BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi paling penting diantara semua fungsi manajemen. Seperti yang telah diketahui bahwa setiap perusahaan dan manajemen pasti memiliki sasaran dalam setiap aktivitasnya. Untuk itu, perencanaan dilakukan untuk membawa perusahaan ke sasaran atau tujuan yang ingin dicapainya di masa yang akan datang. Dalam buku Pengantar Bisnis menyatakan bahwa ada beberapa keuntungan yang akan didapatkan apabila melakukan perencanaan dengan baik, yaitu : 1. Dapat mengidentifikasi peluang masa depan 2. Mengantisipasi dan menghindari permasalahan di masa depan 3. Mengembangkan rangkaian langkah strategik dan taktik (Fuad, 2003:93) Banyak para ahli berpendapat mengenai pengertian perencanaan, meskipun terdapat perbedaan antara satu dengan yang lainnya, namun pada prinsipnya memiliki konsep yang sama. Menurut Sjamsulbachri (2004:15) Perencanaan merupakan proses dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai dan strategi apa yang akan digunakan dalam usaha pencapaian tersebut. 1

2 2 Hansen dan Mowen dalam bukunya yang berjudul Management Accounting mengungkapkan bahwa perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapa mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut M. Fuad (2000:94) menjelaskan, Perencanaan merupakan penetapan sasaran bagi kinerja organisasi di masa mendatang dan memutuskan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan hal penting bagi sebuah manajemen dimana di dalam fungsi tersebut manajemen menetapkan sasaran-sasaran yang ingin dicapai di masa yang akan datang dan juga menentukan tindakan-tindakan apa saja yang perlu dilakukan guna mendukung pencapaian dari sasaran-sasaran tersebut Perencanaan Laba Berangkat dari pengertian perencanaan adalah untuk menetapkan sasaran atau tujuan sebuah manajemen, pada hakikatnya setiap perusahaan memiliki tujuan dan sasaran yang sama, yakni untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Welsch, Hilton dan Gordon dalam buku Anggaran: Perencanaan dan Pengendalian Laba Buku 1 (2000:30) mengungkapkan bahwa rencana laba adalah gambaran keuangan dan naratif mengenai hasil yang diharapkan dari keputusan perencanaan. Dalam buku Akuntansi Biaya yang telah diterjemahkan oleh Krista, Carter dan Usry (2005:4) berpendapat bahwa Perencanaan laba (profit planning) adalah

3 3 pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan.laba adalah penting dalam perencanaan karena tujuan utama dari suatu rencana adalah laba yang memuaskan. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan laba merupakan proses untuk menentukan sebuah operasi guna mencapai tujuan dari setiap perusahaan yakni laba yang sebanyak-banyaknya. Ada beberapa keuntungan dan juga keterbatasan atau kekurangankekurangan yang terdapat dari perencanaan laba. Menurut Carter dan Usry (2005:6-7) perencanaan laba memiliki manfaat dan keuntungan sebagai berikut : 1. Menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas identifikasi dan penyelesaian masalah. 2. Menyediakan pengarahan ke semua tingkatan manajemen. 3. Meningkatkan koordinasi. 4. Menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja sama dari semua tingkatan manajemen. Sedangkan keterbatasan atau kekurangan perencanaan laba adalah sebagai berikut : 1. Prediksi bukanlah suatu ilmu pasti, ada sejumlah pertimbangan dan estimasi. Karena suatu anggaran harus didasarkan pada prediksi atau kejadian masa depan, maka revisi atau modifikasi dari anggaran sebaiknya dilakukan ketika variasi dari estimasi membenarkan adanya perubahan dalam rencana.

4 4 2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen dalam cita-cita (seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan dari organisasi. 3. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan kerja sama dari semua anggota manajemen. 4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional. Manajer mungkin mencoba menggunakan anggaran untuk mencapai anggaran pribadi. 5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peran administrasi. 6. Penyusunannya memakan waktu. ( Dengan demikian, tetap saja pada dasarnya perencanaan laba tidak dapat dikatakan sempurna dikarenakan memiliki kelebihan dan kekurangan. Meskipun semua elemen melaksanakan aktivitasnya dengan disiplin dan akan menjadi sangat terkendali, akan tetapi perencanaan laba tetap saja prediksi yang mungkin tidak tepat untuk diterapkan dimasa yang akan datang dan dalam penyusunannya memerlukan waktu yang sangat lama Perencanaan Jangka Pendek Perencanaan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen. Perencanaan pada dasarnya merupakan kegiatan yang akan membentuk masa depan. Dalam

5 5 proses perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial yang terdiri dari informasi pendapatan diferensial dan informasi biaya diferensial, untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual dan biaya terhadap laba perusahaan. Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah salah satu bagian dari konsep analisis biaya-volume-laba. Analisis impas dan analisis biaya-volume-laba merupakan teknik yang menggunakan informasi akuntansi diferensial untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek (Mulyadi,2001:226). Untuk itu, dapat diketahui bahwa analisis titik impas merupakan hal yang dapat membantu manajemen dalam merencanakan laba jangka pendek dan merupakan teknik yang menggunakan informasi akuntansi diferensial dalam perencanaannya. 1.2 Analisis Titik Impas Pengertian Titik Impas dan Analisis Titik Impas Terdapat banyak pendapat mengenai Break Even Point (BEP) atau dalam kata lain titik impas. Para ahli ini menyatakan dengan pendapat yang berbedabeda namun memiliki konsep dasar yang sebenarnya sama. Menurut Mulyadi (2000:232), Impas (break even) adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

6 6 Sedangkan menurut Edward J. Blocher (2011:510) berpendapat bahwa Titik impas yaitu titik dimana pendapatan sama dengan total biaya dan labanya nol. M. Fuad dalam buku Pengantar Bisnis (2003:183) berpendapat bahwa, Titik pulang pokok (Break Even Point) adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Bila kondisi break even tercapai, jumlah penghasilan yang diperoleh sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau marjin kontribusi hanya dapat menutupi biaya tetap. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa titik impas merupakan sebuah keadaan atau kondisi dimana dalam usahanya tidak mendapatkan untung dan tidak mendapatkan rugi. Total pendapatan yang diperoleh sama dengan total biaya yang dikeluarkan, artinya tidak ada laba yang dapat diambil dari usaha tersebut. Sedangkan pengertian analisis titik impas menurut Mulyadi (2000:232), Analisis impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol). Menurut Carter dan Usry (2005:272) mengatakan bahwa Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tersebut. Welsch, Hilton dan Gordon dalam buku Anggaran: Perencanaan dan Pengendalian Laba Buku 2 (2000:437) mengungkapkan sebagai berikut.

7 7 Analisis titik impas menekankan pada tingkat keluaran atau aktivitas produktif dimana pendapatan penjualan tepat sama dengan biaya total, tidak terdapat laba maupun rugi.analisis titik impas mengandalkan dasar dari variabilitas biaya-identifikasi dan pengukuran terpisah atas komponen biaya tetap dan variabel. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, analisis titik impas berarti sebuah metode atau alat untuk mengukur tingkat minimum penjualan yang harus dilakukan guna menutupi biaya dengan melibatkan beberapa komponen yakni biaya, volume kegiatan dan harga jual. Selain itu analisis Break Even Point sangat berguna untuk menentukan kebijaksanaan dalam perusahaan, baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan perencanaan Asumsi Dasar Break Even Point Terdapat beberapa asumsi dasar yang menjadi latar belakang analisis titik impas. Handono Mardiyanto dalam buku Intisari Manajemen Keuangan (2009:89), menyatakan bahwa terdapat lima asumsi pokok yang melatarbelakangi analisis titik impas, yaitu : 1. Analisis Jangka Pendek Model titik impas hanya dimaksudkan sebagai alat analisis dalam jangka pendek, yakni kurang dari satu tahun. 2. Adanya Pemisahan Biaya Biaya ini dikelompokan menjadi dua yakni biaya variabel dan biaya tetap. 3. Jumlah Diproduksi sama dengan Jumlah Dijual

8 8 Tidak terdapat sisa persediaan (barang jadi) karena semua barang yang diproduksi telah habis terjual. 4. Harga Jual per Unit Tetap Harga jual per unit yang tidak berubah mengakibatkan nilai penjualan akan berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan unit yang dijual. Dengan kata lain, tidak terdapat diskon penjualan. 5. Bauran Penjualan Tetap pada Kasus Multiproduk Apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk, bauran produknya tetap. Sedangkan menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa (2001 : ) asumsi yang mendasari titik impas adalah: 1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yangdipakai dalam perhitungan titik impas, sedangkan biaya variabel berubahsebanding dengan perubahan volume penjualan. 2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkatkegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukanpenurunan harga jual atau dengan memberikan potongan harga, maka halini mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.

9 9 3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba. 4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding data yang dipakai sebagai dasar perhitungan titik impas, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba. 5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba. 6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan. 7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama tetapi apabila komposisinya berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap pendapatan penjualan. 8. Mungkin di antara anggapan-anggapan tersebut diatas, anggapan yang paling pokok adalah bahwa volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya. Dari kedua pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang menjadi asumsi dasar dalam analisis titik impas diantaranya adalah hanya digunakan sebagai perencanaan jangka pendek, biaya dikelompokan

10 10 menjadi biaya variabel dan biaya tetap, harga jual produk dianggap tidak berubahubah, volume merupakan faktor utama yang mempengaruhi biaya. 1.3 Unsur-unsur pokok dalam analisis Break Even Point Analisis unsur-unsur yang mempengaruhi Break Even Point yaitu biaya, volume, harga jual serta laba itu sendiri. Pengertian biaya dan beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat. Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah expense. Mulyadi (1986:4) membedakan pengertian antara cost dan expense sebagai berikut: cost adalah bagian dari harga perolehan tahun harga beli aktiva yang ditunda pembebannya atau belum dimanfaatkan dalam hubungannya dengan realisasi penghasilan. Sedangkan expense adalah cost yang dikorbankan di dalam usaha memperoleh penghasilan. Yang dimaksud dengan volume yang terdapat dalam analisis Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan. Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada consumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisis titik impas adalah harga jual bersih yang terlepas dari berbagai macam potongan. Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan setelah dikurangi biaya.

11 11 Alwi (1994:267) menyatakan: Variabel-variabel yang membentuk Break Even Point adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan biaya variable). Kedua variable tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya, perubahan salah satu dari variable yang dimaksud mengakibatkan perubahan besarnya titik Break Even Point Harga Jual Pengertian harga jual menurut Kotler (1994:474) adalah sebagai berikut : Price is what the seller feels it is worth, in terms of money to the buyer. Dimana pengertiannya adalah harga bagi penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada pembeli. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual, serta penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut. Tujuan penetapan harga menurut Kotler (1994: ) adalah : (1) Survival, (2) maximum current profit, (3) maximum current revenue, (4) maximum sales growth, (5) maximum market skimming, (6) product quality leadership. Penetapan harga jual suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha. Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut Kotler (1994: ), yaitu: 1. Cost based pricing

12 12 a. Mark up pricing (cost plus pricing) Penetapan harga jual dengan manambah tingkat keuntungan pada biaya-biaya yang telah dibebankan pada barang. b. Target profit pricing Penetapan harga jual yang didasarkan atas permintaan. 2. Buyer based pricing adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang dirasakan konsumen terhadap produk. 3. Competition based pricing a. Going rate pricing Penetapan harga jual berdasarkan harga yang ditetapkan oleh pesaing. b. Sealed bid pricing Penetapan harga jual dalam situasi dimana perusahaan bersaing dengan cara menetapkan harga jual yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan pesaing. Alwi (1994:234) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lainlain ditambah dengan sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya variabel.

13 Biaya Sebelum melakukan analisis titik impas, manajemen harus mengelompokkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini dilakukan karena pengelompokkan biaya menjadi salah satu syarat untuk dapat melakukan analisis titik impas. Untuk itu, perlu adanya pemahaman mendalam mengenai biaya Pengertian Biaya Menurut Bastian Bustami dan Nurlela dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya (2006:4) Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sjamsulbachri dalam buku Akuntansi Manajemen (2004:23) mengungkapkan bahwa cost atau biaya merupakan pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk memperoleh sumber daya ekonomi lainnya. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2004:40), Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Dari kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa biaya adalah sebuah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur oleh satuan uang untuk melakukan transaksi (membeli barang atau jasa) dan diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.

14 Penggolongan Biaya menurut Perilaku Biaya Perilaku biaya yang biasa disebut dalam istilah ekonomi dengan nama cost behavior merupakan studi tentang hubungan biaya dengan volume kegiatan. Pemahaman mengenai perilaku biaya ini bisa menjadi sangat penting karena dengan demikian dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan ekonomi baik itu bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. (Sjamsulbachri, 2004:35) Menurut Hansen dan Mowen (2004:84), Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Biaya-biaya bereaksi pada perubahan output dengan berbagai macam cara. Berdasarkan perilakunya, biaya yang sangat berhubungan erat dengan perubahan volume output dapat digolongkan menjadi tiga jenis biaya, yaitu: biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel Biaya Tetap Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang mempunyai jumlah total yang tetap dan tidak bergantung pada besar kecilnya volume kegiatan (Sjamsulbachri, 2004:37). Hansen dan Mowen dalam buku Management Accounting (2004:84) menuturkan bahwa : Suatu biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah disebut biaya tetap. Lebih formalnya, biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam julah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output aktivitas berubah.

15 15 Menurut M.Fuad (2003:159), biaya tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Totalitasnya tidak berubah (konstan) tanpa memandang perubahan tingkat aktivitas. 2. Biaya satuannya (unit cost) akan berbanding terbalik dengan perubahan volume keluaran. Sedangkan menurut S. Munawir (2002:318) dalam buku Akuntansi Manajemen, karakteristik biaya tetap yaitu : 1. Secara total jumlahnya tetap dalam jarak waktu yang relevan. 2. Secara unit berubah-ubah. 3. Pembebanan kepada suatu objek yang dibiayai menggunakan keputusan manajemen atau metode alokasi tertentu. 4. Pengawasan terjadinya atau penggunannya menjadi tanggung jawab (terkendali) bagi manajemen puncak. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan penggambaran grafik dari biaya tetap menurut Sjamsulbachri (2004:36): Biaya Biaya Tetap 0 Volume Gambar 2.1 Grafik Biaya Tetap

16 16 Gambar 2.1 menunjukkan grafik biaya tetap. Dilihat dari bentuk grafiknya, maka biaya tetap memang sama sekali tidak berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh banyaknya volume yang diproduksi. Biaya itu akan tetap ada meskipun perusahaan tidak memproduksi apapun dalam pengertian produksi=0. Akan tetapi pembebanan biaya tetap pada setiap unit dapat berubah sesuai dengan banyaknya volume yang diproduksi tersebut, semakin banyak volume maka pembebanan biaya tetap akan semakin kecil untuk setiap unit produknya Biaya Variabel Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang totalnya berubahubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap sama. Semakin besar volume kegiatan, semakin besar pula biaya total yang harus dikeluarkan dan begitu juga sebaliknya (Sjamsulbachri, 2004:42). Hansen dan Mowen (2004:86) mengemukakan bahwa Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output. Biaya variabel memiliki karakteristik tersendiri. Menurut M.Fuad (2003:158) karakteristik biaya variabel adalah sebagai berikut : 1. Biaya yang berubah total menurut perbandingan yang searah dengan perubahan tingkat aktivitas. 2. Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan). Menurut S. Munawir (2002:312) dalam buku Akuntansi Manajemen dijelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik pada biaya variabel, yaitu :

17 17 1. Secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat aktivitas (liniarity assumption). 2. Mudah dan praktis untuk dibebankan secara teliti pada objek yang dibiayaidengan cara yang secara ekonomis menguntungkan. 3. Secara unit akan tetap konstan. 4. Pengawasan terjadinya dan penggunaannya menjadi tanggung jawab (terkendali) bagi kepala bagian. Biaya variabel dapat juga digambarkan melalui grafik, menurut Sjamsulbachri (2004:36) grafik biaya variabel adalah sebagai berikut : Biaya Biaya Variabel 0 Volume Gambar 2.2 Grafik Biaya Variabel Gambar 2.2 menunjukkan grafik biaya varibel. Grafik tersebut menggambarkan bahwa biaya variabel akan berubah sesuai dengan jumlah volume yang diproduksi. Semakin banyak unit yang diproduksi, maka semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Dan itu berarti total biaya variabel akan

18 18 berubah sebanding dengan volume kegiatannya, akan tetapi biaya per unit barangnya tetap Biaya Semi variabel Biaya semivariabel atau disebut juga mixed cost adalah biaya yang mengandung unsure-unsur tetap dan variabel. Biaya semivariabel mencakup jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah keluaran (M. Fuad, 2003:160). Hansen dan Mowen dalam buku Management Accounting (2004:87) mengemukakan bahwa, Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel. Terdapat beberapa karakteristik biaya semivariabel yang terdiri dari : 1. Biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau kapasitas. 2. Biaya satuan atau unit cost biaya semivariabel akan semakin kecil dengan semakin tingginya volume kegiatan dan sebaliknya. Biaya semivariabel dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut (Sjamsulbachri, 2004:37) : Biaya Biaya Semivariabel 0 Gambar 2.3 Grafik Biaya Semivariabel Volume

19 19 Gambar 2.3 menunjukkan grafik biaya semivariabel. Grafik tersebut menunjukkan adanya unsur biaya tetap dan biaya variabel dalam biaya semivariabel tersebut.biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk penyediaan jasa sedangkan biaya variabel merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Dalam analisis titik impas, biaya semivariabel harus dipisahkan terlebih dahulu menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Bustami dan Nurlela (2010:28) mengungkapkan bahwa pemisahan biaya tetap dan biaya variabel merupakan hal yang penting, terutama untuk perencanaan, pengendalian biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda. Untuk memisahkan komponen-komponen yang ada di dalam biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel dapat digunakan tiga metode, yaitu : 1. Metode Tinggi Rendah (High Low Points Method) Metode tinggi rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter pemintas dan kemiringan. Titik tinggi didefinisikan sebagai titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi. Titik rendah didefinisikan sebagia titik dengan tingkat output atau aktivitas rendah. Persamaan untuk penentuan biaya variabel per unit dan biaya tetap adalah sebagai berikut : Biaya Variabel per unit = Perubahan biaya Perubahan output

20 20 Biaya Variabel per unit = Biaya tinggi Biaya rendah Output tinggi Output rendah dan, Biaya tetap = Biaya total titik tinggi Biaya variabel per unit x Output tinggi (Hansen dan Mowen, 2004:102) Metode titik tinggi-rendah bersifat sederhana, tetapi memiliki kerugian akibat penggunaan hanya dua titik data untuk menentukan perilaku biaya, dan metode ini didasarkan pada asumsi bahwa titik-titik data yang lain berada pada garis lurus diantara titik tinggi dan titik rendah. Karena hanya menggunakan dua titik data, metode ini bisa menghasilkan estimasi biaya tetap dan biaya variabel yang bias dan biasanya kurang akurat (Carter dan Usry, 2004:64). 2. Metode diagram pencar (Scattergraph) Scattergraph adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis dengan memplot data dalam suatu grafik (Hansen dan Mowen, 2004:104). Langkah-langkah untuk memisahkan biaya campuran dengan menggunakan metode diagram pencar (Scattergraph) adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data jumlah biaya yang dikeluarkan di amsa lalu pada seluruh tingkat kegiatan, data ini diambil dari catatan akuntansi. 2. Menggambarkan titik-titik data yang menunjukkan biaya kombinasi dan tingkat kegiatan pada grafik dua sumbu. Biaya, digambarkan pada sumbu vertikal (Y) dan tingkat kegiatan pada sumbu horizontal (X). hasil penggambaran titik-titik ini adalah diagram pancar.

21 21 3. Membuat garis lurus sedekat mungkin dengan titik itu, yang berarti bahwa jarak antara titik data dan garis lurus itu adalah terdekat dibanding dengan garis lurus lainnya. 4. Menentukan komponen biaya tetap dengan cara memperpanjang garis lurus yang dibuat pada butir ke tiga sampai menyentuh sumbu vertikal. Titik sentuh itu menunjukkan biaya tetap total. 5. Menghitung biaya variabel total, dengan bantuan garis lurus yang telah dibuat dan tentukan juga biaya total pada kegiatan tertentu. Biaya variabel total adalah biaya total dikurangi biaya tetap total, setelah itu hitung biaya variabel per unit dengan membagi biaya variabel total tadi dengn tingkat kegiatan yang dipilih pada butir lima ini. Setelah langkah ini selesai buatlah fungsi biaya. (Sjamsulbachri, 2004:52) Metode scattergraph merupakan kemajuan dari metode tinggi-rendah karena metode ini menggunakan semua data yang tersedia, bukan hanya dua titik data. Meskipun demikian, suatu analisis perilaku menggunakan metode scattergraph bisa saja menjadi bias karena biaya yang digambar melalui plot data berdasarkan interpretasi visual (Carter dan Usry, 2004:65). 3. Metode Kuadrat kecil (Least Square Method) Bustami dan Nurlela (2010:31) menyimpulkan bahwa least square method(metode kuadrat terkecil) atau analisis regresi sederhana merupakan pendekatanyang efektif dan sederhana untuk mengukur rata-rata perubahan

22 22 variabel dependen yang berkaitan dengan kenaikan unit dalam jumlah satu atau lebih variabel independen. Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi y=a+bx, dimana y merupakan variabel bebas (dependent variable) yaitu variabel yang perubahannya ditentukan oleh perubahan pada variabel x yang merupakan variabel bebas (independent variable). Variabel y menunjukkan biaya, sedangkan x menunjukkan volume kegiatan. Dalam metode ini, pemisahan biaya campuran dapat dilakukan dengan cara penggunaan model matematika seperti yang biasa kita lakukan pada bidang statistik. Seperti penggunaan metode diagram pencar dan titik tertinggi-titik terendah, fungsi biaya campuran digambarkan dengan model : Y= a + bx X dan Y adalah variabel-variabel yang telah diketahui dari pengamatan dari masa lalu, variabel yang harus dicari adalah a sebagai biaya tetap total dan b sebagai biaya variabel per unit. Kedua variabel tersebut dapat dicari dengan rumus : b = n xy ( x) ( y) n x 2 ( x) 2 a = y n b( x n ) Dimana : y = Biaya a = Biaya tetap

23 23 b = Biaya variabel x = Volume (Sjamsulbachri, 2004:60) Metode kuadrat terkecil memiliki tingkat keakuratan yang paling tinggi dibandingkan metode yang lainnya. Ketepatan matematis dari metode kuadrat terkecil memberikan tingkat objektivitas yang tinggi dalam analisis (Carter dan Usry, 2004:67). Dari ketiga metode pemisahan biaya tersebut dapat disimpulkan bahwa metode kuadrat terkecil memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi diantara metode lainnya. Oleh karena itu dalam pemisahan biaya semivariabel, metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil Metode Perhitungan Titik Impas Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk menentukan perhitungan titik impas. Biasanya setelah melakukan perhitungan titik impas secara matematis, titik impas dapat digambarkan ke dalam grafik Perhitungan Titik Impas dengan Pendekatan Persamaan Matematis Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya, atau dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : y = cx bx a

24 24 Keterangan : y = laba c = harga jual persatuan x = jumlah produk yang dijual b = biaya variabel persatuan a = biaya tetap Dari rumus persamaan di atas, apabila mengacu pada definisi bahwa suatu perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya (laba = 0), maka akan diperoleh sebuah persamaan lagi yaitu : 0 = cx bx a cx = bx + a Setelah dilakukan proses penurunan lebih lanjut, maka akan didapat sebuah rumus yang menjadi penyelesaian dari persamaan di atas. Rumus tersebut yang selanjutnya digunakan sebagai landasan dalam perhitungan titik impas (Break Even Point). berikut : x = a c b Dengan demikian, perhitungan impas dalam unit penjualan adalah sebagai Impas = Biaya tetap Harga jual per satuan Biaya variabel per satuan Dan perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah sebagai berikut : Impas = 1 Biaya Tetap Biaya Variabel per satuan Harga Jual per satuan (Mulyadi, 2001: )

25 Perhitungan Titik Impas dengan Pendekatan Grafik Dalam pendekatan grafik, titik impas digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total. Biaya total = Biaya tetap total + Biaya variabel total Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menentukan grafik titik impas, yakni : Langkah 1 Membuat grafik X dan Y, dengan sumbu X menunjukkan jumlah unit (output) dan sumbu Y menunjukkan biaya dan penerimaan. Langkah 2 Membuat titik pada sumbu Y yang menunjukkan nilai Biaya tetap total (Total Fixed Cost = TFC), kemudian tariklah garis lurus dari titik tersebut sejajar sumbu X. Langkah 3 Membuat titik pertemuan antara jumlah unit terjual dengan jumlah rupiah dari unit terjual, kemudian menarik garis dari titik 0 melalui titik tersebut. Garis yang terbentuk disebut garis penerimaan total (Total Revenue = TR) Langkah 4 Menarik garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y (pada langkah 2 diatas) yang menunjukkan garis biaya total (TC) (M. Fuad, 2003:188)

26 26 Analisis titik impas menggunakan pendekatan grafik : Gambar 2.4 Grafik Titik Impas Keterangan cara pembuatan grafik impas : 1) Sumbu datar (sumbu x) menyatakan volume penjualan yang dapat dinyatakan dalam satuan kuantitas atau rupiah pendapatan penjualan. 2) Sumbu tegak (sumbu y) menyatakan pendapatan penjualan dan biaya dalam rupiah. 3) Impas adalah terletak pada perpotongan garis pendapatan penjualan dengan garis biaya. Bila dari titik perpotongan tersebut ditarik garis tegak ke sumbu x, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan volume penjualan. Jika dari titik impas ditarik garis tegak lurus ke sumbu y, akan diketahui pencapaian impas berdasarkan pendapatan penjualan. 4) Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya dengan garis pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena pendapatan penjualan lebih rendah dari total biaya.

27 27 Sedangkan daerah di sebelah kanan titik impas, yaitu bidang diantara garis pendapatan penjualan dengan garis total biaya merupakan daerah laba, karena pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya. (Mulyadi, 2001:243) Perhitungan Titik Impas dengan Pendekatan Activity Based Costing Mulyadi (2001:248) mengungkapkan bahwa perbedaan antara perhitungan impas konvensional dan activity-based costing terletak pada unsur biaya variabel yang digunakan dalam perhitungan impas. Perhitungan impas tradisional menentukan biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan unit-level activities saja. Sedangkan perhitungan impas dalam activity-based costing, variabilitas biaya tidak hanya dihubungkan dengan unitlevel activities saja, namun juga dengan batch-related activities,productsustaining activities, dan facility sustaining activities. Impas = Rumus perhitungan impas berdasarkan activity-based costing : Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs Harga jual per unit unit level activity costs per unit (Mulyadi, 2001:248) Margin Kontribusi Anthony dan Govindarajan dalam buku Sistem Pengendalian ManajemenEdisi 11 Buku 1 (2005:429) yang diterjemahkan oleh Kurniawan Tjakrawala menyatakan, Margin kontribusi (Contribution Margin) menunjukkan

28 28 rentang (spread) antara pendapatan dengan beban variabel. Margin kontribusi adalah kelebihan pendapatan penjualan atas biaya variabel yang tersedia untuk menutupi biaya tetap. Garrison, Noreen dan Brewer (2006:346) berpendapat, Rasio margin kontribusi adalah rasio total margin kontribusi terhadap total penjualan.rasio ini dapat digunakan untuk membuat estimasi yang cepat mengenai pengaruh daritotal penjualan terhadap laba operasi bersih. Rasio ini sangat berguna dalam analisis titik impas. Rumus untuk menghitung rasio margin kontribusi (contribution margin/cm ratio) adalah sebagai berikut : CM Ratio = Margin kontribusi Penjualan Rasio ini dinyatakan dalam bentuk persentase. Rasio ini sangat bermanfaat karena rasio ini menunjukkan pengaruh penjualan terhadap margin kontribusi. (Krismiaji, 2002:198) Margin Of Safety (MOS) Dari analisis titik impas, perusahaan akan mendapat informasi mengenai seberapa jauh penjualan boleh turun hingga mencapai titik laba 0, dan tidak menderita rugi. Hubungan ini dinamakan Margin of Safety atau tingkat keamanan bagi perusahaan untuk melakukan penurunan penjualan. Margin of Safety dinyatakan dalam formula :

29 29 MOS = Penjualanbudget Penjualanpadatitikimpas Menurut Krismiaji (2002:218), MOS adalah jumlah unit yang terjual atau diharapkan akan terjual ataupendapatan yang diperoleh atau pendapatan yang diharapkan akan diperoleh diatas titik impas. Margin keamanan menjelaskan jumlah dimana penjualan dapat menurunsebelum kerugian mulai terjadi.maka MOS digunakan oleh manajemen untuk melihat resiko rugi di masa mendatang, angka MOS yang semakin besar maka resiko kerugian yang mungkin akan dialami akan lebih kecil Degree of Operating Leverage Krismiaji (2002:220) mengungkapkan bahwa Operating Laverage merupakan bauran relatif biaya tetap dan biaya variabel yang ada dalam sebuah organisasi.operating leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva tetap untuk memperoleh perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah, baik perubahannya berupa kenaikan maupun penurunan. Semakin besar derajat operating leverage semakin besar pula pengaruh perubahan tingkat penjualan terhadap laba. Derajat operating leverage atau degree of operating leverage (DOL) dapat diukur untuk berbagai tingkat penjualan dengan menggunakan data margin kontribusi sebagai berikut : DOL = CM EBIT

30 30 Dimana : DOL = degree of operating leverage (Tingkat leverage operasi) EBIT = earning before interest and tax (laba sebelum bunga dan pajak) CM = Contribution margin (marjin laba) (Mardiyanto, 2009) Analisis Titik Impas Sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Perencanaan Laba Selain menentukan titik dimana perusahaan tidak mendapatkan untuk dan tidak mendapatkan rugi, analisis titik impas dapat juga berfungsi sebagai alat bantu manajemen dalam perencanaan laba. Untuk mendapatkan laba yang diinginkan manajemen dapat menggunakan rumus untuk menentukan jumlah unit yang seharusnya dijual untuk mencapai laba yang diinginkan tersebut. Rumusnya adalah : BEP unit = Biaya tetap + Target Laba Harga jual per unit biaya variabel per unit (Krismiaji, 2002:196)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi paling penting diantara semua fungsi manajemen. Seperti yang telah diketahui bahwa setiap perusahaan dan manajemen

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat Break

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam pelaksanaan aktivitas suatu perusahaan.menurut Mulyadi (2009:10), Tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen ( 2009 : 47 ) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yaitu berusaha untuk mencapai pendapatan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perusahaan. Biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik yang kian memanas, dapat diperkirakan keadaan ekonomi Indonesia mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Biaya Dan Beban Pada umunya penetapan harga produk tergantung dari banyaknya penawaran dan permintaan masyarakat. Namun, tetap saja penetapan harga jual yang menguntungkan

Lebih terperinci

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS PERILAKU BIAYA AKTIVITAS A. Konsep Dasar Perilaku Biaya Aktivitas Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas perusahaan. Aktivitas adalah pengorbanan waktu dan input untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. BIAYA Aktivitas merupakan suatu tindakan-tindakan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk merubah input dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan output dan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi secara umum adalah merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] MATERI 5 ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA (Cost-Volume Profit Analysis) Analisis biaya-volume-laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Karena

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Laba 2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PRODUKSI

ANALISA BIAYA PRODUKSI ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Menurut Assauri (2008:18), istilah manajemen

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Analisis Perilaku Biaya BAB

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA II. 1. Pengertian Perencanaan Laba Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan

Lebih terperinci

Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016

Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11. Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016 Analysis Cost Volume Profit: Alat Perencanaan Manajerial Source: Hansen & Mowen (2007) Chapter 11 Present By: Ayub W.S. Pradana 30 Maret 2016 Materi Pokok 1. Titik Impas dalam unit 2. Titik Impas dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian. Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu : 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian manajemen, antara lain : Menurut Hasibuan ( 2007 ), dfinisi manajemen yaitu : Manajemen adalah

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri) ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri) Yesy Okviana Ika Pratiwi Moch. Dzulkirom AR Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia.

BAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Setiap perusahaan berorientasi untuk mencapai tunjuan. Secara idealnya, perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan pada bidang bisnis di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan pada bidang bisnis di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin ketatnya persaingan pada bidang bisnis di Indonesia, saat ini seluruh manajemen di perusahaan manapun dituntut untuk dapat melihat kesempatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Biaya, Biaya Penjualan, Harga dan Laba 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (Buku Sistem Akutansi. 2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain sebagai berikut: Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu:

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA A. TUJUAN PEMBELAJARAN. 13.1. Mahasiswa mengetahui tentang break even point. 13.2 Mahasiswa mengetahui tentang CVP. B. URAIAN MATERI. 13.1. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA)

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA) Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 2017 Volume 11 Nomor 1 Hal. 49 53 ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA) Mozart Wiston Talakua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka akan semakin kompleks pula masalah yang akan dihadapi. Untuk dapat menghadapi masalah tersebut diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point 2.1.1. Pengertian Break Even Point Break even point atau titik impas merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total pendapatan

Lebih terperinci

Melda Darika Dua Sri Mangesti Rahayu Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Melda Darika Dua Sri Mangesti Rahayu Zahroh Z.A Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENERAPAN COST VOLUME PROFIT ANALYSIS SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENJUALAN PADA TINGKAT LABA YANG DIHARAPKAN (Studi pada Perusahaan Paving Block CV ETERNA Mergosono Malang) Melda Darika Dua Sri Mangesti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha bisnis menjadi semakin kompleks, terutama dengan perusahaan lain yang bergerak pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa untuk menghadapi persaingan dalam harga jual atau sumbangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan laba. Laba perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu harga jual, volume penjualan dan biaya oleh karena itu perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk) Suci Mulya Wijayanti Darminto Muhammad Saifi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA Tugas Kelompok Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Strategik dan Kepemimpinan (DosenPengampu :Nurkholis, SE., M.Bus.,Ph.D., Ak., CA*) Disusun

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

Vol.10, No Februari 2015 ISSN

Vol.10, No Februari 2015 ISSN COST VOLUME PROFIT (CVP) DALAM PERENCANAAN LABA PADA GRAND HYATT NUSA DUA - BALI Vebryan Aditya Chandra Pandapotan Lumban Tobing Christimulia Purnama Trimurti Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan dunia usaha tidak lepas dari semakin meningkat dan semakin beranekaragamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Analisis Cost Volume Profit (CVP), dan memaksimalkan laba. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Analisis Cost Volume Profit (CVP), dan memaksimalkan laba. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRAK UP 2 U Factory Outlet merupakan sebuah perusahaan yang mengkhususkan bidang usahanya pada penjualan pakaian sisa ekspor. Sampai saat ini, UP 2 U Factory Outlet menjual bermacam-macam jenis produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian analisis diferensial Menurut Henry Simamora (2002:230), analisis diferensial adalah menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Biaya dan Terminologi Biaya Menurut Sugiri (2002:21), biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk memperoleh sumber daya ekonomi lainnya. Pengukuran biaya

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara berkembang ilmu dan teknologi merupakan modal utama dalam memajukan negara tersebut, sebab dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi, dapat

Lebih terperinci

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK

COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK COST VOLUME PROFIT (CVP) SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT INDO TAMBANGRAYA MEGAH, Tbk DAN ENTITAS ANAK ABSTRAKSI Rossy Marvita Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak PT Indo Tambangraya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang terlibat di setiap bidang usaha tersebut. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. seminimal mungkin maka perusahaan tersebut dapat bertahan dan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. seminimal mungkin maka perusahaan tersebut dapat bertahan dan dapat 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Akuntansi Biaya. Dalam akuntansi, biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting, oleh karena itu biaya harus diperhatikan. Biaya juga

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Pada Koperasi Sari Apel Brosem Periode )

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Pada Koperasi Sari Apel Brosem Periode ) ANALII BREAK EVEN POINT EBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUAHAAN (tudi Pada Koperasi ari Apel Brosem Periode 20-203) Jalaluddin Dimisyqiyani Darminto Topowijino Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maret 2015 dan berlokasi di Jalan Kyai Maja No.7 Jakarta Selatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maret 2015 dan berlokasi di Jalan Kyai Maja No.7 Jakarta Selatan. 49 A. Waktu dan Tempat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis melakukan penelitian pada PT.Indinanta Ciptarasa, waktu penelitian dimulai pada bulan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit

Lebih terperinci

Pengertian, Tujuan dan Manfaat Anggaran Variabel

Pengertian, Tujuan dan Manfaat Anggaran Variabel Pengertian, Tujuan dan Manfaat Anggaran Variabel Deskripsi Materi : Mampu menghitung anggaran biaya variabel Pemahaman terhadap anggaran biaya flexibel/variable Pengertian Anggaran Variabel Dari buku dan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT

ANALISIS BREAK EVEN POINT ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN TERHADAP PERENCANAAN VOLUME PENJUALAN DAN LABA (Studi Kasus Pada PT. Cakra Guna Cipta Malang Periode 20112013) Retno Ariyanti Sri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya, Biaya, dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Siklus perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Agribisnis Semester : IV Pertemuan Ke : 6 Pokok Bahasan : Keputusan Perencanaan Laba dan Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM JANGKA PENDEK. Oleh : Ani Hidayati

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM JANGKA PENDEK. Oleh : Ani Hidayati PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK Oleh : Ani Hidayati PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK Perencanaan laba jangka pendek dilakukan manajemen dalam proses penyusunan

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisis terhadap biaya-biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Menurut Halim dan Supomo (2000:3) menyatakan bahwa akuntansi manajemen adalah Suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan informasi keuangan bagi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Analisa Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Break Even Point (BEP) 2.1.1 Pengertian Analisis Break Even Point (BEP) Menurut Herjanto (2007: 151) analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian negara kita dewasa ini semakin pesat. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian negara kita dewasa ini semakin pesat. Proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian negara kita dewasa ini semakin pesat. Proses pelaksanaan pembangunan perekonomian tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK Kegiatan perencanaan laba merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena dapat berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, manajemen memerlukan suatu alat bantu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. PT Sahid Detolin Textile melakukan klasifikasi biaya berdasarkan produk yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak Bab I:Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Munculnya era globalisasi yang membuat adanya tantangan dengan banyaknya kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

Department of Business Adminstration Brawijaya University

Department of Business Adminstration Brawijaya University Department of Business Adminstration Brawijaya University Analisis break even point yang sering kali juga disebut sebagai cost-volume-profit analysis Tujuan Mencari Titik Impas : Mencari tingkat aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.1.1 Harga Jual Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR ABSTRAK Kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik, telepon dan terutama BBM berdampak dalam industri. Ini menyebabkan naiknya biaya bahan baku serta biaya lainnya bagi sektor industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Margahayu Jaya Indah Plastik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kantong klip plastik. Sama seperti perusahaan komersil lainnya, tujuan utama perusahaan didirikan

Lebih terperinci