ANALISIS PERBAIKAN STRUKTUR DERMAGA DENGAN TIANG MIRING DAN BRESING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBAIKAN STRUKTUR DERMAGA DENGAN TIANG MIRING DAN BRESING"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBAIKAN STRUKTUR DERMAGA DENGAN TIANG MIRING DAN BRESING Bonifacius Jovianto,* 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Jawa Barat jovi_pop2@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas tentang kinerja perbaikan dermaga dengan opsi penambahan tiang miring dan bresing dari batang prategang. Struktur dermaga dan perbaikannya dimodelkan sesuai dengan data hasil penyelidikan lapangan dan validasi permodelan tanah berdasarkan simpangan terukur. Penelitian dilakukan dalam dua fase, terdiri dari penyesuaian simpangan struktur model dengan simpangan terukur pada kondisi sesungguhnya untuk mendapatkan konstanta kekakuan pegas tanah sebagai validasi struktur model dengan struktur eksisting pada fase pertama dan permodelan struktur dermaga eksisting dengan penambahan komponen perbaikan untuk mendapatkan efek penambahan komponen perbaikan yang ditinjau dari beberapa parameter pada fase kedua. Variasi model perbaikan terdiri dari inklinasi dan dimensi tiang miring, serta bentuk bresing dan gaya prategang. Parameter desain yang ditinjau berupa karakteristik dinamik struktur dan responnya terhadap beban gravitasi dan lateral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tiang miring dan bresing dalam arah memanjang dermaga lebih efektif untuk memperkecil simpangan struktur. Inklinasi tiang miring merupakan faktor dominan yang mempengaruhi simpangan sedangkan dimensi tiang miring dan gaya prategang mempengaruhi rasio tegangan. Kata Kunci : bresing, dermaga, tiang miring, fluktuasi gaya dalam, konstanta pegas tanah, perilaku struktur, rasio tegangan, simpangan Abstract This study discussed about performance of pier structural reparation by adding batter piles and bracing of prestressed bars. Pier structur and it s repairs was modeled according to the data of field investigation and validation of earth model according to measured displacement. Study was done in two phase, consisted of adjustment of displacement measured in structural model with displacement measured in existing structural in order to get earth spring constant as a validation for structural model with the real structural in first phase and modeling existing pier structural in addition of repair component to measure the effect of additional repair component that will be observed from several parameter in second phase. Variation of repairation model consisted of inclination and dimension of batter pile, bracing shape and it s prestress force. Reviewed design parameter was structural dynamic characteristics and structural response due gravitation and lateral load. Study results showed that addition of batter piles and bracing in the long side of pier was more effective to reduce structural displacement. Inclination of batter piles was significant factor to affect structural displacement, while dimension of batter pile and prestress force affecting stress ratio mostly. Key Words : batter pile, bracing, displacement, earth spring constant, inner force fluctuation, pier, stress ratio, structural behavior

2 Pendahuluan Dalam menunjang fungsinya, pelabuhan harus didesain kuat dan aman sehingga dapat digunakan dalam kondisi layan (servicibility) yang dapat menunjang segala aktivitas manusia dan peralatan di atas pelabuhan. Kondisi layan ini dinilai dari kenyamanan manusia beraktivitas secara normal di atas pelabuhan, tanpa harus khawatir akibat adanya goyangan yang bisa diakibatkan oleh arus, angin dan bertambatnya kapal pada pelabuhan, ataupun lendutan pada struktur akibat pembebanan vertikal. Gaya yang bekerja pada pelabuhan akan ditahan oleh komponen struktural pelabuhan. Komponen struktural utama pelabuhan adalah dermaga yang merupakan komponen utama yang menjadi pusat kegiatan manusia dan bertambatnya kapal yang beraktivitas pada pelabuhan. Dermaga dalam menjalankan fungsinya, memiliki komponen struktural balok, pelat, dan pondasi, yang dibantu dengan fasilitas pendukung lainnya seperti mooring dolphin dan fender. Keseluruhan komponen harus didesain agar tidak gagal secara struktural. Dalam kasus dermaga pada sungai Siak di Riau, dermaga didesain secara fungsional sebagai dermaga minyak yang dapat menjadi tempat bertambat kapal tanker minyak 3,500 DWT. Namun, pada masa serah terima sebelum dermaga difungsikan, dermaga sudah mengalami gangguan dalam kondisi layan. Mooring Dolphin yang terhubung dengan dermaga mengalami pergoyangan sejauh 9 cm ketika menerima gelombang air sungai yang disebabkan oleh Speedboat yang melewati sungai Siak. Maka, diperlukan analisis perbaikan struktur dermaga untuk melakukan perkuatan dermaga untuk dapat menjalankan fungsinya. Tinjauan Teoritis Suatu struktur dermaga didesain untuk dapat berperilaku baik dalam kondisi dibebani beban lateral berupa gaya gempa, gaya sandar dan gaya tambat yang ditimbulkan oleh kapal, arus, dan angin serta gaya gelombang yang menerpa struktur dermaga. a. Gaya yang membebani struktur dermaga Gaya Sandar Kapal Pada saat kapal datang merapat pada dermaga dengan kecepatan tertentu maka akan terjadi gaya kontak antara kapal dan dermaga yang disebut dengan gaya sandar (berthing forces)...(1) E = energi benturan (ton meter)

3 V = komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada saat membentur dermaga (m/detik) W = displacement (berat) kapal g = percepatan gravitasi (m/detik2) Cm = koefisien massa Ce = koefisien eksentrisitas Cs = koefisien kekerasan (diambil 1) Cc = koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1) r = jari jari putaran disekeliling pusat berat kapal pada permukaan air (m) dengan titik kontak antara kapal dengan struktur yang ditumbuk dapat dihitung dengan rumus : Dermaga : l = ¼ Loa (m) Dolphin : l = 1/6 Loa (m)... (2)... (3) Cb = koefisien blok kapal d = draft kapal (m) B = lebar kapal (m) Lpp = panjang garis air (m) γo = berat jenis air laut (ton/m3) Panjang garis air (Lpp) dapat dihitung dengan rumus : Sementara itu... (4) l = jarak sepanjang permukaan air dari pusat berat kapal sampa titik sandar kapal (m) Gambar 1 Jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal (Bambang Triatmodjo, 2009) Gaya Tambat Kapal Kapal yang bertambat sementara diikatkan kepada alat penambat (bollard) menimbulkan gaya tarik pada dermaga yang ditimbulkan oleh angin dan arus 1. Gaya Tambat Akibat Angin...(5) Qa : tekanan angina (N/m2) : luas bidang kapal yang diterpa angina (m2) 2. Gaya Tambat Akibat Arus ( )... (6)

4 : nilai koefisien tekanan arus : berat jenis air laut (N/m3) : luas bidang kapal yang terkena dampak arus (m2) : kecepatan arus air (m/detik) 3. Gaya gelombang yang dibangkitkan kapal ( )... (7) H0 : tinggi gelombang karakteristik yang dihasilkan oleh kapal yang bergerak. Dapat berarti tinggi gelombang yang diobservasi pada jarak 100 meter dari garis arah layar kapal dalam kondisi terisi penuh. Ls : panjang kapal (Lpp) (meter) VK : kecepatan kapal dengan muatan penuh (knot) EHPW : energi pembangkit gelombang (W) Energi pembangkit gelombang dapat ditentukan dengan formulasi sebagai berikut :... (8) Dengan,... (9)... (10) S =2.5 Ls CF =0.075logV0Lsv-22 SHPm : continuous maximum shaft power (W) ñ : densitas air (kg/m 3 ) CF : koefisien friksi V0 : kecepatan kapal dengan muatan penuh (m/s); V0=0.514Vk v : koefisien kinematis dari viskositas air (v= m2/s : volume dalam air dari bagian kapal dengan muatan penuh (m 3 ) Formulasi beban gelombang yang menerpa bidang adalah sebagai berikut : o o... (11) : tekanangelombang pada permukaan air (kn/m 2 ) : massa jenis air (ton/m 3 ) : sudut antra garis normal dan bidang yang diterpa gelombang :faktor modifikasi tekanan gelombang (nilai standar yang digunakan adalah 1.0) : kedalaman air tepat di depan bidang yang diterpa gelombang (m) : kedalaman air dengan acuan bagian bawah dari bidang yang diterpa gelombang : panjang gelombang saat kedalaman h (m)

5 { } { } b. Daya Dukung Tiang Dalam melakukan analisis perbaikan struktur dermaga, perlu untuk mengetahui daya dukung eksisting komponen struktur dermaga, salah satu nya adalah tiang pondasi. Daya dukung meliputi daya dukung aksial untuk menahan beban vertikal dan daya dukung terhadap gaya lateral untuk menahan beban horisontal. Daya Dukung Ijin Lateral Tiang Untuk mengetahui daya dukung lateral tiang, maka dilakukan dengan pendekatan subgrade reaction. Nilai modulus subgrade reaction (kh), dapat ditentukan berdasarkan hasil pengujian N- SPT di lapangan. Dengan mengetahui nilai kh, maka dapat ditentukan kekakuan pegas (ks) dengan persamaan : ks=khxa... (12) ks= kekakuan pegas (kn/m) kh=modulus subgrade reaction (kn/m 3 ) A = luas permukaan tiang yang terkena tanah (m 2 ) Gambar 5 Nilai kh Berdasarkan Yokohama (Steel Sheet Piling Design Manual) Inklinasi pemasangan tiang miring Pemasangan tiang miring dipengaruhi oleh kemampuan mesin dan peralatan yang dimiliki. Semakin landai sudut inklinasi pemasangan tiang miring akan memerlukan peralatan yang lebih canggih dikarenakan kesulitan dalam melakukan pemasangan tersebut. Untuk batas efektif pemasangan tiang miring pada kondisi yang ada dapat dilihat dari

