PENYUSUNAN MODEL PENDUGA POTENSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN MODEL PENDUGA POTENSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN MODEL PENDUGA POTENSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN ANGGIT SETYOWIHARTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PENYUSUNAN MODEL PENDUGA POTENSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN ANGGIT SETYOWIHARTO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN ANGGIT SETYOWIHARTO. E Penyusunan Model Penduga Potensi Getah P inus (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA. Hingga saat ini pengelolaan hutan hanya terpusat pada pemanfaatan hasil hutan berupa kayu, sementara hasil hutan bukan kayu belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya hutan yang dapat menghasilkan produk bukan kayu adalah hutan pinus. Di Perum Perhutani kelas perusahaan pinus menempati urutan kedua setelah kelas perusahaan jati (Priyono dan Siswamartana 2002), yakni seluas ,66 hektar. Pemanfaatan tagakan pinus di Perum Perhutani sebagian besar adalah sebagai penghasil getah yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model penduga potensi getah pinus dengan mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor umur, diameter rata-rata, tinggi pohon rata-rata, luas bidang dasar tegakan, dan ketinggian tempat tumbuh terhadap produksi getah pinus. Pengambilan data di lapangan dilakukan secara purposif pada tegakan pinus yang telah mencapai umur sadap. Pengambilan getah dilakukan dengan perlakuan yang sama terhadap semua sampel pengamatan yaitu satu koakan tiap pohon pada semua kelas umur yang diamati tanpa menggunakan stimulan. Plot pengamatan dibuat dengan menggunakan metode six trees sampling. Pembuatan plot contoh dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan kelas umur dan letaknya tersebar merata. Data yang diperoleh kemudian dibagi menjadi data untuk penyusunan model dan data untuk pengujian model. Penyusunan model dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda, regresi perpangkatan, regresi eksponensial, dan regresi kuadratik. Berdasarkan uji kolinearitas ternyata peubah X 1, X 2 dan X 3 mengandung kolinearitas. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan pengurangan peubah bebas yang memiliki nilai VIF dan nilai korelasi yang tinggi dari model. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peubah X 1 dan X 3 dihilangkan dari model karena kedua peubah tersebut memiliki nilai VIF dan nilai korelasi yang tinggi. Selain itu, bila dilihat dari segi kemudahan mendapatkan datanya, data X 2 lebih praktis dan mudah didapatkan dibanding data X 1 dan X 3. Semua model yang dibuat dengan mereduksi peubah bebas X 1 dan X 3 memiliki keberartian yang sangat nyata pada tingkat kepercayaan 1 %. Meski demikian, peubah X 5 (ketinggian tempat tumbuh) harus dihilangkan dari model karena memiliki nilai-p > 0,05. Seperti telah diungkapkan Yunarko (1994), bahwa peubahpeubah penduga produksi getah pinus hanya dapat digunakan bila sedikitnya salah satu dari peubah (β 1, β 2,...,β 5 ) tidak bernilai nol (0). Jika salah satu peubah memiliki nilai-p > 0,05 maka peubah tersebut tidak memiliki pengaruh nyata dalam pembentukan model. 2 Berdasarkan hasil uji χ dan pertimbangan nilai ANOVAnya, maka model yang dapat digunakan sebagai model penduga potensi getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di KPH Cianjur adalah : Log Y = 7,72-4,09 Log X 2 + 0,805 Log X 4 (R 2 = 70,6 %; R 2 a = 68,4 %; Sd = 0,266) Keterangan : Y = Produksi getah pinus (gram/hektar/hari) X 2 = Diameter rata-rata pohon (cm) X 4 = Luas bidang dasar tegakan (m 2 /hektar) Peubah X 4 (luas bidang dasar tegakan) memiliki nilai koefisien regresi positif, sedangkan X 2 (diameter) memiliki kofisien regresi negatif. Hal ini berarti bahwa semakin besar luas bidang dasar akan menyebabkan produksi getah semakin meningkat. Sedangkan penambahan diameter akan menyebabkan menurunnya produksi getah pinus. Kata kunci : Model penduga, Getah pinus, Tree sampling

4 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Model Penduga Potensi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2008 Anggit Setyowiharto E

5 Judul Penelitian : Penyusunan Model Penduga Potensi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Nama Mahasiswa : Anggit Setyowiharto NIM : E Menyetujui: Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS. NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr. NIP Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 10 Juli 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Markus Dwiyono dan Ibu Suhartiningsih. Pada tahun 2003, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Sidareja dan pada tahun yang sama berhasil masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Departemen Silvikultur Forest Management Student Club (FMSC) tahun , panitia Temu Manajer (TM) Jurusan Manajemen Hutan tahun 2005, dan asisten Ilmu Ukur Hutan tahun Selama melaksanakan studi di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di KPH Banyumas Timur dan Banyumas Barat, Praktek Umum Pengelolaan Hutan di KPH Ngawi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada tahun 2006, dan Praktek Kerja Lapang pada bulan Februari April 2007 di HPHTI PT. Sari Bumi Kusuma Camp Nanga Nuak, Kalimantan Tengah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penyusunan Model Penduga Potensi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dibimbing oleh Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.

7 i KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli September 2007 adalah Penyusunan Model Penduga Potensi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS dan kepada Bapak Tatang Tiryana, S.Hut, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan segala kesabaran, perhatian, waktu, tenaga, serta pikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan serta masukan dalam skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Kepada Bapak Dr. Ir. A. Machmud Thohari, DEA. dan Bapak Ir. Trisna Priadi, M. Eng, Sc. selaku dosen penguji dari Departemen KSH dan THH. Selain itu, penghargaan penulis disampaikan pula kepada staf dan pegawai KPH Cianjur Bapak Asep dan Bapak Miki yang telah membantu mengantar penulis hingga ke lokasi anak petak yang ditunjuk untuk penelitian, dan Bapak Amir, Bapak Didi, Bapak Edi, serta Bapak Yayat yang telah menyediakan tempat untuk penulis tinggal selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Orang tua tercinta dan semua keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada habisnya, teman-teman Manajemen Hutan (Dali, Aan, Zaye, Yandi, Heru, dan lainnya), Forsge fancier club (Heri, Iis, Asep, Dega, Adit, Adil, Bety, dan lainnya), Pak Uus, Mas Edwin, serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan selalu bersikap terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, sehingga menjadikan tulisan ini lebih baik dan bermanfaat. Bogor, Mei 2008 Penulis

8 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Pinus ( Pinus merkusii Jungh. et de Vriese )... 3 B. Getah Pinus... 4 C. Tree Sampling (Metode Petak Berubah)... 6 D. Pembuatan Model... 7 METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian... 9 B. Bahan dan Alat... 9 C. Metode Penelitian... 9 C.1 Persiapan penelitian... 9 C.2 Pengumpulan data lapangan C.3 Analisis data KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas B. Topografi C. Iklim... 21

9 iii BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi data A.2 Analisis data B. Pembahasan B.1 Pengaruh diameter terhadap produksi getah pinus B.2 Pengaruh luas bidang dasar terhadap produksi getah pinus 35 B.3 Faktor Lainnya BAB II KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran PUSTAKA ACUAN LAMPIRAN... 41

10 iv DAFTAR TABEL No Halaman 1. Sebaran Kelas Perusahaan Pinus setiap Unit Perum Perhutani Produksi getah tiap tahun pada berbagai jenis pinus Penempatan dan pengelompokan plot tree sampling Curah hujan rata-rata per tahun setiap kecamatan di Wilayah KPH Cianjur Peubah-peubah yang digunakan dalam pembentukan dan pengujian model Matriks korelasi Y dengan seluruh peubah bebas Data yang digunakan dalam pembentukan model Model penduga produksi getah pinus dengan lima peubah bebas Nilai VIF masing-masing peubah pada setiap model Model Hasil Reduksi Peubah Bebas X 1 dan X Model Hasil Reduksi Peubah Bebas X 1, X 3 dan X Data yang digunakan untuk validasi model Hasil uji χ

11 v DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Petak tree sampling enam pohon Grafik produksi rata-rata getah pinus berdasarkan kelas umur Kondisi permukaan batang pohon pinus KU V keatas... 34

12 vi DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Data hasil pengamatan lapangan Matrik korelasi antar peubah Pembentukan model dari penggunaan lima peubah bebas Pembentukan model hasil reduksi peubah bebas X 1 dan X Pembentukan model hasil reduksi peubah bebas X 1, X 3 dan X Foto-foto lokasi penelitian Peta lokasi penelitian... 70

13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan terluas ketiga di dunia. Sebagian besar komposisi hutan di Indonesia merupakan hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati yang sangat besar peranannya baik untuk keseimbangan ekosistem, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, ataupun sebagai pendukung pembangunan di sektor lain. Hingga saat ini pengelolaan hutan hanya terpusat pada pemanfaatan hasil hutan berupa kayu, sementara hasil hutan bukan kayu belum dimanfaatkan secara optimal. Hasil hutan bukan kayu adalah semua benda biologis dan jasa hutan yang berasal dari hutan atau tegakan hutan kecuali produk berupa kayu (Departemen Kehutanan 1992). Salah satu sumberdaya hutan yang dapat menghasilkan produk bukan kayu adalah hutan pinus. Di Perum Perhutani kelas perusahaan pinus menempati urutan kedua setelah kelas perusahaan jati (Priyono dan Siswamartana 2002), yakni seluas ,66 hektar. Hutan pinus memiliki banyak kegunaan, yaitu kayunya dapat dimanfaatkan untuk kayu pertukangan dan industri pulp/kertas, sedangkan hasil hutan bukan kayunya yakni berupa getah dimanfaatkan untuk diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Pemanfaatan tagakan pinus di Perum Perhutani sebagian besar adalah sebagai penghasil getah yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan ekologi. Potensi produksi getah dari suatu tegakan pinus cenderung bervariasi, yang disebabkan karena perbedaan umur, ketinggian tempat tumbuh, diameter, luas bidang dasar, dan faktor-faktor lainnya. Sontjana (1990) dalam Sulistyono (1995), menyebutkan bahwa diameter pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus. Diameter semakin besar akan menghasilkan getah pinus lebih banyak dibandingkan dengan pohon yang diameternya kecil. Selain itu, Doan (2007) mengungkapkan bahwa umur pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus. Semakin tua umur pohon ada kecenderungan produksi getah akan meningkat namun pertambahan umur pohon tidak meningkatkan produktivitas getah.

14 2 Pada umumnya pendugaan produksi getah pinus di Perhutani hanya didasarkan atas potensi total dalam suatu areal atau potensi rata-rata per pohon. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat kecenderungan variasi potensi getah pohon pinus akibat adanya perbedaan dimensi pohon dan kondisi tempat tumbuh. Oleh karena itu, untuk memperoleh dugaan potensi getah pinus yang lebih akurat (khususnya di KPH Cianjur), perlu disusun model penduga potensi getah pinus berdasarkan dimensi pohon dan kondisi tempat tumbuhnya. Dari penelitian ini diharapkan informasi mengenai potensi getah pinus yang aktual dapat diperoleh secara cepat dan akurat. Meskipun sudah dilakukan penelitian di tempat lain (Gembong (1994) di BKPH Majenang KPH Banyumas Barat, Yunarko (1994) di KPH Bandung Utara, Santika (1996) di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara, dan Widiyasari (2001) di BKPH Bogor KPH Bogor), namun model yang dihasilkan berbeda-beda untuk setiap lokasi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena terdapat perbedaan ketinggian tempat tumbuh, umur, jenis tanah maupun faktor lainnya. Dalam penelitian ini disusun model penduga produksi getah pinus dengan menggunakan data hasil pengamatan di lapangan. Selanjutnya, model terpilih dari hasil pembentukan model kemudian diuji menggunakan data selain dari data yang digunakan untuk pembentukan model, sehingga diperoleh model penduga produksi getah terbaik untuk KPH Cianjur. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, adalah menyusun model penduga potensi getah pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. C. Manfaat Penelitian Model penduga potensi getah yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh KPH Cianjur untuk membantu pengelolaan hutan dalam hal menduga potensi getah pinus. Selanjutnya, model terbaik yang diperoleh juga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan kehutanan.

15 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinus ( Pinus merkusii Jungh. et de Vriese ) Salah satu jenis pinaceae yang tumbuh secara alami di Indonesia adalah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese. Daerah penyebarannya meliputi Burma, Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, Philippina, dan Indonesia (Soekotjo 1975 dalam Priyono dan Siswamartana 2002). Pinus merkusii mampu tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh pada tanah yang becek (Priyono dan Siswamartana 2002). Penanaman pinus dapat dilakukan di pulau Jawa, karena tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada iklim basah sampai agak kering dengan tipe hujan A sampai C (Schmidt dan Ferguson), pada ketinggian mdpl (Priyono dan Siswamartana 2002). Penanaman pinus yang dimulai pada tahun 1970-an dilakukan untuk keperluan reboisasi tanah kosong dan persiapan dalam memenuhi pasokan bahan baku untuk industri kertas, kemudian timbul upaya untuk mendapatkan hasil antara, yaitu dengan memanfaatkan getahnya untuk diolah menjadi gondorukem dan terpentin sebagai bahan baku industri cat, kosmetik, dan keperluan lainnya. Hutan merupakan salah satu sumberdaya yang menguasai hajat hidup orang banyak, oleh karena itu hutan pinus dikuasai dan dikelola oleh negara. Di Pulau Jawa hutan pinus dikelola oleh Perum Perhutani yang dibagi menjadi beberapa unit pengelolaan (Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat dan Banten). Di Perum Perhutani kelas perusahaan pinus merupakan andalan kedua setelah kelas perusahaan jati (Priyono dan Siswamartana 2002). Luas kelas perusahaan pinus di Pulau Jawa pada tahun 1978 ditetapkan seluas hektar, dengan hektar merupakan areal produktif, sedangkan sisanya merupakan hutan rawang, bertumbuhan kurang, tanaman jenis lain atau tanah kosong yang terus menerus diusahakan ditanami (Sudiono 1983). Sebaran kelas perusahaan pinus di wilayah Perhutani ditunjukkan pada Tabel 1.

