BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU"

Transkripsi

1 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ; b. bahwa untuk menciptakan integrasi, sinkronisasi dan mensinergikan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun perlu menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bintan Tahun ; c.bahwa..

2 2 c. bahwa sesuai dengan amanat peraturan perundangundangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bintan Tahun Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3896); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4237); 4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 5.Undang

3 3 5. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11.Undang..

4 4 11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Penataan Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 17.Peraturan

5 5 16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun ; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bintan Tahun ( Lembaran Daerah Kabupaten Bintan Tahun 2012 Nomor 2 ). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BINTAN dan BUPATI BINTAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bintan. 2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Bintan 3.Pemerintahan

6 6 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bintan. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten Bintan. 7. Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. 8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bintan untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 10. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. BAB II..

7 7 BAB II MATERI MUATAN DAN FUNGSI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) Pasal 2 (1) Penyusunan RPJPD mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; (2) Rincian RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (3) RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang memuat visi, misi dan program Bupati. BAB III SISTEMATIKA Pasal 3 RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri dari : a. BAB I : PENDAHULUAN; b. BAB II ; GAMBARAN UMUM WILAYAH; c. BAB III ; ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS; d. BAB IV ; VISI DAN MISI DAERAH; e.bab..

8 8 e. BAB V ; ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH; dan f. BAB VI ; KAIDAH PELAKSANAAN. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 4 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bintan. Ditetapkan di Bandar Seri Bentan pada tanggal 15 Desember 2015 Pj.BUPATI BINTAN, Diundangkan di Bandar Seri Bentan pada tanggal 15 Desember 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BINTAN, DOLI BONIARA LAMIDI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015 NOMOR 5 NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU : ( 5/ 2015)

9 9 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) I. UMUM. KABUPATEN BINTAN TAHUN Pemerintah Kabupaten Bintan mempunyai tugas dan kewajiban untuk menetapkan RPJPD yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Upaya pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, ditetapkan melalui RPJPD dengan memperhitungkan faktor sumber daya alam dan lingkungan hidup, kependudukan, pendidikan, kesehatan, Sumber Daya Manusia (SDM), gender, ekonomi, politik, hukum dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Peraturan perundang-undangan mengamanatkan RPJPD ditetapkan dengan peraturan daerah. II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 cukup jelas. Pasal 2 cukup jelas. Pasal 3 cukup jelas. Pasal 4 cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR..

10 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dasar HukumPenyusunan Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan... 9 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Aspek Geografi Wilayah dan batas administrasi Topografi Geologi Jenis Tanah Hidrologi dan Hidrogeologi Air Bawah Tanah Dangkal Air Bawah Tanah Dalam Mata Air Klimatologi Penggunaan Lahan AspekDemografi JumlahdanKomposisiPenduduk Penduduk 15 TahunkeAtasMenurutLapanganPekerjaan Aspek Kesejahteraan Masyarakat FokusKesejahteraandanPemerataanEkonomi Pertumbuhan PDRB LajuInflasiKabupatenBintan PDRB per Kapita IndeksGini Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan i

11 IndeksKetimpangan Williamson (indeksketimpangan regional) PersentasePenduduk di AtasGarisKemiskinan FokusKesejahteraanSosial Pendidikan Kesehatan Ketenagakerjaan FokusSeniBudayadanOlahraga Kebudayaan PemudadanOlahraga Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Umum Perumahan Penataan Ruang Perhubungan Lingkngan Hidup Pertanahan Kependudukan dan Catatan Sipil Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Keluarga Berencana dan Keluarga Sejatera Sosial Ketenagakerjaan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Penanaman Modal Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga Kesatuan Bangsa Otonomi Daerah, Pemerintah Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Ketahanan Pangan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Statistik Kearsipan Komunikasi dan Informatika...93 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan ii

12 Perpustakaan Fokus Layanan Urusan Pilihan Pertanian Energi dan Sumber Daya Mineral Pariwisata Kelautan dan Perikanan Perdagangan Perindustrian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Penataan Ruang Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Sarana Transportasi Sarana Perdangangan Jasa Sarana Telekomunikasi Sarana Ekonomi Sarana Peribadatan Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Umum Sarana Seni, Olah Raga, dan Pariwisata Prasarana Air Bersih Prasarana Persampahan Prasarana Drainase Prasarana Jalan Prasarana Listrik Fokus Iklim Berinvestasi Angka Kriminalitas BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Permasalahan Pembangunan AspekKesejahteraanMasyarakat AspekPelayananUmum AspekDayaSaing Daerah Isu Strategis..127 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan iii

13 BAB IV 3.3. IsuStrategiInternasional Isu Strategis Nasional Kebijakan RPJPN PengembanganMasterplanPercepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) IsuStrategis Regional IsuStrategisLokal VISI DAN MISI DAERAH 4.1. Visi Misi 150 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Sasaran pokok dan arah kebijakan Misi1 :MengembangkandanMengoptimalkanPotensiKelautandanPariwisataSeca raberkelanjutansebagaidayadukungdandayaungkit Pembangunan Daerah Misi2 :Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan Misi3:MeningkatkanKualitas Infrastruktur Daerah Guna Menunjang Peningkatan Perekonomian Daerah Misi4 :Mengembangkan Sistem Manajemen Pemerintahan Yang Peduli Terhadap Kualitas Pelayanan Masyarakat dan Penerapan Prinsip- Prinsip Penatausahaan Pemerintahan Yang Baik (good governance) Misi5 : Mengembangkan dan Melestarikan Budaya Melayu Yang Agung Dengan Hubungan Kekerabatan Yang Harmonis Sehingga Mampu Menciptakan Iklim Kondusif Bagi Peningkatan Kesejahteraan, Kegiatan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Misi6 :Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup dan Mencegah Kerusakan Lingkungan Secara Komprehensif Misi7 :Meningkatkan Daya Saing Daerah Dalam Skala Nasional dan Internasional. 170 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan iv

14 5.2. TahapandanPrioritas Tahapan Lima Tahun Ke-1 ( ) Tahapan Lima Tahun Ke-2 ( ) Tahapan Lima Tahun Ke-3 ( ) Tahapan Lima Tahun Ke-4 ( )..189 BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN..214 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan v

15 Daftar Tabel BAB II 2.1 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di Kabupaten Bintan Tahun Persentase Penuduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Bintan Tahun Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bintan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bintan Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Provinsi/Kabupaten/Kota Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun Proporsi Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Fokus Kesejahteraan Masyarakat Angka Melek Huruf (AMH) Tahun Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Nasional Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun Perbandingan Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA Tahun Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA Tahun Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Guru/Murid di SetiapJenjangPendidikan di KabupatenBintanTahun

16 2.22 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang Melek Huruf dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan pada Tahun Banyaknya Sekolah Dasar, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status Di Kabupaten Bintan, Tahun Jumlah Rombongan Belajar SD se Kabupaten Bintan, Tahun Jumlah Rombongan Belajar MI se Kabupaten Bintan, Tahun Banyaknya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun Banyaknya Madrasah Tsanawiyah (MTs), Muriddan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun Banyaknya Sekolah Menengah Atas (SMA), Muriddan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Banyaknya Madrasah Aliyah (MA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Banyaknya Sekolah Menengah kejuruan (SMK), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Banyaknya Taman Kanak-Kanak, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status dikabupaten Bintan, Tahun Banyaknya Raudathul Athfal (RA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status dikabupatenbintan, Tahun Angka Kelulusan di Kabupaten Bintan Tahun Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin di Kabupaten Bintan Tahun Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Tempat Ibadah Per 1000 Penduduk Kabupaten Bintan Tahun Rasio Tempat Pemakaman Umum per 1000 Penduduk Tahun Rasio Tempat Pembuangan Sampah Per Satuan Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun Panjang Jalan Dilalui Roda 4 di Kabupaten Bintan Tahun Rumah Tangga Pengguna Air bersih Tahun Rumah Tangga Pengguna Listrik di Kabupaten Bintan.. 65

17 2.44 Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Penumpang Angkutan Darat dan Laut di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bintan Tahun Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kabupaten Bintan Tahun Persentase Kepemilikan KTP di Kabupaten Bintan Tahun Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Tahun Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (Eksekutif) Tahun Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Tahun Proporsi Kursi DPRD yang Diduduki Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Perempuan dalam Angkatan Kerja di Kabupaten Bintan Tahun Rasio KDRT di Kabupaten Bintan Tahun Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Akseptor KB di Kabupaten Bintan Tahun Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga di Kabupaten Bintan Tahun Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Total Sarana Sosial di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah PMKS yang Mendapat Bantuan Sosial di Kabupaten Bintan Tahun Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bintan Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Ketenagakerjaan Tahun Indikator Ketenagakerjaan Tahun Indikator Ketenagakerjaan Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bintan Tahun Penyelesaian PHI dan PHK di Kabupaten Bintan Tahun Besaran Pekerja/Buruh yang Menjadi Peserta Program Jamsostek dikabupaten Bintan Tahun Besaran Kasus yang Diselesaikan Dengan Perjanjian Bersama (PB) di Kabupaten Bintan Tahun

18 2.71 Perkembangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Tahun Perkembangan Indikator Kinerja Penanaman Modal Tahun Indikator Kinerja Kebudayaan Tahun Jumlah Situs, Benda dankawasan Cagar Budaya yang Dilindungi dan Dipelihara di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Organisasi Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Kegiatan Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormasdan OKP di Kabupaten Bintan Tahun Kegiatan Pembinaan Politik Daerah di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per Penduduk Tahun Rasio Jumlah Linmas Per Penduduk Tahun Perkembangan Indikator Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kabupaten Bintan Tahun Perkembangan Indikator Kinerja Kearsipan Tahun Perkembangan Indikator Kinerja Komunikasi dan Informatika Tahun Perkembangan Jumlah Perpustakaan dan Koleksi Buku Tahun Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Bintan Tahun Perkembangan Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya di Kabupaten Bintan Tahun Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bintan Tahun Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Ketaatan terhadap RTRW dan hitungan luas wilayah produktif, Industri, kebanjiran Kekeringan dan perkotaa Tahun Jumlah orang/barang yang terangkut angutan umum Tahun Jumlah Sarana Peribadatan Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Sarana Seni, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bintan Tahun

19 2.97 Jenis Kelas dan Jumlah Restoran Jenis Kelas dan Jumlah Penginapan Hotel Presentase Rumah tangga (RT ) yang menggunakan Air bersih Tahun Jumlah Daya Tampung dan Daya Angkut Sampah di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Panjang Jalan Per Kendaraan Tahun Rekapitulasi Konsumsi listrik Kabupaten Bintan berdasarkan Daftar pelanggan Th Neraca Listrik Kebaupaten Bintan Tahun Jumlah Listrik Desa yang terpasang Tahun Rasio Ketersediaan Daya Listrik Angka kriminalitas di Kabupaten Bintan Tahun BAB III 3.1 Identifikasi Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Ekonomi Prioritas Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Sosial Masyarakat Prioritas Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Lingkungan Prioritas Daftar 10 IsuKunci Pembangunan Berkelanjutan Di Kabupaten Bintan BAB IV 4.1. Visi 148 BAB V 5.1 Sasaran Pokok dan Indikator Kinerja RPJPD Kabupaten Bintan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bintan Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang RPJPD Kabupaten Bintan BAB VI

20 Daftar Gambar BAB I 1.1 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan BAB II 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Bintan Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita Per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup, Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun Rasio Posyandu Per Balita Tahun Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Penduduk Tahun Rasio Rumah Sakit Per Penduduk Tahun Rasio Dokter Per Penduduk Tahun Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Yang Ditangani Tahun Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Komplikasi Kebidanan Tahun PersentaseDesa Yang Mencapai UCI Tahun Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Tahun Kasus TB Paru (BTA Positif) yang Ditangani Tahun Persentase Kasus DBD yang Ditangani Tahun Cakupan Kunjungan Bayi Tahun Cakupan Puskesmas Tahun

21 2.23 Cakupan Pembantu Puskesmas Tahun Kawasan Produktif di Kabupaten Bintan (Ha) Jumlah Sarana Ekonomi Kabupaten Bintan Tahun Tingkat Kemantapan Jalan Kabupaten (Km) Tahun BAB III 3.1 Bagan Alir Isu Strategis Telaah Koridor Pengembangan Dalam MP3EI Rencana Sub Wilayah Pengembangan Kab Bintan BAB IV BAB V 5.1 Tahapan Rencana pembangunan jangka Panjang Kab.Bintan BAB VI

22 Lampiran I : Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 5 Tahun 2015 Tanggal : 15 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di mancanegara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan Kepulauan Segantang Lada sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Berdasarkan surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/ Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut: 1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan Bintan Timur,Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang). 2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah kecamatan Karimun, Kundur dan Moro. 3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang. 4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur. Berdasarkan Surat Keputusan No. 26/K/1965 dengan berpedoman pada Instruksi Gubernur Riau tanggal10februari 1964No.524/A/1964 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

23 Instruksi No. 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 No.UP/256/5/1965menetapkan bahwa terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kewedanaan dalam kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan. Pada tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1983, telah dibentuk kota administratif Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) kecamatan yaitu kecamatan Tanjungpinang Barat dan kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan peraturan pemerintah No. 34 tahun 1983 telah pula dibentuk kotamadya Batam. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian kabupaten Kepulauan Riau. Berdasarkan Undang-Undang No. 53 tahun 1999 dan UU No. 13 tahun 2000, kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau,Kabupaten Karimun Dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 Kecamatan, yaitu: Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebahagian wilayah Galang dicakup oleh kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa, yaitu: Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu. Penerbitan Undang-Undang No. 5 tahun 2001, kota administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya sama dengan kabupaten Sejalandenganperubahan administrasi wilayah pada akhir tahun 2003, maka dilakukan pemekaran kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No. 31/2003, maka dengan demikian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau meliputi 6 kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan,Gunung Kijang, Teluk Sebong dan Tambelan. Dan berdasarkan PP No. 5 Tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006, Kabupaten Kepulauan Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan. Berdasarkan Perda No.11 Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

24 2007 dan Perda No.12 Tahun 2007 tentang pembentukan kelurahan/desa dan kecamatan baru maka pada tahun 2007 Kabupaten Bintan mempunyai 10 Kecamatan dan 51 Desa/Kelurahan. Sejarah pembentukan Kabupaten Bintan menggambarkan keberadaan Kabupaten Bintan yang strategis dan berpotensi menjadi daerah dengan daya saing yang kuat. Letak strategis secara geografis memungkinkan Kabupaten Bintan memiliki pertumbuhan ekonomi dari sektor jasa dan industri. Potensi daerah dengan sumber daya alam yang cukup akan mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah dan sebagai sumber peningkatan kesejahteraan masyarakat.pelayanan pemerintahan yang baik apabila diwujudkan akan mempercepat proses pembangunan dan kemajuan di kabupaten Bintan. Pembangunan yang diselenggarakan harus mendasar pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kaidah-kaidah manajeman pembangunan yang baik. Perencanaan pembangunan daerah dalam manajemen pembangunan merupakan fungsi dan langkah pertama yang harus dilakukan. Sebagai fungsi yang pertama berarti memiliki peran fundamental, karena akan menjadi dasar pijakan bagi pelaksanaan fungsi-fungsi berikutnya. Berhasil tidaknya proses pembangunan daerah akan sangat tergantung pada sejauh mana kualitas perencanaan dapat dijadikan sebagai dasar pijakan yang kuat dan berkualitas bagi tahap pelaksanaan. Hal ini bukan berarti bahwa fungsi-fungsi yang lainnya tidak penting, melainkan bahwa perencanaan yang baik akan menjadi fondasi yang kuat, dan akan mempengaruhi kekuatan dan kualitas pilar-pilar manajemen pembangunan lainnya, yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang saling terkait, saling mempengaruhi dan saling mendukung bagi terciptanya pembangunan yang efektif dan efisein (Riyadi dan Bratakusumah, 2004 : 322). Perencanaan pembangunan daerah dalam perspektif otonomi daerah diharapkan mampu mendorong dan menumbuhkan potensi suatu daerah dalam pembangunan skala nasional. Perencanaan itu perlu memiliki landasan yang kuat dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baikdengan memperhatikan karakteristik dan budaya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

25 masyarakat yang berlaku. Sebagai salah satu dokumen publik yang secara subtansial memuat kebijakan, program dan indikasi kegiatan adalahrencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). RPJPD merupakan bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional yaitu sebagai satu kesatuan cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan jangka panjang daerah yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat daerah, oleh karena itu dalam penyusunan dokumen rancangan RPJPD ini, memperhatikan pula arah dan prioritas pembangunan nasional maupun arah dan prioritas pembangunan propinsi. Kabupaten Bintan selama ini telah memiliki rancangan awal RPJPD Kabupaten Bintan tahun memuat visi, misi dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang, yang disusun dengan mengacu dokumen RPJP Nasional. Sejalan dengan dinamika pembangunan, rancangan tersebut perlu diselaraskan dengan penyusunan Dokumen Rancangan RPJPD Kabupaten Bintan. Dokumen ini selanjutnya akan ditindaklanjuti dan ditetapkan menjadi RPJPD. RPJPD yang ditetapkan akan menjadi acuan bagi penyusunan dokumen RPJM Daerah setiap lima tahun. Visi dan misi dalam dokumen RPJM Daerah setiap lima tahun secara berurutan mengisi dan mewujudkan visi, misi dan arah pembangunan Daerah RPJP Daerah yang berjangka waktu 20 tahun. Dokumen RPJM Daerah yang disusun mengacu RPJP Daerah itu selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berjangka waktu satu tahun. RKPD inilah yang menjadi acuan bagi penyusunan APBD. RPJP Daerah juga menjadi pedoman bagi masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menjabarkan visi, misi, dan strategi kebijakannya ke dalam dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). Sehingga penyusunan Renstra SKPD selain mengacu pada dokumen RPJM Daerah, juga memperhatikan dokumen RPJP Daerah. Kepala SKPD menjabarkan Renstra-SKPD ke dalam rencana kerja tahunan dengan menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

26 SKPD) sesuai dengan SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kerja) serta Tugas dan Fungsidari masing-masing SKPD. Dengan demikian penyusunan Renja SKPD selain menjabarkan Renstra-SKPD juga memperhatikan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DasarHukumPenyusunan 1. Undang-UndangNomor 12 tahun 1956 tentangpembentukan Daerah Otonomi Kabupaten dalam lingkup Daerah Provinsi Sumatera Tengah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5); 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-UndangNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720); 7. Undang-UndangNomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244); Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

27 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48); 14. PeraturanPemerintahNomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

28 16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2); 17. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan RPJPD Kabupaten Bintan HubunganAntarDokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan makro politis berwawasan 20 (dua puluh) tahun dan memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang yang digunakan sebagai pedoman penyusunan RPJMD setiap 5 (lima) tahun sekali. Hubungan dokumen RPJPD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya digambarkan sebagai berikut ; Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

29 1.4. SistematikaPenulisan Sesuaidenganketentuan yang ada, RPJPD KabupatenBintan terdiriatas 6 Bab sebagaiberikut: BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang 1.2. DasarHukumPenyusunan 1.3. HubunganAntarDokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya 1.4. SistematikaPenulisan 1.5. MaksuddanTujuan BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. AspekGeografidanDemografi 2.2. AspekKesejahteraan Masyarakat 2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.4. Aspek Daya Saing Daerah BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah 3.2. IsuStrategis BAB IV. VISI DAN MISI DAERAH 4.1. Visi 4.2. Misi BAB V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Tahapan dan Prioritas BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN 1.5. MaksuddanTujuan 1. Maksud Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

30 a. Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan tahun b. RPJPD disusun dengan maksud untuk memberikan arah dan acuan bagi seluruh komponen pembangunan baik pemerintah kabupaten, masyarakat maupun dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Keberadaan dokumen RPJPD Kabupaten Bintan ini dimaksudkan untuk dapat menjalin seluruh upaya yang dilakukan oleh masingmasing pelaku pembangunan yang bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya (baikditingkat internal kabupaten Bintan maupun di tingkatpropinsi, bahkan di tingkat nasional dan Internasional) dalam mewujudkan visi yang merupakan cita-cita pembangunan jangka penjang dalam hal ini sampai dengan tahun Tujuan a. Menyajikan bahan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan sebagai salah satu tahapan dalam menyusun RPJP Daerah. b. Diharapkan dapat ditindak lanjuti menjadi rancangan akhir dan ditetapkan dalam suatu peraturan daerah yang dapat menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum mengenai perencanaan pembangunan sampai dengan tahun Pj.BUPATI BINTAN, DOLI BONIARA Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

31 Lampiran II : Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 5 Tahun 2015 Tanggal : 15 Desember Aspek Geografi Dan Demografi BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH Potensi di Kabupaten Bintan terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan minat khusus yang tersebar di berbagai kecamatan. Secara keseluruhan obyek wisata di Kabupaten Bintan berjumlah 19 obyek wisata baik yang sudah maupun yang sedang dikembangkan. Sebagian besar potensi wisata di Kabupaten Bintan merupakan wisata alam Aspek Geografi Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur di sebelah Barat Bujur Timur di sebelah Timur.Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah ,84 km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas ,33 km2 (98,50%). Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong. Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

32 Wilayah dan Batas Administrasi Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian paparan kontingental yang dikenal dengan nama Paparan Sunda. Wilayah dan batas administrasi Kabupaten Bintan sebagai berikut: Sebelah Utara :Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia. Sebelah Selatan :Kabupaten Lingga. Sebelah Barat :Kota Batam dan Kota Tanjungpinang. Sebelah Timur :Provinsi Kalimantan Barat. Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten Bintan Sumber RTRW Kab Bintan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

33 Morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak ekstrim, yaitu antara meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi adalah Gunung Bintan 348 meter, dan selanjutnya Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100meter. Bukitbukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendekpendek, dangkal dan tidak lebar Topografi Kabupaten Bintan pada umumnya memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-3 % hingga di atas 40 % pada wilayah pegunungan. Ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Bintan berkisar antara 0 50 meter diatas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0% - 15% dengan luas mencapai 55,98 % (untuk wilayah dengan kemiringan 0 3% mencapai 37,83 % dan wilayah dengan kemiringan 3 15 % mencapai 18,15 %). Sedangkan luas wilayah dengan kemiringan % mencapai 36,09 % dan wilayah dengan kemiringan > 40% mencapai 7,92% Geologi Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama Paparan Sunda. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan Pulau Bangka dan Belitung di bagian selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di Kabupaten berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

34 Jenis Tanah Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan didominasi oleh komposisi jenis tanah Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4% dari luas daratan Pulau Bintan) yang tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan. Dominasi kedua adalah jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults ( 27,6% luas daratan) dan tersebar di daerah Berakit dan Sungai Kawal. Sedangkan komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-Hydraquents-Tropaquepts (9,9% dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir pulau dan terluas di pesisir daerah Teluk Bintan, Hapludox-Dystropets-Tropaquods (9,7%) tersebar di daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di sekitar Sungai Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi tanah Kandiudults-Dystropets- Tropaquets seluas 2,4% yang tersebar di daerah pegunungan, yaitu Gunung Kijang, Lengkuas dan Gunung Bintan. Sedangkan komposisi jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan adalah Dystropets-Tropudults- Paleudults,Tropudults-Dystropets-Tropothods dan Kandiudults - Kandiudox Hidrologi dan Hidrogeologi Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 km² dan DAS Kawal seluas 93,0 km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air tinggi-nya. Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah - 121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah - 101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm. Secara umum Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

35 tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari : Air Bawah Tanah Dangkal Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2m-3m. Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan Air Bawah Tanah Dalam Air bawah tanah dalam di wilayah Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam kisaran sekitar 26 m. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

36 Mata air Keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum pedesaan Klimatologi Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun temperatur rata-rata terendah 23,9 0 C dan tertinggi rata-rata 31,8 0 C dengan kelembaban udara sekitar 85%. Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu: Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara Bulan Maret-Mei : Angin Timur Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan Bulan September-November : Angin Barat Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan Desember- Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei Penggunaan Lahan Pola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasan lindung, Kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Pemanfaatan kawasan lindung sebagai kawasan hutan lindung sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah secara umum, terutama pada area sekitar gunung yang ada di setiap pulau Kabupaten Bintan dengan luas 4, Ha, Sedangkan pemanfaatan yang cukup dominan adalah kawasan lindung setempat berupa sempadan sungai, sempadan pantai, mata air dan waduk sebesar 37, Ha. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

37 Untuk pemanfaatan kawasan budidaya meliputi kawasan perkebunan, dimana pada kawasan ini tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan. Pemanfaatan lain adalah kawasan pariwisata dengan kondisi yang ada di Wilayah Kecamatan Teluk Sebong dengan objek wisata Lagoi mencapai luas sebesar Ha, dan Pantai Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, dan Pantai Mapur di Bintan Timur seluas 5.243,74 Ha. Pada kawasan industri pemanfaatannya sebesar 7, Ha terdapat di Kecamatan Bintan Timur, Gunung Kijang dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Sedangkan kawasan pertambangan tersebar merata di Kabupaten Bintan di antaranya di Kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Teluk Bintan, dan Kecamatan Gunung Kijang. Luasan pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Bintan Tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011 NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) Darat Perairan % A. Kawasan Lindung , ,42 33,68 1 Hutan Lindung 4.781,97 3,19 2 Kawasan Perlindungan Setempat ,12 14,04 3 Daerah Perlindungan Laut 333,62 0,22 4 Danau 1.083,38 0,72 5 Waduk/Kolong 607,59 0,41 6 Lamun 2.364,85 1,58 7 Terumbu Karang ,95 8,56 8 Mangrove 7.435,99 4,96 B. Kawasan Budidaya , ,55 67,33 1 Hutan Produksi 9.236,41 6,17 2 Pertanian ,63 14,84 3 Perkebunan 9.284,78 6,20 4 Pertambangan 7.029,12 4,69 5 Industri 8.831,67 5,90 6 Pariwisata ,22 14,89 7 Permukiman ,04 8,36 8 Zona Bandar Udara 107,06 0,07 9 Kawasan Bandar Seri Bentan 4.843,21 3,23 10 Zona Pelabuhan 2.951,55 1,97 11 TPA 4,70 0,004 Total , , ,88 100,00 Sumber : Perda Tata Ruang Kab. Bintan , Tahun 2011 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

38 Untuk pemanfaatan budidaya laut berupa budidaya perikanan laut, yang pada umumnya disepanjang perairan di wilayah Kabupaten Bintan. Kegiatan budidaya laut di beberapa pulau di Kabupaten Bintan ini mempunyai potensi yang cukup besar dengan dilakukan penangkapan ikan dari alam dengan menggunakan alat yang tidak merusak lingkungan. Pada umumnya ikan yang mempunyai komoditas ekspor seperti ikan kerapu, ikan kakap berdasarkan permintaan terus meningkat baik lokal maupun international, hal ini untuk mendorong harus dilakukannya budidaya ikan terutama jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dari berbagai jenis ikan biota laut yang telah dibudidayakan antara lain seperti ikan kerapu (Ephinephelus spp), kakap (Lutjanus spp), rumput laut dan kerang-kerangan. Sedangkan daerah tangkapan ikan terbagi atas kegiatan perikanan pantai (coastal fisheries) dan perikanan lepas pantai (offshore fisheries) mencapai luasan sebesar ,00 Km2. Penangkapan ikan di areal penangkapan (fishing ground) di kawasan pulau-pulau dengan perairan yang luas di Kabupaten Bintan Aspek Demografi Jumlah dan Komposisi Penduduk Penduduk Kabupaten Bintan berdasarkan data dari BPS pada tahun 2014 (estimasi) berjumlah jiwa yang terdiri dari rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa (51,15 persen) dan penduduk perempuan sebesar jiwa (48,44 persen). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) di Kabupaten Bintan sebesar Artinya, setiap 100 perempuan berbanding dengan 105 penduduk laki- laki, jumlah penduduk laki-laki 2.71% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Persentase ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Kecamatan yang terpadat penduduknya masih tercatat kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk tertinggi jiwa (27,22%), sedangkan yang terendah adalah di kecamatan Mantang sebanyak 4,168 jiwa (2,75%). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

39 Tabel 2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan Tahun Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Bintan dalam Angka 2014 BPS Kabupaten Bintan Tahun 2014 dalam LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun 2014 Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Bintan Timur Gunung Kijang Teluk Bintan Toapaya Teluk Sebong Seri Kuala Lobam Bintan Utara Tambelan Mantang Bintan Pesisir Kabupaten Bintan Sumber : BPS Kabupaten Bintan Tahun 2014 dalam LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif. LPP rata-rata tahun adalah sebesar 1.63 per tahun. Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Dependency Rasio di Kabupaten Bintan Tahun No Kelompok Tahun Umur Jumlah Dependency Rasio 52,19 52,26 52,32 52,38 52,44 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

40 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2014 Pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang dinamis dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan yang berada diatas 6% pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 disinyalir menimbulkan daya tarik investasi yang pada akhirnya berkontribusi cukup besar pada bertambahnya migrasi penduduk dari daerah lain ke Kabupaten Bintan untuk mencari pekerjaan. Angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan antara penduduk yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia tahun) Kabupaten Bintan menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun Dependency Ratio Kabupaten Bintan pada tahun 2010 mencapai dan terus menunjukkan peningkatan sampai tahun 2014 yaitu 52,44. Artinya bahwa pada tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 52 penduduk usia belum/tidak produktif Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Lapangan usaha adalah bidang kegiatan atau bidang usaha yang dilakukan perusahaan/usaha/lembaga tempat seseorang bekerja. Seseorang yang mempunyai lebih dari satu pekerjaan selama seminggu yang lalu, maka lapangan pekerjaan utamanya adalah pekerjaan yang memakai waktu terbanyak. Data lapangan usaha dapat dijadikan acuan pemerintah daerah untuk memprioritaskan sektor-sektor tertentu yang menjadi potensi dan mendominasi kegiatan ekonomi di suatu daerah. Berdasarkan survey tenaga kerja (SAKERNAS) 2011 terdapat jiwa penduduk angkatan kerja dan sekitar 92,38 persen diantaranya telah bekerja. Dari penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 24,90 persen bekerja di sektor pertanian. Sektor sektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan (20,53 persen), jasa (19,01 persen) dan industripengolahan (12,79 persen). Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan berdasarkan persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Kabupaten Bintan, Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dari tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

41 2010 sampai dengan tahun 2014 masih di dominasi sektor pertanian yang didalamnya termasuk sub sektor perikanan, namun pada beberapa sektor terjadi pergeseran struktur mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan. Gambar 2.2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2012 Gambar 2.3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan 19%, 20% 13%, 14% 32%, 35% 9%, 10% 20%, 21% 7%, 8% 25%, 27% Perdagangan,RM,Jasa,Akomoda si Konstruksi Industri Jasa Kemsy, Sosial dan Perorangan Lainnya Pertanian,Perkebunan,Kehutan an,perburuan dan Perikanan Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2012 Sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang pada tahun 2010 menempati peringkat kedua mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan 16,71% mengalami pergeseran pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dengan menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan, kemudian pada tahun 2014 kembali meningkat pada peringkat kedua mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

42 21,07%. Sedangkan sektor industri dan pertambangan yang pada tahun 2010 menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan 15,60%, bergeser pada tahun 2011 sampai tahun 2014 menempati peringkat keempat pada angka 12,28%. Sedangkan sektor perdagangan, rumah makan dan hotel menunjukkan perkembangan yang positif, pada tahun 2010 hanya menempati peringkat keempat mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan angka 15,54% terus meningkat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 meningkat menjadi peringkat ketiga, dan pada tahun 2014 kembali menempati peringkat ketiga mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan dengan persentase 19,01%. Hal ini disebabkan karena berkembangnya sektor kepariwisataan di Kabupaten Bintan sehingga terjadi pergeseran mata pencaharian penduduk Kabupaten Bintan khususnya sektor pariwisata. Tabel 2.5. Persentase Penuduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Bintan Tahun Mata Pencaharian Pertanian 31,75 25,62 27,62 32,27 25,32 Pertambangan dan Penggalian 4,48 7,07 3,02 3,27 1,02 Industri dan perdagangan 15,60 12,13 11,46 13,42 12,28 Listrik, Gas dan Air 0,51 0,91 1,45 1,32 1,47 Bangunan 8,93 8,88 9,71 10,38 8,09 Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel 15,54 19,47 21,36 17,92 19,01 Angkutan, Pegudangan dan Komunikasi 4,51 4,38 4,66 5,60 6,59 Keuangan, Asuransi dan Usaha Persewaan 1,98 2,94 3,21 1,68 5,15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 16,71 18,61 17,50 14,14 21,07 Lainnya Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber :BPS Kabupaten Bintan Tahun 2015 dalam LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bintan dari tahun 2011 hingga tahun 2014 perlu untuk ditingkatkan. PDRB Kabupaten Bintan tahun 2011 berada pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

43 angka 6,18 dan sempat turun hingga angka 6,02 pada tahun Perkiraan sebab dari turunnya Pertumbuhan PDRB ini adalah adanya resesi ekonomi di beberapa negara asia. Pertumbuhan PDRB kembali mengalami akselerasi pada tahun 2013, mencapai angka 6,24. Namun demikian, pada tahun 2014, Pertumbuhan PDRB kembali melambat pada angka 5,86 saja. Hasil analisis pertumbuhan PDRB, disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2.6. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bintan No Sektor (2010) (2011) (2012) (2013) (2014)**) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian ,11 5, ,65 5, ,92 5, ,80 5, ,87 5,80 2 Pertambangan & penggalian ,18 10, ,65 10, ,78 10, ,77 10, ,40 9,76 3 Industri pengolahan ,24 52, ,00 51, ,33 51, ,74 51, ,13 51,90 4 Listrik,gas & air bersih 8.381,18 0, ,93 0, ,16 0, ,93 0, ,74 0,27 5 Konstruksi ,86 3, ,41 3, ,41 3, ,04 3, ,67 3,99 6 Perdagangan, hotel & ,20 19, ,43 19, ,99 19, ,29 19, ,52 20,13 restoran 7 Pengangkutan & komunikasi ,43 3, ,21 3, ,17 3, ,63 3, ,09 3,63 8 Keuangan, sewa, & jasa ,23 1, ,40 1, ,29 1, ,60 1, ,93 1,56 Perusahaan 9 Jasa-jasa ,70 2, ,71 3, ,42 1, ,29 2, ,88 2,97 PDRB ,13 100% ,39 100% ,48 100% ,08 100% ,24 100% Sumber : Bintan dalam angka 2015 Tabel 2.7. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bintan No Sektor Pertanian,petern akan,kehutanan, perikanan Pertambangan & penggalian Industri pengolahan (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % , , ,12 5, ,95 5, ,92 5, , , ,18 10, , ,14 9, , , ,07 50, ,19 51, ,53 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

44 4 Listrik, gas, & air bersih , , ,56 0, ,41 0, ,25 0,32 5 Konstruksi , , ,00 4, ,08 4, ,74 4,58 6 Perdagangan, hotel, & restoran , , ,78 20, ,68 19, ,21 20,76 7 Pengangkutan & komunikasi , , ,90 3, ,31 3, ,07 3,8 8 Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan , , ,53 1, ,26 1, ,52 1,48 9 Jasa-jasa , , ,85 2, ,12 2, ,15 2,81 PDRB 8, , Sumber : Bintan dalam angka 2015 Tabel 2.8. Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Bintan No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % % % % % 1 Pertanian 5,74 5,61 5,75 5,71 5,76 5,72 5,74 5,73 5,78 5,80 2 Pertambangan& penggalian 10,96 10,42 10,9 10,42 10,73 10,27 10,61 10,17 9,94 9,76 3 Industri pengolahan 50,69 52,25 50,44 51,89 50,79 51,94 51,13 51,88 50,53 51,90 4 Listrik,gas & air bersih 0,32 0,27 0,32 0,27 0,31 0,27 0,30 0,27 0,32 0,27 5 Konstruksi 4,3 3,64 4,30 3,67 4,53 3,87 4,55 3,93 4,58 3,99 6 Perdagangan, hotel, & restoran 20,07 19,67 20,38 19,90 20,19 19,87 19,96 19,98 20,76 20,13 7 Pengangkutan & komunikasi 3,73 3,61 3,72 3,60 3,65 3,59 3,72 3,61 3,80 3,63 8 Keuangan, sewa, & jasa perusahaan 1,45 1,56 1,47 1,56 1,44 1,54 1,40 1,53 1,48 1,56 9 Jasa-jasa 2,74 2,99 2,72 3,00 2,6 1,54 2,59 2,91 2,81 2,97 PDRB Sumber : Bintan dalam angka Laju Inflasi Kabupaten Bintan Laju inflasi tahun 2014 di Kabupaten Bintan sedang berada di angka yang cukup mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan tahun 2011 dan Pada tahun 2014, inflasi di Kabupaten Bintan mencapai angka 7,49%, mendekati nilai inflasi nasional pada angka 8,36 %. Angka ini cenderung membaik bila dibandingkan dengan inflasi pada tahun 2013 yang mencapai double digit yakni 10,09 persen. Pada dasarnya, kehadiran inflasi bukan semata-mata sebuah hal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

45 yang buruk. Adanya inflasi menandakan adanya pergerakan ekonomi. Namun demikian, akan sangat baik bila laju inflasi bisa ditekan dan bisa bernilai lebih rendah dari nilai inflasi regional. Laju inflasi Provinsi Kepulauan Riau sendiri sebagai induk dari Kabupaten Bintan berada pada angka 4,78 % pada tahun Angka ini lebih besar dari laju inflasi di Kabupaten Bintan PDRB per Kapita Selama ini Produk Domestik Regional Bruto pendapatan per kapita masih tetap dipakai sebagai tolak ukur kemajuan pembangunan suatu daerah. PDRB per kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun terakhir ini PDRB per kapita Kabupaten Bintan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan yang cukup berarti. PDRB per Kapita di Kabupaten Bintan berada di angka yang cukup baik.hasil pembangunan eknomi yang dapat digunakan untuk menunjang kesejahteraan di Kabupaten Bintan terus bertambah setiap tahun. Pada tahun 2010, PDRB per kapita Kabupaten Bintan berada pada angka 31,11 juta rupiah. Angka ini terus meningkat pada tahun 2012 menjadi 36,28 juta rupiah kemudian pada tahun 2013 menjadi 39,04 juta rupiah dan puncaknya pada tahun 2014 berada pada angka 41,51 juta rupiah. Tabel 2.9. Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun No Rincian 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah) 2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah) 3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah) Tahun , , , , ,79 149,49 158,70 168,60 178, , , , , ,89 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

46 4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah) 184,87 196,29 203,39 221,39 223,82 5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (Milyar Rupiah) 2.802, , , , ,07 5. Per Kapita Produk ,0 Domestik Regional , , Bruto (milyar Rupiah) ,38 6. Per Kapita Pendapatan , , , ,63 Regional (milyar ,23 Rupiah) Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun Indeks Gini Indeks Gini menyatakan distribusi pemerataan kekayaan penduduk suatu wilayah. Indeks gini yang baik sebaiknya mendekati nilai 0 sementara indeks Gini yang mendekati angka 1 menunjukkan ketimpangan pemerataan kekayaan. Indeks Gini di Kabupaten Bintan perlu ditingkatkan. Indek Gini pada tahun 2010 sempat berada pada angka 0,285 dengan perbaikan menuju angka 0,28 pada tahun Namun demikian, tren dari Indeks Gini ini meningkat menjadi 0m29 pada 2012 dan 2013 dan puncaknya menjadi 0,34 pada tahun Indeks Ketimpangan Williamson (indeks ketimpangan regional) Perkembangan Indeks Williamson yang terdapat di Kabupaten Bintan sempat mengalami penurunan pada tahun 2011 dan mengalami pada tahun 2012 sampai dengan 2014, adapun nilai indeks williamson Kabupaten Bintan relatif sama. Secara keseluruhan, disparitas spasial di Kabupaten Bintan masih cukup tinggi karena nilai indeks williamson Kabupaten Bintan lebih mendekati nilai 1. Ketimpangan pendapatan antar kabupaten di Kabupaten Bintan ini dikarenakan tingginya perbedaan pendapatan dan perbedaan konsentrasi yang mencolok antar kecamatan yang ada di kabupaten Bintan Persentase penduduk di atas garis kemiskinan Persentase penduduk di atas garis kemiskinan tercermin dalam tabel di bawah. Tabel di bawah menyatakan bahwa persentase penduduk miskin pada tahun 2014 lebih rendah dari tahun Namun demikian, persentase terendah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

47 penduduk miskin berada pada tahun 2011 dengan persentase hanya 6,04 % dari jumlah penduduk saja Tabel Proporsi Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten 2 Tahun Laju Jumlah Jumlah Pertumbuhan Penduduk Persentase Penduduk Penduduk Penduduk Miskin Miskin (Jiwa) (%) (Jiwa) , , , , , , , , , ,32 Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Fokus Kesejahteraan Sosial Pendidikan 1. Angka Melek Huruf (AMH) Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat proritas utama dalam pembangunan nasional. Sekitar 20 persen dari anggaran belanja negara dialokasikan untuk sektor pendidkan. Pendidikan dipandang sebagai unsur utama dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Titik berat pendidikan formal lebih ditekankan pada upaya meningkatkan mutu pendidikan, memperluas pendidikan dasar dan meningkatkan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa salah satu komponen pembentuk IPM adalah Indeks Pendidikan dimana Indeks Pendidikan itu sendiri disusun dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Kedua indikator ini dapat digunakan untuk mengukur kualitas pembangunan manusia di sektor pendidikan. Angka Melek Huruf menggambarkan persentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan indikator Rata-rata Lama Sekolah menunjukkan jenjang pendidikan formal yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

48 Tabel Fokus Kesejahteraan Masyarakat Angka Melek Huruf (AMH) Tahun Tahun Angka Melek Huruf (Persen) (1) (2) , , , , ,68 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2015 Secara umum peningkatan kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun ke atas selama periode di Kabupaten Bintan cukup baik. Dari tabel terlihat bahwa pada tahun 2014 persentase penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupetan Bintan yang dapat membaca dan menulis huruf latin mencapai 97,68 persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 97,32 persen. Ini dapat diartikan bahwa dari 100 orang Tabel Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Nasional Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun Wilayahn (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kabupaten Bintan 95,09 96,14 96,92 97,32 97,68 Propinsi Kepulauan 96,08 97,19 97,67 96,00 96,00 Riau Nasional 91,90 92,20 93,25 92,91 92,99 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan penduduk Kabupaten Bintan yang berusia 15 tahun ke atas, sekitar 97 orang diantaranya bebas buta huruf dan sisanya (3 orang) masih tergolong kategori buta aksara. Jika dibandingkan dengan Angka Melek Huruf penduduk Indonesia secara keseluruhan (AMH Nasional) maka AMH Kabupaten Bintan lebih baik dari AMH Nasional.Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM adalah RatarataLama Sekolah. Selama periode , Rata-rata Lama Sekolah penduduk Kabupaten Bintan terus mengalami peningkatan. Rata-rata Lama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

49 Sekolah 8,63 tahun pada tahun 2010 menjadi 9,06 tahun pada tahun Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014, rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Bintan sudah mencapai 9,06 tahun, berarti rata-rata sudah sampai taraf pendidikan sembilan tahun atau setara dengan kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, kenaikan Rata-rata Lama Sekolah penduduk di Kabupaten Bintan hanya sebesar kurang dari 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin mencapai tingkat pendidikan setara SMA masih membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada tahun 2011, bila dibandingkan dengan Rata-rata Lama Sekolah Nasional dan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau maka Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bintan lebih baik dari Rata-rata Lama Sekolah Nasional tetapi masih lebih rendah dari Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Propinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011 telah mencapai 9,73 tahun atau setara dengan kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Tabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun Tahun Rata-rata Lama Sekolah(RLS) (1) (2) , , , , ,06 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2014 Tabel Perbandingan Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun Wilayah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kabupaten Bintan 8,63 8,91 8,95 9,01 9,06 Propinsi Kepulauan Riau 7,95 7,95 8,96 9,16 9,73 Nasional 8,94 8,94 7,9 7,92 7,94 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2014 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

50 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Kondisi Kabupaten Bintan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dalam hal angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) adalah sebagai berikut: Tabel Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA Tahun Tingkat Pendidikan Angka Partisipasi Kasar ( APK ) (persen) SD 80,05 107,70 121,94 105,48 105,63 2. SLTP 70,82 96,91 3. SLTA 72,89 94,73 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Tabel Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA Tahun Tingkat Pendidikan Angka Partisipasi Murni ( APM ) (persen) SD 97,52 95,64 96,01 97,91 94,11 2. SLTP 63,42 85,59 71,18 3. SLTA 50,53 62,20 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Angka Partisipasi Murni SD diperoleh dengan membagi jumlah murid SD usia 7-12 tahun pada suatu waktu dengan penduduk usia 7-12 tahun pada waktu yang sama. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi (murni) penduduk pada jenjang pendidikan SD. Dari hasil evaluasi kinerja Wajib Belajar Dikdas 9 tahun tergambarkan bahwa tahun 2014 Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan SD tercatat sebesar 97,52 persen. Artinya sebanyak 97,52 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun telah tertampung di SD dan terdapat sebesar 2,48 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun yang belum menikmati program wajib belajar. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan SD pada tahun 2014 sebesar 105,63 persen. Hal ini membuktikan bahwa jumlah murid SD yang dapat ditampung pada sekolah-sekolah SD yang ada sudah melebihi jumlah penduduk usia sekolah, namun demikian masih banyak murid SD yang berumur kurang atau melebihi usia 7-12 tahun yang mengikuti pendidikan SD. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

51 Kesehatan 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 7,2 per Kelahiran Hidup (23 kasus), bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan AKB yaitu : 8,49 per KH (2012) dan 7,50 per KH (2013). Angka kematian bayi nasional berada di 32 kematian per kelahiran hidup. AKB Kabupaten Bintan sudah berada pada tingkat yang cukup baik. Gambar 2.4. Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup, Sumber: Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan Medik KB 1. Angka Kematian Balita Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 1,25 per Kelahiran Hidup (4 kasus), bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya terjadi penurunan AKABA yaitu : 1,31 per KH (2012) dan 2,63 per 1000 KH (2013). Angka kematian balita nasional menurut Rancangan Awal RPJMN berada di angka 40 kematian per seribu Balita. Hal ini berarti AKABA di Kabupaten Bintan sudah cukup rendah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

52 Gambar 2.5. Angka Kematian Balita Per Kelahiran Hidup, Sumber: Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan Medik KB 2. Angka Kematian Ibu Melahirkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 126 per Kelahiran Hidup (4 kasus), bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan AKI yaitu : 327 per KH (2012) dan 164 per KH (2013). Angka ini masih lebih baik dari angka kematian ibu melahirkan nasional yang berada di 359 kematian per kelahiran hidup. Gambar 2.6. Angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup, Sumber: Kesehatan Ibu dan Anak Pelayanan Medik KB Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

53 3. Angka Usia Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indikator ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penduduk secara umum. Karena salah satu komponen kesejahteraan adalah kualitas kesehatan yang dapat diturunkan melalui umur harapan hidup. Tabel Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun (Tahun) Angka Harapan Hidup (1) (2) , , , , ,98 Sumber : BPS Kab Bintan 2014 Dari hasil penghitungan menunjukkan bahwa Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2014 Angka Harapan Hidup Kabupaten Bintan sebesar 69,98 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2014 diperkirakan akan dapat hidup selama 69,98 tahun dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah. Tabel Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun Domain (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kabupaten Bintan 69,71 69,76 69,80 69,91 69,98 Provinsi 69,75 69,80 69,85 69,60 69,70 Kepulauan Riau Nasional 68,70 69,00 69,87 69,43 69,65 Rata-rata daerah tertinggal 67,05 Sumber : BPS Kab Bintan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

54 Untuk memenuhi syarat tersebut diperlukan upaya peningkatan kesehatan yang lebih komperhensif lagi oleh pemerintah dengan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya memiliki hidup yang sehat. Angka Harapan Penduduk ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia secara keseluruhan, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau. 4. Persentase Balita Gizi Buruk Balita gizi buruk adalah status gizi balita sangat kurus berdasar standar antropometri Berat badan dibanding tinggi badan atau panjang badan (BB/TB) nilai ambang batas z score <-3 SD. Prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 0,21 persen (26 kasus dari Balita yang ditimbang). Angka ini lebih rendah dibanding angka gizi buruk Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional tahun 2013 (Riskesdas 2013) dimana angka gizi buruk Provinsi Kepulauan Riau 6 persen dan angka gizi buruk Nasional 5,3 persen.sedangkan target Nasional adalah < 10 (kurang dari sepuluh) persen. Kalau dilihat trend prevalensi gizi buruk Kabupaten Bintan lima tahun terakhir terlihat peningkatan di tahun 2013 (57 kasus) dan terjadi penurunan sebesar 0,21 persen pada tahun Ketenagakerjaan Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan, terdapat jiwa penduduk angkatan kerja dan sekitar 57,85 persen diantaranya telah bekerja. Dari penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 25,32 persen bekerja di sektor pertanian. Sektor sektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (21,07 persen), Perdagangan, Rumah Makan dan Komunikasi (19,01 persen) dan Industri dan Pengolahan (12,28 persen). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

55 Gambar 2.7. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Yang Dilakukan 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% Laki Perempuan Jumlah 10.00% 0.00% Bekerja Mencari Pekerjaan Sekolah Mengurus RT Lainnnya Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2014 Gambar 2.8. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri dan Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2014 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

56 Fokus Seni Budaya dan Olahraga Kebudayaan 1. Jumlah Grup Kesenian Jumlah grup kesenian digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat kondisi kebudayaan suatu daerah. Berdasarkan data dalam dokumen Evaluasi RPJMD 2016, jumlah grup kesenian yang dibina di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan jumlah grup kesenian dari yang bermula sebanyak lima grup di tahun 2011 menjadi 32 grup di tahun Analisis pada data menunjukkan adanya indikasi peningkatan minat masyarakat terhadap kesenian secara umum. Hal ini menjadi modal untuk mewujudkan pembangunan di aspek kebudayaan. 2. Jumlah Gedung Kesenian Jumlah Gedung Kesenian juga merupakan salah satu indikator adanya alokasi ruang untuk kegiatan kesenian. Jumlah gedung kesenian di Kabupaten Bintan meningkat dari hanya 1 gedung saja pada tahun 2011 menjadi 5 gedung pada tahun Bertambahnya jumlah gedung ini dapat diartikan sebagai adanya usaha menyediakan sarana untuk mengekspresikan kesenian yang dikembangkan di Kabupaten Bintan Pemuda dan Olahraga 1. Jumlah Klub Olahraga Perkembangan jumlah klub olahraga menunjukkan minat masyarakat dalam kegiatan olahraga. Klub olahraga adalah wujud antusiasme masyarakat terhadap kegiatan olahraga yang dapat ditampung dalam sebuah klub. Jumlah klub olahraga di Kabupaten Bintan meningkat dari 369 klub olahraga menjadi 378 klub olahraga yang tersebar di seluruh Kabupaten Bintan. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan minat warga terhadap kegiatan olahraga. 2. Jumlah Gedung Olahraga Perkembangan jumlah bangunan gedung olahraga digunakan dalam melihat perkembangan pusat kegiatan olahraga dan menjelaskan adanya potensi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

57 penunjang sarana dan prasarana di bidang olahraga. Pada tahun 2014 terdapat 11 gedung olahraga di Kabupaten Bintan. Terbangunnya gedung olahraga menunjukkan bahwa kegiatan pemuda dan olahraga sudah menjadi perhatian pemerintah daerah, sehingga perlu pengelolaan secara rutin Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Pendidikan a. Pendidikan Dasar 1). Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS diketahui berdasarkan jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Tabel Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Bintan Tahun Angka Partisipasi Sekolah Tahun Angka partisipasi sekolah (Pendidikan 99, ,3 99,4 99,98 Dasar) Angka partisipasi sekolah (Pendidikan Menengah) 42, ,81 44,5 59,03 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Angka Partisipasi pada tingkat pendidikan dasar mengalami peningkatan dari tahun 2010 (99,20%) menjadi 99,98% pada tahun Sementara itu, angka partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan menengah sampai dengan tahun 2014 mencapai 59,03%. 2). Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah merupakan perbandingan antara jumlah sekolah dan penduduk dalam usia sekolah. Nilai ini juga mencerminkan jumlah sekolah yang ada pada setiap penduduk. Pada indikator ini, jenjang pendidikan yang digunakan adalah jenjang SD/MI dan SMP/MTs, dan dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun dan tahun. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

58 Berdasarkan data capaian rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah untuk pendidikan dasar, sampai dengan tahun 2014 mencapai 65,79. Sementara itu, pada tingkat pendidikan menengah, pada tahun 2014 mencapai 34,5. Tabel Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah dasar per penduduk (Pendidikan Dasar) Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah menengah per penduduk (Pendidikan Menengah) Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Tahun , ,79 23, ,5 3). Rasio Guru/Murid Rasio guru dan murid SD/MI, SLTP, SLTA adalah merupakan perbandingan jumlah guru dibanding jumlah murid untuk jenjang pendidikan SD/MI, SLTP, SLTA. Rasio guru per murid SD/MI (Pendidikan Dasar) sejak tahun 2010 hingga 2014 adalah sama, yaitu 1:13. Sementara itu, rasio guru per murid SLTP (Pendidikan Dasar) hingga tahun 2014 adalah 1:12, dan rasio guru per murid SLTA (Pendidikan Menengah) mencapai 1:11. Berikut ini rasio guru/murid pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Bintan. Tabel Rasio Guru/Murid di Setiap Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bintan Tahun Rasio Guru/Murid Tahun Rasio guru per murid SD/MI 1:13 1:13 1:13 1:13 1:13 (Pendidikan Dasar) Rasio guru per murid SLTP 1:12 1:11 1:12 1:12 1:12 (Pendidikan Dasar) Rasio guru per murid SLTA (Pendidikan Menengah) 1:11 1:11 1:11 1:11 1:11 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

59 4). Rasio Guru/Murid per Kelas Rata-rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata untuk jenjang pendidikan menengah mencapai 0,44 pada tahun Angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu 0,81 pada tahun Sementara itu, pada tahun 2011 rasionya meningkat menjadi 0,86 dan tahun 2012 sampai 2014 angka rasio tetap yaitu 0,44. 5). Penduduk Berusia diatas 15 Tahun tidak Buta Aksara Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan diperoleh gambaran capaian persentase Angka Melek Huruf (AMH) penduduk 15 tahun ke atas mencapai 95,09% pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 96,14% di tahun Tahun 2012, AMH meningkat cukup signifikan menjadi 96,92%. Tahun 2013 Angka Melek Huruf mencapai 97,32% dan kembali meningkat pada tahun 2014 pada angka 97,68%. Sementara itu, persentase Buta Huruf juga dapat ditekan dari 4,91% di tahun 2010 menjadi 2,32% pada tahun Tabel Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Melek Huruf dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan pada Tahun Rasio Melek Huruf Tahun Melek Huruf(%) 95,09 96,14 96,92 97,32 97,68 Buta Huruf(%) 4,91 3,86 3,08 2,68 2,32 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Gambar 2.9. Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Bintan Tahun Sumber :BPS Kabupaten Bintan, 2015 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

60 b. Fasilitas Pendidikan Salah satu keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas. Pemerintah berupaya menghasilkan dan meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing di era globalisasi. Salah satu upaya tersebut antara lain adalah dengan memperbaiki kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut : Gambar Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun Negeri TK/RA Swasta Negeri SD Swasta Negeri SMP Swasta Negeri SMA Swasta Negeri SMK Swasta Sumber Dinas Pendidikan kab Bintan Tahun 2012 Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bintan pada Tahun 2010 terdiri dari sarana pendidikan negeri/swasta terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Selain itu juga terdapat Sekolah Islam yang terdiri dari TK Islam, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren. 1) Pendidikan Sekolah Dasar Ketersediaan sarana untuk pendidikan setara SD/MI sudah cukup memadai dan hampir tersebar merata di semua desa. Pada tahun 2011 terdapat 86 unit SD/MI dan 9 kelas jauh yang berada di pulau terluar (pulau Pengikik Kecamatan Tambelan, Mapur, Telang Besar, TelangKecil, Pulau Sirai, Pulau Alang, Belakang Sidi dan Selat Limau). Jumlah murid yang tertampung seluruhnya berjumlah orang dan diasuh oleh orang guru. Dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

61 demikian rerata setiap sekolah sudah terdapat 13 orang guru pada setiap sekolah. Tabel Banyaknya Sekolah Dasar, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun SD Murid Guru Kecamatan Swas Swast Nege Swast Negeri Negeri ta a ri a 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri K Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Bila dibandingkan dengan standar proses pendidikan dengan perbandingan demikian maka dapat terlihat bahwa keadaan guru SD di Kabupaten Bintan sudah mencukupi, namun masih terdapat sekolah dasar yang memiliki jumlah murid dibawah 50 siswa terutama di beberapa daerah atau pulau yang. Tabel Jumlah Rombongan Belajar SD se Kabupaten Bintan, Tahun Kecamatan Rombel Jumlah Guru 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

62 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 lokasinya relatif cukup jauh seperti SDN 02 pulau Alang Kecamatan Mantang, SDN.004 Kampung Bebak Desa Mapur Kecamatan Bintan Pesisir, SDN.004 Selat Limau Kecamatan Mantang. Pada tahun 2011 secara keseluruhan jumlah rombongan belajar untuk tingkat SD dan MI di Kabupaten Bintan dijumpai sebanyak 750 rombongan belajar Tabel Jumlah Rombongan Belajar MI se Kabupaten Bintan, Tahun Kecamatan Rombel Jumlah Guru 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun ) Pendidikan SLTP/MTs Penyebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sudah merata di semua kecamatan tetapi belum menjangkau semua desa. Hal ini berdampak pada pelaksanaan program penuntasan wajib belajar 9 tahun. Karena belum semua lulusan SD di pedesaan mampu meneruskan pendidikannya ke SLTP yang jaraknya jauh dari tempat tinggalnya. Pada tahun 2011 terdapat 33 unit SLTP/MTs dengan siswa dan diasuh oleh 570 orang tenaga pengajar. Ratio guru terhadap siswa tercatat 1 guru banding 11 siswa. Bila dibandingkan dengan standar proses pendidikan kondisi ini sudah baik. Namun demikian masih terdapat permasalahan sebaran guru persekolah, kualifikasi pendidikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

63 guru bidang studi dan minimnya peralatan/buku teks yang digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Tabel Banyaknya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun SMP Murid Guru Kecamatan Swast Swast Swast Negeri Negeri Negeri a a a 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Tabel Banyaknya Madrasah Tsanawiyah (MTs), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun Kecamatan MTs Murid Guru Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

64 3) Pendidikan SMA/MA/SMK Seluruh kecamatan di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 telah memiliki Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SLTA). Rata-rata setiap kecamatan telah Tabel Banyaknya Sekolah Menengah Atas (SMA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Kecamatan SMA Murid Guru Neg Swt Neg Swt Neg Swt 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Tabel Banyaknya Madrasah Aliyah (MA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Statusdi Kabupaten Bintan, Tahun Kecamatan MA Murid Guru Neg Swt Neg Swt Neg Swt 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

65 memiliki SLTA dengan jumlah siswa sebanyak 587 orang dan 48 guru dengan perbandingan guru dan siswa 1 : 11 artinya 1 orang guru mengajar sebanyak 11 orang siswa. Tabel Banyaknya Sekolah Menengah kejuruan (SMK), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun SMK Murid Guru Kecamatan Sw Neg Swt Neg Swt Neg t 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 c. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Secara lebih spesifik, pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan melalui jalur formal dan non-formal dalam rangka membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan adanya upaya Pemerintah Daerah terhadap perluasan akses PAUD, maka pada tahun 2011 ada penambahan sebanyak 5 lembaga. Dengan demikian jumlah lembaga PAUD secara keseluruhannya sampai Tahun 2011 seluruhnya sebanyak 97 lembaga dengan jumlah perserta didik seluruhnya sebanyak orang yang diasuh oleh 364 orang tenaga pendidik. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

66 Tabel Banyaknya Taman Kanak-Kanak, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Kecamatan TK Murid Guru Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Tabel Banyaknya Raudathul Athfal (RA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun Kecamatan RA Murid Guru Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1. Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Bintan Utara Seri Kuala Lobam Teluk Sebong Gunung Kijang Teluk Bintan Tambelan Tuapaya Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

67 d. Angka Kelulusan Angka kelulusan adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus ujian akhir atau ujian nasional dengan jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional tersebut. Angka kelulusan semua jenjang sekolah selama lima tahun terakhir menunjukkan angka yang tinggi dengan capaian pada tahun 2014 pada SD/MI 100, SMP/MTs 99,95%, dan SMA/MA/SMK 99,47%. Angka ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, khususnya pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Sementara itu, untuk jenjang SMA/MA/SMK angka kelulusan hanya mengalami penurunan kurang dari 1 persen dimana dari 99,65% pada tahun 2013 menjadi 99,47% pada tahun Angka Kelulusan Tabel Angka Kelulusan di Kabupaten Bintan Tahun Tahun Angka kelulusan SD 97,90% Angka kelulusan SLTP 93,29% ,95 Angka kelulusan SLTA 99,51% ,92 99,65 99,47 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun e. Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV merupakan perbandingan antara jumlah guru yang berijazah minimal S1/D-IV dengan total seluruh guru yang ada di kabupaten. Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S1/D- IV tentu akan memiliki kompetensi dan pemahaman tentang materi yang lebih baik. Pemahaman kompetensi dan materi yang dimiliki seorang guru dengan berlatar pendidikan minimal S1/D-IV tentunya akan membuat siswa yang diajar memiliki pemahaman dan lebih mudah untuk menerima materi yang diajar. Kemampuan materi seorang guru akan bertambah seiring dengan latar belakang pendidikan yang diterima, dengan pendidikan yang lebih tinggi maka pemahaman akan materi pendidikan akan lebih baik. Berdasarkan tabel rasio guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV di Kabupaten Bintan, terdapat peningkatan dari tahun 2010 hingga Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV sampai dengan tahun 2014, mencapai nilai 85%. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

68 Tabel Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV di Kabupaten Bintan Tahun Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Kabupaten Kabupaten Bintan 42,57% 50.06% 44,98% 80% 85% Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Meningkatnya kecenderungan jumlah guru yang memenuhi standar minimal S1/D-IV membuktikan komitmen pemerintah dan tentunya para guru untuk meningkatkan kompetensi dan juga keahlian dimana para siswa yang akan mendapat keuntungan dari meningkatnya kompetensi tersebut Kesehatan Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, Pemerintah Kabupaten Bintan telah melakukan peningkatan jumlah sarana kesehatan masyarakat serta perbaikan sistem pelayanan kesehatan. Pada tahun 2010, sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Bintan antara lain 2 unit Rumah Sakit, 12 unit Puskesmas, 29 unit Puskesmas Pembantu, 13 unit Puskesmas Keliling dan 18 unit Balai Pengobatan, 8 Poskesdes, 43 Polindes serta 138 unit Posyandu yang tersebar di kecamatan dan desa. Jumlah sarana kesehatan yang terus bertambah selama periode menunjukkan seriusnya perhatian terhadap pentingnya akses kesehatan bagi masyarakat. Tabel Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun Tahun Fasilitas Kesehatan (Unit) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (1) Rumah Sakit; (2) Puskesmas; (3) Puskesmas Pembantu; (4) Puskesmas Keliling; (5) Balai Pengobatan; (6) Poskesdes; (7) Polindes; (8) Posyandu Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2010 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

69 a. Rasio Posyandu per Satuan Balita Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai. Idealnya satu posyandu melayani 100 balita. Untuk itu perlu dihitung rasio ketersediaan posyandu per balita seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Posyandu aktif di Kabupaten Bintan tahun 2014 adalah 158 buah. Jika dibandingkan dengan jumlah balita yang ada di Kabupaten Bintan dengan rata-rata rasio jumlah Posyandu per balita sudah diatas standar Nasional yaitu 11,3. Belum tercapainya rasio Posyandu per balita karena belum dimanfaatkan secara maksimal fungsi Kelompok Pembangunan (Pokbang) dan perencanan pembangunan Posyandu di tahun berikutnya. Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan fungsi Pokbang menjadi Posyandu dan pembangunan Posyandu yang direncanakan pada tahun 2015 dan Untuk rasio Posyandu per Puskesmas bervariasi. Rasio Posyandu yang tertingi adalah di UPTD Puskesmas Sri Bintan sebesar 30 per balita dan terendah di UPTD Puskesmas Teluk Sasah sebesar 5,7 per balita. Perkembangan jumlah Posyandu di kabupaten Bintan empat tahun terakhir cukup tinggi yaitu 140 Posyandu pada tahun 2010, 146 Posyandu tahun 2011, 150 Posyandu tahun 2012, dan 153 Posyandu pada tahun Berikut ini perkembangan capaian rasio posyandu per Balita di Kabupaten Bintan tahun Gambar Rasio Posyandu Per Balita Tahun Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Posyandu merupakan lembaga kemasyarakatan sebagai wadah yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dan sosial dasar masyarakat. Meningkatnya jumlah posyandu didukung juga dengan adanya bantuan pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

70 posyandu baru melalui dana APBD dan DAK anggaran pengentasan kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau. Hampir seluruh Posyandu di Kabupaten Bintan telah memiliki bangunan permanen. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten terhadap program Posyandu cukup tinggi antara lain untuk ketersediaan logistik posyandu, biaya operasional posyandu, honor kader posyandu serta peningkatankinerja kader posyandu melalui workshop kader serta pembinaan rutin. Kegiatan pada sebagian posyandu juga telah berintegrasi dengan berbagai program dan pelayanan sosial dasar lainnya seperti pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, PHBS, kesehatan usia lanjut (Posyandu lansia), Bina Keluarga Balita dan Pos PAUD, percepatan penganekaragaman pangan. b. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per penduduk pada tahun 2014 sebesar 78,08. Nilai rasio tersebut telah melampaui target tahun yaitu 65,7. Jika dibandingkan dengan angka rasio tahun 2013, terjadi peningkatan angka rasio. Meningkatnya angka rasio tersebut disebabkan penambahan 2 (dua) UPTD Puskesmas di tahun 2014 yaitu UPTD Puskesmas Kuala Sempang dan UPTD Puskesmas Sei Lekop. Jumlah keseluruhan fasilitas pelayanan primer (Puskesmas, Poliklinik, Pustu dan Polindes/Poskesdes) sebanyak 118 unit dengan jumlah penduduk yang mengalami penurunan dari jiwa tahun 2013 menjadi jiwa di tahun Gambar Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Penduduk Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun c. Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Rasio Rumah Sakit per penduduk tahun 2014 di Kabupaten Bintan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

71 sebesar 1,32. Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Bintan tahun 2014 tetap sama dengan jumlah di tahun 2013 yaitu 2 (dua) Rumah Sakit dengan jumlah penduduk jiwa (BPS, 2014). Angka rasio tersebut merupakan perbandingan dari jumlah Rumah Sakit yang ada di wilayah Kabupaten Bintan dengan jumlah penduduk di kali berikut ini perkembangan rasio rumah sakit per penduduk di Kabupaten Bintan selama tahun 2010 sampai Gambar Rasio Rumah Sakit Per Penduduk Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun d. Rasio Dokter per Satuan Penduduk Rasio Dokter Per penduduk di tahun 2014 di Kabupaten Bintan sebesar per penduduk, angka tersebut dibawah target yang di tetapkan pada tahun 2014 yang menargetkan angka rasio dokter umum sebesar 68 per penduduk. Penurunan angka rasio dokter umum di tahun 2014 dibandingkan dengan angka rasio di tahun 2013 yaitu disebabkan adanya dokter PTT tahun 2013 yang tidak memperpanjang kontrak kerja di tahun 2014 dan juga ada dokter umum yang telah menjadi dokter spesialis. Upaya yang harus di lakukan yaitu merekrut dokter umum baik secara jalur Honor, PTT maupun Tes CPNS dan mendistribusikan tenaga dokter umum secara merata dengan mempertimbangkan kondisi geografis, jumlah penduduk dan angka kesakitan dalam suatu wilayah kerja Puskesmas. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

72 Gambar Rasio Dokter Per Penduduk Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Angka penemuan ibu hamil dengan resiko tinggi tahun 2014 sebanyak 74,88 persen (521 Bumil resti). Dari semua ibu hamil yang mengalami komplikasi pada kehamilan maupun persalinan sudah ditangani tidak hanya di Puskesmas, namun telah dilakukakan rujukan ke Fasilitas Kesehatan yang lebih memadai seperti Rumah Sakit. Upaya-upaya yang telah dilakukan yaitu melakukan penjaringan atau mendeteksi ibu hamil yang mempunyai resiko sedini mungkin, dengan memberdayakan kader posyandu, melaksanakan P4K, dan setiap ibu hamil diwajibkan untuk di pemeriksa Hb, Golongan Darah, test HIV dan malaria, memfasilitasi terbentuknya Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) terutama didaerah perbatasan. Gambar Cakupan Ibu Hamil dengan Komplikasi Yang Ditangani Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

73 f. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Komplikasi Kebidanan Persentase Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan (Linakes) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 99,8 persen dari persalinan. Angka ini lebih rendah jika dibanding tahun 2013 yaitu 99,87 persen namun telah mencapai target MDG's 2015 yaitu > 95 persen, hal ini menunjukkan bahwa Linakes di Kabupaten Bintan sangat berhasil. Namun masih terdapat 7 atau 0,2% persalinan ditolong oleh Dukun terlatih dan kemudian dilakukan kunjungan atau perawatan nifas oleh tenaga kesehatan. Gambar Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Komplikasi Kebidanan Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Upaya untuk meningkatkan cakupan Pertolongan Persalinan terus dilakukan dengan memberikan hasil evaluasi dan feedback melalui pertemuan review program serta bimbingan tekhnis dan monitoring ke Puskesmas, khususnya pada daerah yang memiliki capaian rendah agar dapat meningkatkan cakupan. Dalam upaya peningkatan cakupan Pertolongan Persalinan tersebut seksi KIA dan Yayasan Medis KB melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu : (1) Peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan kunjungan ibu dan anak melalui Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran, (2) Penguatan Manajemen dan Jejaring Rujukan di tingkat Kabupaten melalui Manual Rujukan yang ditandatangani oleh Bupati Bintan, (3) Pembentukan Tim AMP tingkat Kabupaten Bintan, (4) Peningkatan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor kesehatan untuk peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan kunjungan ibu dan anak di Fasilitas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

74 Kesehatan, (5) Peningkatan kerjasama dengan organisasi profesi, (6) Bimbingan tekhnis, monitoring dan evaluasi bagi bidan koordinator di Kecamatan dan Desa. g. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Kegiatanimunisasi dasar lengkap merupakan pemberian vaksin kepada bayi umur < 1 tahun yang meliputi BCG, Polio, DPT+HB dan Campak. Pemberian vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit - penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu Difteria, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. sebagai indikator keberhasilan program imunisasi di tingkat desa/kelurahan adalah jika imunisasi dasar lengkap telah mencapai 90% dari jumlah bayi yang ada atau disebut juga dengan Universal ChildImunization (UCI). Di Kabupaten Bintan untuk tahun 2011, 2013 dan 2014 semua desa/kelurahan telah UCI, sedangkan di tahun 2012 ada 1 desa yaitu dasa Mantang Besar yang belum UCI. Desa Mantang Besar pada tahun 2012 belum mencapai 85% cakupan imunisasi dasar lengkap sehingga desa ini belum UCI, dengan permasalahan adanya kesenjangan data estimasi dengan dara riil sasaran dan ada juga balita yang telah diimunisasi akan tetapi belum tercatat oleh petugas kesehatan. Berdasarkan permasalahan ini pada tahun 2014 dinas kesehatan Kabupaten Bintan beserta puskesmas yang ada di kabupaten bintan bekerja sama dengan kader-kader posyandu serta bidan desa untuk mencatat semua bayi by name dan by addres yang diimunisasi di wilayah kerjanya masingmasing, serta menggunakan data sasaran riil yang didapatkan dan disejalankan dengan data dari Bidang Kesehatan Keluarga khususnya Seksi Kesehatan Ibu dan Anak. Gambar Persentase Desa Yang Mencapai UCI Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Usaha-usaha yang akan dilakukan ke depannya untuk mempertahankan semua Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

75 desa/kelurahan tetap UCI antara lain sweeping, pendataan bayi, sosialisasi pentingnya imunisasi dan PD3I, sosialisasi vaksin baru, menjaga logistik vaksin tetap lancar dan penggunaan vaksin yang efektif dan efisien serta tetap menjalin hubungan kerja sama yang baik antara kader, bidan desa, petugas kesehatan yang melaksanakan imunisasi dan bidang-bidang yang ada di dinas kesehatan Kabupaten Bintan. h. Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Seluruh kasus balita gizi buruk yang ditemukan setiap tahunnya telah dilaksanakan perawatan sesuai dengan kasus yang ditemukan baik rawat inap maupun rawat jalan. Pemantauan dan perawatan kasus gizi buruk yang ditemukan tahun 2014 sebanyak 26 kasus telah sesuai dengan tatalaksana anak gizi buruk oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas khususnya Puskesmas perawatan yang telah dilatih pada tahun Balita gizi buruk juga diberikan makanan tambahan pemulihan serta multi vitamin serta pembinaan gizi anak kepada keluarga balita. Gambar Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun i. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Jumlah penemuan kasus TB Paru BTA Positif di Kabupaten Bintan Tahun 2014 sebesar 126 kasus (160/ penduduk). Jumlah penemuan ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 138 kasus. Secara keseluruhan, kasus TB Paru BTA Positif yang ditemukan 100% sudah dilakukan pengobatan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu menggunakan Obat Anti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

76 Tuberkulosis (OAT) dan setiap penderita diawasi/dipantau oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Gambar Kasus TB Paru (BTA Positif) yang Ditangani Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Terjadinya penurunan penemuan kasus TB Paru BTA Positif di Kabupaten Bintan disebabkan oleh penemuan yang telah dilakukan dengan maksimal melalui penjaringan suspek TB di dalam maupun diliuar gedung, kontak serumah, serta tingginya tingkat kepatuhan penderita TB dalam menjalani pengobatan secara tuntas, sehingga dengan menelan obat secara teratur dan tuntas maka otomatis menurunkan penularan TB kepada masyarakat lainnya. Adapun sebaran penemuan Kasus dari 126 kasus TB Paru BTA Positif yang ditemukan di Kabupaten Bintan yaitu sebagai berikut UPTD Puskesmas Kijang 30 orang, UPTD Puskesmas Kelong 1 orang, UPTD Puskesmas Toapaya 9 orang, UPTD Puskesmas Kawal 15 orang, UPTD Puskesmas Teluk Bintan 5 orang, UPTD Teluk Sebung 2 orang, UPTD Tanjung Uban 9 orang, UPTD Teluk Sasah 12 orang, UPTD Tambelan 9 orang, UPTD Sri Bintan 4 orang, UPTD Berakit 2 orang, UPTD Kuala Sempang 1 orang, UPTD Sei Lekop 11 orang, RSUD Tg. Uban Provinsi Kepri 5 orang, dan RSUD Bintan 15 orang. j. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet positif), disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali), trombositopenia (trombosit /µl), peningkatan hematocrit 20%. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

77 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD adalah presentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di suatu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar SOP adalah penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai standar, ditindaklanjuti dengan penanggulangan fokus (PF). Gambar Persentase Kasus DBD yang Ditangani Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Penanganan penyakit DBD di Kabupaten Bintan telah terlaksana 100% sejak tahun 2010 hingga Target SPM adalah 100% di tahun Hal ini menunjukkan bahwa penanganan terhadap penyakit DBD di Kabupaten Bintan telah berjalan dengan baik dan dapat dipertahankan hingga sekarang. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit DBD telah dilakukan beberapa upaya pengendalian penyakit DBD, dimulai dengan Penyelidikan Epidemiologi (PE) setelah adanya laporan kasus dari Rumah Sakit/Puskesmas. Kemudian dilakukan pengasapan (Fogging Focus) dan abatesasi massal dengan radius ±100 meter dari tempat tinggal kasus. Selain itu lebih mengoptimalkan kegiatan PSN dengan 3M Plus secara serentak serta menjaga kebersihan lingkungan kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali. k. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

78 kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal untuk kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, target yang harus dicapai oleh masing-masing kabupaten untuk indikator cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien miskin adalah 100% di tahun Berdasarkan data perkembangan cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat di Kabupaten Bintan, terjadi peningkatan dari tahun 2010 hingga Selama tahun 2011 sampai dengan 2014 cakupan pelayanan dasar untuk masyarakat miskin mencapai 100%, sehingga memenuhi target SPM Indonesia. Tabel Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Tahun ,30% 100% 100% 100% 100% Pada tahun 2014 jumlah pelayanan Kesehatan Dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin Kabupaten Bintan sebesar kunjungan dengan rincian pelayanan menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sebesar kunjungan dan yang menggunakan Kartu Bintan Sejahtera (KBS) sebesar kunjungan, bila dibandingkan tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebanyak 3486 kunjungan dari kunjungan (2013). Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang SKTM, sebagian masyarakat menganggap SKTM adalah hak bagi semua masyarakat sebagai jaminan kesehatan padahal sesuai namanya SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) hanya berlaku bagi masyarakat tidak mampu. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan jumlah pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin tahun 2015 adalah mengarahkan masyarakat yang menggunakan SKTM untuk mendaftar ke BPJS Kesehatan, karena premi asuransi BPJS Kesehatan tidak terlalu besar untuk pelayanan kelas III, per bulan per Jiwa. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

79 l. Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi adalah bayi yang mendapat pelayanan kesehatan minimal 4 kali sesuai dengan standar pelayanan kesehatan bayi yaitu 1 kali pada usia 29 hari sampai dengan 2 bulan, 1 kali pada usia 3 bulan, 1 kali pada usia 6-8 bulan, dan 1 kali pada usia 9-11 bulan. Presentase cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Bintan pada tahun 2014 sebesar 80,2 persen, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan yaitu : 95,2 persen (2012) dan 96 persen (2013), hal ini disebabkan karena perubahan standar dalam pelayanan kesehatan bayi, awalnya menggunakan cakupan imunisasi campak berubah menjadi pencatatan kohort bayi. Berdasarkan target cakupan kunjungan bayi di RPJMD Kabupaten Bintan yaitu 112% dan target Nasional sebesar 60% maka terjadi kesenjangan yang cukup besar yaitu sebesar 52%, maka target RPJMD cakupan bayi di revisi menjadi 90%. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan bayi tersebut antara lain melalui peningkatan cakupan pelayanan di Posyandu dan kelas ibu balita. Gambar Cakupan Kunjungan Bayi Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun m. Cakupan Puskesmas Cakupan Puskesmas di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 140 persen, angka tersebut telah melampau target tahun 2015 yaitu sebesar 100 persen. Cakupan Puskesmas merupakan perbandingan jumlah Puskesmas dengan jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan. Tahun 2014, UPTD Puskesmas berjumlah 14 unit dalam 10 Kecamatan. Hal ini menunjukkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

80 bahwa setiap Kecamatan di Kabupaten Bintan sudah memiliki Puskesmas, bahkan ada Kecamatan yang memiliki lebih dari 1 Puskesmas seperti; (1) Kecamatan Teluk Sebong memiliki 3 Puskesmas yaitu: UPTD Puskemas Teluk Sebong, UPTD Puskesmas Sri Bintan dan UPTD Puskesmas Berakit, (2) Kecamatan Bintan Timur yaitu; UPTD Puskesmas Kijang dan UPTD Puskesmas Sei Lekop serta ada UPTD Puskesmas yang memiliki wilayah kerjanya di 2 Kecamatan yakni UPTD Puskesmas Kuala Sempang yakni Kecamatan Seri Kuala Lobam dan Kecamatan Teluk Bintan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akses pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan sudah cukup baik. Gambar Cakupan Puskesmas Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun n. Cakupan Pembantu Puskesmas Cakupan Pembantu Puskesmas meliputi Puskesmas Pembantu dan Polindes/Poskesdes yang merupakan jejaring dari Puskesmas. Tahun 2014, cakupan pembantu Puskesmas sebesar persen, angka tersebut jauh melampaui target tahun 2015 yaitu sebesar 95 persen. Cakupan Pembantu Puskesmas adalah perbandingan jumlah Pustu dan Polindes/Poskesdes yaitu sebanyak 86 unit berbanding dengan jumlah Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Bintan yakni 51 Desa/Kelurahan. Jumlah Puskesmas Pembantu tidak mengalami penambahan (28 unit) begitu juga dengan jumlah Polindes/Poskesdes yakni 58 unit. Dapat disimpulkan bahwa di setiap Desa/Kelurahan di Kabupaten Bintan telah memiliki Pustu, Polindes/Poskesdes, bahkan ada di beberapa Desa/Kelurahan memiliki 2 unit fasilitas pelayanan kesehatan sekaligus yakni Pustu dan Polindes/Poskesde Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

81 Gambar Cakupan Pembantu Puskesmas Tahun Sumber:LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Pekerjaan Umum a.. Persentase Rumah Tingga Bersanitasi Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah indikator yang menunjukan banyaknya rumah tinggal di Kabupaten Bintan yang telah menggunakan sanitasi layak. Persentase rumah tinggal bersanitasi pada tahun 2010 sebesar 72,66%, kemudian meningkat menjadi 78,30%. Pada tahun 2012 capaian kinerja mencapai sebesar 74,56% dan terus meningkat pada tahun 2013 menjadi sebesar 75%. Sementara itu, pada tahun 2014 capaian kinerja mencapai sebesar 76%. Persentase tersebut dihitung dari jumlah rumah tinggal yang telah bersanitasi layak dibandingkan dengan jumlah seluruh rumah yang ada di kabupaten, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Tahun Kinerja Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi 72,66% 78,3% 74,56% 76,03% 76 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Berdasarkan pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

82 Pelayanan Minimal tingkat penyediaan sarana sanitasi terhadap jumlah penduduk perkotaan adalah 80%, sehingga pada tahun 2014, Kabupaten Bintan belum memenuhi persyaratan sehingga perlu diadakan peningkatan penyediaan sarana sanitasi. b. Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Rasio tempat ibadah per satuan penduduk menunjukan indikator ketersediaan tempat ibadah bagi penduduk di Kabupaten Bintan. Rasio tempat ibadah dihitung dari jumlah tempat ibadah dibagi dengan jumlah penduduk dikali 1.000, sehigga dapat menjelaskan rasio ketersediaan tempat ibadah per penduduk. Jumlah tempat ibadah yang dimaksud adalah jumlah total tempat ibadah yang tersedia, termasuk masjid, langgar, gereja, pura, dan vihara. Sampai dengan tahun 2014 menunjukkan rasio tempat ibadah di Kabupaten Bintan sebesar 29,04%. Berikut ini perkembangan rasio tempat ibadah per 1000 penduduk di Kabupaten Bintan selama tahun Tabel Rasio Tempat Ibadah Per 1000 Penduduk Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk (unit /1000 penduduk) Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Tahun ,87 24,48 24,14 30,40 29,04 c. Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan Penduduk Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk adalah indikator ketersediaan tempat pemakaman umum yang ada di Kabupaten Bintan. Berdasarkan data tahun 2014, rasio tempat pemakaman umum per 1000 penduduk mencapai nilai 115. Sementara ini pemakaman umum yang ada di Kabupaten Bintan ada beberapa pemakaman yang berada di 7 (tujuh) Kecamatan, namun sampai saat ini belum dikelola oleh pemerintah daerah dengan total luas makam ,3 m 2. Telah terjadi penurunan daya dukung lahan pemakaman TPU karena adanya pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah penggunaaan lahan pemakaman di setiap tahunnya, sedangkan lahan pemakaman tetap. Melihat hal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

83 tersebut, maka masih dibutuhkan adanya penambahan lahan pemakaman di Kabupaten Bintan. Tabel Rasio Tempat Pemakaman Umum per 1000 Penduduk Tahun No. Tahun Rasio tempat pemakaman umum ,32 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun d. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk Rasio tempat pembuangan sampah per satuan penduduk adalah indikator ketersediaan volume tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Indikator tersebut didapatkan dari rumus volume tempat pembuangan sampah dibagi jumlah penduduk dikali 1.000, sehingga indikator tersebut dapat menunjukkan ketersediaan tempat pembuangan sampah per penduduk. Berdasarkan data perkembangan rasio tempat pembuangan sampah terjadi peningkatan selama kurun waktu 2010 sampai Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah daerah akan kebersihan lingkungan warganya. Berikut ini perkembangan rasio tempat sampah di Kabupaten Bintan. Tabel Rasio Tempat Pembuangan Sampah Per Satuan Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Tahun Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun e. Panjang Jalan dilalui Roda 4 Panjang jalan dilalui roda 4 adalah indikator yang menunjukkan rasio panjang jalan yang dapat dilalui roda 4 yang disediakan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melayani per penduduk dengan rumus panjang jalan (Km) dibagi dengan jumlah penduduk dikali Indikator ini dapat menunjukkan tingkat pelayanan jalan per penduduk. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

84 Indikator Kinerja Panjang Jalan Dilalui Roda 4 (km/1000 penduduk) Tabel Panjang Jalan Dilalui Roda 4 di Kabupaten Bintan Tahun Tahun ,75 Km 465,341 Km Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun ,101 Km 561,702 Km 650,65 Km Panjang jalan dilalui roda 4 pada tahun 2010 yaitu sepanjang415,75 Km, dan mengalami peningkatan pada tahun 2011menjadi465,341 Km. Pada tahun 2012 capaian kinerja panjang jalan mencapai sepanjang 486,101 Km dan terus meningkat sampai tahun 2014 menjadi 438,75Km.Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin membutuhkan transportasi darat untuk mendukung berbagai kegiatan. f. Panjang Jalan Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam) Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik adalah indikator yang menunjukan tingkat layanan jalan kabupaten yang tersedia. Panjang jalan Kabupaten Bintan dalam kondisi baik (>40Km/Jam) pada tahun 2010 yaitu sepanjang215,5 Km dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sepanjang230 Km. Pada tahun 2012 panjang jalan mencapai 232,071 Km, demikian pula pada tahun 2013 meningkat menjadi 230 Km. Pada tahun 2014 panjang jalan mencapai sepanjang265,071 Km Perumahan a.. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Menurut BPS, selama periode penyediaan air bersih di Kabupaten Bintan dilakukan oleh Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM) yaitu PDAM Kijang, PDAM Tanjung Uban,dan PDAM Teluk Sekuni Tambelan. Dari ketiga PDAM tersebut maka PDAM Tanjunguban memiliki jumlah pelanggan, volume produksi, dan tingkat distribusi yang paling besar. Hal ini dikarenakan Kecamatan Bintan Utara banyak memiliki industri besar/sedang serta jumlah penduduk yang relatif besar. Sementara itu, menurut data PODES 2007, sumber air bersih di kecamatan lainnya seperti Kecamatan Teluk Bintan, Teluk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

85 Sebong, Mantang, Seri Kuala Lobam, Bintan Pesisir, Gunung Kijang dan Kecamatan Toa Paya umumnya berasal dari sumur gali. Jumlah penduduk yang menggunakan akses air bersih sebanyak jiwa (87%) dari jiwa. Dari terjadi peningkatan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan air bersih/ minum tinggi dan sejalan dengan pelaksanaan program pembangunan sarana air bersih/minum terutama untuk daerah yang rawan air dan penyakit yang ditimbulkan oleh penggunaan air minum tinggi, melalui sumber pendanaan pembangunan air bersih/ minum yang berasal dari dana APBN dan APBD Kabupaten/Provinsi. Pada tahun 2014 penduduk yang menggunakan akses air bersih berjumlah jiwa yang terdiri dari unit sarana sumur gali terlindung dengan jumlah pengguna jiwa, 18 unit jaringan perpipaan (PDAM dan BP-SPAM) dengan pengguna jiwa. Pencapaian ini masih dibawah target RPJMD Kabupaten Bintan tahun 2014 yaitu 92.5 persen. Hal ini dikarenakan masih banyaknya RT yang menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur gali (SGL) yang tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 461 Tahun 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih, antara lain: fisik meliputi warna, kekeruhan, bau, mikrobiologi meliputi coliforem dan total coliforem dan kimia meliputi kadar magnesium, besi, aluminium dan lain-lain Tabel Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2014 No ,07 85,15 86,5 87 Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Tahun b. Rumah Tangga Pengguna Listrik Rumah tangga pengguna listrik menunjukkan indikator jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten Bintan. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga pengguna listrik dibagi dengan jumlah rumah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

86 Tabel Rumah Tangga Pengguna Listrik di Kabupaten Bintan Tahun Tahun 2014Indikator Kinerja Jumlah RTangga Pengguna Listrik RT RT RT RT RT Rasio Elektrifikasi (%) 47,84% 59,35% 63,57% 75,49% 75,53% Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun tangga. Rumah Tangga pengguna listrik (termasuk sosial, bisnis, publik) sampai dengan tahun 2014 semakin bertambah hal ini dilihat dari tabel berikut: Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi di Indonesia saat ini mencapai 80,54% dan ditargetkan pemerintah akan mencapai 100% pada tahun Di Kabupaten Bintan sendiri rasio elektrifikasi pada tahun 2014 baru mencapai 75,54%, yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,05% dari 75,49% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bintan yang pada tahun 2014 hanya mencapai 75,53%, sehingga masih perlu peningkatan elektrifikasi atau perluasan jaringan listrik sehingga dapat menjangkau ke daerah-daerah pelosok. c. Rumah Tangga Bersanitasi Rumah tangga bersanitasi adalah salah satu indikator untuk mengukur tingkat penyediaan sarana sanitasi di Kabupaten Bintan. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga bersanitasi dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga yang ada di Kabupaten Bintan. Persentase rumah tinggal bersanitasi pada tahun 2010 sebesar72,66%,kemudian meningkat menjadi 78,30% pada tahun 2011.Pada tahun 2012 sampai 2013 terjadi peningkatan menjadi 76,03%. Sementara itu tahun 2014 sedikit menurun menjadi 76%. Tabel Rumah Tangga Bersanitasi di Kabupaten Bintan Tahun Tahun Indikator Kinerja Persentase Rumah 72,66% 78,3% 76,03% Tinggal 74,56% 76% Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

87 Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal tingkat penyediaan sarana sanitasi terhadap jumlah penduduk perkotaan adalah 80%, dan jika dilihat dari data yang ada, Kabupaten Bintan belum memenuhi persyaratan. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan upaya yang berkaitan dengan sanitasi perumahan baik oleh pemnerintah maupun non-pemerintah Penataan Ruang Dari berbagai telaah tentang penataan ruang, ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen terpenting yaang sebaiknya dianalisis, dengan salah satu penilaiannya adalah rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian penting dari ekosistem perkotaan. RTH adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas dalam bentuk kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur di mana penggunaannya lebih bersifat terbuka. RTH meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan pemukiman, taman gedung perkantoran dan gedung komersial, lapangan olah raga, pemakaman umum, sempadan sungai, pantai dan kawasan jalur hijau. Saat ini,rth di Kabupaten Bintan yang dikelola oleh pemerintah daerah terdiri dari 1 taman umum besar yang berada di Kijang Kota, 12 taman kecil yang tersebar di kecamatan-kecamatan, dengan total luas ± m 2, ruang terbuka hijau juga berada difasilitas sosial dan fasilitas umum diantaranya taman dan parkir gedung olah raga, taman mesjid raya dan lapangan olah raga. Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampunglingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas kawasan perkotaanpaling sedikit 30% (tiga puluh persen). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

88 Tabel Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB Luas Ruang Terbuka Hijau yang dikelola M2-129, , ,351 Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber 30% : 70% - 14:86 10 : : 90 HPL/HGB di perkotaan Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB di pedesaan 60% : 40% - 3:97 8 : 92 8 : 92 Sumber: LKPJ AMJ Bupati Bintan Tahun Pada tahun 2014 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dikelola oleh Kabupaten Bintan sebesar m2, dengan rincian sebagai berikut : 1. Taman Kota Sakera (Kp. Bugis) Kec. Bintan Utara : m 2 2. Taman Kota Sekilo Kecamatan Seri Kuala Lobam : m 2 3. Taman Kota Kijang Kota Kec. Bintan Timur : m 2 4. Pulau-pulau jalan di Kabupaten Bintan : m 2 5. Taman Lain-lain : m 2 Sehingga total Luas RTH yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan adalah sebesar m Perhubungan a. Jumlah Arus Penumpang Pelabuhan dan Terminal Jumlah penumpang yang masuk terminal angkutan darat di Kabupaten Bintan mencapai 479 orang dan jumlah penumpang yang keluar terminal angkutan darat telah mencapai target yaitu sebanyak 2052 orang. Sementar itu, jumlah penumpang angkutan laut yang masuk pelabuhan sebanyak orang dan jumlah penumpang yang keluar pelabuhan sebanyak orang. Jumlah penumpang yang masuk maupun keluar dari Pelabuhan atau Terminal Angkutan Darat mengalami penurunan pada tahun Berikut ini perkembangan jumlah penumpang selama tahun 2010 sampai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

89 Tabel Jumlah Penumpang Angkutan Darat dan Laut di Kabupaten Bintan Tahun Tahun Indikator Kinerja Jumlah penumpang yang masuk Pelabuhan Jumlah penumpang yang keluar Pelabuhan Orang Orang Jumlah penumpang yang masuk Terminal Angkutan 300 Orang Jumlah penumpang yang 1600 keluar Terminal Angkutan Orang Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b. Rasio Ijin Trayek Selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan 2014, rasio ijin trayek di Kabupaten Bintan hanya ada 3 trayek. Hal tersebut disebabkan karena: 1) Kemajuan Prekonomian dibeberapa Kecamatan belum dapat menciptakan peluangan bagi industri-industri, usaha-usaha kecil/menengah, pengembangan perumahan dan lain-lain sehingga tidak tersedianya peluang bagi tenaga kerja. 2) Adanya kemudahan untuk memiliki kendaraan pribadi, sehingga masyarakat lebih memiliki menggunakan kendaran pribadi dari pada angkutan umum. Dengan kondisi tersebut diatas pengusaha angkutan umum belum bisa mengembangkan usahanya (membuka trayek-trayek baru) karena minimnya penumpang. c. Jumlah Uji KIR angkutan Umum Jumlah pengujian kendaraan bermotor (uji kirangkutan umum) sudah mencapai target yaitu kali dengan Kepemilikan KIR angkutan umum mencapai 100% sejak tahun Berikut ini jumlah pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Bintan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

90 Tabel Jumlah Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Jumlah pengujian kendaraan bermotor (uji KIR angkutan umum) Tahun Kali 3554 Kali 5577 Kali 1276 Kali Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Kali d. Jumlah Pelabuhan Laut danterminal Bis Jumlah pelabuhan pada tahun 2010 berjumlah 10 unit, kemudian berkembangan menjadi 9 unit pada tahun 2011 sampai Sementara itu perkembangan jumlah pelabuhan pada tahun 2014 menjadi 10 unit dengan terminal bis 1 unit, sedangkan bandar udara dalam pelaksanaan yaitu Bandara Busung, dan Bandara Tambelan dalam proses pembangunan. e. Kepemlikian KIR Angkutan Umum Kepemilikan KIR Angkutan Umum di Kabupaten Bintan sampai dengan tahun 2014 mencapai 100%. Pada tahun sebelumnya kepemilikan KIR Angkutan Umum hanya mencapai 74,85% (pada tahun 2013), dan 80% pada tahun f. Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) pada tahun 2010 mencapai 2 jam (sangat lama). Dalam perkembangannya, pada tahun berikutnya (tahun 2014) pengujian kelayakan angkutan umum hanya membutuhkan waktu 25 menit. g. Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Biaya pengujian kelayakan angkutan umum pada tahun 2014 yaitu Rp ribu rupiah. Biaya relatif lebih murah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun biaya pengujian kelayakan angkutan lebih sedikit Rp ribu rupiah. Sementara itu pada tahun biaya tersebut meningkat menjadi Rp ribu rupiah. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

91 Lingkungan Hidup a. Penanganan Sampah Rencana pengembangan sistempersampahan di Kabupaten Bintan diarahkan dikelola secara terpaduantara pemerintah dan masyarakat. Partisipasi masyarakat terutama diarahkan untuk membuat bak-bak sampah baik yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok, dan pengangkutan sampah dari bak-bak sampah melalui gerobak sampah yang disediakan ke lokasi tempat pembuangan sementara (TPS). Dalam hal ini pengadaan bakamrol dan penempatannya juga dapat diperhitungkan sebagai TempatPembuangan Sementara (TPS). Rencana pelayanan pengelolaan sampahtersebut untuk melayani sampahsampah dari rumah tangga, kawasankomersil seperti pasar dan pertokoan, perkantoran, serta pusatpemerintahan. Sedangkan sistem pengolahan persampahan untukdaerah-daerah yang belum terjangkau oleh sistem pelayanan ini,diarahkan penanganannya dilakukan melalui pengolahan secara individuatau secara komunal setempat, melalui cara pengomposan maupunmelakukan 3R (reduce, reuse, recycle) dengan menggunakan sistembank Sampah. Dengan sistem pengelolaan persampahan seperti inidiharapkan dapat dihindari terjadinya masalah-masalah lingkunganseperti pencemaran lingkungan, timbulnya genangan, gangguan estetikadan penyebaran penyakit. Beberapa program yang akan dikembangkandalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan di KabupatenBintan, yaitu: 1) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bintan. Pendataan Bank Sampah yang telah dikembangkan oleh instansi terkait. 2) Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingksungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, dan telah dioperasikan seluas 5 hektar di Kecamatan Bintan Timur sedangkan 5 Hektar untuk wilayah Kecamatan Bagian Utara. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

92 b. Persentase Penduduk Berakses Air Minum Strategi penanganan penyediaan Sistem Penyediaan Air MinumIbu Kota Kecamatan (SPAM IKK) di Kabupaten Bintan telah dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan keberlanjutan kegiatan perekonomian di kecamatan dan perdesaan sehingga telah meningkatkan Persentase penduduk berakses air minum dari tahun 2010 tercatat 93,81% meningkat menjadi 98,67% pada tahun Tabel Persentase Penduduk Berakses Air Minum di Kabupaten Bintan Tahun Tahun Indikator Kinerja Persentase Penduduk 93,81 41,86 37,91 61,69 98,67 Berakses Air Minum Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL sejak tahun 2013 telah mencapai 100%. Pengawasan yang dilakukan atas 62 perusahaan dengan kategori pengawasan pada perusahaan yang melakukan pengelolaan limbah B3 yang telah menerapkan AMDAL Tercatat sampai dengan tahun 2014 dari 34 kasus pencemaran lingkungan yang ada baik kasus yang dilaporkan/pengaduan masyarakat maupun laporan pengaduan oleh beberapa perusahaan akibat adanya dugaan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup sudah dapat diselesaikan atau ditindaklanjuti seluruhnya mencapai 90%. Sedangkan tahun sebelumnya mencapai 100%. Sehingga jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pecemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti telah mencapai target yang ditetapkan Pertanahan Penyelesaian izin lokasi telah dilaksanan sejak Tahun 2010 hingga tahun 2014 mencapai 100% beberapa kegiatan yang dilaksanan terkait penyelesaian izin lokasi ini adalah dan tidak ada permasalahan berbagai kegiatan yang dilaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

93 Kependudukan dan Catatan Sipil a. Rasio penduduk ber KTP per 1000 penduduk telah menikah Data pencatatan yang dilakukan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang telah menikah sebanyak Jiwa, sementara data yang penduduk ber KTP sebanyak Jiwa, sehingga didapat rasio penduduk ber KTP per 1000 penduduk telah menikah sebesar jiwa dari target sebesar 700 jiwa. Hal ini mengalami kenaikan dikarenakan rasio penduduk menikah cenderung memiliki KTP. b.kepemilikan KTP Dari orang wajib KTP,telah mencapai 80,1%, yang sudah melakukan perekaman KTP baik menggunakan SIAK dan ektp adalah orang, yang sudah memiliki KTP (selesai dicetak) sebanyak orang sedangkan sisanya belum memiliki KTP disebabkan oleh: (1) proses pencetakan KTP pada tahun 2014 masih di pusatkan di Pemerintahan Pusat dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri, sehingga belum didistribusikan seluruhnya ke daerah; (2) blanko pengisian KTP untuk saat ini hanya disediakan oleh pusat; (3) sisanya setelah didata sebanyak orang lebih penduduk Kabupaten Bintan belum merekam KTP. Tabel Persentase Kepemilikan KTP di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Kepemilikan KTP 92,36% 90,34% 92,42% 81% 80,1% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Penetapan KTP Nasional Berbasis NIK Penetapan KTP Nasional Berbasis NIK sudah dilaksanakan dengan baik sejak tahun 2011 hingga saat ini. Tahun 2014 penduduk yang melakukan perekaman mencapai jiwa dari yang wajib KTP sebanyak jiwa yaitu 83%. Hal ini menunjukkan perkembangan perekaman berdasarkan dengan pertumbuhan penduduk yang berkembang sesuai dengan demografis di Kabupaten Bintan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

94 d. Rasio Bayi Berakte Kelahiran per 100 Bayi Lahir Perolehan akte kelahiran adalah bayi yang lahir pada tahun 2014, dan lahir pada bulan November sampai Desember 2013 yang dilaporkan pada bulan Januari dan Februari 2014 (masuk dalam <60 hari), namun tidak termasuk bayi yang lahir pada bulan November dan Desember 2014 namun belum melaporkan dalam (<60 hari). Usaha yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bintan adalah memberikan insentif bagi ibu yang melaporkan kelahiran bayinya dalam <60 hari serta himbauan melalui media elektronik. Pada periode tahun 2013 jumlah bayi yang telah memiliki akte kelahiran seluruhnya tercatat sebanyak jiwa sedangkan tahun 2014 jumlah bayi yang telah memiliki akte kelahiran tercatat sebanyak jiwa, ini dapat dilihat bahwa tahun 2014 jumlah bayi yang telah memiliki akte kelahiran ada penurunan dibandingkan pada tahun Namun untuk target capaian per tahun adalah jiwa, dimana dalam pelaksanaan di tahun 2014 tercapai jiwa, jadi ada peningkatan dalam target capaian yang telah ditetapkan. e. Rasio Pasangan Berakte Nikah per 1000 Pasangan Penduduk Menikah Berdasarkan hasil pencatatan yang dilakukan oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bintan bahwa pada periode tahun 2013 jumlah pasangan nikah non muslim yang berakte nikah tercatat sebanyak 75 pasangan dari jumlah sudah menikah sebanyak pasang, sedangkan pada tahun 2014 jumlah pasangan nikah non muslim yang berakte nikah tercatat sebanyak 141 pasangan dari jumlah sudah menikah sebanyak pasangan. Ini adanya kenaikan pengurusan akta nikah di tahun f. Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Pada periode tahun 2014 jumlah penduduk yang telah memiliki akte kelahiran seluruhnya tercatat sebanyak jiwa dari jumlah penduduk sebanyak Jiwa (56%), Hal ini perlu adanya kerja keras dinas kependudukan khususnya bidang pencatatan sipil dalam peran untuk membuat terobosan dalam kebijakan-kebijakan bagi masyarakat yang tidak memiliki dokumen, sehingga untuk masyarakat mendapat haknya dalam kepemilikan dokumen kelahirannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

95 Tabel Persentase Kepemilikan Akta Kelahiran Penduduk Tahun Indikator Kinerja Kepemilikan akta kelahiran penduduk 59,81% 60,60% 56,17% 54,42% 56% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah (eksekutif) Capaian kinerja indikator persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah (eksekutif) setiap tahunnya menunjukan peningkatan. Sampai dengan tahun 2014, indikator ini meningkat sebesar 52,1% jika dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 24,46%. Tabel Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (Eksekutif) Tahun Indikator Kinerja Persentase partisipasi 24.46% 24,5% 24,7% 51% 52,1% perempuan di lembaga Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta Keberhasilan program kesetaraan gender dapat juga dilihat dari indikator ini dimana partisipasi perempuan dilembaga swasta di Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2010 tercatat 13% meningkat menjadi 29,4% di tahun Tabel Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Tahun Indikator Kinerja Persentase partisipasi perempuan di lembaga 13% 14% 14,1% 15,25% 29,4% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c.proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan Untuk proporsi kursi DPRD yang diduduki perempuan sedikit mengalami penurunan dari 24% tahun 2010 menjadi 10% pada tahun Hal ini Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

96 dipengaruhi oleh faktor pencalonan dan besaran perolehan suara akhir untuk menduduki kursi legislatif. Perolehan suara perempuan yang duduk di lembaga legislatif tahun 2014 sebesar 23% kursi legeslatif. Perolehan suara perempuan yang duduk di lembaga legislatif tahun 2014 sebesar 23% atau sebanyak 4 (empat) orang perempuan dari 25 orang anggota legislatif. Dibandingkan dengan Pemilu tahun 2009 jumlah yang duduk dilembaga legislatif 6 (enam) orang dari 25 anggota.ini menurun sekitar 2%. Tidak terpenuhinya kuota pusat dimana 30% untuk perempuan, hal ini disebabkan masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan partai politik, dan masih kurangnya partisipasi perempuan dalam berpolitik. Tabel Proporsi Kursi DPRD yang Diduduki Perempuan di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Proporsi kursi DPRD yang 24% 24% 24% 24% 16% diduduki perempuan Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun d. Persentase Perempuan dalam Angkatan Kerja Persentase perempuan angkatan kerja di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2010 tercatat 35,18% perempuan dalam angkatan kerja sedangkan pada tahun 2014 menjadi 42,91% ditahun Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Bintan. Tabel Rasio Perempuan dalam Angkatan Kerja di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Persentase Perempuan 35.18% 35,5% 37% 41,5% 42,91% dalam Angkatan Kerja Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun e. Rasio Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Jumlah rumah tangga pada Tahun 2014 adalah rumah tangga, sedangkan kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi adalah sebanyak 3 (tiga) kasus. Dengan demikian KDRT yang terjadi dibandingkan dengan jumlah rumah tangga 0,01%, hal ini menunjukkan KDRT masih dapat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

97 ditekan. Keberhasilan ini adalah sebagai upaya pemerintah dalam menerapkan Peraturan Daerah tentang perlindungan anak. Tabel Rasio KDRT di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Rasio KDRT 0,02% 0,03% 0,02% 0,1% 0,01% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun f. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasandi Kabupaten Bintan sudah mencapai 100% pada tahun Artinya kejadian tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan telah dapat diselesaikan seluruhnya. Tabel Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan 100% 100% 100% 100% 100% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Rasio akseptor KB Akseptor KB adalah pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program. Jumlah peserta KB di Kabupaten Bintan terus mengalami perkembangan yang berarti kesadaran masyarkat semakin meningkat untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan pencapaian kinerja Rasio Aseptor KB dari tahun 2010 sebesar 69,66 meningkat menjadi 77,89 pada tahun Tabel Rasio Akseptor KB di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Rasio Akseptor KB 1,9% 2% 2,2% 0,03% 2,6% Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

98 b. Rata-rata jumlah anak per keluarga Jumlah rata-rata jumlah anak per keluarga di Kabupaten Bintan masih berkisar pada angka 2,45. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Bintan ikut dalam mensukseskan program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Tabel Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Rata-rata Jumlah Anak per 1,45 1,45 1,45 2 2,45 Keluarga orang orang orang orang orang Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Cakupan peserta KB aktif Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia tahun. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para PUS. Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN No 55/HK-010/B5/2010 target SPM untuk indikator cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif adalah 65% pada tahun Untuk cakupan peserta KB Aktif sampai dengan tahun 2014 meningkat cukup signifikan sebesar 82,45% jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 58,91%. Jika dibandingkan dengan SPM, maka cakupan peserta KB Aktif di Kabupaten Bintan telah memenuhi target. Tabel Cakupan Peserta KB Aktif di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Cakupan peserta KB aktif 58,91% 59% 60% 75,3% 82,45% Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

99 Sosial a. Sarana Sosial (Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi) Indikator sarana sosial merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam mengindentifikasi adanya pusat perkembangan kegiatan sosial. Sarana sosial yang dimaksud adalah panti asuhan, panti jompo, panti rehabilitasi, rumah singgah. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi sangat diperlukan untuk pemberdayaan dan penanganan kepada masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial. Pemerintah Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun tidak hanya menambah sarana sosial tetapi juga memperbaki kualitas pelayanan pada sarana sosial yang ada, seperti melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi sarana sosial, semenisasi jalan menuju sarana sosial serta perbaikan sarana pendukung. Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Bintan jumlah sarana sosial pada tahun 2014 sebanyak 11 sarana sosial, meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebanyak 5 sarana sosial. Tabel Jumlah Total Sarana Sosial di Kabupaten BintanTahun Tahun Indikator Kinerja Jmlh total sarana sosial (unit) Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b.jumlah PMKS yang Mendapat Bantuan Sosial Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari Pemerintah. Akibatnya masih ada masyarakat yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Pemerintah Kabupaten Bintan dalam memberikan bantuan bagi PMKS mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2010 jumlah PMKS yang mendapat bantuan sebanyak jiwa menjadi jiwa pada tahun Pemerintah Kabupaten Bintan sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 telah melaksanakan serangkaian program dan kegiatan guna Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

100 mengatasi persoalan munculnya PMKS di daerah Kabupaten Bintan maupun untuk meningkatkan kapasitas PSKS di Kabupaten Bintan. Tabel Jumlah PMKS yang Mendapat Bantuan Sosial di Kabupaten BintanTahun Tahun Indikator Kinerja ,019 1,751 5,763 6,839 Jumlah total Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa sarana sosial Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dalam penanganan kesejahteraan sosial, diperlukan peran serta masyarakat yang seluas-luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, badan usaha maupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yang terarah, terpadu dan berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Bintan melalui Dinas Sosial telah melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam hal penanganan kemiskinan, Dinas Sosial telah melakukan pemberdayaan terhadap keluarga miskin melalui kegiatan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni, Pembinaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan usaha ekonomi produktif (USEP) serta memberikan peningkatan kemampuan warga miskin untuk dapat mengakses permodalan atau pengembangan kegiatan usahanya melalui lembaga keuangan mikro (LKM) KUBE. Hal ini membuktikan besarnya perhatian Pemerintah Kabupaten Bintan dalam meningkatkan taraf hidup bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial. Perhatian Pemerintah Kabupaten Bintan terhadap masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ditangani sebesar 93%, meningkat sebesar 68,07% dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 24,93%, capaian ini melebihi dari target RPJMD Kabupaten Bintan dengan target yang direncanakan sebesar 36 persen. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

101 Tabel Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten BintanTahun Indikator Kinerja Tahun Persentase Penanganan 24,93% 23,08% 26,62% 74,19% 93% Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Ketenagakerjaan a. Tingkat partisipasi angkatan kerja Capaian indikator tingkat partisipasi angkatan kerja cenderung meningkat dari tahun 2011 hingga tahun Pada tahun 2014 capaian indikator sebesar 71,17%, angka ini lebih besar dari target yang telah ditentukan yaitu sebesar 69,22%. Hal ini mengindikasikan bahwasannya ada pertumbuhan ekonomi yang baik dan didukung oleh angkatan kerja yang semakin aktif masuk di dalam pasar kerja baik formal maupun informal. Kendala yang dihadapi oleh Dinas Tenaga Kerja adalah karena relatif berkurangnya angkatan kerja yang mendaftar ke Dinas Tenaga Kerja melalui bidang Penempatan Tenaga Kerja yaitu melalui pelaporan AK.I. (kartu pencari kerja). Tabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Tingkat partisipasi 62,79% 60,30% 62,35% 61,92% 64,95% angkatan kerja Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b. Persentase pencari kerja yang ditempatkan Persentase pencari kerja yang ditempatkan pada tahun 2011 dari target 33,54 % realisasi 36,39 %, tahun 2012 dari target 39,94 % menjadi 47,51 % sesuai dengan pencapaian target yang ditetapkan pada prioritas RPJMD namun pada tahun 2013 dari target 47,55 % realisasi 47,46 % terjadi penurunan yang tidak signifikan, pada tahun 2014 capaian indikator sebesar 56,87% terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya dan sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

102 56,62%. Indikator ini berhubungan dengan jumlah pencari kerja yang ditempatkan (kesempatan kerja) dibanding dengan jumlah pencari kerja yang terdaftar (melalui Ak.I). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan semakin besarnya kesempatan pencari kerja untuk mengisi lowongan- lowongan yang ada di perusahaan. Tabel Indikator Ketenagakerjaan Tahun No Indikator Kinerja Persentase pencari kerja yang ditempatkan 28,18% 36,39 47,51 47,46 56,87 c. Rasio Penduduk Yang Bekerja Capaian indikator rasio penduduk yang bekerja mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 capaiannya sebesar 0,94 hampir memenuhi target yang ditetapkan yaitu 0,95. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan jumlah angkatan kerja yang ada. Angka capaian ini mengindikasikan bahwa dari angkatan kerja yang ada sebanyak 94% sudah bekerja dan hanya 6% yang belum bekerja, hal ini menunjukkan kecilnya angka pengangguran. Tabel Indikator Ketenagakerjaan Tahun No Indikator Kinerja Rasio Penduduk yang bekerja ,88 0,89 0,89 0,93 d. Angka Sengketa Pengusaha Pekerja Per Tahun Angka sengketa pengusaha-pekerja pertahun cenderung mengalami penurunan dari capaian tahun 2012 sebesar 23,69% menjadi 11% pada tahun Namun angka sengketa ini masih lebih besar dari target 2014 yaitu sebesar 6,9%. Angka sengketa pengusaha pekerja adalah jumlah sengketa dalam setahun per jumlah perusahaan yang terdaftar. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

103 Jumlah sengketa pada tahun 2014 sebanyak 20 kasus dari 177 perusahaan yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bintan. Tabel Indikator Ketenagakerjaan Tahun No Indikator Kinerja Angka sengketa pengusaha- pekerja per tahun 13,22% 4,39% / 8 Kasus 23,69% / 41 Kasus 12,42/ 22 Kasus 11 e. Tingkat pengangguran terbuka Capaian indikator tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Angka capaiannya sebesar 5,18%, lebih rendah dari target yang telah ditentukan. Indikator Tingkat pengangguran terbuka dipengaruhi oleh jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja. Semakin kecilnya tingkat pengangguran terbuka mengindikasikan semakin rendahnya angka pengangguran. Angkatan kerja yang mendaftarkan dirinya ke Dinas Tenga Kerja melalui Bidang Penempatan Tenaga Kerja yang menggunakan pelaporan AK I cenderung menurun. Hal ini disebabkan lowongan kerja disektor formal menurun sedangkan sektor informal meningkat sangat signifikan dan tenaga kerja tersebut tidak mendaftarkan dirinya. Sehingga hal ini berpengaruh positif terhadap angka pengangguran terbuka. Tabel Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Tingkat pengangguran terbuka 6,81% 8,32% 7,32% 6,57% 6,80% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun f. Persentase Kasus Perselisihan Pengusaha Pekerja yang Terselesaikan Persentase kasus perselisihan pengusaha pekerja setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2014 capaiannya sebesar 100%, yang menunjukkan bahwa antara pihak yang berselisih yaitu pengusaha dan pekerja Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

104 memiliki kata sepakat dalam penyelesaian kasus. Dari 20 kasus yang dicatatkan di Dinas Tenaga Kerja, kesemuanya dapat diselesaikan dengan rincian 11 kasus di Tingkat Perantara dan 9 kasus melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Tabel Penyelesaian PHI dan PHK di Kabupaten Bintan Tahun Uraian Penyelesaian Hubungan Industrial (PHI) Jumlah Perselisihan Hubungan Kerja Jumlah Tenaga Kerja (org) Diselesaikan Tk. Perantara (kasus) Jumlah Tenaga Kerja (org) Diteruskan ke PHI (Kasus/PHI) Jumlah Tenaga Kerja (org) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Jumlah PHK (kasus) Jumlah Tenaga Kerja (org) Diselesaikan Tk. Perantara (kasus) Jumlah Tenaga Kerja (org) Diteruskan ke PHI (kasus/phi) Jumlah Tenaga Kerja (org) Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun g.besaran Pekerja/Buruh yang Menjadi Peserta Program Jamsostek Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta program jamsostek pada tahun 2014 sebesar 98,44%. Angka ini menunjukkan bahwa dari jumlah pekerja, diantaranya adalah peserta jamsostek aktif. Tabel Besaran Pekerja/Buruh yang Menjadi Peserta Program Jamsostek di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Besaran pekerja / buruh yang menjadi peserta 88% 87,56 93, ,44 program Jamsostek Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha dan tenaga kerja sudah mengerti tentang kewajiban ikut serta dalam jamsostek seperti yang tertuang dalam UU No. 03 Tahun 1992 tentang Program Jamsostek. Besaran pekerja/buruh yang menjadi peserta Jamsostek, mengalami peningkatan dari 88% pada tahun 2010 menjadi 98,44% pada tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

105 h. Besaran kasus yang diselesaikan dengan Perjanjian Bersama Besaran kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama (PB) cenderung meningkat dari tahun 2012 tercatat sebesar 60,97% kasus yang diselesaikan menjadi 100% pada tahun Dari 20 kasus yang dicatatkan, 11 kasus diantaranya diselesaikan dengan perjanjian bersama (PB). Dan sisanya dilanjutkan dan diselesaikan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Tabel Besaran Kasus yang Diselesaikan Dengan Perjanjian Bersama (PB) di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Besaran kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama (PB) 54,50% 50% 61% 59,09% 100% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Perkembangan jumlah Koperasi dan UKM di Kabupaten Bintan, dari tahun mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun 2010, jumlah koperasi aktif sebanyak 133 koperasi, mengalami kenaikan sebanyak 62 unit koperasi atau 68,20% dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 195 unit koperasi. Demikian halnya untuk UKM pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan sebesar UMKM atau sebesar 10,83% dibanding dengan tahun Jumlah koperasi yang aktif dan persentase koperasi aktif pada tahun 2014, mencapai 85,90% atau sebesar 195 unit Koperasi dari 227 unit koperasi yang ada. Tidak aktifnya koperasi yang sudah berdiri adalah sebagian besar koperasi yang ada di perusahaan yang sudah tidak beroperasi lagi sehingga koperasi tidak aktif lagi. Jumlah UMKM Aktif, dari tahun 2010 KUEP yang terbentuk 10 Kelompok; 2011 sebanyak 15 Kelompok; 2012 sebanyak 50 Kelompok; 2013 sebanyak 35 Kelompok dan pada tahun 2014 sebanyak 7 kelompok. Sampai tahun 2014 telah terbentuk 115 KUEP. Dari 115 KUEP ini sudah ditingkatkan menjadi koperasi berbadan hukum sebanyak 18 Koperasi Perempuan. Jumlah BPR/LKM aktif pada tahun 2014 mencapai 3 unit sedangkan pada tahun 2010 BPR/LKM berjumlah 2 unit. Sementara itu, jumlah UKM non Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

106 BPR/LKM UKM pada tahun 2014 sebanyak 15 unit, bertambah 3 unit sejak tahun 2010 yang tercatat 12 unit. Tabel Perkembangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Tahun No Indikator Kinerja Jumlah koperasi/koperasi 206/ / / / / Persentase koperasi aktif 72,82% 118,45% 83,01% 139,32% 85,90%% 3. Jumlah UMKM Aktif 1327 Unit Unit Unit Unit Unit 4. Jumlah BPR/LKM aktif 2 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit 5. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 12 Unit 13 Unit 13 Unit 15 Unit 15 Unit Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Penanaman Modal Jumlah investor berskala nasional (PMA/PMDN), sampai dengan tahun 2014 jumlah invetor PMA mencapai 174 perusahaan sedangkan PMDN berjumlah 17 perusahaan. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat sebanyak 121 PMA dan 8 PMDN. Sementara itu, besaran jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) pada tahun 2014 mencapai US$1,038 ribu, angka ini meningkat signifikan bila dibandingkan dengan besaran investasi di Kabupaten Bintan tahun 2010 yang tercatat sebesar US$752,40. Meningkatnya nilai investasi ini disebabkan bertambahnya 53 perusahaan selama periode Rasio daya serap tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja indonesia (TKI) yang terserap pada Perusahaan PMA dan PMDN yang telah beroperasi dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi karena besaran rasio penyerapannya tergantung dengan jumlah perusahaan yang untuk tahun 2014 mencapai 107, artinya 1:107. Kenaikan/penurunan Nilai Realisasi PMDN (dalam Milyar Rp) memperlihatkan tren positif meningkat dimana pada tahun 2010 nilainya Rp.67,6 Milyar terus meningkat sehingga tahun 2014 mencapai Rp Milyar. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

107 Jumlah kegiatan promosi/pameran penanaman modal daerah di dalam negerimaupun diluar negeri terus dilakukan sebagai salah satu sarana promosi kepada investor baru yang berminat menanamkan modalnya di Kabupaten Bintan. Pada tahun 2014 masing-masing telah dilaksanakan 4 kali pameran di dalam negeri dan 5 kali pameran di luar negeri. Tabel Perkembangan Indikator Kinerja Penanaman Modal Tahun No Indikator Kinerja Jumlah investor berskala 121/8 121/10 127/11 130/14 174/17 nasional (PMA/PMDN) Investor Investor Investor Investor Investor 2. Jumlah nilai investasi perusahaan berskala nasional (PMA/PMDN) dalam Juta USD 752,40 USD USD 875,89 USD 945,46 USD 950,28 USD Rasio daya serap tenaga kerja 176, Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (Milyar Rp) 5. Jumlah kegiatan promosi/pameran penanaman modal daerah di dalam negeri Rp67,06 Rp235,53 Rp428,52 Rp475,25 Rp Kali 3 Kali 6 Kali 6 Kali 4 Kali 6. Jumlah kegiatan promosi/pameran penanaman modal daerah di luar negeri 1 Kali 1 Kali 4 Kali 6 Kali 5 Kali Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Kebudayaan Sejak tahun 2010 sampai 2014 setiap tahun diselenggarakan festival seni dan budaya. Penyelenggaraan seni dan budaya meliputi Festival Tari, Bintan Culture Festival, Pentas Kesenian Rakyat, Pentas Seni di Event Tour De Bintan, Panggung Seni dan Budaya Bintan di Kite Tour De Asiaserta festival lainnya dalam rangka melestarikan budaya lokal sekaligus mempromosikan daerah tujuan wisata di Kabupaten Bintan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

108 Tabel Indikator Kinerja Kebudayan Tahun N Indikator Kinerja Penyelenggaraan festival seni dan budaya 5 kali 3 kali 3 kali 8 kali 12 kali 2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 19 unit 8 unit 8 unit 21 unit 21 unit Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Sementara itu, jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya di Kabupaten Bintan pada tahun 2010 sebanyak 19 unit berkembang menjadi 21 unit pada tahun Keberadaan benda cagar budaya menjadi salah satu potensi pariwisata di Kabupaten Bintan. Jumlah situs, benda dan kawasan cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara, hingga tahun 2014 cagar budaya yang dilindungi serta dipelihara dikabupaten Bintan berjumlah 12 situs. Tabel Jumlah Situs, Benda dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilindungi dan Dipelihara di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Jumlah situs, benda dan kawasan cagar budaya yang dilindungi dan dipelihara Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Kepemudaan dan Olahraga a. Jumlah Organisasi Pemuda Jumlah organisasi pemuda yang didata oleh Dinas Pendidiakan, Pemuda dan Olahraga pada tahun 2014 telah mencapai 110 buah bertambah sebanyak 6 unit sejak tahun 2010 yang tercatat sebesar 104 buah. Secara berturut-turut, Jumlah organisasi pemuda pada tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah 106, 108, dan 110 organisasi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

109 Tabel Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Jumlah organisasi pemuda 104 Organisa si 106 Organisasi 108 Organisas i 110 Organisas i Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Organisas i b. Jumlah Organisasi Olahraga Jumlah orgainasi/klub olahraga juga terus bertambah sesuai dengan pertumbuhan minat masyarakat di bidang olahraga hingga tahun 2014 jumlah klub olahraga yang terdaftar telah mencapai 378 klub. Untuk mendorong pemuda/pelajar berpartisipasi aktif dibidang olahraga Pemerintah Kabupaten Bintan terus membangun sarana dan prasarana olahraga yang memadai dan cukup lengkap. Hingga tahun 2014 terdapat 220 organisasi olahraga di Kabupaten Bintan. Tabel Jumlah Organisasi Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Jumlah organisasi olahraga Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Jumlah Kegiatan Kepemudaan Untuk meningkatkan peran serta pemuda disegala bidang Dinas Pendidiakan, Pemuda dan Olahraga secara rutin melaksanakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemuda/pelajar yang diselenggarakan ditingkat desa/kelurahan hingga berskala nasional. Hingga tahun 2014 tercatat kegiatan kepemudaan telah mencapai 20 kegiatan. Tabel Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Jumlah kegiatan kepemudaan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

110 d. Jumlah Kegiatan Olahraga Jumlah kegiatan olahraga di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan jumlah kegiatan olahraga dari 11 kegiatan pada tahun 2010 menjadi 14 kegiatan pada tahun Tabel Jumlah Kegiatan Olahraga di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Jumlah kegiatan olahraga 10 Kegiatan 11 Kegiatan 12 Kegiatan 13 Kegiatan 14 Kegiatan Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun R.5. Gelanggang/Balai Remaja (selain milik Swasta) dan Lapangan Olahraga Jumlah gelanggang / balai remaja di Kabupaten Bintan sebanyak 10 unit dan bertambah menjadi 11 unit pada tahun Sementara itu jumlah lapangan olahraga juga mengalami peningkatan dari 21 unit pada tahun 2013 menjadi 22 unit pada tahun Hal ini tentu akan lebih memacu para pemuda/pelajar untuk berprestasi dibidang olahraga yang diminati Kesatuan Bangsa a. Kegiatan pembinaan terhadap LSM Pada tahun 2014 kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP telah dilaksanan sebanyak 2 kali, pembinaan ini terhadap OKP dan LSM merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakn sejak tahun 2010 Ormas dan OKP, Koordinasi dan Pemantauan Kegiatan Orang Asing, NGO dan Lembaga Masyarakat Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Kegiatan Orang Asing, NGO dan Lembaga Asing. Tabel Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas dan OKP di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan OKP Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b.kegiatan Pembinaan Politik Daerah Pada tahun 2014 kegiatan pembinaan politik daerah dilaksanakan sebanyak 4 kegiatan seperti Verifikasi dan seleksi administrasi partai politik, Fasilitasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

111 Koordinasi Pemantauan Penyelenggaraan Pemilu yang Berkualitas Jujur dan Adil, Partisipasi Pemilihan Kepala daerah Kabupaten Bintan. Pembentukan Tim Pemantuan Perkembangan Politik. Tabel Kegiatan Pembinaan Politik Daerah di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Kegiatan pembinaan politik daerah 2 Kegiatan 2 Kegiatan 1 Kegiatan 5 Kegiatan 4 Kegiatan Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian a. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Satpol PP selaku SKPD yang bertugas menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati (Kepala Daerah), menyelenggarakan ketertiban umum, ketentraman masyarakat dan perlindungan masyarakat, melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian dan pihak terkait lainnya dalam upayaantisipasi gangguan terhadap masyarakat. Pada indikator ini digunakan untuk melihat perkembangan rasio jumlah polisi pamong praja dibandingkan penduduk. Berdasarkan data tahun 2010 sampai 2014, rasio jumlah polisi pamong praja sebesar 12,76. Tabel Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per Penduduk Tahun Indikator Kinerja Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk ,94 13,29 11,77 12,76 Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b. Rasio Linmas per Penduduk Indikator jumlah linmas untuk melihat potensi perbandingan penjamin keamanan sosial di lingkungan masyarakat. Rasio linmas per penduduk di Kabupaten Bintan mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 227 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

112 Tabel Rasio Jumlah Linmas Per Penduduk Tahun Indikator Kinerja Rasio Linmas per penduduk 63,89 51,54 48,08 61, Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Rasio Poskamling per Desa/Kelurahan Keberadaan pos kamling dalam fungsinya menjaga keamanan dan antisipasi tindak kriminal di setiap Desa/Kelurahan memiliki sebaran yang beragam bergantung pada kondisi masing-masing lokasi. Jumlah poskamling menunjukkan trend yang meningkat hingga pada tahun Rasio poskamling per desa/kelurahan di Kabupaten Bintan berturut-turut adalah 1,08; 0,55; 0,55; 3,4; dan Ketahanan Pangan a. Regulasi ketahanan pangan Regulasi ketahanan pangan telah dilaksanakan sejak tahun Beberapa regulasi yang menjadi dasar kinerja dalam memperkuat ketahanan pangan di Kabupaten Bintan antara lain: - Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan - SK Bupati Bintan Nomor.185 /IV/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan - Perbup Bintan Nomor 17 Tahun 2010 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal b. Persentase Ketersediaan Pangan Masyarakat Persentase ketersediaan pangan masyarakat (terutama sembilan pokok kebutuhan) yang ditargetkan dalam tahun 2014 adalah 100% pada realitasnya sudah tercukupi atau tercapai. Ini disebabkan tingkat kebutuhan dan suplai sembilan bahan makanan pokok (sembako) di semua desa sudah tercapai, yaitu: beras, gula,minyak goreng, garam, cabai,tepung,bawang merah, daging dan telur. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

113 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jumlah kelompok binaan LPM di Kabupaten Bintan masih mengalami stabilisasi pada kisaran 1 LPM. Sementara itu upayapemerintah Kabupatan Bintan dalam memberdayan LSM juga ditunjukan dengan meningkatnya 34 lembaga tahun 2010 menjadi 53 lembaga tahun Indikator pemberdayaan masyarakat dan desa lainnya ditunjukkan dengan jumlah PKK aktif. Kelompok/organisasi pemberdayaan perempuaan yang biasanya terdapat di kelompok rumah tangga, mengalami perkembangan yang cukup tinggi sampai tahun 2013 yaitu mencapai 740 kelompok PKK aktif di Kabupaten Bintan. Sementara itu pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah PKK aktif menjadi 665 kelompok. Posyandu aktif di Kabupaten Bintan tahun 2014 adalah 158 buah. Perkembangan jumlah Posyandu di Kabupaten Bintan empat tahun terakhir cukup tinggi yaitu 140 Posyandu pada tahun 2010, 146 Posyandu tahun 2011, 150 Posyandu tahun 2012, 153 tahun Meningkatnya jumlah posyandu didukung juga dengan adanya bantuan pembangunan posyandu baru melalui dana APBD dan DAK anggaran pengentasan kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau. Hampir seluruh Posyandu di Kabupaten Bintan telah memiliki bangunan permanen. Dari perkembangan jumlah posyandu tersebut, sudah seluruhnya merupakan posyandu aktif. Tabel Perkembangan Indikator Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kabupaten Bintan Tahun N Indikator Kinerja Jumlah kelompok Rata-rata jumlah 1 1,71 1 1,71 1 1, ,9 1 1,8 3. kelompok binaan PKK Jumlah PKK aktif Jumlah LSM Aktif Posyandu aktif 70,70% Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Statistik Indikator kinerja untuk sub fokus statistik adalah keberadaan buku kabupaten dalam angka dan PDRB Kabupaten. Buku Kabupaten Dalam Angka, Buku Bintan Dalam angka sudah diterbitkan sejak tahun 2011 hingga tahun 2014, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

114 untuk tahun 2014 masih dalam proses penyusunan. Sementara itu, Buku PDRB Kabupaten, diterbitkan sejak tahun 2011 hingga tahun 2014, untuk tahun 2014 masih dalam proses penyusunan Kearsipan Indikator ini digunakan untuk melihat sejumlah perkembangan aktivitas kegiatan pengelolaan arsip secara baku di Kabupaten Bintan. Pengelolaan arsip secara baku menjadi penting artinya mengingat pasal 3 UU No. 7 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan menyebutkan bahwa tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentangperencanaan, pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintah. Pengelolaan arsip di Kabupaten Bintan masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dapat dilihat dari pencapaian persentase pengelolaan arsip hingga tahun 2014 baru mencapai 50%. Hal ini masih perlu peningkatan SDM kearsipan di SKPD melalui pelatihan dan apresiasi kepada pimpinan. Peningkatan SDM pengelola kearsipan di Kabupaten Bintan masih belum memenuhi kompetensi, sehingga perlu ditingkatkan memalui bimbingan teknis maupun pelatihan serta pengadaan tenaga ahli arsip yaitu arsiparis hal ini terlihat dari prosentase kegiatan pelatihan/bimtek. Tabel Perkembangan Indikator Kinerja Kearsipan Tahun N Indikator Kinerja Pengelolaan arsip 60% - 70% 40% 50% 2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan 2 Keg Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Komunikasi dan Informatika Jumlah jaringan komunikasi sudah mencapai target yaitu 6 provider (XL, 3, Telkomsel, Indosat, Axis,Smart Fren). Sementara itu, rasiojumlah jaringan komunikasi telah mencapai target yaitu 1,35. Jumlah Jaringan yang dimaksud adalah Jaringan Telkom. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

115 Rasio warnet/wartel terhadap penduduk belum tercapai yaitu 1,1, dikarenakan masyarakat sudah banyak yang menggunakan telepon seluler serta berlangganan wifi (internet), sehingga cenderung usaha warnet / wartel berkurang. Jenis surat kabar nasional/lokal yang ada seperti Haluan Kepri, Batam Pos, Tanjung Pinang Pos, Kompas, dan sebagainya mengalami peningkatan jumlahnya. Pada tahun 2014, jumlah surat kabar nasional yang beredar mencapai 15 jenis dan surat kabar lokal sebanyak 45 jenis. Jumlah penyiaran radio/tv lokal/nasional yang melakukan penyiaran di Bintan terus bertambah seiring kemajuan teknologi dan informasi saat ini perusahaan penyiaran lokal yang beroperasi di Kabupaten Bintan adalah : Bintan TV/Bintan Radio, Batam TV, Kepri TV, TVRI, AN TV. Web site milik pemerintah daerah juga mengalami perkembangan, dari 16 situs menjadi 20 situs pada tahun Tabel Perkembangan Indikator Kinerja Komunikasi dan Informatika Tahun N Indikator Kinerja o 1 Jumlah jaringan 6 Provider 6 6 Provider 6 Provider 6 Provider 2 Rasio Jumlah jaringan 1,14 0,05 0,046 0,046 1,35 3 Rasio wartel/warnet 3,5 0,8 0,64 0,64 1,1 4 Jumlah surat kabar 6 /13 10/30 10/30 8/44 15/45 Jumlah penyiaran 5 0 /2/9 0 /1/0 0 /1/0 7/10/1 6/2/10 radio/tv lokal/nasional Jenis Web site milik 6 pemerintah daerah 16 Situs Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Perpustakaan Kabupaten Bintan belum mempunyai Perpustakaan Daerah yang representatif. Jumlah pengunjung perpustakaan se-kabupaten Bintan baik Perpustakaan daerah, Perpustakaan Desa/Kelurahan, Perpustakaan Mobil Keliling, Perpustakaan Kapal Apung dan Perpustakaan sekolah hingga tahun 2014 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

116 berjumlah pengunjung. Sementara itu, koleksi buku perpustakaan daerah Kabupaten Bintan hingga tahun 2014 berjumlah buku. Tabel Perkembangan Jumlah Perpustakaan dan Koleksi Buku Tahun N Indikator Kinerja Perkembangan Jumlah Taman 1 Bacaan/Perpustakaan Kelurahan dan Desa Perkembangan Koleksi 2 Buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah Sumber : LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Fokus Layanan Urusan Pilihan Pertanian a. Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB Pada tahun 2010 Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah sebesar 7,21%, dan pencapaian tahun 2014 adalah sebesar 5,78 %. Bberdasarkan hasil capaian tahun 2013 yakni sebesar 5,69%, maka capaian tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,1%. Secara umum, capaian Kontribusi Pertanian/ Perkebunan terhadap PDRB tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena konstribusi sektor lain (pariwisata) ternyata lebih meningkat dan mampu secara dominan mempengaruhi PDRB Kabupaten Bintan meskipun dilihat dari hasil capaian produksi, sektor pertanian mengalami peningkatan. Indikator kinerja lainnya dalam meningkatnya kontribusi sektor pertanian/ perkebunan terhadap PDRB dan Nilai Tukar Petani (NTP) adalah Persentase Peningkatan Produksi Perkebunan. Pada tahun 2010, capaian produksi komoditi unggulan perkebunan sebesar ,98 ton, dan pada tahun 2014 sebesar ,50 ton. Angka ini merupakan angka akumulasi dari tahun sebelumnya, dimana Tahun 2013 tercatat realisasinya adalah ,50 ton ditambahkan dengan capaian Tahun 2014 sebesar ton menjadi ,50 ton. Capaian prestasi yang melampaui target ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah investasi dan pembangunan sektor perkebunan berjalan sangat baik dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

117 kondusif. Bahkan beberapa kelompok tani masyarakat dan perusahaan melakukan pembukaan lahan perkebunan baru. Selain itu, pertambahan luas Tanaman Menghasilkan (TM) dari komoditi kelapa sawit, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar Swasta (PT. Tirta Madu) dan perkebunan karet pada PT. Numbing yang melaksanakan kegiatan perkebunannya di pulau tersendiri, yakni Pulau Mapur, Kecamatan Bintan Pesisir dan PT. Pulau Bintan Djaya juga meningkat. Pada tahun 2010, produksi komoditi hortikultura adalah sebesar ton dan pada tahun 2014 adalah ton. Dibandingkan dengan capaian tahun 2013, capaian tahun 2014 mengalami penurunan sebesar %, hal ini disebabkan oleh faktor cuaca berupa kemarau cukup panjang yang melanda Kabupaten Bintan mulai dari Bulan Februari hingga pertengahan tahun 2014, yang menyebabkan produksi hortikultura, khususnya tanaman sayuran dataran rendah mengalami terjadi kebakaran lahan dan hutan yang komoditi hortikultura di Bintan. penurunan produksi. Bahkan dibeberapa tempat menyebabkan turunnya produksi Tabel Kontribusi Sektor Pertanian/Perkebunan terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Tahun Kontribusi sektor 5,74% 5,75% 5,76% 5,74% 5,78% pertanian/perkebunan Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun b. Nilai Tukar Petani Salah satu alat ukur kesejahteraan petani yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang dihitung dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang dibayar petani (HB). Berdasarkan data NTP di Kabupaten Bintan, selama tahun 2010 sampai dengan 2014, NTP mencapai lebih dari 100, artinya petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibandingkan tingkat kesejahteraan petani sebelumnya. Sampai dengan tahun 2014, NTP Kabupaten Bintan mencapai 109%. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

118 Tabel Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Tahun Nilai Tukar Petani 105% 103,95% 104,76% 105,01% 109% Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun c. Meningkatnya Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Pada tahun 2010 produksi padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per tahun adalah 24,17 Ton/tahun dan ditargetkan pada tahun 2014 adalah sebesar 25 Ton/tahun dan realisasi 2014 adalah 53 ton. Tercapainya target tersebut disebabkan oleh karena adanya demplot dari Lokal Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) yang menggunakan varietas inpara 2 inpara 3 dan Inpara 5 serta ciherang yang umurnya lebih pendek dan sangat cocok untuk daerah rawa sehingga meningkatkan produksi padi. Produksi padi di Kabupaten Bintan terkonsentrasi di daerah Kampung Parit Bugis Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan dan Kampung Poyotomo Desa Sri Bintan Kecamatan Teluk Sebong. Tabel Perkembangan Produksi Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Tahun Produksi padi atau bahan angan utama lokal lainnya (ton/ha) 24,17 8,99 8,95 10,37 53 Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Energi dan Sumber Daya Mineral a. Pertambangan Tanpa Ijin Kegiatan pertambangan di Kabupaten Bintan secara umum terdiri dari pertambangan mineral logam berupa bijih bauksit, mineral non logam berupa pertambangan pasir dan pertambangan batuan berupa pertambangan granit. Kegiatan pertambangan tanpa ijin di Kabupaten Bintan pada tahun 2013 adalah yang paling banyak, yaitu sebanyak 11 kegiatan pertambangan tanpa ijin. Namun, pada tahun 2014, pertambangan tanpa ijin sudah tidak ada lagi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

119 Sementara itu, pada tahun 2011 sampai 2013 masih terdapat kegiatan pertambangan tanpa ijin. b. Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDRB Kabupaten Bintan merupakan salah satu sektor yang kontribusinya cukup besar. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 kontribusi pertambangan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena telah diberlakukannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Permurnian Mineral di Dalam Negeri. Tabel Kontribusi Sektor Pertambangan Terhadap PDRB di Kabupaten Bintan Tahun Indikator Kinerja Tahun Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB 11,96% 10,91% 10,73% 10,62% 9,94% Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten yang belum memiliki pengolahan mineral (khususnya bauksit), oleh sebab itu kegiatan pertambangan di Kabupaten Bintan dihentikan sementara. Dilihat dari besaran kontribusi tiap tahunnya, besaran sektor pertambangan di tahun 2014 sebesar 9,94% Pariwisata a. Kunjungan Wisata Pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat, menyediakan tenaga kerja, meningkatkan penghasilan dan taraf hidup serta menstimulasikan sektorsektor industri lainnya. Pengalaman di Kabupaten Bintan menunjukkan bahwa industri pariwisata mampu menstimulan industri lainnya seperti hotel atau penginapan, jasa travel, restoran, transportasi, industri kerajinan, industri makanan atau catering, pertanian, peternakan, perikanan serta jasa tour guide. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

120 Jumlah kunjungan wisatawanke Kabupaten Bintan pada tahun 2014 mencapai orang, terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak orang, wisatawan nusantara sebanyak orang dan Publik Area sebanyak orang. Sedangkan pada tahun 2013 total jumlah wisatawan yang berkunjung sebesar Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian regional dan situasi keamanan daerah yang semakin kondusif Tabel Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bintan Tahun No Wisatawan Tahun Mancanegara Nusantara Publik Area Total Sumber: LKPJ Akhir Masa JabatanBupati Bintan Tahun b. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Dari sisi makro ekonomi sektor pariwisata memainkan peranan cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan. Nilai PDRB sektor pariwisata (Pajak Hotel Restoran dan Hiburan) terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 tercatat 63,2 Miliar Rupiah dan terus meningkat sampai pada tahun 2014 mencapai 93,6 Miliar Rupiah dengan rata-rata kontribusi sebesar 54,64% dari total PAD Kabupaten Bintan pada tahun Kelautan dan Perikanan Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bintan yang besar adalah dari kelompok pelagis besar, kemudian krustase dan pelagis kecil. Secara keseluruhan pemanfaatan ikan tangkapan di Kabupaten Bintan baru mencapai 29,73%. dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

121 Tabel Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun No Kecamatan Hasil Produksi Tangkap (Ton) Volume Nilai (Rp) 1. Bintan Utara Teluk Sebong Teluk Bintan Gunung Kijang Bintan Timur Tambelan Toapaya Bintan Pesisir Mantang Seri Kuala Lobam Pertumbuhan (%) 16,44 16,44 % Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Bintan Tahun Dari tabel terlihat bahwa peluang pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Bintan masih bisa dikembangkan. Artinya peningkatan upaya dan armada masih memungkinkan untuk terus dilakukan agar pemanfaatan potensi bisa lebih optimal. Kelompok ikan yang masih berpotensi dikembangkan adalah dari kelompok ikan demersal (ikan-ikan karang) dan pelagis kecil. Lokasi pengembangan perikanan pelagis kecil dan demersal diantaranya adalah di sekitar perairan Tambelan, Pulau Mapur (Bintan Pesisir) dan Mantang. Pada lokasi ini sumberdaya masih cukup baik terutama dari kelompok ikan demersal. Walaupun disinyalir stok demersal menurun karena aktivitas penangkapan dengan menggunakan alat tangkapyang merusak seperti bom dan racun, trawl dan pencurian ikan oleh kapal asing Dengan meningkatnya produksi perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Bintan maka pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan di Kabupaten Bintan akan bertambah. Produksi perikanan Kabupaten Bintan terus mengalami peningkatan sejak tahun Jumlah produksi perikanan Kabupaten Bintan selama periode rata-rata sebesar ,64 ton per tahun. Produksi paling tinggi selama periode tersebut adalah pada tahun 2014 yaitu mencapai ton Perdagangan Sektor perdagangan merupakan sektor strategis bagi Kabupatan Bintan yaitu merupakan penyumbang terbesar pada pembentukan PDRB setelah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

122 sektor industri pengolahan. Sebagai sektor strategis, sektor perdagangan memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bintan karena sangat terkait dengan sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, industri, pariwisata dan lainnya. Sektor perdagangan terbagi dalam perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB meningkat dari 20,19% tahun 2010 meningkat menjadi 20,76 pada tahun Secara urut, perkembangan kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB selama tahun 2011 sampai 2013 adalah 20,49%; 20,32%; dan 20,36% Perindustrian Secara umum bidang industri di Kabupaten Bintan memberikan kontribusi yang relatif melambat terhadap pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bintan, yakni sebesar 50,53%. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2010 yang sebesar 50,69%. Dengan daya serap tenaga kerja 12,28% pada tahun Sampai dengan tahun 2014 kinerja bidang perindustrian masih menunjukan stagnasi hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya melemahnya kinerja perekonomian nasional serta tingkat pengendalain infalsi yang belum menunjukan kearah trend positif. Sementara itu perubahan positif yang ditunjukan oleh meningkatnya jumlah unit usaha industri kecil dan menengah dari 100 unit tahun 2010 meningkat menjadi 319 unit tahun Untuk jumlah unit usaha yang terkait dengan agroindustri dan industri hasil hutan 26 unit tahun 2010 meningkat menjadi 319 tahun 2014 serta jumlah unit usaha yang terkait dengan industri kerajinan rumah tangga dari 6 unit tahun 2010 meningkat menjadi 52 unit ditahun Aspek Daya Saing Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Analisis kinerja atas aspek kemampuan ekonomi daerah dilakukan terhadap indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita, pengeluaran konsumsi non pangan per kapita, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

123 a. Konsumsi Rumah Tangga Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita per bulan pada tahun 2010 tercatat berada di angka Rp ,-. Pengeluaran rumah tangga ini mengalami fluktuasi dengan puncak tertinggi pengeluaran rata-rata pada tahun 2013 sebanyak Rp ,- lalu kemudian turun menjadi Rp ,- pada tahun b. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dimaksudkan untuk mengetahui daya beli masyarakat di luar bahan pangan sehingga dapat diketahui alokasi konsumsi di luar kebutuhan pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita Kabupaten Bintan tahun 2010 sebesar 51,04% angka tersebut relatif stabil sampai dengan tahun 2014 sebesar 50,75% Penataan Ruang Kawasan produktif adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan budidaya dengan didasarkan pada kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Luas kawasan produktif di Kabupaten Bintan mencapai 86,186 hektar atau 65,32 persen wilayah Kabupaten Bintan. Adapun perincian kawasan produktif dapat dilihat pada Tabel berikut : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

124 Gambar Kawasan Produktif di Kabupaten Bintan (Ha) TPA Kawasan Bandar Seri Bentan Kawasan Militer Perdagangan dan Jasa Permukiman Pariwisata Industri Pertambangan Perikanan (Tambak) Perkebunan Pertanian Hutan Produksi Terbatas Ha Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Rasio ketaatan terhadap RTRW dan hitungan luas wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan. Dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel Rasio ketaatan terhadap RTRW dan hitungan luas wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan Tahun 2014 No Ketaatan terhadap RTRW 89,01 83,33 85,00 100,00 2. Luas wilayah produktif 32,66 32, Luas wilayah industri 39,75 39, Luas wilayah kebanjian 0,10% 0,10% 7,00% 0,00% 5. Luas wilayah kekeringan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

125 6. Luas wilayah perkotaan 17,94 17, Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Sarana Transportasi Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada tahun 2013, mobil penumpang berjumlah 220 unit, mobil angkutan barang berjumlah 664 unit, mobil barang berjumlah 374 unit, dan sepeda motor berjumlah unit. Tabel Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum Tahun 2014 No Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Sarana Perdagangan Jasa Sarana perdagangan dan jasa yang ada saat ini tercatat sebanyak 63 unit, yang terdiri dari 30 unit bank umum pemerintah, 26 unit bank umum swasta, dan 7 unit bank pembangunan daerah. Jumlah koperasi yang aktif sampai tahun 2007 sebanyak 178 unit, mini market berjumlah 14 unit, toko/warung kelontong berjumlah 696 unit, kedai/kios berjumlah 232 unit, dan restoran/rumah makan berjumlah 123 unit Sarana Telekomunikasi Berdasarkan data potensi dari PT. Telkom,saat ini Kabupaten Bintan memiliki unit kapasitas sambungan telepon, namun baru sekitar 69,14 persen atau unit yang terpasang. Sarana telekomunikasi yang ada saat ini berjumlah 285 unit, terdiri dari 51 unit wartel, dan 234 unit SST (Satuan Sambungan Telepon) Sarana Ekonomi Sarana perekonomian di Kabupaten Bintann tumbuh dengan pola alamiah yaitu mengikuti kecenderungan potensi pasar. Saat ini,sarana perbankan hanya terdapat di Tanjung Uban, Kecamatan Bintan Utara dan di KijangKota, Kecamatan Bintan Timur karena dua kawasan tersebut merupakan pusat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

126 perekonomian terbesar di Kabupaten Bintan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar Jumlah Sarana Ekonomi Kabupaten Bintan Tahun 2011 Teluk Binta n Seri Kuala Loba m Binta n Utara Teluk Sebon g Binta n Timur Binta n Pesisir Mant ang Gunu ng Kijang Toapa ya Pasar Bank Koperasi Pasar Bank Koperasi Tamb elan Sumber BPS Kab Bintan Tahun Sarana Peribadatan Mayoritas masyarakat Kabupaten Bintan adalah pemeluk agama Islam, sehingga jumlah sarana peribadatannya pun cukup besar. Pada tahun 2013 jumlah rumah ibadah umat Islam di Kabupaten Bintan mencapai 342 unit yang terdiri dari 167 mesjid dan 175 mushala. Adapun rumah ibadah umat kristiani mencapai 32 unit yang terdiri dari 13 gereja katolik dan 19 gereja protestan. Untuk umat Budha terdapat 32 vihara atau klenteng. Sedangkan untuk umat Hindu belum terdapat sarana peribadatan secara khusus. Sarana peribadatan ini tumbuh dan berkembang serta tersebar secara alami. Khusus untuk mushala, pertambahannya cukup signifikan karena mengikuti pola pertambahan penduduk muslim di suatu kawasan dan juga mengikuti perkembangan jumlah permukiman yang umumnya menyediakan fasilitas mushala bagi penghuninya. Untuk saat ini, sarana peribadatan terbanyak berada di Kecamatan Bintan Timur dengan jumlah 96 unit. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

127 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Jumlah Sarana Peribadatan Kabupaten Bintan Tahun 2013 No. Kecamatan Masjid Musholla Gerej a Vihara/ Klenteng 1 Teluk Bintan Seri Kuala Lobam Bintan Utara Teluk Sebong Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Gunung Kijang Toapaya Tambelan Jumlah Sumber : BPS dan Hasil Survey Bappeda Tahun Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Umum Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian penting dari ekosistem perkotaan. RTH adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas dalam bentuk kawasan maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur di mana penggunaannya lebih bersifat terbuka. RTH meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan pemukiman, taman gedung perkantoran dan gedung komersial, lapangan olah raga, pemakaman umum, sempadan sungai, pantai dan kawasan jalur hijau. Pada tahun 2013, luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang diikelola oleh Kabupaten bintan sebesar m2. Rincian RTH di Kabupaten Bintan adalah Taman Kota Sakera (Kp. Bugis) di Kecamatan Bintan Utara seluas m2, Taman Kota Sekilo Kecamatan Seri Kuala Lobam seluas m2, Taman Kota Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur seluas m2, Pulau-pulau jalan di Kabupaten Bintan seluas m2, dan Taman Lain-lain seluas m2. Saat ini, RTH di Kabupaten Bintan yang dikelola oleh pemerintah daerah terdiri dari 1 taman umum besar yang berada di Kijang Kota, 12 taman kecil yang tersebar di kecamatan-kecamatan, dengan total luas ±6.600 m 2, ruang terbuka hijau juga berada difasilitas sosial dan fasilitas umum diantaranya taman dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

128 parkir gedung olah raga, taman mesjid raya dan lapangan olah raga. Sementara itu, terdapat 5 pemakaman umum di Kabupaten Bintan yang berada di 5 Kecamatandengan total luas makam ± m 2, namun sampai saat ini belum dikelola oleh pemerintah daerah Sarana Seni, Olah Raga, dan Pariwisata Kegiatan kesenian di Kabupaten Bintan belum menunjukkan perkembangan yang pesat, hal ini terlihat dari masih kecilnya jumlah sanggar seni yang ada. Meskipun demikian, untuk meningkatkan peranan seni dan budaya di masyarakat pada tahun 2010 pemerintah daerah telah melakukan kegiatan pembinaan seni pada 10 sanggar seni yang ada di Kabupaten Bintan. Sementara itu, Kabupaten Bintan memiliki 186 buah sarana olah raga denganjumlah terbesar berada di Kecamatan Bintan Timur yaitu 31 buah. Sebaliknya, Kecamatan Bintan Utara merupakan Kecamatan paling sedikit yang memiliki sarana olah raga yaitu hanya 4 buah. Sarana pariwisata dan rekreasi yang tersedia di Kabupaten Bintan berjumlah 39 buah. Jumlah sarana pariwisata paling banyakterdapat di Kecamatan Teluk Sebong yaitu 23 buah, dan yang paling sedikit terdapat di Bintan Pesisir yaitu 1 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Jumlah Sarana Seni, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bintan Tahun 2011 No. Kecamatan Sarana Olah Raga Sarana Seni Sarana Pariwisata 1 Teluk Bintan Seri Kuala Lobam Bintan Utara Teluk Sebong Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Gunung Kijang Toapaya Tambelan Jumlah Sumber : Hasil Survey Bappeda Tahun 2012 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

129 Tabel Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Tahun 2014 No Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Tabel Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan / Hotel Tahun 2014 No Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Prasarana Air Bersih Menurut BPS, selama periode penyediaan air bersih di Kabupaten Bintan dilakukan oleh Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM) yaitu PDAM Kijang, PDAM Tanjung Uban,dan PDAM Teluk Sekuni Tambelan. Dari ketiga PDAM tersebut maka PDAM Tanjunguban memiliki jumlah pelanggan, volume produksi, dan tingkat distribusi yang paling besar. Hal ini dikarenakan Kecamatan Bintan Utara banyak memiliki industri besar/sedang serta jumlah penduduk yang relatif besar. Sementara itu, menurut data PODES 2007, sumber air bersih di kecamatan lainnya seperti Kecamatan Teluk Bintan, Teluk Sebong, Mantang, Seri Kuala Lobam, Bintan Pesisir, Gunung Kijang dan Kecamatan Toa Paya umumnya berasal dari sumur gali. Tabel Persentase Rumah Tangga (RT) Yang Menggunakan Air Bersih Tahun 2014 No ,07 85,15 86,5 87 Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

130 Prasarana Persampahan Kabupaten Bintan memiliki luas wilayah daratan 1.319,51 km2 dengan jumlah penduduk jiwa.saat ini,persampahan telah menjadi isu utama karena Kabupaten Bintan belum memiliki sistem pengelolaan persampahansecara terpadu sementara volume sampah telah mencapai m 3 per tahun. Tabel Jumlah Daya Tampung dan Daya Angkut Sampah di Kabupaten Bintan Tahun 2011 NO Lokasi Jumlah TPS Jumlah Daya Tampung TPS (m3) Jumlah Daya Angkut/ Hari (m 3 ) 1 Kijang Kecamatan Bintan Timur 2 Kawal Kecamatan Gunung Kijang 3 Tg. Uban Kecamatan Bintan Utara 4 Kecamatan Teluk Bintan 5 Kecamatan Teluk Sebong 6 Kecamatan Sri Kuala Lobam TOTAL Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2012 % Adapun sarana dan prasarana persampahan yang telah disediakan oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Bintan, antara lain TPS (TempatPembuangan Sementara) sejumlah 50 unit, dimana 30 unit berada di Bintan Timur, dan 20 unit tersebar di Bintan Utara, Gunung Kijang dan Teluk Bintan Prasarana Drainase Sistem jaringan drainase di Kabupaten Bintan sebagian besar terdapat di pusatpusat kegiatan dan di sepanjang jaringan jalan utama. Sedangkan di luar pusat kota dan di pulau-pulau sekitar wilayah yang tidak dilalui jalan utama umumnya menggunakan sistem jaringan drainase alami yang sebagian besar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

131 Km Pemerintah Kabupaten Bintan masih berupa tanah serta dalam keadaan dangkal (tertutup tanah). Sistem drainase di wilayah ini kondisinya masih belum memadai, yang umumnya kondisi salurannya terputus dan belum menunjukkan suatu jaringan yang terpadu dan terpola Prasarana Jalan Panjang jalan di Kabupaten Bintan pada tahun 2013 mencapai 808,897km, yang terdiri dari jalan yang beraspal 773,957km, jalan kerikil 19,350 dan jalan tanah 15,590. Apabila dilihat dari kondisi jalannya, sebanyak 670,136 km jalan berada dalam kondisi baik, 51,104 km berada dalam kondisi sedang, 74 km berada dalam kondisi rusak,dan sepanjang 13,672 km berada dalam kondisi rusak berat. Dari tingkat kemantapan jalan, terjadi peningkatan yang lebih baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tingkat kemantapan jalan sudah mencapai 80,00 %. Detail datanya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Tingkat Kemantapan Jalan Kabupaten (Km) Tahun Baik Sedang Rusak Rusak Berat Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan, Tahun 2011 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

132 Tabel Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Tahun 2014 No ,01 ( : ) 0,01 ( : ) 0,01 ( : ) 0,07 ( : ) Sumber : Capaian RPJMD Kabupaten Bintan Prasarana Listrik Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik Kabupaten Bintan pada tahun 2010mencapai60,38 persen.sampai bulan Juni 2010,jumlah pelanggan PLN sudah mencapai pelanggan. Adapun, rekapitulasi konsumsi listrik berdasarkan daftar pelanggan dapat dilihat pada tabelberikut : Tabel Rekapitulasi Konsumsi Listrik Kabupaten Bintan Berdasarkan Daftar Pelanggan Tahun 2010 No Golongan pelanggan Bulan Juni Pelanggan Daya (kva) 1 Rumah tangga, sosial, bisnis dan publik 15,718 26, Industri 130 1, Total 15,848 27, Sumber : PLN Riau dan Kepri Cabang Tanjungpinang Tahun 2011 di Jika dilihat dari ketersediaan sumberdaya energi kelistrikan, pada tahun 2010 kemampuan daya dari semua pembangkit yang ada di Pulau Bintan adalah KW sebagaimana dapat dilihat secara detail dari kondisi neraca listrik dan rekapitulasi kebutuhan pada tabel dibawah ini : No Tabel Neraca Listrik Kabupaten Bintan Tahun 2010 Keterangan Jumlah (kw) 1 Daya terpasang 70,280 2 Daya mampu 46,015 3 Beban puncak 43,195 4 Surplus/defisit 2,820 Sumber : PLN Riau dan Kepri Cabang Tanjungpinang Tahun 2011 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

133 Daya (KVA) Pelangga n Daya (KVA) Pelangga n Daya (KVA) Pelangga n Daya (KVA) Pelangga n Daya (KVA) Pelangga n Jumlah Penduduk KK) Total Pelanggan Rasio Listrik Desa (%) Pemerintah Kabupaten Bintan Neraca listrik diatas sudah termasuk kapasitas daya terpasang di Kota Tanjungpinang, karena jangkauan pelayanan PLN adalah meliputi Pulau Bintan dan sekitarnya. Dari data diatas terlihat total daya terpasang sudah jauh melebihi kemampuan daya mampu, namun kelebihan daya tersebut tidak dapatdimanfaatkan untuk penambahan pemasangan baru karena cadangan ini akan digunakan ketika terjadi kerusakan atau perawatan. Demikian pula daya mampu telah melebihi daya beban puncak sehingga terjadi surplus 2,820 KW, daya ini juga dimanfaatkan sebagai cadangan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah pedesaan, Pemerintah Kabupaten Bintan telah membangun jaringan listrik pedesaan dengan rasio elektrifikasi desa sebesar 76,92 persen. Jaringan ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bintan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Jumlah Listrik Desa Yang Terpasang Tahun N o Kecamat -an Realisasi Bintan Timur Bintan Pesisir Mantang Gunung Kijang Toapaya Teluk Bintan Teluk Sebong Sri Kuala Lobam Bintan Utara Tambelan Jumlah Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan Tahun 2010 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

134 Tabel Rasio Ketersediaan Daya Listrik Tahun 2014 No ,1 96,00 Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan Tahun Fokus Iklim Berinvestasi Angka Kriminalitas. Kabupaten Bintan memiliki kepadatan penduduk dan permasalahan sosial yang tidak terlalu tinggi, tetapi masih menghadapi gangguan stabilitas sosial dengan adanya tindak pidana (kriminalitas) yang terjadi di masyarakat. Angka kriminalitas di Kabupaten Bintan pada tahun 2013 mencapai 4,56 % dan sampai dengan tahun 2011 sedikit mengalami kenaikan menjadi 6.22 % seperti pada tabel berikut ini : Tabel Angka Kriminalitas di Kabupaten Bintan Tahun No Jenis Kriminal Jumlah kasus narkoba Jumlah kasus pembunuhan Jumlah kejahatan seksual* Jumlah kasus penganiayaan Jumlah kasus pencurian Jumlah kasus penipuan Jumlah kasus pemalsuan uang Jumlah tindak kriminal selama 1 tahun Jumlah penduduk Angka kriminalitas (%) 5,73 7,32 5,76 6,22 4,56 Sumber : BPS dan Polres Bintan 2012 Pada Tahun 2011 angka kriminalitas cenderung meningkat dibandingkan tahun 2010 yang terlihat dari meningkatnya angka Indeks Korban kejahatan dari 95,16 pada tahun 2010 menjadi 112,3 pada tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

135 Tabel Perkembangan Indeks Korban Kejahatan dan Kriminalitas Kabupaten Bintan Uraian Indeks Korban Kejahatan 119,4 90,32 120,16 95,16 112,3 2. Indeks Kriminalitas menurut jenis tindak pidana yang dominan 140,74 77,78 118,52 112,96 - Sumber : Polres Bintan tahun 2012 Pj.BUPATI BINTAN, DOLI BONIARA Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

136 Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 5 Tahun 2015 Tanggal : 15 Desember 2015 BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pembangunan daerah secara sederhana diartikan sebagai sebuah perubahan tingkat kesejahteraan secara sengaja dan terukur. Perencanaan daerah juga diharapkan mampu menepis ketidakpastian dalam proses merubah tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Hakikat perencanaan itu adalah memperkecil peluang munculnya ketidakpastian. Dalam arti luas, perencanaan merupakan upaya manusia meminimalkan ketidakpastian. Dan, perencanaan yang ideal adalah langkah-langkah yang dilakukan manusia agar ketidakpastian semakin dekat dalam kehidupan manusia. Salah satu langkah atau tahapan untuk mendekati perencanaan ideal, sebagai dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah perlu diketahui isu-isu strategis dan permasalahan-permasalahan pembangunan yang secara eksisting terjadi. Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting, sehingga, penyajian analisis ini akan menjelaskan butir-butir penting isu-isu strategis yang akan dihadapi dalam pembangunan daerahuntuk waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. 3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan yang disajikan adalah permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan atau pada akhirnya dijadikan dasar dalam perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah. Dengan demikian permasalahan pembangunan daerah disajikan dengan merujuk pada identifikasi permasalahan pembangunan daerah. Identifikasi yang dilakukan tidak berdasarkan pada urutan urusan pembangunan, tetapi lebih diutamakan pada permasalahan yang menonjol dan urgen. Permasalahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

137 pembangunan daerah yang akan dikelola dan ditangani adalah yang permasalahan yang memiliki aspek long term problem formulation, karena dokumen yang disusun merupakan dokumen perencanaan jangka panjang. Formulasi beberapa pokok permasalahan pembangunan jangka panjang Kabupaten Bintan antara lain sebagai berikut: Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Masih rendahnya upaya pembinaan kebudayaan Melayu Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut: a. Sebagai upaya pembentukan karakter masyarakat atas dasar nilai keagungan Budaya Melayu, belum terlihat nyata dalam mengoperasionalkan pepatah dimana bumi dipijak, disama langit dijunjung hingga nuansa kebudayaan Melayu sangat dirasakan tipis pada kehidupan masyarakat pada umumnya. b. Lembaga Adat Melayu tidak memiliki nyata kegiatan menyelenggarakan upaya pembinaan kebudayaan Melayu, menjadikan tidak terlihatnya sebagai lembaga yang berkewajiban membina kembangkan budaya Melayu. 2. Masih belum meratanya capaian pendidikan dan jangkauan pelayanan pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut ; a. Masih terdapat masyarakat yang buta huruf, kondisi angka melek huruf (AMH) meningkat dari tahun 2007 sejumlah 94,4% menjadi 96,1% pada tahun 2011, untuk tahun 2011 kondisi ini masih di atas AMH Nasional yakni 92,99%, tetapi masih di bawah AMH Provinsi Kepulauan Riau 97,67%, sehingga masih perlu ditingkatkan; b. Rata-rata lama sekolah (RLS) meningkat selama lima tahun terakhir, yakni 7,95 tahun di tahun 2007 dan 8,91 tahun pada tahun 2011, kondisi ini masih di bawah RLS Provinsi Kepulauan Riau yakni 9,73 tahun, meskipun sudah di atas RLS Nasional 7,94 tahun. c. Masih rendahnya tingkat pendidikan level Sarjana (baik S1-S3) serta tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2009 adalah orang atau mencapai 72,39% dari jumlah penduduk, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

138 sedangkan penduduk yang belum atau tidak menamatkan SD/MI adalah orang atau 12,53% dari jumlah penduduk. Adapun tingkat pendidikan yang ditamatkan terbesar menurut jenjang pendidikan, adalah tamatan SMA/MA sederajat yaitu mencapai orang atau 25,21% dari jumlah penduduk, sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit ditamatkan adalah DI/DII yaitu hanya orang atau 1,08% dari jumlah penduduk. 3. Masih dijumpai permasalahan-permasalahan di bidang kesehatan, baik jangkauan layanan, aksesibilitas maupun kualitas dan kuantitas pelayanan Beberapa indikator dapat dilihat sebagai berikut: a. Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai general indicator kualitas kesehatan menunjukkan peningkatan, pada tahun 2007 adalah 69,57 tahun, meningkat pada tahun 2011 menjadi 69,76 tahun, kondisi ini sudah berada di atas rata-rata Nasional 69,65 tahun, tetapi masih di bawah rata-rata Provinsi Kepulauan Riau 69,85 tahun, AHH secara umum dipengaruhi oleh kualitas hidup masyarakat, dimulai dari asupan nutrisi yang cukup, pola hidup sehat, penanganan penyakit dan kualitas lingkungan yang baik, sehingga masih bisa diupayakan untuk meningkat pada masa yang akan datang; b. Masih ditemukannya angka kematian bayi yang merupakan indikator perhitungan kelangsungan hidup bayi sejumlah 995 jiwa pada tahun 2008 dan menurun menjadi 992 pada tahun 2012, meskipun demikian angka kematian bayi dibawah standar nasional (MDGs), dan cenderung mengalami penurunan; c. Masih ditemukan balita yang gizi buruk, pada tahun 2008 sejumlah 0,78%, dan meningkat menjadi 0,91% pada tahun 2010 tetapi pada tahun 2012 turun menjadi 0,40% sehingga tetap memerlukan penanganan lebih lanjut dan dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak dengan unit-unit pelayanan kesehatan yang telah ada. d. Terdapat penderita HIV/AIDS, pada tahun 2010 sejumlah 49 orang, sehingga perlu penanganan sangat serius mengingat penyakit ini Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

139 tergolong menular dan mematikan, dalam jangka panjang perlu ditargetkan untuk tidak ada lagi penderita HIV/AIDS; e. Masih diketemukan penyandang cacat sejumlah 458 jiwa pada tahun 2010, khususnya cacat bawaan hal ini disebabkan banyak faktor, yakni dimulai sejak anak didalam kandungan, pengaruh penyakit menular, nutrisi, maupun genetis,sehingga penanggulangannya perlu dilaksanakan secara komprehensif dan berkelanjutan Aspek Pelayanan Umum 1. Kurangnya pemerataan (kualitas dan kuantitas) tenaga pendidik sesuai karakteristik dan potensi daerah Rasio Guru dan Murid, sudah tercukupi untuk pendidikan dasar dan menengah (rata-rata 1 guru : siswa), tetapi sebaran guru dan kualifikasi pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk wilayah kepulauan yang berpotensi di bidang kelautan dan pariwisata, sehingga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah. 2. Kurangnya pemerataan tenaga Dokter dan Paramedis sesuai karakteristik dan potensi daerah Mengingat jangkauan dan sebaran wilayah Kabupaten Bintan mayoritas adalah kepulauan, sehingga sesuai standar yang berlaku tenaga Dokter dan Paramedis sangat kurang serta penyebarannya belum seimbang, meskipun sarana dan prasarana kesehatan berupa rumash Sakit Umum dan Puskesmas telah memenuhi kebutuhan, pada tahun 2008 rasio jumlah Dokter per satuan penduduk 0,41dan hanya meningkat menjadi 0,57 pada tahun Sedangkan rasio tenaga medis per satuan penduduk pada tahun 2008 sebesar 0,54 dan meningkat menjadi 0,65 pada tahun Kondisi ini belum memenuhi target capaian rasio untuk pemenuhan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas. 3. Masih dijumpainya angka kemiskinan yang signifikan Pada tahun 2008 angka kemiskinan berkisar 7,6% (sebagian data menunjukkan angka 11%), walaupun mengalami fluktuasi, menurun pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

140 tahun 2012 berkisar 7% dan 6,2% pada tahun 2013, dalam jangka panjang kondisi ini masih bisa ditekan sampai di bawah 5% mengingat potensi daerah dan sumber daya manusia yang dimiliki memungkinkan untuk mengurangi angka kemiskinan di bawah 5%; 4. Masih terdapat Penyandang Masalah Sosial (PMKS) Data pada tahun 2010 menunjukkan PMKS, selain beberapa permasalahan yang disebutkan di atas seperti kemiskinan, penyandang cacat dan HIV/AIDS, masih dijumpai warga Lanjut Usia Terlantar 25 orang, orang, Wanita Tuna Susila 275 orang, Bekas Narapidana 8 orang, Jumlah KK Rumah Tidak Layak Huni 558 KK, Korban Bencana Alam 152 orang, Korban Penyalahgunaan Napza 7 orang, kondisi ini merupakan permasalahan serius yang harus ditangani melalui proses pembangunan yang berkelanjutan untuk menjamin berkurangnya PMKS; 5. Kurangnya sarana dan prasarana air bersih Cakupan masyarakat terhadap akses air minum baru mencapai 41, 9 % pada tahun 2011 dan menurun menjadi 37, 9% pada tahun Keberadaan sumber air bersih hanya ada di beberapa kecamatan saja seperti Kecamatan Teluk Bintan, Teluk Sebong, Mantang, Seri Kuala Lobam, Bintan Pesisir, Gunung Kijang dan Kecamatan Toa Paya yang umumnya berasal dari sumur gali sehingga dalam jangka panjang pada musim kemarau di kuatirkan akan kekurangan air bersih. 6. Masih rendahnya nilai tambah yang dapat diperoleh masyarakat dari bidang kelautan, perikanan dan pariwisata Peluang pengembangan sumberdaya ikan tangkapan di perairan Kabupaten Bintan masih bisa dikembangkan. Artinya peningkatan upaya dan armada masih memungkinkan untuk terus dilakukan agar pemanfaatan potensi bisa lebih optimal, terlebih dengan optimalisasi pelaksanaan Minapolitan. Dengan luas wilayah lautan ,33 Km2 yang merupakan 98,50 persen dari total luas wilayah, pada tahun 2011 kontribusi sektor perikanan terhadap ekonomi wilayah hanya mencapai 2,14%, demikian juga halnya dengan pariwisata, kontribusi sektor pariwisata dalam PDRB adalah 19,76% Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

141 sentra pengembangan pariwisata alam di kawasan Lagoi dan didukung sarana pariwisata dan rekreasi yang tersedia di Kabupaten Bintan berjumlah 39 buah. Jumlah sarana pariwisata paling banyak terdapat di Kecamatan Teluk Sebong yaitu 23 buah, dan yang paling sedikit terdapat di Bintan Pesisir yaitu 1 buah, kondisi ini belum mampu menjadi daya ungkit untuk peningkatan perekonomian masyarakat secara optimal. 7. Belum terpenuhinya fasilitas perekonomian yang menjamin optimalnya pemerataaan distribusi dan kemampuan dalam konsumsi bahan pangan serta barang dan jasa ke masyarakat Kesejahteraan tidak hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga belanja yang dikeluarkan. Secara umum terjadi peningkatan kemampuan daya beli masyarakat selama periode di Kabupaten Bintan. Daya beli Kabupaten Bintan Tahun 2009 tercatat sebesar 644,59 ribu per orang per bulan dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 646,57 ribu. Pada tahun 2011 daya beli masyarakat Kabupaten Bintan telah mencapai 650,00 ribu. Bila dibandingkan dengan daya beli secara Nasional dan daya beli Provinsi Kepulauan Riau maka daya beli masyarakat Kabupaten Bintan telah lebih baik dari daya beli secara Nasional dan daya beli Provinsi Kepulauan Riau, tetapi dari data Susenas 2011 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Bintan menghabiskan sekitar 51,53 persen dari pengeluarannya untuk belanja makanan atau lebih dari separuhnya, sehingga perlu dukungan pemerintah untuk mendekatkan produk-produk tersebut ke masyarakat dan mengantisipasi terjadinya kenaikan inflasi. 8. Masih terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terjadi di daratan dan lingkungan perairan. Untuk perairan, seperti kawasan laut dan pesisir sedangkan di daratan terjadinya polusi, pencemaran akibat sampah dan pertambangan tanpa izin (pasir darat dan bauksit) serta kerusakan kawasan konservasi/hutan. Pencemaran perairan (laut) masih sering terjadi, dalam hal ini penangannya harus melibatkan instansi vertikal dan beberapa pihak terkait, termasuk perlu peningkatan penanganan kerusakan mangrove. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

142 Sedangkan untuk pertambangan potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan berupa pasir, bauksit dan batu granit. Luas lahan kawasan pertambangan adalah sebesar Ha yang lokasinya berada di Kecamatan Teluk Bintan, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur dan Kecamatan Gunung Kijang.kawasan pertambangan tersebar merata di Kabupaten Bintan di antaranya di Kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara, Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan Teluk Bintan, dan Kecamatan Gunung Kijang. Pertambangan tanpa ijin masih terus berjalan, sehingga perlu diperkuat pengawasan dan pengendaliannya untuk memperbaiki kondisi lingkungan serta perlu peningkatan kinerja rehabilitasi kawasan eks tambang dan kehati-hatian dalam proses eksploitasi yang sekarang masih berjalan dengan memperhatikan Precautionary Principle (prinsip kehatihatian) agar tidak merusak lingkungan serta penanganan penambangan ilegal walaupun sudah ada peraturan perundang-undangan yang melarang ekspor bauksit dalam bentuk Raw Material. 9. Masih kurangnya keahlian/ keterampilan masyarakat berdasarkan potensi daerah Survey tenaga kerja (SAKERNAS) 2011 terdapat jiwa penduduk angkatan kerja dan sekitar 92,38 persen diantaranya telah bekerja. Dari penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 24,90 persen bekerja di sektor pertanian. Sektor sektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan (20,53 persen), jasa (19,01 persen) dan industri pengolahan (12,79 persen), mengingat industri pengolahan masih didominasi oleh pengoalahan logam dan elektronik yang investasinya mencapai ,70 US $ yang menyerap tenaga kerja sejumlah orang, kondisi ini diharapkan bisa bergeser dan dikembangkan ke arah industri pengolahan khususnya subsektor marine industries dan hasil kelautan, serta jasa, khususnya pariwisata. Pengembangan sektor pertanian difokuskan kepada perikanan tangkap dan budidaya. Volume produksi perikanan pada tahun 2011 tercatat ,63 ton, dibandingkan dengan tahun sebelumnya produksi perikanan naik 88%. Nilai produksi perikanan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 186,42 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 635,92 Milyar, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

143 sehingga diharapkan muncul keahlian tenaga kerja yang akan banyak digunakan dan terserap pada sektor-sektor ini. 10. Rendahnya Rasio Masyarakat yang bekerja dan angka partisipasi kerja Pertumbuhan penduduk yang tinggi pada usia produktif terbukti dengan jumlah rata-rata pertumbuhan penduduk (Laju Pertumbuhan Penduduk) dalam rentang waktu lima tahun dari tahun adalah 2,9% per tahun. Dengan kondisi tersebut angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) tahun 2010 mencapai 49,00. Pada tahun 2011 tetap pada angka 49,00. Artinya bahwa pada tahun 2011, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 49 penduduk usia belum/tidak produktif Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada perusahaan PMA/PMDN hanya 15, 319 pada tahun Kondisi peluang lapangan kerja secara optimis dalam jangka panjang masih bisa ditingkatkan, tetapi diprediksi usia kerja dan masyarakat yang bekerja adalah masyarakat urban, sehingga perlu perhatian khusus dalam penciptaan lapangan kerja sesuai potensi daerah. 11. Belum optimalnya penggalian potensi dan pelestarian budaya, khususnya budaya Melayu dan budaya Daerah Tidak ditemukannya upaya penjabaran filosofi: Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah dalam kehidupan saat ini sebagai tanda berkarakternya kegiatan-kegiatan pada Budaya Melayu. Kegiatan kesenian di Kabupaten Bintan belum menunjukkan perkembangan yang pesat, hal ini terlihat dari masih kecilnya jumlah sanggar seni yang ada. Meskipun demikian, untuk meningkatkan peranan seni dan budaya di masyarakat pada tahun 2010 pemerintah daerah telah melakukan kegiatan pembinaan seni pada 10 sanggar seni, dan belum adanya karya seni dan budaya yang memperoleh penghargaan dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. 12. Masih belum terbentuknya sistem pemerintahan yang terintegrasi dengan tujuan pembangunan dengan berbasis Good Governance Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

144 Saat ini Kabupaten Bintan belum memiliki SKPD dengan pelayanan sesuai Standar Operasional Prosedur, dan hanya 10 SKPD yang menerapkan ISO. IKM terkait pelayanan aparatur adalah 72,46, sedangkan terkait pelayanan umum di kecamatan adalah 72,34, Hasil evaluasi Kemenpan/BPKP atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kab. Bintan adalah 30% dan SKPD yang mencapai nilai LAKIP baik, 16.67%, untuk kondisi pertanahan Kabupaten Bintan memiliki ±365 Ha Lahan Milik Pemerintah Daerah, 70% Lahan Pemda yang tidak bersertifikat dengan bersertifikat 20 sertifikat (persil), mengingat kawasan yang dikelola Pemerintah Kabupaten Bintan, termasuk Ibu Kota Kabupaten (Seri Bentan) merupakan kawasan lindung yang masih dikelola oleh Kementerian Kehutanan, secara garis besar, kondisi ini perlu diperbaiki dan diselesaikan secara komprehensif dan tuntas. Dukungan sistem yang baik dan efisien dengan berorientasi e-gov yang dimulai dari sistem perencanaan pembangunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta audit dan pertanggungjawaban harus terintegrasi dalam satu sistem dan aparatur yang kuat dan efisien. 13. Kurang optimalnya penataan dan pemanfaatan ruang sesuai dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Saat ini terdapat 1 Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), ,15 Ha luas wilayah produktif, 3362,63 HA luas wilayah industri, 104 Ha luas wilayah yang terkena banjir, dan Ha luas wilayah perkotaan, dan 2 dokumen RDTR; Tingkat kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan strategis dan Kecamatan sebesar 40%, 40% rekomendasi perizinan yang memanfaatkan kesesuaian lahan, dan tingkat Kesesuaian Pemanfaatan Ruang sebesar 50%, kondisi ini seiring perencanaan pembangunan jangka panjang, harus dipacu kesesuaian dan ketaatan dalam implementasinya sesuai Sub Wilayah Pengembangan mencapai 90%-100% Masih rendahnya peran pemuda dan perempuan dalam pembangunan Peningkatan pemuda dan perempuan (gender issues) dalam pembangunan merupakan prasyarat wajib yang harus terlibat. Optimalisasi peran selama ini melalui pemberdayaan dan pembinaan. Untuk pemuda, selain prestasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

145 dan kompetensi, diarahkan juga pada peningkatan prestasi oleh raga, even internasional seperti Tour de Bintan yang rutin diselenggarakan harus mampu melahirkan atlit-atlit lokal yang berprestasi internasional. Pembinaan telah dilakukan kepada 104 organisasi pemuda, 10 kegiatan kepemudaan, 10 unit gedung olahraga, 366 klub olahraga, 13 organisasi keluarga, dan 10 kegiatan olahraga. Komposisi peran perempuan dengan meningkatkan Indeks kesetaraan gender, angka kesetaraan pada tahun 2011 berkisar dari 24,45.dalam jangka panjang peran pemuda dan perempuan secara simultan harus ditingkatkan Aspek Daya Saing Daerah 1. Rendahnya kemampuan ekonomi Daerah PDRB AHB dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan, tetapi AHK pada tahun 2007 menurun sampai puncaknya tahu 2009, dan kembali naik pada tahun 2010 dan 2012 (fluktuatif), fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi terjadi di semua Kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Laju pertumbuhanekonomi pada level Provinsi Kepulauan Riau terus mengalami kenaikan selama periode Pertumbuhan tertinggi sebesar 7,52% terjadi pada tahun Laju pertumbuhan Bintan selama periode menjadi terendah dibandingkan kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. 2. Tingginya inflasi dan indeks harga konsumen Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan inflasi tahun 2011 Laju inflasi tahun kalender (Januari Desember) Tahun 2011 sebesar 3,32 persen, jauh lebih rendah dibanding laju inflasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,17 persen. Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 129,83 pada Bulan November 2011 menjadi 129,86 pada Bulan Desember 2011 telah menyebabkan pada Bulan Desember 2011 terjadi inflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi pada bulan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada bulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,26 persen. Intervensi menekan inflasi dan indeks harga konsumen harus dilakukan dengan berbagai cara dan treatmen yang tepat, mengingat kondisi wilayah yang tersebar di kepulauan, sehingga harus memunculkan kebijakan daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

146 yang mampu menjaga keseimbangan dan menjaga stabilitas harga yang berlaku. 3. Belum optimalnya iklim investasi daerah, industri kecil menengah dan masih rendahnya fokus pengembangan ekonomi berbasis kelautan dan pariwisata Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah kurangnya percepatan penanganan perijinan, masih tingginya angka kriminalitas dan rendahnya daya saing investasi dengan daerah lain. Selama ini belum ada MOU/perjanjian kerjasama bidang perekonominan yang dihasilkan,meskipun pengawasan yang terkait dengan kebijakan perekonomian daerah sebanyak 200 perusahaan. Di Kabupaten Bintan terdapat 100 unit usaha industri kecil dan menengah, 26 unit usaha terkait agroindustri dan hasil hutan, 1 unit usaha yang terkait dengan pengolahan limbah industri, 6 unit usaha terkait dengan industri kerajinan rumah tangga. Terdapat 1700 Izin investasi. Rasio PMA/PMDN sebesar 1/3 dan investasi perusahaan berskala nasional sebesar USD. Rasio daya serap tenaga kerja 138,05. Peluang pengembangan investasi pada bidang ini dalam jangka panjang sangat memungkinkan, bahkan bisa naik menjadi 7-10 kali lipat sampai pada tahun Masih rendahnya infrastruktur dasar (basic infrastructure) dan ifrastruktur penunjang sebagai complementary pusat pertumbuhan kawasan ASEAN Berdasar kondisi jalan, tingkat kemantapan jalan sebesar 80%, dalam kurun waktu dua tahun terakhir tidak ada panjang jalan tanah yang dibangun (Lintas Timur dan Jalan Strategis Lainnya), panjang jalan aspal dibangun dan ditingkatkan sebesar 5.25 Km. Dukungan infrstruktur yang mampu dimanfaatkan dalam skala nasional dan internasional adalah pelabuhan internasional dan bandara udara. Integrasi sistem transportasi antar moda baik di darat maupun perairan harus terwujud pada tahun Ketersediaan pelabuhan laut yang ada saat ini berjumlah 53 buah, terdiri dari 32 buah pelabuhan rakyat, 4 buah pelabuhan yang berada dalam kawasan KPBPB, 13 buah pelabuhan DUKS (Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri), dan 4 buah pelabuhan khusus negara. Pembangunan Bandara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

147 udara berstandar internasional harus diwujudkan untuk menguatkan daya saing daerah, sebagai complementary Batam dan Singapura, Zona Bandar Udara yang disediakan seluas 107,06 Ha harus ditambah menyesuaikan kebutuhan standar internasional, sedangkan pelabuhan laut skala internasional sebagai complement batam dan Singapura dapat segera diwujudkan karena telah ditetapkan Zona Pelabuhan seluas 2.951,55 Ha (perairan) 4. Masih dijumpai kriminalitas di masyarakat yang tinggi Kabupaten Bintan memiliki kepadatan penduduk dan permasalahan sosial yang tidak terlalu tinggi, tetapi masih menghadapi gangguan stabilitas sosial dengan adanya tindak pidana (kriminalitas) yang terjadi di masyarakat. Angka kriminalitas di Kabupaten Bintan pada tahun 2008 mencapai 5,73 % dan sampai dengan tahun 2011 sedikit mengalami kenaikan menjadi 6.22 %, tetapi dari sisi korban pada Tahun 2011 angka kriminalitas cenderung meningkat dibandingkan tahun 2010 yang terlihat dari meningkatnya angka Indeks Korban kejahatan dari 95,16 pada tahun 2010 menjadi 112,3 pada tahun Kondisi ini akan sangat mempengaruhi daya saing daerah, khususnya iklim investasi dan jaminan rasa aman dan nyaman dalam masyarakat. Upaya penurunan tindak pidana harus dilaksanakan secara integratif dengan bersinergi bersama aparatur penanggung jawab keamanan (POLRI) dan stake holder-nya. 5. Masih kurangnya inovasi daerah dan lemahnya daya saing daerah dalam era global Inovasi dan daya saing sangat berkaitan, inovasi untuk memajukan aerah sangat dibutuhkan untuk penguatan daya saing daerah, khususnya Bintan yang memiliki posisi strategis di kawasan ASEAN dan Asia, selama ini belum ada data yang bisa menunjukkan hasil inovasi daerah dan keunggulan kompetitif sebagai kekuatan daya saing berskala nasional dan internasional. Penguatan yang diperlukan dalam pembangunan jangka panjang adalah: peningkatan kualitas aparatur yang berstandar internasional baik dari sisi pelayanan maupun kemampuan perseorangan, minimal pengetahuan dan pemahaman bahasa internasional beserta attitude nya. Pelayanan dasar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

148 khususnya pendidikan dan kesehatan seharusnya di arahkan untk berstandar (kualifikasi) internasional, mengingat berlakunya FTZ, AFTA 3 dan AFTA dalam waktu dekat, dimulai tahun Standar pelayanan dan standar operasional pemerintahan Kabupaten Bintan harus dirintis menggunakan standar dan skill internasional, dengan didukung sarana dan prasarana, infrastruktur dan potensi daerah yang tergali secara optimal. Kabupaten Bintan bisa diandalkan menjadi pusat pertumbuhan industri kelautan dan pariwisata alam. Gejala dan bibit pertumbuhannya sudah nampak, tinggal policy/kebijakan dan dukungan semua pihak untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhannya Isu Strategis Isu strategis dapat berasal dari dalam berupa permasalahan pembangunan maupun yang berasal luar dalam skala regional, nasional maupun international. Sesuai isu-isu strategis yang telah dihasilkan dalam tahap perumusan yang dilaksanakan dengan focus group discussion, dituangkan dalam bab ini. Dalam penyajian isu strategis ini difokuskan pada isu dengan kategori long term issues yang diharapkan akan dapat memberikan pengaruh dimasa datang terhadap pembangunan jangka panjang daerah. Identifikasi isu yang bersifat strategis diharapkan akan mempermudah menyatukan pandangan tentang prioritas pembangunan dan secara teknokratis dapat menjelaskan secara objektif serta memadai kepada semua pemangku kepentingan. Analisis terhadap isu-isu yang bernilai strategis merupakan bagian penting dan perannya sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah disamping bersifatmelengkapi tahapan proses yang telah dilakukan sebelumnya. Merupakan satu keharusan bahwa suatu perencanaan pembangunan bukan hanya dibuat untuk dan agar dapat diterima oleh komunitas internal organisasi pembuatnya dalam hal ini pemerintah daerah -- melainkan harus dapat diterima semua pihak di luar organisasi. Oleh karena itu pencermatan dan penelahan lingkungan eksternal haruslah mendapat bagian yang memadai dalam proses perencanaan yang bersifat strategis. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

149 Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal, khususnya selama 20 (dua puluh) tahun yang akan datang diidentifikasi dengan baik maka pemerintah daerah dapat mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas pemerintahan daerah dan masyarakat dimasa datang. Gambar 3.1 Bagan Alir Isu Strategis Isu strategis Internasional ASEAN FTA, FTZ, AFTA,ACFTA MDGs Isu Strategis Nasional Kebijakan RPJPN, MP3Ei Isu Strategis Regional RPJP Prov Keppri Isu Strategis Internal Kab Bintan Berdasar studi dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal pokok yang menjadi isu strategis Wilayah Kabupaten Bintan yang dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu: internasional, nasional dan regional dan lokal 3.3. Isu Strategis Internasional Selain Millenium Development Goals (MDGs),isu strategis internasional dapat digunakan sebagai daya ungkit untuk memiliki daya saing yang handal. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan strategi yang tepat melalui penyediaan infrastruktur yang memadai, sumber daya yang berkualitas, manajemen pengelolaan wilayah yang efektif mampu mengekspos potensi daerah. Untuk menghadapi hal ini diperlukan sinergitas antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat yang dilandasi dengan visi yang jauh ke depan, terukur, dan memperhatikan potensi yang ada. Dalam kerangka regionalisasi ekonomi yang meliputi ASEAN Free Trade Area (AFTA), AFTA+3 (Jepang, China, Korea Selatan), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

150 ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan Asian Pacific Economic Cooperation (APEC), serta dimulainya FTZ (Free Trade Zone) yang akan langsung berdampak pada pembangunan di wilayah kabupaten Bintan Isu Strategis Nasional Kebijakan RPJPN Isu strategis nasional bertumpu pada arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN ) dengan rincian arahan sebagai berikut : a. Mewujudkan Masyarakat Yang Berakhlak Mulia, Bermoral, Beretika, Berbudaya, dan Beradab Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, danberetika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yangpenuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di samping itu, kesadaranakan budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yangsesuai dengan nilainilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklimkondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilaikebangsaan. b. Mewujudkan Bangsa Yang Berdaya-Saing Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagitercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi danmampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk (a)mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

151 c. Mewujudkan Indonesia yang Demokratis BerlandaskanHukum Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan, dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasa rmasyarakat secara maksimal. Untuk mewujudkan Indonesia yang demokratis dan adil dilakukan dengan memantapkan pelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil sehingga proses pembangunan partisipatoris yang bersifat bottom up bisa berjalan; menumbuhkan masyarakat tanggap (responsive community) yang akan mendorong semangat sukarela (spirit of voluntarism) yang sejalan dengan makna gotong royong; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin perkembangan dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil. d. Mewujudkan Indonesia Yang Aman, Damai dan Bersatu Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi,dan budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan kemampuan pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan dalam berbagai bentuk kejahatan dan potensi konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai bidang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

152 e. Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju,mandiri dan adil. f. Mewujudkan Indonesia yang Asri dan Lestari Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju,mandiri, dan adil, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan. g. Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasiskan Kepentingan Nasional Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi. h. Mewujudkan Indonesia yang Berperan Aktif DalamPergaulan Internasional Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara konsisten. Sebagai negara yang besar secara geografis dan jumlah penduduk, Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan membentuk opini internasional dalam rangka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

153 memperjuangkan kepentingan nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur, Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat Pengembangan Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Isu nasional dalam pengembangan koridor Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia, dengan dibangunnya infrastruktur yang membuka jaringan selat Malaka melalui Batam. Berikut adalah ilustrasi jembatan antar Negara di Selat Malaka melalui Batam (sumber:pre-feasibility Study of Mallaca Strait Crossing, M.Sjahdanulirwan, Tatang Dahlan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, 2010) Gambar 3.2 Telaah Koridor Pengembangan Dalam MP3EI Sumber: Dok MP3EI Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

154 Isu Strategis Regional Isu strategis regional yang bisa diformulasikan dari Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut: 1. Kualitas dan Hasil Capaian Pembangunan Kualitas pembangunan dilihat dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Provinsi Kepulauan Riau tahun 2005 berada diurutan 8 dari 33 provinsi dengan 72,2 poin dan tahun 2006 naik diurutan 7 dengan 72,79 poin.selanjutnya tahun 2007 IPM Kepulauan Riau naik lagi diurutan 6 dengan 73,68 poin jauh lebih tinggi dibanding tahun 2004 dengan 70,8 poin. Dengan demikian potensi dan peluang pembangunan di masa yang akan datang adalah dengan mempertahankan kondisi yang ada dan meningkatkan ke arah yang lebih baik. Angka Harapan Hidup (AHH) setiap tahun semakin baik yaitu Tahun 2005 sebesar 69,5 tahun naik dibanding Tahun 2004 sebesar 68,8 tahun. Pada tahun 2006 AHH mencapai 69,6 tahun dan naik lagi pada tahun 2007 mencapai 69,9 tahun. Sebagai bagian dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), AHH perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara mempertahankan atau menurunkan angka kematian bayi (AKB) dari 35 per 1000 kelahiran hidup (sedangkan Nasional 46 perkelahiran hidup) menjadi 20 per 1000 kelahiran pada tahun 2025, Angka Kematian Ibu melahirkan, gizi buruk serta usia harapan hidup masih rendah yaitu 105 per 100 ribu ibu melahirkan. Sementara itu, Angka Melek Huruf tahun 2007 sebesar 94,6 % naik dibanding tahun 2006 sebesar 93%. Sedangkan tahun 2005 sebesar 96 % yang berarti labih tinggi dari tahun terakhir. Adapun angka rata-rata Nasional adalah 88,4 %. Terjadinya fluktuasi angka melek huruf dapat disebabkan oleh tingginya migrasi setiap tahun terutama adanya migrasi yang tidak terdidik. 2. Pluralitas Sosial Budaya Dilihat dari aspek sosial dan budaya, Provinsi Kepulauan Riau dapat disebut sebagai miniatur Indonesia, karena terdiri dari ribuan pulau dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

155 didalamnya hidup dan berkembang penduduk dengan pluralitas agama, suku dan budaya dengan tetap dipayungi oleh budaya Melayu guna mendukung kebudayaan nasional. Hampir semua suku bangsa dari seluruh provinsi dan berbagai pemeluk agama ada di Kepulauan Riau.Dengan demikian, keanekaragaman sosial serta aneka ragam suku dan agama dengan menjunjung tinggi kerukunan dan persatuan yang kuat merupakan modal sosial baik dalam pembangunan daerah maupun untuk ketahanan nasional. Potensi ini merupakan kekuatan sangat penting jika dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya bagi pelaksanaan pembangunan maupun dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan bangsa yang merupakan pondasi pembangunan. 3. Geografis dan Geostrategis Negara Republik Indonesia memiliki lebih pulau, 14 % diantaranya ada di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki pulau sebanyak buah. Karena itu Kepulauan Riau dijuluki dengan Segantang lada. Di antara pulau yang banyak tersebut terdapat 19 buah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam. Posisi dan kondisi geografis berada di jalur perdagangan dan lalulintas perdagangan terpadat dunia yaitu Selat Malaka. Kondisi ini secara geopolitik dan geostrategis menjadikan Kepulauan Riau sebagai wilayah kepulauan yang strategis. Provinsi Kepulauan Riau berpeluang besar menjadi daerah maju, berdaya saing dan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Bagian Barat Indonesia. Hanya saja untuk mencapai itu, perlu percepatan pembangunan melalui optimalisasi potensi sumberdaya lokal terutama sumber daya manusia yang profesional, memiliki etos kerja dan mandiri untuk pengelolaan potensi sumber daya alam dan potensi lainnya. Posisi silang yang merupakan lintasan jalur pelayaran dari Barat ke Timur dan sebaliknya menjadi potensi besar bagi Kepulauan Riau jika dimanfaatkan secara optimal. 4. Sumberdaya Alam Kepulauan Riau memiliki potensi perikanan, kelautan, bahan tambang dan mineral serta minyak dan gas yang melimpah. Pengelolaan potensi ini masih kurang 5 %, dan ini merupakan kekuatan yang menentukan pembangunan di masa yang akan datang. Potensi perikanan di Kepulauan Riau sekitar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

156 ton, potensi minyak bumi yang terletak di Natuna dan Kepulauan Anambas diperkirakan sebesar 298,81 MMBO, gas alam di lokasi yang sama sebesar 55,3 TSCF. Sebaran kawasan pertambangan lepas pantai di wilayah Kepulauan Riau terdapat di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas. Potensi Timah terdapat di Karimun dengan jumlah m 3, Bauksit berjumlah 15 juta Ton di Bintan dan 880 ribu Ton di Tanjungpinang. Potensi lain seperti Granit sebesar 815,9 juta Ton di Karimun dan 42,4 juta Ton di Bintan. Sedangkan Pasir darat sebesar 16,8 juta Ton di Karimun dan 23,026 juta Ton di Bintan ditambah dengan pasir laut sejumlah 7 milyar Ton di Karimun dan 2,2 milyar Ton di Bintan. Potensi sumber daya hutan di Kepulauan Riau merupakan potensi sebagai penyangga kehidupan, khususnya sebagai potensi perlindungan dan konservasi berbagai kegiatan pemerintahan, masyarakat, industri,dan keamanan. Dengan adanya aneka macam tipe sumber daya hutan, seperti hutan tropika basah dataran rendah, hutan tropika basah pegunungan dan juga hutan mangrove, maka diharapkan terjaga sumber kehidupan seperti pelestarian sumber air, tanah, dan keanekaragaman sumber daya hayati. Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi sumberdaya mineral dan energi yang melimpah, seperti minyak dan gas bumi, timah, bauksit, granit, batupasir (batupasir kwarsa), dan kaolin yang tersebar di beberapa kabupaten. Kekayaan sumberdaya mineral dan energi tersebut potensi pengelolaannya kurang dari 5 %, sehingga merupakan kekuatan yang menentukan bagi pembangunan di masadatang. Dengan kekuatan potensi sumberdaya energi Provinsi Kepulauan Riau yang mempunyai cekungan sedimen tersier Natuna, di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas mempunyai cadangan potensi minyak bumi sebesar MMBO dan cadangan potensi gas bumi sebesar 55.3 TSCF, maka wilayah ini akan menjadi penyangga pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional yang sangat signifikan. Pemerintah merencanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik berdaya mega watt secara nasional, mestinya tidak terlepas dengan potensi sumberdaya energi Provinsi Kepulauan Riau sebagai salah satu lokasi pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi atau gas bumi disamping sumber energi lain seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

157 pembangkit listrik dengan memanfaatkan batubara. Sedangkan kebijakan level Provinsi dalam jangka panjang adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Memiliki Kepribadian dan Berakhlak Mulia Menciptakan kondisi dimana masyarakat Kepulauan Riau yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sangat penting sebagai landasan bagi pelaksanaan pembangunan yang lain. Sikap mental dan moral mencerminkan budaya suatu masyarakat akan menjadi ukuran bagi pihak luar dalam memandang Kepulauan Riau. Pencitraan dan penilaian pihak luar terhadap Kepulauan Riau merupakan kondisi riil yang menjadi sebuah nilai bagi masyarakatnya untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian tersebut. 2. Mewujudkan Sumberdaya Manusia Kepulauan Riau yang Berkualitas Pendidikan, Memiliki Etos Kerja dan Produktivitas Yang Tinggi Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal dalam meningkatkan daya saing daerah baik skala nasional dan global. Pendidikan akan mepengaruhi etos kerja dan akhirnya meningkatkan daya saing. Daya saing akan memberikan kelenturan berpikir dan bertindak dalam mengelola peluang dan meningkatkan tantangan menjadi peluang. Untuk mewujudkan sumber daya manusia Kepulauan Riau yang berkualitas pendidikan, memiliki etos kerja dan produktivitas yang tinggi perlu didukung dengan kebijakan pembangunan. 3. Meningkatkan Daya Saing Daerah Agar Mampu Melaksanakan Pembangunan Dalam Perekonomian Nasional dan Global Khususnya Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata Kemajuan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh kuatnya pemerintahan namun juga oleh kualitas sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia antar satu daerah dengan daerah lain memiliki relativitas kemampuan. Untuk mengukur kemampuan daerah dalam pergaulan secara nasional dan global agar tetap eksis dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing. Daya saing daerah meliputi seluruh potensi baik sumberdaya alam (SDA), sumberdaya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

158 buatan (SDB), sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya sosial (SDS) secara bersama-sama dan terintegrasi mencerminkan kondisi daerah. Untuk mewujudkan peningkatan daya saing daerah agar mampu melaksanakan pembangunan dalam perekonomian nasional dan global. 4. Mewujudkan Masyarakat Kepulauan Riau yang Dapat Memenuhi Seluruh Kebutuhan Dasar Hidupnya Secara Layak Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang seluruh kebutuhannya terpenuhi dengan ketersediaan bahan kebutuhan pokok dan pelayanan dasar yang terjangkau. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan ekonomi daerah dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan masyarakat Kepulauan Riau yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar hidupnya secara layak arah kebijakan yang dilakukan mencakup aspek sosial, ekonomi, infrastruktur dan lainya. 5. Mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Salah Satu Pusat Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam Bidang Industri Pengolahan, Perikanan dan Kelautan serta Pariwisata Secara kodrati Kepulauan Riau berdekatan dengan negara yang sudah maju seperti Singapura dan Malaysia serta didukung oleh kebijakan pemerintah yang menetapkan Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan strategis nasional. Potensi dan peluang tersebut hanya akan memberi manfaat jika dilakukan perencanaan yang komprehensif dalam menatap masa depan Kepulauan Riau yang lebih maju. Dengan potensi yang ada, keinginan untuk menjadikan Kepulauan Riau sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa ditunda lagi Isu Strategis Lokal Isu strategis yang bisa dimunculkan dari skala lokal, khusus kabupaten Bintan antara lain berupa: 1. Isu Ekonomi Dalam bidang ekonomi, ada 4 isu strategis di anggap paling penting Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

159 seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Identifikasi Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Ekonomi Prioritas No 1 Isu Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas 2 Pengembangan Kawasan Minapolitan 3 Pegembangan Parawisata 4 Peningkatan Aksebilitas Ke Pulau- Pulau Kecil 5 Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara berskala internasional Pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Internasional Pemerintah Kabupaten Bintan mendukung program pemerintah pusat yaitu pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas di Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup wilayah yang lebih luas meliputi wilayah Batam, Bintan, dan Karimun. Upaya pengembangan kawasan khusus tersebut juga mendapat dukungan dari Pemerintah Singapura dengan ditandatanganinya Nota Kesepakatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Singapura pada tanggal 25 Juni 2006 tentang Kerjasama Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus di Provinsi Kepulauan Riau. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, Bintan, Karimun (BBK) merupakan salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan kandidat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam bentuk KPBPB. Terkait dengan pengembangan kawasan ini, telah terdapat suatu proses penandatanganan kesepakatan kerjasama ekonomi antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura. Kesepakatan kerjasama tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan adanya penetapan lokasi pengembangan KPBPB melalui Peraturan Pemerintah No.46/2007 untuk KPBPB Batam, PP No.47/2007 untuk KPBPB Bintan dan PP No.48/2007 untuk KPBPB Karimun. Dalam rangka upaya operasionalisasi KPBPB Batam, Bintan, Karimun telah ditetapkan pula Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

160 Peraturan Presiden No. 9, 10, dan 11 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan KPBPB Batam, Bintan, Karimun sebagai bentuk kelembagaannya. Selain kebijakan-kebijakan tersebut diatas yang telah menjadi komitmen Pemerintah Indonesia, maka bila ditinjau dari aspek sistem perkotaan nasional dan posisi geografisnya, kawasan BBK ini juga memiliki potensi besar, antara lain: Fungsi Kawasan BBK secara nasional adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang strategis; Secara geografis, kawasan BBK terletak pada jalur perdagangan internasional yang menjadikannya sebagai pintu gerbang masuknya arus investasi asing ke Indonesia, terutama karena kedekatannya dengan Singapura dan Malaysia. Apabila didukung dengan keberadaan infrastruktur yang sesuai dan kompetitif, maka kawasan ini dapat menjadi kawasan yang kompetitif dan berdaya saing tinggi; Kawasan BBK terletak di tengah pasar internasional (Singapura, China, India, Australia, dan pasar dunia yang lebih luas lainnya). Dalam PP tersebut lokasi FTZ Bintan terdiri dari kawasan Bintan Utara dengan liputan wilayah hampir setengah pulau Bintan. Disamping itu, terdapat 5 lokasi lain yang berupa enclave yaitu kawasan Anak Lobam, kawasan maritim Bintan Timur, kawasan Galang Batang, kawasan Senggarang dan kawasan Dompak. Pulau Bintan merupakan wilayah yang cukup siap untuk menarik investasi. Keberadaan bonded zones di Bintan menyebabkan kawasan ini tidak asing lagi bagi investor yang ingin menanamkan investasinya di sektor industri manufaktur. Selain itu, Bintan selama ini juga telah menjadi lokasi kunjungan wisatawan mancanegara, walaupun yang terbesar masih berasal dari Singapura. Ditinjau dari sisi infrastruktur, sekalipun belum sebaik Batam, namun Bintan telah memiliki fasilitas pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Dengan adanya pemekaran wilayah, maka Kota Tanjung Pinang menjadi suatu wilayah administratif yang berdiri sendiri. Namun demikian, dalam konteks KEK BBK, penyebutan Bintan akan secara implisit diartikan sebagai keseluruhan pulau Bintan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

161 Pengembangan Kawasan Minapolitan Pemerintah melalui kebijakannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan pada Pasal 63 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Ini berarti bahwa model-model pemberdayaan akan terus bergulir sehingga penentuan model pemberdayaan yang berbasis sosio-ekologi dan karakteristik daerah nelayan adalah hal yang sangat perlu untuk dilakukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, maka wilayah perairan Kabupaten Bintan termasuk salah satu kawasan minapolitan yang ada di Indonesia. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah ,54 Km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.946,13 Km2 dan wilayah laut seluas ,33 km2 (97,74%). Pada tahun 2009, volume produksi perikanan mencapai ,35 Ton dan mengalami peningkatan produksi sebesar 4,18 persen dari tahun sebelumnya, dengan nilai produksi mencapai 157,76 Milyar Rupiah atau meningkat sebesar 3,56%. Hal ini menunjukan bahwa potensi perikanan di Kabupaten Bintan cukup besar, mengingat luas perairan yang jauh lebih besar dibandingkan luas daratannya. Berdasarkan potensi yang ada maka Pemerintah Kabupaten Bintan melalui SK Bupati Bintan No : 377/VIII/2010, telah menetapkan Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Bintan Timur sebagai kawasan Minapolitan di Kabupaten Bintan dengan fokus pengembangan perikanan tangkap di Kecamatan Bintan Timur dengan komoditas ikan pelagis dan demersal, serta pengembangan perikanan budidaya di Kecamatan Mantang dan Kecamatan Bintan Pesisir dengan komoditas rumput laut, kerapu dan teripang. Dengan di tetapkannya Kabupaten Bintan sebagai salah satu daerah kawasan minapolitan dimana Kecamatan Mantang Sebagai Tempat Budidaya, Kecamatan Bintan Timur, dan Kecamatan Bintan Pesisirsebagai sentra pemasaran dan Kecamatan Bintan Pesisir sebagai penagkapan ikan dan budidaya rumput laut. Potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan sangat besar karena hampir 98% wilayah Kabupaten Bintan adalah lautan. Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Bintan terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi kelautan, industri Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

162 sumberdaya laut-dalam dan pemanfaatan muatan barang kapal tenggelam, wisata bahari dan potensi mangrove dan terumbu karang. Komoditas hasil kelautan dan perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Bintan merupakan komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed), padang lamun (seagrass), ikan dan biota laut ekonomis tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan. Pegembangan Pariwisata Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau yang diimplementasikan ke dalam 6 (enam) Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata, maka Kabupaten Bintan ini termasuk dalam Unit Pengembangan Wilayah Pariwisata B yang pengembangannya diarahkan pada pengembangan wisata terpadu (Kawasan Lagoi dan Kuala Sempang), ekowisata (Kawasan Air Terjun Gunung Bintan), wisata religi/sejarah (Kawasan Kota Kara dan Bukit Batu), wisata bahari (Kawasan Lagoi, Sakera Tanjung Uban di Kecamatan Bintan Utara, Kawasan Trikora di Kecamatan Gunung Kijang, kawasan Berakit dan beberapa pulau di Kecamatan Tambelan, Bintan Pesisir dan Mantang), Desa Wisata (Kawal dan Teluk Bakau di Kecamatan Gunung Kijang, Sebong Pereh, Sei Kecil, Sebong Lagoi dan Berakit di Kecamatan Teluk Sebong, Malang Rapat, serta Bintan Bekapur di Kecamatan Teluk Bintan). Peningkatan Aksesibilitas Ke Pulau-Pulau Kecil Wilayah Kabupaten Bintan berupa wilayah yang terdiri atas beberapa gugusan pulau besar dan kecil, sehingga membutuhkan penyediaan prasarana dan sarana wilayah dengan biaya tinggi (high cost), sehingga aksesibilitas menuju ke beberapa gugus pulau kecil di Kabupaten Bintan, terutama ke Pulau Tambelan terbatas. Selain itu belum meratanya penyediaan prasarana dan sarana sosial ekonomi wilayah, khususnya di beberapa pulau kecil, merupakan salah satu isu utama di Kabupaten Bintan. Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara Selain jaringan jalan, rencana pengembangan sistem jaringan trasportasi darat juga diarahkan pada pembentukan simpul-simpul transportasi yaitu berupa terminal transportasi darat, pelabuhan dan lapangan udara. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

163 2. Isu Sosial Masyarakat Dalam bidang Sosial-Masyarakat, ada 2 isu strategis di anggap paling penting seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel 3.2 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Sosial Masyarakat Prioritas No Isu 1 Pemerataan Penduduk dan Peningkatan Pelayanan Dasar 2 Sinkronisasi Kebijakan/Aturan Pemerataan Penduduk Dan Pelayanan Dasar Pada tahun 2008 penduduk Kabupaten Bintan tercatat jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki jiwa dan jenis kelamin perempuan jiwa dengan jumlah penduduk terbesar tedapat di Kecamatan Bitan Timur ( jiwa), sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Mantang (3.673 jiwa). Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2004 yang berjumlah jiwa, maka laju pertumbuhan penduduk dari tahun sebesar 1,62 % per tahun. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Bintan Utara dengan tingkat kepadatan sebesar 64 jiwa/km 2, dan wilayah di Kabupaten Bintan yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah di Kecamatan Tambelan dan Teluk Sebong dengan tingkat kepadatan sebesar 28 jiwa/km 2. Karakteristik geografis yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil menyebabkan jarak menjadi kendala sehingga pembangunan menjadi kurang merata. Selain itu keberpihakan yang terlalu besar pada FTZ belum dirasakan dampak multiplier-nya terhadap kemerataan kesejahteraan masyarakatbelum optimalnya pelayanan dasar ke beberapa pulau-pulau kecil di Kabupaten Bintan menjadi salah satu isu utama, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya aksesibilitas menuju remote area. Sinkronisasi Kebijakan dan Aturan Banyak kebijakan antar sektor dan antar daerah yang belum padu dan sinkron sehingga tumpang tindih bahkan bertabrakan satu sama lain. Sinkronisasi kebijakan di sini adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah harus dimiliki sebelum Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

164 pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud antara lain berupa izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang. Dengan demikian, perizinan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Bintan, dikeluarkan oleh sesuai dengan kewenangan masing-masing yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Isu Lingkungan Dalam bidang Lingkungan, ada 4 isu strategis di anggap paling penting seperti terlihat dalam table berikut: Tabel 3.3 Isu-isu Kunci / Strategis Aspek Lingkungan Prioritas No Isu Kecenderungan Untuk Kawasan Lindung Untuk 1 Budidaya 2 Peningkatan Kualitas Lingkungan 3 Pengolahan Sampah 4 Peningkatan Kualitas Air Baku Kecendrungan Untuk Kawasan Lindung Untuk Budidaya Isu kawasan lindung untuk budidaya muncul karena banyak kegiatan pembangunan baik berupa pembangunan permukiman perkotaan maupun tambang yang merusak kelestarian hutan. Tentunya ini akan dapat mengancam kelangsungan kehidupan di wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulaupulau kecil yang umumnya memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan air tawar. Keberadaan hutan memiliki fungsi penting untuk dapat menjaga fungsi tata air dan menjamin ketersediaan air bersih di wilayah Kabupaten Bintan yang terdiri dari pulau-pulau kecil. Selain itu kehilangan hutan akibat pemangkasan lahan yang umumnya berbukit untuk permukiman perkotaan juga mengakibatkan meluasnya kawasan rawan kejadian bencana tanah longsor. Peningkatan Kualitas Lingkungan Pencegahan pencemaran darat, perairan dan laut juga menjadi isu lingkungan yang menjadi prioritas. Hal ini terkait dengan berkembangnya aktivitas industri, pertambangan dan permukiman yang seringkali tidak dilengkapi dengan perencanaan dan instalasi pengolahan sampah dan limbah yang memadai. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

165 Sebagai akibatnya kondisi lingkungan menjadi semakin buruk karena perkembangan berbagai aktivitas tersebut. Dengan daya dukung lingkungan pulau kecil yang terbatas, maka pencemaran darat, perairan dan laut ini akan mengganggu keberlangsungan ekosistem termasuk juga aktivitas ekonomi masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Bintan. Banyaknya aktifitas pembangunan yang tidak dilengkapi dengan AMDAL juga menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Selain itu, kurang optimalnya pengawasan terhadap kegiatan pembangunan juga akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Pengolahan Sampah Sistem pengelolaan sampah dititik beratkan untuk mencegah terjadinya masalah-masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan, timbulnya genangan, gangguan estetika dan penyebaran penyakit. Dalam implementasinya pengembangan sistem pengelolaan persampahan diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, yang penanganannya diprioritaskan untuk daerah-daerah pusat kota yang belum mendapat pelayanan dan daerah permukiman baru. pengolahan sampah yang dilakukan di TPA dengan cara sistem open dumping, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi sistem lahan urug (sanitary land fill) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate (cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu sampah-sampah yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan dari sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi. Pencegahan Dan Pencemaran Air Baku Pencemaran perairan dapat mengganggu ketersediaan air baku dan aktivitas perikanan budidaya air tawar, sedangkan pencemaran laut akan mengganggu keberlangsungan aktivitas perikanan tangkap maupun budidaya laut.kabupaten Bintan sangat mengandalkan sumber air permukaan sebagai sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk air minum. Alternatif lain pemenuhan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

166 kebutuhan air minum dapat dilakukan dengan membuat bak-bak penampung air hujan yang dikelola secara individu, berupa sumur penampungan air hujan yang dibuat di halaman rumah dengan menggunakan material yang lulus air dan tahan longsor, serta harus bebas dari kontaminasi atau pencemaran limbah. 4. Isu-isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Bintan Hasil kompilasi isu-isu kunci maka diperoleh 10 (sepuluh) isu kunci pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bintan. Tabel 3.4 Daftar 10 Isu Kunci Pembangunan Berkelanjutan Di Kabupaten Bintan No ISU ASPEK EKONOMI 1. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Bebas Dan Pelayaran Bebas 2. Pengembangan Kawasan Minapolitan 3. Pengembangan Parawisata 4. Peningkatan Aksebilitas Ke Pulau- Pulau Kecil 5. Pengembangan infrastruktur jalan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara ASPEK SOSIAL 6 Pemerataan Penduduk Dan Peningkatan Pelayanan Dasar 7 Sinkronisasi Kebijakan/Aturan ASPEK LINGKUNGAN 8 Kecendrungan Untuk Kawasan Lindung Untuk Budidaya 9 Peningkatan Kualitas Lingkungan 10 Pengolahan Sampah 11 Peningkatan Kualitas Air Baku 5. Isu Pengembangan Wilayah Berdasarkan Rencana Tata Ruang Pusat Kegiatan. Dalam menentukan isu strategis dan visi, misi serta arah kebijakan pembangunan perlu dipertimbangkan perwilayahan pembangunan secara keruangan dan pusat kegiatan yang direncanakan. Kabupaten Bintan direncanakan dibagi menjadi 4 (empat) SWP sebagai berikut : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

167 1. SWP I ; 3 Kecamatan, Teluk Bintan, Gunung Kijang, dan Toapaya. dengan pusat Bandar Seri Bentan. Fungsi utama Pemerintahan, Perdagangan dan jasa, serta Pariwisata. 2. SWP II ; 3 kecamatan, Bintan Timur, Bintan Pesisir, dan Mantang. dengan pusat di Kota Kijang. Peruntukan utama Pertambangan, permukiman, pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa. 3. SWP III ; 3 Kecamatan, Bintan Utara, Seri Kuala Lobam, dan Sebong. dengan pusat di Kota Tanjunguban. Peruntukan utama Pertambangan, industri, pertanian, perdagangan, pariwisata, permukiman dan pendidikan.. 4. SWP IV ; 1 kecamatan, Tambelan. Peruntukan utama Permukiman, konservasi, pertanian, perikanan dan pariwisata Gambar 3.3 Rencana Sub Wilayah Pengembangan Kab Bintan Sumber : RTRW Kab Bintan Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

168 Arahan Kawasan Strategis Kabupaten Berdasarkan pertimbangan dan kriteria yang telah ditetapkan, maka secara keseluruhan usulan Kawasan Strategis Kabupaten dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan untuk pertumbuhan ekonomi, meliputi : (1) Kawasan Industri Lobam, (2) Kawasan Industri Galang Batang, (3) Kawasan Industri Maritim,. (4) Kawasan Agropolitan Toapaya, (5) Kawasan Wisata Pantai Trikora, (6) Kawasan Wisata Lagoi, (7) Kawasan Wisata Sebong Pereh, (8) Kawasan Wisata Sebong Lagoi, (9) Kawasan Wisata Kuala Sempang, (10) Kawasan Ibukota Kabupaten Bandar Sri Bentan (11) Kawasan Minapolitan di Mantang, Bintan Pesisir dan Bintan Timur (12) Kawasan Strategis PPK Tambelan,. (13) Kawasan Wisata Bahari di Mapur,. (14) Kawasan Perkotaan di Kijang dan Tanjung Uban, 2) Kawasan strategis yang memiliki nilai strategis dari aspek fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu Kawasan Taman Laut Tambelan. Pj.BUPATI BINTAN, DOLI BONIARA Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

169 Lampiran IV: Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 5 Tahun 2015 Tanggal : 15 Desember 2015 BAB IV 4.1. Visi Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir perencanaan, kriteria visi ini sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada Pasal 1 ayat (12) Rumusan visi dimaksudkan untuk mewujudkan suatu sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Visi bukan merupakan jargon atau motto, namun merupakan suatu cita-cita atau harapan yang diyakini dapat diwujudkan dalam kurun waktu tertentu, yang dalam dokumen RPJP mempunyai jangka waktu selama 20 tahun. Pembangunan 20 tahun yang akan datang lebih berorientasi pada membangun manusia secara utuh sehingga mencapai derajat sejahtera lahir maupun batin. Hal ini juga didasarkan proyeksi masa depan Kabupaten Bintan dimana kunci pokok pembangunan ke depan adalah pembangunan seluruh aspek kehidupan yang menyempurnakan karakter dan taraf hidup masyarakat menuju sejahtera. Rumusan Visi Kabupaten Bintan dalam dokumen Rancangan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Tahun ini adalah: BINTAN GEMILANG 2025 Gerakan Melangkah Maju di Bidang Kelautan, Pariwisata dan Kebudayaan Keselarasan Visi pembangunan jangka panjang Nasional, Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan digambarkan sebagai berikut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

170 Visi Jangka Panjang Indonesia Tahun Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur Visi Jangka Panjang Prov. Kepulauan Riau Tahun Kepulauan Riau Berbudaya, Maju dan Sejahtera Visi Jangka Panjang Kabupaten Bintan Tahun Bintan Gemilang 2025 Gerakan Melangkah Maju di Bidang Kelautan, Pariwisata dan Budaya Penjabaran pernyataan Visi di atas adalah sebagai berikut : Gemilang 2025 : Memiliki arti Gerakan Melangkah Maju, gerakan yang dimaksud merupakan gerakan pembangunan yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk lebih maju yang melibatkan secara aktif seluruh pihak di kabupaten Bintan dengan jangka waktu target capaian sampai tahun 2025 Kelautan : Segala hal yang berkaitan dengan wilayah laut dan pantai, dengan mengoptimalkan seluruh kegiatan yang terkait dengan industri maritim, dimulai dari pengembangan sumber daya manusia, budidaya di bidang kelautan dan perikanan, marine industries, pelabuhan dan transportasi laut, mengingat kelautan sebagai core daerah, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

171 dengan luasan kabupaten Bintan 98,5% terdiri dari wilayah laut; Pariwisata Kebudayaan : Segala hal yang berhubungan dengan kegiatan wisata atau perjalanan untuk rekreasi, dalam skala industri dan kerakyatan dengan berfokus pada ekowisata; : Merupakan kegiatan melestarikan dan memajukan seluruh hasil kegiatan dan penciptaan akal budi masyarakat seperti kesenian, dan adat istiadat dengan bersandar pada Budaya Melayu. Tujuan akhir dari pencanangan visi daerah tersebut adalah mewujudkan masyarakat Bintan yang sejahtera. Sejahtera dalam hal ini memiliki dimensi lahir maupun batin, dimana sejahtera lahir diartikan terpenuhi segala kebutuhan lahiriah dan kehidupan ekonomi masyarakat, terpenuhi sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Sedangkan sejahtera batin diartikan terpenuhi kebutuhan rohaniah masyarakat dengan berlandaskan kehidupan beragama dan budaya. Dari sisi pembangunan untuk mencapai masyarakat sejahtera, perlu pengembangan kegiatan ekonomi sesuai potensi dan keunggulan kabupaten Bintan, yaitu sektor kelautan dan pariwisata sebagai core dan sekaligus sebagai driver activity. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan mampu membawa dampak kemajuan daerah yang berkelanjutan, mampu tumbuh dan berkembang serta mengarah pada sistem ekonomi yang modern tetapi tetap peduli terhadap keberlanjutan sumber daya unggulan daerah dan pelestarian lingkungan Misi Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pada Pasal 1, ayat (13) telah dinyatakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

172 bahwa Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi. Dengan kata lain, Misi adalah rumusan mengenai apa-apa yang diyakini dapat dilakukan. Rumusan misi, idealnya mengandung makna adanya: Tuntutan Stabilitas; Tuntutan akan Perubahan; Kondisi Nilai-nilai yang ada; serta Filosofi Manajemen dan Nilai-nilai. Misi dapat berperan sebagai pedoman (guidance) dalam membantu memfokuskan pencapaian tujuan, memberi dasar dalam pengalokasian sumber daya, menetapkan kerangka tanggung jawab dalam institusi dan sebagai dasar bagi pengembangan tujuan. Rumusan Misi juga dapat berperan sebagai alat motivasi (motivator), yaitu sebagai sumber inspirasi kepada pihak-pihak terkait. Terakhir, yaitu bahwa rumusan misi dapat berfungsi sebagai yaitu mampu menarik keterlibatan stakeholder. alat promosi (billboard), Misi disusun berdasarkan visi yang telah dirumuskan, karena misi merupakan penjabaran secara operasional dalam rangka perwujudan visi itu. Berdasarkan visi 20 tahun ke depan, disusun misi untuk dokumen RPJP Kabupaten Bintan Tahun adalah sebagai berikut: Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi kelautan dan pariwisata secara berkelanjutan sebagai daya dukung dan daya ungkit pembangunan daerah Misi 1 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan Misi 2 Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah guna menunjang peningkatan perekonomian daerah Misi 3 Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang peduli terhadap kualitas pelayanan masyarakat dan penerapan prinsip-prinsip penatausahaan pemerintahan yang baik (good governance) Misi 4 Mengembangkan dan melestarikan budaya Melayu yang Agung dengan tetap bersandar kepada nilai-nilai agama sehingga tercipta hubungan kekerabatan yang harmonis dan iklim yang kondusif bagi peningkatan kesejahteraan, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat Misi 5 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mencegah kerusakan lingkungan secara komprehensif Misi 6 Meningkatkan daya saing daerah dalam skala nasional dan internasional Misi 7 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

173 Penjabaran dari misi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi kelautan dan pariwisata secara berkelanjutan sebagai daya dukung dan daya ungkit pembangunan daerah: bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan jangka panjang, sumber daya pembangunan difokuskan kepada potensi utama yakni kelautan dan pariwisata (core), potensi utama berbasiskan sumberdaya alam ini digunakan sebagai pemicu dan sentra pertumbuhan ekonomi yang secara berkelanjutan dapat dijadikan tumpuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memajukan sektor-sektor lain. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan: bahwa dalam pembangunan jangka panjang ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan upaya melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, kualitas sumber daya manusia ini akan sangat menentukan kemajuan pembangunan sektorsektor lain karena manusia sebagai aktor utama pembangunan di berbagai bidang. 3. Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah guna menunjang peningkatan perekonomian daerah : bahwa dalam target capaian pembangunan jangka panjang daerah ditujukan untuk memenuhi dan menyempurnakan jaringan infrastruktur yang wajib disediakan oleh pemerintah Kabupaten Bintan, sebagai pemicu peningkatan pelayanan publik, kegiatan ekonomi, investasi dan distribusi pertumbuhan sentra-sentra bisnis dan industri. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

174 4. Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang peduli terhadap kualitas pelayanan masyarakat dan penerapan prinsipprinsip penatausahaan pemerintahan yang baik (good governance): bahwa dalam kunci utama kesuksesan pembangunan yang dilaksanakan terletak pada peran dan fungsi pemerintahan yang bersih, akuntabel dan partisipatif agar mampu memperoleh kepercayaan masyarakat dan stakeholder pembangunan untuk menjalankan peran pemerintahan, sehingga perlu komitmen kuat dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Governance sebagai sistem pemerintahan di kabupaten Bintan. 5. Mengembangkan dan melestarikan budaya Melayu yang Agung dengan tetap bersandar kepada nilai-nilai agama sehingga tercipta hubungan kekerabatan yang harmonis dan iklim yang kondusif bagi peningkatan kesejahteraan, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat: Bahwa kesejahteraan masyarakat akan lebih cepat tercapai dalam suasana yang kondusif dengan dilandasi sikap toleran yang lahir dari akar budaya yakni Budaya Melayu yang bersandar pada nilai-nilai agama. Sebagai katalisator pembangunan untuk mewujudkan kebersamaan dan nilai-nilai moralitas yang tinggi yang hidup di masyarakat serta didukung dengan meningkatnya kualitas, pemahaman, pengamalan agama dan kerukunan umat beragama di Kabupaten Bintan. 6. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mencegah kerusakan lingkungan secara komprehensif: bahwa kelestarian lingkungan hidup merupakan kunci kelestarian Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

175 sumber daya alam yang akan dipergunakan sebagai modal dasar pembangunan, prinsip-prinsip sustainable development harus dijadikan pedoman dalam merumuskan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan. 7. Meningkatkan daya saing daerah dalam skala nasional dan internasional: bahwa seluruh tahapan dan upaya pembangunan yang dilaksanakan berorientasi pada standarisasi dalam skala nasional dan internasional, jadi tidak hanya sebatas pada pemenuhan kebutuhan pembangunan saja, tetapi harus berperan lebih dalam skala nasional dan mampu mengikuti perkembangan globalisasi (khususnya skala regional kawasan ASEAN dan Asia) sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah, dikarenakan letak geografis yang strategis dan berdekatan dengan titik pertumbuhan pembangunan antar negara di kawasan tersebut. Pj.BUPATI BINTAN, DOLI BONIARA Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

176 Lampiran V : Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 5 Tahun 2016 Tanggal : 15 Desember 2015 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan jangka panjang yang telah dirumuskan merupakan langkah untuk mencapai sasaran pembangunan jangka panjang yang didukung dengan arah kebijakan. Pembangunan jangka panjang daerah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Dalam perumusan sasaran merupakan kerangka tindak lanjut dari misi yang telah ditetapkan. Sasaran pada masing-masing misi diperkuat dengan sasaran pokok. Sasaran pokok merupakan proses kontinum yang harus selalu diwujudkan dari keseluruhan tahap, yang kerap berupa indikator kinerja yang makin membaik dari tahap ke tahap sehingga target kinerja akhir periode tahun ke-20 dapat dicapai. Sementara, sasaran pokok lainnya bersifat spesifik, dicapai pada periode atau tahapan tertentu. Karakteristik lain adalah bahwa suatu sasaran pokok dapat menjadi prasyarat (enabler) bagi keberhasilan kinerja (sasaran pokok) lainnya. Arah Pembangunan Daerah adalah strategi untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerah, yang memuat kaidah dan strategi pelayanan umum pemerintahan dan pelayanan dasar yang menjadi tanggungjawab dan kewajiban Pemerintah Daerah Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Sasaran pokok dan arah Pembangunan Daerah dalam jangka panjang, harus mampu menjadi alat pemerinci dan penjabar atas Visi dan Misi yang dirumuskan dalam dokumen RPJPD Kabupaten Bintan Tahun Sasaran pokok dan arah kebijakan yang ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

177 merupakan tindak lanjut untuk mencapai tujuan pembangunan yang diuraikan sebagai berikut : Misi 1: Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi kelautan dan pariwisata secara berkelanjutan sebagai daya dukung dan daya ungkit pembangunan daerah. a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 1 adalah : 1) Berkembangnya potensi kelautan dan peningkatan produktivitas/pemanfaatannya secara optimal Sasaran pokok yang pertama dari Misi ini berfokus pada potensi kelautan.pengembangannya diupayakan secara optimal dengan meningkatkan kesiapan sumberdaya manusia yang terlibat, sarana prasaarana kelautan, fasilitas pemasaaran, peningkatan jejaring, dan dampaknya diharapkan dapat menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat kelauatan maupun keseluruhan. 2) Berkembangnya potensi kepariwisataan dan peningkatan pemanfaatannya secara optimal; Sasaran pokok yang kedua dari Misi ini berkait erat dengan potensi kepariwisataan yang perlu dikembangkan secara optimal.berkenaan dengan pengembangan ini maka unusr SDM menjadi penting perannya disamping sarana prasaarana pendukung kepariwisataan dan jejaring pemasarannya. Pemanfaatan potensi kepariwisataan ini diharapkan juga akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat pemangku kepentingan pariwisata maupun seluruh masyarakat lainnya. b. Arah kebijakan pada untuk mewujudkan sasaran pokok Misi 1 sebagai berikut : 1) Untuk mewujudkan berkembangnya potensi kelautan dan peningkatan produktivitas dan pemanfaatannya secara optimal maka rumusan arah kebijakannya sebagai berikut: a) Meningkatkan fasilitas untuk mendukung kualitas SDM yang produktif dan berdaya saing di bidang kelautan b) Memberdayakan Masyarakat pesisir c) Mengembangkan kawasan minapolitan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

178 d) meningkatkan penerapan teknologi perikanan dan penyuluhannya pada petani ikan dan nelayan e) Mengembangkan perikanan tangkap dan perikanan budidaya f) Meningkatkan kinerja penataan, pengelolaan dan pengawasan ruang laut, pesisir, pulau kecil 2) Dalam upaya mencapai perkembangan potensi kepariwisataan dan peningkatan pemanfaatannya secara optimal dirumuskan arah kebijakannya sebagai berikut: a) Meningkatkan kualitas SDM yang produktif dan berdaya saing di bidang kepariwisataan b) Meningkatkan pemasaran pariwisata c) Meningkatkan pengembangan objek dan fasilitas pariwisata d) Meningkatkan peran pariwisata dalam perekonomian daerah Misi2:Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan; a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 2 adalah : 1) Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan umum dan pendidikan berbasis potensi daerah Sasaran pokok pertama Misi ini berkait erat dengan pelayanan pendidikan dengan salah satu penekanananya potensi daerah. Berdasar hal itu maka beberapa unsur kunci adalah akses dan pemerataan pelayanan, sarana dan prasarana pendidikan, SDM yang kompeten, fasilitas dan mutu pendidikan berbasis potensi daerah, model lembaga pendidikan dengan biaya terjangkau untuk menyiapkan tenaga kerja produktif siap pakai, serta pendidikan luar sekolah. Pelayanan terkait pendidikan masyrakat ini diharapkan juga akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan siap meraih berbagai kesempatan perkembangan yang diharapkan bakal terjadi. 2) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan Sasaran pokok yang kedua dari Misi ini intinya adalah pelayanan kesehatan bagi kehandalan masyarakat dalam menyongsong perubahan karena pembangunan. Sasaran ini diperkirakan terkait erat dengan jangkauan pelayanan,rujukan bagi masyarakat miskin, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

179 promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kefarmasian, obat dan makanan, gizi masyarakat, SDM kesehatan. b. Arah Kebijakan untuk mewujudkan sasaran dalam Misi 2 1) Dalam upaya mencapai pelayanan pendidikan di Kabupaten Bintan dirumuskan arah kebijakannya sebagai berikut: a) Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan bagi masyarakat b) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan c) Meningkatkan kecukupan SDM yang berkompeten dalam pelayanan bidang pendidikan d) Meningkatkan kecukupan SDM yang berkompeten dalam pelayanan bidang pendidikan e) Meningkatkan fasilitas dan mutu pendidikan berbasis potensi daerah f) Membentuk model lembaga pendidikan dengan biaya terjangkau untuk menyiapkan tenaga kerja produktif siap pakai. g) Meningkatnya kualitas sarana pendukung untuk pendidikan luar sekolah dan fasilitasi h) Mewujudkan pelayanan pendidikan yang berstandar nasional dan internasional; 2) Dalam upaya mencapai sasaran pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan dirumuskan arah kebijakannya sebagai berikut: a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan b) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan bagi masyarakat miskin c) Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat d) Meningkatkan kefarmasian dan penignkatan alat kesehatan e) Meningkatkan Pengawasan obat dan makanan f) Meningkatkan tingkat gizi masyarakat g) Meningkatkan kecukupan SDM berkualitas dalam pelayanan bidang kesehatan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

180 h) Meningkatkan kualitas SDM yang berkompeten dalam pelayanan kesehatan Misi3:Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah guna menunjang peningkatan perekonomian daerah; a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 3: 1) Terwujudnya peningkatan infrastruktur yang mendukung sistem transportasi terpadu baik darat, laut maupun udara yang berbasis angkutan publik dan menjangkau wilayah kepulauan. Sasaran pokok yang pertama Misi ini berfokus pada sistem transpotasi, angkutan publik, dan coverage layanan. Dengan demikian upaya yang dilakukan harus terkait dengan infrastruktur yang menghubungkan pusat moda transportasi darat, laut, dan udara ke pusat pusat kegiatan yang berbasis angkutan publik, perhubungan ke kepulauan terpencil 2) Terwujudnya infrastruktur untuk memenuhi air minum yang bersih dan sehat Sasaran pokok yang kedua dari Misi ini berfokus pada air minum; oleh karena itu upaya yanag dilakukan harus terkait dengan penduduk yanag menggunakan air minum, pemanfaatan wadukwaduk yang ada, cakupan pelayanan air bersih. 3) Terwujudnya peningkatan prasarana dan sarana yang memadai di lingkungan permukiman Sasaran pokok yang ketiga dari Misi ini berfokus pada sarana dan prasarana di lingkungan permukiman. Dalam hal ini yang perlu dilakukan lebih banyak diarahkan pada peningkatan sarana penyehatan ingkungan perumahan seperti sanitsi dan drainase yang harus dipikirkan karena akibat permasalahan jangka panjangnya tidak mudah untuk diselesaikan jika permikiman sudah padat.. 4) Tersedianya sarana perekonomian yang mendukung efisiensi dan efektifitas dunia usaha. Sasaran pokok yang keempat dari misi ini berkenaan dengan dunia usaha, yang dalam rencana jangka panjangnya dibagi menjadi kedalam untuk masyarakat dan ke luar untuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

181 memudahkan jalannya perekonomian. Sasaran ini direncnakan berisi kebijakan yang mengarah ke perkoperasian dan lembaga keuangan sebagai soft infrastructure (disamping infrastruktur fisik pada sasaran pokok yang lain) untuk pengembangan perekonomian daerah. b. Arah kebijakan pada sasaran pokok Misi 3 sebagai berikut: 1) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatan infrastruktur yang mendukung sistem transportasi terpadu baik darat, laut maupun udara yang berbasis angkutan publik dan menjangkau wilayah kepulauan, digariskan beberapa arah kebijakan sebagai berikut: a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur yang menghubungkan pusat moda transportasi darat, laut, dan udara ke pusat pusat kegiatan yang berbasis angkutan publik. Dianataranya yang penting adalah tingkat kemantapan jalan, perluasan jaringan, peningkatan jalan, jalan yang dapat dalalui kendaraan roda-4, drainase jalan, dan lampu penerangan jalan. b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perhubungan ke kepulauan terpencil. Kebijakan ini diarahkan pada kelengkapan fasilitas untuk pelayaran ke pulau terpencil, frkuensi pelayaran, dermaga yang dibangun/ disempurnakan. 2) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya infrastruktur untuk memenuhi air minum yang bersih dan seha, arah kebijakan yang digariskan adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan pemanfaatan wasuk-waduk yang ada. Hal ini penting karena sebagai sebuah kabupaten dengan wilayah berupa pulau pada jangka yang sangat panjang akan menghadapi masalah daya dukung dan daya tampung lingkungan yang berupa air bersih. Gejala yang perlahan ini tidak mudah dideteksi sehingga pemanfaatan air waduk yang ada akan menjadi penanda (early warning system) jika ada potensi masalah jangka panjang seperti kawasan tangkapan air dsb. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

182 b) Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih. Arah kebijakan ini akan memperhitungkan jumlah penduduk yang mempunyai akses pada air bersih, proporsi cakupan pelayanan PDAM, jumlah sambunganperpipaan dll. 3) Untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatan penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau dilengkapi prasarana dan sarana permukiman yang memadai maka arah kebijakannya yang utama adalah meningkatkan penyediaan sarana penyehatan lingkungan perumahan yang layak sesuai norma. Diantaranya adalah peningkatan rumah tinggal yang layak huni, bersanitasi, dengan saluran drainase yang mamadai. Sanitasi dan drainase ini harus dilakukan pada tahap yang sangat awal pemikirannya karena apabila permukiman sudah menjadi padat pada jangka panjang ke depan, penyelesaian masalah ini akan membutuhkan ongkos yang lebih tinggi baik secara finansial dan, terutama, masalah sosial. 4) Dalam rangka mencapai sasaran tersedianya sarana perekonomian yang mendukung efisiensi dan efektifitas dunia usaha maka arah kebijakannya adalah: a) Meningkatkan sarana kelembagaan dalam perkoperasian, meliputi upaya untuk meningkatkan jumlah koperasi dengan diutamakan yang aktif, dan jumlah UMKM terutama bukan sekedar terdaftar tetapi lebih upaya untuk menjadi aktif. b) Meneingkatkan ketersediaan lembaga keuangan. Sarana lembaga keuangan ini perlu sekali untuk melayani perkembangan perekonomian daerah. Oleh karena itu kebijakan ini berupaya mendukung peningkatan jumlah dan kualitas pelayanan baik BPR maupun bank umum Misi 4:Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang peduli terhadap kualitas pelayanan masyarakat dan penerapan prinsip-prinsip penatausahaan pemerintahan yang baik (good governance). a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 4: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

183 1) Meningkatkan kualitas dan kecukupan SDM Pemerintahan Daerah Sasaran pokok yang pertama Misi ini berfokus pada kualitas dan kecukupan SDM Pemerintahan Daerah.Dari pemikiran ini maka upaya yang dilakukan terkait jumah dan kapasitas SDM dalam menjalankan siklus manajemen secara utuh.untuk memulai dengan benar maka diawali dengan mingktkan kapasitas dalam fungsi perencanaan (pendekatan POAC) dan selanjutnya kapasitas untuk pelaksanaan dan pengendaliannya, jika dimungkinkan dilakukan secara simultan. 2) Meningkatnya sistem pelayanan pemerintahan pada masyarakat yang baik (good governance) Sasaran pokok yang kedua dari Misi ini berfokus pada pelayanan pemerintahan pada masyarakat yang baik (good governance) oleh karena itu upaya yang dilakukan harus menekankan sasaran yang terkait dengan peningkatan kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelayanan kepada masyrakat secara transparan, akuntabel dan partisipatif.dalam hal ini yang perlu dicermati adalah sasaran berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah disamping pelayanan yang lainnya pada masyarakat xseperti akuntabilitas kinerja dan sistem pelaporannya. 3) Meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah Sasaran pokok yang ketiga dari Misi ini berfokus pada akuntabilitas pemerintah daerah dalam hal ini yang perlu dicermati adalah sasaran berkaitan dengan berbagai pengawasan internal dan tindak lanjutnya. Berkenaan dengan penyelenggaraan manajemen pemerintahan desa sasaran juga perlu ditekankan sehubungan dengan pemberian kewengangan yang lebih besar ke depan terutama dalam pemanfaatan dana dari keuangan negara/daerah. b. Arah kebijakan pada sasaran pokok Misi 4 sebagai berikut: 1) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatn kualitas dan kecukupan SDM Pemerintahan Daerah beberapa arah kebijakan dirumuskan sebagai berikut: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

184 a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas aparatur fungsional. Kebijakan ini diarahkan untuk mencukupkan dan meningkatkan kapasitas para pajabat fungsional dengan diprioritaskan lebih dahulu fungsional perencanaan pembangunan. b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas aparatur keseluruhan tugas pelayanan pemerintah daerah. Arah kebijakan ini berupaya untuk mencapai kecukupan dan kualitas dari semua jajaran penyelenggaraan pemerintahan daerah sehubungan dengan persepatan pencapaian kualitas pemerinthan yang baik. Kebijakan ini haruslah pada rentang jangka menengahnya disesuaikan dengan perkembangan kebijakan umum pembangunan dan kebijakan pengelolaan SDM pemerintah atasan. 2) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatan sistem pelayanan pemerintahan pada masyarakat yang baik (good governance), arah kebijakan yang digariskan adalah meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelayanan kepada masyrakat secara transparan, akuntabel dan partisipatif. Dalam hal ini yang perlu dicermati adalah sasaran berkaitan dengan ketaatan/kepatuhan dalam pengelolaan keuangan daerah termasuk dalam pelaporannya secara baik. Disamping itu juga dalam hal pelayanan yang lainnya pada masyarakat seperti akuntabilitas kinerja dalam hal pelaksanaan dan pelaporannya. Arah kebijakan ini pada saatnya akan dikaitkan dikaitkan dengan berbagai hasil evaluasi dan opini baik dari BPKP, BPK, MenPan RB dan Kemendagri, serta Menkeu, disamping opini lembaga internal. 3) Untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatan akuntabilitas pemerintah daerah maka arah kebijakannya adalah seperti berikut: a) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerinthaan desa, diantaranya diarahkan untuk pemerintahan desa yang LKP Desa nya baik, memiliki data pokok, serta mampu menyelesaikan penyusunan RPJM Desa dengan berkualitas pula. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

185 b) Meningkatkan pengawasan internal dan eksternal. Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan tindak lanjut berbagai hasil temuan sebagai fungsi pengendalian dalam siklus manajemen pemerintahan daerah. Arah kebijakan ini akan mencegah terjadinya berbagai permasalahan yang akan timbul karena sudah dilakukan penyeseuaian pada ketentuan sehingga akan meningkatkan praktek pemerintahan yang baik di segala jenjang Misi 5: Mengembangkan dan melestarikan budaya Melayu yang Agung dengan tetap bersandar kepada nilai-nilai agama sehingga tercipta hubungan kekerabatan yang harmonis dan iklim yang kondusif bagi peningkatan kesejahteraan, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat; a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 5 adalah : 1) Meningkatnya pembinaan sanggar seni dan paguyuban kebudayaan tradisional Sasaran pokok yang pertama dari Misi ini berfokus pada pembinaan sanggar seni dan paguyuban kebudayaan tradisional Melayu. Pembinaan ini diupayakan secara optimal sanggar seni dan grup kesenian untuk melestarikan budaya melayu, Dengan dukungan pada kelompok kebudayaan ini akan membuat keadaan lebih bertahan bagi kebudayaan Melayu yang oleh generasi muda secara keseluruhan tidak diutamakan. Hal ini karena kecenderungan kehidupan sosial modern yang sangat membuka akulturasi terhadap nilai-nilai kekinian.harus ada yang berpihak pada nilai luhur budaya Melayu. 2) Meningkatnya intensitas kegiatan yang menampilkan upaya pelestarian kebudayaan daerah Sasaran pokok kedua Misi ini lebih banyak mendorong terjadinya peristiwa kesenian yang bernuansa Melayu ditengah masyarakat Bintan. Sasaran ini kalau diwujudkan akan membuat lestarinya kebudayaan Melayu karena dengan banyaknya event yang bercorak budaya Melayu ini akan memelihara keberadaan kesenian sebagai bagian dari kebudayaan Melayu. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

186 3) Meningkatnya perlindungan berbagai hal terkait pelestarian kebudayaan daerah Sasaran pokok ketiga Misi ini berupaya meningkatkan perlindungan terhadap berbagai hal yang masih ada tentang kebudayaan Melayu ditengah masyarakat Bintan. Sasaran kalau diwujudkan akan membuat terpeliharanya benda2, situs, atau peninggalan kebudayaan lainnya yang masih merupakan bagian dari kebudayaan Melayu. Sasaran ini diharapkan akan memperekuat misi melestarikan kebudayaan Melayu yang agung. 4) Meningkatnya sarana prasarana terkait upaya pelestarian kebudayaan daerah; Sasaran pokok keempat Misi ini diharapkan akan mendorong fasilitasi pemenuhan berbagai kebutuhan sarana dan prasarana untuk terjadinya upaya lain dalam pelaksanaan pelestarian kebudayaan Melayu. Dengan ketersediaan sarana dan prasarana ini tentunya akan membuat iklim yang lebih nyaman bagai seluruh pemanagku kepenetingan di Bintan untuk berkegiatan dengan tanapa meninggalkan kebudayaan bercorak Melayu. 5) Meningkatnya pengaturan yang mendorong upaya pelestarian kebudayaan Melayu Sasaran kelima dari Misi ini adalah tentang pengaturan.pemerintah daerah sebagai lembaga publik punya kewenangan mengatur sangat strategis untuk menggunakan fungsinya dalam melestarikan kebudayaan Melayu. Sasaran ini diarahkan pada penaturan berbagai perlakuan terhadap artefak maupun kegiatan yang bernuansa Melayu (bangunan atau penginggalan lain). Pengaturan ini juga bisa diarahkan pada berbagai peristiwa yang dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari kebudayaan Melayu untuk dilestarikan denan pengaturan (pemakaian pakaian adat, pemberiaan dana pembinaan dan sebagainya). Pengaturan ini akan memberi rambu pada berbagai pihak terutama masyarakat Bintan untuk tetap selalu bersinggungan dengan nilai-nilai kebudayaan Melayu dalam berbagai kegiatannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

187 6) Meningkatnya kualitas, pemahaman, pengamalan agama dan kerukunan umat beragama. Beribadah menurut agama dan kepercayaan yang dianut merupakan wujud kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat berguna dalam membentuk manusia seutuhnnya. Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas, pemahaman, pengamalan agama dan kerukunan umat beragama. Sehingga masyarakat mempunyai energi yang kuat yang dapat dimanfaatkan sebagai manusia yang produktif. b. Arah kebijakan pada untuk mewujudkan sasaran pokok Misi 5 sebagai berikut : 1) Untuk mewujudkan peningkatan pembinaan sangar-sangar seni dan paguyuban kebudayaam maka rumusan arah kebijakannya sebagai berikut: a) Meningkatkan pembinaan sanggar seni yang diarahkan ke pelestrarian kebudayaan melayu. Sanggar seni merupakan potensi yang berintegritas tinggi untuk pelestarian kebudayaan Melayu b) Meningkatkan pembinaan grup kesenian yang berciri pelestrarian kebudayaan melay. Grup-grup kesenian yang mempunyai ciri ikut melestarikan kelestarian kebudayaan Melayu perlu di berikan incentif sebagai bentuk pola winwin. Grup yang ada akan mempunyai dukungan semangat dan finansial, pemerintah daerah akan memperoleh mitra untuk melestarikan budaya agung Melayu 2) Dalam upaya mencapai peningkatan intensitas kegiatan yang menampilkan kegiatan untuk pelestarian kebudayaan daerah dirumuskan arah kebijakannya sebagai berikut: a) Meningkatkan program-program yang memamerkan pameran seni yang diarahkan ke pelestrarian kebudayaan melayu b) Meningkatkan program yang bersifat festival atau kompetisi untuk mendorong prestasi dan persaingan positif dalam memajukan dan melestarikan kebudayaan melayu. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

188 3) Untuk mencapai sasaran peningkatan perlindungan berbagai hal yang terkait dengan pelestarian kebudayaan daerah yang bercorak Melayu, maka arah kebijakannya adalah meningkatkan per;lindungan baik berupa benda, situs, kawasan cagar budaya, dan artefak atau hal lain yang berkaitan dengan kebudayaan melayu. 4) Dalam rangka mencapai sasaran peningkatan sarana dan prasarana terkait pelestarian kebudayaan melayu, maka rumusan arah kebijakannya adalah meningkatkan sarana pelestarian seni kebudayaan daerah dan budaya Melayu. Baik sarana dan pasarana fisik seperti gedung, lapangan, peralatan maupun sarana dalam arti non-fisik seperti kelengkapan yang harus ada dalam prosesi pelaksanaan kaidah-kaidah budaya Melayu. 5) Dalam rangka mencapai sasaran pokok meningkatnya pengaturan dan ketentuan yang mendorong pelestarian kebudayaan Melayu, maka arah kebijakannya adalah meninmgkatkan keberadaan pengaturan benda-benda atau hal yang bersifat fisik yanag rentan terkikis seperti artefak berciri kebudayaan Melayu, ataupun pengaturan langgam arsitektur bangunan baru pemerintahan daerah. Disamping itu juga pengaturan untuk berbagai kegaitan pemerintah daerah, maupun kegiatan masyarakat yang pantaas untuk dikaitkan dengan tradisi Melayu, diatur dengan menekankan sebanyak-banyaknya menghadirkan berbagai atribut, lambang, aksesosries dan kelengkapan lain yang menunjukkan ciri dan corak kebudayaan Melayu. 6) Pembentukan jati diri masyarakat diarahkan untuk membentuk karakter masyarakat yang kuat, berbudi pekerti luhur, beretika, beradab serta mempunyai toleransi yang tinggi antar umat beragama. 7) Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui peningkatan kualitas guru agama yang didukung oleh sarana dan prasarana yang berkualitas. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

189 Misi 6 :Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mencegah kerusakan lingkungan secara komprehensif. a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 6 adalah : 1) Meningkatnya kualitas penataan lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan dan menunjang kelancaaran kegiatan sosial-ekonomi masyarakat Sasaran pokok yang pertama Misi ini berfokus pada kualitas penataan lingkungan dan kenyamanan untuk penyelenggarann aktivitas masyarakat. Sasaran ini akan mempunyai runcian yang mengarah ke keberadaan penataan yang berupa rencana tata ruang dan pengendaliannya. Rencana yang bagus sebagai instrument mengarahkan pengelolaan lingkungan harus diikuti penggunaannya berupa pengendalaian pemanfaatan ruang. Pengemndalian ini bertujuan untuk meningkatan kenyamanan dan kelestarian lingkungan hidup bagi kegiatan sosisal ekonomi masyarakat. 2) Meningkatnya pengelolaan persampahan di perkotaan dan di luar perkotaan Sasaran pokok yang kedua dari Misi ini berisi gambaran keadaan lingkungan hidup yang nyaman dan tidak mengganggu kehidupan masyarakat.dalam merumuskan sasaran ini pemikiran yang harus mengikuti adalah bahwa persamapahan bukan terjadi oleh pemerintah daerah saja melainkan lebih banyak oleh masyarakat.oleh karena itu perlu upaya bersama masyarakat menangani hal ini dengan menguranginya dari sumber penghasil sampah yakni masyarakat itu sendiri. Kerjasama pemerintah daerah dengan masyrakat ini diharapkan akan menguatkan pencapaian sasaran pokok yang merupakan penjabaran misi dengan fokus pelestarian lingkungan dan pningkatan kenyamanan lingkungan. 3) Meningkatnya pengendalian dan pengawasan lingkungan hidup Sasaran pokok ketiga dari Misi ini berisi pengendalian dan pengawasan lingkungan hidup. Diharapkan sasaran ini bis dipilah kedalam kelompok pengendalaian usaha masyrakat, pengawasan dan pemantauan kondisi riil lingkungan hidup, serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

190 pengendalian limbah yang terkait dengan berbagai kegiatan kehidupan masyarakat yang dilakukan kelompok pengusaha atau perusahaan. Tiga hal ini merupakan area yang penting dalam pengendalaian dan pengawasan lingkungan hidup di Kabupaten Bintan. b. Arah kebijakan pada sasaran pokok Misi 6 sebagai berikut:; 1) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatan kualitas penataan lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan dan menunjanag kelancaran kehidupan sosial ekonomi masyarakatbeberapa arah kebijakan dirumuskan sebagai berikut: a) Meningkatkan ketersediaan dokumen rencana tata ruang sebagai instrument pengendalaian lingkungan hidup. Ketersediaan baik pada tingkat makro untuk pengendalian umum (dengan RTRW) dan pada tingkat yanag lebih mikro (dengan RDTR dan RTBL atau peraturan mikro lainnya) b) Meningkatkan pengendalaian pemanfaatan ruang kota. Arah kebijakan ini dimulai dengan yang penting seperti pengendalaian untuk pencegahan banjir, kekeringan, kebakaran hutan, sampai yang jangka panjang seperti terjaganya luas RTH 2) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya peningkatan pengelolaan persampahan diperkotaan dan luaar perkotaan beberapa arah kebijakan dirumuskan sebagai berikut: a) Meningkatkan penanganan persampahan. Kebijakan terbagi menjadi intensits menangani sampah yanag sudah ada dan pencegahan dengan azaz 3R b) Meningkatkan upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pengelolaan persamapahan. Dalam kebijakan ini pemerintah daerah perlu sekali untuk bekerjasama dengan masyarakat sebagai sumber terjadinya samapah untuk memudahkan penangan samapah (,isal dengan program reduce, reuse, dan recycle) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

191 3) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya pengendalian dan pengawasan lingkungan hidup yang semakin meningkatbeberapa arah kebijakan dirumuskan sebagai berikut: a) Meningkatkan pengendalaian usaha masyarakat untuk mengikuti ketentuan dan peraturan tentang lingkungan hidup. b) Meningkatkan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup. Kebijakan ini dikaitkan dengan pengawanan terhadap pelaksanaan amdal. c) Meningkatkan pengendalaian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Hal penting yang harus diperhatikan antara lain perusahaan yang perlu mendapat pengawasan ketaatan pengelolaan yangf sesuai ketentuan pelesstaarian lingkungan hidup. Disamping itu perlu melibatkan masyarakat untuk mengawasi dengan menerima penegaduan Misi 7 : Meningkatkan daya saing daerah dalam skala nasional dan internasional. a. Sasaran Pokok dalam pencapaian Misi 7 adalah : 1) Terwujudnya wilayah yang kondusif untuk berusaha dari sisi ketenteraman, ketertiban dan masalah sosial Sasaran pokok yang pertama Misi ini berfokus pada ketenteraman dan ketertiban. Dengan tercapaianya peninkgkatan kemanan dan ketertiban diharapkan akan memberi situasi yang kondusif bagi para pengusaha baik skala besar juga untuk skala kecil ataupun menengah. 2) Terciptanya kepastian peraturan dan ketentuan berusaha di daerah Sasaran pokok kedua dari Misi ini berisi Misi ini mengarah pada kepastian hukum. Dengan mewujudkan suasana yang pasti dalam berbagai pengurusan dan pelaksanaan operasional kegiatan berusahs di kabupaten Bintan.Hal ini harus diungkapkan dalam ketentuan yang jelas dan lengkap untuk memberi suasana rasa yang aman dalam berusaha bagi para pelaku internal maupun eksternal yang punya potensi bagi pembangunan kabupaten Bintan. Fasilitasi bagi pengembangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

192 potensi daerah juga menjadi bagian dari sasarn pokok ini untuk memberikan rasa nyaman (kepuasan) dalam melakukan usaha untuk perkembangan pembangunan daerah. 3) Meningkatnya iklim investasi yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku usaha tanpa mengorbankan kepentingan daerah Sasaran pokok Sasaran pokok ketiga dari Misi ini merupakan penciptaan suasana yang nyaman bagi para pelaku usaha dalam melaksanakan berbagai hal terkait kegiatan usahanya.diantara rasa nyaman pelaku usaha tersebut adalah nyaman dalam perijinan untuk invesstasi. Di sisi lain informasi yang diperlukan juga diciptakan dengan promosi. Bagi berbagai perijinan yang bersifat non-investasi juga harus diperhatikan sehingga pelayanan berusaha (walaupun bukan investasi besar) tetap terfasilitasi dengan baik. b. Arah kebijakan pada sasaran pokok Misi 7 sebagai berikut:; 1) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terwujudnya wilayah yang kondusif untuk berusaha dari sisi ketenteraman, ketertiban dan masalah sosial arah kebijakan yang dirumuskan mengarah pada kapasitas dan pencegahan. Arah kebijakan yang digariskan adalah meningkatkan kapasitas pemeliharaan kamtibmas dan pencegahan tindakan kriminal. 2) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok terciptanya kepastian peraturan dan ketentuan berusaha di daerah beberapa arah kebijakannya adalah seperti berikut: a) Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Arah kebijakan ini harus mendapat respons positip jika berhasil berupa meningkatnya indeks kepuasan masyarakat. b) Meningkatkan kepastian ketentuan/peraturan investasi dan berusaha. Beberapa isu penting dalam kebijakan ini antara lain kasus-kasus yang tidak jelas penyelesaiannya, ketentuan yang memperjelas kemudahan iklim usaha. 3) Dalam upaya untuk mencapai sasaran pokok meningkatnya iklim investasi yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku usaha tanpa mengorbankan kepentingan daerah: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

193 a) Meningkatkan iklim perijinan investasi. Arah kebijakan ini penjabarannya akan berupa peningkatan kapasitas proses perijinan, perijinan yang terselesaikan, keberadaan berbagai peraturan yang mendukung (memudahkan dengan memperjelas mekanisme dan prosedurnya, bukan menambah prosedur), dan penyelesaian jika terjadi ketidaksesuaian/ sengketa. b) Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi. Arah kebijakan ini meningkatkan jumlah program-program promosi baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan upaya ini akan terbuka komunikasi yang merupakan awal dari kerjasama yang memadukan potensi daerah dengan potensi pengusaha aataupun masyarakat di wilayah lain baik di dalam maupun di luar negerei. c) Meningkatkan pelayanan perijinan non investasi. Dengan kbijakan ini diarahkan untuk meningkatkan jumlah perijinan non investasi yang dapat diproses dalam satu satuan waktu tertentu. 5.2.Tahapan dan prioritas Sasaran pokok merupakan enabler bagi keberhasilan kinerja sasaran yang lain yang didukung dengan arah kebijakan. Arah kebijakan dapat digunakan sebagai strategi untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerahdengan menentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan selama 20 (dua puluh) tahun guna mencapai sasaran pokok RPJPKabupaten Bintan Tahapan pada masing-masing medium term hanya memuat prioritas yang akan dilaksanakan, dan bukan berarti sasaran-saran pokok yang lain ditinggalkan, tetapi fokus dan penekanan pembangunan diletakkan pada sasaran dan arah kebijakan prioritas. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

194 Tahapan dan skala Prioritas RPJP kabupaten Bintan adalah sebagai berikut : Gambar 5.1 Tahapan Rencana pembangunan jangka Panjang Kab Bintan Bintan Gemilang 2025 Capaian perbaikan kesejahteraan dengan pemantapan tangible source (Infrastruktur, SDM, SDA) yang diperkuat dengan Intangible sources (Keluhuran Budaya Melayu, Good Governance dan daya saing dalam skala internasional) Penguatan kompetensi dan produktifitas SDM dan SDA untuk bersaing secara global Tahap IV ( ) Pemantapan sarana dan prasarana, penyelesaian permasalahan sosial dan daya dukung pengembangan potensi Tahap III ( ) Meletakkan dasar-dasar pengembangan sarana dan prasarana potensi kelautan dan pariwisata Tahap II ( ) Tahap I ( ) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bintan

RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN

RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Kepulauan Riau telah dikenal beberapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 20162021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun = TATARAN PELAKSANA KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 2013 KABUPATEN : BANGGAI KEPULAUAN IKK RUMUS/PERSAMAAN KETERANGAN URUSAN

Lebih terperinci

K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015

K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015 K A B U P A T E N B I N T A N MUSRENBANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2015 Rabu, 1 APRIL 2015 R E N C A N A S T R A T E G I S K O N D I S I T E R K I N I U S U L A N 2 0 1 6 R E N C A N A S T R A T E G I S

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 9.1 INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk mengukur tingkat pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan Kabupaten

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) 3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) URUSAN WAJIB 1. Urusan Pendidikan Capaian kinerja penyelenggaraan Urusan Pendidikan diukur dari 14 (empat belas) Indikator

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI PARIGI MOUTONG NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGII MOUTONG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak k G 1 Pi ( Qi 1) i 1 Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 No. 9, 2008-1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 10 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN NO URUSAN INDIKATOR KINERJA KUNCI URUSAN WAJIB 1 Pendidikan Pendidikan Luar Biasa (PLB) jenjang SD/MI 1. Jumlah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pada akhir tahun kedua pelaksanaan Tahun 2011-2015, terjadi dinamika dalam pencapaian target kinerja daerah, antara lain beberapa indikator telah tercapai jauh melampaui target

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2015 DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR....

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2010-2015 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan

Lebih terperinci

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-nya yang tidak terhingga bagi bangsa dan negara tercinta ini, sehingga kita dapat selalu berikhtiar untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN 1 PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014)

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014) TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR 2014-2019 No pada ASPEK KESEJAHTERAAN I Kemampuan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umun, Administrasi 1 Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA,

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA, KATA PENGANTAR P uji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat dan rahmat-nya buku Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2011 dapat disusun. Penyusunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dari sisi keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN KABUPATEN : BINTAN TAHUN ANGGARAN : 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KNERJA TARGET 1 Meningkatnya toleransi antar umat beragama yang ditandai dengan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN KABUPATEN : BINTAN TAHUN ANGGARAN : 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KNERJA TARGET 1 Meningkatnya toleransi antar umat beragama yang ditandai dengan tidak

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana periode A 1. 1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat dan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii xxi Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen I-6 1.4 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016 BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN NATUNA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH - 180 - BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian Visi dan Misi Kepala dan Wakil Kepala pada akhir

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi ke-32 yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 24 September 2002. Secara de jure Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN BINTAN TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN BINTAN TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TAHUN 2012-2016

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Karimun 2011-2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN KABUPATEN : BINTAN TAHUN ANGGARAN : 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KNERJA TARGET REALISASI % 1 Meningkatnya toleransi antar umat beragama yang ditandai

Lebih terperinci