6 Tabel 2 Batas Efektif Pemasangan Tiang miring Akhir Bentang dan Abutmen 1:06 Pier Tanpa Benturan Kapal 1:12 Bentang Menengah 1:06 Pier Terkena Benturan Kapal 1:04 c. Bresing pada tiang dermaga Bresing merupakan secondary member pada struktur yang memiliki fungsi utama sebagai pengaku pada elemen struktur yang memiliki kecenderungan untuk mengalami buckling. Selain itu, bresing juga digunakan untuk memberikan kekakuan pada struktur sehingga nantinya karakteristik struktur setelah diberi beban sesuai dengan kriteria desain. Pada umumnya, bresing digunakan pada struktur yang mengalami gaya lateral dari angin, gempa, dan beban hidup. Pada praktiknya, terdapat berbagai jenis pola bresing pada struktur tergantung kebutuhan dan peruntukannya. Gambar 6 Jenis bresing Metode Penelitian Dalam penelitian ini, permodelan struktur disesuaikan dengan permodelan struktur dermaga terminal buatan di Siak, Riau. Data yang didapat berupa hasil penyelidikan lapangan yang sudah divalidasi sesuai dengan kondisi struktur asli. Data tersebut berupa gambar kerja yang akan dilampirkan pada bagian akhir penelitian ini, data borehole logs pada 1 titik yang akan diberikan dalam bentuk olahan nilai konstanta kekakuan tanah, data pasang surut selama 15 hari penyelidikan lapangan yang akan diberikan dalam perhitungan beban gelombang, dan data hasil penyelidikan lapangan mengenai gangguan berupa simpangan relatif sebesar 9 cm antara dermaga dengan mooring dolphin yang diakibatkan oleh gelombang yang dibangkitkan speedboat berkecepatan 20knot yang melaju sejajar dengan sisi panjang dermaga. Properti dan konfigurasi struktur asli terhadap desain rencana sudah divalidasi dengan pengukuran dan ujicoba di lapangan untuk komponen balok dan pelat dan tiang pancang, tetapi belum dilakukan untuk konfigurasi dan kedalaman pemasangan tiang pancang dikarenakan kedalaman arus sungai dan kondisi air sungai yang deras tidak memungkinkan dilakukan penyelidikan. Maka untuk melengkapi data tersebut, dilakukan perhitungan nilai kekakuan pegas tanah setempat yang akan divalidasi

7 dengan kasus simpangan relatif yang terjadi pada struktur asli. Dengan mengetahui nilai gaya gelombang yang ditimbulkan speedboat dan nilai simpangan relatif yang dihasilkan berdasarkan hasil penyelidikan, maka akan didapat kekakuan struktur dan tanah secara keseluruhan. Hal ini akan dibahas dalam penelitian fase 1. Fase 2 penelitian akan difokuskan untuk membahas perbaikan yang akan dilakukan untuk struktur dermaga agar struktur dermaga mampu digunakan dalam kondisi layan dan mampu menahan pembebanan ultimat. a. Analisis dan Evaluasi Struktur Eksisting Modelisasi Struktur Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka modelisasi struktur akan dilakukan untuk dermaga dan mooring dolphin Modelisasi struktur dilakukan mengikuti model asli dermaga terminal buatan. Berikut sketsa konfigurasi struktur dermaga asli, dermaga dengan trestle. Oleh sebab itu, permodelan dermaga akan dilakukan hanya dengan memodelkan dermaga tanpa trestle. Mooring dolphin yang dimodelkan adalah 2 mooring dolphin yang sejajar dengan dermaga. Modelisasi struktur yang dilakukan dalam analisis adalah sebagai berikut : 1. Pelat : Beton fc 37 MPa, tebal 300 mm,penulangan memanjang D Balok : Beton fc 37 MPa, 700x500 mm, penulangan D13 3. Pile Cap : 800x800x800 mm untuk tiang tegak, 1600x800x800 mm untuk tiang miring 4. PC Spun Pile : 400mm, kedalaman 40m. 5. Struktur pendukung berupa mooring dolphin 4000x3000 mm, didukung dengan 9 PC Spun pile. Gambar 7 Konfigurasi Denah Dermaga Siak Terdapat dilatasi di antara trestle dengan dermaga (lingkaran biru), sehingga tidak ada hubungan kekakuan antara Gambar 8 Permodelan Struktur Dermaga

8 Beam : 3,7 m Kecepatan rata-rata : 20 knot = 10,28 m/s Kecepatan saat terisi penuh : 5,1 m/s Berdasarkan data tersebut dapat dihitung tekanan gelombang yang menerpa bidang Gambar 9 Permodelan Struktur Mooring Dolphin Modelisasi Kekakuan Pegas Tanah Permodelan tiang pondasi diberikan pegas constant dimulai dari kedalaman tanah yang tercatat pada masing-masing titik pondasi dan dilakukan dengan penambahan kedalaman 1 m. Tabel 3 Properti Pegas Constant Tanah untuk Tiang Modelisasi Pembebanan terhadap dermaga Pembebanan fase 1 berasal dari gelombang yang dibangkitkan oleh kapal. Nama Kapal : Legacy 34 Sedan Kapasitas Mesin : Watt ( ) Draft : 1,0638 m 8,1 kn/m 2 Dalam keadaan nyata di lapangan, gelombang tersebut tidak mengenai tiang pondasi melainkan dinding beton penahan gelombang dengan tinggi 2.5m dari elevasi pelat dermaga. Hasil penyelidikan simpangan didapat pada tanggal 15 Oktober 2009 sekitar jam , dengan ketinggian muka air berada pada elevasi -1m dari pelat lantai dermaga. Maka, bagian dinding penahan yang terkena gelombang adalah sedalam 1.5m. Dalam permodelan, dinding penahan tersebut tidak dimodelkan, sehingga letak beban dipindahkan ke frame balok dengan elevasi setara dengan pelat lantai dermaga. Akibat pemindahan beban garis tersebut, maka ditimbulkan momen terhadap sumbu x sebesar M = p x (elevasi muka air + titik pusat beban garis dari elevasi muka air) = 12,11 kn/m x 1.75 m = knm/m b. Analisis dan Evaluasi Perkuatan Struktur

9 Pada fase 2, struktur ditinjau dengan pembebanan standar yang diperhitungkan terhadap permodelan struktur kondisi eksisting dengan modifikasi sesuai dengan hasil analisis fase 1. Modelisasi Struktur Perbaikan 1. Tiang Miring Dalam permodelan komponen perbaikan struktur, tiang miring divariasikan dari segi dimensi dan konfigurasi pemasangan. Tiang miring yang digunakan memiliki properti sebagai berikut Material : BajaA36 Penampang : Hollow Pipe Variasi Dimensi : 1) diameter luar 610 mm, tebal dinding 16 mm 2) diameter luar 610 mm, tebal dinding 12.5 mm 3) diameter luar 500 mm, tebal dinding 14.2 mm 4) diameter luar 500 mm, tebal dinding 12.5 mm Variasi Inklinasi : 1 : 12, 1 : 10, 1 : Bresing Permodelan bresing divariasikan dari segi bentuk dan prestress. Properti yang digunakan adalah sebagai berikut Material : PrestressBar, Fu= 1030 MPa Penampang : Bar Dimensi : D40 Variasi Prestress : 30% dan 40% Variasi Bentuk : Bresing Silang (X), Bresing Tunggal Diagonal (/) Khusus untuk permodelan bresing diperlukan penambahan komponen baja lain untuk menyokong bresing. Profil dipilih berdasarkan pada kemampuan profil untuk menahan tegangan awal akibat prestress dan tidak runtuh ketika struktur dermaga dibebani dalam kondisi ultimate. Material : Baja A36, Fy= 240MPa Penampang : WF 350x350 Gambar 12 Konfigurasi Pemasangan Komponen Struktur Perbaikan

10 Tabel 4 Variasi Pemasangan Komponen Perbaikan Tiang Miring dan Bresing Modelisasi Pembebanan Pembebanan pada dermaga sesuai dengan standar yang tersusun dari bermacam kombinasi.kombinasi pembebanan pada struktur dermaga menurut daya layan Komb 1: Beban mati + benturan kapal + tekan arus + angin Komb 2: Beban mati + tarik bollard Komb 3:Beban mati + beban hidup + tarik bollard Komb 4:Beban gempa searah memanjang dermaga Komb 5: Beban gempa searah melintang dermaga Kombinasi pembebanan pada struktur dermaga menurut daya dukung ultimate Komb 1 : 1.2 Beban mati benturan kapal tekan arus angin Komb 2 : 1.2 Beban mati tarik bollard Komb 3 : 1.2 Beban mati beban hidup tarik bollard Komb 4 : ( Sds) Beban mati + 1 Beban Gempa I, searah memanjang dermaga Komb 5 :( Sds) Beban mati + 1 beban gempa II, searah melintang dermaga Komb 6 :( Sds) Beban mati ± 1 beban gempa I ± 0.3 beban Gempa II Komb 7: ( Sds) Beban mati ± 0.3 beban gempa I ± 1 beban Gempa II 1. Beban Mati 2. Beban Hidup LL = 500 kg/m2 3. Gaya Sandar Kapal 4. Gaya Tambat Kapal 5. Gaya Tambat Kapal 6. Gaya Gempa Perhitungan gaya gempa pada dermaga didasarkan pada SNI Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Gaya geser statik dapat dihitung menggunakan rumus... (14)

11 C 1 : Faktor respons gempa dari spektrum respons gempa rencana untuk waktu getar alami pertama T 1 I : Faktor keutamaan gedung R : faktor reduksi gempa W t : berat gedung Data Awal perhitungan gaya gempa Gaya Geser dinamik dihitung menggunakan metode spektrum desain berdasarkan data awal gempa. 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 Grafik Respon Spektrum Gambar 13 Respons Spektrum Tabel 5 Periode Getar dan Faktor Skala Beban Gempa Spektrum Desain Struktur dengan Permodelan SAP SDS Cs Cs Limit 7. Gaya Prestress Prestress Bar 30% prestressing Tegangan (σ) = 0.3 * 1030 = 309 MPa Regangan (ε) = σ/e = 309/ = mm Koefisien muai panjang Baja = 1.170E-05 mm/ C Beban temperature = ε/koef muai = 132 C Prestress Bar 40% prestressing Tegangan (σ) = 0.4 * 1030 = 412 MPa Regangan (ε) = σ/e = 412/ = mm Koefisien muai panjang Baja = 1.170E-05 mm/ C Beban temperature = ε/koef muai = 176 C

12 Hasil Penelitian a. Analisis dan Evaluasi Struktur Eksisting Tabel 6 Hasil Iterasi dengan SAP b. Analisis dan Evaluasi Perkuatan Struktur Simpangan yang ditinjau merupakan simpangan pada titik pusat massa dermaga. Gambar 14 Fluktuasi Gaya Dalam Aksial Komponen Struktur Eksisting Dermaga Tabel 7 Simpangan Struktur Dermaga hasil permodelan dengan SAP Gambar 15 Fluktuasi Gaya Dalam Momen Komponen Struktur Eksisting Dermaga Tabel 8 Rasio Tegangan Komponen Struktur Perbaikan Hasil Permodelan SAP Gaya Dalam yang ditinjau adalah gaya dalam pada struktur komponen tiang tegak dan tiang miring pada struktur eksisting.

13 Pembahasan a. Analisis dan Evaluasi Struktur Eksisting Dari hasil iterasi, didapat nilai faktor kekakuan pegas sebesar 0.05<1, yang menyatakan bahwa terjadi ketidaksesuaian dengan indikasi terjadi pengecilan kekakuan struktur sesungguhnya dari perencanaan. Faktor pengecilan ini dihubungkan dengan pendekatan pengambilan nilai kekakuan pegas tanah yang berasal dari nilai kh yang didapat dari grafik, dengan kisaran variasi nilai yang cukup besar berdasarkan kerapatan tanah. Namun, jauhnya perbandingan antara kekakuan pegas tanah kondisi eksisting dengan pendekatan kekakuan pegas tanah hasil uji boring log, dipengaruhi oleh tidak samanya properti dan konfigurasi struktur kondisi eksisting dengan perencanaan, sambungan struktur yang tidak diperhitungkan dengan baik, ataupun ketidaksempurnaan proses konstruksi. Konstanta kekakuan pegas tanah ini merupakan validasi permodelan kekakuan tanah sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan b. Analisis dan Evaluasi Perkuatan Struktur Simpangan Struktur Nilai simpangan izin antar tingkat diambil dari SNI Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Struktur dermaga termasuk ke dalam semua struktur lainnya, dan untuk struktur dermaga ini termasuk ke dalam kategori desain bangunan B, sehingga tidak perlu membagi nilai simpangan antar lantai izin dengan nilai redundansi. Simpangan antar lantai izin = 0.02 x hsx Hsx = 13 m (diambil berdasarkan elevasi permukaan tanah di bawah dermaga) Simpangan antar lantai izin = 0.02 x 13m = 0.26 m (untuk kondisi daya dukung ultimat Simpangan antar lantai izin (menurut kondisi daya layan = 0.26 m /Cd = 0.26/2 = 0.13 m Hasil penelitian menunjukan bahwa perkuatan menggunakan tiang miring dan bresing mengurangi nilai simpangan yang cukup signifikan terutama pada arah panjang dermaga. Dermaga mampu berperilaku dengan baik dalam kondisi dibebani oleh gaya sandar dan tambat oleh kapal, angin, dan arus. Namun, simpangan akibat beban gempa pada arah panjang dermaga masih melebihi simpangan ijin. Maka diperlukan perkuatan yang lebih untuk dapat mengurangi nilai simpangan untuk mencapai nilai di bawah simpangan izin.

14 Tabel 9 Efektivitas Perubahan Variasi Perbaikan Terhadap Simpangan Simpangan U1 Simpangan U2 Variasi % % Inklinasi (-1.22%) % (-1.59%) 3.36% Dimensi (-0.78%) % (-1%) % Prestress (-0.01%) - 0% (-0.17%) - 0% Bentuk (-0.13) (-0.12)% (-1%)- (-0.25%) Berdasarkan data nilai simpangan dermaga, dapat ditinjau pengaruh variasi komponen perbaikan terhadap nilai yang melebihi batas kemampuannya. Oleh sebab itu bisa dilakukan penggunaan baja mutu tinggi untuk meningkatan kapasitas tiang miring. Berdasarkan data nilai rasio tegangan, dapat ditinjau pengaruh variasi komponen perbaikan terhadap nilai rasio tegangan yang dimiliki. Tabel 10 Efektivitas Perubahan Variasi Perbaikan Terhadap rasio tegangan simpangan yang dihasilkan. Fluktuasi Gaya Dalam Komponen Struktur Eksisting Terjadi distribusi gaya dalam dari komponen struktur eksisting kepada komponen struktur perbaikan sehingga terjadi penurunan gaya dalam pada komponen struktur eksisting. Terjadi penurunan gaya dalam momen pada komponen struktur eksisting, tetapi terjadi kenaikan gaya dalam aksial pada tiang tegak komponen struktur eksisting. Hal ini disebabkan oleh beban prestress yang digunakan pada bresing yang dipasang pada tiang tegak. Rasio Tegangan Komponen struktur perbaikan Penambahan komponen perbaikan menyebabkan penyebaran gaya dalam dari komponen eksisting kepada komponen perbaikan. Berdasarkan hasil penelitian, komponen perbaikan mampu menahan tegangan yang terjadi, kecuali komponen tiang miring pada sisi panjang dermaga Kesimpulan Perbaikan struktur dengan menggunakan tiang miring dan bresing dapat memperbaiki perilaku struktur yang ditinjau berdasarkan parameter periode getar dan mode getar struktur, simpangan struktur, fluktuasi gaya dalam komponen struktur eksisting, dan rasio tegangan komponen struktur perbaikan. Hasil penelitian menunjukan, Nilai konstanta pegas tanah yang didapat sebesar 0.05 hasil permodelan pada fase 1 sebagai validasi model dengan struktur asli. Perbaikan optimum terjadi dengan penambahan komponen perbaikan struktur pada sisi panjang dan sisi lebar dermaga. Nilai simpanan akibat angin, arus, dan kapal untuk struktur dermaga dengan perbaikan memenuhi batas simpangan izin, tetapi belum

15 memenuhi untuk simpangan pada arah panjang dermaga akibat gempa. Perbaikan pada sisi panjang dermaga lebih efektif untuk struktur dermaga pada penelitian ini. Efektivitas perbaikan dermaga sebesar ± 67.42% terhadap simpangan arah panjang dermaga dan ±5.87 % arah lebar dermaga. Komponen perbaikan tiang miring lebih efektif dibandingkan dengan komponen perbaikan bresing. Tiang miring mampu meningkatkan kekakuan struktur secara signifikan dan mengurangi periode struktur secara efektif. Tiang miring mampu menyerap gaya dalam aksial, geser, dan momen dari struktur eksisting yang berasal dari gaya gempa. Perbaikan struktur mengakibatkan perubahan fluktuasi gaya dalam pada komponen struktur. Diperlukan perbaikan tambahan pada komponen struktur yang berada pada sudut luar untuk mengatasi pemusatan penyebaran gaya dalam. Efektivitas kinerja komponen perbaikan untuk menurunkan simpangan dan meningkatkan kekakuan struktur dipengaruhi secara dominan oleh faktor inklinasi tiang miring. Secara rata-rata efektivitas variasi inklinasi tiang miring pada sisi lebar dermaga berkisar -1.23% hingga 0.95% terhadap simpangan sisi panjang dermaga dan % hingga 3.36 % terhadap sisi lebar dermaga. Nilai rasio tegangan komponen struktur perbaikan dipengaruhi secara dominan oleh faktor dimensi penampang tiang miring dan gaya prategang bresing. Secara rata-rata efektivitas variasi dimensi penampang tiang miring berkisar (-2.84%) hingga 2.07% terhadap rasio tegangan tiang miring pada sisi panjang dan (11.04%) hingga % terhadap rasio tegangan tiang miring sisi lebar. Efektivitas variasi gaya prategang bresing berkisar 19.3% hingga 25.58% terhadap rasio tegangan bresing pada sisi lebar dermaga. Saran Penelitian ini dapat dikembangkan lebih luas dan dianalisa lebih dalam dengan menggunakan aspek yang berada di luar batas penelitian. Hal tersebut antara lain, Opsi perbaikan bresing bisa menggunakan profil baja umum seperti WF Opsi pebaikan tiang miring bisa dilakukan dengan konfigurasi yang berbeda, seperti pemasangan dalam 2 baris pada sisi panjang atau lebar dermaga

16 Variasi perbaikan dermaga dapat dilakukan terhadap komponen perbaikan pada sisi panjang dermaga. Daftar Referensi Atkinson, P. J. (n.d.). Soil Shear Capacity Based on Part of the GeotechniCAL Reference Package. Retrieved from ; Steel Sheet Piling Design Manual. (n.d.). Triatmodjo, Bambang. (2009). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta. The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan. (2002). Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Japan: Daikousha Printing Co., Ltd. Departemen Pekerjaan Umum. (2013). Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Japanese Unified Soil Classification System. (n.d.). Port Technology Group ASEAN-Japan Transport Partnership. (n.d.). Guidelines on Strategic Maintenance for Port Structures. Sorum, A. (2006). Northern Harbors & Small Ports Operation and Maintenance. Fairbanks, Alaska: Alaska Sea Grant College Program University of Alaska Fairbanks. Standar Nasional Indonesia. (1989). Standar Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI ). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia. (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Analisis Perbaikan Struktur Dermaga dengan Bresing

Analisis Perbaikan Struktur Dermaga dengan Bresing Analisis Perbaikan Struktur Dermaga dengan Bresing Aldy Gustinara 1 1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: aldy.gustinara@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat PROYEK AKHIR Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat menampung kapal tongkang pengangkut batubara

Lebih terperinci

Perancangan Dermaga Pelabuhan

Perancangan Dermaga Pelabuhan Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Asumsi dan Batasan Seperti yang telah disebutkan pada bab awal tentang tujuan penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 225 BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan tata

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 INPUT DATA Dalam menganalisa pemodelan struktur mooring dolphin untuk kapal CPO 30,000 DWT dengan studi kasus pelabuhan Teluk Bayur digunakan bantuan program SAP000.

Lebih terperinci

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Julfikhsan Ahmad Mukhti Program Studi Sarjana Teknik Kelautan ITB, FTSL, ITB julfikhsan.am@gmail.com Kata

Lebih terperinci

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA

TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA Perhitungan tiang pancang dermaga & trestle: Dimensi tiang pancang Berdasarkan dari Technical Spesification of Spiral Welded Pipe, Perusahaan Dagang dan Industri PT. Radjin,

Lebih terperinci

KAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE

KAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE KAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE Arya Anandika 1 dan Andojo Wurjanto 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR Faris Muhammad Abdurrahim 1 Pembimbing : Andojo Wurjanto, Ph.D 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan 213 BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Baja Dermaga Batu Bara Meulaboh Aceh Barat provinsi DI Aceh, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK DESAIN STRUKTUR JETTY DI PELABUHAN PENAJAM PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Gemma Duke Satrio NRP: 1021018 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang memiliki

Lebih terperinci

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane. Bab 4 Analisa Beban Pada Dermaga BAB 4 ANALISA BEBAN PADA DERMAGA 4.1. Dasar Teori Pembebanan Dermaga yang telah direncanakan bentuk dan jenisnya, harus ditentukan disain detailnya yang direncanakan dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT

Lebih terperinci

Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut:

Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut: Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut: Gambar 5.34a Pemodelan Beban Pelat pada SAP 2000 untuk pengecekan balok Namun untuk mendapatkan gaya aksial pada tiang dan pile cap serta untuk

Lebih terperinci

Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000

Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000 Beban Gelombang Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000 Beban Gelombang pada Tiang Telah dihitung sebelumnya, besar beban ini adalah 1,4 ton dan terdistribusi dengan bentuk segitiga dari seabed

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL Oleh : Fajar Nugroho Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Padang fajar_nugroho17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

2.1.2 American Association ofstate Highway and Transportation 7

2.1.2 American Association ofstate Highway and Transportation 7 DAFTAR ISI Lembar Judul I Lembar Pengesahan Motto Kata Pengantar Daftar Isi iii Iv vi DaftarTabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Notasi xiii xv xvi BAB IPENDAHULUAN l.llatarbelakang BAB 1.2 Tujuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA Oleh: Agus 1), Syafril 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu Malvin Hariyanto Kurniawan Program Studi Sarjana Teknik Kelautan, FTSL, ITB malvin1341991@yahoo.com Kata Kunci: Desain, Dermaga, Curah Cair, Dolphin

Lebih terperinci

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit C588 Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit Yhona Yuliana, Data Iranata, dan Endah Wahyuni Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Disampaikan Oleh : Habiby Zainul Muttaqin 3110100142 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Iriani W, M.Sc Ir. Fuddoly,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN LOKASI STUDI PERUMUSAN MASALAH Diperlukannya dermaga umum Makasar untuk memperlancar jalur transportasi laut antar pulau Diperlukannya dermga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... I-1 1.2. Permasalahan... I-2 1.3. Maksud dan tujuan... I-2 1.4. Lokasi studi... I-2 1.5. Sistematika penulisan... I-4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN JETTY. 4.1 Layout gambar rencana terhadap gambar existing

BAB IV PERANCANGAN JETTY. 4.1 Layout gambar rencana terhadap gambar existing BAB IV PERANCANGAN JETTY 4.1 Layout gambar rencana terhadap gambar existing Gambar 4.1 Layout Rencana 4.2 Data Laut Kondisi Pasang Surut Kondisi pasang surut diambil berdasarkan data survey HWS MSL LWS

Lebih terperinci

Evaluasi Struktur Atas Dermaga DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata Cara Perencanaan Pelabuhan Tahun 2015

Evaluasi Struktur Atas Dermaga DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata Cara Perencanaan Pelabuhan Tahun 2015 Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2016 Evaluasi Struktur Atas Dermaga 1.000 DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

ANALISIS DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA TIPE WHARF DI PPI TEMKUNA NTT AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT ABSTRAK

ANALISIS DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA TIPE WHARF DI PPI TEMKUNA NTT AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT ABSTRAK ANALISIS DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA TIPE WHARF DI PPI TEMKUNA NTT AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT Adhytia Pratama 0721020 Pembimbing : Olga Pattipawaej, Ph.D ABSTRAK Moda transportasi laut memegang peranan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Metode Analisis Gaya Gempa Gaya gempa pada struktur merupakan gaya yang disebabkan oleh pergerakan tanah yang memiliki percepatan. Gerakan tanah tersebut merambat dari pusat

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Tanah Grogot berada di Kabupaten Grogot Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot dilaksanakan pada tahun 1992 kemudian dikembangkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS DERMAGA DAN TRESTLE PELABUHAN TANAH GROGOT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

ANALISIS DERMAGA DAN TRESTLE PELABUHAN TANAH GROGOT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK ANALISIS DERMAGA DAN TRESTLE PELABUHAN TANAH GROGOT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Irvan Ardianto NRP: 1021027 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Pelabuhan Tanah Grogot berada di Kabupaten

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI

BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI BAB IV ALTERNATIF DESAIN DAN ANALISIS PERKUATAN FONDASI 4.1 ALTERNATIF PERKUATAN FONDASI CAISSON Dari hasil bab sebelumnya, didapatkan kondisi tiang-tiang sekunder dari secant pile yang membentuk fondasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG (Structure Design of DKK Semarang Building) Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

Bab 6 DESAIN PENULANGAN Bab 6 DESAIN PENULANGAN Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan 6.1 Teori Dasar Perhitungan Kapasitas Lentur

Lebih terperinci

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal 30.000 DWT di Wilayah Pengembangan PT Eka Prasetyaningtyas, Cahya Buana,Fuddoly, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK OLEH : FIRENDRA HARI WIARTA 3111 040 507 DOSEN PEMBIMBING : Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO, MS JURUSAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Tahap Sarjana pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik Penelitian mengenai sistem rangka bracing tipe v terbalik sudah pernah dilakukan oleh Fauzi (2015) mengenai perencanaan ulang menggunakan

Lebih terperinci

Berat sendiri balok. Total beban mati (DL) Total beban hidup (LL) Beban Ultimate. Tinjau freebody diagram berikut ini

Berat sendiri balok. Total beban mati (DL) Total beban hidup (LL) Beban Ultimate. Tinjau freebody diagram berikut ini Berat sendiri balok. q = γ b h balok beton 3 qbalok 2,4 ton / m 0,6 m 0,6 m q balok = = 0,864 ton / m Total beban mati (DL) DL = q + q + q balok pelat pilecap DL = 0,864 ton/ m + 1,632 ton / m + 6,936

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM Tahap awal adalah pemodelan struktur berupa desain awal model, yaitu menentukan denah struktur. Kemudian menentukan dimensi-dimensi elemen struktur yaitu balok, kolom dan dinding

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 5 Pemodelan SAP Bab 5 Pemodelan SAP Perancangan Dermaga dan Trestle

Lebih terperinci

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis Menghitung As perlu Dari perhitungan didapat nilai ρ = ρ min As = ρ b d perlu As = 0,0033x1700 x1625 perlu Asperlu = 9116, 25mm 2 Menghitung jumlah tulangan yang diperlukan Coba D25 sehingga As perlu 9116,

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI

ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER DI TELUK BINTUNI ZULKIFLI NUR KURNIAWAN 1 PEMBIMBING : MUSLIM MUIN, Ph.D 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal 30.000 DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik Eka Prasetyaningtyas 3109100074 Ir. Fuddoly M.Sc & Cahya Buana, ST, MT BAB I PENDAHULUAN KONDISI EKSISITING

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari kebutuhan akan sarana tempat tinggal, gedung perkantoran ataupun pusat hiburan yang dapat

Lebih terperinci

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Pertemuan 13, 14 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR DERMAGA CURAH CAIR CPO PELINDO 1 DI PELABUHAN KUALA TANJUNG, MEDAN, SUMATERA UTARA

DESAIN STRUKTUR DERMAGA CURAH CAIR CPO PELINDO 1 DI PELABUHAN KUALA TANJUNG, MEDAN, SUMATERA UTARA DESAIN STRUKTUR DERMAGA CURAH CAIR CPO PELINDO 1 DI PELABUHAN KUALA TANJUNG, MEDAN, SUMATERA UTARA Rida Desyani Program Studi Sarjana Teknik Kelautan FTSL, ITB ri_desyani@yahoo.com Kata Kunci : Dermaga,

Lebih terperinci

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga pemanfaatannya LNG belum optimal khususnya di daerah

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V Julita Andrini Repadi 1, Jati Sunaryati 2, dan Rendy Thamrin 3 ABSTRAK Pada studi ini

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C Cc Cd = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom (mm²) = Luas bruto

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 6 BAB II 2.1 Tinjauan Umum Pada bab ini dibahas mengenai gambaran perencanaan dan perhitungan yang akan dipakai pada perencanaan pelabuhan ikan di Kendal. Pada perencanaan tersebut digunakan beberapa metode

Lebih terperinci

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG Oleh: Fajar Nugroho Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Umum 3.1.1 Komposisi Bangunan Pada skripsi kali ini perencanaan struktur bangunan ditujukan untuk menggunakan analisa statik ekuivalen, untuk itu komposisi bangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Mulai Studi Literatur Konstruksi Baja Untuk Struktur Atas bangunan Spesifikasi Bangunan - Pembebanan - Data-data fisik - Data-data struktur Konfigurasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING : PERENCANAAN MODIFIKASI STADION KOLAM RENANG KOTA PASURUAN DENGAN MENGGUNAKAN SPACE FRAME DAN BETON PRACETAK MAHASISWA : TONNY RIZKYA NUR S (3106 100 067) DOSEN PEMBIMBING : Ir. DJOKO IRAWAN, MS. LATAR

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN (1) Maria Elizabeth, (2) Bambang Wuritno, (3) Agus Bambang Siswanto (1) Mahasiswa Teknik Sipil, (2)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Suatu struktur bangunan yang direncanakan harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sistem struktur penahan gempa yang menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah berhenti dan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai

Lebih terperinci

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PERBANDINGAN ANALISA STRUKTUR MODEL PORTAL OPEN FRAME, BRESING DAN DINDING GESER PADA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TERHADAP BEBAN GEMPA Agus*, Reynold Gushendra ** * Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH BINA BANGSA JALAN JANGLI BOULEVARD SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH BINA BANGSA JALAN JANGLI BOULEVARD SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH BINA BANGSA JALAN JANGLI BOULEVARD SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA

PERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA PERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA (Studi Kasus : Dermaga Penyebrangan Mukomuko, Bengkulu) oleh : Muhamad Ramadhan Y 1, Hikmad Lukman 2, Wagisam 3 Abstrak Mooring dolphin adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450 PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI 03-1726-2002 DAN FEMA 450 Calvein Haryanto NRP : 0621054 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap.

Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap. Perhitungan momen pada pile cap tunggal juga dilakukan secara manual sebagai berikut: Perhitungan beban mati : Berat sendiri pilecap. q = γ b h pilecap beton 3 qpilecap 2,4 ton / m 1,7m 1,7m q pilecap

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci