HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Aroasih Tri Naimah F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh : Aroasih Tri Naimah F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii

3

4

5 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU Aroasih Tri Naimah Lisnawati Ruhaena Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi: Remaja dituntut untuk pandai dalam mengatur penggunaan waktu. Adanya kepedulian terhadap penggunaan waktu dapat mengantarkan keberhasilan seseorang. Kedisiplinan dalam penggunaan waktu adalah kemampuan menggunakan waktu dengan baik sehingga target yang diinginkan bisa tercapai. Keberhasilan seorang anak dalam hal penggunaan waktu karena adanya suatu arahan dari orang tua melalui pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis menjadikan anak berperilaku lebih terkontrol, mampu mematuhi peraturan dan lebih memperhatikan kebutuhan sendiri. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Subjek penelitian adalah siswa SMA Al Azhar 7 Solo Baru dan SMA Al Firdaus Surakarta dengan ciri-ciri remaja dengan rentang usia tahun, masih memiliki ayah dan ibu serta tinggal bersama. Jumlah subjek pada penelitian ini berjumlah 90 siswa. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisis data menggunakan teknik regresi linier sederhana. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu dapat dilihat pada nilai korelasi (r) sebesar 0,422 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil kategorisasi diketahui bahwa variabel kedisiplinan dalam penggunaan waktu memiliki rerata empirik sebesar 87,11 dan rerata hipotetik sebesar 77,5 yang berarti tergolong sedang. Variabel pola asuh demokratis memiliki rerata empirik sebesar 38,14 dan rerata hipotetik sebesar 30 yang berarti tergolong tinggi. Sumbangan pola asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu sebesar 17,8%, sisanya sebesar 82,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar pola asuh demokratis. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Kata Kunci : pola asuh demokratis, kedisiplinan dalam penggunaan waktu v

6 PENDAHULUAN Remaja adalah generasi penerus bangsa, penerus perjuangan demi kemajuan bangsa. Masa remaja adalah masa perpindahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh remaja, salah satunya adalah masalah kedisiplinan yang merujuk pada kedisiplinan dalam penggunaan waktu (Sarwono, 2012). Pada hakikatnya waktu adalah barang yang mahal, suatu hal yang mampu mengantarkan seseorang menuju kesuksesan. Banyak semboyan yang berkaitan dengan waktu. Ada yang mengatakan waktu adalah pedang. Waktu adalah emas. Waktu adalah kunci kesuksesan. Memang benar kesuksesan berawal dari pemanfaatan waktu yang baik. Menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan akan mengantarkan seseorang pada keberhasilan. Penggunaan waktu yang tepat sering diartikan sebagai disiplin dalam penggunaan waktu. Seseorang dikatakan bisa berdisiplin waktu manakala orang tersebut mampu memanfaatkan seluruh waktu dengan baik, memanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Sehingga hasilnya sesuai dengan harapan-harapan yang diinginkan dan tanpa ada sisa waktu terbuang sia-sia (Arianto, 2013). Salah satu unsur kualitas dari sumber daya manusia adalah kedisiplinan (Astuti, 2004). Menurut Astuti remaja harus mampu memanfaatkan seluruh waktunya dengan baik untuk hal-hal yang positif agar apa yang menjadi harapan bisa tercapai. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak ditemui kasus-kasus kurangnya pemanfaatan waktu dengan baik, seperti kasus-kasus yang ditemui di masyarakat dan penelitian sebelumnya yang melibatkan subjek remaja. Seperti temuan Rideout,dkk (Santrock, 2012) yang menemukan kaum remaja di AS masih menghabiskan waktunya untuk kesenangan pribadi seperti menggunakan waktu lebih dari 6 jam untuk sosial media, 3 jam untuk menonton televisi, dan hanya 50 menit untuk belajar. Ketidakdisiplinan yang dilakukan remaja indonesia antara lain terlambat masuk sekolah, membolos, terlambat pulang ke rumah, bermain di luar kelas ketika guru terlambat masuk kelas, menghabiskan waktu di warnet untuk bermain game online maupun chatting dan menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan teman (Rahman, 2008). Hal ini mengindikasikan bahwa memang terjadi penurunan kedisiplinan di kalangan remaja khususnya kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Berdasarkan data di atas perlu kiranya dilakukan 1

7 2 sebuah penelitian mengenai faktor apa saja yang bisa mempengaruhi kedisiplinan pada remaja. Dalam penelitian ini menyoroti dari pola asuh demokratis yang diterapkan oleh orang tua. Lysenko dkk (2013) mengelompokkan ketidakdisiplinan ke dalam perilaku antisosial. Hal tersebut terjadi akibat pola asuh orang tua yang salah. Sedangkan Cope dan Lorraine (2008) menyatakan bahwa munculnya kedisiplinan karena ada latihan dan meniru perilaku orang lain. Harriman (1995) menyatakan bahwa disiplin merupakan cara pengendalian sosial dimana seorang individu melaksanakan wewenang atas perintah orang lain. Feldman, dkk (2009) merumuskan kata disiplin sebagai metode pembentukan karakter serta pengajaran kontrol diri dan perilaku yang dianggap pantas. Melakukan hal yang baik untuk sosialisasi dengan tujuan mengembangkan disiplin diri. Kohlberg (Widodo, 2013) menyatakan bahwa kedisiplinan pada hakikatnya tidak hanya merupakan suatu kepatuhan pada norma yang berasal dari luar, melainkan kemampuan mengendalikan diri yang didasarkan pada keinginan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban di dalam kehidupan pribadi. Ancok (2004) mendefinisikan kedisiplinan dalam penggunaan waktu sebagai rencana atau jadwal seseorang yang mampu dikerjakan dengan baik, sehingga semua rencana yang dibuat diprioritaskan untuk dipenuhi targetnya. Perquin & Gufron (Nanik, 2007) mengaitkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu dengan belajar yaitu ketika seseorang mampu mengikuti seluruh proses belajar di sekolah secara tepat waktu. Mampu berdisiplin menggunakan jadwal belajar di rumah baik siang, malam maupun di hari libur. Seorang siswa juga diharapkan mampu membagi waktu antara belajar dan membantu orang tua, agar waktu untuk belajar tidak keteteran. Seorang anak yang mempunyai disiplin waktu yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: menggunakan seluruh waktunya dengan baik untuk halhal yang positif; melakukan pekerjaan apapun dengan sungguh-sungguh dan tidak membiarkan waktu luangnya terbuang dengan sia-sia; mempunyai jadwal yang teratur untuk kegiatan seharihari yang akan dilakukan; Dapat menggunakan waktu yang baik antara waktu untuk belajar dan membantu orang lain. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu adalah tanggung jawab, kontrol diri

8 3 (Tasmara, 1999). Kohlberg (Widodo,2013) menambahkan mengenai taat dan patuh pada peraturan serta dapat dipercaya. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah pola asuh, peraturan, fasilitas (Lestari, 2012). Feldman menambahkan mengenai reward dan punishment dan astuti (2004) menambahkan mengenai tipe kepribadian. Anak-anak dalam kategori remaja masih berada di bawah tanggung jawab orang tua, sehingga dalam masalah ketidakdisiplinan, orang tua akan mendapat sorotan pertama sebagai salah satu penyebabnya (Astuti, 2004). Salah satu cara yang digunakan orang tua untuk menanamkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu adalah melalui pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang mendorong anak agar mampu mandiri tetapi masih menetapkan batasbatas dan pengendalian atas tindakantindakan anak. Kondisi orang tua memungkinkan untuk melakukan musyawarah verbal (tatap muka) dan orang tua menunjukkan kehangatan dan kasih sayang kepada anak. Biasanya anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis mempunyai kompetensi sosial yang tinggi, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial (Santrock, 2002). Menurut Gunarsa & Gunarsa (1986), pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memberikan kebebasan terkontrol, bimbingan penuh pengertian, keinginan dan pendapat anak diperhatikan. Dengan demokratis anak akan tumbuh tanggung jawab dan kepercayaan diri. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang mendorong anak untuk mampu mandiri, memberikan kebebasan yang terkontrol. Orang tua menunjukkan kehangatan dan kasih sayang (Santrock, 2004). Hurlock (2004) menekankan aspek pendidikan dalam membimbing anak sehingga orang tua lebih sering memberikan pengertian, penjelasan, dan penalaran. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pola asuh demokratis adalah kasing sayang, kontrol orang tua, komunikasi dan tuntutan kedewasaan (Baumrind, 1991). Faktor-faktor yang berperan adalah jenis kelamin orang tua, ketegangan orang tua, pengaruh orang tua dibesarkan, lingkungan tempat tinggal, sub kultur budaya dan status sosial ekonomi (Mussen, 1994). Apabila dilihat dari fenomena yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah pola asuh demokratis akan mempengaruhi kedisiplinan dalam penggunaan waktu?. Selanjutnya judul dari penelitian ini adalah Hubungan Antara Pola Asuh

9 4 Demokratis dengan Kedisiplinan Dalam Penggunaan Waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu 2. Mengetahui tingkat kedisiplinan dalam penggunaan waktu 3. Mengetahui tingkat pola asuh demokratis 4. Mengetahui sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Dari tujuan yang diajukan diatas, maka diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan rujukan referensi bagi peneliti selanjutnya 2. Manfaat Praktis a. Orang tua: agar para orang tua menerapkan pola asuh demokratis pada anak sehingga anak mampu mengembangkan sikap disiplin b. Subjek Penelitian: dapat mengoptimalkan kemampuan dalam mendisiplinkan diri apabila orang tua menerapkan pola asuh demokratis c. Guru Sekolah: bagi para guru dapat menggunakan pendekatan demokratis dalam membimbing siswa-siswinya untuk mendorong terbentuknya kedisiplinan dalam penggunaan waktu. METODE PENELITIAN Variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah variabel tergantung (kedisiplinan dalam penggunaan waktu), variabel bebas (pola asuh demokratis). Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Islam Al Azhar 7 Solo Baru dengan jumlah 25 siswa dan SMA Al Firdaus Surakarta dengan jumlah 65 siswa yang berasal dari kelas X, XI, dan XII. Total subjek pada penelitian 90 siswa. Kriteria pemilihan subjek adalah remaja rentang usia tahun, masih memiliki ayah dan ibu serta tinggal bersama. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan dua skala yaitu skala kedisiplinan dalam penggunaan waktu dan skala pola asuh demokratis. a. Skala kedisiplinan dalam penggunaan waktu hasil modifikasi dari skala yang dibuat

10 5 Widiyanti (2012) dengan modifikasi sebaran nomor aitem dan daftar pertanyaan agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian. Skala ini mempunyai daya beda aitem berkisar antara 0,638-0,892, p<0,05, dan koefisien reliabilitas alat ukur sebesar 0,943. b. Skala Pola Asuh Demokratis hasil modifikasi dari skala yang dibuat Widiasworo (2013) dengan modifikasi sebaran nomor aitem dan daftar pertanyaan agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian. Skala ini mempunyai daya beda aitem antara 0,287-0,724 dengan p<0,05, koefisien reliabilitas sebesar 0,892. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,422, sig 0,000 (p<0,05) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan dan searah antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Artinya naiknya nilai pola asuh demokratis maka akan diikuti oleh naiknya nilai kedisiplinan dalam penggunaan waktu dan turunnya nilai pola asuh demokratis akan diikuti oleh turunnya nilai kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Sehingga hipotesis yang diajukan diterima, yaitu ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Perilaku yang dimunculkan seseorang merupakan kumpulan dari pengalaman yang telah didapatnya. Sama halnya dengan perilaku kedisiplinan dalam penggunaan waktu, tidak terlepas dari peran orang lain salah satunya adalah orang tua. Hal tersebut sesuai dengan teori kognitif sosial yang menyatakan bahwa seseorang belajar melalui pengamatan terhadap orang lain atau modelling. Kemampuan kognitif seseorang mampu untuk mengamati perilaku-perilaku yang diamati sehingga suatu saat perilaku yang diamati akan dimunculkan oleh pengamat (Cervone dan Lawrence, 2012). Menurut teori observational learning dari Bandura (Hill, 2011) suatu perilaku berubah melalui situasi sosial dan interaksi sosial dengan orang lain. Terbentuknya perilaku didasarkan dari pengamatan, meniru atau mencontoh orang yang berada di sekitarnya. Proses mengamati berlangsung secara terus menerus baik yang di sadari maupun yang tidak di sadari dan pengamat mencoba berulang-ulang untuk menghasilkan suatu perilaku yang lebih

11 6 baik dari sebelumnya. Hal ini sejalan dengan teori belajar asosiatif yang dikemukan oleh Pavlov yang menyatakan bahwa perilaku dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan. Lebih jauh, Thorndike dalam memandang kemunculan perilaku pada seseorang didasarkan pada tiga hukum yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum efek (Hill,2011). Secara sadar atau tidak sadar pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya akan turut menentukan perilaku anak ketika di lingkungan luar rumah. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang ditemui anak sehingga apa pun yang diajarkan orang tua pada anak akan turut menentukan perilaku anak ketika berada di luar rumah. Salah satu penyebab munculnya perilaku pada seseorang adalah bagaimana seseorang dididik atau diasuh berdasarkan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan sosial (Cervone dan Lawrence, 2012). Kategorisasi variabel kedisiplinan dalam penggunaan waktu menghasilkan rerata empirik (RE) sebesar 87,11 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti kedisiplinan dalam penggunaan waktu tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widodo (2013), dalam mencapai kedisiplinan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar dan dalam diri individu. Dari luar misalnya pola asuh, pengaruh teman sebaya dan aturan lingkungan individu berada. Faktor dari dalam diri individu misalnya kemampuan mengendalikan diri (self control), dan kemampuan membuka diri (self disclosure). Seorang individu yang memiliki pengendalian diri yang baik dan memiliki keterbukaan diri akan memiliki perilaku yang positif, terarah dan sesuai aturan dalam hal apapun. Kedisiplinan dalam penggunaan waktu sering diartikan sebagai kepatuhan terhadap waktu, menggunakan seluruh waktunya untuk kegiatan positif dan tidak membuang waktu secara sia-sia. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Semiawan (2008) yang menyatakan bahwa disiplin waktu adalah kepatuhan terhadap waktu, kebiasaan mengatur waktu dalam aktivitas sehari-hari. Kedisiplinan dalam penggunaan waktu subjek tergolong sedang. Hal ini bisa disimpulkan berdasarkan teori yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa subjek kurang memiliki kepatuhan terhadap apa yang menjadi tanggung jawab. Kurang memiliki perencanaan untuk kegiatan yang akan dilakukan sehingga target yang ingin dicapai kurang optimal. Belum menyadari manfaat dari kedisiplinan dalam penggunaan waktu.

12 7 Kategorisasi variabel pola asuh demokratis mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 38,14 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 30 yang berarti pola asuh demokratis tergolong tinggi. Hal ini menginformasikan bahwa orang tua mempunyai penerapan pola asuh yang tepat yaitu pola asuh demokratis. Orang tua mengetahui dampak-dampak positif yang akan terjadi pada anak ketika orang tua menerapkan pola asuh demokratis salah satunya adalah anak mampu berdisiplin diri. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Santrock (2012) dan Gunarsa & Gunarsa (1986) yaitu seorang anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis akan mempunyai kemampuan sosial yang tinggi, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial. Santrock (2011) menambahkan anak yang dididik dengan pola asuh demokratis akan menunjukkan sikap-sikap positif, salah satunya adalah mampu berdisiplin. Orang tua demokratis akan mendorong anak-anaknya menuju perkembangan yang lebih baik, sesuai tahap perkembangan dan kesadaran diri pada anak lebih berkembang. Seseorang yang mampu mengelola diri dengan baik perilakunya akan berkembang ke arah yang lebih positif dan terarah. Mampu bertanggung jawab penuh dan mengerjakan sesuatu sesuai aturan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Berk (2012) orang tua yang memberikan kasih sayang cukup, pendekatan kepada anak hangat, bersedia melakukan diskusi dengan anak, bersikap tegas, mengawasi keberadaan dan aktivitas yang dilakukan anak menjadikan anak merasa dihargai dan dipedulikan. Anak mempunyai pemikiran yang terbuka terhadap aturan yang ada dan memiliki pengelolaan diri tinggi. Hasil ini dikuatkan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman (2008) pola asuh yang paling ideal untuk menerapkan kedisiplinan pada remaja adalah pola asuh demokratis. Lingkungan terbaik untuk membentuk kepribadian anak adalah lingkungan keluarga yang kondusif, terbuka dan demokratis. Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu sebesar 17,8%. Hal ini dapat dilihat pada koefisien determinan sebesar 0,178. Artinya masih ada 82,2% faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan dalam penggunaan waktu selain pola asuh demokratis diantaranya adalah peraturan, fasilitas, reward dan punishment serta tipe kepribadian. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Sanderi dkk (2013) yang menyatakan bahwa dalam meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu pada remaja

13 8 selain dari pola asuh orang tua juga tergantung pada lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat melalui peraturan yang sudah ditetapkan serta fasilitas yang memadai. Peraturan diartikan sebagai suatu aturan, norma atau tata tertib yang dibuat oleh suatu kelompok untuk di taati bersama. Penerapan peraturan yang ada di sekolah dan masyarakat membantu seseorang menyesuaikan diri dengan baik, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang mantap serta berperilaku sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Fasilitas yang dimaksud adalah segala bentuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan seseorang untuk mendukung keberhasilan yang maksimal. Sebagai contoh lingkungan sekolah menyediakan fasilitas bagi peserta didiknya agar peserta didik memaksimalkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Mengajar dengan berbagai macam metode dan media agar peserta didik tidak bosan, sehingga mengurangi siswa yang membolos. Orang tua di rumah menyediakan jaringan internet agar anaknya tidak pulang ke rumah terlambat dengan alasan pergi ke warnet untuk mengerjakan tugas. Namun dengan fasilitas ini orang tua juga membutuhkan kontrol agar anak tidak terhipnotis dengan internet sehingga waktu belajarnya tidak terabaikan. Penerapan reward dan punishment di nilai sebagai suatu hal yang bisa meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Feldman, dkk (2009) yang mendefinisikan Reward sebagai suatu imbalan yang diberikan pada anak. Sedangkan punishment adalah suatu hukuman yang diberikan pada anak ketika anak tidak melakukan suatu perilaku yang kita inginkan. Astuti (2004) menambahkan mengenai tipe kepribadian lah yang akan meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah penelitian ini hanya memfokuskan pada lingkungan sekolah. Subjek yang digunakan untuk penelitian hanya terdiri dari dua sekolah Islam. Orientasi kancah yang digunakan untuk penelitian kurang komprehensif, peneliti kurang memahami secara benar mengenai karakteristik lokasi yang digunakan untuk penelitian, sehingga apa yang menjadi harapan peneliti kurang terpenuhi. Artinya pada tahap awal peneliti kurang mengadakan observasi untuk data awal guna memahami karakteristik dari dua sekolah. Penelitian yang melibatkan lebih dari satu sekolah harus benar-benar dicari kesamaan karakteristiknya agar hasil penelitian benar-benar bisa mewakili keadaan subjek yang sebenarnya dan

14 9 tujuan penelitian bisa tercapai Hal ini meliputi karakteristik lokasi, keadaan subjek dan fasilitas serta pengelolaan lokasi sekolah (Putra, 2011). PENUTUP Kesimpulan 1. Ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu 2. Tingkat kedisiplinan dalam penggunaan waktu tergolong sedang 3. Tingkat pola asuh demokratis tergolong tinggi 4. Sumbangan efektif pola asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu sebesar 17,8%. Artinya masih ada 82,2% faktor lain yang berpengaruh terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu selain pola asuh demokratis diantaranya adalah peraturan, fasilitas, reward dan punishment serta tipe kepribadian. Saran saran 1. Orang tua Orang tau diharapkan mampu mempertahankan pola asuh demokratis dan diharapkan ada kerja sama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu pada anak 2. Subjek penelitian Bagi subjek penelitian diharapkan mampu meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan waktu dengan adanya kontrol diri dan tanggung jawab yang tinggi dan membiasakan kedisiplinan serta menyadari pentingnya kedisiplinan dalam penggunaan waktu di masa yang akan datang 3. Pihak Sekolah Bagi pihak sekolah diharapkan bisa memberikan contoh kedisiplinan dalam penggunaan waktu pada peserta didik. Salah satu contohnya adalah guru tidak membiarkan siswa siswinya bermain di luar kelas ketika guru sudah ada di kelas dan menerapkan peraturan yang mendidik agar peserta didik bisa berdisiplin dalam penggunaan waktu 4. Peneliti selanjutnya Penelitian ini hanya memfokuskan pada lingkungan sekolah dan hanya di lakukan di sekolah Islam, sehingga diharapkan ada penelitian lanjutan di lingkungan yang berbeda dan dengan subjek yang lebih bervariasi. Sumbangan efektif dari pola asuh demokratis 17,8%, sehingga diharapkan ada penelitian lanjutan yang menggali kedisiplinan dalam penggunaan waktu selain pola asuh demokratis.

15 10 DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. (2004). Psikologi Terapan. Yogyakarta: Darussalam. Arianto. (2013). Jam karet: Sebuah Budaya Indonesia yang Perlu Dilestarikan? (online) ( diunduh tanggal 16 Juli 2013, jam Wib). Astuti, K. (2004). Pola Asuh, Kepribadian, dan Disiplin Remaja. 2 (2):3-11. Insight: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescence Competence and Subtance Use. 11 (1): The Journal of Early Adolescence. Berk, L. E. (2012). Development Life Span (Dari Prenatal Sampai Remaja, Transisi Menjelang Dewasa). Penerjemah: Daryanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cervone, D., Lawrence, A.P. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian Edisi 1). Jakarta: Salemba Humanika. Cervone, D., Lawrence, A.P. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian Edisi 2). Jakarta: Salemba Humanika. Cope, C and Lorraine S. (2008). Improving Student Learning About a Harsh Discipline and Conduct Problems. 22 (1): Sode : Social Development. Feldman, Papalia & Olds. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika. Gunarsa & Gunarsa. (1986). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Harriman, PL. (1995). Panduan untuk Memahami Istilah Psikologi. Jakarta: Restu Agung. Hill, N.F. (2011). Theories Of Learning (Teor-teori Pembelajaran Konsepsi, Komparasi dan Signifikansi). Bandung: Nusa Media. Hurlock, E.B. (2004). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Rahman, I.A. (2008). Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis ayah dan ibu dengan perilaku disiplin remaja. 11 (1): Lentera Pendidikan.

16 11 Lysenko, Edward dan Sara. (2013). Sex Differences in the Relationship between Threshold Concept in the IS Discipline. 1 (2): Informing Science: the International Journal of an Emerging Transdiscipline. Putra, N. (2011). Research Development (Penelitian dan Pengembangan Suatu Pengantar). Sanderi, F., Marjohan., Indah, S. Kepatuhan Siawa Terhadap Disiplin dan Upaya Guru BK dalam Meningkatkannya Melalui Layanan Informasi. 2 (2): Konselor: Jurnal Ilmiah Konseling. Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 13 Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Semiawan, C. (2008). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT Prenhalindo. Tasmara, T. (1999). Dimensi Doa dan Dzikir Menyelami Samudra Qolbu Mengisi Makna Hidup. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primarsa. Widiasworo, T. (2013). Perilaku Agresi Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Demokratis pada Orang Tua Tunggal (Single Parent). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Widiyanti, S. (2012). Pengaruh Motivasi Belajar dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMAN Manyaran Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS. Widodo, B. (2013). Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek Pengendalian Diri (Self Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa SMK Wonoasri Caruban Kabupaten Madiun. 1(37): Jurnal: Widya Warta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa, penerus perjuangan demi kemajuan suatu bangsa. Masa remaja adalah masa transisi atau perpindahan dari masa kanakkanak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU SKRIPSI Diajukan Oleh: Aroasih Tri Naimah F 100 100 193 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 HUBUNGAN

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN Rahmat Hidayat, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) Naskah Publikasi Oleh : RAHMAD SETYAWAN F 100 070 035 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Disiplin memiliki arti penting bagi setiap individu yang bertujuan atau ingin mencapai sesuatu. Sebagai contoh, individu yang ingin menjadi juara kelas, juara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 THE EFFECT OF PARENTING PARENTS OF STUDENTS DISCIPLINE IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian dirinya berupa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian dirinya berupa fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari ketergantungannya pada individu lain. Dalam proses kehidupan individu sebagai anggota masyarakat, mereka tidak

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: HESTI WININGTYAS

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan Penelitian dengan judul Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua pada siswa SMP yang mengalami perceraian orangtua melalui perhitungan statistik parametric product moment menghasilkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN EMPATI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh:

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ZULFIKA DWI UTAMI F 100 070 048 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : INTAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Marina Tri Handhani Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : NOVERANI KHESARI F100100036 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan proses belajar mengajar tertib dan lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KELEKATAN REMAJA PUTRI DENGAN AYAHNYA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Muthmainnah Ibrahim F100110086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

//HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP. Naskah Publikasi

//HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP. Naskah Publikasi //HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 TERAS, BOYOLALI Titik Rahayu Titikrahayu857@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Hal ini tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Hubungan antara Motivasi Belajar dan Keyakinan Diri dengan Kematangan Karir pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Andong Boyolali Relationship between Learning Motivation and Self Efficacy with Career Maturity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Lanjutan Atas (SMA) atau sederajatnya, merupakan suatu tingkatan pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat melanjutkan ke perguruan

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj PENGARUH PERSEPSI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS Titis Pravitasari Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai gencar mengembangkan pengadaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) atau disebut pula dengan sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian manusia seiiring berkembangnya ilmu teknologi dan komunikasi yang semakin

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Keterampilan Sosial Buruk pada Remaja Kelas XI di SMAN 1 Bandung

Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Keterampilan Sosial Buruk pada Remaja Kelas XI di SMAN 1 Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Keterampilan Sosial Buruk pada Remaja Kelas XI di SMAN 1 Bandung 1 Eriazta Putri Nurtami, 2 Endang Supraptiningsih

Lebih terperinci

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA Oleh: Elisabeth Fransisca S.S 1) dan Titis Oktaviyanti 2) Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Palangka Raya Kampus

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: SITI MARFU AH A 510 100 183

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, hal ini disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan eksistensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga dengan Pemahaman Moral pada Remaja. Sry Ayu Rejeki Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga dengan Pemahaman Moral pada Remaja. Sry Ayu Rejeki Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga dengan Pemahaman Moral pada Remaja Sry Ayu Rejeki Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PARENTING SKILL DALAM MELATIH DISIPLIN ANAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA di SD YIMA Bondowoso. Kalsum, Festa Yumpi & Iin Ervina

HUBUNGAN PARENTING SKILL DALAM MELATIH DISIPLIN ANAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA di SD YIMA Bondowoso. Kalsum, Festa Yumpi & Iin Ervina HUBUNGAN PARENTING SKILL DALAM MELATIH DISIPLIN ANAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA di SD YIMA Bondowoso Kalsum, Festa Yumpi & Iin Ervina Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember Abstrak Dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA SISWA SMP NEGERI 3 TERAS BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN 233 PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN Eka S. Ariananda 1, Syamsuri Hasan 2, Maman Rakhman 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Agung Nugroho

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini bertempat di sebuah sekolah menengah tingkat atas yang bernama SMAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SOSIALISASI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS XI SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SOSIALISASI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS XI SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SOSIALISASI TEMAN SEBAYA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS XI SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam berinteraksi dengan orang lain, manusia saling bekerja sama dan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA SMA NEGERI I JATISRONO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: DENI EKA RINTAKASIWI A

Disusun Oleh: DENI EKA RINTAKASIWI A PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KEPATUHAN SISWA TERHADAP DISIPLIN DAN UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKANNYA MELALUI LAYANAN INFORMASI

KEPATUHAN SISWA TERHADAP DISIPLIN DAN UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKANNYA MELALUI LAYANAN INFORMASI Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. 220-224 KEPATUHAN

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Interaksi Keluarga Dan Peran Orang Tua Terhadap Keputusan Pemilihan Jurusan Pada Siswa SMA Di Palembang

Interaksi Keluarga Dan Peran Orang Tua Terhadap Keputusan Pemilihan Jurusan Pada Siswa SMA Di Palembang Interaksi Keluarga Dan Peran Orang Tua Terhadap Keputusan Pemilihan Jurusan Pada Siswa SMA Di Palembang Itryah Arfianto Fakultas Psikologi, Universitas Bina Darma itryah@yahoo.com Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya angka kecelakaan di kota-kota besar.

Lebih terperinci

ANAK Sukoharjo) Sarjana S-1

ANAK Sukoharjo) Sarjana S-1 PENDIDIKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN PADA ANAK DI KELUARGA SINGLE PARENT (Studi Kasus di Desa Bowan Rt. 03/05 Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci