BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Semenjak ditemukannya kabel fiber optic sebagai media transmisi yang handal dibandingkan dengan media transmisi yang lain, maka seiring dengan itu pula perkembangan teknologi transmisi yang mampu mengakomodasi kemampuan dari kabel fiber optic juga dikembangkan. Plesiochronous Digital Hirachy atau PDH merupakan system transmisi komunikasi pertama kali yang dikembangkan sebagai system transmisi untuk mengkomodasi kemampuan kabel fiber optic. Dalam perkembangannya sistem PDH tidak begitu sesuai untuk diaplikasikan sebagai sistem transmisi fiber optic. Kemudian dikembangkan teknik Synchronous Digital Hierarchy (SDH) yang mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan sistem PDH sebagai pendahulunya. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang berkembang cepat menghasilkan suatu teknologi yang membutuhkan kapasitas transmisi yang besar dan reliabilitas yang handal, sehingga mendorong dikembangkan teknik transmisi yang lain seperti Next Generation SDH dan WDM yang sampai saat ini telah diimplementasikan oleh provider telekomunikasi sebagai suatu teknik media transmisi untuk melayani para konsumennya. 2.2 Synchronous Digital Hierarchy (SDH) Synchronous Digital Hierarchy (SDH) adalah sebuah sistem Hierarki pemultipleks an dengan menggunakan teknologi pengiriman / transport digital yang berbasis transmisi sinkron. SDH merupakan sebuah standard internasional sistim transmisi data yang dikeluarkan oleh ITU-T dan didokumentasikan dalam standard ITU-T G.707, G708 dan G.709, merupakan sebuah sistem yang dikembangkan untuk menyempurnakan kekurangan dari sistem PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) yang sudah dikembangkan terlebih dahulu sebagai sistem transmisi data. Pada saat ini sistem SDH adalah sistem yang banyak di pakai oleh operator / network provider telekomunikasi di Indonesia sebagai sistem transmisi fiber optic untuk long haul maupun short haul. 4

2 Secara umum system SDH menawarkan beberapa feature antara lain: Self-healing; yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi secara otomatis tanpa interupsi layanan. Service on demand; provisi yang cepat end-to-end customer services on demand. Akses yang fleksibel; manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita tetap ke tempat-tempat pelanggan. Beberapa keuntungan dari system SDH adalah: 1. Cost-effective, flexible telecommunications networking: Standard SDH merupakan prinsip dasar dari multiplexing sinyal sinkron secara langsung yang akan membawa pada cost effective and flexible telecommunications networking.misal seperti sinyal sinyal tributary bisa langsung dimultiplex kedalam sinyal SDH dengan rate yang lebih tinggi tanpa memerlukan tambahan tahap multiplexing. SDH network elements bisa di hubungkan secara langsung tanpa ada tambahan biaya dan peralatan yang akan menghemat biaya. 2. Advanced Network management and maintenance: Lebih dari 5% struktur sinyal SDH dialokasikan untuk mendukung management network dan prosedur pemeliharaan sehingga jaringan SDH menjadi efektif dan flexible. 3. Flexible signal transportation capabilities Pada saat ini hampir semua bentuk protocol sinyal telekomunikasi bisa dilewatksan dengan sinyal SDH, secara tidak langsung penggunaan sistem SDH akan menghasilkan sebuah system yang flexible yang tetap mampu melayani jaringan yang sudah ada terlebih dahulu. 4. Allows a single Telecommunication network infrastructure: Jaringan SDH mampu digunakan untuk long haul, interchange, metro atau jaringan local sehingga bisa menghasilkan sebuah jaringan yang hanya berbasis SDH yang saling terkait. 5

3 2.2.1 Synchronous transport Module N (STM-N) Synchronous Transport Module level N (STM-N) adalah merupakan struktur modul transport sinkron level N pada hirarki SDH, STM-1 merupakan merupakan struktur frame terendah dengan rate terkecil yang mampu ditransmisikan oleh sistem SDH. Frame STM-1 terdiri 2430 byte yang secara umum bila di gambarkan secara 2 dimensi berisi 9 baris dan 270 kolom byte, setiap byte dalam satu frame mempunyai rate sebesar 64 Kbps dan dikirimkan dalam periode 125 µs RSOH POINTER MSOH µs 261 PAYLOAD Gambar 2.1 Struktur frame STM-1 Dengan menggabungkan byte per byte sinyal STM-1 maka akan dihasilkan sinyal STM-N, dimana besar bit rate dari sinyal STM-N merupakan kelipatan bilangan bulat bernilai eksak N x 155,52 M. Tabel 2.1 Standar rate SDH Level STM-1 STM-4 STM-16 STM-64 Rate 155,520 Mbps (155 Mbps) 622,080 Mbps (620 Mbps) 2488,320 Mbps (2,5 Gbps) 9953,280 Mbps (10 Gbps) Gambar 2.2 Struktur Frame STM-N 6

4 Frame STM-1 memiliki 3 bagian utama: 1. Overhead. Fungsi Overhead secara umum adalah: Turut serta dalam proses pembentukan frame Mengawasi proses transmisi sinyal informasi dari pengirim sampai penerima Error monitoring Melokalisasi terjadinya error Melakukan fungsi maintenance Melakukan fungsi controlling Terletak pada 9 kolom pertama frame SDH, berukuran 8 x 9 byte yang terdiri dari: a. RSOH ( Regenerate Section Overhead ) ~ Berukuran 3 x 9 byte ~ Pada kolom 1 sampai 9, baris 1 sampai 3 ~ berisi informasi tentang struktur frame yang diperlukan oleh terminal equipment ~ Sinkronisasi Frame ~ Byte Untuk Eror Checking b. MSOH ( Multiplexer Section Overhead ) ~ Berukuran 5 x 9 Byte ~ Pada kolom 1 sampai 9, baris 5 sampai 9 ~ Berhubungan dengan Multiplexing data 7

5 Tabel 2.2 Overhead STM-1 Tabel 2.3 Fungsi byte Overhead 2. Pointer. ~ Terletak pada baris ke-4, 9 kolom pertama frame SDH, Berukuran 1 x 9 byte ~ Digunakan untuk mengidentifikasi posisi byte pertama virtual container dalam frame STM ~ Memudahkan pengaturan jaringan secara tersentralisasi. ~ Memudahkan byte byte informasi diambil dengan cepat tanpa proses demultiplex. 3. Payload ( informasi ) ~ Terletak pada baris 1 sampai 9, kolom 10 sampai 270 ~ Untuk memuat sinyal PDH mulai dari 2 Mbps sampai 140 Mbps 8

6 2.2.2 Proses Multiplexing SDH Gambar 2.3 Multiplexing STM-N pada sistem SDH SDH merupakan hasil multiplexing dari sinyal PDH yang dimasukkan ke dalam container dengan tahapan multiplexing seperti pada gambar diatas. Struktur tahapan multiplexing SDH: 1. Container (C). Untuk menampung sinyal-sinyal tributary dari PDH Mengubahnya menjadi sinyal sinkron Kapasitas transmisi container selalu lebih besar dari sinyal tributary Digunakan teknik stuffing (penambahan Bit) berisi : - Payload - Justification Opportunity bits - Justification Control bits - Fixed stuff bytes/bits 2. Virtual Container (VC) Gabungan Antara Container dan POH (Path Overhead) Merupakan suatu struktur informasi yang tidak akan berubah - ubah selama transmisinya ada dalam path tertentu 9

7 Dibedakan dalam dua tingkatan : 1. High Order Virtual Container (HO-VC) 2. Low Order Virtual Container (LO-VC) 3. Tributary Unit (TU) Terdiri dari LO-VC dan pointer Merupakan bagian dari HO-VC Empat jenis TU: TU-11, TU-12,TU-2 & TU-3 4. Tributary Unit Group (TUG) Gabungan dari TU yang dimultipleks byte per byte 5. Administrative Unit (AU) Bagian dari frame STM-1 dimana posisi HO-VC bersifat fleksibel Dua jenis AU : AU-4 dan AU-3 6. Administrative Unit Group (AUG) Gabungan dari AU yang dimultipleks bersama sama Gabungan antara AUG dan SOH membentuk frame STM Mapping Containers ke STM-N Gambar 2.4 Struktur Mapping container 4 ke dalam STM - N Sinyal Plesiochronous (PDH) akan di mapping kedalam container, kapasitas container selalu lebih besar daripada sinyal PDH yang akan dimapping ke dalam container. Untuk sinyal low order tributary akan dimapping ke dalam container- 11 (1,5 Mbps), Container -12 (2 Mbps) dan container-2 (6 Mbps/ 8 Mbps). 10

8 Sedangkan untuk High order tributary akan dimapping ke container-3 (34 Mbps/ 45 Mbps) dan container -4 (140 Mbps). Setiap container akan diberikan byte byte tambahan untuk keperluan pengawasan dan identifikasi jenis container, kumpulan byte ini dinamakan Path Overhead (POH). Gabungan antara container dengan POH akan membentuk Virtual Container (VC). Bentuk dan format POH tergantung dari jenis container Gambar 2.5 Bentuk dan format POH Virtual container dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu high Order VC (VC- 3/4) yaitu Virtual Container yang langsung bisa disusun kedalam frame STM-1 dan Low Order VC (VC-11/12) yaitu Virtual Container yang harus disusun lagi kedalam Virtual container yang lebih tinggi tingkatannya. Sebelum disusun dalam frame STM-1, Virtual Container akan dimapping telebih dahulu kedalam Administrasi Unit (AU). ada 2 Jenis AU yaitu AU-4 dan AU-3. Dalam frame STM-1 bisa terdapat: 1 x AU-4 atau 3 x AU-3. Penempatan VC-3 bisa langsung dalam frame STM-1 melalui AU-3 atau melalui AU-4, dimana 3 buah VC-3 disusun kedalam satu VC-4. Administrasi Unit sendiri berisi Virtual Container dengan Administrasi Unit Pointer (AU-PTR) yang menunjukkan posisi byte pertama dari Virtual Container (J1) dari Virtual Container POH. 11

9 Gambar 2.6 Schematic diagram mapping c-3 ke frame STM-N Model Layer Synchronous Digital Hierarchy Jaringan SDH dibagi menjadi beberapa layer yang langsung berhubungan dengan topologi jaringan. Layer terbawah adalah physical layer yang menggambarkan media transmisi, biasanya berupa fiber optik, radio link atau satelite link. Regenerator section adalah path antar regenerator, termasuk kedalam bagian ini adalah overhead RSOH (Regenerator Section Overhead) yang diperlukan untuk signaling pada layer ini. Kemudian diatasnya adalah Multiplex section termasuk didalam layer ini adalah overhead MSOH (Multiplex Section Overhead), pada layer ini mencakup link SDH antar multiplexer. Kemudian layer teratas adalah virtual container yang merupakan bagian dari proses mapping sinyal tributary kedalam frame SDH. Gambar 2.7 Model Layer SDH 12

10 Gambar 2.8 Desain Path section SDH Komponen Jaringan Synchronous Digital Hierachy 1. Add Drop Multiplexer (ADM) ~ Berfungsi untuk memultiplikasi sinyal sinyal tributary PDH. ~ Suatu Add Drop Multiplexer dapat didrop dari jalur utama dan dikeluarkan sebagai tributary output dan sinyal tributary yang telah didrop dapat di masukkan ke trybutary yang lain untuk di transmisikan melalui jalu utama. Gambar 2.9 Add Drop Multiplexer 2. Terminal Multiplexer (TM) ~ Berfungsi untuk memultiplikasi sinyal sinyal tributary ke dalam sinyal SDH. Gambar 2.10 Terminal Multiplexer 13

11 3. Digital Cross Connect (DXC) ~ Berfungsi untuk memultiplikasi sinyal sinyal tributary dan melakukan switching tributary dengan bit rate yang berbeda beda sesuai dengan arah yang dinginkan. ~ Contoh: Digital Cross Connect antara Jalur utama dengan jalur utama, jalur utama dengan tributary atau sebaliknya dan trybutary dengan trybutary. 4. Fiber hub atau Regenerator (REG) Gambar 2.11 Digital Cross Connect ~ Berfungsi untuk meregenasi sinyal SDH yang datang. Gambar 2.12 Fiber hub atau Regenerator 2.3 Topologi Jaringan SDH Topologi jaringan SDH yang dapat diaplikasikan oleh sistem SDH antara lain: 1. Point to Point Konfigurasi point to point adalah bentuk dasar dari topologi jaringan. Topologi ini hanya terbatas untuk hubungan antar ke dua node yang keduanya mempunyai fungsi sebagai terminal. Gambar 2.13 Point to Point 14

12 2. Bus Merupakan konfigurasi multipoint yang berarti bahwa ada lebih dari dua stasiun yang tersambung padamedia transmisi dan masing masing dapat mengirimkan transmisi. 3. Star Gambar 2.14 BUS Node tidak langsung berhubungan satu sama lain, tetapi komunikasi dilakukan melalui node pusat. Gambar 2.15 STAR 4. Mesh Semua node pada jaringan Mesh saling terhubung satu sama lain. Keuntungannya walupun salah satu kabel mengalami gangguan / kerusakan, tetapi semua node dalam jaringan tersebut masih bisa berhubungan. 15

13 5. Ring Gambar 2.16 Mesh topologi Semua node pada topologi ring terhubung secara lingkaran (ring). Gambar 2.17 Ring topologi 2.4. SDH Testing Aplication dan Error Performance Monitoring Berbagai jenis pengetesan sering dikerjakan pada saat instalasi dan commissioning pada sebuah jaringan SDH.Beberapa test yang sering dilakukan pada jaringan SDH ada beberapa yaitu: 1. Fiber-Path identification Adakalanya jaringan kabel optic pada sebuah operator telekomunikasi sering dilakukan penggantian, relokasi atau penambahan yang mengakibatkan adanya perubahan interkoneksi. Jaringan yang ada semakin rumit dan komplek dari sebelumnya sehingga membuat pencarian core kabel yang tepat untuk interkoneksi akan semakin sulit. Maka test ini dilakukan dengan tujuan mencari core yang tepat dan untuk menghindari kesalahan pemilihan core untuk interkoneksi. 2. Continuity Test Merupakan test yang dikerjakan untuk memastikan bahwa jaringan sudah tersambung dari ujung ke ujung (end to end connectivity) dan 16

14 menunjukkan bahwa setup/konfigurasi yang telah diimplementasikan pada jaringan telah berjalan dengan benar. 3. BER (Bit Error Rate) Testing Pengukuran BER diperlukan pada saat instalasi, commissioning maupun maintenance suatu jaringan komunikasi. Dengan pengukuran BER, Kondisi serta quality of service (QOS) jaringan akan diketahui. Informasi yang dihasilkan dari pengukuran BER adalah berapa jumlah bit error yang ada dari sejumlah bit yang dikirimkan kedalam jaringan. Sumber error Banyak factor yang bisa mempengaruhi error bit yang terjadi dalam sebuah system transmisi digital diantaranya : - Jitter Jiiter menyebabkan perubahan clock timing receiver tidak sinkron dengan bit yang dikirimkan sehingga receiver salah dalam mengintepretasikan sinyal yang masuk, dimana pada saat itu seharusnya receiver tidak menerima sinyal bit dari transmitter. - Crosstalk Crosstalk sering terjadi pada saluran transmisi electrical, sedangkan pada saluran transmisi optikal sangat jarang terjadi atau mungkin malah tidak pernah terjadi. - Radiasi Oscillator Bisa menyebabkan kinerja switching atau clock mikroprosesor tidak berjalan sebagaiman mestinya, sehingga bit bit yang diterima menjadi salah. Beberapa contoh diatas adalah contoh sumber dari error yang menyebabkan BER, contoh sumber yang lain mungkin masih banyak. Besar nilai BER Pada saat ini besar nilai BER dituntut untuk sebesar atau lebih rendah. BER artinya ada satu bit error tiap (1000Gb) bit yang sampai pada receiver. Besar BER menggambarkan probabilitas sebuah receiver salah dalam menerima bit, jadi BER berarti bahwa setiap bit yang diterima receiver mempunyai probabilitas mengalami error. Meskipun angka BER terlihat kecil, pada rate 10Gbps akan ada 1 bit error pada setiap 100 detik (1 menit 40 detik). Oleh karena itu, nilai BER 17

15 sekecil mungkin adalah suatu hal yang sangat penting, semakin banyak bit error yang diterima maka akan memperburuk kualitas suara dan data sehingga informasi yang dikirim tidak akan diterima dengan baik. Sebenarnya suatu hasil pengukuran BER bisa dikatakan diterima jika hasil pengukuran tersebut sesuai standard yang dipakai, dalam hal ini standard BER yang dipakai adalah ITU-T O.150 series. Standar ITU-T O.150 menyebutkan bahwa range hasil pengukuran BER berkisar antara 10 3 sampai 10 8, range ini lebih tinggi dari nilai yang diharapkan oleh service provider. Penyebab hasil yang ditetapkan oleh ITU-T sebesar itu karena standar tersebut dibuat pada saat jaringan telekomunikasi lebih banyak membawa traffic voice digital dibanding data traffic, tetapi sekarang traffic data lebih banyak dibanding traffic voice sehingga senitivitas jaringan terhadap error semakin tinggi. BER tester Dalam sebuah instrument BER tester biasanya terdiri dari pattern generator dan error counter, counter akan menghitung semua incoming bit kemudian membandingkan setiap bit yang diterima dengan reference pattern, dengan perhitungan error sebagai berikut: Untuk melakukan pengukuran yang pertama kali dilakukan adalah mengirim bit pattern ke dalam system trasmisi yang sedang dites. Bit Pattern Panjang bit pattern yang digunakan untuk melakukan tes sebaiknya cukup sesuai dengan data rate perangkat yang sedang dites, karena jika bit pattern terlalu pendek random data yang dihasilkan oleh bit pattern akan berulang dengan cepat dan akan membuat clock perangkat tidak bisa menyesuaikan dengan panjang bit yang diterima. Gambar 2.18 sliding window dari N bit 18

16 Pada gambar diatas memperlihatkan bagaimana Generator pattern sebuah BER tester membangkitkan bit pattern. Secara sederhana, pada gambar diatas menggunakan pattern 4 bit. Sebuah slididing windows 4 bit bergerak hingga 15 bit pattern dan menghasilkan combinasi 4 bit, kecuali 0000, dan berulang setelah 15 bit. Generator pattern akan mengeluarkan bit pattern secara serial. 19

17 Pattern (length) of: Table 2.4 Bit patterns used for BER measurements in communications Specified in Standard circuits Maximum number of zeroes Commonly used to test circuit rates (511) ITU-T O Up to 14.4 kbits/s 511 QRS (Note ANSI T kbits/s (2047) ITU-T O kbits/s, Nx64 kbits/s 2 11 QRS (2048) ANSI T kbits/s (32,767) ATIS TR Mbits/s, Mbits/s, 34 Mbits/s, 45 Mbits/s inverted Mbits/s, Mbits/s, ITU-T O (32,767) (Note 2) 34 Mbits/s, 45 Mbits/s ( ) ITU-T O Mbits/s, 45 Mbits/s, 139 Mbits/s QRSS ( ) (Note 1) ITU-T O Mbits/s ( ) ATIS TR inverted ( ) TU-T O.150 and ANSI/IEEE Mbits/s, 45 Mbits/s, 139 Mbits/s, 155 Mbits/s, 622 Mbits/s, 2.4 Gbits/s, 10 Gbits/s 34 Mbits/s, 45 Mbits/s, 139 Mbits/s, 155 Mbits/s, 622 Mbits/s, 2.4 Gbits/s, 10 Gbits/s (2.147*10 9 ) 2.4 Gbits/s, 10 Gbits/s, 40 ITU-T O (Note 3) Gbits/s inverted 2.4 Gbits/s, 10 Gbits/s, 40 (2.147*10 9 ITU-T O ) Gbits/s Notes: 1. QRS stands for "quasi-random signal" and QRSS stands for "quasi-random signal source." Both patterns find use in T1 (1.544 Mbits/s) electrical transmission systems , , and use inverted patterns specified by the ITU-T; the BER tester inverts its output before transmitting the test pattern. Most modern test equipment offers all patterns in the normal and inverted formats, which accounts for the inclusion of the noninverted pattern in the table. 3. For the higher bit rates (2.4 Gbits/s to 40 Gbits/s), the pattern should be your first choice with the pattern as second choice. The longer pattern repeats less often and causes fewer problems for the clock recovery and fiber-optic receive circuits. Tabel 2.4 memperlihatkan beberapa macam bit pattern, beserta standar dan circuit komunikasi yang dipakai. Bit pattern mengikuti format 2 N 1, jadi jika ada pattern akan berisi 511 kemungkinan combinasi 9 bit kecuali untuk logic 0 tidak masuk hitungan, urutan akan berulang jika generator pattern telah mengirim seluruh kemungkinan kombinasi. 20

18 Gambar a) pengukuran BER End to End configuration. b) pengukuran BER loopback configuration Dua gambar konfigurasi pengukuran BER seperti diatas memunjukkan pada gambar a) generator pattern dan BER tester terletak pada lokasi yang berlainan sedang pada gambar b) generator pattern dan BER tester terletak pada lokasi yang sama tetapi pada sisi yang berlawanan, biasanya keduanya terletak pada satu instrument. 4. Error Sectionalization Sebuah tes prosedur yang dilakukan untuk mengetahui posisi tepat terjadinya kesalahan pada sebuah jaringan. Gambar 2.20 Path section SDH 5. Signal Auto Detection Sebuah tes yang dikerjakan untuk mengetahui jenis signal yang dilewatkan pada jaringan, tes ini biasanya dilakukan pada titik pertemuan antara 2 service provider sehingga diharapkan configurasi dan setup jaringan bisa dipercepat. 21

19 Gambar 2.21 Setup test Signal Auto Detection 6. Alarm & Error Processing SDH merupakan sebuah desain yang mampu melakukan interkoneksi perangkat dari berbagai vendor (Merk) tetapi yang sering menjadi masalah adalah interoperability product tidak pernah dicapai 100%. Oleh karena itu, diperlukan sebuah tes untuk mengetahui kemampuan jaringan untuk memproses dan mengirim error dan alarm. Tes ini biasanya dikerjakan disebuah laboratorium sebelum dilakukan deployment jaringan. 7. Round-Trip delay tes Sebuah tes yang digunakan untuk mengukur waktu yang diperlukan oleh sebuah sinyal sampai pada tujuan. Biasanya Round-Trip Delay tergantung pada 2 faktor yaitu: panjang link dan transit time ketika melalui berbagai network element sepanjang jaringan. Pengukuran Round Trip Delay sangat cocok bila dilakukan pada system yang memerlukan komunikasi interaktif dua arah seperti system telepon atau data dimana round trip time delay sangat berpengaruh pada throughput rate Gambar 2.22 Round-Trip delay tes 8. Pointer Adjustment Tes Salah satu fitur yang paling ditonjolkan pada jaringan SDH adalah synchronisasi jaringan yang secara alami bisa dilakukan oleh jaringan 22

20 SDH. Jika sebuah jaringan SDH mengalami masalah sinkronisasi, maka byte byte pointer selalu mencoba untuk melakukan kompensasi ( menyeimbangkan sinkronisasi), jika dalam proses tersebut byte byte pointer tidak bisa menjaga pergerakan payload maka payload tersebut akan hilang atau error. Oleh karena itu sinkronisasi tes dapat dilakukan dengan cara menganalisis pergerakan pointer byte H pada overhead 9. Automatic Protection Switching (APS) APS merupakan sebuah feature pada SDH yang menawarkan proteksi pada traffic yang sedang berjalan jika terjadi kesalahan pada jaringan seperti misalnya fiber terputus atau kesalahan pada hardware. Feature ini selain diperlukan ketika terjadi kesalahan pada jaringan juga diperlukan ketika melakukan maintenance jarinngan dimana traffic harus dialihkan untuk sementara. Standard ITU-T G.841 menyatakan bahwa APS time yang diperlukan sebuah jaringan perchanel adalah 50 milisecond. 23

21 Gambar 2.23 Set-up Automatic Protection Switching Error Performance Monitoring Error performance physical layer dari suatu perangkat komunikasi digital merupakan factor yang utama untuk mengetahui kualitas transmisi suatu jaringan. ITU-T telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi untuk mengadopsi parameter dan tujuan dari pengukuran error performance. Rekomendasi tersebut antara lain G.821, G.826, G.828, G.829, G.8201, I. 356 dan M.21xx series. a. Rekomendasi ITU-T G.821 Pada tahun 1980 ITU-T G.821 pertama kali digunakan, ITU-T G.821 menjelaskan bit error performance dari suatu koneksi ISDN international dengan bit rate 64 kbps. Pada tahun 1996 ITU-T G.821 telah mencapai versi ke-empatnya yang 24

22 secara teknis terjadi perubahan pada range bit rate yang digunakan karena telah diperlebar menjadi N x 64 kbps. Tiga basic event dan parameter ITU-T G.821, adapun event G.821 adalah sebagai berikut: 1. Error Second (ES) Tiap second / detik yang mengalami error 2. Severely Error Second (SES) Tiap second / detik yang mengalami error ratio lebih dari Degraded Minutes (DM) Setiap menit yang berisi error ratio lebih dari 10-6 Pada rekomendasi tersebut juga berlaku konsep Available dan Unavailable time. Time secara normal Available dan Unavailable Time dimulai ketika error ratio lebih dari 10-3 (mengalami SES) dalam 10 detik secara berurutan dan akan berhenti jika error ratio kurang dari 10-3 dalam 10 detik secara berurutan. Gambar 2.24 Skema Available dan unavailable preiode Sedangkan parameter ITU-T G.821 adalah sebagai berikut: 1. Error Second Ratio (ESR) Yaitu rasio antara ES dengan total Second pada saat available second 2. Severely Error Second Ratio (SESR) Yaitu rasio antara SES dengan total Second pada saat available second b. Rekomendasi ITU-T G.826 ITU-T G.826 merupakan rekomendasi yang berjudul Error performance parameters objectives for international, constant digital path and connection bit rates. Digital path pada ITU-T G.826 adalah sebuah system transmisi yang 25

23 dimiliki oleh sebuah jalur komunikasi yang menghubungkan antar digital distribution frame atau antar terminal equipment. Rekomendasi ini bisa diaplikasikan pada jaringan PDH, SDH atau jaringan transport lain seperti ATM. Mulai tahun 2002 ITU-T G.826 versi baru diperlebar aplikasinya pada semua digital path / connection termasuk dibawah primary rate, sedangkan penggunaan ITU-T G.821 dibatasi hanya untuk koneksi yang didesign sebelum Gambar Aplikasi rekomendasi G.826 ITU-T G.826 error Event: 1. Errored Block (EB) Satu block yang berisi satu atau lebih bit yang mengalami error 2. Errored Second (ES) Satu detik yang berisi 1 atau lebih error block atau paling tidak 1 defect yang terjadi 3. Severelly Errore Second (SES) Setiap detik yang berisi 30 % errored block atau satu atau lebih defect 4. Background Block Error (BBE) Errored block yang bukan bagian dari SES Pada ITU-T G.826 menggunakan block monitoring system untuk memonitor error perangkat yang saat ini tertanam pada perangkat system transmisi. Satu block sendiri adalah satu set consecutive bit yang terdapat dalam jalur transmisi dan setiap bit merupakan bagian dari satu atau hanya satu block, consecutive bit sendiri mungkin tidak dalam waktu yang berdekatan. Beberapa event diatas akan diproses untuk mendapatkan parameter dibawah dan hanya dihitung pada saat Available time. Konsep Available dan unavailable seperti pada G.821 diatas. 26

24 ITU-T G.826 error Parameter: 1. Errored Second Ratio (ESR) Rasio ES dengan total second pada saat available time. 2. Severely Errored Second Ratio (SESR) Ratio SES dengan total second pada saat available time. 3. Background Block Errored Ratio (BBER) Ratio BBE dengan total Block pada saat available time. Anomalie dan Defect Anomalie merupakan penyebab Errored Second (ES) dan terjadi pada high data rate sedangkan Defect akan menyebabkan Severely errored Second (SES). Tabel 2.5 Anomali dan deffect 27

25 Tabel 2.6. End to End error performance objectives for a km digital HRP Gambar 2.26 Hypothetical Reference Path Pengalokasian error objective terhadap reference path dibagi menjadi dua yaitu national portion dan international portion. Setiap national portion dialokasikan fixed block allowance 17.5 % dan ditambah alokasi jarak 1 % per 500 km. Tabel 2.7 Tabel perkalian jarak yang dihitung Distance < 1000 km Multiplier km fixed 1.25 Setiap international portion dialokasikan fixed block allowance 2 % per intermediate country ditambah 1 % per terminating country ditambah alokasi jarak 1% per 500 km seperti pada national portion, sehingga minimum total alokasi adalah 6 % dan menjadi 35 % jika menggunakan satellite link. 28

26 c. Rekomendasi ITU-T G.828 ITU-T G.828 mempunyai judul Error performance parameters and objective for international, constant bit rate synchronous digital path. ITU-T G.828 mempunyai dasar struktur yang sama dengan ITU-T G.826. Pada saat perumusan rekomendasi ITU-T G.828 ternyata ditemukan belum ada definisi yang sesuai mengenai SDH path dan reference path pada literature ITU. Oleh karena itu, pada rekomendasi G.828 didefinisikan sebagai berikut: Hypothetical Reference Path (HRP) Adalah merupakan keseluruhan system transmisi digital dari suatu sinyal digital pada data rate tertentu yang mencakup Path Over Head (POH) antar perangkat dimana sinyal tersebut berasal dan diterminasi. SDH digital Path Adalah sebuah trail yang membawa sebuah SDH payload beserta overheadnya melalui layer transport network diantara path terminating equipment. Digital path bisa bidirectional atau unidirectional dan mungkin tergantung kesepakatan antara customer dengan operator jaringan. ITU-T G.828 error Event: 1. Errored Block (EB) Satu block yang berisi satu atau lebih bit yang mengalami error 2. Errored Second (ES) Satu detik yang berisi 1 atau lebih error block atau paling tidak 1 defect yang terjadi 3. Severelly Errore Second (SES) Setiap detik ynga berisi 30 %errored block atau satu atau lebih defect 4. Background Block Error (BBE) Errored block yang bukan bagian dari SES 5. Severely errored Period (SEP) Rangkaian antara 3 sampai 9 SES yang berurutan 29

27 ITU-T G.828 error Parameter: 1. Errored Second Ratio (ESR) Rasio ES dengan total second pada saat available time. 2. Severely Errored Second Ratio (SESR) Ratio SES dengan total second pada saat available time. 3. Background Block Errored Ratio (BBER) Ratio BBE dengan total Block pada saat available time. 4. Severely Errored Periode Intensity (SEPI) Jumlah SEP event pada saat available time dibagi dengan total available time. Tandem Connection Monitoring Merupakan feature baru yang ada pada ITU-T G.828 yang juga merupakan feature yang ada pada SDH. System ini belum ada ketika G.826 dikembangkan. Sehingga dengan system baru ini list defect yang akan menghasilkan SES akan lebih banyak. 30

28 Tabel 2.8 Near end defect penyebab SES Tabel 2.9 Far end defect penyebab SES 31

29 Tabel 2.10 End to end target value error performance per km SDH HRP d. Rekomendasi ITU-T G.829 Merupakan rekomendasi dengan judul Error performance events for SDH multiplex and regenerator sections yang disetujui pada maret tahun 2000 dan direvisi pada Desember tahun Secara kontras ada perbedaan dengan rekomendasi ITU-T G series yang telah disebutkan, G.829 tidak menyebutkan satupun nilai target yang akan dicapai. Pada Rekomendasi ini hanya mendeskripsikan error even pada suatu multiplex dan Regenerator section SDH. ITU-T G.829 juga mempunyai prisip dasar yang sama dalam memonitor block error dan mengijinkan pengukuran in-servis measurement. Oleh karena itu, rekomendasi ini mendefinisikan block size, jumlah block per SDH frame, jumlah block yang ditransmisikan per second dan error detection code (EDC) yangdipakai pada berbagai SDH bit rate sampai STM 64. Pendefinisian dari SES thresholds, antara lain dengan jumlah error block yang menyebabkan SES adalah merupakan bagian terbesar dari rekomendasi G.829. threshold tersebut diset 30 % dari Jumlah block yang dikirimkan setiap second. Table dibawah ini menunjukkan nilai pada Multiplex section SDH untuk bit rate STM-0 sampai STM-64. Tabel 2.11 Alokasi threshold SES ITU-T G.829 Section STM-0 STM-1 STM-4 STM- 16 STM- 64 Multiplex Section 15% 15% 25% 30% 30% Regenator Section 10% 30% 30% 30% ND 32

30 Tabel 2.12 Block size, block per second dan EDC Table 2.13 pengaplikasian rekomendasi ITU-T error performance 33

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy) BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan

Lebih terperinci

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy) BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB III TEORI PENDUDUKUNG BAB III TEORI PENDUDUKUNG Dalam Laporan kerja praktek ini didukung dengan beberapa teori diantaranya yaituteori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang arsitektur dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAR TEORI

BAB III LANDASAR TEORI BAB III LANDASAR TEORI 3.1 Jaringan Backbone Backbone adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan. Backbone juga dapat dikatakan sebagai jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENDUDUKUNG

BAB II TEORI PENDUDUKUNG BAB II TEORI PENDUDUKUNG Dalam penelitiannya tugas akhir ini didukung dengan beberapa teori teori diantaranya yaitu teori teori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan BAB II DASAR EORI 2.1 eori Dasar SDH Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada sistem transmisi sinkron yang ditetapkan oleh CCI (IU). Sebelum kemunculan SDH,

Lebih terperinci

BAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki

BAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki BAB II Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh

Lebih terperinci

Synchronous Optical Networking SONET

Synchronous Optical Networking SONET Synchronous Optical Networking SONET Pendahuluan Synchronous Optical Networking (SONET) dan Synchronous Digital Hierarchy (SDH) adalah protokol standar yang mentransfer beberapa bit stream digital melalui

Lebih terperinci

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY Tugas KK Tra 17 SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XIi Tel 1 2010026 PENGERTIAN Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK Reni Risca T,Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Ethernet Over SDH SDH (Synchronous Digital Hierarchy) menjelaskan tentang transfer data dengan kapasitas yang besar menggunakan media transmisi serat opti, sistem detakan

Lebih terperinci

Muhamad Husni Lafif. Sekilas Tentang SDH. Lisensi Dokumen:

Muhamad Husni Lafif. Sekilas Tentang SDH.  Lisensi Dokumen: Muhamad Husni Lafif muhamadhusnilafif@yahoo.com http://royalclaas.blogspot.com Sekilas Tentang SDH Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2007 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Rancangan Penilitian Penilitian ini meliputi dari pengamatan dilapangan pada jaringan Kantor Pajak Jakarta Pusat yang terhubung dengan Kantor Pusat PT Indosat dengan kapasitas

Lebih terperinci

Jaringan Komputer Multiplexing

Jaringan Komputer Multiplexing Jaringan Komputer Multiplexing Multiplexing Frequency Division Multiplexing FDM Bandwidth yang bisa digunakan dari suatu media melebihi bandwidth yang diperlukan dari suatu channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perkembangan dalam bidang komunikasi dan pengaruh globalisasi serta arus informasi, masyarakat modern memerlukan adanya sarana Telekomunikasi yang lebih canggih. Kebutuhan

Lebih terperinci

SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Kelompok 13 Muhammad Asrawi (54410645) Khoirul Anwar (53410891) Steven (56410693 SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Jaringan Komputer Lanjut 10/10/2013 1 SONET (Synchronous

Lebih terperinci

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar-dasar GPON GPON atau Gigabit Passive Optical Network merupakan sebuah arsitektur point-to-multipoint yang menggunakan media transmisi berupa fiber optik. GPON mampu mendukung

Lebih terperinci

Frequency Division Multiplexing

Frequency Division Multiplexing Multiplexing 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing FDM Sinyal yang dimodulasi memerlukan bandwidth tertentu yang dipusatkan di sekitar frekuensi pembawa disebut channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital (Bagian 2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data dan informasi dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berarti

Lebih terperinci

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS PT. XL AXIATA,Tbk 2014 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 2. SPESIFIKASI INTERFACE FISIK DAN KELISTRIKAN... 2 2.1 Port Masukan Dan Port

Lebih terperinci

ABSTRAK. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. i UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Suatu hal yang paling menjanjikan untuk jaringan masa depan yaitu jaringan wavelength division multiplexing (WDM) terutama ketika diperlukan lebar pita yang cukup besar. Kapasitas transmisi dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAR TEORI

BAB III LANDASAR TEORI BAB III LANDASAR TEORI 3.1 Sistem Transmisi PDH Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut data dalam jumlah besar melalui peralatan

Lebih terperinci

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas WAN WAN adalah sebuah jaringan komunikasi data yang tersebar pada suatu area geografik yang besar seperti propinsi atau negara. WAN selalu menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENJAMAKAN SINKRON PADA JARINGAN SDH. The Application of Synchronous Multiplexing of SDH Network

PENERAPAN PENJAMAKAN SINKRON PADA JARINGAN SDH. The Application of Synchronous Multiplexing of SDH Network PENERAPAN PENJAMAKAN INKRON PADA JARINGAN DH The Application of ynchronous Multiplexing of DH Network Kholistianingsih Fakultas Teknik Universitas Wijayakusuma Purwokerto ABTRACT DH (ynchronous Digital

Lebih terperinci

Jaringan Komputer 1 of 10. Topologi menunjuk pada suatu cara dimana end system atau station yang dihubungkan ke jaringan saling diinterkoneksikan.

Jaringan Komputer 1 of 10. Topologi menunjuk pada suatu cara dimana end system atau station yang dihubungkan ke jaringan saling diinterkoneksikan. Jaringan Komputer 1 of 10 Week #4 Topologi Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control TOPOLOGI Topologi menunjuk pada suatu cara dimana

Lebih terperinci

MODUL-9 SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

MODUL-9 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) MODUL-9 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Penjelasan Hirarki sinkronisasi digital (SDH) dan sinkronis jaringan optik (SONET) mengacu kepada sekelompok kecepatan transmisi serat optik yang dapat membawa

Lebih terperinci

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Surawan Adi Putra 1, Dwi Astharini 1, Syarifuddin Salmani 2 1 Departemen Teknik Elektro, Universitas Al Azhar Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serat Optik 2.1.1 Definisi Serat Optik Serat optik adalah suatu dielektrik waveguide yang beroperasi pada frekuensi optik atau cahaya. Serat optik berbentuk silinder dan menyalurkan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG Seiring perkembangan zaman, sistem telekomunikasi membutuhkan kapasitas jaringan yang lebih besar dan kecepatan lebih cepat, sehingga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan BAB II DASAR TEORI 2.1 Topologi Jaringan Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan lainnya) yang menggambarkan bagaimana berbagai elemen jaringan saling terhubung satu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 54 BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 4.1. Pendahuluan Teknologi telekomunikasi saat ini membutuhkan sebuah jaringan yang dapat dilewati data dalam jumlah yang sangat besar, dapat melakukan transfer

Lebih terperinci

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS)

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) OSI dan Integrated Services Digital Network (ISDN) merupakan bentuk komunikasi internasional. OSI diperkenalkan oleh International Standard Organization

Lebih terperinci

Topologi Jaringan Transport Optik

Topologi Jaringan Transport Optik KARYA ILMIAH Topologi Jaringan Transport Optik OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 2007 Topologi Jaringan Transport Optik A. Pendahuluan Perkembangan dan trend trafik

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ Teknologi WAN Wide area network (WAN) digunakan untuk saling menghubungkan jaringan-jaringan yang secara fisik tidak saling berdekatan terpisah antar kota, propinsi

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN 3.1 Tahapan Proses Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan tentang proses penelitian yang dibagi dalam beberapa tahap seperti berikut: 1. Mempelajari konfigurasi layanan

Lebih terperinci

Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 1 SONET(Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Hirarki sinkronisasi digital (SDH) dan sinkronis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan

Lebih terperinci

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications

Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications KOMIKASI DATA Dosen: Badiyanto, S.Kom., M.Kom. Refrensi : William Stallings Data and Computer Communications BAB 1 Pendahuluan 1. Model Komunikasi 2. Komunikasi Data 3. Jaringan Komunikasi Data 4. Protokol

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER Topologi jaringan adalah : hal yang menjelaskan hubungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station. Jenis Topologi jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Evolusi Perkembangan Teknologi Transmisi Perkembangan teknologi transmisi dengan menggunakan fiber optik yang sangat pesat saat ini seiring dengan kebutuhan masyarakat akan layanan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java Oleh : Fandi Yusuf Nugroho (L2F008121) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PERANGKAT NOKIA SOLUTIONS NETWORK (NSN) SURPASS 7070 SERIES SEBAGAI BENTUK MODERNISASI JARINGAN NIRKABEL BERGERAK

PERANGKAT NOKIA SOLUTIONS NETWORK (NSN) SURPASS 7070 SERIES SEBAGAI BENTUK MODERNISASI JARINGAN NIRKABEL BERGERAK ANALISA PEGAPLIKASIAN ETHERNET OVER SDH (EoS) PADA PERANGKAT NOKIA SOLUTIONS NETWORK (NSN) SURPASS 7070 SERIES SEBAGAI BENTUK MODERNISASI JARINGAN NIRKABEL BERGERAK Setiyo Budiyanto ST,MT dan Zaenuddin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SISTEM PROTEKSI JARINGAN DWDM JAKARTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SISTEM PROTEKSI JARINGAN DWDM JAKARTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SISTEM PROTEKSI JARINGAN DWDM JAKARTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK SKRIPSI ELI LAMA SABACHTANI SINAGA 0806365721 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM TEKNIK ELEKTRO DEPOK JANUARI

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON)

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON) PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON) Novita Dwi Susanti, Samsu Ismail Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi

Lebih terperinci

Teknologi Telekomunikasi

Teknologi Telekomunikasi Teknologi Telekomunikasi Taksonomi Teknologi Telekomunikasi Sumber (sources) Jaringan komunikasi (networks) Sistem transmisi Transmission Media Modulation Multiplexing Switching Signaling Tujuan (destinations)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA MAKALAH JARINGAN KOMPUTER Physical Layer Disusun Oleh : Kelompok 7 Ahmad Qadafi (10110409) Annisa Latiefina Astwad (10110918) Chandra Wahyu Utama (11110558) Danu Permadi (11110691) Dede Hardiyan (11110738)

Lebih terperinci

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY Sirkit sewa digital dan Frame Relay digunakan oleh perusahaan multinasional sebagai sarana transport yang menghubungkan LAN baik yang berada dalam satu wilayah

Lebih terperinci

Wide Area Network [WAN]

Wide Area Network [WAN] Modul 29: Overview Ada banyak pilihan sekarang ini tersedia untuk menerapkan solusi WAN. WAN sangat berbeda dari teknologi yang digunakan, kecepatan dan biaya yang dikeluarkan. Teknologi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan 4.1.1 Usulan Perancangan Jaringan Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan teknologi Frame Relay. Daripada menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS )

BAB III. PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS ) BAB III PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS ) Sebelum melakukan implementasi perlu dilakukan beberapa tahapan-tahapan dalam perancangan dimulai dari melihat alokasi port yang akan digunakan menentukan

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Komunikasi Data dan Klasifikasi Jaringan By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? Pengertian Komunikasi Data Penggabungan antara dunia komunikasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG ABSTRAK Asynchronous Transfer Mode Passive Optical Network (APON) yang merupakan infrastruktur bagi kota besar oleh telecommunication carrier dan equipment vendor dianggap sebagai broadband access platform

Lebih terperinci

ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE)

ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE) ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE) 1988 industri telekomunkasi mulai mengembangkan sebuah konsep yang disebut Broadband Integrated Service Digital Network- atau B-ISDN. B-ISDN digambarkan sebagai carrier

Lebih terperinci

William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7. Teknik Komunikasi Data Digital

William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7. Teknik Komunikasi Data Digital William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7 Teknik Komunikasi Data Digital Transmisi Asinkron dan Sinkron Masalah waktu membutuhkan mekanisme untuk menyamakan antara transmiter dan receiver

Lebih terperinci

Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control

Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control Topologi Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control TOPOLOGI Topologi menunjuk pada suatu cara dimana end system atau station yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME KERJA

BAB III MEKANISME KERJA BAB III MEKANISME KERJA 3.1 Jaringan Fiber Optik MSC Taman Rasuna PT. Bakrie Telecom sebagai salah satu operator penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia telah menggunakan jaringan fiber optic untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Widya Teknika Vol.18 No.1; Maret 2010 ISSN 1411 0660 : 1-5 ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Anis Qustoniah 1), Dewi Mashitah 2) Abstrak ISDN (Integrated

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.) SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.) Oleh : Medi Kartika Putri NIM : 612005020 Tugas Akhir Untuk melengkapi syarat-syarat

Lebih terperinci

SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER

SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER Soal No.1 a. Rancang sebuah MAN dengan criteria sebagai berikut : - Topologi jaringan yang digunakan - Protokol yang dipakai - Alamat IP tiap host dan server - Operating

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI SWAP PERANGKAT JARINGAN TRANSMISI MINILINK ERICSSON PADA SITE GELORA SENAYAN GELORA SUDIRMAN

ANALISA PERFORMANSI SWAP PERANGKAT JARINGAN TRANSMISI MINILINK ERICSSON PADA SITE GELORA SENAYAN GELORA SUDIRMAN ANALISA PERFORMANSI SWAP PERANGKAT JARINGAN TRANSMISI MINILINK ERICSSON PADA SITE GELORA SENAYAN GELORA SUDIRMAN Ervina Juwita dan Arifin Djauhari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, ABSTRAK Pada

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PELANGGAN HDSL PADA JARINGAN ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE

PERENCANAAN PELANGGAN HDSL PADA JARINGAN ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE Widya Teknika Vol8 No; Oktober 00 ISSN 4 0660 : 4-8 PERENCANAAN PELANGGAN HDSL PADA JARINGAN ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE Dedi Usman Effendy ) Abstrak Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi

Lebih terperinci

Instruktur : Bpk Rudi Haryadi. Nama : Tio Adistiyawan (29) No Exp. :

Instruktur : Bpk Rudi Haryadi. Nama : Tio Adistiyawan (29) No Exp. : Nama : Tio Adistiyawan (29) Iin Windarti(9) Diagnosa WAN Konsep Phisical Layer WAN Kelas : XII TKJ A Paraf : Tgl : 23 September 2012 Instruktur : Bpk Rudi Haryadi Bpk Antoni Budiman No Exp. : A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA 36 BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA Sebagai penyedia layanan komunikasi data, PT. Telkom Indonesia menawarkan berbagai macam pilihan teknologi komunikasi data terutama

Lebih terperinci

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. Disusun oleh : Nurul Haiziah Nugraha (14101025) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu 1 Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat

Lebih terperinci

BAB III. SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR

BAB III. SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR BAB III SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR Ethernet merupakan salah satu teknologi yang paling banyak diminati untuk beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini komunikasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, bentuk dan

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) NORA WAHYUNI

TUGAS AKHIR. PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) NORA WAHYUNI TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet. DAFTAR ISTILAH Aggregator : perkumpulan dari ethernet service switch yang terhubung dengan service router pada jaringan Metro Ethernet. Carrier Ethernet : media pembawa informasi pada jaringan dengan interface

Lebih terperinci

Jaringan Komputer dan Komunikasi Data. Agus Aan Jiwa Permana, S.Kom, M.Cs

Jaringan Komputer dan Komunikasi Data. Agus Aan Jiwa Permana, S.Kom, M.Cs Jaringan Komputer dan Komunikasi Data Agus Aan Jiwa Permana, S.Kom, M.Cs Diagram Model Sederhana Sistem Komunikasi Diagram Model Sederhana Sistem Komunikasi Model Komunikasi Source (Sumber) Menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON GPON merupakan teknologi FTTx yang dapat mengirimkan services sampai ke premise pelanggan menggunakan kabel fiber optik. Jika sebelumnya pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH Sigit Haryadi dan Adhitya Wibawa Teknik Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung 40135 sigit@telecom.ee.itb.ac.id Abstract Synchronous Digital

Lebih terperinci

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 MULTIPLEXING Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing 3 FDM Digunakan bila bandwidth media transmisi yang digunakan

Lebih terperinci

adalah pengiriman data melalui sistem transmisi elektronik dengan komputer adalah hubungan dua atau lebih alat yang membentuk sistem komunikasi.

adalah pengiriman data melalui sistem transmisi elektronik dengan komputer adalah hubungan dua atau lebih alat yang membentuk sistem komunikasi. Sistem Informasi Akuntansi Data Communication adalah pengiriman data melalui sistem transmisi elektronik dengan komputer Jaringan kerja atau (network) adalah hubungan dua atau lebih alat yang membentuk

Lebih terperinci

OSI Reference Model merupakan Model Referensi Standard yang merepresentasikan komunikasi data antar peralatan jaringan dan antar jaringan.

OSI Reference Model merupakan Model Referensi Standard yang merepresentasikan komunikasi data antar peralatan jaringan dan antar jaringan. Modul 11: Overview Open System Interconnection (OSI) Reference Model merupakan model standarisasi internasional yang dibangun oleh International Standardization Organization (ISO) dan International Telecommunication

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan transfer di mana informasi dari berbagai jenis layanan seperti suara, video, dan data di ubah ke dalam bentuk

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA. DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT

KOMUNIKASI DATA. DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT KOMUNIKASI DATA DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT PENGERTIAN KOMUNIKASI DATA Penggabungan antara dunia komunikasi dan komputer, Komunikasi umum antar manusia (baik dengan bantuan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER PENDAHULUAN

KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER PENDAHULUAN KOMUNIKASI DATA & JARINGAN KOMPUTER PENDAHULUAN DEFINISI DATA Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan,

Lebih terperinci

Perkembangan Teknologi Informasi Dibutuhkan informasi yang tepat, mudah, cepat dan aman Komunikasi data, cepat atau lambat pada akhirnya akan

Perkembangan Teknologi Informasi Dibutuhkan informasi yang tepat, mudah, cepat dan aman Komunikasi data, cepat atau lambat pada akhirnya akan Perkembangan Teknologi Informasi Dibutuhkan informasi yang tepat, mudah, cepat dan aman Komunikasi data, cepat atau lambat pada akhirnya akan mengarah ke suatu sistem jaringan Komunikasi data merupakan

Lebih terperinci

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area network (WAN), atau antara node di dalam sebuah segmen

Lebih terperinci

Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia

Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia 9 Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia Endah Budi P., M Fauzan Edy P., Sholeh Hadi P., Wahyu Adi P., Rusmi Ambarwati, Dwi utari S., Reza Sugandi dan Widhi Setya Wahyudhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri

Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Materi Mata Kuliah Jaringan Komputer Universitas Indo Global Mandiri Transport layer/ lapisan transport merupakan lapisan keempat dari model referensi OSI yang bertugas menyediakan data transport yang

Lebih terperinci

Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing

Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing Prima Kristalina PENS (November 2014) 1. Teknik Switching a. Circuit-Switching dan Packet-Switching b.jenis sambungan pada

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010 Pertemuan 3 Adalah : Suatu hubungan antara unsur-unsur penyusun jaringan komputer yaitu node, link dan station Atau Yang memperlihatkan hubungan jaringan atau sambungan antar komputer. Node : Titik suatu

Lebih terperinci

WAN (Wide Area Network)

WAN (Wide Area Network) MELAKUKAN INSTALASI PERANGKAT JARINGAN BERBASIS LUAS ( WIDE AREA NETWORK ) Oleh Ariya Kusuma, A.Md. WAN (Wide Area Network) WAN (Wide Area Network) merupakan sistem jaringan dengan skala luas yang menghubungkan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEM FCD-24 DALAM JASA INTERNET PROTOCOL VIRTUAL PRIVATE NETWORK (IP VPN) di PT. Indosat,Tbk

APLIKASI MODEM FCD-24 DALAM JASA INTERNET PROTOCOL VIRTUAL PRIVATE NETWORK (IP VPN) di PT. Indosat,Tbk APLIKASI MODEM FCD-24 DALAM JASA INTERNET PROTOCOL VIRTUAL PRIVATE NETWORK (IP VPN) di PT. Indosat,Tbk Peby Wahyu Purnawan, Akhmad Musafa Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Budi

Lebih terperinci

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS DAFTAR ISI 1 Spesifikasi Interface Fisik dan Kelistrikan... 3 2 Spesifikasi Interface CCS #7. 5 3 Spesifikasi

Lebih terperinci

Rosmadina¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Rosmadina¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DENGAN TEKNOLOGI SDH PADA DINAS AKSPEL KANDATEL SUKABUMI ( PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIK COMMUNICATION SYSTEM BY SDH

Lebih terperinci

Pengantar Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

Pengantar Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Pengantar Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 Model komunikasi sederhana 2 Pengantar Komunikasi Data Elemen-elemen model 1. Source (Sumber) - Membangkitkan

Lebih terperinci