umum, lingkup penelitian yang didesain dalam tesis ini ditunjukkan seperti diagram pada Gambar-3.1.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "umum, lingkup penelitian yang didesain dalam tesis ini ditunjukkan seperti diagram pada Gambar-3.1."

Transkripsi

1 BAB-III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Tujuan dan sasaran penelitian yang dikembangkan di dalam tesis ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemanfaatan RHK melalui penerapan dua garis henti (double stop line) terhadap konflik lalu lintas sebagai salah satu solusi pengaturan sepeda motor pada pendekat persimpangan selama fase merah. Sebagaimana konsep pergerakan lalu lintas pada suatu ruas yang dikembangkan dari prinsip pergerakan fluida, maka karakteristik pergerakan sepeda motor di persimpangan juga dikembangkan dari prinsip yang sama. Konsep aliran lalu lintas pada persimpangan dapat dianalogikan sebagai suatu aliran fluida yang bergerak dari satu pipa ke pipa lainnya. Setiap mulut pendekat persimpangan diasumsikan sebagai suatu pintu air (sluice) yang akan mengalirkan lalu lintas dari suatu kaki persimpangan ke kaki-kaki persimpangan lainnya secara lancar. Dengan asumsi ini persimpangan sebagai suatu simpul perpindahan pergerakan lalu lintas dari satu ruas ke ruas lain harus didesain sedemikian rupa agar pergerakan yang terbentuk dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu persimpangan dan kaki persimpangan juga harus didesain sesuai kebutuhan pergerakan agar aliran lalu lintas dari satu ruas ke ruas lain dapat terdistribusi secara proporsional. Kemampuan persimpangan atau kaki persimpangan di dalam mengalirkan arus lalu lintas secara maksimal dapat dianggap sebagai kapasitas maksimum persimpangan atau kaki persimpangan. Terjadinya penumpukan sepeda motor secara tak beraturan serta manuver pergerakan sepeda motor tak beraturan diasumsikan sebagai suatu gangguan terhadap pergerakan lalu lintas. Keberadaan sepeda motor pada mulut-mulut persimpangan yang terkelompok selama fase merah cenderung melanggar aturan lalu lintas dengan mengambil posisi hingga melewati garis henti. Kondisi ini pada dasarnya diakibatkan oleh tertutupnya akses sepeda motor mendekati garis henti oleh kendaraan bermotor 41

2 roda empat, sehingga sepeda motor lebih memilih untuk menempati celah-celah yang dapat dimasuki oleh sepeda motor. Akibatnya, pada detik-detik awal fase lampu hijau, sepeda motor cenderung memaksakan diri masuk lajur lalu lintas dari sebelah kiri dan berusaha saling mendahului keluar dari mulut persimpangan. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan gangguan terhadap aliran lalu lintas. Oleh karena itu, pengaturan lalu lintas, khususnya sepeda motor pada mulut persimpangan dianggap sebagai suatu pengaturan pada pintu pergerakan lalu lintas. Tingkat gangguan yang digambarkan dengan terkonsentrasinya kendaraan roda-4 yang menutupi akses sepeda motor dan penumpukan sepeda motor sangat bergantung kepada jumlah sepeda motor yang menumpuk di mulut persimpangan. Semakin besar pengelompokan sepeda motor tak beraturan di mulut persimpangan, maka semakin tinggi tingkat gangguan yang diakibatkannya terhadap pergerakan lalu lintas. Di dalam terminologi perencanaan transportasi, tundaan, kapasitas, antrian, dan konflik lalu lintas merupakan parameter-parameter yang sering dimanfaatkan untuk menganalisis performansi lalu lintas baik pada persimpangan maupun pada kaki persimpangan. Tesis ini mencoba melihat dari aspek konflik lalu lintas untuk menilai kemudahan bermanuver serta keselamatan sebagai performansi pergerakan lalu lintas pada persimpangan. Tingkat konflik diestimasi dari jumlah konflik yang ditimbulkan lalu lintas per jumlah lalu lintas yang bergerak pada suatu persimpangan per fase hijau selama periode yang ditetapkan. Guna mendukung penelitian ini diperlukan data volume lalu lintas, data jumlah sepeda motor yang terkonsentrasi pada mulut persimpangan, luas area yang digunakan oleh sepeda motor pada mulut persimpangan, jenis konflik serta intensitas konflik lalu lintas. Hasil analisis ini kemudian dijadikan sebagai dasar kriteria perencanaan model RHK sepeda motor. Model fasilitas RHK dirancang dan dianalisis dengan beberapa alternatif pilihan, di mana model terbaik dipilih untuk diimplementasikan sebagai proyek percontohan (pilot project). Proyek percontohan RHK ini kemudian dievaluasi terutama dampaknya terhadap kemudahan serta keselamatan bermanuver melalui pendekatan analisis konflik lalu lintas. Oleh karena itu diperlukan survey dan analisis data konflik sebelum dan sesudah implementasi, yang kemudian dianalisis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan model tersebut mengurangi konflik lalu lintas. Secara 42

3 umum, lingkup penelitian yang didesain dalam tesis ini ditunjukkan seperti diagram pada Gambar-3.1. Gambar-3.1. Diagram penelitian 3.2. Prosedur Penelitian Untuk mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana diuraikan, diperlukan tahapan penelitian yang sistematis. Secara umum tahapan penelitian yang dikembangkan pada tesis ini diberikan seperti pada Gambar-3.2. Tahapan penelitian ini dimulai dari pengumpulan data sekunder, perumusan masalah, kemudian diikuti kajian pustaka. Selanjutnya disain penelitian yang mencakup pengembangan metodologi, identifikasi parameter, disain sampel, dan disain formulir. Sebelum melakukan survey primer, survey pendahuluan dilakukan terlebih dahulu untuk menetapkan titik pengamatan pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer (survey lapangan) dilakukan dalam dua waktu padat lalu lintas (peak time), yaitu pagi dan sore. Survey data primer dilakukan sebelum dan sesudah implementasi model RHK terpilih. Tahapan berikutnya 43

4 pengolahan dan analisis data primer. Perancangan model RHK dilakukan menggunakan hasil pengolahan dan analisis data primer. Setelah pengimplentasian RHK, telah dilakukan pengambilan data konflik yang kemudian dievaluasi dan dianalisis untuk mengetahui efektifitasnya di dalam menurunkan tingkat konflik lalu lintas. Gambar Tahapan penelitian 44

5 3.3. Hipotesis Penelitian Mengawali penelitian ini, diperlukan suatu hipotesis sebagai asumsi awal untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian. Sebuah asumsi awal dari penelitian ini adalah bahwa konflik lalu lintas yang terjadi pada pendekat persimpangan merupakan indikator untuk menilai kemudahan bermanuver sepeda motor pada pendekat persimpangan dan ketika keluar dari pendekat persimpangan. Dengan penyediaan fasilitas khusus sepeda motor berupa ruang henti khusus (RHK) diasumsikan akan mengurangi konflik lalu lintas dengan sepeda motor yang pada akhirnya akan memberi kemudahan bagi sepeda motor bergerak pada pendekat dan di persimpangan. Untuk mengukur pengaruh fasilitas ini diperlukan pengujian terhadap parameter yang diasumsikan berpengaruh terhadap kemudahan bermanuver di persimpangan, yaitu intensitas konflik, tingkat konflik (conflict rate) dan tingkat keparahan konflik (rate of severity conflict) lalu lintas. Oleh karena itu, hipotesis penelitian diarahkan untuk menemukenali efektifitas model ruang henti khusus sepeda motor tersebut terhadap tingkat konflik lalu lintas dan tingkat keparahan konflik lalu lintas. Hipotesis nol mengasumsikan pemanfatan fasilitas RHK sepeda motor akan menurunkan tingkat konflik lalu lintas dan tingkat keparahan konflik lalu lintas pada persimpangan. Sedangkan hipotesis alternatifnya mengasumsikan bahwa pemanfaatan fasilitas RHK sepeda motor pada persimpangan tidak menurunkan tingkat konflik lalu lintas dan tingkat keparahan konflik lalu lintas pada persimpangan. Hipotesis ini diuji menggunakan uji tatistik χ 2 untuk dua kelompok sampel yang independen. Rumusan hipotesisnya adalah: H o H 1 : Tingkat konflik lalu lintas tidak berbeda baik pada waktu sebelum dan sesudah implementasi RHK : Tingkat konflik lalu lintas berbeda sebelum dan sesudah implementasi RHK dan H o H 1 : Tingkat keparahan konflik lalu lintas tidak berbeda baik pada waktu sebelum dan sesudah implementasi RHK : Tingkat keparahan konflik lalu lintas berbeda sebelum dan sesudah implementasi RHK 45

6 3.4. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih sebagai lokasi penelitian dan untuk proyek percontohan adalah persimpangan Jalan Soekarno-Hatta Jalan Buah Batu Kota Bandung yang diatur dengan lampu lalu lintas. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan adanya kasus-kasus penumpukan sepeda motor pada mulut persimpangan yang diperkirakan mengganggu pergerakan lalu lintas pada fase hijau. Secara umum deskripsi persimpangan tersebut antara lain: a. Sinyal lampu lalu lintas diatur dalam empat fase, b. Masing-masing pendekat, merupakan pendekat terlindung, c. Lebar masing-masing lajur pada tiap pendekat sesuai dengan standar lebar lajur untuk persimpangan di jalan perkotaan, d. Memiliki gangguan samping yang relatif rendah pada pendekat persimpangan. Gambar-3.3. Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta - Jalan Buah Batu 3.5. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dari hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh orang lain, biasanya diperoleh dalam bentuk data statistik berupa tabel atau grafik. Data sekunder yang dibutuhkan dan yang terkumpul dalam tesis ini antara lain diberikan pada Tabel

7 Tabel-3.1. Jenis, sumber, dan orientasi analisis No. Jenis Data Sumber Data Orientasi Analisis 1. Peta jaringan jalan Kota Bandung Dinas PU Binamarga Kota Sebagai orientasi dan acuan penentuan lokasi penelitian pada 2. Data populasi sepeda motor kota Bandung Bandung Polwiltabes Bandung dan Dinas Perhubungan Kota Bandung persimpangan jalan di kota Bandung Sebagai dasar latar belakang masalah yang dikembangkan di dalam tesis ini 3.6. Desain Penelitian Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan data secara langsung di lapangan pada pendekat persimpangan. Desain survey lapangan dan pengolahan serta analisis data yang dilakukan di dalam studi ini mengacu kepada skema pada Gambar- 3.6 (Idwan S, 1996; Black J, 1981). Prosedur pengumpulan data diawali dengan studi pendahuluan (meliputi pemilihan lokasi survey, desain formulir, dan ukuran sampel), kemudian diikuti survey pendahuluan, survey lapangan, kompilasi dan pengolahan data, serta analisis data. STUDI PENDAHULUAN DESAIN SAMPEL DESAIN FORMULIR: -. SURVEY VOL. LALU LINTAS (JUMLAH & KOMPOSISI KENDARAAN) -. SURVEY KONFLIK LALU LINTAS SURVEY PENDAHULUAN (PILOT SURVEY) SURVEY LAPANGAN: -. SURVEY VOL. LALU LINTAS (JUMLAH & KOMPOSISI KENDARAAN) -. SURVEY KONFLIK LALU LINTAS KOMPILASI & PENGOLAHAN DATA ANALISIS DATA Gambar-3.4. Prosedur pengumpulan dan analisis data Pemilihan Lokasi Survey Sebagaimana disebutkan pada Sub-bab-3.3, lokasi penelitian adalah persimpangan Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Buah Batu. Persimpangan ini terdiri dari 4 lengan. Masing- 47

8 masing pendekat memiliki karakter berbeda satu sama lain. Salah satu pendekat dipilih sebagai lokasi survey, dengan asumsi memiliki kasus penumpukan sepeda motor yang tinggi, memiliki kasus pelanggaran marka garis henti tertinggi, serta memiliki gangguan yang tinggi terhadap pergerakan belok kiri langsung. Berdasarkan pengamatan awal pada keempat pendekat pada waktu lalu lintas padat pagi selama satu jam (jam ) dan sore hari (jam ), maka dapat disimpulkan seperti ditunjukkan pada Tabel-3.2. Dari keempat pendekat volume sepeda motor pada mulut persimpangan diukur dari jarak 6 meter di belakang garis henti dan di depan garis henti (sepanjang 12 meter). Berdasarkan pengamatan dari keempat pendekat berkisar antara 1-15 sepeda motor (rendah), sepeda motor (sedang), hingga sepeda motor (tinggi). Tabel-3.2 Pendekat dari arah: Utara (Jln. Buah Batu) Timur (Jln. Soekarno- Hatta) Selatan (Jln. Terusan Buah Batu) Barat (Jln. Soekarno- Hatta) Karakteristik lalu lintas sepeda motor pada persimpangan Jalan Soekarno Hatta dengan Jalan Buah Batu Bandung Waktu Padat Pagi Waktu Padat Sore Rata-rata Volume sepeda motor pada mulut persimpangan per fase merah Pelanggaran marka garis henti Gangguan terhadap lalu lintas pada lajur belok kiri Rata-rata Volume sepeda motor pada mulut persimpangan per fase merah Pelanggaran marka garis henti Gangguan terhadap lalu lintas pada lajur belok kiri Sedang Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Jumlah pelanggaran garis henti ditentukan dari jumlah sepeda motor yang menempati lokasi di depan garis henti, yang berdasarkan pengamatan berkisar antara 1-10 sepeda motor (rendah); sepeda motor (sedang); hingga lebih dari 20 sepeda motor (tinggi). Sedangkan gangguan terhadap pergerakan lalu lintas pada lajur belok kiri dilihat dari intensitas gangguan dan jumlah sepeda motor yang menutupi lajur belok kiri langsung per fase merah dalam pengamatan selama satu jam. Hasilnya menunjukkan yang terrendah adalah 1 kali gangguan dan tertinggi adalah 5 kali gangguan. 48

9 Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka yang terpilih adalah pendekat dengan kriteria yang masuk dalam kategori tinggi yaitu pendekat dari arah Barat. Dimensi pendekat persimpangan pada lokasi terpilih diberikan pada Gambar-3.5 Jalan Buah Batu 3m Gambar-3.5 Dimensi pendekat persimpangan Survey Lalu Lintas a. Desain Formulir Variabel lalu-lintas yang dihitung ditentukan oleh jenis kendaraan yang melewati ruas jalan yang diobservasi. Pada umumnya jenis kendaraan yang telah dijadikan sebagai variabel terbagi ke dalam 8 golongan kendaraan (Tabel-3.3) dan model formulir perhitungan volume lalu lintas yang digunakan adalah formulir standar yang biasa digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Formulir survey yang biasanya didesain per 15 menit dapat, pada tesis ini dikembangkan lebih spesifik dan disesuaikan dengan tujuan penelitian, menjadi data per fase atau per siklus waktu. Klasifikasi kendaraan diperlukan untuk mengkonversikan kendaraan ke dalam Satuan Mobil Penumpang (smp). Khusus untuk perhitungan kapasitas pendekat persimpangan, klasifikasi kendaraan serta nilai konversi smp yang digunakan mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) seperti diberikan pada Tabel

10 Tabel-3.3 Klasifikasi kendaraan Golongan Klasifikasi Kendaraan 1 Sepeda motor/skuter/roda tiga 2 Sedang/jeep/wagon/minibis 3 Pick-up kecil, pick-up (box) (kecil) 4 Mikro truk dan mikro truk box 5a Bus kecil 5b Bus besar 6 Truk sedang (2 sumbu) 7a Truk 3 sumbu 7b Truk gandengan 7c Truk semi trailer 8 Kendaraan tidak bermotor Klasifikasi kendaraan sebagaimana yang terdapat di dalam MKJI (MKJI, 1997) terbagi dalam empat kategori, yaitu kendaraan ringan, kendaraan berat, sepeda motor, dan kendaraan tidak-bermotor. Nilai satuan mobil penumpang pada persimpangan dengan pendekat terlindung khusus untuk kendaraan ringan (LV) dan kendaraan berat (HV) adalah sama, keculai untuk sepeda motor (MC) masing-masing 0.20 untuk pendekat terlindung dan 0.40 untuk pendekat terlawan. Tabel-3.4 Klasifikasi kendaraan dan nilai smp versi MKJI Satuan Mobil Penumpang No. Kategori Pendekat Terlindung Pendekat Terlawan 1 Kendaraan Mobil Penumpang, Opelet, Ringan (LV) Mikrobus, Pick-up, Mikro Truk 2 Kendaraan Bus, Truk 2As, Truk-3As, Berat (HV) Trailer 3 Sepeda Motor Sepeda Motor, Kendaraan (MC) 4 Kendaraan Tidak Bermotor (UMV) Roda Tiga, Skuter Sepeda, Becak, Delman, Pedati

11 b. Desain Sampel dan Teknik Pengukuran Teknik survey volume lalu lintas yang digunakan adalah dengan teknik perhitungan manual. Survey ini melibatkan beberapa orang surveyor untuk melakukan perhitungan terhadap semua jenis kendaraan yang masuk ke persimpangan yang mencakup lalu lintas yang bergerak lurus (L), belok kanan (Kn), dan putar arah (Pa). Pengambilan data dilakukan dalam dua rentang waktu yang berbeda, yaitu pada waktu puncak (peak time) pagi hari (jam ) dan sore hari ( ). Pemilihan waktu (hari) disesuaikan dengan kondisi lalu lintas kota yang dianggap tidak terpengaruh oleh adanya pola pergerakan yang tidak normal, seperti pengaruh pergerakan lalu lintas pada libur akhir pekan. Pemilihan waktu (hari) survey dianggap penting terutama untuk mendapatkan kondisi pergerakan lalu lintas yang mendekati normal. Salah satu hari di antara Senin-Jumat, diperkirakan dapat mewakili kondisi normal tersebut. Pada tesis ini, pengambilan data telah dilakukan pada hari kamis pada tanggal 14 Juni 2007 (sebelum implementasi RHK), tanggal 5 Juli 2007 dan 19 Juli 2007 (setelah implementasi RHK). Perhitungan lalu lintas yang dilakukan antara lain perhitungan lalu lintas yang keluar dari kaki persimpangan pada fase hijau. Sehingga periode perhitungan lalu lintas disesuaikan dengan fase hijau lampu lalu lintas. Pengambilan data dilakukan dalam rentang waktu tersebut minimum untuk mendapatkan data sebanyak 30 sampel waktu siklus data lalu lintas. Gambar-3.6 Sketsa pengambilan data lalu lintas 51

12 Khusus untuk survey sepeda motor yang menumpuk pada mulut persimpangan, dilakukan dengan cara menghitung jumlah sepeda motor yang berada pada daerah atau pada blok area (reservoir area) sepanjang 12 meter yang ditetapkan dari pangkal pulau jalan dari arah Barat hingga ke batas pulau jalan (Gambar-3.6). Selain jumlah sepeda motor, jumlah kendaraan bermotor lainnya juga dihitung pada reservoir area tersebut. Survey ini dilakukan secara bersamaan dengan survey lalu lintas lainnya. Hanya saja perhitungan jumlah kendaraan pada reservoir area dilakukan dalam fase merah, sehingga dalam waktu lebih dari 120 menit diperkirakan akan memenuhi sampel data sekitar 30 sampel waktu fase merah Survey Konflik Lalu Lintas Sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian yang diarahkan untuk mengidentifikasi intensitas, tipikal serta tingkat konflik, dan tingkat keparahan konflik, maka teknik konflik yang diterapkan pada tesis ini mengacu kepada teknik konflik yang dikembangkan di Inggris (Baguley, 1984; TRL, 1987). Survey konflik yang telah dilakukan tidak hanya terhadap konflik belok kanan, akan tetapi semua konflik yang diperkirakan akan memberi pengaruh terhadap potensi kecelakaan. a. Tipikal konflik Berdasarkan pengamatan, tipikal konflik yang terjadi pada pendekat persimpangan bersinyal Jalan Soekarno-Hatta dengan Jalan Buah Batu dari arah Barat di lokasi studi pada umumnya terjadi akibat pergerakan lalu lintas sama arah lurus dan belok kanan. Secara umum tipikal konflik lalu lintas yang kemungkinan terjadi dan yang disurvey khususnya pada pendekat dan di persimpangan diuraikan sebagai berikut: 1) Tipe-1: Konflik masuk arus secara langsung Tipe konflik ini pada dasarnya konflik sama arah, yang diakibatkan oleh pergerakan kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang masuk arus secara langsung dari kiri lajur utama sedemikian hingga menyebabkan kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) pada lajur utama harus mengurangi kecepatan dan atau berubah haluan. Tipe konflik seperti ini sering ditemukan akibat pergerakan sepeda motor dari lajur kiri yang memaksa masuk lajur di kanannya. Tipikal konflik T1 ini berpotensi mengakibatkan kecelakaan dengan tipikal tabrak depan-samping atau tabrak samping- 52

13 samping. Contoh tipikal konflik masuk arus secara langsung dapat ditunjukkan seperti pada Gambar-3.7. Gambar-3.7 Konflik pindah lajur secara langsung dari kiri 2) T2: Konflik pindah lajur secara tidak langsung dari kiri Konflik ini bentuknya sama dengan konflik T1. Konflik T2 terjadi karena adanya kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang masuk arus secara tidak langsung dari kiri ke lajur utama di mana kendaraan kedua (sepeda motor atau kendaraan roda-4) tidak memberi kesempatan kepada kendaraan-1. Akibatnya kendaraan ke-2 yang bergerak dari kiri harus mengurangi kecepatan dan atau berubah haluan. Konflik T2 juga berpotensi terhadap kecelakaan dengan tipikal tabrak depan-samping atau tabrak samping-samping. Contoh konflik T2 dapat ditunjukkan seperti pada Gambar-3.8. Gambar-3.8 Konflik pindah lajur secara tidak langsung dari kiri 3) T3: Konflik masuk arus secara tidak langsung dari kanan Tipe konflik T3 merupakan kebalikan dari konflik T2, yang terjadi akibat adanya kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang masuk arus/ pindah lajur secara tidak langsung dari kanan ke lajur di sebelah kirinya. Potensi konflik seperti ini diakibatkan kendaraan-2 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) tidak memberi 53

14 kesempatan kepada kendaraan-1. Akibatnya kendaraan ke-2 yang bergerak dari kanan harus mengurangi kecepatan dan atau berubah haluan. Konflik T3 juga berpotensi terhadap kecelakaan dengan tipikal tabrak depan-samping atau tabrak sampingsamping. Contoh konflik T2 ditunjukkan seperti pada Gambar-3.9. Gambar-3.9 Konflik pindah lajur secara tidak langsung dari kanan 4) Tipe-4: Konflik masuk arus secara langsung dari kanan Tipe konflik T4 pada dasarnya merupakan kebalikan dari tipe konflik T1. Tipe T4 ini diakibatkan oleh adanya kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang masuk arus secara langsung dari kanan masuk lajur lain di krinya yang menyebabkan kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) pada lajur utama harus mengurangi kecepatan dan atau berubah haluan. Tipikal konflik T4 berpotensi terhadap kecelakaan dengan tipikal tabrak depan-samping atau tabrak samping-samping. Contoh tipikal konflik masuk arus secara langsung ditunjukkan seperti pada Gambar Gambar-3.10 Konflik pindah lajur secara tidak dari kanan 54

15 5) T5: Konflik lurus sama arah Tipe konflik lurus sama arah terjadi diakibatkan oleh kendaraan-1 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang bergerak lurus sama arah dengan lambat yang menyebabkan kendaraan ke-2 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengubah haluan untuk menghindari tabrakan dengan kendaraan- 1. Tipikal konflik seperti ini sangat berpotensi menjadi kecelakaan dengan tipe tabrakan depan-belakang (rear-end). Contoh tipe ini ditunjukkan pada Gambar Gambar-3.11 Konflik lurus sama arah 6) T6: Tipe konflik bersinggungan sama arah Tipe konflik T6 dapat terjadi pada lajur yang sama atau kedua kendaraan (sepeda motor atau kendaraan roda-4) berkonflik masuk dalam satu lajur secara bersamaan, dimana ke dua kendaraan tidak saling memberi kesempatan. Akibatnya kedua kendaraan melakukan tindakan mengubah haluan untuk menghindari tabrakan. Contoh tipe konflik T6 ditunjukkan pada Gambar Gambar-3.12 Konflik bersinggungan sama arah 55

16 7) T7: Tipe konflik belok kanan-lurus Tipe konflik T7 terjadi akibat kendaraan-1 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) bergerak belok kanan yang mengakibatkan kendaraan-2 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang bergerak lurus harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengubah haluan untuk menhindari tabrakan dengan kendaraan-1. Tipikal konflik T7 sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan dengan tipe tabrakan, tabrak depansamping. Contoh tipe konflik belok kanan-lurus ditunjukkan seperti pada Gambar Gambar-3.13 Konflik belok kanan-lurus 8) T8: Tipe konflik lurus-belok kanan Tipe konflik T8 pada prinsipnya sama dengan konflik T7. Konflik T8 terjadi akibat kendaraan-1 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) bergerak belok kanan harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengubah haluan untuk menghindari tabrakan dengan kendaraan-2 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang bergerak lurus. Tipikal konflik T8 juga berpotensi mengakibatkan kecelakaan dengan tipe tabrakan, tabrak depan-samping. Contoh tipe konflik lurus-belok kanan ditunjukkan seperti pada Gambar Gambar-3.14 Konflik lurus-belok kanan 56

17 9) T9: Konflik belok kanan-sama arah Konflik belok kanan-sama arah terjadi akibat kendaraan-1 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) bergerak lambat yang menyebabkan kendaraan-2 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) di belakangnya terbawa ke dalam suatu situasi bahaya tabrak depanbelakang. Untuk menghindari terjadinya tabrakan, kendaraan pertama harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengubah haluan ke kiri atau ke kanan. Tipikal konflik T9 berpotensi mengakibatkan tabrak depan-belakang. Contohnya diberikan pada Gambar Gambar-3.15 Konflik belok kanan sama arah 10) T10: Konflik putar arah-sama arah Konflik ini terjadi ketika kendaraan-1 (sepeda motor atau kendaraan roda-4) mengurangi kecepatan karena akan berputar arah dari lajur dalam Jalan Soekarno-Hatta arah Barat kembali ke jalan Soekarno-Hatta menuju arah Barat. Dampak pergerakan kendaraan ini dapat membawa ke situasi bahaya tabrak depan belakang bila kendaraan kedua (sepeda motor atau kendaraan roda-4) yang berada di belakangnya bila tidak melakukan tindakan upaya untuk menghindari tabrakan. Dalam hal ini, untuk menghindari terjadinya tabrakan, maka kendaraan kedua harus melakukan pengurangan kecepatan (mengerem) dan atau mengubah haluan ke kiri atau ke kanan. Tipikal konflik T10 berpotensi mengakibatkan tabrak depan-belakang. Contohnya diberikan pada Gambar

18 Gambar-3.16 Konflik putar arah (sama arah) b. Titik konflik Secara umum konflik yang akan diamati pada mulut persimpangan dari pendekat arah Barat dikonsentrasikan pada titik-titik konflik seperti ditunjukkan pada Gambar Berdasarkan pengamatan awal di lokasi studi, tipikal konflik yang mungkin terjadi pada masing-masing konflik L 1, L 2, L 3,..., L10 dapat ditunjukkan pada Tabel-3.5. L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 Gambar-3.17 Lokasi dan titik konflik pada lokasi pengamatan 58

19 Tabel-3.5 Tipikal konflik yang mungkin pada tiap titik konflik T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 c. Desain formulir Konflik lalu lintas (Bagulay CJ, 1984) merupakan interaksi dua kendaraan (pengguna jalan) atau lebih ketika satu atau kedua kendaraan harus melakukan upaya tindakan mengelak seperti mengerem dan atau berpindah haluan untuk menghindari terjadinya tabrakan. Ada beberapa tipikal manuver pergerakan yang telah diamati antara lain, pergerakan memotong kendaraan dari kiri, pergerakan memotong kendaraan dari kanan, pergerakan mendahului dari kiri, pergerakan mendahului dari kanan, mengerem tibatiba, mengerem dan berubah haluan, atau sebaliknya berubah haluan dan mengerem. Secara umum, jenis konflik yang telah diobservasi pada lokasi survey, antara lain diberikan pada Tabel-3.6. Formulir survey konflik lalu lintas yang digunakan di dalam tesis ini adalah formulir yang biasa digunakan oleh TRL (TRL, 1987). Untuk memudahkan pengisian kategori konflik, pencatatan tipe konflik dilakukan dengan menuliskan jenis kategorinya saja seperti T 1, T 2, T 10 (Tabel-3.6). Contoh formulir tersebut diberikan pada Tabel-3.9, yang telah dimodifikasi untuk memudahkan pencatatan. 59

20 Tabel-3.6. Identifikasi tipikal konflik lalu lintas Kategori Jenis Bentuk Keterangan T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 Kendaraan-1 bergerak masuk lajur dari kiri berusaha mengerem (mengurangi kecepatan) dan atau mengelak untuk menghindari tabrakan dengan Kendaraan-2 yang bergerak lurus Kendaraan-1 bergerak masuk lajur memotong pergerakan Kendaraan- 2 dari kiri bergerak lurus, sehingga untuk menghindari tabrakan kendaraan-2 harus mengerem dan atau mengelak Kendaraan-1 bergerak masuk lajur dari kanan berusaha mengerem (mengurangi kecepatan) dan atau mengelak untuk menghindari tabrakan dengan Kendaraan-2 yang bergerak lurus Kendaraan-1 bergerak masuk lajur memotong pergerakan Kendaraan- 2 dari kanan yang bergerak lurus, sehingga untuk menghindari tabrakan kendaraan-2 harus mengerem dan atau mengelak Kendaraan-1 bergerak lambat lurus sama arah, untuk menghindari tabrakan Kendaraan-2 harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengelak Kendaraan-1 bergerak masuk lajur (merging) dari kiri, sehingga untuk menghindari tabrakan Kendaraan-2 yang beergerak lurus harus mengerem dan atau mengelak Kendaraan-1 yang belok kanan harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengelak untuk menghindari tabrakan dengan Kendaraan-2 yang bergerak lurus Kendaraan-2 yang bergerak lurus berusaha mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengelak untuk menhindari tabrakan dengan Kendaraan-1 yang belok kanan Kendaraan-1 bergerak lambat belok kanan sama arah, untuk menghindari tabrakan Kendaraan-2 harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengelak Kendaraan-1 bergerak putar arah, untuk menghindari tabrakan Kendaraan-2 harus mengurangi kecepatan (mengerem) dan atau mengelak Kendaraan-1 yaitu sepeda motor atau kendaraan bermotor roda-4 merupakan kendaraan penyebab konflik lalu lintas. Sedangkan kendaraan-2 yang merupakan sepeda motor atau kendaraan bermotor roda-4 adalah termasuk kendaraan yang berkonflik dengan Kendaraan-1. d. Teknik pengambilan data dan desain sampel Survey konflik lalu lintas, khususnya konflik yang terjadi pada persimpangan lokasi studi pada dasarnya dilakukan untuk menemukenali tipikal konflik, tingkat konflik, serta tingkat kegawatan konflik lalu lintas yang ditimbulkan oleh pergerakan sepeda motor dan lalu lintas lainnya. Teknik pengambilan data dilakukan menggunakan bantuan 60

21 kamera video, yang dikonsentrasikan pada mulut persimpangan. Kamera yang digunakan adalah CC-TV yang dipasang secara portable pada lokasi yang didesain untuk dapat merekam pergerakan lalu lintas pada pendekat persimpangan arah Barat. Kamera yang digunakan didesain langsung terhubung ke hardisk komputer, sehingga hasilnya dapat langsung diolah melalui komputer serta direkam dalam bentuk CD atau DVD. U 20m T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 Gambar-3.18 Sketsa penempatan kamera CC-TV Kamera ditempatkan pada bahu jalan yang jaraknya sekitar 20 meter dari garis henti, dengan posisi mengarah ke persimpangan seperti ditunjukkan pada Gambar-3.18 Ketinggian maksimum kaki penyangga (tripot) kamera mencapai 9m. Dengan jangkauan kamera yang mencapai hingga jarak 50 meter dicoba untuk merekam pergerakan (manuver) kendaraan pada mulut persimpangan, jumlah kendaraan yang keluar dari pendekat pada fase hijau, serta merekam penumpukan sepeda motor yang terbentuk selama fase merah. Pengambilan jumlah sampel konflik didasarkan atas asumsi konflik per unit kendaraan, maka kecukupan ukuran sampel yang mendekati suatu ketelitian di dalam estimasi dari rata-rata konflik mengacu kepada rumus-3.1, yaitu : 2 p q t NV = 2 PP... (3.1) di mana: NV = jumlah sampel (kendaraan yang diobservasi) 61

22 t p q PP = kontanta tingkat kepercayaan (lihat Tabel-2.4) = ekspektasi proporsi kendaraan yang telibat konflik = ekspektasi proporsi kendaraan yang tidak terlibat konflik = estimasi kesalahan proporsi dari kendaraan yang terlibat konflik Tingkat kepercayaan yang akan diambil adalah 95% di mana nilai t yang bersesuaian adalah 1,96 dan PP atau estimasi kesalahan proporsi yang dipilih adalah Mengingat kejadian konflik relatif sama dengan kejadian kecelakaan maka sangat sulit untuk menentukan nilai p atau nilai ekpektasi proporsi kendaraan yang terlibat konflik. Demikian juga sebaliknya untuk nilai q atau ekpektasi proporsi kendaraan yang tidak terlibat konflik. Oleh karena itu nilai p dan q dianggap tidak diketahui, maka nilai p dan q dapat diasumsikan 0,5 sehingga rumus untuk mendapatkan jumlah kendaraan yang harus diobservasi mengacu kepada rumus t NV = (3.2) 2 PP e. Pencatatan data konflik Berdasarkan formulir data konflik Tabel-3.8 yang digunakan, terdapat data waktu atau jam terjadinya konflik, titik konflik, kategori konflik, kendaraan berkonflik, serta kriteria keseriusan konflik. Kriteria keseriusan konflik yang dimaksud mencakup faktor waktu konflik (waktu untuk menghindar), jarak, tipe tindakan, serta keseriusan tindakan menghindar. Teknik pencatatan data-data konflik tersebut dapat dijelaskan pada uraian berikut ini. 1) Waktu kejadian konflik, yaitu waktu terjadinya konflik lalu lintas, data ini dapat dilihat pada jam yang terdapat pada kamera serta video. Data waktu kejadian konflik ini dimasukkan pada kolom-1. 2) Titik konflik, disesuaikan dengan titik kejadian konflik. Data ini dimasukkan pada kolom-2 3) Kategori konflik diperoleh dari tipikal konflik yang terjadi. Pengisian data ini disesuaikan dengan kategori konflik seperti diberikan pada Tabel-3.6 dan dimasukkan pada kolom-3. 62

23 4) Jenis kendaraan, disesuaikan dengan data kendaraan berkonflik. Data ini dimasukkan ke dalam kolom-4. 5) Keseriusan konflik yang terdiri dari data waktu, jarak, tipe tindakan, dan keseriusan menghindar disesuaikan dengan data, dan data-data ini dimasukkan pada kolom-5 s/d kolom-8. 6) Tingkat keparahan konflik, merupakan nilai konversi dari item-item pada kolom-5 s/d kolom-8 seperti diberikan pada Tabel-3.7 atau Tabel-3.8. Nilai ini diisikan pada kolom-9. f. Kriteria keparahan konflik Kriteria keseriusan konflik yang digunakan di dalam Tesis ini mengacu kepada kriteria keseriusan konflik yang dikembangkan oleh Bagulay (1984) dan TRL (1987), antara lain: 1) Waktu untuk menghindar Faktor waktu yang dimaksud adalah lama waktu (detik) yang dibutuhkan oleh kendaraan yang berkonflik ke situasi tabrakan (time to collision). Konflik yang terjadi pada lokasi studi di mulai dari saat kecepatan meningkat dari kecepatan awal. Waktu yang dibutuhkan hingga ke tengah persimpangan dengan kecepatan 40km/jam hanya berkisar 1-2 detik. Rata-rata konflik terjadi pada awal pergerakan hingga ke pertengahan persimpangan, yang membutuhkan waktu detik. Waktu Panjang (L: long) : >2 detik Waktu Sedang (M: medium) : 1-2 detik Waktu Pendek (S: short) : <1 detik 2) Keseriusan menghindar Keseriusan menghindar yang ditetapkan di dalam tesis ini merupakan upaya yang dilakukan oleh kendaraan berkonflik dalam menghindari tabrakan, misalnya dari cara mengerem atau cara menghindar (mengelak atau berubah haluan), antara lain: Ringan (L: light) Sedang (M: moderat) Berat (H: heavy) Darurat (E: emergency) : mengerem ringan : mengerem ringan dan panjang serta mengelak ringan : mengerem dengan cepat dan keras : mengerem secara keras dan tidak terkendali 63

24 3) Kekomplek-an tipe menghindar Kekompleksan tipe menghindar yang dimaksudkan di dalam tesis ini adalah: Sederhana (S: simple) : mengereman atau mengelak (mengubah haluan) saja Kompleks (C: complex) : mengerem dan upaya mengelak 4) Kedekatan jarak antara kendaraan yang berkonflik Bagulay membuat jarak kedekatan antara kendaraan berkonflik atas tiga kriteria berdasarkan panjang kendaraan mobil penumpang umum. Kriteria jarak dapat disesuaikan dengan faktor kecepatan, jarak atau kedekatan kendaraan berkonflik, dikategorikan sebagai berikut: Panjang (L: long) : >2 Car (panjang mobil penumpang) Sedang (M:medium) : Car (panjang mobil penumpang) Pendek (S:short) : <1 Car (panjang mobil penumpang) Tabrakan ringan (Lc: light collision) : jika terjadi tabrakan dengan kerusakan ringan Tabrak berat (Hc: heavy collision) : jika terjadi tabrakan dengan kerusakan berat Dengan memasukkan faktor-faktor tersebut ke dalam kolom-5 s/d kolom-8, maka tingkat keparahan masing-masing konflik dapat dikonversikan ke dalam Tabel-3.7 dan Tabel-3.8 sebagaimana yang dikembangkan oleh Bagulay (1984). Nilai konversi ini dimasukkan ke dalam kolom-9. Tabel-3.9 memperlihatkan contoh pengisian formulir survey berdasarkan hasil pengamatan lapangan atau pengamatan dari rekaman video dari lokasi penelitian. 64

25 Tabel-3.7 Tingkat keparahan konflik berdasarkan kriteria pembobotan Waktu Panjang (L) Sedang (M) Pendek (S) Keseriusan L M L M H M H E Tipe S/C S/C S C S/C S/C S C S/C S/C Kedekatan L (>2Car) M (1-2Car) S (<1Car) Tabrakan Ringan (Lc) Tabrakan Berat (Hc) Keterangan: Car=MPn: mobil penumpang Sumber: Baguley (1984) Tabel-3.8. Deskripsi keparahan konflik Waktu Faktor Peringkat Keseriusan Konflik Jarak Keseriusan Tipe Tindakan (Kedekatan) Menghindar L L S/C L L L S/C M L M S/C L M L S L M L C L M L S/C M M M S L S L S M S L C M S M S M L M S/C L L S S/C L M M C L M M S/C M M S S L M L S/C H S L S/C H L S S/C M M S C L M S S/C M M M S/C H M S S/C H S S S M S M C M S S C M S M S/C H S L S/C E S M S/C E L Lc S/C L M Lc S L Tingkat Keparahan (Severity Conflict) 1 (Ringan) 2 (Serius) 3 (Serius) 65

26 M Lc C L S S S/C H S S S/C E L Lc S/C M M Lc S/C M M Lc S/C H S Lc S M S Lc C M S Lc S/C H S Lc S/C E 4 (Serius) L/S/M Hc S/C L/M/H/E 5 (Serius) Sumber: TRL (1987) Tabel-3.9. Contoh pengisian formulir konflik lalu lintas Jam Konflik L1 L2 L3 Titik Konflik L4 L5 L6 L7 L8 L9 Tipe Konflik L10 Tipe Kend. Waktu (L,M,S) Lembar ke: 1 Lokasi : Arah : Persimpangan Jln. Soekarno-Hatta/Jln. Buah Batu Timur Tanggal : 14/06/2007 Hari : Jam : Cuaca : Observer : Kamis WIB Cerah M. Idris Faktor Peringkatan Keseriusan Konflik Jarak (L,M,S) Tipe Tindakan (S,C) Keseriusan Mengihindar (L,M,H,E) L1 T2 MC/C M M C M L8 T9 C/MC M S C M L6 T10 MC/B L M S L 1 Nilai (grade) Keterangan: MC: sepeda motor; C: Jeep/Sedan/Minibis; B: bus besar/kecil; T: truk besar/kecil; Bike: Sepeda; Ped: Pejalan kaki; UM: kendaraan tak bermotor Survey Pendahuluan Survey pendahuluan atau pilot survey pada dasarnya merupakan pengenalan lapangan yang digunakan untuk uji coba penempatan posisi pengambilan data, untuk menguji penggunaan formulir pada pengambilan sampel, serta uji coba teknik survey yang telah dirancang sebelumnya. Pada pilot survey ini diperlukan evaluasi terutama untuk mengenali kondisi eksisting lapangan serta kelemahan-kelemahan pelaksanaan survey. 66

27 Demikian juga dengan pengambilan jumlah sampel yang ditentukan sebelumnya. Hasilnya lebih lanjut digunakan untuk menyempurnakan desain survey dan desain ukuran sampel yang akan dilakukan pada survey lapangan. Secara garis besar rencana survey pendahuluan dilakukan sebagai berikut: a. Pengukuran lokasi survey Pengukuran lokasi survey (kaki persimpangan arah Barat) yang meliputi total lebar jalur pendekat, lebar lajur, lebar median, lebar lajur belok kiri, panjang pulau jalan, jarak antara garis henti dengan zebra-cross, dan lebar zebra-cross. Secara geometrik, ruas jalan ini memiliki alinemen lurus datar, dengan bentuk persimpangan-4 yang tidak saling tegak lurus. Kaki persimpangan sebelah Barat terbagi atas 5 lajur dengan satu lajur tambahan untuk belok kiri langsung. Jalur arah Barat ke Timur yang menuju persimpangan terbagi atas 3 lajur dengan lebar masingmasing lajur 3,00 meter. Dua lajur pada jalur Timur- Barat memiliki lebar masingmasing 4,50 meter. Kedua jalur dipisahkan oleh median phisik dengan lebar 1,00 meter. Masing-masing lajur kanan dengan lebar 3,00 m rencananya akan dimanfaatkan sebagai lajur bus (bus-lane) oleh TMB (Transport Metropolitan Bandung). Jalan Buah Batu TMB TMB TMB TMB 3m Gambar-3.19 Dimensi pendekat persimpangan Panjang taper pada lajur pendekat arah Barat terukur 32 meter dengan panjang lajur pendekat hingga ke pangkal pulau jalan sebelah kiri jalan adalah 50 meter. Panjang 67

28 pulau jalan pada bagian dalam lajur arah Barat-Timur adalah 12 meter. Bahu luar jalan terukur dengan lebar 2,00 meter di kiri kanan jalan yang berbentuk trotoar. b. Pengukuran panjang siklus waktu yang mencakup fase hijau, fase merah, dsb Survey ini dilakukan guna mengetahui panjang siklus lampu lalu lintas dengan cara mengukur masing-masing waktu hijau dan merah dari masing-masing lampu pada setiap pendekat. Teknik pengukurannya dilakukan secara langsung di lapangan masingmasing pada fase hijau untuk lurus dan belok kanan serta fase merah menggunakan stop-watch atau menggunakan waktu yang tersedia pada kamera. Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta dengan jalan Buah Batu diatur dengan lampu pengatur lalu lintas. Sinyal lampu terbagi atas 4 (empat) phase. Untuk lampu pengatur lalu lintas di sebelah Barat didesain dengan watu periode lampu hijau sekitar 60 detik, lampu kuning (amber) 5 detik, dan lampu merah selama 180 detik. Khusus untuk lajur kanan untu belok kanan, pengaturan lampu hijaunya didesain lebih lambat 10 detik dari kendaraan yang bergerak lurus. c. Penempatan kamera untuk pengambilan data volume lalu lintas dan data konflik lalu lintas Titik pengamatan ditentukan pada kaki persimpangan Jalan Soekarno-Hatta sebelah Barat. Pengambilan data lalu lintas dan konflik lalu lintas pada lokasi pengamatan dilakukan menggunakan kamera CCTV. Agar pergerakan lalu lintas (lurus, belok kiri, belok kanan, dan putar arah) serta manuver kendaraan yang berkonflik, maka posisi kamera ditempatkan sekitar 25 meter di belakang garis henti. Posisi kamera ditempatkan pada bahu jalan menggunakan tripot yang digerakkan oleh tenaga hidrolik dengan ketinggian yang bisa mencapai 9 meter. Dengan ketinggian kamera 9 meter di atas permukaan bahu jalan atau 9,25 meter di atas permukaan jalan dapat merekam pergerakan kendaraan dalam jarak 1,0-50,0 meter. Jarak tersebut dinilai cukup memadai untuk keperluan analisis pergerakan lalu lintas. Gambar-3.20 berikut merupakan contoh uji coba penempatan kamera CCTV di atas bahu jalan Soekarno-Hatta pada pendekat Barat. 68

29 Gambar-3.20 Uji coba penempatan kamera CCTV Perancangan RHK dan Lajur Pendekat a. Perancangan RHK Asumsi dasar analisis kebutuhan RHK sepeda motor didasarkan atas jumlah kendaraan sepeda motor yang menutupi mulut persimpangan pada setiap fase merah. Sejumlah sepeda motor yang berada dalam pendekat persimpangan ini difasilitasi dengan ruang henti khusus sepeda motor, di mana fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi konflik lalu lintas yang terjadi pada mulut persimpangan. Kebutuhan RHK yang dimaksud didesain berdasarkan ruang statis yang dibutuhkan satu sepeda motor dalam keadaan berhenti, serta ruang dinamis yang dibutuhkan dalam keadaan bergerak. Secara umum perancangan model RHK sepeda motor di persimpangan mengikuti kriteria : 1) Desain sepeda motor, 2) Jumlah sepeda motor yang melanggar lalu lintas (di depan atau lajur kiri langsung), 3) Jumlah sepeda motor pada box area sepanjang 12 meter, 4) Ruang statis sepeda motor. 69

30 1) Desain sepeda motor: Dimensi ruang statis dapat peroleh dari dimensi (panjang x lebar) rata-rata dari masing-masing klasifikasi kendaraan. Penelitian di Vietnam menggunakan ruang statis kendaraan (Chu Cong Minh et al, 2005) seperti diberikan pada Tabel Tabel-3.10 Dimensi ruang statis masing-masing jenis kendaraan No. Tipe Kendaraan Jenis Kendaraan Dimensi (m) Ruang Statis (m 2 ) 1 Sepeda Sepeda 1.90 x Sepeda Motor Sepeda motor, Skuter 1.87 x Mobil Penumpang Umum Sedan, Jeep, Van 3.72 x Minibus Minibus, Mobil Box 6.10 x Bus Bus x Sumber: Chu Cong Minh et al (2005) Di Malaysia sebagaimana yang dikembangkan oleh Hussain & Radin (2005), kebutuhan lebar untuk pergerakan sepeda motor didasarkan dari lebar ruang pergerakan statis sepeda motor. Berdasarkan populasi (Hussain et al, 2005), 90% sepeda motor yang banyak digunakan di Malaysia adalah sepeda motor berukuran mesin ber-cc kecil hingga sedang yaitu di bawah 150cc. Ukuran yang sama banyak dijumpai di negara-negara Asia lainnya yang dikenal sepeda motor tipe cup atau super-cup, termasuk Bandung (Indonesia). Ukuran rata-rata phisik sepeda motor berdasarkan populasi di Malaysia adalah lebar 0.8m dan panjang 2.00m (Hussain et al, 2005), sehingga ruang yang dibutuhkan oleh satu sepeda motor dalam kondisi statis adalah 1.60m 2. Tabel-3.11 Dimensi sepeda motor jenis cup Yamaha, Suzuki, Honda Dimensi (mm) No. Uraian Yamaha (110cc) Suzuki (110cc) Honda (125cc) 1 Panjang keseluruhan Lebar keseluruhan Tinggi keseluruhan Tinggi tempat duduk Jarak poros roda

31 Dimensi sepeda motor jenis cup yang diproduksi oleh Yamaha, Suzuki (Smass), dan Honda (Supra-X) di Indonesia yang menjadi sampel antara lain dapat diberikan pada Tabel-4.2. Dengan asumsi tersebut, lebar ruang statis untuk dua sepeda motor adalah 1.60m. Jadi, untuk dua sepeda motor yang bergerak secara paralel membutuhkan ruang dengan lebar lajur harus lebih dari 1.60m. Dengan asumsi tersebut, dimensi model ruang henti khusus sepeda motor yang didesain sebagai fasilitas sepeda motor pada pendekat persimpangan didasarkan atas jumlah sepeda motor yang berada pada mulut persimpangan per lebar lajur yang dibutuhkan pergerakan sepeda motor. 2) Lebar ruang statis sepeda motor Lebar ruas statis sepeda motor di lapangan di dasarkan atas lebar yang dibutuhkan oleh sepeda motor ketika berhenti di lajur lalu lintas secara paralel. Secara umum jumlah sepeda motor yang berhenti secara paralel dalam satu lajur lalu lintas adalah 4 sepeda motor. Lebar lajur pada persimpangan yang dirancang 3,00 meter dapat diisi oleh 4 sepeda motor, yang berari 1 sepeda motor membutuhkan lebar ruang 0,75 meter. Dengan demikian, desain lebar ruang statis 0,75meter dapat mengakomodasi lebar rata-rata sepeda motor desain jenis cup yang tidak lebih lebar dari 0,705 meter. 0,75m Gambar-3.21 Lebar ruang statis sepeda motor 0,75 meter pada persimpangan 71

32 3) Panjang ruang statis sepeda motor Panjang ruang statis di lapangan dasarkan atas panjang yang dibutuhkan oleh sepeda motor ketika berhenti di lajur lalu lintas secara memanjang. Gambar-3.22 berikut memperlihatkan panjang ruang yang dibutuhkan oleh sepeda motor dalam kondisi statis. Panjang sepeda motor desain jenis cup paling panjang adalah 1932 mm atau 193 cm. 1,9-2, 0m Gambar-3.22 Panjang ruang statis sepeda motor 1,9-2,0 meter pada persimpangan b. Perancangan lajur pendekat Lajur pendekat ini merupakan lajur yang dirancang untuk sepeda motor agar dapat memasuki RHK. Beberapa model desain yang dipertimbangkan adalah lajur pendekat pada lajur kiri, atau pada lajur tengah, atau kombinasi keduanya. Secara umum rancangan lajur pendekat ini didasarkan atas pertimbangan: 1) Kemudahan sepeda motor memasuki RHK; sehingga lajur pendekat merupakan salah satu syarat untuk perancangan RHK. 2) Lajur sepeda motor yang didesain pada persimpangan; lajur pendekat yang akan didesain disesuaikan dengan rencana lajur sepeda motor yang diterapkan melalui persimpangan tersebut. 3) Jumlah atau proporsi sepeda motor yang bergerak lurus dan belok kanan; berdasarkan pengamatan proporsi sepeda motor yang belok kanan dan yang lurus masing-masing 20-25% dan 75-80%. 4) Lebar lajur sepeda motor; lebar pendekat sepeda motor didesain sesuai perencanaan lebar lajur sepeda motor yang melintasi persimpangan tersebut. Lebar lajur sepeda motor yang direncanakan pada segmen ruas yang belum memiliki 72

33 lajur lambat adalah 3,00 meter yaitu lebar lajur kiri dari lalu lintas. Hussain dan Radin menyarankan untuk pergerakan sepeda motor dengan jumlah arus 1200 sepeda motor/jam/lajur serta dengan kecepatan rata-rata 60km/jam, sepeda motor rencana membutuhkan lebar lajur berkisar antara 0.90 m hingga 1.70 m, dengan rata-rata 1.30 m untuk pergerakan secara beriringan (platoon). Berdasarkan pengamatan awal di lapangan lebar lajur 3,00 meter dapat dilalui 3 buah sepeda motor secara parallel. Dengan asumsi tersebut, maka lebar lajur sepeda motor pada pendekat didesain untuk mampu melewatkan 3 sepeda motor secara paralel seperti ditunjukkan pada Gambar-3.23, di mana jarak antara sepeda motor didesain selebar 0,30 meter. Dengan perkataan lain ruang bebas kiri atau kanan selebar 0,30 meter untuk kendaraan yang berada di tengah. Gambar-3.23 Desain lajur pendekat sepeda motor pada sisi dekat (near side lane) c. Desain RHK dan lajur pendekat 1) Kebutuhan ruang sepeda motor Berdasarkan survey lalu lintas yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2007, jumlah sepeda motor yang melanggar lalu lintas dan yang berada dalam area reservoir berfluktuasi dari 30 sepeda motor hingga 227 sepeda motor, dengan rata-rata 84,41 sepeda motor. 73

34 2) Ruas statis sepeda motor Dari pengamatan lapangan, pada saat berhenti ruang dengan lebar 3,00 meter dapat diisi sebanyak 4 sepeda motor berjajar ke samping. Dengan perkataan lain lebar ruang statis sepeda motor berdasarkan kondisi lapangan adalah 0,75 meter per sepeda motor dan panjang ruang statis sepeda motor 2,00 meter diberikan seperti pada Gambar-3.21 dan Gambar Dengan mengasumsikan rata-rata 84 sepeda motor per fase merah, maka dibutuhkan ruang untuk menampung 84 sepeda motor tersebut berdasarkan ruang statis yaitu 4 sepeda motor x 0.75m x 3 lajur x 6 baris (2,33m) atau 126,00 m 2. Ruang tersebut setara dengan 14,00 m x 9,00 m. Dengan demikian panjang RHK yang didesain adalah 14,00 meter dengan lebar 9,00 meter. 3) Panjang lajur pendekat Lajur pendekatnya didesain dengan panjang 7,00 meter dan lebar 3,00 meter untuk dapat menampung 12 sepeda motor (4 sepeda motor x 0.75m x 1 lajur x 3 baris (2,33m). Berdasarkan pertimbangan rancangan RHK dan lajur pendekat sebagaimana diuraikan di atas, maka model RHK dan lajur pendekat yang diterapkan pada tesis ini adalah seperti diberikan pada Gambar-3.24 Secara umum dimensi RHK dan lajur pendekat berikut lajur lalu lintas lainnya diberikan pada Tabel Tabel-3.12 Dimensi RHK, lajur pendekat dan fasilitas pelengkap RHK lainnya No. Fasilitas Panjang Lebar Jarak 1. Ruang Henti Khusus Sepeda Motor 14,00 m 9,00 m 2. Garis Henti (2 buah) 9,00 m 0,30 m 14,00 m 3. Lajur Pendekat pada sisi dekat (curb side) 7,00 m 3,00 m 4. Lajur lalu lintas / TMB (Bus-lane) 3,00 m 5. Lajur belok kiri langsung 3,00 m 6. Jarak antara garis henti dengan zebra cross 2,50 m 74

35 Gambar-3.24 Desain RHK dan lajur pendekat sepeda motor pada kaki persimpangan jalan Soekarno-Hatta Bandung arah Barat Survey Lapangan Survey lapangan telah dilakukan dalam tiga hari berbeda serta masing-masing hari pada waktu padat pagi dan sore. Pelaksanaan survey dilakukan berdasarkan desain survey, desain formulir yang telah dilakukan sebelumnya. a. Survey volume lalu lintas Survey volume lalu lintas sebagaimana di dalam desain penelitian dilakukan menggunakan bantuan kamera CCTV. Survey lalu lintas ini dimaksudkan untuk menghitung jumlah kendaraan yang diklasifikasikan sesuai MKJI setiap fase hijau. Survey ini dilakukan baik sebelum dan sesudah pengimplementasian RHK. Pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut: 1) Menempatkan kamera CCTV dengan jarak 25 meter ke persimpangan atau ke RHK. 75

36 2) Pengambilan sampel dilakukan pada waktu padat pagi (antara pukul s.d 9.00 WIB) dan waktu padat sore (antara pukul s.d WIB) selama satu hari, khusus pasa fase hijau. 3) Pengolahan hasil survey dilakukan di laboratorium dengan bantuan video dan TV antara lain menghitung lalu lintas yang begerak lurus, belok kanan, dan putar arah. b. Survey volume sepeda motor pada mulut persimpangan Survey volume sepeda motor yang tertumpuk pada mulut persimpangan dikonsentrasikan pada area sepanjang 12 meter dilakukan setiap fase merah. Selain sepeda motor, penghitungan kendaraan roda empat lainnya juga dilakukan pada area tersebut. Teknik surveynya dilakukan sebagai berikut: 1) Pengambilan data ini dilakukan pada hari yang sama dan jam yang sama dengan pengambilan volume lalu lintas di atas. 2) Menempatkan kamera CCTV dengan jarak 25 meter ke mulut persimpangan. 3) Pengambilan sampel dilakukan pada waktu padat pagi (antara pukul s.d 9.00 WIB) dan waktu padat sore (antara pukul s.d WIB) selama satu hari, khusus pada fase merah. 4) Pengolahan data dilakukan di laboratorium dengan bantuan video dan TV dengan menghitung jumlah sepeda motor dan kendaraan roda empat lainnya yang berada pada area sepanjang 12 meter di mulut persimpangan. c. Survey konflik lalu lintas Survey konflik lalu lintas dikonsentrasikan pada mulut persimpangan selama fase hijau. Survey ini dilakukan sebelum dan sesudah pengimplementasian RHK. Secara umum surveynya dilakukan pada hari dan jam yang sama dengan survey lalu lintas lainnya, dan pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut: 1) Menempatkan kamera CCTV dengan jarak 25 meter ke mulut persimpangan. 2) Pengambilan sampel dilakukan pada waktu padat pagi (antara pukul s.d 9.00 WIB) dan waktu padat sore (antara pukul s.d WIB) selama satu hari, khusus pada fase hijau. 3) Pengolahan data dilakukan di laboratorium dengan bantuan video dan TV dengan cara mencatat satu per satu konflik yang terjadi antara sepeda motor dengan lalu lintas roda empat lainnya. 76

termasuk pelanggaran marka garis henti merupakan jenis pelanggaran lalu lintas tertinggi di wilayah Polwiltabes Bandung dalam lima tahun terakhir (200

termasuk pelanggaran marka garis henti merupakan jenis pelanggaran lalu lintas tertinggi di wilayah Polwiltabes Bandung dalam lima tahun terakhir (200 BAB-I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan sepeda motor dewasa ini membawa sejumlah penomena menarik hampir di setiap ruas-ruas jalan, khususnya ruas-ruas jalan perkotaan. Persimpangan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Secara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan pada Bab I. Metodologi penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur kerja Proses analisis evaluasi dan upaya peningkatan kinerja lalu lintas di perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan atau metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dijabarkan dalam sebuah bagan diagram alir seperti gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dijabarkan dalam sebuah bagan diagram alir seperti gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan studi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari dimulainya penelitian sampai selesainya penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu penelitian Untuk jalan perkotaan, volume lalu lintas pada jam puncak lebih tepat untuk digunakan dalam keperluan desain. Berdasarkan survey pendahuluan, pengamatan untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Secara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menguraikan tata cara penelitian ini dilakukan. Tujuan dari adanya metodologi ini adalah untuk mempermudah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu penelitian Untuk jalan perkotaan, volume lalu lintas pada jam puncak lebih tepat untuk digunakan dalam keperluan desain. Berdasarkan survey pendahuluan, pengamatan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Metode Penelitian Yang di maksud dengan metode penelitian adalah bagaimana sebuah penelitian ini dilaksanakan. Sebuah desain penelitian meliputi semua proses atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah: Mulai Studi Identifikasi Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah simpang tiga jalan Pakuningratan Yogyakarta. Dilihat dari tipe persimpangan, pertigaan ini merupakan jalan lokal karena terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan pada Simpang Gintung, maka diperoleh data geometrik simpang dan besar volume lalu lintas yang terjadi pada simpang tersebut.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA 4.1 Persiapan Survey Persiapan survey merupakan tahapan penting dan sangat menentukan tingkat keberhasilan pengumpulan data di lapangan, dimana tingkat akurasi data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari mulainya penelitian sampai selesainya penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari mulainya penelitian sampai selesainya penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK Dian Idyanata 1) Abstrak Kemacetan merupakan suatu konflik pada ruas jalan yang menyebabkan antrian pada ruas jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persimpangan merupakan pertemuan dari beberapa ruas jalan yang memungkinkan terjadinya perpindahan kendaraan dari suatu ruas jalan ke ruas jalan lainnya. Daerah persimpangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah

Lebih terperinci

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diabaikan bertambahnya kendaraan, terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya, dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG Marsan NRP : 9921019 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bambang I.S., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas ( BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum dan Latar Belakang Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. Sejalan dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabel Analisis Variabel yang digunakan dalam analisis kinerja Ruas Jalan Otto Iskandardiata Kota Bandung akibat pertumbuhan lalu lintas selama 10 tahun mendatang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Program Penelitian Konsep dasar dari penelitian ini adalah adanya perbedaan nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat dan sepeda motor pada suatu simpang bersinyal

Lebih terperinci

periode pengamatan. Simpang bersinyal Jokteng Kulon Yogyakarta merupakan

periode pengamatan. Simpang bersinyal Jokteng Kulon Yogyakarta merupakan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Simpang bersinyal Jokteng Kulon ini merupakan penelitian metode deskriptif dengan melakukan survei lalu lintas untuk mengetahui kinerja simpang tersebut.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kawasan Jalan Teuku Umar Kota

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kawasan Jalan Teuku Umar Kota III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lingkup Kawasan Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kawasan Jalan Teuku Umar Kota Bandar Lampung. Pemilihan ini didasarkan atas kondisi ruas jalan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Metodologi yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Metodologi yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengamatan Daerah Studi. Tinjauan Pustaka

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengamatan Daerah Studi. Tinjauan Pustaka A. Tahapan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Tahap tahap pelaksanaan penelitian pada ruas jalan dan simpang bersinyal yang dimulai dari awal hingga mendapatkan laporan hasil penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Simpang Bersinyal 3.1.1 Geometrik Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap pendekat. Satu lengan simpang dapat terdiri lebih dari satu pendekat, yaitu dipisahkan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Pengertian Transportasi Trasnportasi adalah untuk menggerakkan atau memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui :

BAB III METODA PENELITIAN. pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui : BAB III METODA PENELITIAN Dalam penyusunan tugas akhir ini, dilakukan suatu survey dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk mengetahui : inventaris jalan, volume lalu lintas,gerakan

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pilot Survey (Survey Pendahuluan) Reduksi dan Kompilasi Data Lalu lintas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pilot Survey (Survey Pendahuluan) Reduksi dan Kompilasi Data Lalu lintas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Program Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Pilot Survey (Survey Pendahuluan) Data Sekunder - Foto Lokasi Simpang - Demografi Data Primer - Survey Volume Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Jalan Jalan merupakan prasarana darat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa distribusi (PKJI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Simpang Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus. Persimpangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga BAB IV Bab IV Analisis Data ANALISIS DATA 4.1 Data Simpang Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga kaki RC Veteran yang telah dilakukan pada kedua simpang pada jam sibuk dan

Lebih terperinci

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah untuk mempermudah pelaksanaan dalam melakukan pekerjaan guna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah untuk mempermudah pelaksanaan dalam melakukan pekerjaan guna BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Secara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menguraikan tata cara penelitian ini dilakukan. Tujuan dari adanya metodologi ini adalah untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data BAB IV METODE PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah survei lapangan dan analisis data yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.

Lebih terperinci

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal. ABSTRAK Volume lalu lintas Kabupaten Badung mengalami peningkatan setiap tahunnya yang diakibatkan bertambahnya jumlah kepemilikan kendaraan. Kemacetan pada persimpangan Jalan Raya Denpasar Singaraja (KM-19)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tentang Kemacetan Lalu lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 PELATIHAN SURVEYOR Sebelum survey yang sebenarnya dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pelatihan surveyor agar seluruh surveyor dapat mengamati jenis konflik ataupun pola terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Arus Lalu Lintas Definisi arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Teknis Jalan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2011), persyaratan teknis jalan adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Fungsi lampu lalu lintas Lampu lalu lintas menurut Oglesby dan Hicks (1982) adalah semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Perencanaan Survey Jenis Survei dipilih dengan 3 kriteria yaitu secara teknis data yang diperoleh harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro,

Lebih terperinci

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 Sri Wahyuni Rachman, M. J. Paransa, James Timboeleng Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA 4.1 DASAR-DASAR PENGUMPULAN DATA Perancangan simpang yang individual atau tidak terkoordinasi dengan simpang lainnya pada prinsipnya hanya dipengaruhi oleh kendaraan

Lebih terperinci

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI VOLUME DAN JENIS KENDARAAN SURVEI WAKTU TEMPUH SURVEI DATA GEOMETRIK PENGOLAHAN DATA Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA Analisis perhitungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Gambar 5. 1 Kondisi Geometrik Simpang

BAB V ANALISIS DATA. Gambar 5. 1 Kondisi Geometrik Simpang BAB V ANALISIS DATA A. Data Masukan 1. Kondisi geometrik dan lingkungan persimpangan Dari hasil survei kondisi lingkungan dan geometrik persimpangan yang dilakungan dengan pengamatan secara visual dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas PENDAHULUAN Lalu lintas yang terjadi disuatu wilayah, memberikan pengaruh terhadap kelancaran perkembangan kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan kegiatan lainnya baik di daerah itu sendiri maupun daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Populasi Sepeda Motor Sebagaimana diungkapkan pada Bab Pendahuluan, tesis ini akan mengkonsentasikan penelitian pada kajian karakteristik lalu lintas sepeda motor pada persimpangan

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak 61 KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Juanita Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik JL. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara bagi seorang peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan kemudian selanjutnya data dapat digunakan dan dianalisa sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi adalah suatu proses pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat asal menuju tempat tujuan yang dipisahkan oleh jarak geografis (Departemen Perhubungan,

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. KENDARAAN RENCANA Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi (termasuk radius putarnya) dipilih sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan raya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memancar meninggalkan persimpangan (Hobbs F. D., 1995). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persimpangan Persimpangan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat dimana arus kendaraan dari beberapa pendekat tersebut bertemu dan memancar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan merupakan salah satu instrument prasarana penghubung dari daerah yang satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun 2009 Jalan

Lebih terperinci

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik BAB II TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Geometrik Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik untuk jalan berbagai tipe akan mempunyai kinerja berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pada Gambar 3.1 di bawah ini. Terdapat lima langkah utama yang meliputi:

BAB III LANDASAN TEORI. pada Gambar 3.1 di bawah ini. Terdapat lima langkah utama yang meliputi: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Prosedur Perhitungan Kapasitas Menurut PKJI (2014) tentang Kapasitas Simpang bersinyal, prosedur perhitungan dan analisa suatu Simpang APILL dapat diurutkan seperti bagan alir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan persimpangan tidak dapat dihindari pada sistem transportasi perkotaan. Hal ini pula yang terjadi pada kota Medan. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : BAB III METODOLOGI 3.1. Bagan Alir Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari : START PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER Geometrik Volume Lalu Lintas Kecepatan Kendaraan Hambatan Samping Volume

Lebih terperinci

pengalaman, perubahan, kejadian atau kenyataan yang cukup mantap sehingga

pengalaman, perubahan, kejadian atau kenyataan yang cukup mantap sehingga BAB IV METODE PENELITIAN Metode adalah pengetahuan tentang gagasan, tindakan atau tata kerja secara beraturan atau secara terarah. (The consice oxford Dictionary Fifth Edition, 1996) Penelitian adalah

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 49 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Program Penelitian Langkah-langkah penelitian dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini : Mulai Identifikasi Masalah Studi Pustaka Menentukan Tujuan Pilot Survey

Lebih terperinci

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA Rian Doto Gumilar 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) ABSTRAK Bukaan median dengan fasilitas u-turn tidak secara keseluruhan mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang diambil dalam penyusunan penulisan ini berdasarkan pada metode analisa kinerja ruas jalan yang mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Digunakan untuk kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum U-Turn Menurut Tata Cara Perencanaan Pemisah (1990), median atau pemisah tengah didefinisikan sebagai suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survai Pendahuluan (Observasi) Pengumpulan Data

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Survai Pendahuluan (Observasi) Pengumpulan Data BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Tahapan Penelitian yang dilakukan dijelaskan pada bagan alir berikut: Mulai Studi Pustaka Survai Pendahuluan (Observasi) Pengumpulan Data Data Primer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan adalah daerah di mana dua atau lebih jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu persimpangan adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv viii x xi xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada jam-jam puncak kondisi eksisting di

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) E10

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) E10 Simulasi Perencanaan Ruang Henti Khusus pada Simpang Bersinyal Jalan Dr.Ir.H. Soekarno-Jalan Kertajaya Indah Surabaya Ditinjau dari Nilai Tundaan Youngky Riantara Putra dan Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flow Chart Penulisan Tugas Akhir MULAI DATA Primer - Data geometrik Ruas dan Simpang - Data Volume Lalu Lintas - Data Hambatan samping Sekunder : Ukuran Kota Hirarki Jalan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rambu yield

Gambar 2.1 Rambu yield BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaturan Simpang Tak Bersinyal Secara lebih rinci, pengaturan simpang tak bersinyal dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Aturan Prioritas Ketentuan dari aturan lalu lintas

Lebih terperinci

ANALISIS ARUS LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT JALAN LETJEND SOEPRAPTO KOTA BALIKPAPAN Syamsi I 1*), Rahmat 2), Penulis III 3) *) Email: rhtrusli@gmail.com PENDAHULUAN Simpang empat Jl. Lejtend Soeprapto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TRAFFIC CONFLICT TECHNIQUE (TCT) Lingkungan lalu lintas di Indonesia telah berkembang menjadi sedemikian kompleks. Jumlah mobil dan kendaraan bermotor lainnya meningkat.

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini lokasi penelitian dilakukan pada Jalan Ringroad Utara Surakarta yaitu dari Simpang Sroyo (Karanganyar) sampai dengan Simpang Mojosongo

Lebih terperinci

PENGARUH RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR TERHADAP KONFLIK LALU LINTAS PADA SATU PERSIMPANGAN BERSINYAL DI BANDUNG

PENGARUH RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR TERHADAP KONFLIK LALU LINTAS PADA SATU PERSIMPANGAN BERSINYAL DI BANDUNG PENGARUH RUANG HENTI KHUSUS SEPEDA MOTOR TERHADAP KONFLIK LALU LINTAS PADA SATU PERSIMPANGAN BERSINYAL DI BANDUNG TESIS Oleh: MUHAMMAD IDRIS NIM. 24204002 PROGRAM STUDI MAGISTER TRANSPORTASI SEKOLAH ARSITEKTUR

Lebih terperinci

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016 Manajemen Pesepeda Latar Belakang 2 Lebih dari setengah jumlah perjalanan seseorang dalam sehari < 4 km Bisa ditempuh dengan bersepeda < 20 menit Perjalanan pendek yang ditempuh dengan kendaraan bermotor,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan Berdasarkan Undang Undang Nomor Tahun 009 Tentang lalulintas dan Angkutan jalan, setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib

Lebih terperinci