16 4 Tabel 1 Sebaran Kelas Perusahaan Pinus setiap Unit Perum Perhutani Unit Luas kawasan (Ha) Luas tegakan pinus yang masuk kedalam kelas umur (Ha) Luas tegakan pinus yang masuk kedalam kelas hutan lainnya (Ha)* Unit I Jawa Tengah ,26 108,161 76,822 Unit II Jawa Timur ,40 64,63 93,01 Unit III Jawa Barat ,00 62, ,77 Jumlah ,66 235,71 336,603 *) termasuk tanah kosong, hutan lindung dan tanaman jenis lainnya yang ditanam untuk kepentingan biodiversitas. Sumber : RJP Perum Perhutani dalam Priyono dan Siswamartana B. Getah Pinus Getah merupakan hasil dari proses fisiologis pohon, oleh karena itu berbagai faktor yang mempengaruhi proses fisiologis pohon akan mempengaruhi jumlah produksi getah yang dihasilkan (Suharlan dan Herbagung 1983 dalam Doan 2007). Getah pinus berasal dari saluran resin yang terdiri dari saluran resin longitudinal dan saluran radial. Saluran resin longitudinal lebih besar dari saluran radial, kedua saluran itu membentuk jaringan di dalam batang. Saluran resin dikelilingi oleh sel epithel yang bertugas sebagai penghasil getah dan mengalirkan ke dalam saluran resin (Koch 1972 dalam Wijayanti 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus antara lain : 1. Faktor Biologi Pohon a. Diameter, tajuk dan tinggi pohon Diameter pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus, dengan semakin besar diameter pohon pinus maka getah yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan dengan pohon yang diameternya kecil (Sontjana 1990 dalam Sulistyono 1995). Sementara itu Panshin et. al. (1950) dalam Sugiyono (2001) menyebutkan bahwa pohon pinus akan menghasilkan getah yang banyak jika memiliki lingkaran tahun yang lebar, tajuk rata-rata atau penuh dan berbentuk kerucut, dan memiliki tinggi tajuk yang berukuran setengah dari tinggi pohonnya.

17 5 b. Jenis pohon Kasmudjo (1982) dalam Sugiyono (2001) mengatakan bahwa produksi getah pinus berbeda-beda pada setiap jenisnya. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi getah tiap tahun pada berbagai jenis pinus c. Umur pohon Jenis Produksi getah (kg/phn/th) Pinus kasya 7.0 Pinus merkusii 6.0 Pinus palustris 4.2 Pinus maritima 3.2 Pinus longifolia 2.5 Pinus austriaco 2.1 Pinus exelsa 1.2 Sumber : Sugiyono 2001 Perbedaan umur pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus. Semakin tua umur pohon ada kecenderungan produksi getah akan meningkat namun pertambahan umur pohon tidak meningkatkan produktivitas getah (Doan 2007). 2. Faktor tempat tumbuh a. Ketinggian tempat Ketinggian tempat tumbuh pohon pinus dari permukaan laut akan mempengaruhi produksi getah. Semakin tinggi tempat tumbuh maka getah akan menggumpal dan aliran getah akan terhambat karena rendahnya suhu udara dan intensitas cahaya matahari, sehingga produksi getah menurun (Rochidayat dan Sukawi 1979). b. Cuaca dan iklim Sugiyono (2001) menyebutkan bahwa faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Suhu yang rendah menyebabkan getah cepat menggumpal yang akan menghambat saluran getah sehingga aliran getah akan berkurang dan bahkan dapat berhenti. Selain itu, curah hujan juga dapat menyebabkan kelembaban disekitar luka sadapan menjadi tinggi sehingga getah lebih cepat menggumpal.

18 6 c. Tanah Soedomo (1984) dalam Sulistyono (1995) mengatakan bahwa sifat tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tegakan adalah ketebalan lapisan A, penetrabilitas, tekstur tanah, kadar air dan bulk density (kerapatan limbak). 3. Faktor perlakuan terhadap pohon a. Arah sadapan Koakan yang menghadap ke arah Timur akan menghasilkan getah yang lebih banyak karena mendapatkan cahaya yang lebih cepat dan lebih lama. Suhu yang lebih tinggi dengan intensitas cahaya yang lebih banyak akan mengakibatkan getah tidak cepat menggumpal (Departemen Kehutanan 1996 dalam Wibowo 2006). b. Penjarangan Tegakan yang dijarangi lebih banyak mendapatkan cahaya matahari dibandingkan dengan tegakan yang tidak dijarangi. Rochidajat dan Sukawi (1979) mengatakan bahwa produksi getah akan mencapai maksimum pada taraf kekerasan penjarangan (S%) antara 22,5% - 27,5%. C. Tree Sampling (Metode Petak Berubah) Metode tree sampling merupakan pengembangan dari metode jarak (distance method). Loestch (1973) menyebutnya dengan point-tree distance with the order metod. Sutarahardja (1999) menyebutkan bahwa pada prinsipnya metode petak berubah merupakan suatu petak coba berbentuk lingkaran dengan cara menentukan sejumlah pohon yang terdapat didalam petak coba tersebut, sehingga dalam inventarisasi potensi tegakan akan diperoleh luas petak yang berubah-ubah. Dalam metode six trees sampling, jumlah pohon yang akan diamati ditentukan sebanyak enam pohon terdekat yang diukur dari titik pusat pengukuran. Diameter pohon terjauh yang masih terdapat dalam petak coba kemudian diukur diameter dan jaraknya terhadap titik pusat pengukuran untuk menentukan luas petak coba. Luas petak coba ditentukan berdasarkan jari-jari lingkaran yang diperoleh dari pegukuran pohon keenam ditambah dengan

19 7 setengah diameter pohon keenam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya bias karena pohon keenam berdekatan dengan sisi luar lingkaran (Sutarahardja 1997). U P5 α d6 P6 P4 D6 P2 P1 P3 Gambar 1 Petak tree sampling enam pohon. Besarnya jari-jari lingkaran adalah : R 6 = D 6 + ½ d 6 Keterangan : R 6 = Jari-jari lingkaran petak ukur enam pohon (six tree sampling) D 6 = Jarak titik pusat pengukuran terhadap sisi luar puhon terjauh (pohon ke-6) d 6 = Diameter pohon ke-6 α = Sudut pohon pusat ke pohon terjauh (pohon ke-6) D. Pembuatan Model Pendugaan produksi getah dapat dilakukan dengan membuat model penduga produksi getah Pinus merkusii yang dilakukan melalui tahapan: 1. Pembentukan model menggunakan beberapa persamaan regresi, diantaranya: regresi linier berganda, regresi perpangkatan, regresi eksponensial, dan regresi kuadratik; 2. Pemilihan model dengan melihat nilai R 2, R 2 a, S, nilai-p, dan nilai F; serta 3. Pengujian model. Yunarko (1994) dalam penelitiannya di KPH Bandung Utara mendapatkan model penduga produksi getah pinus terbaik adalah Y = 10 8,11 x X -1,23 2 x X -1,02 5 x X -0,590 7 dengan R 2 = 61,4%, sementara model yang terandalkan dan praktis adalah Y = 10 3,82 x X -1,12 5 dengan R 2 = 58,4% (Keterangan: Y adalah produksi getah

20 8 pinus, X 2 adalah ketinggian tempat tumbuh, X 5 adalah jumlah pohon per hektar, dan X 7 adalah tinggi phon rata-rata). Santika (1996) di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara mendapatkan model penduga produksi getah pinus terbaik adalah Y = 7,8 + 65,2 X 1-0,0766 X X 4 dengan R 2 = 76,4% dan R 2 a = 74,9% (Keterangan: Y adalah produksi getah pinus, X 1 adalah kelas umur, X 2 adalah ketinggian tempat tumbuh, dan X 4 adalah luas bidang dasar pohon).

21 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September Kegiatan pengumpulan data lapangan dilakukan pada kelas perusahaan Pinus di KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Analisis data dilakukan di Laboratorium Inventarisasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tegakan pinus di wilayah KPH Cianjur yang telah mencapai umur sadap, yaitu pada KU (Kelas Umur) III hingga KU VIII. Selain itu digunakan pula data pendukung berikut ini: Data kondisi umum wilayah KPH Cianjur. Data produksi getah pinus. Data penunjang lainnya. Alat yang digunakan selama penelitian diantaranya: 1. Perangkat komputer pribadi yang dilengkapi perangkat lunak Microsoft Office, Microsoft Excel, dan Minitab versi Altimeter. 3. Pita ukur 50 meter, Phi band, Neraca (dengan ketelitian sampai 0,1 gram), Haga hypsometer. 4. Kamera dan alat tulis. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan terdiri atas beberapa tahapan yaitu persiapan penelitian, pengumpulan data lapangan, dan analisis data. C.1 Persiapan penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan penelitian meliputi : 1. Pengkajian dan studi pustaka. 2. Konsultasi awal, penulisan proposal dan perbaikan usulan penelitian.

22 10 3. Pengurusan ijin. 4. Pengumpulan data. C.2 Pengumpulan data lapangan Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan berupa pengukuran diameter, tinggi pohon, ketinggian tempat tumbuh, pengukuran produksi getah hasil sadapan dan pengamatan fisik pohon lainnya. Sementara itu, data sekunder meliputi keadaan umum lokasi penelitian, kelas umur, luas tegakan, dan data lainnya. Pengambilan data di lapangan dilakukan secara purposif pada tegakan pinus yang telah mencapai umur sadap. Pengambilan getah dilakukan dengan perlakuan yang sama terhadap semua sampel pengamatan yaitu satu koakan tiap pohon pada semua kelas umur yang diamati tanpa menggunakan stimulan. Plot pengamatan dibuat dengan menggunakan metode six trees sampling. Pembuatan plot contoh dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan kelas umur dan letaknya tersebar merata. C.2.1 Pembuatan rancangan penempatan plot contoh Sebelum dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan pembuatan rancangan penempatan plot contoh. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan pengumpulan data di lapangan sehingga dalam pelaksanaannya tidak mengalami permasalahan yang berarti serta diperoleh data yang akurat dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Penempatan plot contoh memperhatikan keterwakilan kelas umur. Pembuatan rancangan penempatan plot contoh dilakukan setelah memperoleh peta administrasi KPH Cianjur dan informasi pelaksanaan kegiatan penyadapan diseluruh wilayah KPH Cianjur yang didalamnya terdapat informasi tahun tanam. Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Pengelompokan kelas umur Dari data hasil pelaksanaan kegiatan penyadapan diseluruh wilayah KPH Cianjur, kemudian dilakukan pengelompokan kelas umur untuk mendapatkan informasi umur tegakan pada setiap kelas umur. Dari informasi tersebut

23 11 kemudian dibuat rancangan penempatan plot tree sampling dengan memilih anak petak-anak petak yang akan dibuat plot-plot pengamatan. b. Penempatan plot contoh Jumlah plot yang dibuat adalah 45 buah pada 13 anak petak yang letaknya tersebar dan mewakili tiap kelas umur, meliputi plot contoh untuk penyusunan model dan plot contoh untuk validasi model. Penempatan plot pengamatan didasarkan atas perbedaan kelas umur dimana dalam satu kelas umur pembuatan plot dilakukan pada umur yang berbeda. Jumlah plot pengamatan yang dibuat ditentukan berdasarkan luas anak petak, dimana satu plot tree sampling mewakili luasan 1 hektar. Penempatan plot tree sampling ditunjukkan pada Tabel 3. c. Pengelompokan plot Pengelompokan plot dilakukan agar memudahkan pengambilan data di lapangan. Dari 13 anak petak yang akan diamati kemudian dibagi menjadi 4 kelompok dimana pada setiap kelompok dipilih yang lokasi petaknya saling berdekatan. Pengelompokan petak dilakukan dengan menggunakan bantuan peta administrasi KPH Cianjur. Pengelompokan petak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Penempatan dan pengelompokan plot tree sampling Kelompok Anak petak Jumlah plot tree KU Umur sampling RPH 10e 5 VII 32 Puncak 1 11a 5 VII 32 6d 4 V 23 RPH 20e 4 VIII 37 Puncak 2 21a 4 VI 29 21c 3 VI 27 21e 5 VII 32 RPH 39d 2 IV 17 Cijedil 1 39e 3 III 14 40a 1 IV 17 41c 3 IV 17 RPH 44b 5 III 13 Cijedil 2 45b 1 III 13 Jumlah 45

24 12 C.2.2 Pembuatan dan pengukuran plot tree sampling Pembuatan plot di lapangan dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Plot pengamatan dibuat dengan menggunakan metode six trees sampling dengan unit pengamatan berupa semua pohon pinus yang telah disadap yang berada dalam plot pengamatan. Pembuatan plot pengamatan dilakukan secara purposif berdasarkan rancangan penempatan plot. Pada saat pembuatan plot juga dilakukan pengukuran peubah-peubah penduga (misalnya diameter dan tinggi pohon), penandaan plot dan pemberian label pada semua pohon yang terdapat dalam plot, mengukur jarak dan sudut antara pohon pusat dengan pohon lainnya, serta dibuatkan sketsa plot contoh seperti terdapat pada Gambar 1. Selain itu juga dilakukan pembuatan luka sadapan baru sebanyak satu koakan setiap pohon serta menghentikan produksi getah yang dihasilkan oleh luka sadapan lama. Pembuatan sadapan baru, satu koakan per pohon dan pengambilan getah tanpa menggunakan stimulan dilakukan untuk memberikan perlakuan sadapan yang sama terhadap semua pohon pinus dalam plot pengamatan. Pengukuran dimensi pohon meliputi kegiatan : a. Pengukuran produksi getah per pohon (Y) Pengukuran produksi getah dilakukan sebanyak 5 periode pemungutan. Pemungutan getah dilakukan setiap 3 hari sekali, sedangkan perbaruan luka sadapan dilakukan setiap tiga hari sekali. Untuk efisiensi waktu dan mempermudah pelaksanaan pemungutan getah, pada waktu pembuatan koakan baru getah dari talang langsung dialirkan ke kantong plastik. Pemungutan getah dilakukan bersamaan dengan saat pembuatan koakan baru dengan mengambil getah yang tertampung pada kantong plastik yang kemudian diberi label, kemudian ditimbang. Produksi getah diketahui dengan cara mengurangkan berat total (plastik dan getah) dengan berat plastik. b. Pengukuran peubah-peubah penduga (X) b.1 Pengukuran diameter dan luas bidang dasar (Lbds) Pengukuran diameter/keliling pohon dilakukan menggunakan pita ukur (Phi band atau pita keliling). Pengukuran dilakukan pada penampang melintang batang pohon di ketinggian 1,30 meter (dbh), sehingga berdasarkan data

25 13 diameter/keliling dapat ditentukan luas bidang dasar pohon dengan menggunakan persamaan : BDS P 1 Kl = π x 4 π Keterangan : BDSp adalah luas bidang dasar pohon (m 2 /pohon), π = 3,14 dan Kl adalah keliling (m) Bidang dasar tegakan diperoleh dari penjumlahan bidang dasar pohon dalam tegakan, sehingga : 2 b.2 BDS tegakan = n i= 1 BDS Keterangan : BDS tegakan adalah luas bidang dasar tegakan (m 2 /ha), BDS pi adalah bidang dasar pohon ke-i dalam petak pengamatan (m 2 ), n adalah banyaknya pohon dalam petak pengamatan, dan L adalah luas plot contoh (ha) Pengukuran tinggi pohon rata-rata Tinggi puncak pohon diukur dengan menggunakan Haga hypsometer, yang diukur dari pangkal sampai puncak tajuk. Tinggi pohon rata-rata dalam plot contoh adalah : Pi / L T r = Keterangan : Tr = Tinggi rata-rata pohon dalam plot pengamatan (m) T P i n i=1 T Pi / n = Tinggi pohon ke-i dalam petak pengamatan (m) n = jumlah pohon dalam plot b.3 Umur tegakan Pohon pinus mulai siap disadap pada umur 10 tahun yaitu apabila diameter mencapai lebih dari 18 centimeter (Sumantri 1973 dalam Nigia 1989). Terdapat pengaruh yang sangat nyata dari faktor kelas umur terhadap produksi getah pinus, semakin tinggi kelas umur maka akan semakin tinggi produksi getahnya. Perbedaan produksi yang nyata dapat dilihat antara KU IV dengan KU V dan KU VI (Nugraha 1994). Umur tegakan diketahui dari buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH).

26 14 C.3 Analisis data C.3.1 Analisis data lapangan Data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan kemudian diolah agar dapat disusun menjadi suatu model. Kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah menghitung produksi getah per hektar, menghitung diameter rata-rata pohon, menghitung tinggi rata-rata pohon, luas bidang dasar tegakan kemudian dilanjutkan dengan perhitungan logaritmik, perpangkatan dan analisis korelasi. Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan batuan Software Microsoft Excel. Asumsi yang digunakan adalah bahwa masing-masing variabel dalam satu plot dapat digunakan untuk mewakili areal seluas satu hektar. Lubis (2003), menyebutkan bahwa metode six trees sampling merupakan metode yang paling efisien dalam pendugaaan volume dan jumlah pohon pada tegakan pinus KU V bonita 4. Perhitungan metode tree sampling dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: a. Pendugaan volume Volume tegakan per hektar pada setiap petak ukur dapat dihitung dengan meggunakan rumus: V j n ( Vn + 0,5V n ) 1 i= = 1 L j Keterangan : b. Pendugaan luas bidang dasar Vj = Volume tegakan plot ke-j (gram/hektar/hari) Vn = Volume pohon ke-n (gram/m 2 /hari) n = Jumlah pohon contoh (6 pohon) Lj = Luas plot ke-j (hektar) Luas bidang dasar tegakan pada areal petak menggunakan rumus: g = 1 4 π ( d + d + d d j Keterangan : g j = Lbds pohon plot ke-j (m 2 ) 1 d n = Diameter pohon ke-n (cm) n = Jumlah pohon contoh (6 pohon) 2 3 ukur ke-j dihitung dengan 2 n )

27 15 Data yang telah diolah kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu data untuk pembentukan model dan data untuk pengujian model. Untuk pembuatan model, diambil data sebanyak 30 plot hasil pengamatan secara acak, sedangkan data sisanya digunakan untuk pengujian model. Data dari ke-30 plot tersebut kemudian disusun menjadi suatu model dengan menggunakan bantuan Software Minitab. C.3.2 Penyusunan model penduga Penyusunan model penduga produsi getah pinus dilakukan dengan menggunakan 30 plot terpilih dengan hipotesis bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara produksi getah pinus (Y) dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti: diameter pohon (X 1 ), luas bidang dasar tegakan (X 2 ), tinggi pohon rata-rata (X 3 ), kelas umur (X 4 ),dan ketinggian tempat tumbuh (X 5 ). Keterkaitan dari hubungan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda, perpangkatan, eksponensial, dan kuadratik. Model yang dibuat dapat digunakan untuk menduga potensi produksi getah level tegakan. Penyusunan model penduga produsi getah dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : a. Regresi linier berganda Y = βo + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + E b. Regresi perpangkatan Y = bo.x b1 X b4 4.X b5 1. X b2 2. X b E Atau dalam bentuk transformasinya : Log Y = Log βo + β 1 LogX 1 + β 2 LogX 2 + β 3 LogX 3 + β 4 LogX 4 + β 5 LogX 5 + Log E c. Regresi eksponensial Y = βo.e βo + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5.e Ditransformasikan kedalam persamaan logaritma natural sehingga menjadi : Ln Y = Ln βo + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + E d. Regresi kuadratik Y = βo + β 1 X β 2 X β 3 X β 4 X β 5 X E

28 16 Model penduga yang dibuat harus bebas dari multikolinearitas dan memiliki koefisien regresi yang nyata. Model-model tersebut kemudian dipilih untuk mendapatkan model penduga terbaik, selanjutnya dilakukan verifikasi sehingga diperoleh model penduga produksi getah yang sesuai untuk KPH Cianjur. C.3.3 Analisis kolinearitas Kolinearitas adalah suatu fenomena yang menunjukkan adanya korelasi linier diantara dua atau lebih peubah bebas dalam suatu model regresi. Adanya kolinearitas dalam model akan mempengaruhi besar dan arah koefisien regresi, untuk itu model yang telah terbentuk perlu dilakukan pengujian multikolinearitas dan koefisien regresi. Salah sat u cara untuk mengetahui ada tidaknya kolinearitas dalam suatu model adalah dengan mengukur faktor inflasi variansnya (VIF). Jika suatu model memiliki nilai VIF 5 berarti model mengandung multikolinearitas. Hines dan Montgomery (1990) dalam Nurdjoko (1994) menyebutkan bahwa nilai VIF sama dengan elemen diagonal utama invers matriks korelasi, yaitu : C jj 1 = j = 1, 2,,k 2 ( 1 R ) j Keterangan : 2 R j adalah koefisien determinasi berganda yang dihasilkan dari meregresikan Xj pada variabel bebas lainnya k-1. Nilai VIF yang besar perlu dihilangkan, namun diperlukan proffesional judgment (kepakaran) dalam menentukan peubah mana yang akan dihilangkan atau dipertahankan. Konsekuensi dari pengurangan/penghilangan peubah ini adalah turunnya nilai koefisien determinasi (R 2 ). C.3.4 Pemilihan model terbaik Pemilihan peubah bebas dan model regresi linier terbaik dilakukan dengan seleksi subset model. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan subset model adalah nilai koefisien determinasi (R 2 ), kuadrat tengah sisa (S 2 ) dan Cp-Mallows (Weisberg 1985).

29 17 a. Koefisien determinasi Adalah proporsi keragaman total nilai-nilai peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh regresi dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). R 2 adalah perbandingan antara Jumlah Kuadrat Regresi (JKR) dengan Jumlah Kuadrat Total (JKT) y ang terkoreksi nilai tengahnya. 2 JKR 2 JKT JKS R = x100% atau R = x100% JKT JKT Keterangan : R 2 = Nilai koefisien determinasi JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total JKS = Jumlah Kuadrat Sisa Semakin besar nilai R 2 berarti varians yang dapat dijelaskan oleh regresinya juga semakin besar dan ini berarti bahwa regresi yang diperoleh juga semakin baik atau dengan kata lain R 2 yang mendekati 100% merupakan model yang terbaik. Koefisien determinasi terkoreksi (R 2 a). Adalah koefisien determinasi yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari Jumlah Kuadrat Sisa (JKS) dan Jumlah Kuad rat Tengahnya (JKT), diperoleh rumus (Draper dan Smith 1981): 2 ( JKS) /( n p) n 1 R a = 1 = 1 (1 R) ( JKT ) /( n p) n p Keterangan : R 2 a = Koefisien determinasi terkoreksi JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total n p = Banyaknya objek (kasus) yang dianalisis = Banyaknya parameter di dalam regresi (termasuk βo) Kriterium uji keterandalan model dengan besaran R 2 a sama dengan kriterium uji menurut R 2 a. Kelebihan R 2 a adalah dapat dipakai untuk membandingkan keterandalan model-model dari beberapa model yang memiliki banyaknya peubah bebas yang berbeda (Draper dan Smith 1981).

30 18 b. Analisis sisaan Berdasarkan peubah-peubah model terpilih berdasarkan R 2, kemudian dilakukan pemilihan model berdasarkan kuadrat tengah sisa (KTS). Model yang baik ad alah model yang mempunyai KTS terkecil. Menurut Draper dan Smith (1981), apabila model tepat maka kuadrat tengah sisaan : c. S 2 n = ei i= 1 2 /( n p) Keterangan : S 2 = Kuadrat tengah sisa n = Banyaknya objek (kasus) yang dianalisis p = Banyaknya parameter di dalam regresi Cp-Mallows Keterandalan model dapat dinilai dari besaran statistik Cp-Mallows yang lebih dikenal dengan statistik Cp. Indeks p menyatakan banyaknya parameter dalam model termasuk βo. Persamaannya adalah sebagai berikut : JKSp Cp = ( n 2 p) 2 (Draper dan Smith 1981) s Keterangan : JKSp = Jumlah kuadrat sisa dari model yang mengandung p parameter p = banyaknya parameter dalam model termasuk βo s = kuadrat tengah sisa dari model yang mengandung seluruh peubah bebas C.3.5 Nilai-p Selain melihat nilai F, kesesuaian model juga dapat dilihat dari nilai p-nya (p-value). Peubah-peubah penduga produksi getah pinus hanya dapat digunakan bila sedikitnya salah satu dari peubah (β 1, β 2,...,β 5 ) tidak bernilai nol (0). Hubungan regresi tersebut perlu iuji dengan hipotesis : H 0 : β i = 0 (1,2,...,5) Vs H 1 = β i 0 Ukuran keterandalan dari pengujian hipotesis ini dicirikan oleh besarnya nilai-p, yaitu besarnya peluang untuk menolak H 0. Jika nilai-p < 0,05 maka terima

31 19 H 1 (model terandalkan), jika nilai-p > 0,05 maka terima H 0 (model tidak cukup terandalkan) (Suhendang 1990). C.3.6 Validasi model Validasi model dilakukan untuk melihat kemampuan model dalam menduga sekelompok data baru yang memiliki keadaan relatif sama dengan keadaan data yang dipakai untuk pembentukan modelnya (Suhendang 1990 dalam Nurdjoko 1994). Validasi model dilakukan dengan menggunakan data sisa pebentukan model sebanyak 15 plot tree sampling. Validasi model dapat dilakukan dengan menggunakan uji χ 2 ( khi-kuadrat) pada taraf nyata α (umumnya, α = 5% dan α = 1%) dengan prosedur sebagai berikut : Hipotesis : Ho : V model = Vak tual Vs H 1 : V model V aktual Kriterium uji : χ 2 n ( V hit = i= 1 ti V V ai ai ) Keterangan : V ti = nilai dugaan volume dari tabel pada pohon ke-i V ai = nilai volume aktual (sebenarnya) dari pohon ke-i Kaidah keputusan : χ 2 hit χ 2 α(n-1) Terima Ho χ 2 hit > χ 2 α(n-1) Tolak Ho Apabila hasil uji χ 2 tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (terima Ho), maka model yang disusun dapat direkomendasikan untuk digunakan karena memberikan hasil dugaan yang akurat. Sebaliknya, apabila hasil uji χ 2 menunjukkan hasil yang nyata atau sangat nyata (tolak Ho) maka model yang disusun tidak dapat digunakan karena memberikan hasil dugaan yang kurang akurat. 2 ;

32 20 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Secara geografis Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur terletak pada 6 o 36 7 o 26 LS dan 106 o o 25 BT. KPH Cianjur memiliki luas ,16 Ha, namun berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No 174/Kpts- II/2003, areal seluas 1.717,85 Ha masuk kedalam perluasan Taman Nasional Gede Pangrango sehingga luasnya menjadi ,31 Ha. Selain itu terdapat tambahan tanah pengganti dari PT. Indocement Tbk. seluas 1.424,96 Ha sehingga luas KPH Cianjur menjadi ,27 Ha. Secara administratif KPH Cianjur terletak berada di Wilayah Kabupaten Cianjur seluas ,20 Ha, Wilayah Kabupaten Sukabumi yaitu sebagian kelompok hutan Gn. Kancana seluas 771,17 Ha, dan Wilayah Kabupaten Purwakarta yaitu sebagian kelompok hutan Kiara Payung seluas 160,90 Ha. Batas administratif KPH Cianjur adalah sebagai berikut : Bagian Utara berbatasan dengan KPH Purwakarta dan KPH Bogor; Bagian Timur berbatasan dengan KPH Bandung Utara, KPH Bandung Selatan dan KPH Garut; Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; dan Bagian Barat berbatasan dengan KPH Sukabumi dan KPH Bogor. Wilayah KPH Cianjur terbagi dalam delapan BKPH, yaitu : a. BKPH Cianjur dan Gede Timur, berkedudukan di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. b. BKPH Ciranjang Utara, berkedudukan di Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur. c. BKPH Ciranjang Selatan, berkedudukan di Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur. d. BKPH Sukanagara Utara, berkedudukan di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. e. BKPH Sukanagara Selatan, berkedudukan di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur.

33 21 f. BKPH Tanggeung, berkedudukan di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur. g. BKPH Sindangbarang, berkedudukan di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur. h. BKPH Cibarengkok, berkedudukan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. B. Topografi KPH Cianjur memiliki topografi yang beragam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 5 meter hingga meter dari permukaan laut. Daerah bertopografi landai hingga bergelombang umumnya terdapat di Sub KPH Cianjur Selatan dan merupakan Kelas Perusahaan Jati. Sementara itu, Sub KPH Cianjur Utara merupakan Kelas Perusahaan Pinus serta memiliki topografi yang curam dengan kelerengan lebih dari 50%, sehingga besar pengaruhnya terhadap hidologi wilayah sekitar. C. Iklim Secara umum KPH Cianjur memiliki tipe iklim A dan B (Schmidt dan Ferguson), pembagian wilayahnya adalah sebagai berikut : Bagian Utara : sebelah Barat masuk dalam tipe A dengan curah hujan rata-rata bulanan 340 mm/bulan dan sebelah Timur masuk dalam tipe B dengan curah hujan rata-rata bulanan 265 mm/bulan. Bagian Tengah : sebelah Barat masuk dalam tipe A, sebelah Tengah masuk dalam tipe A dengan sedikit tipe B, dan sebelah Timur masuk dalam tipe A. Bagian Selatan : sebelah Barat dan Tengah masuk dalam tipe B, sebelah Timur masuk dalam tipe B, dan sebelah Timur laut masuk dalam tipea. Curah hujan di KPH Cianjur dibagi kedalam wilayah : Bagian Utara : sebelah Barat memiliki curah hujan rata-rata bulanan 340 mm/bulan dan sebelah Timur memiliki curah hujan ratarata bulanan 265 mm/bulan.

34 22 Bagian Tengah : sebelah Barat memiliki curah hujan rata-rata bulanan mm/bulan dan sebelah Timur memiliki curah hujan rata-rata bulanan 340 mm/bulan. Bagian Selatan : sebelah Barat memiliki curah hujan rata-rata bulanan 275 mm/bulan. Besar curah hujan rata-rata per tahun selengkapnya yang diperoleh dari stasiun pengamatan hujan di Kabupaten Cianjur seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Curah hujan rata-rata per tahun setiap kecamatan di Wilayah KPH Cianjur No Kecamatan Curah Hujan (mm/tahun) 1 Agrabinta Sindang Barang < Cidaun < Naringgul Cibinong Tanggeung < Kadupandak < Pagelaran Sukanagara < Takokak < Campaka Cibeber Warung Kondang Cilaku Sukaluyu < Bojong Picung Ciranjang Mande Karang Tengah < Cianjur Cugenang Pacet < Sukaresmi < Cikalong Kulon Leles Cikadu Cijati < 1000

35 23 Tabel 4 (Lanjutan) No Kecamatan Curah Hujan (mm/tahun) 28 Campaka Mulya Gekbrong Cipanas < 1000 Sumber : RPKH Kelas Perusahaan Pinus KPH Cianjur

36 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi data Pengambilan data dilakukan di BKPH Cianjur dan Gede Timur, KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang tersebar dalam dua RPH yaitu RPH Cijedil dan RPH Puncak. Plot contoh dibuat pada petak terpilih menggunakan metode six trees sampling (metode petak berubah dengan enam pohon contoh) dengan tegakan pinus di BKPH Cianjur dan Gede Timur sebagai populasinya. Plot contoh dibuat tersebar, dengan unit pengamatan semua pohon pinus di dalam plot contoh yang masih produktif menghasilkan getah pinus (KU III sampai KU VIII). Variabel bebas yang diamati untuk menduga potensi getah pinus adalah diameter, tinggi pohon, umur, luas bidang dasar tegakan, dan ketinggian tempat tumbuh. Pada saat pengambilan contoh, semua pohon contoh diberi perlakuan seragam yaitu tidak menggunakan stimulan dengan asumsi bahwa kondisi penyadap seragam dan keahlian penyadap sama. Diameter diukur dengan menggunakan pita diameter (Phi band), tinggi pohon diukur dengan Haga hypsometer, ketinggian tempat tumbuh diukur dengan altimeter, dan getah pinus diukur dengan timbangan. Data kelas umur diperoleh dari buku RPKH KPH Cianjur, sedangkan luas bidang dasar, diameter rata-rata pohon, dan tinggi ratarata pohon diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada. Data hasil pengamatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu data untuk pembentukan model dan data untuk pengujian model. Untuk pembuatan model, diambil data sebanyak 30 plot hasil pengamatan secara acak. Sedangkan data sisanya digunakan untuk pengujian model. Data hasil pengamatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1, sementara itu data untuk pembuatan dan pengujian model dapat dilihat pada Tabel 5.

37 25 Tabel 5 Peubah-peubah yang digunakan dalam pembentukan dan pengujian model No No Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 plot Data untuk membuat model , ,76 14,29 46, , ,08 17,16 47, , ,00 14,38 44, , ,85 13,67 45, , ,60 16,17 10, , ,09 18,08 26, , ,86 18,25 33, , ,52 15,92 47, , ,55 18,25 14, , ,92 15,46 28, , ,83 13,92 27, , ,13 21,83 62, , ,90 20,50 36, , ,57 21,17 42, , ,35 19,83 44, , ,68 20,17 37, , ,20 18,83 102, , ,92 22,00 41, , ,90 20,00 50, , ,50 19,33 26, , ,80 18,00 31, , ,59 27,92 170, , ,38 24,17 50, , ,81 24,17 53, , ,71 24,17 55, , ,80 21,33 37, , ,05 25,00 44, , ,32 23,83 71, , ,48 23,00 70, , ,54 27,33 48, Data untuk pengujian model , ,43 16,00 45, , ,29 18,04 32, , ,14 18,00 18, , ,70 19,00 31, , ,44 20,33 31, , ,44 20,67 17, , ,53 22,50 67, , ,99 21,42 38, , ,75 25,17 77, , ,40 27,33 99, , ,81 24,00 54, , ,29 24,83 98, , ,24 24,50 91, , ,35 24,17 101, , ,86 21,33 221,

38 26 Keterangan : Y : Produksi getah pinus (gram/hektar/hari) X 1 : Umur pohon (tahun) X 2 : Diameter rata-rata (cm) X 3 : Tinggi pohon rata-rata (m) X 4 : Luas bidang dasar tegakan (m 2 ) X 5 : Ketinggian tempat tumbuh (mdpl) A.2 Analisis data A.2.1 Korelasi Besarnya nilai koefisien determinasi dapat menjamin keterandalan model apabila peubah bebasnya memiliki korelasi (Santika 2002). Dari lima peubah bebas yang digunakan, hanya satu peubah yang memiliki nilai korelasi positif terhadap produksi getah, yaitu luas bidang dasar. Korelasi antara kelima peubah bebas terhadap produksi getah dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 6. Nilai korelasi peubah bebas terhadap produksi getah yang kecil, bahkan negatif dapat terjadi karena kondisi tegakan yang tidak seragam. Sementara itu hasil perhitungan korelasi dengan menggunakan Minitab ditunjukkan pada Lampiran 2. Tabel 6 Matriks korelasi Y dengan seluruh peubah bebas Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 1-0,527 0,003 X 2-0,681 0,834 0,000 0,000 X 3-0,418 0,841 0,705 0,021 0,000 0,000 X 4 0,166 0,502 0,272 0,507 0,382 0,005 0,146 0,004 X 5-0,134-0,129 0,145-0,449-0,265 0,480 0,495 0,445 0,013 0,157 Keterangan : Korelasi pearson P-Value Pada Tabel 6 dapat dilihat adanya korelasi yang cukup tinggi antara umur (X 1 ) dengan diameter (X 2 ), umur (X 1 ) dengan tinggi (X 3 ), dan diameter (X 2 ) dengan tinggi (X 3 ). Hal ini terjadi karena semakin bertambah umur pohon maka diameter dan tinggi pohon akan bertambah pula.

39 27 A.2.2 Penyusunan model penduga Penyusunan model penduga produsi getah Pinus merkusii dilakukan dengan menggunakan 30 plot terpilih (Tabel 7) dengan hipotesis bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara produksi getah pinus (Y) dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti : diameter pohon (X 1 ), luas bidang dasar tegakan (X 2 ), tinggi pohon rata-rata (X 3 ), kelas umur (X 4 ),dan ketinggian tempat tumbuh (X 5 ). Keterkaitan dari hubungan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda, perpangkatan, eksponensial, dan kuadratik. Model yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7 Data yang digunakan dalam pembentukan model No No Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 plot Data untuk membuat model , ,76 14,29 46, , ,08 17,16 47, , ,00 14,38 44, , ,85 13,67 45, , ,60 16,17 10, , ,09 18,08 26, , ,86 18,25 33, , ,52 15,92 47, , ,55 18,25 14, , ,92 15,46 28, , ,83 13,92 27, , ,13 21,83 62, , ,90 20,50 36, , ,57 21,17 42, , ,35 19,83 44, , ,68 20,17 37, , ,20 18,83 102, , ,92 22,00 41, , ,90 20,00 50, , ,50 19,33 26, , ,80 18,00 31, , ,59 27,92 170, , ,38 24,17 50, , ,81 24,17 53, , ,71 24,17 55, , ,80 21,33 37, , ,05 25,00 44, , ,32 23,83 71, , ,48 23,00 70, , ,54 27,33 48,

40 28 Pada Tabel 8 dapat dilihat model yang terbentuk dari lima peubah bebas yang digunakan. Model hasil persamaan regresi perpangkatan memiliki koefisien determinasi (R 2 ) dan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 a) yang paling tinggi, yaitu : R 2 = 72,5 % dan R 2 a = 66,8 %. Sementara itu R 2 = 61,6 % dan R 2 a = 53,6 % diperoleh dari model hasil persamaan regresi linier, R 2 = 66,9 % dan R 2 a = 60,0 % pada model hasil persamaan regresi eksponensial, serta R 2 = 51,1 % dan R 2 a = 40,9 % pada model hasil persamaan regresi kuadratik. Hasil pembentukan model dari lima peubah bebas dengan menggunakan Minitab ditunjukkan pada Lampiran 3. Tabel 8 Model penduga produksi getah pinus dengan lima peubah bebas Regresi Model R 2 R 2 a Fhit Ftab 0.01 Sd Linier Y = ,7 X X X ,6 53,6 7,70** 2, ,35 berganda 39,8 X 4 + 0,63 X 5 Perpangkatan Log Y = 7,83-0,964 Log X 1-2,56 Log 72,5 66,8 12,67** 2,53 0,273 X 2-0,40 Log X 3 + 0,989 Log X 4-0,304 Log X 5 Eksponensial Ln Y = 11,0-0,0117 X 1-0,0926 X 2-66,9 60,0 9,69** 2,53 0,690 0,0661 X 3 + 0,0152 X 4-0,00063 X 5 Kuadratik Y = ,48 X 2 1-3,44 X ,45 X 3 + 0,162 X ,00008 X 5 51,1 40,9 5,02** 2, ,61 A.2.3 Analisis kolinearitas Hines dan Montgomery (1990), mengungkapkan bahwa meskipun suatu model memiliki R 2 yang besar, tidak berarti model tersebut merupakan model yang baik. Model regresi yang telah dibuat memiliki kemungkinan tedapatnya kolinearitas diantara dua atau lebih peubah bebasnya. Ada tidaknya kolinearitas dalam suatu model dapat dilihat dari besar nilai VIFnya. Jika model regresi yang terbentuk memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih dari 5 maka terdapat multikolinearitas dalam model. Hines dan Montgomery (1990), mengatakan bahwa pengamatan dengan nilai VIF yang telah disepakati adalah kurang dari 5. Besar nilai VIF semua model regresi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Nilai VIF masing-masing peubah pada setiap model Regresi X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 Linier berganda 6,4 5,7 7,3 1,5 2,7 Perpangkatan 8,7 7,2 9 1,6 2,6 Eksponensial 6,4 5,7 7,3 1,5 2,7 Kuadratik 4,5 4,4 5,5 1,4 2,5

41 29 Peubah X 1, X 2 dan X 3 sebenarnya memiliki keterkaitan, hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai korelasi antar peubah. Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa dari semua model regresi yang tersusun terdapat peubah yang memiliki nilai VIF lebih dari 5, berarti model regresi tersebut mengandung kolinearitas. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan pengurangan peubah bebas yang memiliki nilai VIF dan nilai korelasi yang tinggi dari model. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peubah X 1 dan X 3 dihilangkan dari model karena kedua peubah tersebut memiliki nilai VIF dan nilai korelasi yang tinggi. Karena X 2 memiliki nilai korelasi yang cukup tinggi terhadap X 1 dan X 3, serta kemudahan untuk mendapatkan datanya sehingga peubah X 2 tidak dihilangkan dari model. Bila dilihat dari segi kemudahan mendapatkan datanya, data X 2 lebih praktis dan mudah didapatkan dibanding data X 1 dan X 3. Data diameter lebih mudah didapatkan dengan mengukur penampang melintang batang pohon dengan menggunakan pita keliling maupun pita diameter pada ketinggian 1,30 meter (diameter setinggi dada). Sementara itu, untuk mendapatkan informasi tinggi pohon yang akurat perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat seperti Haga hypsometer, Suunto clinometer, Christenmeter, serta alat ukur tinggi lainnya, namun dalam pengukuran tinggi harus diperhatikan juga faktor lain seperti jarak pengukur terhadap pohon sehingga hal ini kurang praktis dilakukan. Umur pohon dapat diketahui dengan melihat data tahun tanam, bila peubah yang dipilih adalah umur pohon maka pendugaan potensi bisa dilakukan dengan mudah tanpa harus mengambil data dari lapangan, namun memiliki kelemahan bila ternyata kondisi tegakan memiliki keistimewaan, sehingga produksi getah dari kondisi tegakan yang normal tidak lagi dapat diduga hanya dengan melihat dari peubah umur saja. A.2.4 Pemilihan model terbaik Dengan melihat nilai VIF seperti terdapat pada Tabel 9, maka untuk mendapatkan model regresi terbaik dilakukan reduksi peubah bebasnya dengan cara menghilangkan faktor umur (X 1 ) dan tinggi pohon (X 3 ) dalam penyusunan model. Model yang terbentuk dari hasil reduksi peubah bebas X 1 dan X 3 dapat dilihat pada Tabel 10.

42 30 Model regresi yang baik dapat dilihat dengan melihat nilai R 2, nilai R 2 a, nilai F, dan nilai-p (p-value). Lebih lanjut lagi Iriawan dan Astuti (2006), mengungkapkan bahwa selain melihat hasil taksiran parameter model regresi, nilai standar deviasi, dan koefisien determinasi dari model, kecukupan model juga dapat dilihat dari ANOVA. Tabel 10 Model hasil reduksi peubah bebas X 1 dan X 3 Regresi Model R 2 R 2 a Sd Fhit Ftab 0.01 Linier Y = X ,7 X 4 + 1,08 60,3 55,7 1646,57 13,18** 2,92 berganda X 5 Perpangkatan Log Y = 7,61-4,10 Log X 2 + 0,811 70,6 67,2 0,271 20,79** 2,92 Log X 4 + 0,036 Log X 5 Eksponensial Ln Y = 10,2-0,131 X 2 + 0,0129 X 4 65,4 61,5 0,677 16,41** 2,92 + 0, X 5 Kuadratik Y = ,16 X ,144 X ,00040 X 5 50,6 44,9 1837,16 8,88** 2,92 Berdasarkan Tabel 10, semua model yang dibuat dengan mereduksi peubah bebas X 1 dan X 3 memiliki keberartian yang sangat nyata pada tingkat kepercayaan 1 %. Meski demikian, peubah X 5 (ketinggian tempat tumbuh) harus dihilangkan dari model karena memiliki nilai-p > 0,05. Nilai-p dari masingmasing peubah pada pembentukan model hasil reduksi peubah bebas X 1 dan X 3 ditunjukkan pada lampiran 4. Seperti telah diungkapkan Yunarko (1994), bahwa peubah-peubah penduga produksi getah pinus hanya dapat digunakan bila sedikitnya salah satu dari peubah (β 1, β 2,...,β 5 ) tidak bernilai nol (0). Jika salah satu peubah memiliki nilai-p > 0,05 maka peubah tersebut tidak memiliki pengaruh nyata dalam pembentukan model. Model yang terbentuk dari hasil reduksi peubah bebas X 1, X 3 dan X 5 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Model Hasil Reduksi Peubah Bebas X 1, X 3 dan X 5 Regresi Model R 2 R 2 a Sd Fhit Ftab 0.01 Linier Y = X ,2 X 4 59,6 56,6 1630,45 19,92** 2,92 berganda Perpangkatan Log Y = 7,72-4,09 Log X 2 + 0,805 70,6 68,4 0,266 32,37** 2,92 Log X 4 Eksponensial Ln Y = 10,3-0,130 X 2 + 0,0127 X 4 65,4 62,9 0,665 25,54** 2,92 Kuadratik Y = ,06 X ,137 X ,3 46,6 1808,10 13,67** 2,92

43 31 Meski memiliki nilai R 2 model yang kecil, model yang dihasilkan dari hasil reduksi peubah bebas X 1, X 3 dan X 5 memiliki nilai R 2 a, nilai F, dan nilai S yang lebih baik bila dibandingkan dengan model yang dibuat dengan reduksi peubah bebas X 1 dan X 3 saja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, maka dapat ditentukan bahwa model terbaik yang dihasilkan melalui proses pembentukan dan pemilihan model adalah model regresi perpangkatan, dengan R 2 = 70,6 %; R 2 a = 68,4 % dan Sd = 0,266. Model tersebut belum bisa dikatakan sebagai model penduga terbaik karena belum diuji keterandalannya. Pengujian model dilakukan untuk melihat kemampuan suatu model dalam menduga sekelompok data baru yang memiliki keadaan yang relatif sama dengan keadaan data yang dipakai untuk pembentukan model (Suhendang 1990). A.2.5 Validasi model Validasi model dilakukan dengan menggunakan data yang berbeda dengan data yang dipakai untuk penyusunan model. Data yang digunakan untuk validasi model ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12 Data yang digunakan untuk validasi model No No Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 plot Data untuk pengujian model , ,43 16,00 45, , ,29 18,04 32, , ,14 18,00 18, , ,70 19,00 31, , ,44 20,33 31, , ,44 20,67 17, , ,53 22,50 67, , ,99 21,42 38, , ,75 25,17 77, , ,40 27,33 99, , ,81 24,00 54, , ,29 24,83 98, , ,24 24,50 91, , ,35 24,17 101, , ,86 21,33 221, Pengujian model dilakukan dengan menggunakan uji χ 2 (khi-kuadrat) pada taraf nyata α (α = 5% dan α = 1%). Kriterium ujinya, apabila χ 2 hit χ 2 α(n-1), maka model yang disusun dapat direkomendasikan untuk digunakan karena memberikan hasil dugaan yang akurat (terima Ho). Namun bila χ 2 hit > χ 2 α(n-1),

44 32 maka model yang disusun tidak dapat direkomendasikan untuk digunakan karena memberikan hasil dugaan yang kurang akurat (tolak Ho). Hasil uji χ 2 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil uji χ 2 Model χ 2 hit χ 2 tabel (α = 0.01) χ 2 tabel (α = 0.05) Linier berganda 10024,64 21, ,6848 Perpangkatan 0, , ,6848 Eksponensial 1, , ,6848 Kuadratik 11800,39 21, ,6848 Berdasarkan Tabel 13 model yang bisa direkomendasikan untuk pendugaan potensi getah pinus adalah model regresi perpangkatan dan model regresi kuadratik, karena berdasarkan hasil uji χ 2 kedua model menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada α = 5% dan α = 1%. Namun perlu diperhatikan bahwa model regresi perpangkatan memiliki nilai R 2 dan R 2 a yang lebih tinggi serta nilai standar deviasi yang kecil dibandingkan dengan model regresi kuadratik, sehingga model tersebut dapat digunakan sebagai model penduga potensi getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di KPH Cianjur. Model penduga tersebut adalah : Log Y = 7,72-4,09 Log X 2 + 0,805 Log X 4 (R 2 = 70,6 %; R 2 a = 68,4 %; Sd = 0,266) Keterangan : Y = Produksi getah pinus (gram/hektar/hari) X 2 = Diameter rata-rata pohon (cm) X 4 = Luas bidang dasar tegakan (m 2 /hektar) B. Pembahasan Dari lima peubah bebas yang diamati dalam penelitian kali ini, hanya diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan yang digunakan untuk menyusun model penduga potensi getah pinus di KPH Cianjur. Peubah umur pohon, tinggi pohon rata-rata dan ketinggian tempat tumbuh tidak digunakan untuk menyusun model karena dapat menimbulkan multikolinearitas serta memiliki nilai-p > 0,05 sehingga peubah-peubah tersebut direduksi dari model. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 3 dan lampiran 4.

45 33 Peubah bebas penyusun model terdiri dari peubah yang merupakan sifat biologi pohon yaitu diameter rata-rata pohon dan luas bidang dasar tegakan. Peubah-peubah tersebut memiliki koefisien regresi yang berbeda terhadap suatu model. Peubah X 4 (luas bidang dasar tegakan) memiliki nilai koefisien regresi positif, sedangkan X 2 (diameter) memiliki kofisien regresi negatif. Hal ini berarti bahwa semakin besar luas bidang dasar akan menyebabkan produksi getah semakin meningkat, sedangkan penambahan diameter akan menyebabkan menurunnya produksi getah pinus. B.1 Pengaruh diameter terhadap produksi getah pinus Bila melihat hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diameter pohon memiliki koefisien regresi positif terhadap produksi getah pinus, dengan semakin besar diameter pohon pinus maka getah yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan dengan pohon yang diameternya kecil (Sontjana 1990 dalam Sulistyono 1995). Namun, dalam penelitian kali ini penambahan diameter justru menyebabkan menurunnya produksi getah pinus. Matangaran (2006) menyebutkan bahwa produksi getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luas areal sadap, kualitas tempat tumbuh, ketinggian tempat tumbuh, jumlah koakan tiap pohon, pemberian stimulan, keterampilan penyadap, dan faktor lainnya. Sementara itu, Yulita (1995) dalam Widiyasari (2001) menyebutkan bahwa pohon yang memiliki diameter besar bisa saja memiliki diameter saluran getah yang kecil atau keadaan batang yang tidak lurus sehingga produksi getahnya rendah. Diameter pohon memiliki nilai korelasi positif yang tinggi dengan umur pohon, yang berarti bahwa semakin tua umur pohon maka diameter pohon semakin besar. Dari model yang didapatkan, penambahan diameter akan menyebabkan menurunnya produksi getah pinus. Demikian halnya penambahan umur pohon, semakin tua umur pohon maka produksi getah akan semakin menurun. Hillis (1987) dalam Wibowo (2006) menyebutkan bahwa umur pohon berpengaruh terhadap produksi getah pinus, semakin tua umur pohon ada kecenderungan produksi getah meningkat sampai umur tetentu. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa produksi getah cenderung mengalami peningkatan pada KU III sampai KU V kemudian mengalami penurunan pada KU VI sampai KU VIII.

46 34 PRODUKSI RATA-RATA GETAH PINUS BERDASARKAN KELAS UMUR Produksi (gram/pohon/hari) III IV V VI VII VIII Kelas Umur Gambar 2 Grafik produksi rata-rata getah pinus berdasarkan kelas umur. Dari hasil pengamatan di lapangan, beberapa hal yang dapat menyebabkan menurunnya produksi getah pinus seiring dengan penambahan diameter diantaranya adalah jumlah dan kedalaman koakan yang sudah terdapat sebelumnya pada pohon contoh. Pada setiap pohon dalam petak tree sampling dilakukan pengamatan jumlah dan kedalaman koakan yang sudah ada. Pohon pada KU III dan KU IV rata-rata hanya terdapat 1 2 koakan baru maupun bekas. Sedangkan pohon pada KU V keatas rata-rata memiliki jumlah koakan baru maupun bekas lebih dari 3, bahkan terdapat pula yang semua permukaan batangnya telah di sadap dengan kedalaman lebih dari 3 cm. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Doan (2007), menyebutkan bahwa kedalaman koakan yang mencapai 3-4 cm dapat menyebabkan kayu dan saluran getah menjadi rusak. Hal ini berakibat pada penurunan jumlah getah yang dihasilkan oleh setiap pohon. (a) (b) (c) Gambar 3 Kondisi permukaan batang pohon pinus KU V keatas.

47 35 B.2 Pengaruh luas bidang dasar terhadap produksi getah pinus Dari model yang dihasilkan, luas bidang dasar memiliki koefisien regresi positif serta nilai-p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa luas bidang dasar memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap model. Produksi getah pinus semakin meningkat seiring dengan semakin besar luas bidang dasar. Bustomi (1982) dalam Widiyasari (2001), mengatakan bahwa pada tegakan Pinus merkusii di Pekalongan Timur, ditemukan adanya pengaruh yang nyata dari besarnya bidang dasar dan tinggi pohon terhadap produksi getah pinus. Bidang dasar merupakan tempat tersedianya saluran getah, dimana semakin luas bidang dasar suatu pohon maka semakin banyak terdapat saluran getah sehingga produksi getah akan semakin banyak. B.3 Faktor Lainnya Produksi getah pinus juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat tumbuh. Semakin tinggi tempat tumbuh dari permukaan laut, suhu dan intensitas cahaya semakin rendah. Suhu yang rendah (dibawah 20 0 C) dan kelembaban udara yang tinggi (diatas 70%) sangat berpengaruh terhadap kondisi saluran getah. Saluran getah menyempit atau bahkan buntu dan apabila masih ada getah yang bisa keluar maka dengan segera akan mengalami pembekuan di mulut saluran getah sehingga menyumbat getah yang seharusnya masih bisa keluar (Kasmudjo 1992). Sementara itu, Departemen Kehutanan (1996) dalam Wibowo (2006) menyebutkan bahwa ketinggian tempat mempengaruhi laju metabolisme dan asimilasi getah pinus sehingga dengan semakin tinggi tempat tumbuh dari permukaan laut, suhu dan intensitas cahaya akan semakin rendah sehingga produksi getah akan semakin menurun. Pada penelitian kali ini pertambahan ketinggian tempat tumbuh tidak memiliki pengaruh yang nyata dalam pembentukan model penduga potensi getah pinus di KPH Cianjur. Hal ini bisa dikarenakan kondisi tegakan yang tidak normal seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tegakan pinus KU V keatas memiliki jumlah koakan lebih dari 3 dengan kedalaman luka sadap lebih dari 3 cm. Faktor perlakuan penjarangan dan faktor kelas kesuburan lahan juga memiliki pengaruh terhadap produksi getah pinus. Rochidajat dan Sukawi (1979)

48 36 mengatakan bahwa produksi getah akan mencapai maksimum pada taraf kekerasan penjarangan (S%) antara 22,5% - 27,5%. Faktor lain yang mengakibatkan menurunnya produksi getah pinus seiring dengan pertambahan diameter adalah kesuburan tempat tumbuh. Semakin tinggi bonita berarti tingkat kesuburan tanah semakin tinggi, hal ini akan menyebabkan meningkatnya produksi getah pinus (Widiyasari 2001). Pohon-pohon yang tumbuh pada tanah dengan bonita tinggi pertumbuhannya akan lebih baik sehingga produksi getahnya akan lebih banyak, karena kandungan unsur hara tanahnya lebih besar (Kasmudjo 1982).

49 37 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Model penduga potensi getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese pada KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah : Log Y = 7,72-4,09 Log X 2 + 0,805 Log X 4 (R 2 = 70,6 %; R 2 a = 68,4 %; Sd = 0,266) Keterangan : Y = Produksi getah pinus (gram/hektar/hari) X 2 = Diameter rata-rata pohon (cm) X 4 = Luas bidang dasar tegakan (m 2 /hektar) 2. Berdasarkan model yang telah dibuat, peubah X 4 (luas bidang dasar tegakan) memiliki nilai koefisien regresi positif, sedangkan X 2 (diameter) memiliki kofisien regresi negatif. Hal ini berarti bahwa semakin besar luas bidang dasar akan menyebabkan produksi getah semakin meningkat, sedangkan penambahan diameter akan menyebabkan menurunnya produksi getah pinus. 3. Produksi getah pinus dengan perlakuan satu koakan per pohon mengalami peningkatan pada KU III sampai KU V kemudian mengalami penurunan pada KU VI sampai KU VIII. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi getah pinus di KPH Cianjur seperti pengaruh jumlah koakan, kelas kesuburan lahan (bonita) dan tingkat kekerasan penjarangan. 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh bekas koakan terhadap produksi getah pinus dan kualitas produksi getah pinus pada penyadapan di penampang batang bekas koakan di KPH Cianjur. 3. Model yang dihasilkan hanya digunakan untuk pendugaan potensi getah pinus dari KU III sampai KU VIII di KPH Cianjur.

50 38 PUSTAKA ACUAN [Dephut] Departemen Kehutanan Manual Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan. Doan ANG Ciri-ciri Fisik Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Banyak Menghasilkan Getah dan Pengaruh Pemberian Simulansia Serta Kelas Umur Terhadap Produksi Getah Pinus di RPH Sawangan dan RPH Kemiri, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Draper N dan H Smith Applied Regression Analysis. 2 nd ed. NY: John Wiley & Sons. Hines WW dan Douglas C Montgomery Probabilitas dan Statistik dalam Ilmu Rekayasa dan Manajemen. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Probability and Statistics in Engineering and Management Science. Irawan N dan Septin PA Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta : Andi. Kasmudjo Dasar-dasar Pengolahan Gondorukem. Yogyakarta: UGM Press Usaha Stimulasi Pada Penyadapan Getah Pinus. Duta Rimba No /XVIII/1992. Hal : [KPH Cianjur] Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Pinus. Cianjur: KPH Cianjur. Loestch FF Zohrer and KE Haller Forest Inventory. Vol II. Munchen: Blv Verlagsgesselscaft. Nigia H Pengaruh Ketinggian Koakan dan Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nugraha S Pengaruh Ketinggian Tempat dan Kelas Umur Terhadap Produksi Getah Pinus di BKPH Cicalengka KPH Bandung Utara Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nurdjoko GA Pendugaan Model Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Studi Kasus di BKPH Majenang KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Perhutani Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan. Malang: Biro Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan.

51 39 Priyono NS. dan Siswamartana S Hutan Pinus dan Hasil Air. Cepu: Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan Perhutani. Hlm : 1-5. Rochidajat dan Sukawi Pengaruh Kekerasan Penjarangan (S%) pada Produksi Getah Pinus merkusii pada Petak-petak Coba di Kalibakung KPH Pekalongan. Laporan No. 321 Lembaga Penelitian Hutan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Santika DS Studi Penyusunan Model Penduga Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sofyan K Pembuatan Tabel Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Kelas Umur. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Vol. XII, No. 1 Tahun Sudiono J Potensi Pinus di Pulau Jawa. Duta Rimba No /IX/1983 Mei - Juni. Hal : Sugiyono Y Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba No. 247/XXV/Januari Hal : Suhendang E Hubungan Antara Dimensi Tegakan Hutan Tanaman dengan Faktor Tempat Tumbuh dan Tindakan Silvikultur Pada Hutan Tanaman Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di Pulau Jawa [Disertasi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sulistyono Pengaruh Tinggi Tempat terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sutarahardja S Metode Petak Berubah (Tree Sampling) dalam Pendugaan Volume Tegakan Hutan Tanaman. Kerjasama antara Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor Pengetahuan Praktis Dalam Bidang Potret Udara : Metode Petak Berubah(Tree Sampling) dalam Pendugaan Volume Tegakan Hutan Tanaman. Kerjasama antara Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Weisberg S Applied Linear Regression. 2 nd ed. NY: John Wiley & Sons. Wibowo P Produktifitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese dengan Sistem Koakan (Quarre System) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

52 40 Widiyasari AH Studi Penyusunan Model Penduga Produksi Getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di BKPH Bogor KPH Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Wijayanti H Pengaruh Kelas Umur dan Jenis Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) Studi Kasus di RPH Trenggalek, BKPH Trenggalek, KPH Kediri, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Yunarko D Model Pendugaan Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) di KPH Bandung Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

53 LAMPIRAN 1

54 42 Lampiran 1 Data hasil pengamatan lapangan A. RPH Cijedil TALLY SHEET PRODUKSI GETAH PINUS Nomor Plot : 1 Nomor anak petak : 44b Luas Plot : m2 Altitude : 860 mdpl Nama penyadap : Mang Otam Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Mendung 2. Cerah 3. 2x gerimis 4. Cerah 5. 1x gerimis No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) Jarak (m) Sudut ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 I. 01 III I. 02 III I. 03 III I. 04 III I. 05 III I. 06 III Nomor Plot : 2 Nomor anak petak : 44b Luas Plot : m2 Altitude : 850 mdpl Nama penyadap : Mang Otam Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Mendung 2. Cerah 3. 2x gerimis 4. Cerah 5. 1x gerimis No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) Jarak (m) Sudut ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 II. 01 III II. 02 III II. 03 III II. 04 III II. 05 III II. 06 III

55 43 Nomor Plot : 3 Nomor anak petak : 44b Luas Plot : m2 Altitude : 860 mdpl Nama penyadap : Mang Otam Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Mendung 2. Cerah 3. 2x gerimis 4. Cerah 5. 1x gerimis No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) Jarak (m) Sudut ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 III. 01 III 19, ,5 2,6 3,7 13,6 15,2 19,3 54,40 10,88 2 III. 02 III 23,09 72,5 15,5 7,4 7,9 16,1 8,8 15,4 55,60 11,12 1, III. 03 III 28,89 90,7 15 3,1 7,1 15,8 23, ,10 14,22 2, III. 04 III 16,31 51,2 13, ,4 8,9 27,9 22,6 88,80 17,76 3, III. 05 III 24,62 77,3 13,5 10,3 9,1 21,1 28,9 30,6 100,00 20,00 3, III. 06 III 25,70 80, ,8 8,8 6,1 22, ,60 15,92 3,95 50 Nomor Plot : 4 Nomor anak petak : 44b Luas Plot : m2 Altitude : 840 mdpl Nama penyadap : Mang Otam Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Mendung 2. Cerah 3. 2x gerimis 4. Cerah 5. 1x gerimis No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 IV. 01 III 26,18 82,2 18,25 1,4 9,3 10 6,7 32,3 59,70 11,94 2 IV. 02 III 22,64 71,1 16,25 5, ,5 29,2 22,1 96,10 19,22 1, IV. 03 III 21, ,5 9,6 32,1 30, ,10 26,62 2, IV. 04 III 25, ,5 9,4 18, , ,50 18,70 2, IV. 05 III 18,63 58,5 11 4,2 10,3 14,3 16,2 15,2 60,20 12,04 3, IV. 06 III 14, ,4 5, ,1 15,5 49,30 9,86 3,85 10

56 Nomor Plot : 5 Nomor anak petak : 44b Luas Plot : m2 Altitude : 850 mdpl Nama penyadap : Mang Otam Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Mendung 2. Cerah 3. 2x gerimis 4. Cerah 5. 1x gerimis No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 V. 01 III 21,05 66,1 16 3,8 8,8 12,8 12,4 11,2 49,00 9,80 2 V. 02 III 31, ,75 19,9 1,5 15,8 24,2 19,4 80,80 16,16 3, V. 03 III 28, ,1 12,1 21,3 22,5 21,6 89,60 17,92 3, V. 04 III 24,78 77,8 18,5 2,2 1,3 7,2 9,2 12,6 32,50 6,50 4, V. 05 III 33,03 103,7 20,5 35,5 10,6 51,7 30,6 31,7 160,10 32, V. 06 III 31,34 98,4 18,5 5,3 5,9 9,3 14,4 8,8 43,70 8,74 5, Nomor Plot : 6 Nomor anak petak : 45b Luas Plot : m2 Altitude : 870 mdpl Nama penyadap : Mang Otam Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Mendung 2. Cerah 3. 2x gerimis 4. Cerah 5. 1x gerimis No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 I. 01 III 15, ,4 32,7 45,2 39,8 31,2 157,30 31,46 2 I. 02 III 21, ,5 12,4 9,6 15,1 11,2 18,8 67,10 13,42 1,8 0 3 I. 03 III 28, ,5 10,5 26, ,4 98,80 19,76 2, I. 04 III 18, ,6 3,7 9,5 10,2 11,2 36,20 7,24 3, I. 05 III 17,74 55, ,7 5,8 19,8 64,30 12,86 3, I. 06 III 17,58 55,2 13,5 0,4 0,7 2 2,5 1,9 7,50 1,50 3,51 115

57 Nomor Plot : 7 Nomor anak petak : 40a Luas Plot : m2 Altitude : 790 mdpl Nama penyadap : Mang Utar Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 I. 01 IV 31,69 99, ,4 4,5 42,4 6,6 52,3 139,20 27,84 2 I. 02 IV 26, ,4 30,2 39,3 10,6 38,3 139,80 27,96 3, I. 03 IV 31, ,5 14,6 1,5 9,5 4,7 24,4 54,70 10,94 4, I. 04 IV 26,66 83,7 14,5 6,9 12, ,1 28,7 89,60 17,92 6, I. 05 IV 30, ,5 10,7 12,1 36 9,5 43,1 111,40 22,28 6, I. 06 IV 25,06 78,7 15,5 4,1 17,9 37,4 39,4 32,2 131,00 26,20 10, Nomor Plot : 8 Nomor anak petak : 41c Luas Plot : m2 Altitude : 785 mdpl Nama penyadap : Mang Utar Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 I. 01 IV 26, ,5 3,3 9,3 18,7 19,6 24,9 75,80 15,16 2 I. 02 IV 21,88 68, ,8 32,5 24,6 118,90 23,78 3, I. 03 IV 35,41 111,2 19,5 58,6 5,7 24, ,4 156,20 31,24 3, I. 04 IV 30,96 97, ,7 3,2 17,7 15,4 26,8 83,80 16,76 6, I. 05 IV 21, ,6 13,6 30,1 21,8 37,6 122,70 24,54 7, I. 06 IV 32,52 102,1 17 0,8 9, ,1 112,30 22,46 7,52 155

58 Nomor Plot : 9 Nomor anak petak : 41c Luas Plot : m2 Altitude : 790 mdpl Nama penyadap : Mang Utar Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 II. 01 IV 22,87 71, ,5 15,4 38,5 21,5 31,1 128,00 25,60 2 II. 02 IV 31,27 98,2 18,5 10,7 3,2 11,5 19,9 5,1 50,40 10,08 3, II. 03 IV 35, ,5 11, , ,9 82,20 16,44 3, II. 04 IV 19,27 60, ,1 5,1 24, ,6 106,50 21,30 3, II. 05 IV 24,39 76,6 17,5 33,3 1,7 14,8 23,3 43,9 117,00 23,40 5, II. 06 IV 29,71 93, ,2 20,4 36,6 14,1 44,2 152,50 30,50 6, Nomor Plot : 10 Nomor anak petak : 41c Luas Plot : m2 Altitude : 780 mdpl Nama penyadap : Mang Utar Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 III. 01 IV 23,15 72,7 17,5 13,2 4,7 15,1 17,5 13,1 63,60 12,72 2 III. 02 IV 28, ,5 7, ,5 20,1 54,80 10,96 3, III. 03 IV 27, ,9 9,3 27,9 33,7 24,3 110,10 22,02 3, III. 04 IV 29,14 91,5 20,5 45,3 12,9 26,7 4 18,2 107,10 21,42 4, III. 05 IV 31, ,1 2,1 9,4 11,2 6,8 30,60 6,12 4, III. 06 IV 38,95 122, ,4 3,6 21,8 41,8 50,1 148,70 29,74 5,7 90

59 Nomor Plot : 11 Nomor anak petak : 39d Luas Plot : m2 Altitude : 780 mdpl Nama penyadap : Mang Dana Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 I. 01 IV 25,32 79,5 18 4,1 2 1,4 5,6 8,1 21,20 4,24 2 I. 02 IV 19, ,5 0,5 1, ,4 19,30 3,86 2, I. 03 IV 16, ,1 8,4 17,5 17,8 49,80 9,96 2, I. 04 IV 30,00 94,2 16,5 2,3 15,3 13,1 16,5 14,2 61,40 12,28 3, I. 05 IV 29,39 92, ,4 6,4 2,7 16,5 18,1 69,10 13,82 3, I. 06 IV 26, ,5 5,8 0,6 30,5 38,7 45,3 120,90 24,18 4, Nomor Plot : 12 Nomor anak petak : 39d Luas Plot : m2 Altitude : 785 mdpl Nama penyadap : Mang Dana Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 II. 01 IV 31,37 98,5 20 7,2 1,4 12,1 9,8 22,8 53,30 10,66 2 II. 02 IV 32,71 102,7 24 9,6 0,5 5 3,1 18,5 36,70 7,34 2, II. 03 IV 18, ,5 2,3 14,4 9,7 20,9 58,80 11,76 2, II. 04 IV 21, ,8 2,8 17,2 4,6 12,5 48,90 9,78 3, II. 05 IV 21,56 67,7 11,5 42,8 8,1 42,8 42,5 55,2 191,40 38,28 4, II. 06 IV 27,55 86,5 23 5,2 10,4 7,5 19,7 19,8 62,60 12,52 7,66 255

60 Nomor Plot : 13 Nomor anak petak : 39e Luas Plot : m2 Altitude : 745 mdpl Nama penyadap : Mang Dana Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 I. 01 III 27, ,5 5 10,9 9,1 54,2 45,8 125,00 25,00 2 I. 02 III 19,68 61,8 17 1,1 11,9 24,4 7,7 23,8 68,90 13,78 3, I. 03 III 18,60 58,4 18,5 6,3 14,3 4, ,90 11,18 3, I. 04 III 25,64 80,5 22 5,9 6,9 12,6 18,7 15,3 59,40 11,88 3, I. 05 III 19,81 62,2 19 7,8 8,3 16,1 18,3 10,5 61,00 12,20 3, I. 06 III 18, ,2 2,4 20,3 18,4 24,8 71,10 14,22 4, Nomor Plot : 14 Nomor anak petak : 39e Luas Plot : m2 Altitude : 760 mdpl Nama penyadap : Mang Dana Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 II. 01 III 27,58 86, ,9 20,8 28,6 26,5 90,80 18,16 2 II. 02 III 24, ,75 17,4 2,2 6,5 15,1 18,7 59,90 11,98 2, II. 03 III 30,19 94,8 14,5 3,5 1,1 1, ,30 4,06 3, II. 04 III 18, ,1 1,3 9,5 12,8 13,5 41,20 8,24 4, II. 05 III 29,87 93,8 15,5 5,5 8,8 21,1 32,1 24,1 91,60 18,32 4, II. 06 III 24,24 76,1 15 3, ,8 8, ,40 12,08 5,68 205

61 Nomor Plot : 15 Nomor anak petak : 39e Luas Plot : m2 Altitude : 745 mdpl Nama penyadap : Mang Dana Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. Cerah 3. Cerah 4. 3x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) KL (cm) Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Rata-rata Dari pohon inti (m) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) 1 III. 01 III 17,36 54,5 13,75 13,2 4 10,2 20,1 13,4 60,90 12,18 2 III. 02 III 21,24 66,7 14, , ,6 35,7 164,40 32,88 1, III. 03 III 20,00 62,8 13,5 13,6 20,3 9, ,7 76,80 15,36 3, III. 04 III 20,22 63, ,3 36,8 47,5 42,1 145,70 29,14 3, III. 05 III 20,56 64,56 14,75 12,7 13,1 14,1 25,8 20,9 86,60 17,32 3, III. 06 III 25,57 80,3 15 5,2 9,3 22,8 32,5 26,4 96,20 19,24 4, B. RPH Puncak Nomor Plot : 16 Nomor anak petak : 10e Luas Plot : m2 Altitude : 980 mpl Nama penyadap : Mang Dayat Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) (a) KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) I. 01 VII 38, ,5 19,4 46,8 56, ,40 38, ,2 9 I. 02 VII 33, ,7 8,2 20, ,40 12, ,2 9 2,1 130 I. 03 VII 38,69 121, ,9 16,9 19,5 25,1 15,9 93,30 18, ,1 10 2,35 95 I. 04 VII 42, ,2 2,5 3,5 4,8 7,7 24,70 4, ,3 9 2, I. 05 VII 35, ,3 4,8 10,4 9,8 31,30 6, I. 06 VII 33, ,6 8,1 9,4 9,5 21,5 70,10 14, ,6 11 5,45 310

62 50 Nomor Plot : 17 Nomor anak petak : 10e Luas Plot : m2 Altitude : 975 mdpl Nama penyadap : Mang Dayat Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) (a) Nomor Plot : 18 Nomor anak petak : 10e Luas Plot : m2 Altitude : 980 mdpl Nama penyadap : Mang Dayat Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) (a) KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) II. 01 VII 35, ,6 2,6 3,3 9,7 12,8 29,00 5, ,6 9 II. 02 VII 27, ,8 3 4,2 9 8,2 31,20 6, ,4 9 4, II. 03 VII 47, ,9 4,7 7,8 8,7 29,10 5, ,2 9 4, II. 04 VII 47, ,6 3,1 10,4 10,8 8 32,90 6, ,4 10 7,15 90 II. 05 VII 35, ,5 12,9 24,1 39, ,40 38, ,2 9 7,7 320 II. 06 VII 44, ,8 5, ,7 16,3 74,10 14, ,1 10 8,1 25 KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) III. 01 VII 46, ,8 11,3 14,5 29,8 26,1 101,50 20, ,3 9 III. 02 VII 45, ,3 3,4 1,2 6,9 4,2 16,00 3, , III. 03 VII 36, ,8 5,2 8,3 16,3 10,6 47,20 9, , III. 04 VII 46, ,2 20,8 29,8 22, ,30 23, ,3 10 6,55 25 III. 05 VII 50, ,1 11,6 14,7 23,4 23,4 91,20 18, ,3 10 8,3 110 III. 06 VII 38, ,1 5 11, ,30 11, ,5 340

63 Nomor Plot : 19 Nomor anak petak : 10e Luas Plot : m2 Altitude : 975 mdpl Nama penyadap : Mang Dayat Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø (cm) (a) Nomor Plot : 20 Nomor anak petak : 10e Luas Plot : m2 Altitude : 975 mdpl Nama penyadap : Mang Dayat Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) IV. 01 VII 47, ,9 11, ,5 27,8 105,00 21, ,3 9 IV. 02 VII 34, , ,3 13,9 54,40 10, , IV. 03 VII 37, ,5 7,5 16, ,1 94,70 18, ,5 9 2,3 345 IV. 04 VII 36, ,6 7 17,8 28, ,50 15, ,9 10 3,4 225 IV. 05 VII 34, ,4 3,1 9,6 15,6 18,8 57,50 11, ,1 300 IV. 06 VII 29, ,1 3,4 4,3 5,5 5,8 19,10 3, ,2 9 6,7 325 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 V. 01 VII 28, ,8 3,4 9,2 14, ,10 11, ,9 9 2 V. 02 VII 29, ,5 11,9 7,6 15,1 15,8 55,90 11, , V. 03 VII 38,69 121,5 20 7,6 4,3 12,7 21,2 25,7 71,50 14, ,2 9 4, V. 04 VII 39, ,6 8,4 7,7 17,4 22,2 68,30 13, , V. 05 VII 46,34 145, , ,20 21, ,3 9 5, V. 06 VII 28, ,4 4,8 13,4 18,5 19,5 64,60 12, ,8 9 6,3 270

64 Nomor Plot : 21 Nomor anak petak : 11a Luas Plot : m2 Altitude : 990 mdpl Nama penyadap : Mang Ganda Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 52 Nomor Plot : 22 Nomor anak petak : 11a Luas Plot : m2 Altitude : 990 mdpl Nama penyadap : Mang Ganda Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 I.01 VII 33, ,5 19, ,5 117,20 23, ,7 9 2 I.02 VII 40, ,3 8,3 26,6 46,1 31,8 131,10 26, ,1 9 2, I.03 VII 36, ,3 9 29,8 23,7 23,1 117,90 23, ,3 10 2, I.04 VII 37, ,9 13,6 14,8 25,6 16,8 81,70 16, , I.05 VII 39, ,9 1,5 2,1 11,5 7,4 23,40 4, , I.06 VII 31, ,6 10,3 12,2 29,3 14,2 78,60 15, No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 II. 01 VII 37, , 2 2, 1 4, 1 4, 4 16,3 27,10 5, II.02 VII 31, ,6 3,3 10,3 9,3 10,8 35,30 7, ,9 9 5, II.03 VII 35, ,3 7,4 7,2 21,6 19,2 57,70 11, ,3 9 6, II.04 VII 38, ,2 1,7 7,1 11 4,1 27,10 5, ,7 9 6, II.05 VII 42, ,8 4,7 25,7 37,8 30,2 108,20 21, , II.06 VII 50, ,5 1,5 10,5 41,4 23,4 80,30 16, ,2 9 10,3 260

65 Nomor Plot : 23 Nomor anak petak : 11a Luas Plot : m2 Altitude : 990 mdpl Nama penyadap : Mang Ganda Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 53 Nomor Plot : 24 Nomor anak petak : 11a Luas Plot : m2 Altitude : 990 mdpl Nama penyadap : Mang Ganda Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 III.01 VII 42, ,6 2,8 3,4 2,4 7,3 20,50 4, , III.02 VII 41, ,3 5,5 6,7 7,7 25,20 5, , III.03 VII 28, ,1 9,5 6,6 15,1 10,8 49,10 9, , III.04 VII 37, ,2 1,8 5,4 9,6 7,3 25,30 5, ,8 9 3, III.05 VII 35, ,1 2,7 9 11,5 18,1 41,40 8, ,2 9 3, III.06 VII 31, ,4 8,3 23,1 9,3 25,5 77,60 15, ,1 9 4,2 60 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 IV.01 VII 36, ,7 2,3 11,2 18,9 16,1 49,20 9, ,8 9 2 IV.02 VII 49, ,5 5,1 7,9 20,1 28,8 62,40 12, ,3 9 3, IV.03 VII 42, ,1 2,8 4,7 13,2 24,80 4, ,5 9 3, IV.04 VII 37, ,6 1 2,4 1,8 10,1 16,90 3, ,1 9 5, IV.05 VII 40, ,3 4,6 10,4 7,3 26,60 5, ,7 10 5, IV.06 VII 33, ,8 1,7 2,3 5,7 8,8 21,30 4, ,6 9 7,3 150

66 Nomor Plot : 25 Nomor anak petak : 11a Luas Plot : m2 Altitude : 990 mdpl Nama penyadap : Mang Ganda Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 54 Nomor Plot : 26 Nomor anak petak : 6d Luas Plot : m2 Altitude : 1275 mdpl Nama penyadap : Yatna Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. 1x hujan 2. Cerah 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 V.01 VII 30, ,8 1,7 4,4 4,2 19,1 33,20 6, ,1 8 2 V.02 VII 41, ,2 10,2 18,9 23,7 27,6 82,60 16, , V.03 VII 35, ,1 1,2 3,3 8,1 7,9 20,60 4, ,8 9 3, V.04 VII 43, ,9 1,1 11,7 30, ,00 15, ,3 9 3, V.05 VII 35, ,2 2,3 5,1 4,8 5,3 21,70 4, ,3 9 5, V.06 VII 41, ,8 7,2 2, ,1 69,50 13, ,1 130 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 I. 01 V 32, ,6 2,4 7,7 5,3 6,7 26,70 5, , I. 02 V 31, ,5 5,1 1,8 9 3,9 7,3 27,10 5, ,6 10 1, I. 03 V 47, ,7 10,2 24,7 18,9 25,2 89,70 17, ,6 10 4, I. 04 V 46, ,5 1,4 0,2 1,9 2,7 2,1 8,30 1, ,9 10 3, I. 05 V 44, ,7 4,1 1,6 4,1 1,9 15,40 3, ,4 9 6, I. 06 V 40, ,5 3,8 11,8 8,2 10,9 41,20 8, ,9 10 9,1 310

67 Nomor Plot : 27 Nomor anak petak : 6d Luas Plot : m2 Altitude : 1280 mdpl Nama penyadap : Yatna Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. 1x hujan 2. Cerah 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 55 Nomor Plot : 28 Nomor anak petak : 6d Luas Plot : m2 Altitude : 1275 mdpl Nama penyadap : Abah Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. 1x hujan 2. Cerah 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 II. 01 V 38, ,9 12,9 18,4 16,9 20,1 91,20 18, , II. 02 V 34, , ,6 18,2 15,3 84,60 16, ,3 10 2, II. 03 V 41, ,2 53,9 64,6 62,3 67,7 261,70 52, ,2 9 3, II. 04 V 41, ,3 6,9 6,3 5,2 6,6 29,30 5, ,2 9 4, II. 05 V 32, ,2 8,5 17,3 9,8 18,3 58,10 11, ,5 9 4, II. 06 V 37, ,7 6,7 10,6 7,8 52,80 10, ,6 9 5, No Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti phn (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 III. 01 V 47, ,5 85,5 142,9 204,3 182,3 213,3 828,30 165, , III. 02 V 41, ,5 12,4 15,2 16,1 14,2 17,7 75,60 15, ,1 8 4, III. 03 V 39, ,3 12 9,4 10,2 10,4 84,30 16, ,8 8 3, III. 04 V 38, ,5 31,1 17,4 27,7 25,4 27,1 128,70 25, ,5 8 4, III. 05 V 44, ,8 16,8 2,9 12,3 10,6 72,40 14, ,3 10 6, III. 06 V 47, ,1 7,9 12,3 13,7 14,4 78,40 15, ,5 8 7,9 250

68 Nomor Plot : 29 Nomor anak petak : 6d Luas Plot : m2 Altitude : 1280 mdpl Nama penyadap : Abah Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. 1x hujan 2. Cerah 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 56 Nomor Plot : 30 Nomor anak petak : 20e Luas Plot : m2 Altitude : 575 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti phn (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 IV. 01 V 35, ,2 6,6 5,6 8,8 6,9 39,10 7, ,7 9 2 IV. 02 V 34, ,9 10 1,7 7,7 9 32,30 6, ,1 9 3, IV. 03 V 48, ,2 9,2 6,8 8,1 37,30 7, ,1 9 3, IV. 04 V 39, ,3 6,5 1,7 7,3 5,2 30,00 6, , IV. 05 V 36, ,8 2,8 9,4 5,2 12,2 50,40 10, , IV. 06 V 38, ,5 29,2 22,6 23,3 21,8 117,40 23, , No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 I.01 VIII 32, ,3 51,3 16,7 73,30 14, I.02 VIII 45, ,5 30,8 41,8 6,1 78,70 15, , I.03 VIII 34, ,9 10,2 4,5 18,60 3, ,7 9 2, I.04 VIII 39, ,7 23,7 5 48,40 9, ,7 8 2, I.05 VIII 48, , ,9 53,50 10, ,1 9 3, I.06 VIII 31, ,5 7,5 1,6 16,60 3, ,8 9 3,52 350

69 Nomor Plot : 31 Nomor anak petak : 20e Luas Plot : m2 Altitude : 575 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 57 Nomor Plot : 32 Nomor anak petak : 20e Luas Plot : m2 Altitude : 570 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 II.01 VIII 32, , ,1 42,20 8, ,8 8 2 II.02 VIII 40,92 128, ,7 55,9 17,2 92,80 18, ,6 8 2, II.03 VIII 56, ,3 28,1 9 45,40 9, ,8 8 3, II.04 VIII 46, ,2 21 7,2 40,40 8, ,7 8 4, II.05 VIII 35, ,7 40, ,90 16, ,7 8 4, II.06 VIII 39, ,7 39,6 12,4 73,70 14, ,9 9 5,6 65 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 III.01 VIII 31, ,6 18,2 12,6 38,40 7, ,4 9 2 III.02 VIII 37, ,1 10,3 7,4 21,80 4, ,5 8 2, III.03 VIII 28,18 88, ,4 17,5 10,9 42,80 8, ,6 9 2,7 0 4 III.04 VIII 27, ,4 58,8 26,1 149,30 29, ,7 9 3, III.05 VIII 34,24 107, ,1 12,9 44,00 8, , III.06 VIII 35, ,7 7,9 33,60 6, ,7 9 5,2 110

70 Nomor Plot : 33 Nomor anak petak : 20e Luas Plot : m2 Altitude : 565 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 58 Nomor Plot : 34 Nomor anak petak : 21a Luas Plot : m2 Altitude : 545 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 IV.01 VIII 25, ,8 25,3 86,10 17, , IV.02 VIII 39, ,7 23,5 14,9 57,10 11, ,7 8 3, IV.03 VIII 35, ,4 21, ,60 8, ,7 9 3, IV.04 VIII 35, ,9 6,1 1,9 29,90 5, ,9 8 3, IV.05 VIII 35, ,2 40,9 10,4 125,50 25, ,9 7 3, IV.06 VIII 41, ,7 11,7 7,3 30,70 6, , No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 I.01 VI 24, ,5 17,8 2,3 64,60 12, ,6 7 2 I.02 VI 34, ,4 6,2 2,5 18,10 3, ,8 8 2, I.03 VI 43, , ,3 92,60 18, , I.04 VI 46, ,7 6,6 35,30 7, , I.05 VI 46, ,6 24,1 6,4 68,10 13, ,6 8 4, I.06 VI 43, ,3 14,6 8,7 34,60 6, ,9 7 6,3 140

71 Nomor Plot : 35 Nomor anak petak : 21a Luas Plot : m2 Altitude : 545 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 59 Nomor Plot : 36 Nomor anak petak : 21a Luas Plot : m2 Altitude : 540 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 II.01 VI 36, ,1 37,1 18,6 105,80 21, ,8 7 2 II.02 VI 42, ,4 51,7 16,2 71,30 14, ,7 8 3, II.03 VI 40, ,8 15,9 1,5 50,20 10, ,6 7 4, II.04 VI 42, ,9 9,4 8,1 24,40 4, ,8 8 4, II.05 VI 42, ,2 36,3 10,5 53,00 10, ,7 7 6, II.06 VI 35, , ,7 60,50 12, ,8 8 6,3 10 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 III.01 VI 25, ,3 24,7 11,3 59,30 11, ,5 8 2 III.02 VI 36, ,2 112,1 57,7 221,00 44, ,7 7 2, III.03 VI 39, ,4 42,3 26,3 89,00 17, ,7 7 2, III.04 VI 24, ,1 31,2 10,3 54,60 10, ,8 8 3, III.05 VI 39, ,5 10,5 88,00 17, ,6 7 4, III.06 VI 41, , ,3 152,60 30, ,9 8 5,3 220

72 Nomor Plot : 37 Nomor anak petak : 21a Luas Plot : m2 Altitude : 535 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 60 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 IV.01 VI 29, ,5 13,2 8 31,70 6, ,8 7 2 IV.02 VI 49, , ,60 14, ,7 7 1, IV.03 VI 37, , ,50 17, ,6 7 3, IV.04 VI 34, ,3 32,2 17,3 86,80 17, , IV.05 VI 41, ,9 73,8 30,5 146,20 29, ,7 8 5, IV.06 VI 41, , ,2 55,90 11, ,9 7 7,3 220 Nomor Plot : 38 Nomor anak petak : 21c Luas Plot : m2 Altitude : 570 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 I.01 VI 28, ,2 26,4 16,5 55,10 11, ,5 8 2 I.02 VI 26, ,2 20,1 3,7 39,00 7, ,7 8 2, I.03 VI 35, ,8 14,8 6,7 29,30 5, , I.04 VI 45, ,1 48,1 15,3 93,50 18, ,8 7 3, I.05 VI 39, ,3 12 7,3 24,60 4, ,6 7 3, I.06 VI 30, ,2 10,2 4 32,40 6, ,7 7 4,1 50

73 61 Nomor Plot : 39 Nomor anak petak : 21c Luas Plot : m2 Altitude : 565 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 II.01 VI 33, ,4 15,3 9,7 44,40 8, II.02 VI 38, ,8 11,8 5,2 26,80 5, ,6 8 2, II.03 VI 35, ,9 2,8 28,70 5, ,8 7 3, II.04 VI 31, ,1 15,2 8,9 27,20 5, ,7 7 3, II.05 VI 35, ,3 10,1 9,4 23,80 4, ,8 7 3, II.06 VI 36, ,5 36,6 11,4 79,50 15, ,4 7 4,2 155 Nomor Plot : 40 Nomor anak petak : 21c Luas Plot : m2 Altitude : 560 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 III.01 VI 20, ,3 27,3 8,2 51,80 10, ,6 8 2 III.02 VI 41, ,7 28,2 9,8 73,70 14, ,8 7 1, III.03 VI 23, ,8 14,3 5,5 23,60 4, ,7 7 3, III.04 VI 28, ,8 13,7 4,4 28,90 5, ,8 8 4, III.05 VI 36, ,3 12,3 5,8 28,40 5, ,6 7 5, III.06 VI 35, ,1 8,6 5,6 22,30 4, ,7 8 5,4 185

74 62 Nomor Plot : 42 Nomor anak petak : 21e Luas Plot : m2 Altitude : 585 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah Nomor Plot : 41 Nomor anak petak : 21e Luas Plot : m2 Altitude : 590 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 I.01 VII 23, ,3 34,8 17,2 59,30 11, , I.02 VII 29, ,3 8,8 5,4 30,50 6, ,6 8 1, I.03 VII 26, ,7 5,7 21,40 4, ,4 8 2, I.04 VII 30, ,5 6,7 18,20 3, ,6 8 2, I.05 VII 32, ,1 49,9 21,7 94,70 18, , I.06 VII 33, ,1 7,9 2,6 19,60 3, ,6 8 3,3 170 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 II.01 VII 28, ,6 15,2 8,7 35,50 7, II.02 VII 34, ,2 34,4 15,6 62,20 12, ,5 7 2, II.03 VII 23, ,4 12,3 3,8 20,50 4, ,4 7 2, II.04 VII 30, ,2 13,2 2,3 21,70 4, ,7 7 2, II.05 VII 29, ,7 1,9 3,4 16,00 3, ,6 8 3, II.06 VII 40, ,7 8,2 6,3 29,20 5, ,7 8 4,1 70

75 Nomor Plot : 43 Nomor anak petak : 21e Luas Plot : m2 Altitude : 585 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah 63 Nomor Plot : 44 Nomor anak petak : 21e Luas Plot : m2 Altitude : 580 mdpl Nama penyadap : Hendra Tanggal pengamatan : Waktu pengamatan : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 III.01 VII 31, ,9 14,1 7,2 22,20 4, ,7 7 2 III.02 VII 32, ,6 6,4 4,3 17,30 3, ,4 8 3, III.03 VII 37, ,2 19,7 14,4 44,30 8, ,6 8 3, III.04 VII 46, ,8 58,2 26,8 135,80 27, ,6 8 4, III.05 VII 34, ,8 16,2 89,00 17, ,8 8 4, III.06 VII 49, , ,1 43,60 8, ,5 7 5,1 140 No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) 1 IV.01 VII 22, ,2 17,4 6,8 32,40 6, ,1 8 2 IV.02 VII 22, ,7 10,3 7 22,00 4, ,3 8 1, IV.03 VII 44, ,9 21,7 14,6 52,20 10, ,9 7 2, IV.04 VII 41, ,1 13,9 4,5 24,50 4, ,8 7 2, IV.05 VII 38, ,5 24,1 25,1 51,70 10, ,7 7 2, IV.06 VII 34, ,5 19,6 14,1 48,20 9, ,8 7 2,7 280

76 Nomor Plot : 45 Nomor anak petak : 21e Luas Plot Altitude Nama penyadap : m2 : 575 mdpl : Hendra Tanggal pengamatan Waktu pengamatan : 1. : Cuaca : 1. Cerah 2. 1x hujan 3. Cerah 4. 1x hujan 5. Cerah No phn Kode KU Ø KL Tinggi Pemungutan ke- (gram) Jumlah Ratarata Jml Koakan D P L Dari pohon inti (cm) (cm) (m) Aktif Mati (cm) (m) (cm) (m) ( ) (a) (b) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (s) (t) V.01 V.02 V.03 V.04 V.05 V.06 VII VII VII VII VII VII 35,99 42,36 45,22 34,39 34,71 38, ,7 32,4 7,8 58,7 5,4 6,4 34,6 35 9,8 59,1 7, ,3 29,8 7,5 36,1 10,1 11,5 85,60 97,20 25,10 153,90 22,80 38,90 17,12 19,44 5,02 30,78 4,56 7, ,1 1,7 1 0,8 1 1, ,1 5,6 3,2 5,4 6,

77 65 Lampiran 2 Matrik korelasi antar peubah X1-0,527 0,003 Y X1 X2 X3 X4 X2-0,681 0,834 0,000 0,000 X3-0,418 0,841 0,705 0,021 0,000 0,000 X4 0,166 0,502 0,272 0,507 0,382 0,005 0,146 0,004 X5-0,134-0,129 0,145-0,449-0,265 0,480 0,495 0,445 0,013 0,157 Cell Contents: Pearson correlation P-Value Lampiran 3 Pembentukan model dari penggunaan lima peubah bebas a) Regresi linier Analisis Regresi : Y vs X1; X2; X3; X4; X5 Y = ,7 X1-217 X X3 + 39,8 X4 + 0,63 X5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,67 0,013 X1-77,73 94,44-0,82 0,419 6,4 X2-216,6 106,9-2,03 0,054 5,7 X3 11,8 216,2 0,05 0,957 7,3 X4 39,77 13,35 2,98 0,007 1,5 X5 0,627 2,477 0,25 0,802 2,7 S = 1686,35 R-Sq = 61,6% R-Sq(adj) = 53,6% PRESS = R-Sq(pred) = 39,41% F = 7,70 b) Regresi perpangkatan Analisis Regresi : Log Y vs Log X1; Log X2; Log X3; Log X4; Log X5 Log Y = 7,83-0,964 Log X1-2,56 Log X2-0,40 Log X3 + 0,989 Log X4-0,304 Log X5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 7,827 2,834 2,76 0,011 Log X1-0,9640 0,9162-1,05 0,303 8,7 Log X2-2,558 1,353-1,89 0,071 7,2 Log X3-0,395 1,756-0,23 0,824 9,0 Log X4 0,9891 0,2839 3,48 0,002 1,6 Log X5-0,3040 0,7377-0,41 0,684 2,6 S = 0, R-Sq = 72,5% R-Sq(adj) = 66,8% PRESS = 3,02610 R-Sq(pred) = 53,49% F = 12,67

78 66 c) Regresi eksponensial Analisis Regresi : Ln Y vs X1; X2; X3; X4; X5 Ln Y = 11,0-0,0117 X1-0,0926 X2-0,0661 X3 + 0,0152 X4-0,00063 X5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 11,040 1,450 7,61 0,000 X1-0, , ,30 0,766 6,4 X2-0, , ,12 0,045 5,7 X3-0, , ,75 0,462 7,3 X4 0, , ,79 0,010 1,5 X5-0, , ,63 0,537 2,7 S = 0, R-Sq = 66,9% R-Sq(adj) = 60,0% PRESS = 17,8405 R-Sq(pred) = 48,28% F = 9,69 d) Regresi kuadratik Y = ,48 X1^2-3,44 X2^2-1,45 X3^2 + 0,162 X4^2-0,00008 X5^2 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,20 0,000 X1^2-0,476 1,871-0,25 0,802 4,5 X2^2-3,438 1,707-2,01 0,055 4,4 X3^2-1,448 5,193-0,28 0,783 5,5 X4^2 0, , ,02 0,054 1,4 X5^2-0, , ,05 0,957 2,5 S = 1902,61 R-Sq = 51,1% R-Sq(adj) = 40,9% PRESS = R-Sq(pred) = 27,99% F = 5,02 Lampiran 4 Pembentukan model hasil reduksi peubah bebas X 1 dan X 3 a) Regresi linier Analisis Regresi : Y vs X2; X4; X5 Y = X2 + 34,7 X4 + 1,08 X5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,40 0,000 X2-285,95 46,90-6,10 0,000 1,1 X4 34,74 11,52 3,01 0,006 1,2 X5 1,081 1,571 0,69 0,497 1,1 S = 1646,57 R-Sq = 60,3% R-Sq(adj) = 55,7% PRESS = R-Sq(pred) = 47,96% F = 13,18 b) Regresi perpangkatan Analisis Regresi : Log Y vs Log X2; Log X4; Log X5 Log Y = 7,61-4,10 Log X2 + 0,811 Log X4 + 0,036 Log X5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 7,613 1,585 4,80 0,000 Log X2-4,0967 0,5282-7,76 0,000 1,1 Log X4 0,8107 0,2473 3,28 0,003 1,2 Log X5 0,0356 0,4710 0,08 0,940 1,1 S = 0, R-Sq = 70,6% R-Sq(adj) = 67,2% PRESS = 2,68979 R-Sq(pred) = 58,66% F = 20,79

79 67 c) Regresi eksponensial Analisis Regresi : Ln Y vs X2; X4; X5 Ln Y = 10,2-0,131 X2 + 0,0129 X4 + 0, X5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 10,2070 0, ,56 0,000 X2-0, , ,79 0,000 1,1 X4 0, , ,72 0,011 1,2 X5 0, , ,13 0,896 1,1 S = 0, R-Sq = 65,4% R-Sq(adj) = 61,5% PRESS = 15,9223 R-Sq(pred) = 53,85% F = 16,41 d) Regresi kuadratik Analisis Regresi : Y versus X2^2; X4^2; X5^2 Y = ,16 X2^2 + 0,144 X4^2 + 0,00040 X5^2 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,65 0,000 X2^2-4,1593 0,8434-4,93 0,000 1,2 X4^2 0, , ,08 0,047 1,1 X5^2 0, , ,39 0,700 1,2 S = 1837,16 R-Sq = 50,6% R-Sq(adj) = 44,9% PRESS = R-Sq(pred) = 35,93% F = 8,88 Lampiran 5 Pembentukan model hasil reduksi peubah bebas X 1, X 3 dan X 5 a) Regresi linier Analisis Regresi : Y vs X2; X4 Y = X2 + 32,2 X4 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,33 0,000 X2-278,41 45,16-6,16 0,000 1,1 X4 32,21 10,81 2,98 0,006 1,1 S = 1630,45 R-Sq = 59,6% R-Sq(adj) = 56,6% PRESS = R-Sq(pred) = 49,45% F = 19,92 b) Regresi perpangkatan Analisis Regresi : Log Y vs Log X2 Log Y = 7,72-4,09 Log X2 + 0,805 Log X4 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 7,7176 0, ,19 0,000 Log X2-4,0919 0,5145-7,95 0,000 1,1 Log X4 0,8053 0,2323 3,47 0,002 1,1 S = 0, R-Sq = 70,6% R-Sq(adj) = 68,4% PRESS = 2,54990 R-Sq(pred) = 60,81% F = 32,37

80 68 c) Regresi eksponensial Analisis Regresi : Ln Y vs X2; X4 Ln Y = 10,3-0,130 X2 + 0,0127 X4 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 10,2663 0, ,35 0,000 X2-0, , ,08 0,000 1,1 X4 0, , ,88 0,008 1,1 S = 0, R-Sq = 65,4% R-Sq(adj) = 62,9% PRESS = 15,1739 R-Sq(pred) = 56,01% F = 25,54 e) Regresi kuadratik Analisis Regresi : Y versus X2^2; X4^2 Y = ,06 X2^2 + 0,137 X4^2 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 7189,7 913,5 7,87 0,000 X2^2-4,0577 0,7895-5,14 0,000 1,1 X4^2 0, , ,09 0,046 1,1 S = 1808,10 R-Sq = 50,3% R-Sq(adj) = 46,6% PRESS = R-Sq(pred) = 37,74% F = 13,67

81 69 Lampiran 6 Foto-foto lokasi penelitian Pembuatan plot six tree sampling Pembuatan koakan Pemungutan getah Kondisi tegakan KU V keatas

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT. SARI BUMI KUSUMA UNIT SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH) IRVAN DALI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bubulan, Dander, Clebung,

Lebih terperinci

Model Penduga Produksi Kopal

Model Penduga Produksi Kopal JMHT Vol. XIII (3): 166-171, Desember 2007 ISSN: 0215-157X Model Penduga Produksi Kopal Prediction Model for Copal Production Wien Setya Budhi Irawan 1, Endang Suhendang 2, dan Juang R. Matangaran 3* 1)

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau Kalimantan Barat MAULIDIAN

Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau Kalimantan Barat MAULIDIAN Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T. et B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas Sanggau Kalimantan Barat MAULIDIAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banyumas Barat (Bagian Hutan Dayeuluhur, Majenang dan Lumbir). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 3.2 Alat dan bahan

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Areal Kerja perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari. 3.2 Alat dan Objek Penelitian Alat yang digunakan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN Struktur vegetasi tumbuhan bawah diukur menggunakan teknik garis berpetak. Garis berpetak tersebut ditempatkan pada setiap umur tegakan jati. Struktur vegetasi yang diukur didasarkan

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Hasil Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di areal tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) tahun tanam 1995 pada petak 48I RPH Hanjawar Timur BKPH

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dibidang kehutanan saat ini terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menjamin kelangsungan tersedianya hasil hutan, demi kepentingan pembangunan industri, perluasan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di PT. Austral Byna, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengolahan data Biomassa Penelitian ini dilakukan di dua bagian hutan yaitu bagian Hutan Balo dan Tuder. Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Sebaran Pohon Contoh Pohon contoh sebanyak 0 pohon dipilih secara purposive, yaitu pohon yang tumbuh normal dan sehat, sehingga dapat memenuhi keterwakilan keadaan pohon

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III MUJI BURRAHMAN

PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III MUJI BURRAHMAN PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III MUJI BURRAHMAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian Pengukuran aliran permukaan, erosi permukaan dan pengambilan data dilakukan pada bulan November 2010 sampai bulan Maret 2011 bertempat di Petak

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PUTRI KOMALASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di petak 209 dan 238 pada RKT 2009 di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor berada pada wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi dan Tangerang dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1) Indonesia menjadi salah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;

Lebih terperinci

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO 1 PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO RESTU GUSTI ATMANDHINI B E 14203057 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGATURAN PEMANFAATAN RUANG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE SEMI-OTOMATIS BERBASIS SIG ISKANDAR KADAMTO

PENGATURAN PEMANFAATAN RUANG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE SEMI-OTOMATIS BERBASIS SIG ISKANDAR KADAMTO PENGATURAN PEMANFAATAN RUANG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE SEMI-OTOMATIS BERBASIS SIG ISKANDAR KADAMTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGATURAN

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN KELAS HUTAN PRODUKTIF TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f.) Pudy Syawaluddin E

EVALUASI PERUBAHAN KELAS HUTAN PRODUKTIF TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f.) Pudy Syawaluddin E EVALUASI PERUBAHAN KELAS HUTAN PRODUKTIF TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f.) (Kasus di Kesatuan Pemangkuan Hutan Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) Pudy Syawaluddin E14101052 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 16 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Materi ( Bahan dan Alat) Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian berupa jenis tumbuhan bawah dan alkohol 70%.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B.

PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B. PENGARUH TINGKAT KERUSAKAN POHON AKIBAT PENYADAPAN TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS DI KPH CIANJUR JAWA BARAT MOHD. ZAINUR RIJAL B. YUSOF DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pesisir utara Kabupaten Brebes, yaitu di kawasan pertambakan Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba. Secara geografis letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pinus merkusii merupakan spesies pinus yang tumbuh secara alami di Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman P. merkusii banyak dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada remnant forest (hutan sisa) Kawasan Konservasi Hutan Duri PT. Caltex Pacifik Indonesia dengan luas 255 hektar di dalam kawasan

Lebih terperinci

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 49 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Data Pohon Contoh Untuk penyusunan tabel volume pohon sebagai alat bantu IHMB di PT. Ratah Timber ini diperlukan data-data dimensi pohon dari setiap pohon contoh

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Statistik Data Plot Contoh Jumlah total plot contoh yang diukur di lapangan dan citra SPOT Pankromatik sebanyak 26 plot contoh. Plot-plot contoh ini kemudian dikelompokkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek lokasi Wiasata Pantai Sereg yang terletak di Kampung Panglayungan, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 hingga Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di daerah Semenanjung Ujung Kulon yaitu Cigenter, Cimayang, Citerjun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat Lampiran 1. Kadar Air Kayu Sebelum Proses Pengawetan Kayu Berat Awal (gram) BKT (gram) Kadar Air (%) 1 185,8 165,2 12,46 2 187,2 166,8 12,23 3 173,4 152,3 13,85 Kadar Air Rata-rata 12,85 Lampiran 2. Kerapatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemilihan Pohon Contoh Pohon contoh yang digunakan dalam penelitian ini jenis keruing (Dipterocarpus spp.). Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive pada RKT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta sumberdaya manusia.das

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN WOLF VON WULFING DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III AULIA LANNI PUTRI E

PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN WOLF VON WULFING DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III AULIA LANNI PUTRI E PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN WOLF VON WULFING DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III AULIA LANNI PUTRI E 14101033 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Jenis Bambang Lanang Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Kayu bawang Studi Pertumbuhan

Lebih terperinci