku Diterima:

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci