Kajian Program Penyaluran Kredit Usaha Kecil Melalui Program Kemitraan (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Program Penyaluran Kredit Usaha Kecil Melalui Program Kemitraan (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) Abstract"

Transkripsi

1 Kajian Program Penyaluran Kredit Usaha Kecil Melalui Program Kemitraan (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) Yuanri Dwi Wati 1, Musa Hubeis 2 dan Amiruddin Saleh 2 Abstract This program of partnership conducted by BUMN (as builder), in this case PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (Bank BNI) and small business as foster partner work along with Bogor Bridge Agricultural University (IPB) represent institution of government having function as bridge institution, and also give recommendation for group of small (medium enterprise) to become candidate of foster partner. Target of this study in general is to analyze pattern channeling of credit to small entrepreneur through program of partnership of BUMN and strategy of development partnership conducted by Bank BNI Bogor Small Credit Central unit with Advocacy Institute IPB. Data collecting conducted by interview to get secondary and primary data from small medium enterprises (SME or UKM) by using questioner instrument form, observation and study of bibliography to learn and study the problems. The number of respondent consist of 75 respondent divided in two, 50 respondent from IPB partner of construct and 25 respondent from non IPB partner of construct. Data obtained in the primary and secondary data form, than analyzed descriptively to determine internal weaknesses and strengths, and also opportunities and threats of external company. Further analysis was done by using the Internal Factor Evaluation (IFE), Externals Factor Evaluation (EFE), matrix Internal- External (IE) and also analyze matrix Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) to formulate alternative of strategy of partnership in Credit of Partner of BUMN (KKB) supporting program. Result of the study indicated an internal factor influencing KKB program is proffering procedure and condition which is easy. External factor influencing KKB program is market UKM potency which still be big and the number of competitor from bank of a kind BUMN and also private sector. Given the partner link condition and position from result matrix analyze IE, can be compiled by some partner strategy alternative KKB supporting program, that are : (1) expense credit management process like administration expense, (2) adding administrative personnel outsourcing, (3) more intensive promotion through various media and (4) performing socialization about KKB by inviting all client from UKM group. Strategy expected can realize partnership target, that is create UKM selfsupporting and taft. Keywords: Bank BNI, IPB, SME/UKM, SWOT, KKB, strategy 1. Latar Belakang PENDAHULUAN Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Salah satu jenis kredit yang ditawarkan oleh bank adalah kredit modal kerja. Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Pertumbuhan kredit pada tahun 2006 berada jauh di bawah target awal 18%, kredit hanya tumbuh Rp. 78 triliun atau sekitar 10% dibandingkan dengan akhir tahun Rendahnya kucuran kredit membuat pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 5,5%. Target pertumbuhan kredit tahun 2007 dipatok 18-20%. Ini berarti nominal pertumbuhan kredit tahun 2007 ditargetkan sekitar Rp. 150 triliun. Dana perbankan sebesar Rp. 106 triliun untuk tahun 2005 akan dilaporkan untuk kredit sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Rp. 60,44 triliun. Selain itu, ada pengalokasian dana keuntungan BUMN sebesar 1-3% untuk pemberdayaan UMKM. Sampai pada akhir tahun 2004 ekspansi netto kredit perbankan kepada UMKM mencapai Rp. 72 triliun dari rencana bisnis perbankan sebesar Rp. 38,5 triliun, berarti angka realisasi kredit yang diberikan perbankan kepada UMKM mencapai 187% dari target, padahal tahun 2003 hanya tersalurkan 63,8% dari rencana bisnis 1 Alumni PS MPI, SPs IPB 2 Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB

2 18 sebanyak Rp. 42,3 triliun, sedangkan kredit bermasalah pada tahun 2004 hanya 3,44% (Hadinoto, 2007). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk selanjutnya disebut Bank BNI sebagai salah satu lembaga perbankan milik pemerintah atau badan usaha milik negara (BUMN) ikut berperan aktif dalam melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan program pemerintah untuk menumbuhkembangkan pengusaha-pengusaha baru dengan menyediakan fasilitas kredit kemitraan BUMN (KKB). Kredit kemitraan BUMN merupakan program kemitraan BUMN dengan usaha mikro, kecil dan koperasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan usaha mikro, kecil dan koperasi agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana yang berasal dari bagian laba BUMN, melalui pemberian pinjaman untuk usaha produktif dalam bentuk modal kerja maupun investasi kepada Mitra Binaan. Penyaluran kredit kemitraan BUMN hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif dan tidak dimaksudkan untuk keperluan konsumtif. Pola penyaluran adalah langsung kepada end user (mitra binaan) dengan sasaran semua sektor usaha mikro, kecil dan koperasi yang meliputi pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan dan jasa-jasa usaha mikro dan kecil lainnya. Dalam rangka mengoptimalkan penyaluran kredit kemitraan, BNI menjalin kerjasama dengan 17 perguruan tinggi. Bentuk kerjasamanya adalah pemberian fasilitas kredit kemitraan BNI kepada mitra binaan yang direkomendasikan oleh perguruan tinggi. Pihak perguruan tinggi melakukan verifikasi calon mitra binaan melakukan pembinaan, pelatihan dan pendampingan. Perguruan tinggi memiliki kunci strategis dalam pengembangan usaha kecil, selain jaringannya dalam menjangkau keberadaan usaha kecil, perguruan tinggi merupakan gudang ilmu, sumber ilmu dan sumber pengembangan ilmu sehingga berpeluang untuk mengkombinasikan dengan Tri Dharma perguruan tinggi, seperti penerapan teknologi atau hasil penelitian untuk pemberdayaan masyarakat. Perguruan Tinggi yang menandatangani kerjasama adalah Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Padjadjaran Bandung (UNPAD), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Andalas (Unand), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Jember, Universitas Tanjungpura Pontianak, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Lampung, Universitas Merdeka Malang, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Pancasila, Universitas Katolik Soegijapranata dan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Pada tahun 2003 jumlah UKM mencapai 42,4 juta unit dan mampu menyerap lebih dari 79 juta tenaga kerja. Angka ini setara dengan 99,5% dari total jumlah tenaga kerja. Dari jumlah total 79 juta tenaga kerja tersebut, 70,3 juta orang bekerja di usaha mikro dan kecil sementara 8,7 juta lainnya di usaha menengah. Di sisi lain, dengan semakin ketatnya persaingan usaha sebagai dampak globalisasi pasar, maka pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil sangat diperlukan, agar usaha ini tidak terdesak dengan usaha besar dan investor mancanegara. Bila dilihat dari tantangannya, secara umum UKM mempunyai tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal usaha kecil melekat pada dirinya, yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi terbatas. Sedangkan tantangan eksternal adalah sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan usaha besar. Program penyelenggaraan PUKKBL dilaksanakan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan menyisihkan 1-3% dari laba bersihnya untuk program kemitraan, yaitu meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi tangguh, mandiri dan unggul, sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk domestik bruto semakin meningkat (Kementrian BUMN, 2003). Program kemitraan ini dilakukan oleh BUMN (sebagai pembina), dalam hal ini Bank BNI dan usaha kecil sebagai mitra binaan bekerjasama dengan IPB merupakan instansi pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai lembaga pendamping, serta memberikan rekomendasi bagi kelompok usaha kecil yang akan menjadi calon mitra binaan. Fungsi dari lembaga pendamping (LP) sebatas mengorganisir mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang menjadi binaannya yaitu membantu pihak bank dalam pelaksanaan kegiatan seleksi, administrasi penyaluran dan kegiatan penagihan kredit. LP dirasakan perlu oleh pihak bank, dikarenakan jumlah tenaga/pegawai bank yang sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk seluruhnya dikerjakan oleh orang bank dan selain itu dalam penilaian kelayakan usaha calon mitra binaan, pihak perguruan tinggi dirasakan lebih kompeten dalam menilai apakah mitra binaan tersebut layak atau tidaknya untuk diberikan kredit. Program kemitraan ini dapat dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh dan mandiri.

3 19 2. Permasalahan a. Pola-pola penyaluran kredit usaha kecil (KUK) apakah yang telah dilakukan oleh PT BNI (Persero) Tbk Unit SKC Bogor selama ini, baik yang melalui jalur perbankan maupun melalui jalur kemitraan? b. Langkah-langkah pendekatan yang bagaimanakah yang dapat menciptakan keberhasilan penyaluran KUK oleh PT. Bank BNI melalui LP LPPM IPB? c. Bagaimana bentuk strategi penyaluran KUK dari program kemitraan PT. Bank BNI (Persero) Tbk melalui LP LPPM IPB? 3. Tujuan a. Mengidentifikasi pola penyaluran kredit modal kerja yang sesuai bagi PT BNI (Persero) Tbk Unit SKC Bogor melalui jalur perbankan maupun program kemitraan BUMN bekerjasama dengan LP LPPM IPB. b. Mengidentifikasi bentuk strategi penyaluran KUK dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses penyaluran dan pengembalian KUK melalui program kemitraan, yang dilakukan PT. Bank BNI (Persero) Tbk bekerjasama dengan LP LPPM IPB. c. Menyusun strategi penyaluran KUK program kemitraan yang dilakukan oleh PT BNI (Persero) Tbk dalam mendukung kegiatan usaha mitra binaannya, dengan LP LPPM IPB. 1. Lokasi METODOLOGI Kajian ini dilakukan di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Unit Sentra Kredit Kecil Cabang Bogor dan mitra binaan yang merupakan mitra binaan Bank BNI dan mitra binaan IPB yang lokasinya berada di kota dan kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilakukan selama empat bulan, yaitu dari bulan Agustus November Metode Kerja a. Pengumpulan Data Dalam menganalisis dan membahas masalah pada kajian ini dibutuhkan data primer dan sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mendapatkan data tersebut digunakan teknik pengumpulan data berikut : 1) Wawancara terstuktur Wawancara terstruktur ini dilakukan untuk mendapatkan data primer langsung dari usaha kecil dengan menggunakan suatu instrumen kajian berupa kuesioner yang dibagikan kepada 75 responden, dimana 50 responden merupakan mitra binaan IPB dan 25 responden merupakan mitra binaan non IPB, serta pakar diisi oleh 4 (empat) orang pegawai Bank BNI yang terdiri dari Asistant Vice President (AVP), Manager (MGR), Penyelia dan Analis kredit. 2) Observasi Teknik ini digunakan untuk melakukan pencatatan secara teliti dan sistematis terhadap obyek kajian dalam melengkapi teknik wawancara. 3) Studi Kepustakaan Metode ini digunakan untuk mempelajari dan mengkaji literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dapat memberikan informasi yang bersifat teoritis sebagai landasan teori dalam menunjang pelaksanaan penelitian. b. Metode Analisis Dalam kajian ini dilakukan beberapa analisis, yaitu analisis deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan yang dilakukan dengan permasalahan-permasalahan yang ada, serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kemitraan digunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengetahui strategi yang dapat dikembangkan digunakan metode Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) atau SWOT sebagai evaluasi kinerja kemitraan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4 20 1) Deskriptif Kualitatif Data yang telah diperoleh, baik primer maupun sekunder diolah secara deskriptif dalam bentuk tabel, diagram dan kajian strategi dengan analisa SWOT sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja kemitraan dengan alat analisis yang sederhana dan cukup baik, efektif dan efisien dalam memisahkan masalah-masalah utama yang dihadapi perusahaan melalui analisis internal dan eksternal. Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah menggunakan matriks IFE. Sedangkan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan persaingan di pasar industri, dimana perusahaan berada digunakan matriks EFE (Umar, 2005). 2) Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa data/informasi fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, sumber daya manusia (SDM), pemasaran, sistem informasi dan produk/operasi. 3) Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman ekternal yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan di pasar industri, dimana perusahaan berada, beserta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting, karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Tabel 1. Matriks IFE / EFE Faktor Strategi Internal A. Kekuatan / Peluang Jumlah (A) B. Kelemahan / Ancaman Jumlah (B) Total (A+B) Bobot (a) Rating (b) Nilai (axb) 4) Matriks IE Gabungan kedua matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks IE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 (sembilan) sel strategi perusahaan, menurut Umar (2005) kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1. Growth Strategy merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, 5, 7 dan 8). Strategi yang cocok digunakan adalah Strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. 2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan (sel 4 dan 5). 3. Retrenchment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9).

5 21 Skor Total IFE 4,0 Skor Tinggi Total 3,0 EFE Sedang 2,0 Rendah 1,0 Gambar 1. Matriks IE Kuat Rataan Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0 I II III Growth Growth Retrenchment IV V VI Stability Growth Retrenchment Stability VII VIII IX Growth Growth Retrenchment 5) Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer untuk mengembangkan empat alternatif strategi. Keempat tipe alternatif strategi yang dimaksud adalah : a. Strategi SO (Strengths-Opportunities) Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Jika perusahaan memiliki banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi kelemahan itu agar menjadi kuat. Sedangkan, jika perusahaan menghadapi banyak ancaman, perusahaan harus berusaha menghindarinya dan berusaha berkonsentrasi pada peluang-peluang yang ada. b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Kadangkala perusahaan menghadapi kesulitan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada, karena adanya kelemahan-kelemahan internal. c. Strategi ST (Strengths-Threats) Dalam strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman. Tabel 2. Matriks SWOT EFE IFE STRENGTHS (S) Daftar 5-10 faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Daftar 5-10 faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) Daftar 5-10 faktor peluang eksternal THREATS (T) Daftar 5-10 faktor ancaman eksternal Sumber : Rangkuti, STRATEGI SO Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WO Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

6 22 6) Analisis Khi Kuadrat Analisis khi kuadrat dapat digunakan untuk menguji perbedaan nyata antara banyak yang diamati dari obyek atau jawaban yang masuk dalam masing-masing kategori dengan banyak yang diharapkan menurut pengujian hipotesis nol (Sugiyono, 2004). Rumus khi kuadrat adalah : 2 k i 1 f 0 f f h h 2 Keterangan : 2 = khi kuadrat f o = frekuensi yang diobservasi = frekuensi yang diharapkan f h Data kajian ini mengikuti distribusi khi kuadrat dengan derajat bebas db=k-1. Frekuensi yang diharapkan (f h ) untuk masing-masing kelas ditetapkan berbeda berdasarkan kategori banyak yang diharapkan. Analisis khi kuadrat ini digunakan untuk membandingkan antara mitra binaan yang melalui LP dan mitra binaan yang tidak melalui LP. 1. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN a. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 1) Visi BNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang sudah berdiri sejak tahun 1946 mempunyai Visi, yaitu menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja, menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer (PT BNI, 2007 a ). 2) Misi BNI Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer, sedangkan value BNI memberikan kenyamanan dan kepuasan. 3) Budaya Perusahaan i. BNI adalah bank umum berstatus perusahaan publik ii. BNI berorientasi kepada pasar dan pembangunan nasional iii. BNI secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha iv. BNI mengakui peranan dan menghargai kepentingan pegawai v. BNI mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional. b. LPPM IPB Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) dibentuk sejak 6 Nopember 2003 melalui SK Rektor IPB Nomor 180/K13/0T/2003. Lembaga ini merupakan gabungan dari lembaga Penelitian (LP) dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) IPB. 1) Visi LPPM sebagai lembaga terkemuka dan bermutu internasional dalam penelitian dan pemberdayaan masyarakat berbasis IPTEKS di bidang pertanian tropika. 2) Misi i. Meningkatkan budaya penelitian dan pemberdayaan masyarakat (PPM) yang menjunjung tinggi nilai etika dan moral, dalam rangka mewujudkan academic excellent. ii. Mengembangkan program-program penelitian di bidang pertanian tropis berkelanjutan yang dapat diterapkan dan didayagunakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. iii. Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada hasil penelitian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan kompetensi IPB. iv. Mendorong, memfasilitasi, meningkatkan dan mengembangkan kerjasama kemitraan dan jaringan kerjasama PPM, baik internal maupun eksternal (Nasional-Internasional) secara efektif, efisien dan terbuka.

7 23 3) Tujuan i. Terciptanya kelembagaan PPM sebagai organisasi yang efektif, efisien dan sehat. ii. Mengembangkan, memutakhirkan dan memanfaatkan IPTEKS secara arif dan bertanggungjawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan mendukung peningkatan mutu pendidikan. iii. Terbentuk dan berkembangnya kemitraan dalam rangka alih IPTEKS ke masyarakat dan terciptanya program PPM berkelanjutan. iv. Mendukung perkembangan institut menjadi Universitas Berbasis Riset. 4) Tugas dan Fungsi i. Menetapkan arah dan kebijakan PPM bagi terwujudnya Visi, Misi dan Tujuan IPB. ii. Melaksanakan jaminan mutu (quality assurance) penyelenggara PPM oleh pusat-pusat di lingkungan IPB. iii. Menyusun tata cara kelembagaan pusat dan antar pusat. iv. Mengkoordinasikan pelaksanaan program PPM antar pusat. v. Melakukan koordinasi dengan Dekan berkenaan dengan kegiatan PPM yang dilakukan di departemen. vi. Memfasilitasi administrasi dan kontrak kegiatan PPM yang dilakukan di departemen. vii. Mengevaluasi kinerja tahunan pusat-pusat berkenaan dengan output dan outcome PPM. viii. Menyarankan pendirian, penghapusan dan penggabungan pusat-pusat kepada pimpinan IPB. Dalam mewujudkan kemudahan akses UKM untuk berhubungan dengan pihak penyandang dana, IPB berperanserta dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan membentuk LP yang berada dalam koordinasi LPPM. Dasar pembentukan LP tercantum dalam Nota Kesepahaman tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui program kemitraan antara IPB dengan bank BNI yang ditanda-tangani pada tanggal 21 Februari 2006 di Jakarta. Fungsi LP adalah (a) Memberikan rekomendasi calon mitra binaan untuk mendapatkan pinjaman, (b) Verifikasi kelayakan usaha calon mitra binaan, serta (c) Pembinaan/kunjungan, pelatihan dan pendampingan mitra binaan. c. Pelaksanaan program kemitraan 1) Latar belakang Latar belakang dilaksanakannya program kemitraan yang dilakukan oleh Bank BNI dengan LPPM IPB sebagai LP berikut : a) Membangun capacity building masyarakat mikro dan kecil melalui upaya meningkatkan kemampuan akses masyarakat mikro di perbankan dan memperkuat pengelolaan bisnis mikro, agar mampu mengakomodasikan karakter dan dinamika serta kebutuhan masyarakat mikro. b) Mengupayakan percepatan realisasi technical assistance dalam bentuk mewujudkan lembaga konsultasi dan edukasi, mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pembentukan konsultan keuangan mitra bank yang diinisiasikan Bank Indonesia. c) Menyalurkan pendanaan dalam bentuk pinjaman yang mengakomodasi kebutuhan usaha kecil dan mikro, yaitu (a) prosedur mudah dipahami, (b) akses ke nasabah mudah dan longgar, (c) maksimum kredit relatif kecil, (d) jangka waktu pendek, (e) agunan rendah/ada agunan alternatif dan (f) tingkat bunga kompetitif. 2) Dasar hukum a) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. KEP-236/MBU/ 2003 tanggal 17 Juni b) Surat Edaran Kementrian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. SE-433/ MBU/2003 tanggal 16 September c) Peraturan bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia dengan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. KEP-18/MBU/2005 dan 02/SKB/M.UMKM/IV/2005 tanggal 06 April d) Perjanjian Kerjasama antara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Bogor dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor No. BGC/02/91/R tanggal 21 Februari 2006.

8 24 3) Pola penyaluran a) Penyaluran KKB hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif dan tidak dimaksudkan untuk kegiatan konsumtif. b) Pola penyaluran adalah langsung kepada end user (mitra binaan), dengan sasaran untuk semua sektor usaha mikro, kecil dan koperasi yang meliputi pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan dan jasa-jasa usaha mikro dan kecil lainnya, di antaranya pedagang kaki lima, pedagang pasar, industri rumah tangga, perbengkelan dan jasa lainnya. c) Pola penyaluran melalui lembaga pendamping dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut : i. Tidak dibenarkan memberikan kredit dalam bentuk fasilitas credit line (pemberian fasilitas kredit kepada lembaga pendamping yang akan disalurkan kembali kepada end user dalam bentuk pinjaman dengan mengambil selisih bunga). ii. Pemberian kredit melalui lembaga pendamping tetap harus diproses secara individu, walaupun analisa dan persetujuan kreditnya dapat dilakukan secara paket untuk mempercepat pelayanan, namun dalam hal pemberian Surat Keputusan Kredit (SKK), penandatanganan Perjanjian Kredit (PK), pencairan kredit dan penatalaksanaan rekening pinjaman dilakukan langsung kepada penerima kredit (end user/mitra binaan). iii. Fungsional Lembaga Pendamping hanya sebatas mengorganisir mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang menjadi binaannya, dalam hal : Membantu Bank BNI dalam pelaksanaan kegiatan seleksi, administrasi penyaluran dan kegiatan penagihan. Mengingatkan mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang menunggak angsuran. Memberikan sanksi kepada mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang telah menunggak angsuran sampai batas maksimal yang diperkenankan. Menyampaikan laporan perkembangan usaha dan fasilitas kredit dari mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil secara triwulanan kepada Bank BNI. Membantu dan memfasilitasi terselenggaranya pelaksanaan program pembinaan yang ditujukan kepada mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil. 4) Bentuk hubungan kerjasama Bentuk hubungan kerjasama antara Bank BNI dengan Lembaga Pendamping dapat dilihat pada Gambar 2, yang melibatkan tiga pihak, yaitu BNI SKC Bogor, LP IPB dan mitra binaan. Adapun fungsi BNI SKC Bogor dan LP IPB adalah : Pengelolaan (Organizer) - Seleksi Mitra Binaan - Pengusul/memberikan rekomendasi Mitra Binaan - Pemantauan pinjaman dan collecting - Pendamping Mitra Binaan - Technical Assistance Owner Program - Kebijakan - Penyedia/Pengelola dana kredit kemitraan - Pemutus kredit - Pemegang jaminan Gambar 2. Bentuk hubungan kerjasama (PT BNI, 2007 b )

9 25 a) Bank BNI memberikan fasilitas pinjaman lunak kepada Mitra Binaan yang direkomendasikan oleh LP dengan melalui mekanisme proses persetujuan yang telah ditetapkan, sehingga Bank BNI mempunyai hak untuk menyetujui dan atau menolak permohonan kredit yang telah direkomendasikan dengan tanpa perlu menyebutkan alasannya, tetapi dalam prakteknya bank BNI memberi laporan tertulis ke LP LPPM IPB. b) LP tidak berkeberatan dan bersedia untuk memberikan jaminan dan guarantee dalam bentuk : i. Memfasilitasi dan merekomendasikan permohonan Mitra Binaan atau Kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya untuk mendapatkan fasilitas KKB, melalui proses seleksi sesuai dengan yang telah ditetapkan Bank BNI. ii. Membantu proses administrasi penyaluran kredit kepada mitra binaannya. iii. Untuk memberi kepastian, ketenangan, keyakinan dan dampak psikologis dalam berusaha, bagi Mitra Binaan diberikan surat, tanda pengenal/kartu anggota, sertifikasi usaha dan lain-lain sejenisnya, antara lain sebagai contoh, misalnya Mitra Binaan di bawah Institusi Perguruan Tinggi memberikan surat keterangan kelayakan usaha, penggunaan teknologi tepat guna dan lain sebagainya. iv. Membantu mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penagihan. v. Menyampaikan laporan perkembangan usaha dan fasilitas kredit dari Mitra Binaan atau Kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya kepada Bank BNI secara triwulan, sesuai dengan format laporan yang telah ditetapkan. vi. Dapat memberikan masukan/usulan berkenaan dengan pembinaan yang ditujukan kepada Mitra Binaan dalam segi peningkatan usaha, manajemen dan proses pencatatan/pembukuan sederhana. vii. Membantu dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan pembinaan yang ditujukan kepada Mitra Binaan. viii. Mengingatkan dan menegur Mitra Binaan yang telah menunggak angsuran melalui surat dengan tembusan kepada Bank BNI. ix. Memberikan sanksi kepada Mitra Binaan yang telah menunggak angsuran sampai batas maksimal yang diperkenankan, antara lain dengan mencabut surat, tanda pengenal/kartu anggota, sertifikasi usaha, surat penunjukkan sebagai penyalur, distributor, agen atau pemasok dan atau memberikan sanksi lainnya yang secara psikologis dapat menekan mitra binaan untuk segera menyelesaikan tunggakan angsurannya. x. Membantu dan memfasilitasi penyelesaian atas permasalahan-permasalahan yang timbul berkenaan dengan pemberian fasilitas pinjaman KKB kepada mitra binaan. xi. Dilaksanakan melalui suatu perjanjian kerjasama antara Bank BNI dengan lembaga pendamping, yang didalamnya mengatur hak dan kewajiban para pihak. 5) Persyaratan umum nasabah program kemitraan a) Prioritas KKB i. Ditujukan terutama bagi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi yang belum memiliki kemampuan akses perbankan. ii. Lebih diutamakan pelaksanaan penyaluran kredit KKB kepada End User melalui Lembaga Pendamping. iii. Dapat diberikan kepada Usaha Mikro, Kecil atau Koperasi yang tidak memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki keterkaitan usaha dengan Bank. b) Klasifikasi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi i. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau tempat tinggal. ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak sebesar Rp ,- (satu milyar rupiah). iii. Milik Warga Negara Indonesia. iv. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. v. Berbentuk usaha orang perorangan, Badan Usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. vi. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun, mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

10 26 c) Bentuk dan Sifat Pinjaman Pemberian pinjaman, dalam bentuk pinjaman untuk modal kerja (KMK) dan atau untuk investasi (KI) dalam rangka pembelian barang-barang modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin alat produksi, alat bantu produksi dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan, dengan batas maksimum kredit sampai dengan Rp ,- (seratus juta rupiah). Batas maksimum kredit dimaksud merupakan satu kesatuan (keseluruhan jumlah maksimum kredit yang diberikan), apabila KMK dan KI diberikan secara sekaligus (satu paket). Jangka waktu pinjaman ditetapkan sebagai berikut : i. Untuk Kredit Modal Kerja maksimal 3 (tiga) tahun (Aflopend). ii. Untuk Kredit Investasi maksimal 5 (lima) tahun termasuk pemberian Grace Period maksimal 1 (tahun). d) Tingkat Suku Bunga Pinjaman i. Tingkat bunga yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif proporsional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan dengan batasan seperti yang termuat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat bunga kredit No. Jumlah Pinjaman Yang Diberikan Tingkat Bunga (%) 1 s/d Rp ,- 6,00 2 >Rp ,- s/d Rp ,- 8,00 3 >Rp ,- s/d Rp ,- 10,00 4 >Rp ,- s/d Rp ,- 12,00 ii. Bunga pinjaman dihitung dengan sistem bunga efektif. iii. Tingkat suku bunga berlaku sampai dengan berakhirnya masa pinjaman. iv. Apabila masa pinjaman telah berakhir dan mitra binaan belum melunasi pinjamannya, maka tingkat suku bunga atas sisa pinjaman tersebut tetap mengacu pada tingkat suku bunga di atas. e) Penatalaksanaan, Biaya Administrasi dan Materai i. Calon Mitra Binaan diwajibkan membuka rekening tabungan sebagai sarana untuk pencairan pinjaman dan pembayaran angsuran (rekening afiliasi). ii. Calon Mitra Binaan wajib memelihara saldo minimal sesuai ketentuan Bank BNI yang berlaku untuk jenis rekening tabungan. iii. Atas rekening tabungan dimaksud dilakukan pemblokiran sebesar satu kali angsuran pinjaman (pokok dan bunga). iv. Untuk semua permohonan KKB dikenakan biaya administrasi sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per masing-masing calon Mitra Binaan. v. Penggunaan materai sesuai keperluan dan menjadi beban calon Mitra Binaan. f) Jaminan i. Pemberian KKB sampai dengan Rp ,- tidak dipersyaratkan adanya jaminan, tetapi diganti dengan agunan alternatif berupa ijazah anak, asli Akte Kelahiran anak, asli SK Pengangkatan Pegawai Negeri dan SK terakhir, Jamsostek dan lain-lain. ii. Pemberian KKB dari Rp ,- s/d Rp ,- dipersyaratkan adanya agunan yang tidak dapat diikat secara sempurna, seperti halnya tanah dengan status kepemilikan berupa Girik, Petuk, Letter C atau jaminan berupa kendaraan roda empat yang berumur di atas 5 tahun. iii. Pemberian KKB dari Rp ,- s/d Rp ,- dipersyaratkan adanya agunan yang dapat diikat secara sempurna, seperti halnya tanah dengan status kepemilikan berupa sertifikat atau jaminan berupa kendaraan roda empat yang berumur di bawah 5 tahun. iv. Apabila dari hasil skoring dipersyaratkan adanya jaminan tambahan, maka jaminan yang diserahkan berupa agunan yang tidak dapat diikat secara sempurna sebagaimana ketentuan di atas atau jaminan berupa kendaraan roda dua.

11 27 v. Pengikatan jaminan dilaksanakan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dan apabila terdapat biaya berkenaan dengan pengikatan tersebut menjadi beban dan tanggungan calon mitra binaan. g) Asuransi i. Penentuan asuransi terhadap jiwa dan barang-barang jaminan tidak diwajibkan. ii. Apabila calon Mitra Binaan menghendaki adanya penutupan asuransi, maka Bank BNI akan melakukan penutupan sesuai dengan jenis asuransinya pada Maskapai Asuransi yang ditunjuk dan disetujui oleh Bank dengan biaya atas beban calon Mitra Binaan. iii. Dalam polis asuransi dicantumkan klausula dengan syarat Banker s Clause, sehingga jika ada pembayaran ganti rugi dari pihak Maskapai Asuransi, maka Bank BNI berhak untuk memperhitungkan hasil pembayaran klaim tersebut dengan seluruh kewajiban Mitra Binaan. 6) Persyaratan khusus nasabah program kemitraan a) Untuk menghindari adanya Double Financing diberlakukan aturan-aturan berikut : i. Dilarang memberikan KKB kepada calon Mitra Binaan yang telah menjadi atau mendapatkan fasilitas dari BUMN pembina lainnya. ii. Pemberian KKB kepada beberapa calon Mitra Binaan yang satu dengan lainnya memiliki hubungan keluarga, dapat diberikan sepanjang : Masing-masing memang mempunyai kegiatan usaha tersendiri. Bukan dalam satu susunan keluarga (satu KK) dan atau yang mempunyai alamat yang sama. iii. Radius pelayanan untuk setiap unit operasional yang melaksanakan program Kemitraan BUMN tanpa melalui Lembaga Pendamping (langsung kepada User) dibatasi sampai dengan radius 15 kilometer. b) Usaha Orang Perorangan Mitra Binaan yang mempunyai usaha berbentuk orang-perorangan, disyaratkan tambahan berikut : i. Berusia antara tahun atau sudah menikah. ii. Telah menjadi penduduk setempat minimal 3 tahun. iii. Memiliki bukti diri berupa : KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga) dan surat nikah. iv. Memiliki paling tidak surat keterangan usaha dari Kepala Desa, Dinas pasar atau Otorita setempat dimana Mitra Binaan berusaha. c) Badan Usaha yang Tidak Berbadan Hukum. Badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah Badan Usaha yang berbentuk selain Perseorangan, CV, Perseroan atau Koperasi, antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Asosiasi dan lain-lain sejenisnya. Pemberian KKB atas Badan Usaha yang tidak Berbadan Hukum, dapat diberikan sepanjang yang bersangkutan memang benar-benar mempunyai kegiatan usaha produktif dan bukan dimaksudkan untuk disalurkan kembali kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman dengan mengambil keuntungan atas selisih bunga. Persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain menyampaikan : i. Neraca dan laba rugi minimal 1 (satu) tahun terakhir. ii. Laporan arus kas (Cash Flow). iii. Sebagai dasar laporan keuangan yang dianalisa adalah neraca dan laba rugi tahun terakhir, sedangkan tahun sebelumnya dipergunakan sebagai referensi. iv. Fotocopy akte pendirian beserta perubahannya. v. Fotocopy KTP Pengurus. vi. Fotocopy Surat Ijin Usaha. vii. Surat rekomendasi dari Departemen/Instansi Pembina atau Sertifikasi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. 7) Formulir kredit KKB Formulir pengajuan kredit yang harus diisi oleh calon mitra binaan terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu FAP KKB-1 dan FAP KKB-2 tergantung bentuk usaha yang ditekuni oleh calon mitra binaan dan besarnya jumlah pinjaman.

12 28 Tabel 4. Formulir pengajuan KKB No Jumlah Pinjaman Bentuk Usaha Penggunaan Formulir 1 s/d Rp ,- Perorangan FAP KKB-1 2 > Rp ,- s/d Rp ,- Perorangan FAP KKB-1 3 s/d Rp ,- Berbadan Hukum FAP KKB-2 Tidak Berbadan Hukum FAP KKB > Rp ,- s/d Rp ,- > Rp ,- s/d Rp ,- 7) Alur proses kredit KKB melalui LP Perorangan Berbadan Hukum Tidak Berbadan Hukum Perorangan Berbadan Hukum Tidak Berbadan Hukum FAP KKB-2 FAP KKB-2 FAP KKB-2 FAP KKB-2 FAP KKB-2 FAP KKB-2 Lembaga Pendamping Dokumen Persetujuan Kredit Permohonan Kredit Analisa kredit Persetujuan Kredit Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Kebenaran Dokumen Kelengkapan Persyaratan Ditolak Disetujui Pengembalian Dokumen Mitra Binaan Surat Persetujuan Kredit BNI SKC/STA Kegiatan adm kredit - Perjanjian kredit - Perjanjian ikutan - Penutupan asuransi - Realisasi kredit - Administrasi kredit lainnya Pendokumentasian Pemantauan dan Penyelamatan Gambar 3. Alur proses kredit KKB Bank BNI (PT BNI, 2005)

13 29 2. Hal yang Dikaji a. Pola penyaluran Kredit Usaha Kecil Bank BNI Pola penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) yang dilaksanakan bank BNI khususnya BNI SKC Bogor dua tahun terakhir berupa terobosan pemanfaatan pengalokasian dana keuntungan bank BNI (sebagai institusi BUMN) sebesar 1-3%. Pola penyaluran KUK ini dinamakan fasilitas kredit kemitraan BUMN (KKB). Adapun pola penyaluran KUK yang umum dilakukan melalui jalur perbankan secara langsung (non LP IPB) dapat dilihat dari berbagai macam jenis kredit yang telah rutin dilaksanakan bank BNI selama ini seperti KMK, KI dan kredit konsumtif. b. Langkah pendekatan penyaluran kredit KKB Di dalam kajian ini komponen yang diteliti berkaitan dengan kebutuhan dasar yang bersifat kritis bagi usaha kecil dan pengaruh kredit KKB terhadap perkembangan usaha kecil. Dari hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh 75 responden terdiri dari 50 responden yang merupakan mitra binaan IPB dan 25 responden yang bukan mitra binaan IPB didapatkan data seperti yang termuat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Data realisasi kredit mitra binaan IPB Sektor Sektor Sektor Sektor Realisasi Total Perdagangan Jasa Industri Lainnya Kredit Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen (juta) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 1 -< < < < < Total Tabel 6. Data realisasi kredit mitra binaan Non IPB Sektor Sektor Sektor Realisasi Perdagangan Jasa Industri Total Kredit (juta) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) 5 - < < < < Total ) Karakteristik usaha Berdasarkan pengumpulan data dari 75 responden yang dikumpulkan dari nasabah yang merupakan mitra binaan IPB dan non mitra binaan IPB dapat diperoleh gambar karakteristik usaha yang ditekuninya sebagai berikut : a) Identitas pemilik usaha Nasabah kredit KKB mempunyai berbagai latar belakang sosial ekonomi. Jenis kelamin responden menunjukkan bahwa 68% nasabah adalah pria dan 32% nasabah adalah wanita. Alamat nasabah berada pada lingkup kabupaten dan kota Bogor. Dilihat dari tingkat pendidikan responden, 72% pemilik usaha mempunyai pendidikan setingkat SMP dan SMA, sedangkan sisanya (28%) berpendidikan di atas SMA, yaitu setara D3 dan Sarjana. Tingkat usia responden mayoritas berada pada usia matang, yakni tahun (78%).

14 30 b) Permodalan Sebelum mendapatkan kredit KKB, sebagian besar nasabah belum pernah mendapatkan bantuan kredit dari pihak manapun sebelumnya. Dilihat dari aspek pendapatan total sebelum mendapatkan kredit, didapatkan bahwa mayoritas responden beromzet Rp ,- hingga Rp ,- dan setelah bergabung dengan program KKB mayoritas pendapatan responden mengalami peningkatan 10-20%. c) Jenis Pembiayaan Jenis pembiayaan yang diterima responden mayoritas kurang dari Rp (90%), baik untuk pembiayaan KI maupun KMK. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kecil yang mempunyai usaha dan modal kecil, serta ada unsur perlu tidaknya agunan, terutama bagi mitra binaan. Sedangkan jangka waktu kredit untuk KMK mayoritas selama 3 (tiga) tahun (72%) dan untuk KI selama 5 (lima) tahun (14%). d) Jenis usaha Bidang usaha yang dipilih responden meliputi bidang usaha yang mempunyai potensi di daerah Bogor, yakni industri (32%), perdagangan (46%), jasa (16%) dan bidang usaha lainnya (6%) yang meliputi bidang pertanian dan perkebunan. Lama usaha yang dilakukan responden adalah belum lama, yakni 2-5 tahun. Jenis usaha yang ditekuni sebagian besar adalah perdagangan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman, serta sembako. Tempat yang dijadikan untuk usaha kebanyakan adalah rumah tempat kediaman sendiri. e) Persyaratan kredit Mayoritas responden menyatakan bahwa persyaratan awal mengajukan kredit KKB dinilai berat/sulit dipenuhi diantaranya, yaitu persyaratan mengumpulkan ijasah dan membuat profil perusahaan. f) Proses realisasi kredit Sebanyak 84% responden menyatakan bahwa proses realisasi kredit KKB dinilai sedang, yaitu antara 3-7 hari kerja. Hal ini sebagian besar dikarenakan persyaratan kredit belum semuanya dapat dipenuhi oleh mitra binaan dalam satu waktu. Proses realisasi dilaksanakan jika semua persyaratan telah diterima secara lengkap oleh pihak bank. 2) Hasil Analisis Khi Kuadrat Tabel 7. Rekapitulasi realisasi kredit Program KKB Realisasi kredit ( Rp. juta) Mitra Binaan IPB (orang) Mitra Binaan Non IPB (orang) Total binaan (orang) Persentase (%) 1- < , < , < , < , < , ,00 Jumlah ,00 Berdasarkan data di atas, maka data yang dianalisis adalah data yang memiliki persentase di atas 10% untuk mendapatkan tabel kontingensi dan selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan nilai fh seperti yang termuat dalam Tabel 8 dan 9. Tabel 9. Kontingensi realisasi kredit Mitra Binaan Realisasi kredit (Rp juta) 5-< < < Total IPB (orang) Persen (%) Non IPB (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%)

15 31 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa, total frekuensi tertinggi adalah kelompok realisasi kredit Rp < 15 juta (38%). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut merupakan pasar potensial, sehingga memerlukan perhatian yang lebih bila dibandingkan kelompok lainnya. Kelompok realisasi kredit Rp < 15 juta lebih banyak menekuni sektor ekonomi perdagangan dan industri dibandingkan sektor ekonomi lainnya, maka Bank BNI diharapkan dapat memprioritaskan sektor ekonomi yang diminati kelompok tersebut. Tabel 9. Perhitungan khi kuadrat untuk kelompok realisasi kredit Mitra Binaan Kelompok Realisasi F fh fo (fo-fh) (fo-fh) 2 (fo-fh) 2 /fh (Rp. Juta) IPB 5-< ,62 4-2,62 6,85 1,04 10-< , ,79 33,57 1,95 15-< , ,75 3,06 0, ,93 5-4,93 24,27 2,44 Non IPB 5-< ,38 6 2,62 6,85 2,03 10-< ,79 3-5,79 33,57 3,85 15-< ,75 4-1,75 3,06 0, , ,93 24,27 4,78 Jumlah 68, ,50 16,86 Dari data pada Tabel 9 dilakukan perhitungan untuk khi kuadrat hitung sebesar 16,86 pada taraf nyata 5% dan db = (3-1)x(2-1) = 3. Nilai khi kuadrat tabel adalah 7,82 pada α 5% dan 11,34 pada α 1%. Dalam hal ini khi kuadrat hitung lebih besar bila dibandingkan dengan khi kuadrat tabel, yaitu 16,86 > 7,82 dan 11,34 pada α 5% dan 1%, maka H o diterima dan H a ditolak. Dalam hal ini dapat dikatakan telah terjadi perbedaan realisasi kredit antara mitra binaan IPB dan mitra binaan non IPB. Besarnya dana yang dapat disalurkan pada program KKB adalah Rp juta, tetapi pada realisasinya baik mitra binaan IPB maupun mitra binaan non IPB hanya mendapatkan kredit Rp juta. Hal ini menunjukkan meskipun program KKB merupakan salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) atau program bina lingkungan, tetapi pihak perbankan tetap memberlakukan prinsip keberhati-hatian dibalik status binaan yang telah disepakati dengan pihak yang dijadikan mitra (misal LP LPPM IPB ataupun LSM). Dilihat dari jumlah realisasi kredit, mitra binaan non IPB mayoritas mendapatkan kredit antara Rp juta, sedangkan mitra binaan IPB mayoritas realisasi kreditnya Rp juta. Perbedaan ini disebabkan karena mitra binaan IPB pada umumnya masih berbentuk usaha perorangan yang dinilai belum memenuhi syarat-syarat perbankan, seperti kemampuan permodalan dan kolateral, disamping tentunya risiko yang dinilai dari prinsip manajemen risiko. Target realisasi program KKB bank BNI SKC Bogor pada tahun 2007 sebesar Rp. 1,5 Miliar, dengan kelompok realisasi kredit mayoritas antara Rp juta/mitra binaan, maka semakin banyak jumlah mitra binaan yang mendapatkan fasilitas kredit. 3) Kinerja kemitraan Analisis terhadap kinerja kemitraan ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari program kemitraan. Faktor internal kemitraan terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut diuraikan dalam matrik IFE dan EFE serta IE dan SWOT. a) Matriks IFE Faktor yang menjadi kekuatan utama program adalah prosedur pengurusan yang tidak berbelit dengan bobot 0,110 dan rating 4, sehingga diperoleh skor 0,441. Selain itu, faktor kekuatan lain yang dapat dimanfaatkan adalah syarat pengajuan yang mudah (0,432) dan tingkat suku bunga pinjaman rendah (0,400), UKM yang bergerak cepat menghasilkan (0,384), petugas pendamping dari LPPM proaktif (0,316), proses realisasi kredit cepat (0,307) dan organisasi UKM yang bersifat sederhana (0,263). Secara lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 10.

16 32 Tabel 10. Matriks IFE program KKB Faktor Internal A. Kekuatan : 1. Prosedur pengurusan tidak berbelit 2. Syarat pengajuan mudah 3. Proses realisasi kredit cepat 4. Tingkat suku bunga pinjaman rendah 5. Organisasi UKM bersifat sederhana 6. UKM yang bergerak cepat menghasilkan 7. Petugas pendamping dari LP LPPM proaktif Bobot (a) 0,110 0,108 0,082 0,100 0,075 0,102 0,084 Rating (b) 4,000 4,000 3,750 4,000 3,500 3,750 3,750 Nilai (c=axb) 0,441 0,432 0,307 0,400 0,263 0,384 0,316 Jumlah (A) 2,544 Persentase (%) 84 B. Kelemahan : 1. Keterbatasan modal untuk program KKB 2. Masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM 3. Program KKB belum populer di masyarakat 4. Keterbatasan petugas bank BNI 0,064 0,116 1,750 1,500 0,112 0,174 0,069 0,089 1,500 1,250 0,104 0,111 Jumlah (B) 0,501 Persentase (%) 16 Total (A+B) 3,044 Kelemahan utama program ini adalah masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM dengan bobot 0,116 dan rating 1,5, sehingga diperoleh nilai 0,174. Selain itu, faktor kelemahan lain yang perlu mendapat perhatian adalah keterbatasan petugas bank BNI (0,111), keterbatasan modal program KKB (0,112) dan belum populernya program KKB ini di masyarakat (0,104), sehingga keberadaannya belum banyak diketahui. Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total nilai 3,044, nilai ini berada di atas rataan 2,5, menunjukkan posisi internal program kemitraan yang cukup kuat, dimana program memiliki kemampuan di atas rataan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal (David, 2006). Dengan nilai sebesar 84% untuk faktor kekuatan dan 16% untuk faktor kelemahan hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kelemahan bukan merupakan keterbatasan bagi suatu program yang memiliki ruang lingkup tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang. b) Matriks EFE UKM memiliki potensi pasar yang besar merupakan peluang utama program ini, dengan bobot 0,205 dan rating 3,25 sehingga diperoleh nilai 0,666. Faktor peluang lain yang dapat mendukung perkembangan program adalah masih banyaknya masyarakat yang terjerat rentenir (0,531) dan adanya dukungan program pemerintah (0,408). Sementara itu, faktor yang menjadi ancaman utama program ini adalah keberadaan keberadaan bank pesaing sejenis seperti BRI dan Bank Danamon, yang saat ini memiliki segmen pasar sama dengan bobot 0,142 dan rating 3, sehingga diperoleh nilai 0,427. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis (0,407) dan Lembaga non bank (BUMN lainnya) dengan bobot 0,367 merupakan ancaman lain yang dapat mempengaruhi keberlangsungan program. Lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 11. Dari hasil analisis perhitungan faktor strategi eksternal didapatkan total skor 2,807. Nilai ini berada di atas rataan 2,5, berarti menunjukkan bahwa program kemitraan memiliki strategi efektif untuk memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman/pengaruh negatif eksternal (David, 2006). Dengan nilai peluang sebesar 57% dan ancaman sebesar 43%, maka ancaman dari bank pesaing seperti BRI dan Bank Danamon, BUMN lainnya dan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik bukan merupakan ancaman serius.

17 Total Skor Faktor Strategi Eksternal 33 Tabel 11. Matriks EFE program KKB Faktor Eksternal A. Peluang : 1. UKM memiliki potensi pasar yang besar 2. KKB didukung program pemerintah 3. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir Bobot (a) 0,205 0,163 0,163 Rating (b) 3,250 2,500 3,250 Nilai (c=axb) 0,666 0,408 0,531 Jumlah (A) 1,605 Persentase (%) 57 B. Ancaman : 1. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta) 2. Lembaga non bank (BUMN lainnya) 3. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis 0,142 0,163 0,163 3,000 2,250 2,500 0,427 0,367 0,407 Jumlah (B) 1,201 Persentase (%) 43 Total (A+B) 2,807 c) Analisis Matriks IE Penentuan posisi strategi matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai matriks EFE pada sumbu Y (David, 2006). Total nilai matriks IFE 3,044 dan nilai matriks EFE 2,807. Dengan demikian posisi program kemitraan terletak pada sel IV, yaitu stabil. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada sel ini adalah mempertahankan strategi yang telah ada. Dengan posisi program KKB yang berada pada posisi stabil, maka dapat ditunjukkan bahwa program kemitraan memiliki hubungan yang saling memperkuat dan saling menguntungkan bagi ketiga belah pihak, yaitu bagi bank BNI program KKB merupakan salah satu jalan masuk untuk menggarap kredit sektor UKM yang terkenal dengan tingkat risiko kredit bermasalah yang kecil dan nantinya akan memperkuat NPL yang dapat meningkatkan keuntungan. Bagi mitra binaan dengan adanya program KKB ini mendapatkan perhatian dalam hal permodalan, teknologi, informasi dan dukungan pemasaran produk. Sedangkan bagi Perguruan Tinggi (PT), khususnya IPB, program KKB sebagai bentuk pengabdian PT yang sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam aspek pemberdayaan masyarakat, khususnya UKM dan membantu bank BNI dalam menyiapkan tenaga pendamping di lapangan. Hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program kemitraan, serta posisi persaingan program yang berada pada sel IV dan selanjutnya akan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Posisi program kemitraan berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4. Total Skor Faktor Strategi Internal Kuat Rataan Lemah 4,0 3,0 2,0 Tinggi I II III 3,0 Menengah IV V VI 2,0 Rendah VII VIII IX 1,0 1,0 Gambar 4. Matriks IE program KKB

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) YUANRI DWI WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan

Lebih terperinci

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) YUANRI DWI WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) YUANRI DWI WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian 31 III..METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kajian 1. Lokasi Kajian Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Lembaga yang menjadi subyek kajian ialah Unit Pelaksana Kegiatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, diperkirakan dan dipastikan di masa yang akan datang. Perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A Pe P ngumpulan Data Wawancara Observasi a. Data Primer

III. METODE KAJIAN A Pe P ngumpulan Data Wawancara Observasi a. Data Primer 18 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode, teknik dan sumber, yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Metode pengumpulan data meliputi : 1) Wawancara,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) akan kekuatan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) akan kekuatan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) A. Sejarah Ringkas Perjalanan sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia, termasuk terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, telah membangkitkan kesadaran

Lebih terperinci

II. ANALISIS MASALAH. a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap. pola pembiayaan yang paling sesuai.

II. ANALISIS MASALAH. a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap. pola pembiayaan yang paling sesuai. II. ANALISIS MASALAH A. Prinsip Analisis 1. Tujuan Tujuan analisis adalah : a. Mengkaji karakteristik dan perilaku UKM yang berpengaruh terhadap pola pembiayaan yang paling sesuai. b. Mengkaji kendala-kendala

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu tindakan pembelanjaan atau penggunaan dana pada saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan dana di masa datang yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013 PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : /UN18/KS/2013 Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013 TENTANG LAYANAN FASILITAS KREDIT SERBAGUNA MIKRO (KSM) NON PAYROLL

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di CV. Bening Jati Anugerah yang terletak di Desa Parung Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian April sampai dengan Agustus

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum No. 7/ 3 /DPNP Jakarta, 31 Januari 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Sehubungan dengan

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk 36 BAB IV HASIL ANALISIS DATA 4.. Gambaran Umum Perusahaan Bisnis Air Isi Ulang BERKAH merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang air minum isi ulang dan didirikan pada tanggal Mei 204 dengan pemilik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan banyak perusahaan khususnya di bidang perbankan mengalami restrukturisasi keuangan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan bank sebagai lembaga keuangan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi semakin meningkat kebutuhannya. Semua sektor kegiatan yang meliputi industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan dalam industri perbankan di Indonesia paska krisis ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun 1997 1998 menuntut pelaku industri perbankan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, sektor perbankan masih memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, sektor perbankan masih memegang peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini, sektor perbankan masih memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peran tersebut diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan pelaku usaha industri UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya. Saat ini populasi penduduk dengan usia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, diperkirakan dan dipastikan dimasa yang akan datang. Perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam perubahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka, silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Organisasi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUKM) adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh Kementerian Negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM 4.1 Latar Belakang Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan, IPB memiliki visi dan misi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci