I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus. Infeksi HIV-AIDS merupakan penyebab utama kedua kematian pada laki-laki dan penyebab utama ketiga pada perempuan usia tahun. Kasus ini merupakan permasalahan global yang terjadi lebih dari 190 negara di dunia dan didominasi oleh negara di wilayah Afrika dan Asia. Hal ini ditunjukkan melalui data laporan tahun 2011 yang menyatakan lebih dari 34 juta orang tercatat hidup terinfeksi HIV di antaranya 70% dari wilayah Afrika, lebih dari 20% wilayah Asia dan selebihnya dari wilayah sub Sahara Afrika (Kumar dkk., 2015). Di Indonesia, pengidap HIV setiap tahunnya meningkat. Penelitian dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014) menyatakan bahwa tahun 2012 jumlah pengidapnya adalah jiwa dan meningkat menjadi jiwa pada tahun Indonesia setiap tahun mengalami penurunan penderita AIDS dari jiwa pada tahun 2012 menjadi jiwa pada tahun 2013 akibat kematian. Sebagian besar pengidap infeksi HIV-AIDS merupakan masyarakat Indonesia usia produktif (25-49 tahun). Berdasarkan pendapat Kumar dkk. (2015), AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh retrovirus dan ditandai dengan penurunan kekebalan serius yang mengarah pada terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis. Infeksi HIV-AIDS sering menimbulkan lesi pada rongga 1

2 2 mulut (Kumar dkk., 2007). Manifestasi pada rongga mulut dapat menjadi salah satu indikator awal dan penting diperhatikan dari infeksi HIV. Berdasarkan intensitas, dan perjalanan terjadi infeksi HIV sampai menjadi AIDS manifestasi oral dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok satu terdiri dari tujuh lesi kardinal seperti oral candidiasis, hairy leukoplakia, sarcoma kaposi, linear gingival erythema (LGE), necrotizing ulcerative gingivitis (NUG), Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP), dan non Hodgkin lymphoma. Pada kelompok kedua meliputi aphthous ulcer, penyakit kelenjar ludah, infeksi virus seperti cytomegalovirus (CMV), Virus Herpes Simpleks (HSV), Human Papilloma Virus (HPV), dan Virus Herpes Zoster (HZV). Kelompok ketiga lesi jarang ditemui pada kelompok satu dan dua, lesi seperti osteomyelitis diffuse dan karsinoma sel skuamosa (Leao dkk., 2009) Penularan infeksi HIV dapat terjadi melalui kontak seksual, inokulasi parenteral, dan penularan vertikal dari ibu yang terinfeksi kepada bayi atau janinnya (Mitchell dkk., 2009). Masih sedikit bukti bahwa HIV ditularkan melalui cairan pada rongga mulut. Saliva memiliki berperan dalam perlindungan individu dari infeksi HIV bahwa hipotonisitas saliva memiliki efek penghambatan yang signifikan pada replikasi HIV dalam sel limfosit. Risiko penularan HIV dari pasien ke petugas kesehatan gigi mungkin terjadi tetapi sangat jarang. Penularan kepada petugas kesehatan memiliki risiko kurang dari 1% melalui pemaparan darah atau parenteral (Leao dkk., 2009). Menurut pengalaman kejadian kecelakaan di pusat pelayanan kesehatan, terdapat penularan HIV melalui cedera

3 3 akibat jarum suntik yang telah terpapar darah secara tidak sengaja pada petugas kesehatan (Kumar dkk., 2015). Banyak muncul perhatian khusus terhadap pekerjaan petugas kesehatan pada masyarakat dan kalangan awam terhadap penyebaran infeksi di luar kelompok risiko tinggi (Kumar dkk., 2015). Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan RI (2012) menyarankan pelayanan kesehatan wajib memberikan jaminan keamanan kesehatan baik bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat yang dilayani. Penyebaran penyakit menular telah meningkatkan kekhawatiran masyarakat maupun petugas kesehatan dalam beberapa dekade terakhir akibat munculnya infeksi mematikan seperti infeksi HIV dan Hepatitis B Virus (HBV). Pemahaman tanda dan gejala, metode transmisi, dan metode pencegahan penyebaran penyakit ini sangat diperlukan untuk menjamin tidak terjadinya infeksi silang. Penyakit tersebut mencakup hepatitis, TBC, infeksi HIV-AIDS (Dietz dan Badavinac, 2002). Penelitian Aggarwal dkk. (2012) mengenai perbandingan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa kesehatan gigi dengan mahasiswa keperawatan terhadap infeksi HIV-AIDS, mengemukakan bahwa pengetahuan mahasiswa kesehatan gigi tentang infeksi HIV-AIDS (baik umum dan oral) lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa keperawatan. Mahasiswa kesehatan gigi telah memiliki pengetahuan yang tinggi tetapi masih lalai dalam pemakaian tiga jenis teknik perlindungan diri (sarung tangan, masker, dan kacamata) selama melakukan pekerjaan mereka. Mahasiswa kesehatan gigi juga masih kurang dalam kepatuhan terhadap praktik pengendalian infeksi.

4 4 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 378/Menkes/SK/III/2007 mengemukakan bahwa kemampuan inti perawat gigi salah satunya adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Seorang perawat gigi dituntut untuk mampu mengenali lesi dini dari kanker mulut dan manifestasi infeksi HIV-AIDS di mulut. Pengetahuan mengenai manifestasi infeksi HIV-AIDS harus dimiliki oleh setiap mahasiswa keperawatan gigi, higiene gigi ataupun seorang perawat gigi untuk meminimalkan risiko penularan infeksi di pusat pelayanan kesehatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diajukan rumusan masalah bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa PSHG FKG UGM tentang infeksi HIV-AIDS C. Keaslian Penelitian 1. Penelitian dari Ryalat dkk. (2011) bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa kedokteran gigi mengenai infeksi HIV- AIDS. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS masih kurang. 2. Li dkk. (2015) melakukan penelitian mengenai perbandingan pengetahuan infeksi HIV-AIDS dan sikap mahasiswa kedokteran gigi dengan perawat umum terhadap pasien penderita infeksi HIV-AIDS, dengan melakukan survei kepada mahasiswa. Hasilnya adalah mahasiswa kedokteran gigi

5 5 memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada mahasiswa perawat umum. 3. Ajayi dan Ajayi (2008) melakukan penelitian untuk mengukur pengetahuan mahasiswa kedokteran gigi mengenai infeksi HIV terutama transmisinya. Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat ukur pengetahuan mahasiswa. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai pengetahuan yang tinggi mengenai transmisi HIV. Penelitian mengenai tingkat pengetahuan pada mahasiswa Program Studi Higiene Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (PSHG FKG UGM) tentang infeksi HIV-AIDS belum pernah diteliti sebelumnya. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang infeksi HIV-AIDS pada mahasiswa PSHG FKG UGM. E. Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi mahasiswa adalah dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi terkait pengetahuan mengenai infeksi HIV-AIDS. b. Manfaat bagi institusi pendidikan adalah dapat memberi masukan untuk evaluasi kurikulum dan materi perkuliahan mengenai infeksi HIV-AIDS. c. Bagi peneliti adalah sebagai acuan untuk pengembangan penelitian terkait pengetahuan infeksi HIV-AIDS.