Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District"

Transkripsi

1 T A T A L O K A JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI Biro Penerbit Planologi UNDIP PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District Hotnida Yusnani Simbolon Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batu Bara Jl. Perintis Kemerdekaan No. 164 Telp/Fax: (0622) , Lima Puluh ( simbolon_hotnida@yahoo.com) Abstract: The result of this research shows that household enterprise and activity as well as the production process which become the reason to have a home industry influence the spatial use by household-based enterprisers. It is seen from their production processes which utilize the streets in different locations because the insufficient space in their houses. This research finds out only 8% of the enterprisers add additional rooms. Besides, there is only 85% of the enterprisers fulfill the requirement of wide standart for person, that is 9 m². However, the overall width the enterprisers have is insufficient because the width of the building is equal with land width. This will be hard for household-based enterprises to implement the simple house criteria, that are houses as shelter and space for business, because each household-based enterprise has different characteristic. Therefore, the relevance analysis shows that r-value of income and spatial use is -0,015 to 0,453.The r value shows the low relevance and that income does not influence the spatial use by the enterprisers. This is propted by the fact that they do not have any willingness to add more rooms. They have already satisfied by the space they have at home, no more land can be built, and that the enterprisers do not have more saving, since room addition needs more money. Keywords: use of space, home-based enterprise Abstrak : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha dan aktivitas rumah tangga seperti proses produksi yang menjadi alasan untuk membuka usaha dan mempengaruhi penggunaan ruang oleh pelaku usaha rumahan. Hal ini dapat dilihat dari proses produksi yang dilakukan di setiap jalan dan di lokasi yang berbeda hal ini karena luas rumah kurang memadai. Dalam hal ini, luas rumah pelaku tidak pernah melakukan penambahan. 92% dari pelaku tidak melakukan penambahan kamar dan hanya 8% dari pelaku melakukan penambahan kamar. Selain 85% responden dapat memenuhi luas orang requirementper dan 15% tidak sesuai dengan standar lebar per orang adalah 9 m². Tapi keseluruhan luas pelaku adalah tidak tepat karena luas bangunan sama dengan luas tanah. Jika citeria rumah sederhana diterapkan, ini menjadi sulit karena perusahaan berbasis rumah memiliki karakteristik yang berbeda, bahwa fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha. Lalu relevansi menghasilkan pendapatan dengan penggunaan ruang yang memiliki nilai r antara sampai nilai r yang menunjukkan bahwa relevansi adalah rendah dan menghasilkan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penggunaan ruang oleh pelakunya. Hasil ini dipengaruhi oleh alasan pelaku dan motivasion bahwa mereka tidak ingin membuat ruang tambahan. Mereka sudah merasa nyaman dengan kondisi rumah mereka, tidak ada tanah yang lebih luas, dan pelaku tidak memiliki uang, karena biayanya terlalu banyak. Kata kunci : penggunaan ruang, usaha berbasis rumah tangga 40

2 PENDAHULUAN Rumah merupakan salah satu kebutuhan kemudian dapat membantu pembayaran rumah dasar manusia, rumah pada dasarnya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman). Saat ini rumah tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk melakukan usaha. Banyak alas an manusia memilih rumah untuk memulai usaha, diantaranya adalah mengurangi pengeluaran tambahan, pemanfaatan pajak, tidak menyukai suasana kerja konvensional, kesempatan untuk menjadi pemilik usaha sendiri dan khususnya kesempatan untuk mengendalikan pekerjaan dan rumah tangga pada satu tempat (Beach, 1993). Peningkatan ekonomi keluarga menjadi salah satu alas an untuk memulai usha di rumah. Fungsi rumah tidak lagi sebagai fasilitas saja, tetapi juga sebagai peningkatan pendapatan, yang kemudian dapat membantu pembayaran ryumah serta peningkatannya (Strassman, 1987). Dalam hal ini rumah tempat produksi, tempat pemsaran, hiburan, instuisi keuangan dan juga digunakan sebagai tempat pengasingan diri (Laquin dalam Kallet, 2000). Usaha berbasis rumah menjadi alternative peningkatan pendapatan. Penggunaan ruang rumah oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga (HBE) menjadi penting untuk diperhatikan. Ruang yang digunakan dalan mengembangkan usahanya dengan kegiatan rumah tangga akan menjadi sama. Akibatnya ruang yang ada di dalam rumah menjadi sempit, bahkan menjadi tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku. Home based bussines atau yang lebih dikenal dengan usaha berbasis rumah memiliki pengertian bahwa segala jenis kegiatan usaha dilakukan di dalam rumah oleh pemilik usaha dan pekerjanya juga (Leighton Jay, 2003). Seperti yang dikemukakan Parrott Kathleen (1998) The work environment is important to the success of any business. For the HBB, the work environment is unique because it is also a home. The use of space in the home will change when a home-based business is begun. By definition, a HBB introduces a business activity into residential space, your home. The needs of the business and the needs of the family members will be different, and conflict can result. Pada pelaksanaannya, penggunaan ruang rumah oleh usaha berbasis rumah tangga tersebut menjadi suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sering terjadi penggunaan ruang yang sama dalam melakukan aktivitas rumah tangga dan usaha (Tipple, 2005). Aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha dan anggota keluarga dapat mempengaruhi penggunaan ruang rumah mereka. Pada akhirnya, ruang untuk aktivitas keluarga sehari-hari menjadi sama dengan ruang untuk melakukan usaha rumah tangga tersebut. Di sisi lain adanya keterbatasan luas ruang rumah yang dimiliki oleh pelaku usaha, membuat keseluruhan aktivitas usaha khusunya industry rumah tangga tidak dilakukan di dalam rumah, sehingga diperlukan adanya perluasan atau penambahan ruang untuk mengatasi permasalahan penggunaan ruang. Tetapi pada kenyataannya keterbatasan dana menjadi salah satu alasan tidak dilakukannya perluasan atau penambahan ruang rumah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan ruang rumah oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga (HBE) dan alur aktivitasproduksi khususnya industri rumah tangga di Kelurahan Bugangan dan Jalan Barito terkait dengan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat melakukan usaha, serta melihat keterkaitan antara tingkat pendapatan penghuni dengan penggunaan ruang yang dilakukan. USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA DALAM KAJIAN TEORI Usaha berbasis rumah tangga (home based enterprises) adalah usaha yang terdapat atau berada dekat dengan rumah dari pada di daerah komersial atau area industri, dimana HBE tersebut termasuk kedalam komponen homebased, seperti membuat makanan dan komponen non homebased, seperti menjual makanan di disekitar jalan (Tipple, 2005). Menurut Leighton Jay (2003) usaha berbasis rumah (home-based businesses) memiliki karakteristik yaitu hamper seluruh kegiatan usaha dilakukan di dalam rumah pemilik usaha, dimana usaha ini lebih mengarah kepada usaha dilakukan di rumah (business operated at home). Aktivitas yang dilakukan dalam usaha berbasis rumah pada umumnya adalah industry pengolahan dan perdagangan dan jasa (retail). Usaha tersebut biasanya dilakukan di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah pemilik usaha. Aktivitas usaha yang dilakukan biasanya memiliki kombinasi yaitu ada jenis usaha dalam rumah yang melakukan produksi dan distribusi menjadi satu kesatuan dai usaha mereka. Ada JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

3 juga yang melakukan usaha dalam rumah dengan menjual barang saja (retail) dan melakukan jenis usaha yang berbeda, seperti mekanik yang juga membuka usaha menjual makanan yang dilakukan di area yang sama (Tipple, 2005). Menurut Johan Silas (2002), rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman dan bukan semata mata hasil fisik yang sekali jadi. Bermukim pada hakikatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh manusia dalam memasyarakatkan diri. Apabila dilihat dari proses bermukim tersebut, maka rumah merupakan sarana pengaman bagi diri manusia itu sendiri, pemberi ketentraman hidup, dan sebagai pusat kegiatan berbudaya (Yudohusodo, 1991). Pada dasarnya rumah atau hunian diartikan hanya sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung. Namun, pada perkembangannya apresiasi terhadap rumah terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan ebutuhan manusia (Sastra, 2006:109). Dalam hal ini menurut Dewi S dalam Silas (2000) rumah dapat menjadi modal kerja yang handal dalam mengembangkan kekuatan ekonomi keluarga melalui Usaha Berbasis Rumah (UBR). Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun (dalam Marsono, 1995), bangunan rumah adalah bangunan yang direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh satu keluarga atau lebih, dimana didalamnya terdapat ruang hunian yang merupakan bagian dari bangunan rumah yang digunakan untuk tidur, makan dan kegiatan lain. Rumah sederhana tidak bersusun merupakan tempat kediaman yang layak huni, dimana rumah sederhana tersebut dibagi menjadi dua yaitu: Rumah lengkap adalah tempat kediaman yang terdiri dari satu lantai, memiliki luas bangunan minimum 36 m² dan maksimal 70 m². Luas persil minimum adalah 60 m² dan 120 m². Rumah inti (rumah tidak lengkap) adalah tempat kediaman yang mempunyai satu ruangan hunian dnegan luas minimum 12 m² dan dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi rumah sederhana lengkap dengan luas minimum 36 m². Berdasarkan pedoman umum rumah sederhana sehat yang dikeluarkan pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum, kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian yang telah dilakukan, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m². Proses produksi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan konversi bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap (SIPUK, 2008). Menurut Setyawan (2008), sebelum melakukan proses produksi terlebih dahulu dilakukan perencanaan proses, dimana secara umum yang dimaksud dengan perencanaan proses adalah perencanaan bagaimana sekumpulan aktivitas produksi akan berlangsung mulai dari input, pemrosesan sampai menghasilkan produk (output). Pada perkembangannya rumah tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi penghuninya, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan melalui penyewaan ruang atau digunakan sebagai toko (Strassmann, 1987). Usaha berbasis rumah (home-based enterprise) tidak hanya bisnis kecil-kecilan dalam struktur yang kecil, tetapi juga merupakan kegiatan keluarga yang dilakukan di tempat tinggal. Rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran, pusat hiburan, lembaga keuangan keluarga, dan juga tempat untuk menyendiri atau beristirahat (Kellet, 2000). Dalam hal ini kegiatan keluarga dan usaha menjadi satu di dalam rumah. Melalui studinya di Lima, Kalutara, dan Kolombo Strassman (1987) menyebutkan bahwa pemilik usaha didalam rumah berpendapat apabila mereka tidak memiliki usaha di dalam rumah, maka usaha mereka tidak akan berhasil dan tanpa usaha berbasis rumah, mereka tidak akan mampu untuk bertahan hidup. Hampir sama dengan di negara maju Amerika Serikat, penggunaan ruang dalam usaha berbasis rumah ternyata juga mengganggu aktivitas keluarga. Menurut Margaret (2001), ruang yang digunakan untuk melakukan usaha memang sudah dibuat terpisah dengan ruang untuk tempat tinggal. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah aktivitas usaha tersebut menganggu aktivitas keluarga. Jenis usaha berbasis rumah (home-based business) yang dilakukan JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

4 juga memiiki kriteria berbeda, dimana pengusaha menggunakan teknologi internet untuk melakukan usahanya. Sementara untuk usaha berbasis rumah di negara berkembang rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran dan aktivitas keluarga (Kellet, 2000). Penggunaan ruang di dalam rumah akan berubah ketika usaha berbasis rumah tersebut sudah dimulai. Dilihat dari definisinya, HBB merupakan sebuah kegiatan bisnis dalam ruang hunian, yaitu di rumah. Kebutuhan ruang untuk bisnis dan kebutuhan untuk anggota keluarga akan berbeda dan hal ini yang kemudian menjadi suatu konflik dalam penggunaan ruang rumah (Parrott, 1998) Produksi& Distribusi 26% Jasa : 33% Produksi : 7% Distribusi : 34% Gambar 1. Persentase Aktivitas yang Dilakukan Pelaku Usaha PERUMUSAN PENGGUNAAN RUANG UNTUK USAHA Aktivitas Usaha dan Rumah Tangga dalam Usaha Berbasis Rumah Tangga Aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat berbeda, tergantung dari jenis usahanya. Aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat dibedakan menjadi empat yaitu aktivitas produksi saja, aktivitas distribusi/penjualan, aktivitas jasa dan kombinasi aktivitas produksi dan distribusi yang dilakukan dalam satu rumah. Keempat aktivitas tersebut biasanya dilakukan setiap hari oleh pelaku usaha di dalam rumah mereka. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, dari 100 kuesioner yang disebarkan aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha memiliki jumlah yang bervariasi yaitu 7% untuk aktivitas produksi saja, 34% untuk ditribusi/penjualan dan 33% untuk aktivitas jasa dan 26% untuk kombinasi aktivitas produksi dan distribusi. Aktivitas usaha yang dilakukan disesuaikan dengan jenis usaha mereka. Untuk pemilik usaha industri rumah tangga biasanya mereka melakukan aktivitas produksi di dalam atau di teras depan rumah mereka. Selain itu sebagian dari industri rumah tangga tersebut juga melakukan aktivitas distribusi di rumah mereka. Untuk pemilik usaha perdagangan aktivitas usaha yang mereka lakukan yaitu menjual dan membeli barang di rumah mereka. Pemilik usaha biasanya melayani pembeli yang akan membeli barang dagangan mereka. Sementara untuk pemilik usaha jasa melakukan aktivitas yang hampir sama seperti pelaku usaha dagang. Pelaku melayani konsumen yang akan menggunakan jasanya. Aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku atau penghuni usaha berbasis rumah tangga dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas rumah tangga yang pertama adalah makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci). Aktivitas ini mereka lakukan bagi penghuni yang anak-anak mereka tidak lagi tinggal dengan mereka atau penghuni yang anakanak mereka sudah bekerja tetapi masih tinggal dengan orang tua mereka. Kemudian aktivitas rumah tangga yang kedua adalah makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci), bermain dan belajar. Aktivitas ini dilakukan oleh pelaku atau penghuni yang masih memiliki anak kecil atau masih dalam masa sekolah. Aktivitas rumah tangga ini setiap hari dilakukan oleh penghuni usaha berbasis rumah tangga. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 64% dari responden melakukan aktivitas rumah tangga makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci) dan sebanyak 36% melakukan aktivitas rumah tangga makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci), bermain dan belajar. Sebagian dari aktivitas tersebut juga dipengaruhi oleh ketersediaan ruang rumah mereka yang tidak terlalu luas. Bagi penghuni yang memiliki anak kecil JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

5 biasanya anak-anak mereka bermain di luar rumah atau di ruang tamu yang juga digunakan sebagai tempat melakukan usaha. Selain itu ada juga sebagian dari mereka yang membantu orang tua mereka dalam menjalankan usaha keluarga. Kedua aktivitas usaha dan rumah tangga tersebut dilakukan setiap hari dan pelaku usaha sering melakukan aktivitas usaha dan rumah tangga pada ruangan yang sama yang kemudian ini akan berpengaruh pada penggunaan ruang rumah mereka Alur Aktivitas Produksi Industri Rumah Tangga Untuk industri rumah tangga pada umumnya proses produksi dilakukan secara bertahap dan pelaku usaha melakukan aktivitas produksi di dalam atau di teras depan rumah mereka. Dan sebagian dari industri rumah tangga tersebut juga mendistribusikan hasil produksi mereka langsung dari rumah mereka. Di Kelurahan Bugangan terdapat aktivitas produksi yang cukup unik. Keseluruhan aktivitas produksi pada umumnya dilakukan di rumah, mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi. Berbeda dari yang biasanya, untuk industri pembuatan tempat pensil dari kain milik Nona Vera, aktivitas produksi tidak seluruhnya dilakukan di dalam rumah. Aktivitas produksi yang dilakukan di rumah mereka hanya pengepakan barang jadi, sementara untuk pemotongan bahan atau kain dilakukan di rumah saudaranya yang berada di Tlogosari. Hal ini dilakukan karena luas ruang di dalam rumah tidak mencukupi untuk melakukan proses tersebut. Proses pemotongan membutuhkan tempat yang cukup luas karena kain yang akan dipotong jumlahnya banyak dan panjang. Setelah pemotongan dilakukan, maka penjahitan kain untuk menjadi tempat pensil dilakukan di tempat lain. Kain yang sudah dipotong akan diberikan kepada penjahit yang berada di sekitar rumah mereka atau tetangga, penjahit yang ada di sekitar Kecamatan Semarang Timur, dan yang berada di Tlogosari dekat dengan tempat pemotongan kain. Kemudian setelah proses menjahit selesai, maka proses pengecekan dan pengepakan akan dilakukan di ruang tamu rumah mereka. Pada saat-saat tertentu seperti pesanan atau permintaan yang cukup banyak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga cukup banyak untuk mengecek dan mengepak barang hasil produksi. Dalam keadaan ini ruang tamu yang ada di rumah digunakan untuk melakukan proses pengecekan kemudian pengepakan dan ruang tamu pelaku usaha ini terasa kurang luas dan memberikan ketidaknyamanan. Hal ini dikarenakan ruang tamu tersebut dipenuhi barang hasil produksi dan pekerja yang cukup banyak untuk melakukan pengecekan dan pengepakan. Alur aktivitas produksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2. Alur Aktivitas Produksi Penggunaan Ruang Oleh Pelaku Usaha- Berbasis Rumah Tangga (HBE) Alasan pemilik usaha untuk membuka usaha menjadi dasar dilakukannya usaha di dalam rumah. Alasan pemilik usaha yang cukup mendominasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-sehari dan meningkatkan penghasilan mereka. Mereka beranggapan bahwa mereka bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan meskipun itu dilakukan di dalam rumah mereka. Selain itu adanya kedekatan lokasi usaha dengan pasar merupakan alasan mereka untuk membuka usaha di JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

6 dalam rumah. Disisi lain kenyamanan untuk memperoleh pekerjaan karena dapat menghemat biaya transportasi dan waktu juga merupakan alasan mereka untuk membuka usaha. Beberapa alasan unik lain pelaku usaha membuka usaha di rumah mereka yaitu adanya kecintaan terhadap seni, karena hobi, merupakan keterampilan dari pelaku usaha dan ada yang karena memang memiliki jiwa wirausaha. Dengan adanya alasan-alasan untuk membuka usaha, maka kemudian mereka membuat rumah mereka menjadi tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Berdasarkan analisis yang dilakukan sebanyak 27 % luas rumah pelaku usaha berbasis rumah tangga adalah m², dan sebanyak 20 % memiliki luas rumah antara m². Dan yang paling kecil adalah 2 % untuk luas rumah > 200 m². Dan sebagian besar dari rumah mereka memiliki KDB 100 %. Mereka berusaha memanfaatkan seluruh lahan yang mereka miliki untuk membangun rumah mereka yang juga digunakan sebagai tempat usaha. Gambar 3. Luas Rumah yang Dimiliki Pemilik Usaha Dengan usaha yang mereka miliki saat ini, ternyata sebagian besar pelaku usaha tersebut tidak melakukan perluasan rumah. Luas rumah mereka tidak pernah bertambah dan tetap seperti itu semenjak mereka membuka usaha. Untuk luas tempat usaha yang dimiliki pelaku usaha pada umumnya adalah 20-30% dari luas rumah yang mereka miliki. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa luas tempat mereka melakukan usaha didominasi oleh luas 12 m² - 24 m² yaitu sebanyak 51% dari jumlah 100 sampel yang diedarkan. Kemudian sebanyak 27% untuk luas > 24 m² dan sebanyak 22% untuk luas usaha < 12 m². Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa luas tempat melakukan usaha memiliki proporsi yang kecil dari luas keseluruhan rumah. Tetapi menjadi berbeda apabila akitivitas yang dilakukan juga di dalam rumah, dimana aktivitas rumah tangga juga dilakukan pada ruangan yang sama. Luas tempat usaha untuk tiap jenis usaha berbeda. Untuk industri rumah tangga luas tempat usaha ratarata 15-35%. Tetapi sebagian dari pelaku membuat tempat usaha mereka lebih besar dari rumah mereka bahkan luas usaha bisa 60% dari luas keseluruhan, tetapi ada juga yang hanya sedikit yaitu hanya 6% dari luas keseluruhan. Untuk pelaku yang mememiliki luas tempat usaha lebih dari 35% bahkan sampai 60% biasanya melakukan keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi sekaligus dalam satu rumah. Kemudian untuk jenis usaha dagang, jasa dan rumah makan memiliki luas tempat usaha rata-rata 15-30% karena sebagian besar mereka hanya membutuhkan luas yang kecil dan berada di depan rumah. dan aktivitas yang dilakukan hanya menjual dan membeli, baik itu jasa maupun dagang. Tetapi ada juga pelaku yang memiliki luas tempat usaha sekitar 40-55% dari luas keseluruhan. Hal ini dikarenakan luas rumah mereka yang kecil kemudian digunakan untuk usaha dan memang usaha sudah berkembang dan membutuhkan tempat yang lebih luas lagi. Ruangan rumah yang terdapat di dalam usaha berbasis rumah pada umumnya hampir sama dengan ruang rumah pada umumnya. Hanya saja di dalam usaha berbasis rumah terdapat tempat/ruangan untuk melakukan aktivitas usaha mereka. Aktivitas yang dilakukan di dalam rumah juga hampir sama. Ruang-ruang yang pada umumnya terdapat di dalam rumah yaitu ruang tamu, kamar/ruang tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi/wc. JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

7 Gambar 4. Ruang Inti Rumah untuk Tempat Usaha Untuk unit kediaman inti yang terdapat dalam usaha berbasis rumah tangga (HBE) pada umumnya memiliki luas rumah antara m² dan ruang rumah yang ada juga tidak terlalu lengkap. Sebagian dari pelaku usaha tersebutmemiliki satu ruang tidur dan dapur tetapi tidak memiliki kamar mandi. Pelaku usaha berbasis rumah tangga beranggapan bahwa aktivitas rumah tangga dan usaha tidak masalah dilakukan di dalam ruang yang sama. Pelaku usaha berbasis rumah tangga mengatakan mereka merasa nyaman apabila aktivitas usaha dan bermain anak menjadi satu di ruang tamu. Tipe pola penggunaan ruang oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat berbeda, tergantung dari jenis usaha dan aktivitas yang dilakukan. Pola penggunaan ruang oleh pelaku usaha yaitu: Usaha dagang dengan aktivitas menjual dan membeli dilakukan di teras atau bagian depan rumah. Usaha jasa dengan aktivitas jasa/pelayanan dilakukan di bagian depan rumah atau di dalam rumah, seperti ruang tamu. Indutri rumah tangga dengan aktivitas produksi saja dilakukan di bagian depan atau di dalam rumah, seperti ruang tamu. Industri rumah tangga yang melakukan aktivitas produksi dan distribusi. Untuk usaha jenis ini pelaku melakukan aktivitas produksi di dalam atau teras depan rumah, kemudian untuk aktivitas distribusi di bagian depan rumah seperti ruang tamu. Gambar 5. Denah Rumah yang Digunakan sebagai Tempat Usaha Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas usaha memang mengganggu kenyamanan dari anggota keluarga mereka.walaupun usaha tersebut menimbulkan kebisingan dan ruang yang mereka gunakan untuk usaha dan kelurarga menjadi satu, tetapi sebagian besar dari pe- JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

8 milik usaha dan anggota keluarga merasa nyaman dengan adanya usaha tersebut. Sebagian besar pelaku usaha berpendapat bahwa kebisingan yang ditimbulkan tidak cukup mengganggu aktivitas mereka, meskipun aktivitas yang dilakukan pada ruangan yang sama dengan aktivitas rumah tangga. Sebanyak 83% dari jumlah 100 sampel yang diedarkan menyatakan bahwa mereka merasa nyaman dan tidak terganggu dengan adanya usaha di dalam rumah dan sebanyak 17% menyatakan terganggu. Seiring berjalannya usaha berbasis rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku usaha, ternyata sebagian besar dari pelaku usaha tidak melakukan penambahan ruang usaha atau ruang rumah. Pelaku usaha yang tidak melakukan perluasan atau penambahan ruang tersebut berpendapat bahwa luas rumah mereka sudah cukup untuk melanjutkan usaha dan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu dengan penghasilan yang tidak terlalu besar, mereka tidak bisa melakukan perluasan ruang usaha maupun ruang rumah mereka. Bagi pemilik usaha yang mengontrak rumah tidak mungkin melakukan perluasaan atau penambahan ruang rumah. Gambar 6. Pendapat Tetangga di sekitar Rumah Usaha Disisi lain, pelaku usaha yang bertempat tinggal di lahan bukan miliknya melakukan penambahan ruang secara vertikal. Pelaku usaha ini bertempat tinggal di lahan yang bukan miliknya dan tidak memiliki surat tanah. Mereka membangun rumah diatas lahan milik Yayasan Bala Keselamatan yang ada di sekitar rumah mereka Gambar 7. Denah Rumah yang Diperluas Secara Vertikal Penggunaan Ruang Berdasarkan Kriteria Rumah Sederhana Sebagain besar dari usaha berbasis rumah tersebut memiliki KDB 100%. Dalam hal ini pelaku usaha memanfaatkan seluruh lahan yang mereka miliki untuk membangun rumah mereka. Dimana rumah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha, sehingga membutuhkan rumah yang cukup luas. Apabila disesuaikan dengan kriteria rumah sederhana, maka sebagian besar rumah pelaku usaha kurang sesuai dengan standar karena memiliki KDB JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

9 100%. Sementara pada kriteria tersebut di tetapkan bahwa untuk luas lahan 60 m² untuk 3 jiwa luas bangunan adalah 27 m² dan untuk 4 jiwa luas bangunan adalah 36 m². Pada setiap rumah hampir tidak ada ruang terbuka atau halaman terbuka untuk usaha berbasis rumah tangga. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah standar luas lahan dan bangunan tersebut ditujukan untuk rumah yang benar-benar digunakan sebagai tempat tinggal, bukan untuk rumah yang juga sekaligus digunakan sebagai tempat usaha. Pelaku membutuhkan luas yang lebih untuk dapat melakukan aktivitas usaha di rumah mereka. Sehingga hal ini dapat menjadi masukan untuk kriteria rumah sederhana yang ada saat ini. Rumah yang juga digunakan sebagai tempat usaha dapat menjadi pertimbangan. Untuk luas per orang, dalam analisis ini luas rumah keseluruhan dikurangi luas tempat usaha. Hal dilakukan untuk melihat luas ruang rumah yang sebenarnya, meskipun pada kenyataannya sebagian responden memiliki tempat usaha menyatu dengan atau dilakukan di ruang tamu. Untuk luas ruang per orang, sebagian besar usaha berbasis rumah tangga memiliki jumlah penghuni antara 2 8 orang. Dan apabila di sesuaikan dengan standar luas ruang per orang adalah 9 m², maka sebanyak 85 % usaha berbasis rumah ini sudah sesuai dengan standar yang ada. Mengingat luas lahan sama dengan luas bangunan, maka luas ruang per orang tersebut dapat terpenuhi. Apabila dilihat dari luas usaha mereka yang juga berada dan menyatu di dalam rumah, maka luas rumah tersebut menjadi lebih sempit lagi. Pada usaha berbasis rumah tangga hal ini menjadi kurang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan luas per orang. Untuk usaha berbasis rumah tangga jumlah orang yang berada pada luas rumah tersebut tidak tetap. Untuk usaha yang menggunakan tenaga kerja yang tinggal di rumah dan jumlahnya tidak banyak, maka luas ruang per orang 9 m² dapat terpenuhi, tetapi untuk usaha yang memiliki tenaga kerja tidak tetap dan tidak tinggal di rumah pelaku usaha susah untuk diterapkan. Apabila dikaitkan dengan jumlah penghuni maka dengan rumah yang tidak terlalu luas, dan jumlah penghuni yang bisa saja lebih dari 4-5, maka ruang yang ada juga tidak akan lengkap. Sebagian dari pelaku usaha berbasis rumah tangga juga tidak memiliki kamar mandi menjadi tidak sesuai dengan standar yang ada. Dalam hal ini fungsi rumah sebagai tempat tinggal menjadi berkurang, karena sebagian luas rumah digunakan untuk tempat usaha dan ruang rumah kemudian menjadi tidak lengkap, karena digunakan untuk tempat melakukan usaha. Standar penggunaan ruang rumah yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut apabila diterapkan pada usaha berbasis rumah tangga akan sulit, karena standar yang ada hanya memberikan petunjuk untuk pembangunan rumah untuk tempat tinggal dengan aktivitas rumah tangga. Sementara untuk usaha berbasis rumah tangga tersebut, aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas usaha dan rumah tangga Tabel 1. Matriks Hubungan Antar Kegiatan Kegiatan Tidur Tamu Makan Masak Kebersihan Belajar Bermain Usaha Ruang Ruang Tidur O O O O Ruang Tamu O O O O Ruang Makan O Dapur O O Kamar Mandi O Ruang Belajar O O Ruang Keluarga O O O O O Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa aktivitas penghuni dapat mempengaruhi penggunaan ruang rumah. Kenyataan yang terjadi di lapangan memang terjadi demikian tetapi ditambahkan lagi dengan aktivitas usaha. Aktivitas usaha dan rumah tangga menjadi satu dan mempengaruhi penggunaan ruang rumah. Aktivitas tersebut benar-benar mempengaruhi penggunaan ruang pada usaha berbasis rumah tangga, sehingga ruang yang harusnya digunakan sebagai tempat JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

10 untuk beristirahat, bermain, dan belajar pada akhirnya digunakan sebagai tempat melakukan usaha. Hal ini yang kemudian menimbulkan konflik penggunaan ruang. Pada satu sisi, pelaku menggunakan ruang yang sama untuk melakukan aktivitas usaha dan rumah tangga sudah cukup lama, tetapi pada perkembangannya tidak melakukan penambahan ruang. Di sisi lain kriteria rumah sederhana yang ada saat ini sulit untuk diterapkan pada usaha berbasis rumah tangga, karena kriteria tersebut hanya untuk rumah dengan fungsi sebagai tempat tinggal dan pembinaan keluarga. Sementara untuk usaha berbasis rumah tangga aktivitas usaha juga dilakukan di rumah, sehingga diperlukan kriteria atau standar yang baru yang sesuai dengan karakteristik usaha berbasis rumah tangga, yaitu fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat melakukan usaha Tingkat Pendapatan Penghuni UsahaBerbasis Rumah Tangga Apabila dilihat dari alasan pemilik usaha untuk membuka usaha di rumah mereka yaitu untuk meningkatkan pendapatan, maka dapat dilihat bahwa pendapatan merupakan faktor utama mereka membuka usaha. Berdasarkan hal tersebut, dari pengolahan data yang telah dilakukan maka penghasilan pemilik usaha dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu memiliki pendapatan < Rp ,-kedua Rp ,sampai dengan Rp ,-dan yang memiliki pendapatan > Rp ,-tiap bulan. Dari hasil survei dan pengolahan data yang telah dilakukan, kebanyakan dari pelaku usaha ini memiliki pendapatan antara Rp Rp dan sebanyak 49 responden dari jumlah 100 sampel memiliki tingkat pendapatan dari kriteria tersebut. Kemudian sebanyak 33 pelaku usaha memiliki pendapatan > Rp dan sebanyak 18 pelaku usaha memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp Dengan tingkat pendapatan yang didominasi oleh pedapatan Rp Rp dan lebih kecil dari Rp , maka pelaku usaha di Kelurahan Bugangan dan Jalan Barito ini termasuk dalam golongan masayarakat berpenghasilan rendah. Tetapi tidak sedikit juga pelaku usaha yang memiliki pendapatan lebih besar dari Rp , hal ini dikarenakan usaha mereka yang sudah cukup lama dan berkembang dan lebih besar dari mereka yang memiliki pendapatan dibawah Rp ,-. Tingkat pendapatan yang dimiliki oleh anggota keluarga pemilik usaha ternyata tidak jauh berbeda. Dari mereka yang bekerja, sebanyak 24% memiliki pendapatan Rp Rp Kemudian sebanyak 17% memiliki pendapatan < Rp dan sebanyak 12% memiliki pendapatan > Rp Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan mereka yang bekerja di sektor lain ternyata hampir sama bahkan terkadang lebih besar. Alasan ini juga yang membuat pelaku usaha membuka usaha di rumah mereka. Gambar 8. Tingkat Pendapatan Pelaku Usaha Berbasis Rumah Tangga Keterkaitan Tingkat Pendapatan dengan- Penggunaan Ruang Hubungan antara tingkat pendapatan pemilik usaha akan dikaitkan dengan luas rumah, kelengkapan ruang rumah, dan apakah mereka melakukan perluasan terhadap ruang rumah mereka seiring dengan meningkatnya pendapatan mereka. Dari hasil analisis yang dilakukan, tingkat keterhubungan antara pendapatan dengan penggunaan ruang memiliki keterhubungan yang rendah. Keterhubungan pendapatan dengan luas rumah adalah 0,331, hal ini berarti korelasi atau JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

11 keterhubungan yang terjadi rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa berpengaruh terhadap luas rumah. Untuk keterhubungan pendapatan dengan kelengkapan ruang rumah memiliki nilai korelasi 0,453 dan hal ini menunjukkan adanya korelasi yang cukup berarti tetapi lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha yang cenderung memiliki pendapatan yang cukup memiliki ruang rumah yang cukup lengkap. Sementara keterhubungan pendapatan dengan melakukan penambahan ruang atau tidak memiliki nilai korelasi -0,015 dan hal ini, menunjukkan tidak adanya hubungan pendapatan dengan penambahan ruang. Dalam hal ini pendapatan yang meningkat tidak berarti pelaku akan melakukan penambahan atau perlusan ruang. Adanya keterhubungan yang rendah antara pendapatan dengan penggunaan ruang menunjukkan bahwa meskipun pendapatan pelaku usaha berbasis rumah tangga meningkat, mereka tidak melakukan penambahan ruang. Hal ini terjadi karena sebagian besar pemilik usaha lebih memilih bertahan dengan luas rumah mereka yang ada saat ini. Selain itu mereka juga berpendapat dengan luas rumah mereka yang ada saat ini mereka tidak perlu lagi mengeluarkan modal untuk memperbaiki luas rumah mereka karena mereka tidak memiliki modal. Selain itu lahan yang ada disekitar rumah mereka juga sudah tidak ada lagi, sehingga sulit bagi mereka untuk melakukan perluasan ruangan. Alasan lain yang membuat pemilik usaha tidak melakukan perluasan atau penambahan ruang rumah mereka adalah rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kontarkan, sehingga tidak mungkin dilakukan penambahan atau perluasan ruang rumah. Selain itu, bagi pemilik usaha yang usahanya sudah cukup maju, mereka lebih memilih untuk membuka cabang di daerah lain, daripada melakukan perluasan ruang usaha maupun ruang rumah mereka sendiri. Mereka sudah merasa nyaman dengan luas ruang rumah mereka. Disisi lain ada kejadian unik dimana pemilik usaha yang bertempat tinggal di lahan milik Yayasan Bala Keselamatan justru melakukan penambahan atau perluasan ruang rumah secara vertikal. Pemilik usaha dagang kayu tersebut saat ini tinggal dengan istri dan kedua cucunya. Alasan mereka melakukan penambahan ruang yaitu untuk memeberikan kenyamanan kepada anakanak mereka apabila datang kerumah mereka, karena saat ini anakanak mereka sudah menikah dan tidak tinggal dengan mereka. Rumah tersebut dibangun secara permanen dan berada tepat di pinggir jalan musi raya. Mereka juga sudah siap apabila mereka akan digusur nantinya, dan mereka sadar bahwa mereka bertempat tinggal di lahan pemerintah. KESIMPULAN Perkembangan usaha berbasis rumah tangga pada dasarnya memberikan peningkatan pendapatan bagi pelaku usaha tersebut. Rumah tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi penghuninya, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan (Strassmann, 1987). Rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran, pusat hiburan, lembaga keuangan keluarga, dan juga tempat untuk menyendiri atau beristirahat (Kellet, 2000). Secara keruangan, usaha berbasis rumah ini menggunakan proporsi ruang yang kecil di dalam rumah. Biasanya usaha ini menggunakan ruangan yang kecil yang juga digunakan untuk fungsi domestik (Tipple, 2004). Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian maka yang pertama dapat disimpulkan adalah bahwa aktivitas usaha dan rumah tangga ternyata berpengaruh pada penggunaan ruang rumah pelaku usaha. Disamping aktivitas tersebut, alasan pelaku usaha untuk membuka usaha di rumah memiliki pengaruh yang cukup kuat, karena hal tersebut menjadi awal mula usaha berbasis rumah tangga. Aktivitas dan alasan kemudian mempengaruhi penggunaan ruang rumah pelaku usaha. Luas rumah secara keseluruhan digunakan untuk melakukan akitivtas usaha dan rumah tangga, sehingga fungsi rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi untuk melakukan usaha berbasis rumah tangga. Aliran aktivitas produksi pada industri rumah tangga yang bertahap dan dilakukan pada lokasi yang berbeda menjadikan usaha berbasis rumah tangga tersebut unik. Adanya keterbatasan luas rumah menjadi alasan aktivitas dilakukan pada lokasi yang berbeda. Sehingga diperlukan adanya keterhubungan aktivitas pada lokasi yang berbeda selain di rumah. Tipe pola penggunaan ruang pada usaha berbasis rumah tangga berbeda sesuai dengan jenis usaha dan aktivitas yang dilakukan. Luas rumah yang tidak bertambah, kelengkapan rumah, dan tidak melakukan penambahan ruang rumah atau usaha baik secara vertikal maupun horizontal merupakan pilihan dari pelaku usaha. Sebagian besar luas rumah dari pelaku usaha belum sesuai dengan kritera rumah sederhana yang menetapkan bahwa luas bangunan adalah 60% JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

12 dari luas lahan, untuk aktivitas usaha dan rumah tangga yang dilakukan pada ruangan yang sama menjadi penting untuk diperhatikan karena kedua akitivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu dipelukan adanya standar baru dari kriteria rumah sederhana yang sesuai dengan karakteritik usaha berbasis rumah tangga dengan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha. Seiring berjalannya waktu pendapatan pelaku usaha meningkat, tetapi apabila disesuaikan dengan peraturan pemerintah pendapatan pelaku usaha masih berada pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah, dimana penghasilan ratarata antara Rp Rp begitu juga untuk pendapatan anggota keluarga yang bekerja pada sektor lain ternyata memiliki pendapatan yang hampir sama dengan pelaku usaha berbasis rumah tangga. Kemudian dilihat dari keterkaitan antara pendapatan dengan penggunaan ruang, ternyata keterhubungan yang terjadi sangat rendah dengan nilai r berkisar antara -0.-,015 sampai dengan 0,453. Melalui hal tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penggunaan ruang oleh pelaku usaha, mengingat alasan dan motivasi pelaku juga tidak mendukung adanya perluasan atau penambahan ruang rumah mereka. Dalam hal ini pelaku usaha sudah merasa nyaman dengan kondisi rumah, tidak ada lahan lagi untuk diperluas, dan pelaku tidak memiliki modal yang cukup karena mereka merasa melakukan penambahan ruang itu memerlukan biaya yang besar. Pada akhirnya mereka lebih memilih untuk tinggal dan melakukan usaha di rumah yang terasa semakin sempit daripada memperluas rumah mereka. Pemenuhan kebutuhan hidup dan membuka cabang usaha baru daripada melakukan penambahan ruang, alas an mereka adalah untuk memperluas tempat usaha mereka. Tipple, A Graham Shelter As A Workplace: A Review of Home-Based Enterprise in Developing Countries. dalam jurnal proquest. Available at: Tipple, A Graham Settlement Upgrading and Home-Based Enterprise: Discussion from Empirical Data dalam Jurnal Cities Vol. 21, No 5, Available at: Tipple, A Graham The Place of Home-Based Enterprises in the Informal Sector: Evidence from Cochabamba, New Delhi, Surabaya and Pretoria dalam Jurnal Urban Studies Vol. 42, No 4, edisi April 2005 Undang-Undang RI No 4 tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman Undang-Undang RI No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Yudhohusodo, Siwanto Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan Padamu Negri. DAFTAR PUSTAKA Setyawan, Aris Budi Perencanaan Proses Produksi Available at: Silas, Johan Rumah Produktif dalam Dimensi Tradisional dan Pemberdayaan. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya Silas, Johan Perancangan Rumah RakyatTerpadu Available at: SIPUK Usaha Kerajinan Gerabah. Available JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

13 JURNAL TATA LOKA; VOLUME 11; NOMOR 1; FEBRUARI

PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D

PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D PENGGUNAAN RUANG OLEH PELAKU USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA (HBE) DI KECAMATAN SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR HOTNIDA YUSNANI SIMBOLON L2D 005 366 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG Parada Ichwan Parnanda, Herry Santosa, Iwan Wibisono Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono TRANSFORMASI FUNGSI RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA Studi Kasus: Desa Jati Sumber, Kecamatan Trowulan. Kabupaten Mojokerto. Jawa-Timur. Metodologi Penelitian (RA 092304) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. BARITO KEC.SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR Oleh: LEONARD SIAHAAN L2D 005 373

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 ISSN : 0853-2877 Konsep MODUL Pengolahan vol 16 NO Desain 1 Januari Rumah Juni Tumbuh 2016 KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 1) Dosen Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Received: March 2017 Accepted: March 2017 Published: April2017 Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Indah Sari Zulfiana 1* 1 Program

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN RUMAH BERDASARKAN JARAK KE AKSES FASILITAS UMUM House Clustering Based On Distance To Public Facilities

PENGELOMPOKKAN RUMAH BERDASARKAN JARAK KE AKSES FASILITAS UMUM House Clustering Based On Distance To Public Facilities PENGELOMPOKKAN RUMAH BERDASARKAN JARAK KE AKSES FASILITAS UMUM House Clustering Based On Distance To Public Facilities Yulinda Rosa Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Dian Mangiring Arika (NIM 154 03 047) PROGRAM STUDI PERENCANAAN

Lebih terperinci

Kata kunci : lansia, panti wreda, home not alone, American classic.

Kata kunci : lansia, panti wreda, home not alone, American classic. ABSTRAK Proses penuaan adalah suatu proses yang pasti dilalui oleh setiap manusia. Setiap hari manusia semakin bertambah tua, dengan bertambah tua maka manusia memiliki kemunduran fungsi-fungsi tubuh seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN RUMAH DI KAMPUNG KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

POLA PENGEMBANGAN RUMAH DI KAMPUNG KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA POLA PENGEMBANGAN RUMAH DI KAMPUNG KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Nina Nurdiani Jurusan Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Bina Nusantara Jln K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI 47 BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pembangunan, sistem pengelolaan serta gambaran sosial-ekonomi penghuni rumah susun yang distudi. 3.1. Rumah Susun

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: restoran, seafood, dan swamasak. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci: restoran, seafood, dan swamasak. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Balikpapan merupakan salah satu kota besar di Kalimantan Timur yang cukup perkembang pesat. Letak yang strategis menjadikan kota ini sebagai pintu gerbang utama penghubung antara kota-kota didalam

Lebih terperinci

KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI

KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI T 711.14 WIC Berbagai kepentingan penggunaan lahan menyebabkan

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Perumnas Banyumanik dan Perumahan Bukit Kencana Jaya) TUGAS AKHIR Oleh: ARIEF WIBOWO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO

PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO PENGGUNAAN RUANG PADA USAHA BATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO Irma Fitriyani, Prof. Ir. Antariksa, MEng.,Ph.D, Dr. Lisa Dwi Wulandari, ST., MT Program Magister Teknik Arsitektur Lingkungan Binaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil merupakan salah satu jenis industri yang potensial karena memiliki kontribusi besar dalam pembangunan. Industri kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: aksesibilitas, desain, ergonomi, lansia, ruang makan. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: aksesibilitas, desain, ergonomi, lansia, ruang makan. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dasar pemikiran yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah fasilitas hunian untuk lansia, karena kita ketahui panti jompo adalah salah satu tempat menampung atau merawat lansia, dan panti

Lebih terperinci

TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI

TESIS RA MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI TESIS RA 092388 MODEL PERUMAHAN PRODUKTIF OLAHAN HASIL LAUT: SINERGI RUANG DOMESTIK DAN RUANG PRODUKSI ADINDA SIH PINASTI RETNO UTAMI 3211.201.007 DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Happy Ratna S., M.Sc, Ph.D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel dan bisnis

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key Words : Raw Materials, Material Requirement Planning, Lot for Lot. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Key Words : Raw Materials, Material Requirement Planning, Lot for Lot. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT In running a manufacturing company, the company need several steps to transform raw materials into finished goods. The process starts from ordering raw materials until distribution to the consumer.

Lebih terperinci

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004 35 Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Berdasarkan keputusan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Sasaran pertumbuhan PDB Nasional berdasar RPJPN 2005-2025 adalah mencapai pendapatan per kapita pada tahun 2025 setara dengan negara-negara berpendapatan menengah,

Lebih terperinci

KREATIVITAS HANDMADE. Drs. Hwihanus.Ak.,MM. Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya -

KREATIVITAS HANDMADE. Drs. Hwihanus.Ak.,MM. Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya   - Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya Januari 2017, Vol. 02, No. 02, hal 77 83 KREATIVITAS HANDMADE Drs. Hwihanus.Ak.,MM. Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya e-mail : - Abstract Creativity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel dan bisnis

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Riky Dony Ardian, Ana Hardiana, Rufia Andisetyana Putri Program Studi

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Oleh: Yunandini Galih Prastyani L2D303307 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS PERBANDINGAN NILAI PROFIT PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DAN PERTAMBANGAN PASIR DI DESA PEGIRINGAN KECAMATAN BANTARBOLANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA. Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia

ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA. Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia Jurnal Permukiman Vol. 12 No. 2 November 2017: 116 123 ANALISA KEBUTUHAN LUAS MINIMAL PADA RUMAH SEDERHANA TAPAK DI INDONESIA Analysis of Minimum Space for Low Cost Landed House in indonesia Mahatma Sindu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB)

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB) HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB) Sutikno Diharjo 1 dan Nurahma Tresani 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG LATAR BELAKANG PENDAHULUAN : a) Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia, dan hak

Lebih terperinci

RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR

RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR Oleh Khairul Fajri, Hendro Trilistyo, Eddy Hermanto Setiap tahun angka penduduk semakin bertambah dan menambah kepadatan penduduk yang sudah tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI

PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI PERENCANAAN DAN STUDI KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN TAMAN SENTOSA TAHAP II BOYOLALI Nida Inayati Mufidatul Khasanah 1), Siti Qomariyah 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1),2),3) Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Oleh: RIKY DONY ARDIAN I 0610027 Diajukan Sebagai Syarat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan

Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Morfologi Spasial Hunian di Desa Wisata Sendangduwur Kabupaten Lamongan Meirinda Putri Aristyani 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sri Utami 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA 647 ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA SPATIAL ADAPTATION OF RESIDENT IN DABAG SIMPLE FLATS SLEMAN YOGYAKARTA Oleh: Muhamad Arif Afandi, Pendidikan Seni Rupa,

Lebih terperinci

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi manusia. Pakaian termasuk barang yang mudah untuk didapatkan. Umumnya, orang-orang mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya hotel-hotel baru bertarif ekonomis (budget) menjadi fenomena baru. Posisinya yang berada antara guest house dan hotel bintang 3 menarik para pebisnis dan

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Merek (House Brand) Terhadap Minat Beli konsumen di Toserba X

ABSTRAK  Pengaruh Merek (House Brand) Terhadap Minat Beli konsumen di Toserba X ABSTRACT These days, store retailers development in Indonesia is very fast. Store retailers are the last distribution position before goods are used by consumers. Store reatailers are the place where consumers

Lebih terperinci

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota metropolitan kedua setelah Jakarta dan saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah maju di bidang industri, maupun perdagangan.

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian Jurnal Geografi Volume 13 No 1 (71 dari 100) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG Ragil Kurnianingrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurut katalog Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah

Lebih terperinci

Pola Pemanfaatan Ruang pada Usaha Berbasis Rumah (UBR) di Klaster Batik Jenggot Kota Pekalongan

Pola Pemanfaatan Ruang pada Usaha Berbasis Rumah (UBR) di Klaster Batik Jenggot Kota Pekalongan Journal Homepage: http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jwl JURNAL WILAYAH DAN LINGKUNGAN P-ISSN: 2338-1604 dan E-ISSN: 2407-8751 Volume 3 Nomor 3, Desember 2015, 175-188 Pola Pemanfaatan Ruang pada Usaha

Lebih terperinci

PENYULUHAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK MENJADI PUPUK KANDANG (ORGANIK) DAN PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK

PENYULUHAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK MENJADI PUPUK KANDANG (ORGANIK) DAN PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK Seri Pengabdian Masyarakat 2015 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 4 No. 2, Mei 2015 Halaman 74-78 PENYULUHAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK MENJADI PUPUK KANDANG (ORGANIK) DAN PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 komposisi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta merupakan Ibu Kota Indonesia yang memiliki perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat diberbagai bidang dan sektor. Melihat pertumbuhan Kota Jakarta

Lebih terperinci

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Rumah yang nyaman bagi penghuninya menjadi dambaan setiap orang untuk bertempat tinggal di dalamnya, baik sebagai tempat berlindung dari gangguan cuaca di luar, maupun tempat istirahat ataupun

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH ORIENTASI BUKAAN SAMPING PADA RUKO TERHADAP KONDISI TERMAL RUANGAN

STUDI PENGARUH ORIENTASI BUKAAN SAMPING PADA RUKO TERHADAP KONDISI TERMAL RUANGAN STUDI PENGARUH ORIENTASI BUKAAN SAMPING PADA RUKO TERHADAP KONDISI TERMAL RUANGAN STUDI KASUS PADA RUKO JALAN CEMARA, JALAN YOS SUDARSO, DAN JALAN SETIA JADI. OLEH ERICK CHANDRA (090406023) DOSEN PEMBIMBING:

Lebih terperinci

PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR

PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR 638 PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR PERAN MEBEL SEBAGAI KOMPONEN INTERIOR Heru Pradana Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain InterStudi Jl. Kapten Tendean No. 2 Kebayoran Baru Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

Kajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari

Kajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari Kajian Housing As A Process pada Perumahan Perumnas Study Kasus Perumahan Perumnas Poasia Kota Kendari Pembimbing : Ir. MUHAMMAD FAQIH, MSA, PH.D Co. Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SATIAWAN, MS LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada 4.1. KONSEP DASAR PENGEMBANGAN WILAYAH 4.1.1. Pengembangan Dari Bawah Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada dasarnya

Lebih terperinci

Jl. Tamansari No.1 Bandung

Jl. Tamansari No.1 Bandung Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Arahan Penataan Kawasan Industri Terpadu di Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka Referrals Structuring Integrated Industrial Estate in the District

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI

LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI 134 LAMPIRAN HASIL KUISIONER SURVEI 1 Informasi Data Diri Responden Hasil kuisioner berikut merupakan informasi data diri responden.yang berjumlah 37 orang. DOMISILI RESPONDEN Q1 - JENIS KELAMIN 24% 30%

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Penelitian perubahan tata ruang ini menemukan 3 macam fenomena, yaitu (1) perubahan ruang, (2) perubahan ruang-ruang, dan (3) ruang yang tetap. Temuan pertama (1) perubahan

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA Christabel Annora P. Parung¹, Antariksa², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Rumah Susun Bersubsidi Tema : Green Architecture Lokasi : Jl. Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kel. Cengkareng Timur -

Lebih terperinci

PENGARUH MODUL BESARAN RUANG TERHADAP TATA RUANG RUMAH SANGAT SEDERHANA

PENGARUH MODUL BESARAN RUANG TERHADAP TATA RUANG RUMAH SANGAT SEDERHANA Pengaruh Modul Besaran Ruang Terhadap Tata Ruang Rumah Sangat Sederhana (Lily Mauliani, Wiwik Sudarwati) PENGARUH MODUL BESARAN RUANG TERHADAP TATA RUANG RUMAH SANGAT SEDERHANA Lily Mauliani 1, Wiwik Sudarwati

Lebih terperinci

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image. Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENGARUH PERTAMBAHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2000-2010 Ainul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK

SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK SISTEM PENGELOLAAN PARKIR DENGAN FASILITAS PENENTUAN LOKASI PARKIR TERDEKAT DENGAN PINTU KELUAR MASUK Djoni Setiawan K. Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung djoni.sk@eng.maranatha.edu,

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH 224 ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH (Analyze Break Even Point (BEP) And The Risk Of Snakehead Fish

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Geografi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang terkenal dengan gudegnya, masyarakatnya yang ramah, suasana yang damai tentram, nyaman dapat dirasakan

Lebih terperinci

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif Imaniar S. Asharhani Program Studi Magister Arsitekur, SAPPK, ITB. Abstrak Dalam perkembangannya, rumah tidak lagi hanya sebagai hunian,

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). BAB I 1.1 Latar belakang PENDAHULUAN Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel, terutama bisnis ritel modern, saat ini semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Bisnis ritel memainkan peranan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

KRITERIA KEPUASAN PENGHUNI HUNIAN SEWA (RUMAH KOST) MAHASISWA DI SEKITAR KAWASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SUSI ERMADANI

KRITERIA KEPUASAN PENGHUNI HUNIAN SEWA (RUMAH KOST) MAHASISWA DI SEKITAR KAWASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SUSI ERMADANI KRITERIA KEPUASAN PENGHUNI HUNIAN SEWA (RUMAH KOST) MAHASISWA DI SEKITAR KAWASAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH SUSI ERMADANI 110406025 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci