perjanjian operasi bersama atau Joint Operating Agreement (JOA). Melalui JOA ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "perjanjian operasi bersama atau Joint Operating Agreement (JOA). Melalui JOA ini"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Exxon Mobil merupakan korporasi besar yang berasal dari Amerika Serikat. Bidang usahanya meliputi energi dan petrokimia. Afiliasi Exxon Mobil telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 100 tahun. Pada tahun 1998 kantor pemasarannya dibuka di Indonesia untuk pertama kalinya, setelah itu berbagai pencapaiannya semakin menaikkan eksistensi Exxon di Indonesia. Hingga pada Juli 2010 pencapaian terbesar Exxon adalah memproduksi 5 juta barel dari lapangan Banyu Urip, Cepu. Dari segi bisnis perminyakan, Blok Cepu memang memiliki potensi yang sangat menggiurkan. Setiap harinya diperkirakan ladang minyak Blok Cepu ini bisa menghasilkan sekitar barel. Angka itu akan berdampak signifikan terhadap produksi minyak nasional yang kini berada di angka 870 ribu barel per hari. Masuknya Exxon dalam pengelolaan Blok Cepu secara resmi bermula dari Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu yang ditandatangani pada 17 September KKS ini melibatkan dua anak perusahaan Exxon Mobil, yaitu Mobil Cepu Ltd. (MCL), Ampolex (Cepu) Pte. Ltd., satu anak perusahaan Pertamina, yakni Pertamina EP Cepu, dan empat empat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagaimana disyaratkan dalam KKS tersebut ( Para kontraktor (perusahaan penanda tangan KKS) tersebut kemudian merumuskan perjanjian operasi bersama atau Joint Operating Agreement (JOA). Melalui JOA ini disepakati bahwa Mobil Cepu Ltd. (MCL) bertindak sebagai operator dari KKS Cepu dan

2 sekaligus menjadi wakil para kontraktor di Blok Cepu. Adapun komposisi pembagian sahamnya adalah sebagai berikut. Kedua anak perusahaan Exxon Mobil berhak untuk menguasai 45% saham, lalu anak perusahaan Pertamina juga 45%, sedangkan sisanya yang 10% dibagi untuk empat BUMD daerah penghasil ( Terlepas dari siapa yang menjadi operator, yang terpenting adalah pengelolaan kekayaan alam itu bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pasalnya, kekayaan alam tersebut adalah hak seluruh rakyat Indonesia. Blok Cepu diharapkan dapat memberikan peningkatan yang signifikan terutama dalam bidang industri pendukung di Pulau Jawa yang pada gilirannya berdampak pula pada peningkatan ekonomi, bertambahnya lapangan pekerjaan dan peningkatan dalam program pengembangan masyarakat. Pada akhirnya, semua itu diharapkan dapat memberikan dampak positif secara nyata bagi masyarakat sekitar lokasi tambang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu sarana bagi perusahaan-perusahaan, terutama yang usahanya terkait dengan sumber daya alam, untuk menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi dengan kontribusinya bagi ekonomi masyarakat, sosial, dan lingkungan demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Di Indonesia, kewajiban bagi perusahaan minyak dan gas bumi (migas) untuk melakukan kegiatan-kegiatan CSR tercantum di dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Perusahaan Minyak dan Gas Bumi. Berdasarkan undang-undang tersebut, perusahaan yang operasinya terkait dengan migas baik sebagai pengelola eksplorasi maupun distribusi, wajib melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat dan menjamin hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan.

3 CSR di Indonesia kini telah menjadi isu penting berkaitan dengan masalah dampak lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan. Kemunculan CSR sebagai isu penting ini merupakan reaksi dari berbagai pihak terhadap kerusakan lingkungan baik fisik maupun sosial sebagai akibat dari pengelolaan sumber-sumber produksi yang tidak benar, Lebih jauh, menguatnya isu CSR juga merupakan reaksi atas menipisnya kesadaran para pengelola sumber daya alam untuk menyelamatkan sumber-sumber produksi. Mereka kiranya lebih mementingkan keuntungan finansial sebesar-besarnya daripada membangun keseimbangan kepentingan dan keberlanjutan pembangunan. Desa Gayam merupakan sebuah wilayah yang berada dalam kawasan ring I sumur migas. Sebagai desa penghasil migas atau wilayah operasi kegiatan perusahaan migas, kebanyakan penduduk Desa Gayam menggantungkan mata pencaharian mereka pada sektor pertanian dan masih menghadapi persoalan kemiskinan. Terdapat indikasi bahwa desa-desa di sekitar eksplorasi minyak sebagaian besar di bawah garis kemiskinan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro tahun 2009 menyebutkan bahwa di sejumlah desa dalam ring I lapangan minyak Banyuurip, Blok Cepu di Kecamatan Gayam ternyata masih ditemukan rumah tangga sangat miskin (RTSM). Bahkan, jumlahnya menyebar di hampir setiap desa. Contohnya di Desa Gayam jumlah RTSM sebanyak 90 kepala keluarga (KK), rumah tangga miskin (RTM) sebanyak 261 KK, dan kondisi hampir miskin (HM) sebanyak 160 KK. Di Desa Mojodelik jumlah RTSM sebanyak 10 KK, RTM sebanyak 99 KK, dan HM miskin sebanyak 412 KK. Di Desa Bonorejo jumlah RTSM sebanyak 74 KK, RTM sebanyak 125 KK, dan kondisi HM sebanyak 7 KK.

4 Fenomena kemiskinan masyarakat di sekitar perusahaan Exxon itu direspons oleh perusahaan dengan menerapkan program CSR. Pelaksanaan program-program CSR Exxon menitikberatkan pada tiga sektor utama, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sebagai gambaran tentang implementasi program CSR Exxon Mobil, berikut ini ditampilkan data komposisi program di Desa Gayam. (1) Program sektor pendidikan yang meliputi mobil perpustakaan keliling, peningkatan kualitas perpustakaan daerah. (2) Program sektor kesehatan yang meliputi peningkatan kapasitas bidan, program air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, penanggulangan demam berdarah, poliklinik keliling dan pemberian makanan tambahan. (3) Program sektor lingkungan yang meliputi program pelestarian lingkungan hidup. (4) Program sektor ekonomi yang meliputi pembangunan dan perbaikan infrastruktur publik, pengembangan agroindustri ternak dan budidaya tanaman, program akses kredit usaha untuk perempuan miskin, pengembangan kewirausahaan perempuan melalui teknologi inovasi, program Tangguh, program pelatihan keterampilan industri dan program sukarelawan karyawan perusahaan. Namun, penelitian ini akan difokuskan pada sektor ekonomi saja, khususnya program Tangguh yang menurut peneliti merupakan best practices implementasi CSR. Hal ini karena pelaksanaan program Tangguh yang berbasis pada pemuda ini telah menumbuhkan jaringan kerja sama dan tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dalam pelaksanaan program ini terdapat indikator keberhasilan yang mengarah pada tingkat kemandirian sosial ekonomi masyarakat. Hal ini tampak pada terciptanya lapangan pekerjaan baru yang tetap berjalan dengan baik meskipun intervensi eksternal telah dihentikan. Pencapaian indikator kemandirian ini hanya ditemukan pada program CSR kewirausahaan karang taruna. Program CSR di sektor yang lain seperti pendidikan,

5 kesehatan dan lingkungan belum ada yang mengarah pada peningkatan kemandirian. Program masih dominan dalam bentuk fisik dan terfokus pada pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Kehadiran perusahaan Exxon Mobil, di satu sisi telah mendorong dinamika ekonomi di kawasan pedesaan yang berdekatan dengan lokasi penambangan dan memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi di daerah. Namun, di sisi lain keberadaan perusahaan telah memunculkan persoalan penggangguran dan ketergantungan kalangan pemuda untuk bekerja di proyek migas yang sifatnya jangka pendek. Ketika jangka waktu proyek habis mereka menjadi pengangguran dan menunggu sampai dapat diterima kembali bekerja di perusahaan. Ada sebuah pandangan yang berkembang di masyarakat bahwa jika para pemuda dapat bekerja di sektor pembangunan proyek ekplorasi merupakan sebuah kebanggaan. Mereka yang berkesempatan bekerja di proyek akan segera memamerkan keberasilannya dengan mengubah gaya hidup mereka menjadi konsumeristik. Penampilan dari para pemuda yang berkesempatan bekerja di proyek inilah yang membuat para pemuda lain sangat bermimpi untuk dapat meraih hal yang sama dengan cara sama pula. Kebanggaan tersebut membawa para pemuda pada situasi ketergantungan pada perusahaan migas di tempat mereka dalam hal pekerjaan. Mereka menjadi kurang mampu melihat kemungkinan lain untuk bekerja di luar perusahaan tambang. Hal ini terbukti dengan adanya demontrasi yang sering kali terjadi di daerah proyek migas. Para demonstran menginginkan keterlibatan warga lokal dalam proyek tersebut. Demonstrasi tersebut melibatkan para pemuda yang tidak memiliki pekerjaan karena lahan pertanian mereka telah hilang akibat pembebasan lahan yang dilakukan perusahaan. Kondisi ini

6 memaksa perusahaan untuk dapat menerima mereka bekerja di proyek pertambangan migas yang berada di wilayah tersebut. Bahkan, apabila tuntutan tersebut tidak mendapatkan respons positif dari perusahaan, mereka melakukan resistensi seperti pemblokiran jalan menuju wilayah desa-desa eksplorasi minyak. Sadar akan hal itu, Bupati Bojonegoro Suyoto dan DPRD Bojonegoro menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 23 Tahun 2011 tentang Konten Lokal. Perda itu mengatur agar pengelolaan migas harus melibatkan sumber daya lokal, mulai tenaga kerja, bahan material dan perusahaan lokal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam perut bumi Indonesia dikelola negara dan dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat (Ahmad Taufik, 2011). Kendala yang dihadapi perusahaan untuk mengikutsertakan sumber daya lokal, terutama sumber daya manusianya (SDM) adalah tingkat pendidikan dan keterampilan para pemuda yang relatif rendah. Pekerjaan di bidang migas memang membutuhkan tenaga kerja yang rata-rata memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi. Sedangkan, di Desa Gayam kebanyakan pemudanya hanya memiliki tingkat pendidikan SMP atau dan sebagian diantarnya tidak bersekolah. Hal ini tentu saja menyulitkan mereka memenangi persaingan untuk menjadi tenaga kerja di industri migas. Kesenjangan antara kualitas SDM lokal dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari perusahaan ini menimbulkan dilema bagi perusahaan. Di satu sisi perusahaan berkehendak menyerap tenaga kerja lokal, di sisi lain tingkat keahlian dan keterampilannya kurang memadai. Menurut William F. Ogburn (Soetomo, 2008:198) munculnya masalah sosial di daerah industri pedesaan disebabkan oleh keterlambatan masyarakat setempat dalam

7 menyesuaikan diri terhadap perubahan di lingkungannya yang terjadi secara cepat. Keterlambatan penyesuaian ini merupakan salah satu wujud dari cultural lag (kesenjangan budaya). Perubahan di bidang industri yang tidak segera diikuti oleh perubahan di bidang pendidikan dalam kaitannya dengan pasar kerja, perubahan di bidang teknologi yang tidak segera diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja akan mendatangkan masalah pengangguran. Secara sosiologis, para pemuda berada dalam struktur sosial lapis bawah, dalam kondisi marjinal dan lemah. Mereka berada pada kondisi serba kekurangan yang dibalut oleh berbagai kondisi yang menekan kehidupannya. Kondisi-kondisi tersebut antara lain rendahnya pendidikan dan keterampilan sehingga tidak bisa bekerja di perusahaan, lemahnya organisasi pemuda karang taruna, minimnya modal sehingga tidak mampu membuka peluang kerja di dunia wirausaha. Kehadiran program CSR Tangguh bertujuan membuka kesempatan bagi para pemuda untuk memperoleh penghasilan dengan jalan wirausaha tanpa menggantungkan diri pada perusahaan. Program CSR ini memberikan prioritas kepada para pemuda yang tidak memiliki tingkat pendidikan setara SMU dan pemuda yang tidak bersekolah. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk menjamin tercapainya tujuan program CSR adalah bermitra dengan Mercy Corps. Kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau lembaga nirlaba merupakan salah satu pendekatan melaksanakan program pengembangan masyarakat. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan program CSR diantaranya ialah (1) Implementasi CSR Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Kawasan Tanjung Enim, yaitu skripsi oleh Meysha

8 Fatihanda dari Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Penelitian ini mendeskripsikan implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (KBL), kemudian melihat peranan KBL tersebut, dan mengevaluasi apakah kegiatan KBL tersebut dilaksanakan lebih untuk memenuhi tuntutan peraturan pemerintah ataukah untuk memberdayakan masyarakat sebagai suatu komitmen. (2) Mekanisme Pengelolaan Kegiatan Community Development PT Santan Batubara sebagai Wujud Implementasi CSR, yaitu skripsi oleh Heri Purnama dari Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Penelitian tersebut mendeskripsikan tentang mekanisme pengelolaan kegiatan community development (comdev) PT Santan Batubara sebagai wujud implementasi CSR, apakah pengelolaan kegiatan comdev PT Santan Batubara memberdayakan masyarakat Desa Separi. (3) Implementasi Konsep Community Development Dalam Program CSR : Studi Kasus Implementasi Konsep Community Development Dalam Program Corporate Citizenship Mobil Cepu Limited Pada Masa Eksplorasi Minyak Di Lapangan Banyuurip Tahun 2009, yaitu tesis oleh Prihatini Chatarina Endah dari Jurusan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana perusahaan memaknai pelaksanaan CSR atau community development, sebatas kewajiban, memenuhi aturan ataukah sebagai bagian dari etika perusahaan. (4) Implementasi Program CSR Dalam Bidang Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (Studi Tentang Program Kemitraan Divisi PKBL, Cilegon, Banten) yaitu, tesis oleh Muhammad Rezky Pratama, Ilmu Pembanguan Sosial Dan Kesejahteraan. Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana proses implementasi program CSR PT Krakatau steel dan apa yang menyebabkan kemacetan dana bergulir yang dihadapi mitra binaan pada program kemitraan peduli usaha kecil (PKBL).

9 Keempat penelitian tersebut belum menganalisis lebih jauh tentang strategi pendinamisan program CSR, khususnya dalam bidang kewirausahaan untuk pemuda. Program CSR Tangguh yang berbasis keanggotaan pemuda yang ada di Desa Gayam merupakan sebuah program dinamis karena memiliki strategi dalam setiap tahapan siklus program sehingga mampu mengembangkan wirausaha muda yang mandiri di kawasan industri ekstraktif. Selain itu, keunikan dari program CSR Tangguh ini adalah pemudapemuda yang menjadi sasarannya tidak memiliki basis kewirausahaan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi kendala yang mendasar bagi mereka untuk menjalani program ini dan berproses menjadi wirausaha yang tangguh. Hal tersebut menjadi fokus penelitian ini, yakni menganalisis lebih jauh tentang strategi pendinamisan siklus program CSR berbasis keanggotaan pemuda karang taruna dalam bidang kewirausahaan. Oleh karena itu, penulis merencanakan penelitian tersebut dengan rumusan judul sebagai berikut: Menyemai Wirausaha Muda Di Kawasan Industri Ekstraktif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diajukan pertanyaan berikut. Bagaimana strategi pendinamisan siklus program CSR Tangguh yang dilakukan Exxon Mobil? C. Tujuan Penelitian

10 Suatu penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah. Penentuan tujuan penelitian diperlukan agar penelitian mempunyai arah yang jelas dan sistematis. Tujuan penelitian secara substansial merupakan jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pendinamisan siklus program CSR Tangguh yang dilakukan oleh Exxon Mobil. D. Manfaat Penelitian 1. Menjadi referensi maupun pijakan bagi perusahaan mengenai strategi pendinamisan program CSR kewirausahaan pemuda. 2. Bagi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, penelitian ini dapat memberikan gambaran dan menambah referensi pengetahuan mengenai proses dinamisasi suatu program CSR. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah kajian ilmu pengetahuan dan sebagai wujud sumbangan ilmu terhadap pemecahan masalah-masalah sosial yang terjadi pada masyarakat. 3. Menjadi referensi bagi kajian dan penelitian selanjutnya yang mengangkat tema strategi pendinamisan program CSR, terutama yang menyasar pada pembangunan semangat kewirausahaan di kalangan pemuda. E. Tinjauan Pustaka E.1. Pemberdayaan Sebagai Strategi Mendinamiskan Program Dalam mewujudkan tanggungjawab sosialnya, perusahaan perlu mencari strategi agar tujuan program CSR dapat tercapai sesuai harapan perusahaan. Cara ini bisa dilakukan perusahaan dengan melakukan pendekatan pemberdayaan. Melalui pendekatan

11 pemberdayaan diharapkan mampu menjadikan program menjadi dinamis mulai proses inisiasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi. E.1.1. Peningkatan Kapasitas dan Kewenangan Mengelola Program Program CSR Tangguh yang berbasis keanggotaan pemuda yang ada di Desa Gayam merupakan sebuah program dinamis karena memiliki strategi dalam setiap tahapan siklus program sehingga mampu mengembangkan wirausaha muda yang mandiri di kawasan industri ekstraktif. Selain itu, keunikan dari program CSR Tangguh ini adalah pemudapemuda yang menjadi sasarannya tidak memiliki basis kewirausahaan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi kendala yang mendasar bagi mereka untuk menjalani program ini dan berproses menjadi wirausaha yang tangguh. Menurut Soetomo (2011: 70) pemberdayaan adalah sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses pembangunannya. Kewenangan tersebut meliputi keseluruhan proses pembangunan sejak identifkasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil pembangunan. Sudah tentu agar masyarakat lokal dapat menjalankan wewenang tersebut dengan baik diperlukan kapasitas untuk melakukannya. Oleh sebab itu, unsur utama dari proses pemberdayaan masyarakat adalah pemberian wewenang juga peningkatan kapasitas masyarakat. Menurut Korten (1987, 7) sebagaimana dikutip oleh Soetomo (2009, 419) merumuskan pengertian power sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan keputusan. Pembanguan itu sendiri dapat ditafsirkan

12 sebagai upaya membangun power oleh suatu masyarakat, antara lain dalam bentuk peningkatan kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan. Peningkatan kapasitas dan pemberian kewenangan mengelola program Tangguh dimulai sejak proses inisiasi program yang berupa kolaborasi antara perusahaan dan Mercy Corps, lalu assessment permasalahan dan potensi ekonomi pemuda. Melalui proses assessment perusahaan akan melihat terlebih dahulu kebutuhan para pemuda seperti apa, persoalannya apa, potensi yang dimiliki, setelah dikaji baru diputuskan bagaimana merumuskan program CSR berbasis kewirausahaan. Menurut Edi Suharto (2009, 115) CSR yang baik adalah memadukan kepentingan shareholder dan stakeholder. Karenanya, CSR tidak hanya fokus pada hasil yang ingin dicapai. Melainkan pula pada proses untuk mencapai hasil tersebut. Dalam proses merumuskan program CSR pemberdayaan masyarakat perlu diawali dengan melakukan assessment. Proses assessment ini mengidentifikasi masalah dan kebutuhan para pemuda yang akan dijadikan dalam merumuskan program CSR Tangguh. Kemitraan perusahaan dengan Mercy Corps dimaksudkan untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang dapat membantu perusahaan dalam menjalankan program. Penyiapan sumberdaya manusia yang menangani aktivitas program CSR dipandang penting, karena terkait dengan inisiasi, perencanaan, implementasi dan evaluasi program. Kemitraan merupakan hal penting karena kolaborasi dengan LSM yang memiliki sumberdaya manusia yang memadai untuk merumuskan strategi pendinamisan program yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Mengingat, tanggungjawab sosial akan berhadapan dengan masyarakat yang heterogen, aneka motif, bergagai perilaku dan kemampuan cara

13 pandang tentang CSR yang berbeda. Sehingga dapat memunculkan persoalan dengan tingkat kesukaran yang rumit dan membutuhkan adaptasi yang cukup tinggi. Pada tahap perencanaan, perusahaan dan Mercy Corps memberikan kewenangan bagi para pemuda untuk merencanakan usahanya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Para pemuda belajar tentang cara menyusun rencana usahanya mulai dari analisis peluang dan kelemahan, segementasi pasar dan pada akhirnya memutuskan tentang usaha apa yang mereka inginkan. Implementasi program CSR Exxon Mobil sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi pemuda telah melakukan beberapa tahapan yang berupa pelatihan pembuatan business plan, pemberian bantuan untuk memulai usaha, mendirikan business centre dan koperasi. Berbagai pelatihan ini dimaksudkan untuk meningktakan kualitas pelayanan, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dari para aktor yang terlibat dalam program CSR tersebut. Para pemuda yang memenangkan kompetisi business plan mendapatkan bantuan usaha. Hal ini bertujuan agar membantu para pemuda mempersiapkan diri menjadi wirausaha dengan memulai usaha mereka. Bantuan yang diberikan tidak berupa uang, tetapi perlengkapan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk memulai usaha. Hal ini dilakukan agar bantuan dapat segera dimanfaatkan untuk memulai usaha. Pemberian bantuan berupa pelatihan kewirausahaan ditujukan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) sedangkan bantuan materi bertujuan meningkatkan aksebilitas masyarakat terhadap sumber daya atau pelayanan sosial yang pada dasarnya telah tersedia di sekitar mereka. CSR pada tataran ini tidak sekedar ingin menunjukkan berbuat baik agar terlihat baik (do good to look good) melainkan (to make good) berbuat kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.

14 Adapun evaluasi program Tangguh dilakukan melalui kompetisi antar wirausaha pemuda dan koperasi. Melalui kegiatan kompetisi ini para pemuda belajar secara mandiri untuk mengevaluasi pengelolaan pencatatan keuangan usahanya masing-masing. Sedangkan kompetisi antar koperasi dimaksudkan agar para pemuda menjadi lebih aktif untuk mengembangkan kegiatan yang ada di koperasi yang berupa pembukuan, manajemen administrasi, rapat anggota tahunan (RAT) dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada di koperasi. Dalam melaksanakan program, Perusahaan Exxon Mobil menggunakan pendekatan kolaboratif. Tipe kolaboratif sendiri yaitu Mercy Corps merancang progam CSR sesuai dengan arahan perusahaan dan kebutuhan masyarakat, kemudian untuk operasinya melibatkan berbagai stakeholder yang terkait seperti pemerintah, sektor swasta, tokoh masyarakat dan masyarakat sebagai calon penerima manfaat program. Pelibatan stakeholder selain untuk meringankan beban kerja perusahaan, juga berfungsi untuk menstimulus stakeholder agar dapat terlibat dan mendukung progam CSR guna terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan. Program dirancang untuk membantu kaum muda dalam memenuhi kebutuhan pasar lokal dan mengembangkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan tersebut, termasuk kemampuan wirausaha. Oleh karena itu, selain membangun kapasitas pemuda karang taruna, program Tangguh juga diarahkan untuk menjalin kerja sama dengan sektor swasta setempat serta membangun kapasitas koperasi agar siap menjawab kebutuhan wirausaha pemuda. Hal ini diharapkan mampu menjadikan pemuda lebih tanggap terhadap potensi ekonomi dan menjadikan wirausaha sebagai pilihan mereka untuk berkarier.

15 Untuk meningkatkan kapasitas para pemuda dalam merencanakan usahanya, Mercy Corps dan perusahaan memberikan pelatihan pembuatan business plan. Kompetensi ini adalah sebagai berikut. 1. Memiliki jiwa dan sikap positif terhadap kewirausahaan sebagai pilihan karier 2. Mampu memilih bentuk-bentuk badan usaha yang sesuai dengan jenis usaha yang akan dikembangkan serta proses legalitasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Memiliki keterampilan menyusun perencanaan usaha sesuai dengan pilihan jenis usaha yang akan dikembangkan. 4. Mengidentifikasi langkah-langkah dalam membuka, menjalankan, mengevaluasi bisnis beserta resiko yang menyertainya. Dalam konteks program CSR yang berbasis pemberdayaan, masyarakat sebagai pihak yang mendukung dari keberadaan dan aktivitas yang dilakukan perusahaan hendaknya diberikan kewenangan dalam setiap proses pengambilan keputusan agar dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat dan kepentingan perusahaan. Pemberian kewenangan juga harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas masyarakat agar nantinya program yang direncanakan perusahaan dapat dikelola dengan efektif oleh masyarakat sekitar operasi perusahaan. Landasan pemberdayaan masyarakat mensyaratkan bahwa masyarakat memiliki kapasitas untuk mendefinisikan kebutuhan mereka sendiri, dan untuk bertindak memenuhinya hak untuk berpartisipasi. Peranan para profesional, pelayanan masyarakat, peneliti dan perencana seharusnya membantu masyarakat mendefinisikan kebutuhan mereka sendiri, dapat melalui bantuan keahlian yang diperlukan dan melalui fasilitasi proses, tetapi peranan mereka bukanlah mengambil tanggung jawab dalam pendefinisian kebutuhan dan

16 dengan itu menyangkal hak masyarakat untuk mengontrol nasibnya sendiri (Jim Ife, 2008 :157) Pemberian kewenangan kepada para pemuda dimaksudkan untuk melakukan proses pengelolaan program sendiri. Kewenangan yang dimaksudkan meliputi keseluruhan siklus program mulai inisiasi program, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Jika dilihat proses pengembangan kapasitas maka program Tangguh dapat dilihat sebagai peluang sekaligus tantangan. Sebagai peluang, para pemuda mendapatkan kesempatan untuk menentukan sendiri keinginan untuk berwirausaha sebagai pilihan karier. Para pemuda mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan potensi ekonomi yang ada di sekitar mereka. Sebagai tantangan karena kewenangan tersebut akan tidak artinya apabila tidak diikuti dengan kapasitas untuk melakukannya.

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan hasil bumi, baik itu perkebunan, pertanian, pertambangan, dan lain sebagainya. Kekayaan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi yang semakin meningkat dan kenaikan harga minyak yang melonjak pesat dari tahun ke tahun mengakibatkan minyak sangatlah berharga, sehingga sumur-sumur

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG TRANSPARANSI TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI BIDANG INDUSTRI EKSTRAKTIF MIGAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada saat ini harga migas mengalami trend yang cenderung menurun membuat Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis perusahaan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Arutmin adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor batubara terbesar di Indonesia. PT. Arutmin pertama kali menandatangani kontrak penambangan batubara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 6 TAHUN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG TRANSPARANSI TATAKELOLA PENDAPATAN, LINGKUNGAN, DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah badan kerjasama operasi yang dibentuk berdasarkan Production Sharing Contract antara perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan dikembangkan. Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai perusahaan untuk

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG 2.1 Sejarah PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Perjalanan berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan yang memiliki sikap ketidakperdulian terhadap lingkungan ini sudah tidak relevan lagi. Reorientasi pembangunan yang telah memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,

diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Inggris dan mulai sangat populer hingga dekade ke 20. Definisi Humas menurut Denny Griswold dalam buku Dasar- Dasar Public

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Inggris dan mulai sangat populer hingga dekade ke 20. Definisi Humas menurut Denny Griswold dalam buku Dasar- Dasar Public BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Public Relations Hubungan Masyarakat atau Public Relations saat ini sangat populer di Indonesia, banyaknya jumlah perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, suatu organisasi atau perusahaan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, suatu organisasi atau perusahaan baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi, suatu organisasi atau perusahaan baik negeri maupun swasta melihat betapa pentingnya citra dan reputasi sebagai alat untuk mengukur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak terbarukan (unrenewable resources), dalam pengelolaannya dibutuhkan kehati-hatian dan ketelitian

Lebih terperinci

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 22 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi 1.5 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional selain badan usaha swasta, rumah tangga dan koperasi. Kebersamaan

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERAN SERTA BADAN USAHA, MASYARAKAT DAN LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 81 (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa waktu dalam dasawarsa terakhir ini, konsep mengenai programprogram Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan semakin

Lebih terperinci

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di

Oleh, Nurin Fajrina Pada Tahun 2015 ABSTRAK. program pengelolaan hasil laut yang diberikan PT.Petrokimia kepada ibu-ibu nelayan di PROSES PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KEMITRAAN PENGELOLAAN HASIL LAUT ( STUDI PADA PELAKSANAAN CSR PT.PETROKIMIA GRESIK DI KELURAHAN LUMPUR, KECAMATAN GRESIK, KABUPATEN GRESIK) Oleh, Nurin Fajrina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang BAB VI PENUTUP Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IX PG Mojo, sebagai berikut : 6.1 Kesimpulan Dalam proses Program Kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah wacana yang menjadikan perusahaan tidak hanya berkewajiban atau beroperasi untuk pemegang saham (shareholders)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

Pengantar. responsibility (CSR).

Pengantar. responsibility (CSR). Pengantar Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian sebuah perusahaan juga ikut repot-repot melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Blitar Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) tidak lepas dari pengoperasian perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang selalu bersinggungan dengan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan masyarakat dan lingkungan, dampak

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, FINAL DRAFT 15092011 LEMBARAN DAERAH PROVINSI JA R.AN WA BARAT TAHUN 2013 NOMO PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BIDANG MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH 2.1. VISI MISI Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan serta sasarannya perlu dipertegas dengan bagaimana upaya atau cara untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa sebagai salah

Lebih terperinci

Isu Strategis Kota Surakarta

Isu Strategis Kota Surakarta Isu Strategis Kota Surakarta 2015-2019 (Kompilasi Lintas Bidang) Perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Sinkronisasi

Lebih terperinci