Analisa Kinerja Algoritma TCP Congestion Control Cubic, Reno, Vegas Dan Westwood+

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Kinerja Algoritma TCP Congestion Control Cubic, Reno, Vegas Dan Westwood+"

Transkripsi

1 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Vol. 2, No. 3, Maret 2018, hlm Analisa Kinerja Algoritma TCP Congestion Control Cubic, Reno, Vegas Dan Westwood+ Aria Tanzila Harfad 1, Sabriansyah Rizqika Akbar 2, Adhitya Bhawiyuga 3 Program Studi Teknik Informatika, 1 aria.harfad@gmail.com, 2 sabrian@ub.ac.id, 3 Bhawiyuga@ub.ac.id Abstrak Transmisi control protocol (TCP) adalah protokol di layer transpor yang menyediakan mekanisme transfer data yang reliable, sehingga aliran data yang dibaca TCP receiver tidak rusak, tanpa duplikasi, dan berurutan. Untuk menyediakan transfer data yang reliable, TCP menyediakan layanan error checking dan flow control. Ketika TCP sender mengirimkan data lebih cepat daripada yang bisa ditangani TCP receiver, maka akan terjadi congestion. TCP mengimplementasikan mekanisme congestion control untuk kontrol lalu lintas jaringan sehingga tidak terjadi congestion. Penelitian ini membandingkan performa empat varian TCP congestion control, yaitu TCP Cubic, Reno, Vegas dan Westwood+. Pengujian yang dilakukan adalah menganalisa cwnd, ssthresh dan throughput empat jenis algoritma TCP Congestion Control. Penulis menggunakan dua perangkat sebagai sender dan receiver. Keduanya dihubungkan dengan kabel ethernet yang memiliki koneksi dengan bandwidth 100Mbit/s. Data TCP dikumpulkan di sisi sender menggunakan TCP Probe dan hasilnya ditampilkan berupa grafik denga Gnuplot. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa TCP Westwood+ adalah yang terbaik diantara ketiga TCP lainnya di semua lingkungan Service level agreement (SLA) service provider dengan mekanisme Bandwidth Estimation yang digunakannya. Kata kunci: TCP congestion control algoritma, Vegas, Reno, Cubic, Westwood+, cwnd, ssthresh, throughput Abstract Transmission control protocol (TCP) is a protocol at the transport layer that provides a reliable data transfer mechanism, so that the data stream reads TCP receiver is not corrupted, without duplication, and sequentially. To provide reliable data transfer, TCP provides error checking and flow control services. When the TCP sender sends data faster than the TCP receiver can handle, congestion will occur. TCP implements a congestion control mechanism for network traffic control so no congestion occurs. This study compares the performance of four variants of TCP congestion control, namely TCP Cubic, Reno, Vegas and Westwood +. The test is to analyze cwnd, ssthresh and throughput of four types of TCP Congestion Control algorithm. The author uses two devices as a sender and receiver. Both are connected with an ethernet cable that has a connection with 100Mbit/s bandwidth. TCP data is collected on the sender side using TCP Probe and the result is shown as a graph with Gnuplot. The results of this study indicate that TCP Westwood + is the best among the three other TCPs in all Service Center agreement (SLA) service provider environments with Bandwidth Estimation mechanisms they use. Keywords: TCP congestion control algorithm, Vegas, Reno, Cubic, Westwood+, cwnd, ssthresh, throughput 1. PENDAHULUAN Transmisi control protocol (TCP) adalah protokol di layer transpor yang menyediakan mekanisme transfer data yang reliable, sehingga aliran data yang dibaca TCP receiver tidak rusak, tanpa duplikasi, dan berurutan. Untuk menyediakan transfer data yang reliable, TCP menyediakan layanan error checked dan flow control. Layanan error checking memungkinkan deteksi beberapa kesalahan dan rekontruksi data menjadi data asli. Layanan flow control digunakan TCP untuk memastikan TCP sender tidak mengirimkan paket lebih cepat daripada yang dapat ditampung TCP receiver. Ketika TCP sender mengirimkan data lebih cepat daripada yang bisa ditangani TCP receiver, maka akan terjadi congestion. (James Kurose & Keith Ross, 2010) Salah satu dari aspek paling penting untuk kontrol lalu lintas jaringan adalah berurusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 1099

2 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1100 dengan congestion. TCP mengimplementasikan mekanisme congestion control untuk kontrol lalu lintas jaringan sehingga tidak terjadi congestion. Pada congestion control, TCP sender mentransmisikan segmen data dibawah batasan congestion window (cwnd) yang diterima oleh TCP receiver. Congestion window adalah variabel TCP yang membatasi jumlah data yang dapat dikirimkan ke jaringan sebelum menerima ACK. Nilai congestion window meningkat ketika sender menerima ACK dan menurun ketika mendeteksi congestion. (Mateen & Ahmad, 2016) Mekanisme congestion control diklasifikasikan kedalam 4 fase, yaitu slow start, congestion avoidance, fast retransmit dan fast recovery. Fase slow start digunakan oleh TCP sender untuk menyesuaikan laju aliran data ke TCP receiver dimana periode slow start baru dimulai dengan setiap acknowledgement (ACK) yang diterima dari TCP receiver. Fase congestion avoidance diimplementasikan ketika ukuran congestion window lebih besar daripada threshold slow start. Fast retransmit dan fast recovery menyediakan mekanisme untuk mempercepat koneksi. Mekanisme ini adalah metode recovery yang digunakan oleh TCP untuk menghindari waktu tunggu saat pengiriman ulang ketika time out terjadi setiap segmen hilang. Selama sepuluh tahun, pendekatan dan teknik baru telah diteliti di jaringan yang kompleks. Masalah ini membawa kedalam penemuan-penemuan baru dan peneliti masih aktif untuk mengembangkan metode efektif pada domain TCP. (Gaur Shrivastava, Agarwal &Prasad, 2016) Saat ini ada beberapa varian TCP congestion control yang telah diperkenalkan. Varian congestion control yang berbeda akan menghasilkan bentuk traffic yang berbeda. Penelitian ini membandingkan performa empat varian TCP congestion control, yaitu TCP Cubic, Reno, Vegas dan Westwood+ yang secara umum telah digunakan dengan waktu yang lama. TCP Cubic adalah algoritma TCP default di GNU/Linux. Perbedaan TCP Cubic dengan varian TCP lainnya berada pada skalabilitas dan terutama fakta bahwa update window independen dari RTT, yang mengakibatkan distribusi bandwidth lebih baik diantara semua session aktif (Feyzabadi, 2012). TCP Reno adalah penerus varian TCP lama yang dilakukan perbaikan diatasnya dengan mempertahankan semua fitur utama, yaitu slow start, congestion avoidance, fast retransmit, dan fast recovery. Kenaikan dan penurunan ukuran congestion window tergantung pada apakah segmen tersebut ACK atau loss. TCP Vegas menghitung perbedaan antara rate ekspetasi dengan rate sebenarnya untuk memperkirakan bandwidth yang tersedia. TCP Vegas bertujuan untuk mendeteksi congestion yang terjadi diantara TCP sender dan TCP receiver sebelum packet loss terjadi dan menurunkan rate transmisi ketika loss terdeteksi (Marrone & Barbieri, 2013). TCP Westwood+ bekerja hanya pada sisi pengirim, yang bertujuan untuk menangani jalur dengan bandwith tinggi delay dengan potensial paket loss karena transmisi atau error lainnya. TCP Westwood+ menganalisa paket ACK yang kembali untuk memperkirakan bandwidth yang tersedia untuk koneksi TCP (Karvonen& Siddharth., 2015). Meskipun prinsip kerja dasar TCP tidak berbeda, tapi cara setiap versi TCP menangani congestion window dan algoritma untuk control congestion sedikit bervariasi dan hal ini mempengaruhi performa. Peneliti telah mempertimbangkan TCP Cubic, TCP Reno, TCP Vegas dan TCP Westwood+ untuk eksperimen. Peneliti telah melakukan eksperimen untuk empat versi TCP, analisa dan evaluasi dilakukan pada Service Level Agreement (SLA) service provider. Perbandingan dilakukan berdasarkan ukuran congestion window, ssthresh dan throughput di bermacam-macam latency, jitter dan packet loss. 2. DASAR TEORI 2.1 TCP (Transmission Control Protocol) Transmission Control Protocol (TCP) adalah salah satu protokol utama dari paket protokol Internet. TCP menyediakan pengiriman paket reliable, sehingga aliran data yang dibaca TCP receiver tidak rusak, tanpa duplikasi, dan berurutan. Algoritma TCP Congestion Control adalah faktor kunci yang memainkan peran penting dalam performa dan sejumlah data yang dikirimkan dalam jaringan. Congestion terjadi ketika sejumlah paket yang diterima lebih dari kapasitas receiver (Shirazi, 2009). Mekanisme congestion control diklasifikasikan menjadi 4 tahapan utama, yaitu Slow start, Congestion Avoidance, Fast retransmit dan Fast recovery. 2.2 Fase Slow Start Tahap awal implementasi TCP adalah fase slow start, dimana algoritma slow start

3 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1101 digunakan oleh TCP sender untuk menyesuaikan laju aliran data ke receiver dimana periode slow start baru dimulai dengan setiap ACK yang diterima dari TCP receiver. Ini berarti tingkat transmisi dari TCP sender sepenuhnya tergantung pada ACK yang dikembalikan oleh TCP receiver. Umumnya, setelah retransmission time out, tahap slow start diluncurkan di lokasi pengiriman koneksi TCP, dan setelahnya, ini akan secara signifikan mempengaruhi kinerja koneksi secara keseluruhan. Secara langsung tujuan mekanisme slow start adalah membantu sender memperoleh bandwith pada jalur jaringan. Dengan cara ini, bottleneck koneksi dengan aliran besar dari segmen dapat dihindari (Wang et al, 2000). berikutnya yaitu fase congestion avoidance. (Cheng, 2005). Keluarnya fase slow start menunjukkan bahwa koneksi TCP sudah dalam keadaan stabil dimana congestion window hatihati meningkatkan besar jalur jaringan. 2.3 Fase Congestion Avoidance Setiap nilai threshold melebihi ssthresh, TCP memperlambat laju peningkatan ukuran window. Setelah periode tertentu tingkat transmisi TCP melebihi kapasitas link jaringan dan dengan demikian mengakibatkan TCP loss. TCP akan segera mendeteksi packet loss dan mengurangi ukuran congestion window hampir setengah dari nilai sebenarnya (Vallamsunda, 2007). Mekanisme congestion avoidance diimplementasikan ketika ukuran congestion window lebih besar daripada threshold slow start. Dalam congestion avoidance, congestion window diperbesar satu segmen setiap RTT, dan kemudian mengurangi setengah dari sebelumnya ketika TCP sender merasakan congestion (packet loss) (Sarolahti, 2007). Gambar 2 adalah diagram aktivitas mekanisme TCP congestion control. Gambar tersebut menggambarkan bahwa TCP sender menggandakan ukuran congestion untuk setiap RTT hingga ukuran window size lebih besar dari ssthresh. Dari point itu, congestion window meningkat satu segmen setiap RTT. Gambar 1. Peningkatan TCP Slow Start dengan RTT Dengan mengacu pada Gambar 1, slow start dimulai dengan satu segmen untuk cwnd (cwnd= 1 segmen), dan setiap ack diterima secara berturut-turut, cwnd meningkat sebesar satu (cwnd baru=cwnd sebelumnya +1). Pertumbuhan cwnd secara eksponensial dengan masing-masing RTT akan menduplikasi ukuran cwnd (cwnd baru = cwnd sebelumnya X 2), hingga cwnd mencapai titik congestion di link. TCP slow start diterapkan melalui dua variabel, congestion window (cwnd) dan slow start threshold (ssthresh). Variabel ssthresh adalah nilai threshold dimana TCP meninggalkan periode slow start. Jika pada satu titik waktu ketika cwnd naik diluar ssthresh, periode TCP pada titik waktu tersebut keluar dari fase slow start. Dengan lebih interaksi RTT, cwnd akhirnya akan melampaui ssthresh, dan session akan keluar dari periode slow start. Pada titik waktu ini, TCP source masuk ke tahap Gambar 2. Ilustrasi Congestion Avoidance 2.4 Fase Fast Recovery Dan Fast Transmit Fast retransmit dan fast recovery menyediakan mekanisme untuk mempercepat retrieval (pengambilan) koneksi. Mekanisme ini adalah metode recovery yang digunakan oleh TCP untuk menghindari waiting time pengiriman ulang time out setiap segmen loss (Olse 2003). Mekanisme fast recovery

4 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1102 menyesuaikan pengiriman segmen baru hingga non duplicate ACK diterima oleh pengirim. Dapat dikatakan setelah menerima paket (urutan nomor 1), receiver mengirimkan acknowledgement dengan menambahkan nilai 1 ke urutan nomor (nomor urut = 1+1=2), yang berarti bahwa receiver menerima paket nomor 1 dan nomor paket 2 dari sender. Dengan asumsi tiga paket berikutnya telah hilang, receiver menerima nomer paket 5. Setelah menerima nomor paket 5, receiver mengirimkan sebuah Acknowledgement dengan urutan nomor 2 dan 6. Ketika receiver menerima paket nomor 6, receiver akan mengirimkan Acknowledgement dengan urutan nomor 2 dan 7. Dengan cara ini, sender menerima lebih dari satu Acknowledgement dengan sama nomor urutan 2, yang disebut duplikat Acknowledgement. Dengan proses ini, clocking Acknowledgement dapat dijaga, dan ketika non duplicate ACK sampai, fast recovery telah selesai, dan cwnd dikosongkan. Mekanisme fast retransmit untuk TCP Tahoe digambarkan pada Gambar 3. Gambar 3. Mekanisme Fast Transmit Tahoe 2.5 TCP Cubic Perbedaan dengan varian lainnya berada pada skalabilitas dan terutama fakta bahwa update window independen dari RTT, yang mengakibatkan distribusi bandwidth lebih baik diantara semua session aktif. Pada saat loss, setting congestion window (cwnd) memiliki nilai sebagai W max dan window menurun dengan factor β = 0.2. Dengan demikian window baru dapat dihitung dengan persamaan (1) W (t) = C(t K) 3 + W max (1) Nilai C adalah scaling factor, t adalah waktu yang berlalu dari pengurangan window, W max adalah ukuran window sebelum pengurangan window dan K adalah waktu yang diperlukan oleh window mencapai nilai W max dengan tidak ada loss. 3 K = W max ( β ) Z C (2) Hal ini kemudian menetapkan nilai W(t) dan nilai window yang akan datang dengan TCP standar, W TCP (t) seperti persamaan (3) W TCP (t) = W max * (1-β) + 3 * β * t (3) 2 β RTT Pertumbuhan window untuk setiap ACK yang diterima sebagai berikut: Jika W(t) < W TCP (t), kemudian TCP Cubic beroperasi mendukung mode friendly (ramah), pengaturan window sesuai dengan nilai dari W TCP (t) Jika W(t) < W max, kemudian TCP Cubic beroperasi mendukung mode stabil. Window disesuaikan dengan W(t). Jika W(t) > W max, kemudian TCP Cubic beroperasi mendukung mode eksplorasi. Window disesuaikan menurut W(t). 2.6 TCP Reno TCP Reno menyesuaikan window menurut fase sebagai berikut: Slow start. Sesi dimulai dengan jendela yang meningkat satu segmen dengan setiap segmen divalidasi melalui ACK. Fase ini juga dimulai setelah loss dideteksi oleh timeout. Batas fase ini ketika window mencapai threshold yang dijuluki Start Threshold (ssthresh). Congestion Avoidance (CA). Pada fase ini dimulai saat berakhirnya slow start atau setelah loss dideteksi oleh penerima duplikat ACK. TCP terus meningkatkan congestion window sebagai 1/CWND (CWND=Congestion Window) setiap kali menerima ACK. Fast retransmit. Ketika paket loss terdeteksi atau ketika time out kadaluarsa dan paket belum dikonfirmasi dengan penerimaan tiga duplikat ACK (4 paket ACK yang sama). Pada kasus ini, harus ditransmisikan ulang hanya paket yang loss, tapi tidak sisa paket,

5 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1103 tanpa menunggu untuk time out kadaluarsa. Fase congestion avoidance akan bekerja lagi. Fast recovery. Pada fase ini akan bekerja dengan urutan yang pertama adalah slow start threshold (ssthresh) ditetapkan setengah nilai congestion window saat ini. Kedua, congestion window menetapkan nilai ssthresh plus 3 kali ukuran paket. Ketiga, setiap kali sender menerima duplikat ACK, cwnd meningkat satu paket dan mengirimkan paket baru. Keempat, ketika non duplikat ACK pertama sampai, cwnd ditetapkan sesuai nilai ssthresh. Semua ini adalah langkah-langkah mekanisme fast recovery. 2.7 TCP Westwood+ TCP westwood+ merupakan modifikasi TCP New Reno, yang bekerja hanya pada sisi sender, yang bertujuan untuk menangani jalur dengan bandwith tinggi delay, dengan potensial paket loss karena transmisi atau error lainnya (pipa bocor), dan beban dinamik (dynamic pipe). TCP Westwood menganalisa paket acknowledgement yang kembali untuk memperkirakan bandwidth yang tersedia untuk koneksi TCP. Algoritma Westwood+ diperlihatkan pada Gambar TCP Vegas Gambar 4. Algoritma Westwood+ TCP Vegas bertujuan untuk mendeteksi congestion yang terjadi diantara source dan destination sebelum packet loss terjadi dan menurunkan rate transmisi linear (bukan seperti AIMD) ketika loss terdeteksi. Algoritma digunakan oleh vegas sebagai berikut: 1. Menentukan base round trip time (basertt). Hal ini ditentukan oleh minimal RTT yang diukur selama koneksi. 2. Menghitung transmisi rate yang diharapkan (expectedrate) sebagai berikut, expectedrate = congestion Window / basertt. Dimana congestion Window adalah sejumlah data yang dikirimkan tapi belum mendapatkan acknowledged. 3. Menghitung perbedaan (diff) diantara expectedrate dan actualrate, dimana actualrate = congestion Window / RTT dan RTT adalah round trip time sebenarnya. Dengan kata lain: Diff = congestion Window / RTT 4. Menentukan threshold α dan β, dimana α mendefinisikan data yang terlalu kecil dan β mendefinisikan terlalu banyak data. 5. Jika diff < α, kemudian congestion window = congestion window Jika diff > β, kemudian congestion window = congestion window Service Level Agreement (SLA) Service level agreement (SLA) adalah kontrak antara penyedia layanan dan pelanggan internal atau eksternal yang mendokumentasikan layanan apa yang akan diberikan penyedian layanan dan menentukan standar kinerja yang wajib dipenuhi oleh penyedia layanan. Pada penelitian ini, kami menggunakan Service level agreement yang diberikan service provider, yaitu Axiawave, Internap, Verio, dan Qwest. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Latency: Delay (Penundaan) untuk pengiriman paket 2. Jitter: Variasi pada delay pengiriman paket 3. Packet loss: Terlalu banyak lalu lintas di jaringan yang menyebabkan jaringan drop (menjatuhkan) paket Berikut ini latensi maksimum tiap-tiap service provider: 1. SLA Axiowave 65ms latensi maksimum 2. SLA Internap 45ms latensi maksimum 3. SLA Qwest 50ms latensi maksimum 4. SLA Verio 55ms latensi maksimum Berikut ini jitter maksimum tiap-tiap service provider: 1. SLA Axiowave 0.5ms jitter maksimum 2. SLA Internap 0.5ms jitter maksimum 3. SLA Qwest 2ms jitter maksimum 4. SLA Verio 0.5ms jitter maksimum Berikut ini paket loss maksimum tiap-tiap service provider: 1. SLA Axiowave 0% paket loss maksimum 2. SLA Internap 0.3% paket loss maksimum 3. SLA Qwest 0.5% paket loss maksimum 4. SLA Verio 0.1% paket loss maksimum

6 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer PERANCANGAN DAN IMPLEMENTA SI 3.1. Gambaran Umum Sistem Start Memilih versi TCP pada TCP sender dan TCP receiver Mengaktifkan TCP Probe Menetapkan latency, loss dan jitter menggunakan netem Menetapkan traffic TCP menggunakan iperf TCP Probe menangkap lalu lintas jaringan Menampilkan cwnd dan ssthresh dengan grafik menggunakan Gnulpot dan menampilkan throughput dengan grafik Analisa Hasil End Gambar 5. Diagram Alir Gambaran Umum Sistem Perancangan dari sistem analisa algoritma TCP Congestion Control disesuaikan dengan gambaran umum yang telah dibuat melalui diagram alir. Pada gambar 5 digambarkan bahwa proses pertama pada sistem ini adalah sender dan receiver memilih salah satu algoritma TCP Congestion Control, setelah algoritma TCP ditetapkan, maka sender mengaktifkan TCP probe dan menetapkan paket loss, latency, dan jitter dengan tool netem. Kemudian, sender dan receiver mengaktifkan iperf yang berfungsi sebagai traffic control di kedua sisi. Hasil dari kedua traffic selanjutnya dilaporkan pada sisi sender dan kemudian di-representasikan menjadi grafik dengan menggunakan tool gnuplot Analisa Kebutuhan Perangkat Keras Dan Lunak Kebutuhan perangkat keras maupun perangkat lunak yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan perangkat keras, antara lain: TCP Sender CPU: Intel Core i7-5500u, up to 3.0GHz Operating system: Ubuntu Linux RAM: 4GB Hardisk: 1TB Network cards: 100 Mbit (Eth0) TCP Receiver CPU: Intel CoreTM i5 480M Operating system: Ubuntu Linux RAM: 4GB Hardisk: 500GB Network cards: 100 Mbit (Eth0) 2. Kebutuhan perangkat lunak, antara lain: Iperf Netem TCP Probe Gnuplot Ukuran: 16 MB 3.3 Perancangan Topologi Jaringan Infrakstruktur pada sistem pengujian algoritma TCP Congestion Control terutama terdiri oleh dua laptop yang berfungsi sebagai sender dan receiver. Gambar 6 menunjukkan skema dasar tentang bagaimana mesin saling terhubung bersama-sama. Sender dan Bottleneck Emulator Kabel Ethernet Receiver 100Mbit/s (Eth0) 100Mbit/s (Eth0) Gambar 6. Arsitektur Utama yang Digunakan Pada Penelitian Ini Peran yang diperlihatkan pada Gambar 6 dijelaskan sebagai berikut: 1. Receiver: Menjalankan iperf dalam mode server 2. Bottleneck Emulator: Digunakan untuk mensimulasikan link yang berbeda dengan nilai latency yang berbeda, maksimum throughput, packet loss, dan lain-lainnya diantara sender dan receiver. 3. Sender: Sender harus menjalankan iperf di mode client dan bottleneck dilakukan di sisi ini juga. Ini termasuk menggunakan tcpprobe untuk menangkap semua data yang akan dianalisa

7 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Network Interface Card (NIC) dikonfigurasi untuk 100Mbits/s 4. HASIL DAN ANALISIS 4.1 SLA Axiowave Pada lingkungan jaringan SLA Axiowave memiliki maksimum latency, jitter dan paket loss untuk memenuhi kebutuhan Servis Level Agreement (SLA), yaitu 65ms maksimum latency, 0.5ms maksimum jitter, dan 0% maksimum paket loss. Pada lingkungan ini peneliti mencoba menerapkan empat algoritma TCP, yaitu TCP Cubic, Reno, Vegas, dan Westwood+. Gambar 7. Perbandingan Cwnd Empat TCP di SLA Axiowave Gambar 8. Perbandingan Throughput Empat TCP di SLA Axiowave Pada penelitian di lingkungan SLA Axiowave dapat dilihat bahwa pada TCP Cubic, Reno, Vegas, dan Westwood+ tidak terdapat paket loss yang menimbulkan penurunan cwnd (congestion window), sehingga pada lingkungan tersebut TCP Cubic, Reno, Vegas, dan Westwood+ hanya menjalankan 2 fase seperti TCP pada umumnya, yaitu fase slow start dan fase congestion avoidance. Pada Gambar 8 dari penelitian tersebut TCP Westwood+ memiliki throughput terbesar di setiap detiknya melebihi ketiga TCP lainnya. Hasil throughput rata-rata TCP Cubic 67.9 Mbit/s, TCP Reno 67.4 Mbit/s, TCP Vegas 65.8 Mbit/s, dan TCP Westwood Mbit/s. Hal ini dikarenakan TCP Westwood+ memang berorientasi bandwidth untuk menangani jaringan BDP (Bandwidth Delay Product). TCP Westwood+ mengembangkan estimasi bandwidth yang tersedia (BWE) dan menggunakan BWE tersebut untuk menetapkan ssthresh dan cwnd. TCP Westwood menganalisa packet Acknowledgement yang kembali untuk memperkirakan BWE yang tersedia untuk koneksi TCP. Pada Gambar 7 dari penelitian ini dapat dilihat bahwa TCP Westwood+ memiliki ssthresh 617 dari awal koneksi hingga akhir koneksi. Nilai ssthresh yang besar ini membuat TCP Westwood+ lebih unggul dibandingkan TCP lainnya yang hanya memiliki ssthresh 350. Nilai ssthresh yang jauh lebih besar dibandingkan TCP lainnya membuat nilai cwnd TCP Westwood+ menjadi lebih besar juga dibandingkan TCP lainnya. Nilai cwnd yang besar menyebabkan throughput TCP Westwood+ diatas TCP lainnya, sehingga menempatkan TCP Westwood+ menjadi yang terbaik di lingkungan SLA Axiowave. Pada percobaan yang dilakukan selama 10 detik, data yang dapat dikirimkan sebesar 81.2 Mbytes untuk TCP Cubic, 67.4 Mbytes untuk TCP Reno, 78.5 Mbytes untuk TCP Vegas, dan 109 Mbytes untuk TCP Westwood+. TCP Westwood+ dapat mengirimkan data yang lebih banyak dikarenakan memiliki throughput terbesar diantara TCP lainnya. 4.2 SLA Verio Pada lingkungan jaringan SLA Verio memiliki maksimum latency, jitter dan paket loss untuk memenuhi kebutuhan Servis Level Agreement (SLA) service provider, yaitu 55ms maksimum latency, 0.5ms maksimum jitter, dan 0.1% maksimum paket loss. Gambar 9. Perbandingan Cwnd Empat TCP di SLA Verio

8 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1106 Gambar 10. Perbandingan Throughput Empat TCP di SLA Verio Pada Gambar 10 dari penelitian tersebut TCP Westwood+ memiliki throughput terbesar melebihi ketiga TCP lainnya, meskipun pada detik ke 2 disaat paket loss pertama terjadi, TCP Westwood+ mengalami penurunan dibawah TCP Cubic, tetapi setelah itu throughput TCP Westwood+ menjadi yang terbesar hingga detik ke 10. Dari penelitian tersebut, mendapatkan throughput rata-rata TCP Cubic 7.69 Mbit/s, TCP Reno 6.83 Mbit/s, TCP Vegas 7.82 Mbit/s, dan TCP Westwood Mbit/s. Pada fase slow start cwnd akan naik hingga cwnd=ssthresh dan kemudian memasuki fase congestion avoidance. Nilai ssthresh yang besar membuat nilai cwnd akan terus meningkat hingga melebihi nilai ssthresh. Nilai cwnd mempengaruhi besarnya throughput di jaringan, karena nilai cwnd merupakan banyaknya segmen yang dapat dikirimkan ke receiver. Pada Gambar 9, ssthresh fase slow start TCP Westwood+ memiliki nilai 325 yang merupakan nilai terbesar diantara ketiga TCP lainnya, sehingga pada fase slow start TCP Westwood+ memiliki throughput terbesar diantara ketiga TCP lainnya. Nilai cwnd 225 dan nilai ssthresh 223 TCP Westwood+ pada akhir koneksi mengungguli ketiga TCP lainnya yang rata-rata dibawah 100. Pada percobaan yang dilakukan selama 10 detik, data yang dapat dikirimkan sebesar 9.25 Mbytes untuk TCP Cubic, 6.83 Mbytes untuk TCP Reno, 9.75 Mbytes untuk TCP Vegas, dan 27.4 Mbytes untuk TCP Westwood SLA Internap Pada lingkungan jaringan SLA Internap memiliki maksimum latency, jitter dan paket loss untuk memenuhi kebutuhan Servis Level Agreement (SLA) service provider, yaitu 45ms maksimum latency, 0.5ms maksimum jitter, dan 0.3% maksimum paket loss. Gambar 11. Perbandingan Cwnd Empat TCP di SLA Internap Gambar 12. Perbandingan Throughput Empat TCP di SLA Internap Pada Gambar 12 dari penelitian tersebut TCP Westwood+ memiliki throughput terbesar melebihi ketiga TCP lainnya, meskipun pada detik 0-1 disaat awal koneksi terjadi, TCP Westwood+ mengalami nilai throughput dibawah TCP Cubic, tetapi setelah itu throughput TCP Westwood+ menjadi yang terbesar hingga 10s. Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil throughput rata-rata TCP Cubic 6.51Mbit/s, TCP Reno 4.15 Mbit/s, TCP Vegas 4.20 Mbit/s, TCP Westwood+ 20 Mbit/s. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa TCP Westwood+ memiliki throughput rata-rata terbaik diantara ketiga TCP lainnya. Pada Gambar 11, cwnd TCP Westwood+ setelah mengalami paket loss memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan TCP lainnya karena pengaruh bandwidth estimasi. Nilai cwnd dan ssthresh 170 pada TCP Westwood+ di akhir koneksi mengungguli ketiga TCP lainnya yang rata-rata dibawah 25. Pada percobaan yang dilakukan selama 10 detik, data yang dapat dikirimkan sebesar 8 Mbytes untuk TCP Cubic, 5.12 Mbytes untuk TCP Reno, 5.25 Mbytes untuk TCP Vegas, dan 23.9Mbytes untuk TCP Westwood SLA Qwest Pada lingkungan jaringan SLA Qwest

9 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1107 memiliki maksimum latency, jitter dan paket loss untuk memenuhi kebutuhan VOIP Servis Level Agreement (SLA service provider, yaitu 50ms maksimum latency, 2ms maksimum jitter, dan 0.5% maksimum paket loss. Gambar 13. Perbandingan Cwnd Empat TCP di SLA Qwest Gambar 14. Perbandingan Throughput Empat TCP di SLA Qwest Pada Gambar 14 dari penelitian tersebut TCP Westwood+ memiliki throughput terbesar melebihi ketiga TCP lainnya dari detik Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil throughput rata-rata TCP Cubic 3.63Mbit/s, TCP Reno 5.28 Mbit/s, TCP Vegas 3.18 Mbit/s, TCP Westwood+ 15 Mbit/s. Pada Gambar 13 cwnd TCP Westwood+ setelah mengalami paket loss memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan TCP lainnya karena pengaruh bandwidth estimasi. Nilai cwnd 79 dan ssthresh 77 TCP Westwood+ pada akhir koneksi mengungguli ketiga TCP lainnya yang rata-rata dibawah 20. Pada percobaan yang dilakukan selama 10 detik, data yang dapat dikirimkan sebesar 4.75 Mbytes untuk TCP Cubic, 6.62 Mbytes untuk TCP Reno, 4.12 Mbytes untuk TCP Vegas, dan 18.4 Mbytes untuk TCP Westwood+. 5. KESIMPULAN 1. Pada kondisi jaringan yang memiliki latency dan delay besar tetapi 0% paket loss seperti pada SLA Axiowave (65ms maksimum latency, 0.5ms maksimum jitter, dan 0% maksimum paket loss), empat TCP Congestion control hanya menjalankan 2 fase, yaitu fase slow start dan fase congestion avoidance. Fase slow start terjadi ketika cwnd (congestion window) < slow start threshold (ssthresh). Fase congestion avoidance terjadi ketika cwnd (congestion window) slow start threshold (ssthresh). Pada kondisi jaringan ini TCP Westwood+ memiliki nilai throughput terbaik dibandingkan TCP lainnya. Hal ini dikarenakan faktor terbesar dari TCP Westwood adalah Bandwidth Estimation (BWE) yang menentukan besarnya ssthresh, sedangkan TCP lainnya menentukan ssthresh berdasarkan kondisi jaringan. TCP Westwood menganalisa packet Acknowledgement (ACK) yang kembali untuk memperkirakan BWE yang tersedia untuk koneksi TCP. Apabila BWE memiliki nilai yang besar ketika ACK diterima oleh TCP sender, maka nilai ssthresh di awal fase slow start akan bernilai besar yang melebihi TCP lainnya. Nilai ssthresh besar mempengaruhi nilai cwnd, karena fase slow start akan berhenti hingga cwnd=ssthresh dan nilai cwnd yang besar menyebabkan nilai throughput besar juga, karena nilai congestion window (cwnd) adalah besarnya segmen yang dapat dikirimkan menuju TCP receiver. Oleh karena itu, pada fase slow start TCP Westwood+ memiliki nilai terbesar hingga fase congestion avoidance yang cwnd diperbesar satu segmen setiap RTT. 2. Pada kondisi jaringan yang memiliki paket loss seperti pada SLA Verio (0.1% maksimum paket loss), SLA Internap (0.3% maksimum paket loss), dan SLA Qwest (0.5% maksimum paket loss) TCP Westwood+ memiliki nilai throughput terbaik dibandingkan TCP lainnya. Pada TCP Westwood+ ketika duplikat ACK diterima (terjadi paket loss) oleh sender maka diterapkan fase fast recovery dan fast retransmit. Pada fase ini menetapkan ssthresh setengah congestion window dan congestion window akan terus berkurang hingga memiliki nilai sama dengan ssthresh. Setelah fase fast recovery dan fast retransmit, maka ssthresh = (Bandwidth Estimation RTT min ) / segmen size dan nilai cwnd=ssthresh, sehingga setelah fase fast recovery dan fast retransmit nilai cwnd

10 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1108 dan ssthresh akan langsung memiliki nilai besar sesuai algoritma tersebut, sedangkan TCP lainnya setelah terjadi paket loss, maka diterapkan fase fast recovery dan fast retransmit sama seperti TCP Westwood+, tetapi setelah fase tersebut selesai maka TCP lainnya menjalankan fase congestion avoidance dengan menambahkan congestion window ukuran satu segmen setiap RTT. Dari perbedaan mekanisme setelah fase fast recovery dan fast retransmit di tiga TCP congestion control dengan TCP Westwood+, maka ketiga TCP congestion control lainnya akan memiliki nilai cwnd dan ssthresh yang lebih kecil setelah paket loss. Nilai cwnd yang lebih besar tersebut membuat TCP Westwood+ memiliki throughput terbaik dibandingkan TCP lainnya. 6. DAFTAR PUSTAKA Gerhard, D. & Girardi, D., Experimental analysis of the TCP Westwood+ and TCP CUBIC congestion control algorithms. Universitas Trento, Italia. Han, G.W., Experimental Implementation Of The New Tcp Prototype In Linux. Universitas Florida Atlantic, Amerika. Marrone, L. & Barbieri, A., TCP Performance Cubic, Vegas & Reno. Universitas de la plata, Argentina. Gaur, N., Shrivastava, S., Agarwal, S., Prasad, R., Analysis the Different TCP Traffic Scenario. Satya College of Engineering and Technology, India. Mateen, A. & Ahmad, J., Effective Internet Traffic Management by Reducing Congestion in TCP Cubic Through Proactive Approach. University Faisalabad, Pakistan. Feyzabadi, S., Identifyng TCP Congestion Control Mechanisms Using Active Probing. University Bremen, Jerman. A, Sarika., J, Aarshi., C, Ankit., CUBIC High Speed Algorithms Implemented In Linux. International Journal Of Innovate Research & Development. W, Eric. & F, Wuchun., A Cae ForTCP Vegas in High Performance Computational Grids. Department of Computer & Information Science Ohio State University, Amerika. S, Shakti., TCP CUBIC Congestion Control Transport Protocol. International Journal of in Multidisciplinary and Academy Research. K, Karvonen. & P, Siddharth., Analysis of Congestion Control Algorithm in Linux Supported TCP Versions. Department of Computer Science Aalto University School of Science, Finland. A, Mudasar., N, Asri., M, Murtadha., Experimental Evaluatin of TCP Congestion Control Mechanisms in Short and Long Distance Networks. Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia. N, Syed., Problems of TCP in High Bandwidth Delay Networks. JJT University, India. Bao, Wei., Wong, Vincent., Leung, Victor., A Model for Steady State Throughput of TCP Cubic. The University of British Columbia, Canada. C, Pooja., K, Sachin., A Review of Comparative Analysis of TCP Variants for Congestion Control in Network. Department of Computer Science & Engineering, India.

Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno Menggunakan Antrian Random Early Detection Dan Droptail

Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno Menggunakan Antrian Random Early Detection Dan Droptail Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3239-3248 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Perbandingan Kinerja TCP Vegas Dan TCP New Reno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengiriman data melalui jaringan TCP/IP dapat diibaratkan sebagai mobil-mobil yang ingin melewati sebuah jalan raya. Jika suatu saat, jumlah mobil yang lewat

Lebih terperinci

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK

METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK METODE PENGATURAN THROUGHPUT UNTUK TCP WESTWOOD+ PADA SALURAN BOTTLENECK Hilal Hudan Nuha 1, Fazmah Arif Y. 2 Pasca Sarjana Teknik Informatika IT Telkom Jln. Telekomunikasi no 1. Dayeuhkolot. Bandung e-mail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

TCP Flow & Congestion Control

TCP Flow & Congestion Control TCP Flow & Congestion Control Flow Control Model Kendali Aliran Aliran data masuk Buffer Server Aliran data keluar TCP Sliding Window Round-trip time Round-trip time Host A Window Size??? Window Size Window

Lebih terperinci

TCP Flow & Congestion Control

TCP Flow & Congestion Control TCP Flow & Congestion Control Flow Control Model Kendali Aliran Aliran data masuk Buffer Server Aliran data keluar TCP Sliding Window Round-trip time Round-trip time Host A Window Size??? Window Size Window

Lebih terperinci

Rekayasa Elektrika. Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal pada Jaringan Nirkabel Ad Hoc

Rekayasa Elektrika. Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal pada Jaringan Nirkabel Ad Hoc TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/2016 Jurnal Rekayasa Elektrika VOLUME 13 NOMOR 2 AGUSTUS 2017 Analisis TCP Cubic dan Simulasi untuk Menentukan Parameter Congestion Window dan Throughput Optimal

Lebih terperinci

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL TUGAS AKHIR RE 1599 ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL HERI WAHYU PURNOMO NRP 2203100515 Dosen Pembimbing Eko Setijadi, ST., MT. Ir. Suwadi, MT. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI DUMBBELL DAN SIMPLE NETWORK MENGGUNAKAN NS2

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI DUMBBELL DAN SIMPLE NETWORK MENGGUNAKAN NS2 PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI DUMBBELL DAN SIMPLE NETWORK MENGGUNAKAN NS2 Rian Fahrizal 1, Wahyu Dewanto 2, Sujoko Sumaryono 3 1 Jurusan Teknik Elektro FT UNTIRTA Jln.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI PARKINGLOT DAN MULTIHOME MENGGUNAKAN NS2

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI PARKINGLOT DAN MULTIHOME MENGGUNAKAN NS2 PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA BIC, CUBIC DAN HTCP PADA TOPOLOGI PARKINGLOT DAN MULTIHOME MENGGUNAKAN NS2 Rian Fahrizal 1), Wahyu Dewanto 2), Sujoko Sumaryono 3) 1 Jurusan Teknik Elektro FT UNTIRTA Jln.

Lebih terperinci

MODUL 2 WIRESHARK Protokol TCP

MODUL 2 WIRESHARK Protokol TCP MODUL 2 WIRESHARK TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep pengiriman data dengan TCP 2. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep pengiriman data dengan UDP DASAR TEORI Protokol

Lebih terperinci

MODUL 2 WIRESHARK Protokol TCP

MODUL 2 WIRESHARK Protokol TCP MODUL 2 WIRESHARK TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep pengiriman data dengan TCP 2. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep pengiriman data dengan UDP DASAR TEORI Protokol

Lebih terperinci

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS

BAB IV. Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS BAB IV Kinerja Varian TCP Dalam Jaringan UMTS 4.1 Hasil Simulasi Dampak scheduler layer MAChs pada TCP Sesuai dengan penjelasan scenario yang telah kami berikan pada 3.5.1, maka dari simulasi ini kami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian terhadap hasil virtualisasi pada sebuah controller. Melalui virtualisasi, sebuah controller dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Transport layer/ lapisan transport merupakan lapisan keempat dari model referensi OSI yang bertugas menyediakan data transport yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP) merupakan dua buah transport layer yang paling banyak digunakan di internet saat ini. TCP menyediakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan

Lebih terperinci

Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout

Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout 42 Integer Journal, Vol 2, No 1, Maret 2017: 42-53 Metode Deteksi Terputusnya Koneksi Tcp Pada Receiving Host Berdasarkan Packet Inter-Arrival Timeout Pangestu Widodo 1, Waskitho Wibisono 2 1,2 Program

Lebih terperinci

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. 8 diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. header 20 bytes lebih besar daripada paket IPv4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Lebih terperinci

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN

PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN PRAKTIKUM 14 ANALISA QoS JARINGAN I. Tujuan 1. Mahasiswa memahami konsep QoS. 2. Mahasiswa mampu menganalisa QoS pada suatu system jaringan II. Peralatan Yang Dibutuhkan 1. Beberapa komputer yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang cepat dari teknologi jaringan telah membuat aplikasi multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game online sudah menjamur

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. TOPOLOGI SISTEM JARINGAN Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dan implementasi teknologi MIPv4 dengan diperhatikannya faktor kualitas layanan dan kehandalan. Adapun

Lebih terperinci

The OSI Reference Model

The OSI Reference Model The OSI Reference Model Contoh penerapan model OSI : Contoh penerapan model OSI sehari-hari pada proses penerimaan e mail: o Layer 7, Anda memakai Microsoft Outlook yang mempunyai fungsi SMTP dan POP3.

Lebih terperinci

Fungsi Lapis Transport

Fungsi Lapis Transport Transport Layer Fungsi umum Memungkinkan multi aplikasi dapat dikomunikasikan melalui jaringan pada saat yang sama dalam single device. Memastikan agar, jika diperlukan, data dapat diterima dengan handal

Lebih terperinci

Rahmady Liyantanto liyantanto.wordpress.com

Rahmady Liyantanto liyantanto.wordpress.com Rahmady Liyantanto liyantanto88@gmail.com liyantanto.wordpress.com Komunikasi Data D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Sebelum TCP/IP digunakan sebagai standart untuk komunikasi data, OSI (Open

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum melakukan simulasi dan analisis perbandingan unjuk kerja protokol dan DCCP dengan menggunakan data multimedia, dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA DCCP CCID 2 DAN CCID 3 DI JARINGAN KABEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Mario Christanto

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet. DAFTAR ISTILAH Aggregator : perkumpulan dari ethernet service switch yang terhubung dengan service router pada jaringan Metro Ethernet. Carrier Ethernet : media pembawa informasi pada jaringan dengan interface

Lebih terperinci

Analisa Quality of Service (QoS) Trafik Multimedia Pada Pemodelan Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Menggunakan Router Mikrotik

Analisa Quality of Service (QoS) Trafik Multimedia Pada Pemodelan Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Menggunakan Router Mikrotik Analisa Quality of Service (QoS) Trafik Multimedia Pada Pemodelan Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Menggunakan Router Mikrotik M. Moriandy Gozali*, Linna Oktaviana Sari** *Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011 Dari Wikipedia: "Dalam komunikasi jaringan, throughput adalah jumlah data digital per waktu unit yang dikirimkan ke terminal tertentu dalam suatu jaringan, dari node jaringan, atau dari satu node ke yang

Lebih terperinci

Jurnal JARKOM Vol. 3 No. 2 Juni PENGUJIAN KINERJA KOMUNIKASI DATA MENGGUNAKAN IPv4 VS IPv6 PADA JARINGAN CLIENT SERVER

Jurnal JARKOM Vol. 3 No. 2 Juni PENGUJIAN KINERJA KOMUNIKASI DATA MENGGUNAKAN IPv4 VS IPv6 PADA JARINGAN CLIENT SERVER PENGUJIAN KINERJA KOMUNIKASI DATA MENGGUNAKAN VS PADA JARINGAN CLIENT SERVER M. Eko Saputra L 1, Erna Kumalasari N 2, Joko Triyono 3 1,2,3 Teknik Informatika, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta

Lebih terperinci

Layer Transport OSI. Network Fundamentals Chapter 4. ITE PC v4.0 Chapter Cisco Systems, Inc. All rights reserved.

Layer Transport OSI. Network Fundamentals Chapter 4. ITE PC v4.0 Chapter Cisco Systems, Inc. All rights reserved. Layer Transport OSI Network Fundamentals Chapter 4 1 Tujuan Menjelaskan peran protokol pada Layer Transport dan layanannya dalam mendukung komunikasi di seluruh jaringan data. Menganalisa penerapan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu : Oktober 2009 Februari : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung. 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya

III. METODE PENELITIAN. Waktu : Oktober 2009 Februari : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung. 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu : Oktober 2009 Februari 2010 Tempat : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya 3. Laboratorium Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI Pada bab ini akan membahas mengenai skenario pengujian dan hasil analisis dari tugas akhir ini. Sebelum masuk ke tahap pengujian akan dijelaskan terlebih

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN..... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRACT..... iii ABSTRAK..... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Network Layer JARINGAN KOMPUTER Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Objectives Fungsi Network Layer Protokol Komunikasi Data Konsep Pengalamatan Logis (IP) Konsep Pemanfaatan IP Konsep routing Algoritma routing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol

BAB II DASAR TEORI. Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi TCP/IP Teknologi TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan protocol yang dilaksanakan dan dibiayai oleh Defense Advanced Research Project Agency (DARPA). Paket TCP/IP

Lebih terperinci

Fungsi Lapis Transport

Fungsi Lapis Transport Transport Layer Fungsi umum Memungkinkan multi aplikasi dapat dikomunikasikan melalui jaringan pada saat yang sama dalam single device. Memastikan agar, jika diperlukan, data dapat diterima dengan handal

Lebih terperinci

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management Jenis Koneksi Congestion Control QoS (Quality of Service) Metode Pengendalian Trafik (QoS) Simulasi Traffic Management

Lebih terperinci

Perbaikan Tcp Westwood +

Perbaikan Tcp Westwood + Perbaikan Tcp estwood + Sukiswo Abstract: TCP estwood+ is evolution of TCP estood. TCP estwood+ representing one of TCP proposed for the modification of existing TCP now. Specially TCP estwood+, TCP estwood+

Lebih terperinci

Transport Layer. Oleh : Akhmad Mukhammad

Transport Layer. Oleh : Akhmad Mukhammad Transport Layer Oleh : Akhmad Mukhammad Objektif Menjelaskan pentingnya layer Transport. Mendeskripsikan peran dua protokol pada layer Transport : TCP dan UDP. Menjelaskan fungsi-fungis layer Transport

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun ini, jaringan telepon yang membawa sinyal-sinyal suara sudah mulai banyak menjangkau masyarakat.dengan infrastruktur yang semakin murah pembangunannya,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33)

ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33) ANALISIS KINERJA TCP WESTWOOD UNTUK PENCEGAHAN KONGESTI PADA JARINGAN LTE DENGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2.33 (NS2.33) Grace Karlina Permatasari *), Sukiswo, and Imam Santoso Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T

TCP DAN UDP. Budhi Irawan, S.Si, M.T TCP DAN UDP Budhi Irawan, S.Si, M.T LAPISAN TRANSPOR adalah Lapisan keempat dari Model Referensi OSI yang bertanggung jawab untuk menyediakan layanan-layanan yang dapat diandalkan kepada protokol-protokol

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG ) ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG ) Ferry Wahyu S Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing Border Gateway Protocol Nanda Satria Nugraha Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Semarang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam

Lebih terperinci

Data and Computer BAB 2

Data and Computer BAB 2 William Stallings Data and Computer Communications BAB 2 Protokol dan Arsitektur 1 Karakteristik Langsung atau tidak langsung Monolitik atau terstruktur Simetris atau asimetris Standar atau tidak standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tidak menyediakan fitur koreksi kesalahan (Sofana, Cisco CCNA & Jaringan

BAB I PENDAHULUAN. juga tidak menyediakan fitur koreksi kesalahan (Sofana, Cisco CCNA & Jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dan pesat mempengaruhi kehidupan masyarakat modern dalam menggunakan teknologi media komunikasi berbasis data streaming. Streaming

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE

ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE ANALISIS PERFORMANSI TFMCC PADA JARINGAN BROADBAND WIRELINE Aditya Pratomo Sarwoko / 0622008 surel: adityapratomosarwoko@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1485 ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC PERFORMANCE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebutuhan Sistem Saat melakukan pengujian jaringan VPN PPTP dan L2TP, dibutuhkan perangkat software dan hardware untuk mendukung dalam penelitian analisis unjuk kerja jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah proses mengurai konsep kedalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sedemikian rupa sehingga struktur logisnya menjadi jelas (Fikri 2007). Analisis

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah pengujian IPv4 dan transisi IPv4 ke ipv6 yang masing-masing melalui corenetwork MPLS IPv4. Hasil penelitian didapatkan dengan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN SISTEM 31 BAB III PERENCANAAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Tugas Akhir ini merupakan pengembangan dari Tugas Akhir yang berjudul Simulasi dan Analisis Performansi QoS pada Aplikasi Video Live Streaming menggunakan

Lebih terperinci

Ridwansyah, ST MT. Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM

Ridwansyah, ST MT. Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM KINERJA JARINGAN Ridwansyah, ST MT Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM. Tolok ukur kinerja jaringan Throughput Data yang dikirimkan per satuan waktu Latency (delay) Wk Waktu yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik Komposisi Protokol Transport

HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik Komposisi Protokol Transport Analisis Kinerja Analisis kinerja dilakukan berdasarkan nilai-nilai dari parameter kinerja yang telah ditentukan sebelumnya. Parameter kinerja memberikan gambaran kinerja sistem, sehingga dapat diketahui

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaringan wireless kebutuhan akan Quality of service sangatlah penting, demi mencapai kepuasan dari user dalam menggunakannya. Faktor-faktor dari Quality of service

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK

EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer EVALUASI KINERJA TCP NEW RENO DALAM WIRELESS MESH NETWORK PERFORMANCE EVALUATION OF TCP NEW RENO IN WIRELESS MESH NETWORK Veronica Windha Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA (011140020) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER 3 2015 1. Pengertian Kualitas Layanan (Quality Of Service) a. Para Ahli (Menurut Ferguson & Huston 1998),

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA TCP RENO DAN TCP VEGAS PADA JARINGAN KABEL

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA TCP RENO DAN TCP VEGAS PADA JARINGAN KABEL ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA TCP RENO DAN TCP VEGAS PADA JARINGAN KABEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika DISUSUN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Arsitektur Komunikasi Data Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus dikembangkan, dan setiap layanan tersebut memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda.

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP Agenda Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP 2 Protokol Definisi : A rule, guideline, or document which guides how an activity should be performed. Dalam ilmu komputer, protokol adalah konvensi

Lebih terperinci

telah diaplikasikan oleh vendor router pada produkproduknya

telah diaplikasikan oleh vendor router pada produkproduknya 1 Analisis Penggunaan Algoritma Useless Packet Transmission Avoidance (UPTA) Untuk Menghindari Transmisi Paket Tidak Berguna pada Multimedia di Jaringan Dengan Tingkat Best-Effort Yazid Herdianto, Wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan manusia makin bertambah seiring berjalannya waktu. Waktu atau efisiensi sangat dibutuhkan untuk kelancaran dalam kehidupan sehari-hari terutama

Lebih terperinci

Jaringan Komputer. Konsep Dasar Internetwork. Sabriansyah Rizqika

Jaringan Komputer. Konsep Dasar Internetwork. Sabriansyah Rizqika Jaringan Komputer Konsep Dasar Internetwork Sabriansyah Rizqika Akbar Sabrian@ub.ac.id @hahan Chapter 1 Internetworking Tujuan Perkuliahan Mengerti dasar internetworking Fungsi dan tujuan berbagai peralatan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya (Sugiharto, 2011) menjelaskan tentang sebuah sistem yang berfungsi untuk memonitor traffic dalam jaringan, sehingga administrator dapat mengetahui keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat di dunia, hal ini menyebabkan semakin meningkatnya permintaan akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA 39 BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA Pada bab pengujian dan analisa akan menjelaskan tentang hasil dan berbandingan terhadap quality of service pada jaringan ASTInet yang digunakan di Head Office PT. Trans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pertama ini merupakan pendahuluan dari seluruh isi buku laporan tugas akhir. Adapun pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metode penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN.

BAB 1. PENDAHULUAN. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan layanan data dengan kecepatan tinggi memerlukan suatu jaringan yang mempunyai kehandalan, efisiensi dan mampu memberikan kepuasaan akan layanan

Lebih terperinci

Pengukuran Performance Open vswitch pada Virtual Network Traffic Monitoring berbasis Port Mirroring

Pengukuran Performance Open vswitch pada Virtual Network Traffic Monitoring berbasis Port Mirroring Pengukuran Performance Open vswitch pada Virtual Network Traffic Monitoring berbasis Port Mirroring ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Peneliti

Lebih terperinci

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer Soal Ujian Tengah Semester 2012 - Mata Kuliah Jaringan Komputer Multiple Choice Soal Pilihan tersebut memiliki bobot 3 apabila benar, bobot -1 apabila salah, dan bobot 0 apabila kosong. Hanya ada satu

Lebih terperinci

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer Soal Ujian Tengah Semester 2012 - Mata Kuliah Jaringan Komputer Multiple Choice Soal Pilihan tersebut memiliki bobot 3 apabila benar, bobot -1 apabila salah, dan bobot 0 apabila kosong. Hanya ada satu

Lebih terperinci

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP A. Dasar Teori Apa itu jaringan komputer? Jaringan Komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebih komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III MEODE PENELIIAN Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi-informasi,

Lebih terperinci

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada BAB 4 PENGUJIAN SISTEM DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Skenario Pengujian Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada layanan VoIP, maka langkah selanjutnya adalah penulis mensimulasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching (MPLS) menurut Internet Engineering Task Force (IETF), didefinisikan sebagai arsitektur jaringan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internet Protocol Television IPTV (Internet Protocol TV) merupakan sebuah sistem yang mampu menerima dan menampilkan video streaming dalam satu paket internet Protocol. Sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM Pada bab ini membahas mengenai hasil dan kinerja sistem yang telah dirancang sebelumnya yaitu meliputi delay, jitter, packet loss, Throughput dari masing masing

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah. 62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tantangan dalam sistem layanan jaringan telekomunikasi adalah bagaimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tantangan dalam sistem layanan jaringan telekomunikasi adalah bagaimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran Tantangan dalam sistem layanan jaringan telekomunikasi adalah bagaimana untuk merancang sistem dengan biaya seefektif mungkin sementara tetap memenuhi

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA

Lebih terperinci

Protokol dan Arsitekturnya

Protokol dan Arsitekturnya Protokol dan Arsitekturnya Karakteristik Langsung atau tidak langsung Monolitik atau terstruktur Simetrik atau tidak simetrik Standar atau tidak standar Langsung atau Tidak Langsung Langsung Sistem terkait

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet

Lebih terperinci

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

BAB 3. PERANCANGAN JARINGAN DAN PENGUJIAN

BAB 3. PERANCANGAN JARINGAN DAN PENGUJIAN BAB 3. PERANCANGAN JARINGAN DAN PENGUJIAN 3.1 Topologi Jaringan Topologi jaringan yang digunakan untuk pengujian routing protokol RIPng dan OSPFv3 Menggunakan bentuk topologi ring dengan 3 buah router

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Router merupakan sebuah alat yang berfungsi menghubungkan jaringan yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan tersebut. Router bekerja

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut adalah spesifikasi perangkat keras yang akan digunakan dalam rancangan jaringan sesuai acuan topologi external network perusahaan.

Lebih terperinci

MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS

MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS JETri, Volume 4, Nomor 1, Agustus 2004, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 MAXIMIZING TCP THROUGHPUT AND FAIRNESS INDEX IN WIRELESS CDMA NETWORKS Yuli Kurnia Ningsih & Andy Wiryanto* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci