IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING Nurul Kholifatur Rosyidah, I Ketut Budaya Astra, Ni Made Sri Dewi Lestari Jurusan Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha Jalan Udayana Nomor 11 Singaraja-Bali Telepon (0362) { rysfaclalu@yahoo.co.id, astra_budaya@yahoo.com, gedeagungnara@yahoo.com }@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping pada siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2015/2016.Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu guru sebagai peneliti yang dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi, refleksi, dan data di analisis dengan statistik deskriptif.berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping secara klasikal pada observasi awal 5.62 (cukup aktif), pada siklus I meningkat menjadi 7.31 (aktif), dan 8.79 (aktif) pada siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar pada observasi awal 8,82% (cukup baik), pada siklus 1 meningkat menjadi 56,75% (cukup baik), dan 97,3 % (baik) pada siklus II.Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Dengan demikian disarankan kepada guru penjasorkes agar mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kata-kata kunci: Kooperatif STAD, aktivitas belajar, hasil belajar, tolak peluru. ABSTRACT This study aims to improve the activity and learning outcomes shot put sideways force on a class XI student of SMK Negeri 1 Sukasada AP1 academic year 2015/2016.This research is a class act that is teacher as researcher conducted in two cycles, consisting of a plan of action, action, observation or evaluation, reflection, and the data were analyzed with descriptive statistics.based on the results, the average shot-learning activities in the classical style sideways in preliminary observations 5.62 (quite active), the first cycle increased to 7:31 (active), and 8.79 (active) in the second cycle. While the percentage of completeness learning outcomes in the initial observation 8.82% (pretty good), the first cycle increased to 56.75% (pretty good), and 97.3% (good) in the second cycle.based on the analysis of data and discussion is concluded that the activity and learning outcomes shot put sideways force is increased through the implementation of cooperative learning model Student Teams Achievement Division (STAD). Thus penjasorkes suggested to teachers in order to implement cooperative learning model type STAD. Key words: Cooperative STAD, learning activities, learning outcomes, shot put.

2 PENDAHULUAN Aktivitas olahraga sekarang ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup yang rutin dilakukan oleh sebagian besar masyarakat terutama didalam lembaga pendidikan. Berbicara tentang olahraga di dalam dunia pendidikan, tentu tidak lepas kaitannya dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) yang ada disekolah. Penjasorkes merupakan bagian penting dari proses pendidikan, artinya bahwa penjasorkes bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat siswa sibuk. Tetapi melalui penjasorkes ini siswa akan dilibatkan dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial dan menyumbang bagi kesehatan fisik dan mentalnya. Salah satu tujuan penjasorkes disekolah adalah peningkatan kebugaran jasmani bagi peserta didik serta peningkatan kemampuan gerak dasar yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan keterampilan gerak dasar, merupakan kemampuan yang penting di dalam kehidupan sehari-hari. Penjasorkes juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, bermain dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis terarah dan terlaksana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penjasorkes pada dasarnya merupakan sebuah media untuk meraih tujuan pendidikan yang bersifat internal ke dalam aktivitas fisik itu sendiri. Untuk meraih tujuan serta mutu pendidikan itu sendiri tentu tidak terlepas kaitanya dengan peranan seorang guru. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional. Dengan demikian, bagaimana peran guru penjasorkes sebagai salah satu kompenen utama pendidikan mampu mengubah peserta didiknya kedalam perubahan-perubahan peningkatan kualitas gerak yang baik. Keberhasilan seorang guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan itu sendiri tentu tidak lepas dari peran peserta didik. Keberhasilan mencapai tujuan pendidikan akan tercipta apabila terjalin komunikasi yang baik diantara keduanya. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran adalah komunikasi dalam proses penyampaian sebuah pesan. Guru sebagai pihak yang menyampaikan pesan yaitu materi pembelajaran. Siswa sebagai pihak yang menerima pesan dan mengolahnya, sehingga terjadi proses belajar yang berorientasi pada tercapainya hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil proses penerimaan pesan sehingga terjadi perubahan pada dirinya, baik dari aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Pola interaksi atau komunikasi yang digunakan guru akan menunjukkan efektivitasnya manakala memiliki relavansi dengan tujuan pembelajaran. Pola interaksi yang digunakan harus mendorong bagi terciptanya kondisi perbuatan atau aktivitas siswa yang berorientasi pada pencapaian tujuan tersebut. Namun kenyataannya, fakta dilapangan masih menunjukkan bahwa penjasorkes masih memiliki setumpuk permasalahan, terutama yang terkait dengan kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Pada kenyataannya, pembelajaran penjasorkes di sekolah masih belum menunjukkan relavansi sesuai dengan pencapaian tujuan yang diharapkan. Interaksi antara pendidik

3 dengan peserta didik masih tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan, kecenderungan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga peserta didik tidak mendapatkan kesempatan dalam mengelola dan mencapai hasil belajar yang diinginkan. Guru lebih banyak berperan sebagai perekayasa tingkah laku siswa, perilaku siswa dibentuk melalui atmosfir pembelajaran yang kaku dan siswa lebih banyak dituntut untuk menyelesaikan semua aktivitasnya dengan lingkungan belajar yang ada. Keadaan yang demikian, membuat siswa menjadi pasif, seluruh perilakunya diarahkan oleh guru dan lingkungan yang terbatas. Interaksi yang bersifat monolog ini mengakibatkan kreativitas dan daya kritis serta motivasi siswa dalam belajar menjadi tidak terbangkitkan. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 19 September 2015 terhadap siswa di kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada yang berjumlah 37 orang yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan khususnya pada materi tolak peluru gaya menyamping. Pada proses pembelajaran tolak peluru gaya menyamping ditemukan bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Maka dilihat dari penilaian aktivitas belajar yang mencakup kegiatan visual, lisan, audio, metrik, mental, dan emosional, penulis mendapat gambaran tentang aktivitas belajar siswa yang masih kurang. Aktivitas belajar adalah kegiatan atau kesibukan yang dilakukan saat proses belajar sedang berlangsung agar terjadi perubahan tingkah laku pada individu yang sedang belajar. Persentase aktivitas belajar yang diperoleh saat observasi pada siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada yaitu siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada, aktif 6 orang (16,2%), cukup aktif 27 orang (72,9 %) dan kurang aktif sebanyak 4 orang (10,8%). Rata-rata aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping siswa secara klasikal adalah 5,62 dalam kategori cukup aktif. Adapun permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran tersebut dilihat dari segi aktivitas siswa (1) visual yaitu sebagian besar siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru atau demonstrasi tentang tolak peluru gaya menyamping (2) lisan yaitu masih banyak siswa yang tidak berani mengemukakan pendapatnya ketika diberikan kesempatan untuk mencoba memberikan pendapat terkait dengan materi pembalajaran tolak peluru gaya menyamping (3) audio yaitu sebagian besar siswa khususnya laki-laki kurang mendengarkan penyajian bahan materi pembelajaran yang dikemukakan oleh guru, (4) metrik yaitu masih banyak siswa yang tidak melakukan atau mencoba gerakan berdasarkan konsep dan ketentuan dalam proses pembelajaran dan, (5) emosinal yaitu masih banyak siswa yang tidak bersemangat dalam proses pembelajaran yang berlangsung. (6) Mental yaitu sebagian besar siswa belum bisa memecahkan masalah atau kesulitankesulitan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Jika dalam hal ini dibiarkan terus berlangsung maka akan mengakibatkan kompetensi yang dimiliki siswa tidak akan pernah tercapai. Sehingga motivasi untuk mengikuti pelajaran dengan semangat menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan siswa kurang percaya diri untuk mencoba melakukan suatu gerakan. Sedangkan hasil belajar adalah tercapainya setiap kompetensi dasar baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Persentase hasil belajar tolak peluru gaya menyamping meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Siswa yang tuntas 3 orang (8,82%) dan yang tidak tuntas 34 orang (91,8%). Siswa yang berada pada kategori sangat baik tidak ada, kategori baik 3 orang (8,82%) kategori cukup baik 24 orang (64,8%). kategori kurang baik 10 orang (27%) dan pada kategori sangat kurang baik tidak ada. Jadi persentase hasil belajar tolak peluru gaya menyamping secara klasikal adalah 8,82 %. Berdasarkan hasil refleksi awal yang peneliti lakukan di SMK Negeri 1

4 Sukasada, adapun faktor-faktor permasalahan yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa antara lain (1) model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih kurang bervariatif seperti ceramah dan sedikit demonstrasi sehingga membuat siswa merasa cepat bosan, (2) kurangnya penerapan model pembelajaran inovatif yang lebih banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan siswa belum aktif dan berdampak pada ketuntasan hasil belajar siswa, dan (3) kurangnya sarana yang ada disekolah, hal ini berdampak pada pembelajaran yang menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran. Pasifnya siswa dalam pembelajaran menjadikan siswa kurang memiliki kesempatan untuk belajar sehingga siswa lebih banyak menunggu daripada mempraktikkan gerakan, (4) teman yang pintar cenderung mendominasi, sehingga kurangnya kesempatan mencoba gerakan bagi siswa yang lain. Terkait pemecahan masalah yang ditawarkan adapun jawaban dari siswa adalah (1) kesempatan mencoba gerakan lebih banyak, (2) bola yang digunakan tidak sakit, (3) belajar dengan berkelompok sehingga mereka dapat saling bertukar pendapat secara leluasa dengan teman kelompoknya, (4) dan pemecahan masalah yang terakhir adalah metode guru dalam mengajar lebih bervariasi. Mengacu pada permasalahan yang dihadapi siswa di atas, peranan guru dalam menerapkan atau mengimplementasikan model pembelajaran menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh siswa selama proses pembelajaran. Untuk itu, peran seorang guru sangatlah penting di dalam mengimplementasikan model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan berbagai masalah aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga dengan penerapan model pembelajaran yang benar dan tepat akan mampu memacu siswa untuk berperan secara aktif, kreatif dan inovatif terhadap materi yang diberikan khusunya pada materi tolak peluru gaya menyamping. Oleh karena itu, peneliti merasa terdorong untuk memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah yaitu dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Tipe STAD. Enggen dan Kauchak (dalam Trianto 2007:42) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan pasrtisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk interaksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang sederajat tapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku, ras dan saling membantiu satu sama lain. Sukidin (2002:161) menyatakan, Keunggulan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: (a) siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain, (b) siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain, (c) siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain, (d) siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti, dan (e) mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggungjawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pemecahan alternatif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dapat didukung penelitian oleh,(1) Susanto(2013) dengan judul penerapan model pebelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar sejarah, berdasarkan hasil

5 analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa hasil belajar sejarah meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Jagol Babang tahun pelajaran 2013/2014 (2) Cuesmawan (2013) dengan judul implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar passsing kontrol sepak bola, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar pasing control sepak bola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IB SMA Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2013/2014. (3) Budiarsana (2013) dengan judul implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar passsing (pasing bawah dan pasing atas) bola voli, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar pasing (pasing bawah dan pasing atas) bola voli meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sawan tahun pelajaran 2013/2014.(4) Juliantara (2013) dengan judul implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar perakitan computer, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa hasil belajar pasing perakitan computer meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti merasa terdorong untuk mengangkat dan melaksanakan penelitian yang berjudul implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Tolak peluru gaya menyamping di SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2015/2016. Adapun manfaat yang hendak diperoleh dari peneliti ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai acuan, tolak ukur, dan referensi bagi pengembangan model pembelajaran selanjutnya, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan lebih terarah serta meningkatkan mutu pendidikann jasmani, olahraga dan kesehatan kearah progresif yang lebih baik. Sedangkan manfaat praktis, manfaat bagi guru selain meningkatkan wawasan dan pemahaman guru pendidikan jasmani terkait dengan pengimplementasian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran penjas, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan PBM sehingga aktifiitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Manfaat praktis bagi siswa yaitu Membantu siswa dalam meningkatkan aktifitas dan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping serta menumbuhkan motivasi dan pengalaman belajar yang lebih baik, sehingga nantinya teknik maupun gerakan siswa akan semakin meningkat. Manfaat Praktis bagi sekolah yaitu, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan jasmani disekolah, sehingga diharapkan dapat lebih bersaing dalam kompetensi antar sekolah baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Kemudian manfaat praktis untuk peneliti yaitu Memberikan pengelaman langsung bagi peneliti sebagai calon guru pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi dalam merancang model pembelajaran yang kreatif dan inovatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana peneliti bertindak sebagai guru atau peneliti sebagai peneliti (Kanca, 2010: 115). Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI AP I SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2015/2016. Dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan

6 tindakan, observasi /evaluasi dan refleksi tindakan (Kanca, 2010:139). Adapun prosedur penelitian dalam penelitian ini yaitu; a) observasi awal; b) refleksi awal; c) identifikasi masalah; d) analisis masalah; e) perumusan masalah; f) perencanaan tindakan; g) pelaksanaan tindakan; h) observasi/evaluasi tindakan; i) refleksi hasil tindakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan pada setiap pertemuan pada setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang evaluator. Sedangkan data hasil belajar dikumpulkan pada pertemuan kedua setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang evaluator dan peneliti. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis data tolak peluru gaya menyamping yang dilakukan oleh 2 orang observer terhadap proses pembelajaran pada siklus I, maka di dapatkan perincian sebagai berikut siswa yang berada pada kategori sangat aktif tidak ada (0%), aktif 22 orang (59,46%), cukup aktif 15 orang (40,54%), kurang aktif tidak ada (0 %), sangat kurang aktif tidak ada (0%). Kategori penggolongan tentang aktivitas belajar siswa pada siklus I materi tolak peluru gaya menyamping. Sedangkan aktivitas belajar secara klasikal diperoleh 7.31 yang berada pada kategori aktif. Tabel 1. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Tolak Peluru Gaya Menyamping Pada Siswa Kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada Pada Siklus I Kriteria Jumlah Persentase No Ketegori Ket Aktivitas (Orang) (%) Sangat Aktif 22 siswa 2 (59,46%) 7 < ,46 Aktif Aktif 3 5 < ,54 Cukup Aktif 15 siswa 4 (40,54) 3 < Kurang Aktif Tidak Aktif 5 < Sangat Kurang Jumlah % Hasil análisis data hasil belajar didapatkan bahwa, siswa yang tuntas terdiri dari 21 orang ( 56,7%) dan yang tidak tuntas 16 orang ( 43,2%). Pada siklus I diperoleh data hasil belajar dengan kategori individu sebagai berikut: sangat baik tidak ada (0% ), baik 21 (56,7%), cukup baik 16 (43,2%), kurang baik tidak ada (0%) dan sangat kurang baik tidak ada (0%). Tabel 2. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Tolak Peluru Gaya Menyamping pada Siklus 1 N0 Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah Siswa Tuntas Ket 1 Sangat Baik Siswa (56,7 %) Tuntas 2 Baik 21 56,7 3 Cukup Baik 16 43,2 16 Siswa Lanjut Siklus II ke

7 4 Kurang Baik 0 0 (43,2%) Tidak tuntas Sangat Kurang Baik Jumlah % Hasil analisis data aktivitas belajar pada siklus II, siswa yang berada pada kategori sangat aktif 8 orang (21,63%), aktif 29 orang (78,37%), cukup aktif tidak ada (0%) kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada(0%). Tabel 3. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Tolak Peluru Gaya Menyamping Pada Siswa Kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada Pada Siklus II Jumlah Persentase Kategori No Kategori (Orang) (%) 1 Sangat Aktif 8 21,63 Sangat aktif 2 Aktif 29 78,37 Aktif 3 Cukup Aktif 0 0 Cukup Aktif 37 siswa (100%) Aktif 4 Kurang Aktif 0 0 Kurang Aktif 5 Sangat Kurang 0 0 Sangat Kurang Aktif Jumlah (100%) Pada data hasil belajar tolak peluru gaya menyamping pada siklus II diperoleh data hasil belajar dengan kategori individu sebagai berikut: sangat baik tidak ada (0%), baik 36 (97,3%), cukup baik 1 (2,7%) kurang baik tidak ada (0%) dan sangat kurang baik tidak ada (0%) Tabel 4. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Tolak Peluru Gaya Menyamping pada Siklus II Ket N0 Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah Siswa Tuntas Ket 1 Sangat Baik Siswa 2 Baik 36 97,3 3 Cukup Baik 1 2,7 4 Kurang Baik Sangat Kurang Baik 0 0 Peningkatan data aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping pada siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada mengalami peningkatan sebesar 1,69% dari 5,62% pada observasi (97,3%) Tuntas Siklus II Telah Mencapai 1 Siswa (2,7%) Tidak Tuntas Jumlah % Ketuntasan >80% dan Dikatakan Tuntas awal menjadi 7,31% pada siklus I. Kemudian meningkat sebesar 1,48% dari 7,31% pada siklus I menjadi 8,79% pada siklus II. Dan meningkat sebesar 3,17% dari 5,62% pada observasi awal menjadi 8,79% pada siklus II.

8 Tabel 5. Peningkatan Aktivitas Belajar Tolak peluru gaya menyamping Penelitian Dari Observasi Awal Ke Siklus I Dan Siklus II Pada Siswa Kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada. No Tahapan Observasi Awal Siklus I Siklus II Keaktifan Siswa 6 siswa (16,2%) Aktif 22siswa (59,46%) Aktif 37siswa (100%) Aktif Aktivitas Belajar Klasikal 5,62% 7,31% 8,79% Peningkatan Aktivitas Belajar Observasi Awal ke Siklus I 16 Orang 1,69% Siklus I ke Siklus II 15 Orang 1,48% Observasi Awal ke Siklus II 31 Orang 3,17%) Peningkatan hasil analisis data hasil belajar tolak peluru gaya menyamping dari observasi awal, siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa, pada observasi awal terdapat 3 orang yang tuntas (8,82%), setelah diberikan tindakan pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 21 orang ( 56,7%) dengan peningkatan sebesar 18 orang ( 47,88%). Kemudian dilanjutkan dengan pemberian tindakan pada siklus II, siswa yang tuntas pada siklus II yaitu 36 orang (9 7,3%) dengan peningkatan 15 orang ( 40,6%) dari siklus I, dan peningkatan dari observasi awal ke siklus II yaitu 33 orang (88,48%). Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar Tolak peluru gaya menyamping Penelitian Dari Observasi Awal Ke Siklus I Dan Siklus II Pada Siswa Kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada. No Tahapan Persentase Hasil Belajar Ketuntasan Siswa Peningkatan Hasil Belajar Observa si Awal ke Siklus I Siklus I ke Siklus II Observas i Awal ke Siklus II Observasi Awal Siklus I Siklus II 3 Orang (8,82%) 21 Orang (56,7%) 36 orang (97,3%) Tuntas Tuntas Tuntas 18 Orang (47,88%) 15 Orang (40,6%) 33 Orang (88,48%)

9 PEMBAHASAN 1. Pembahasan pada Aktivitas Belajar Tolak Peluru Gaya Menyamping Peneliti mengkaji serta mempertimbangkan dampak dari tindakan yang diberikan dan melakukan perbaikan atas kekurangan-kekurangan dan hambatan yang ditemui pada siklus I. Permasalahan yang di temukan dalam proses pembelajaran siklus 1 yaitu dari 6 indikator aktivitas belajar, (a) dilihat dari segi visual masalah yang timbul yaitu siswa belum bisa mengamati teman atau anggota kelompok dalam mendemonstrasikan tolak peluru gaya menyamping, (b) dari segi lisan masalah yang timbul yaitu siswa belum berani mengajukan pertanyaan saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang masih kurang dipahami, (c) dari segi audio/mendengarkan masalah yang timbul yaitu siswa belum memahami penjelasan baik dari peneliti maupun kelompok lain mengenai model pembelajaran maupun materi, (d) dari segi metrik masalah yang timbul yaitu siswa belum mau membantu temannya dalam melakukan tolak peluru gaya menyamping, (e) dari segi mental masalah yang timbul yaitu kurangnya daya ingat siswa mengenai materi yang diberikan peneliti, (f) dari segi emosional masalah yang timbul yaitu siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga tidak sepenuh hati atau tidak sungguh-sungguh di dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkanpermasalahan pada siklus 1 aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping diatas, peneliti memberikan solusi dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Selain itu adapun tindakantindakan yang dilakukan peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu (a) dari segi audio maupun visual, siswa harus lebih memperhatikan dan mendengarkan saat peneliti maupun teman kelompok dalam menjelaskan atau mendemonstrasikan tolak peluru gaya meyamping. (b) dari segi lisan, peneliti memotivasi siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapatnya terkait materi pembelajaran yang diberikan. (c) dari segi mental, peneliti membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. (d) dari segi emosional, peneliti memberikan motivasi dan semangat kepada siswa agar lebih bersungguhsungguh dalam melakukan gerakan tolak peluru gaya menyamping. Setelah diberi tindakan pada siklus II, berdasarkan hasil refleksi aktivitas belajar pada siklus I, aktivitas belajar mengalami peningkatan dari observasi awal yaitu 37 siswa (100%) sudah aktif, dan tidak ada siswa yang belum aktif dengan hasil analisis aktivitas belajar pada siklus II diketahui bahwa aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping sudah termasuk ke dalam kategori aktif. Sehingga penelitian tidak dilanjutkan lagi karena sesuai dengan yang direncanakan peneliti dilakukan sebanyak 2 siklus. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 2. Pembahasan Hasil Belajar Tolak Peluru Gaya Menyamping Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi hasil belajar tolak peluru gaya menyamping dilihat dari ketiga aspek yaitu aspek kognitif afektif dan psikomotor, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 (56,7%) dan tidak tuntas sebanyak 16 (43,2%). Adapun permasalahan hasil belajar yang dihadapi siswa meliputi 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (a) aspek kognitif, siswa masih kurang mampu memahami dengan benar terkait materi yang diberikan pada saat pembelajaran, sehingga pada saat pemberian tes kognitif siswa masih kurang mampu mengembangkan pengetahuannya secara maksimal. (b) aspek afektif, siswa belum memenuhi standar yang ditentukan baik dilihat dari menghargai rekan sekelas dalam

10 kelompok, dan kurangnya kerjasama didalam kelompok. (c) aspek psikomotor, dalam melakukan gerakan tolak peluru gaya menyamping masih ada beberapa komponen yang tidak dilakukan secara baik. Pada pelaksanaan tolak peluru gaya menyamping, masih banyak siswa belum memenuhi KKM baik dilihat dari sikap awal, pelaksanaan dan sikap akhir. Adapun permasalahan yang dialami yaitu: pada sikap awal masih banyak sebagian dari siswa yang memposisikan peluru tidak menempel pada tulang selangka, melainkan disamping telinga, untuk tungkai sebagian dibuka melebihi selebar bahu sehingga sedikit menyuitkan gerakan ketika akan melakukan pelaksanaan. Pada sikap pelaksanaan sebagian besar dari siswa masih belum bisa melakukan pelaksanaan dengan baik, baik dari gerakan tungkai dan gerakan menolak yang cenderung dilakukan dengan cara melempar. Dilihat kekurangan-kekurangan dari sikap akhir, sebagian besar siswa masih belum melakukan gerakan mencondongkan badan kedepan setelah melakukan gerakan menolak. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut yaitu dengan memberi penjelasan dan penekanan kepada siswa secara lebih terkait dengan pembelajaran materi tolak peluru gaya menyamping. Siswa lebih banyak melakukan percobaan secara berulang-ulang dan berdiskusi mengenai gerakan yang dilakukan didalam kelompoknya masing-masing. Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa secara klasikal berada pada kategori baik meskipun masih ada 1 siswa yang belum tuntas. Karena semua hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan. Sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan lagi karena sesuai yang direncanakan penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan teori-teori yang mendukung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi, hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007: 41). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran penjasorkes yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Enggen dan Kauchak (dalam Trianto 2007:42) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan pasrtisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk interaksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Selain itu, pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini juga diperkuat oleh hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya, antara lain,(1) Susanto(2013) dengan judul penerapan model pebelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar sejarah, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa hasil belajar sejarah meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Jagol Babang tahun pelajaran 2013/2014 (2) Cuesman (2013) dengan judul implementasi model

11 pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar passsing kontrol sepak bola, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar pasing control sepak bola meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IB SMA Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2013/2014. (3) Budiarsana (2013) dengan judul implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar passsing (pasing bawah dan pasing atas) bola voli, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar pasing (pasing bawah dan pasing atas) bola voli meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sawan tahun pelajaran 2013/2014.(4) Juliantara (2013) dengan judul implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar perakitan computer, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa hasil belajar pasing perakitan computer meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini yaitu: keterbatasan waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan 2 siklus, agar tidak mengganggu dari kurikulum sekolah yang sudah dibuat, dan keterbatasan jumlah siswa sehingga pembagian jumlah anggota kelompok tidak rata satu sama lain. Penelitian yang sudah dilaksanakan ini tidaklah selalu berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan dan yang sudah direncanakan. Karena ada kendalakendala yang dihadapi peneliti dalam menjalankan penelitian ini masih ada siswa yang kosentrasinya kurang serta rasa saling menghargai antar teman masih sedikit sehingga banyak siswa yang merasa kurang percaya diri menjadi minder dan grogi didalam mengikuti pembelajaran khususnya tolak peluru gaya menyamping. Tindakan-tindakan yang diberikan oleh peneliti dalam hal ini yaitu memberikan sport dan memotivasi siswa tersebut sehingga rasa percaya dirinya menjadi tumbuh serta mampu bersaing dengan peserta didik lainnya. Berdasarkan hal di atas peneliti menyarankan kepada guru penjasorkes untuk menggunakan model pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif dalam pengelolaan pembelajaran di kelas, sehingga tidak terjadi kesenjangan lagi dalam proses pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Aktivitas belajar tolak peluru gaya menyamping, meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan hasil belajar Hasil belajar tolak peluru gaya menyamping meningkat melaui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2015/2016 baik dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: Kepada guru Penjasorkes disarankan agar dapat mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setiap proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran tolak peluru gaya menyamping. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipea STAD sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan khususnya pada materi pembelajaran tolak peluru gaya menyamping.

12 DAFTAR PUSTAKA Budiarsana Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Passsing (Pasing Bawah Dan Pasing Atas) Bola Voli Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2013/2014. Di akses pada tanggal 18 April Dapat ditemukan di Chuesmawan, dkk Judul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Passsing Kontrol Sepak Bola Pada Siswa Kelas XI IB SMA Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014. Di akses pada tanggal 18 April Dapat ditemukan di Sukidin, dkk Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia Susanto Penerapan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Jagol Babang Tahun Pelajaran 2013/2014. Di akses pada tanggal 18 April Dapat ditemukan di Trianto Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Hamalik, Oemar Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Juliantara Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Perakitan Computer Pada Siswa Kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Di akses pada tanggal 18 April Dapat ditemukan di Kanca, Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Slameto Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

13