BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serat Optik Definisi Serat Optik Serat optik adalah suatu dielektrik waveguide yang beroperasi pada frekuensi optik atau cahaya. Serat optik berbentuk silinder dan menyalurkan energi gelombang elektromagnetik dalam bentuk cahaya di dalam permukaannya dan mengarahkan cahaya pada sumbu axisnya, seperti gambar 2.1. [7] Gambar 2.1 Serat Optik [7] Komponen Serat Optik Komponen dasar dari serat optik sebenarnya tersusun atas coating, cladding, dan core seperti gambar 2.2. Namun demi alasan keamanan maka ditambahkan pengaman setelah lapisan coating. [8] Gambar 2.2 Komponen Serat Optic [8] 9

2 10 a. Core (Inti) Core berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung lainnya. Core terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi. Selain itu, ada juga yang terbuat dari hasil campuran silica dan kaca. Sebagai inti, core juga tempat merambatnya cahaya pada serat optik. Memiliki diameter 10 µm - 50 µm. Core terbuat dari SiO2, selain itu juga terdiri dari bahan kimia yaitu GeO2 untuk meningkatkan indeks bias dari inti serat. [7] b. Cladding Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat ke dalam core serat optic. Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari core. Diameter cladding umumnya 125 µm. Indeks bias pada cladding lebih kecil dibandingkan indeks bias pada inti.[7] c. Coating (Jaket) Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optic dan identitas kode warna. Terbuat dari bahan plastik dan memiliki diameter 250 µm. Dengan coating, kita dapat meningkatkan fleksibilitas, melindungi serat optic dan memperpanjang serat optic [7].

3 Kelebihan Serat Optik Serat optik memiliki beberapa keunggulan dalam penggunaannya sebagai kabel transmisi dibandingkan dengan jenis kabel lainnya, yaitu : [7] Redaman transmisi yang kecil. Bidang frekuensi yang lebar. Ukuran yang kecil dan ringan. Tidak ada interferensi. Tidak adanya ground loop serta tidak akan terjadi hubungan api pada saat kontak atau terputusnya serat optik Karakteristik Serat Optik a. Numerical Aperture (NA) Numerical Aperture merupakan parameter yang merepresentasikan sudut penerimaan maksimum dimana berkas cahaya masih bisa diterima dan merambat didalam inti serat. Sudut penerimaan ini dapat beraneka macam tergantung kepada karakteristik indeks bias inti dan selubung serat optik. [7] Jika sudut datang berkas cahaya lebih besar dari NA atau sudut kritis maka berkas tidak akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan menembus cladding dan akan keluar dari serat. Semakin besar NA maka semakin banyak jumlah cahaya yang diterima oleh serat. Akan tetapi sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan rugi penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA besar hanya baik untuk aplikasi jarak - pendek dengan kecepatan rendah.[7]

4 12 b. Atenuasi Redaman atau atenuasi serat optik merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan penerima optik yang harus digunakan. [7] Redaman serat biasanya disebabkan oleh 2 hal, seperti tabel 2.1 : 1. Loss yang berasal dari serat optik, terdiri dari loss yang diakibatkan dari absorbs cahaya oleh kabel, loss yang disebabkan material yang tidak murni (terutama karena ada komponen OH pada serat), dan Raileigh dispersion loss. 2. Loss tambahan dari serat optik, yaitu layout dari serat optik, koneksi serat optik, dan sistem koneksi pada serat optik, karena serat terikat dalam kabel. Selain itu juga termasuk bending loss, connection loss pada jaringan serat, dan coupling loss antara komponen optik. Tabel 2.1 Line Loss Cable [7] Fiber Type G. 652 G. 653 G. 655 Typical Loss Value (1310 nm) Typical Loss Value (1550 nm) Working Window 0.3 db/km 0.4 db/km 0.15 db/km 0.25 db/km 1310 nm dan 1550 nm db/km 0.25 db/km 0.19 db/km 0.25 db/km 1550 nm 1550 nm

5 13 Gambar 2.3 Penyerapan sinar inframerah spektrum khas serat [8] Terlihat gambar 2.3 attenuation menunjukkan karakteristik khas dari serat modern dalam jangkauan sinar inframerah. Yang lebih rendah dari sebuah kurva yang menunjukkan karakteristik single-mode yang terbuat dari serat gelas yang berisi sekitar 4 persen dari germanium dioksida ( geo2 ) dopant di dalam perut. Kurva di atas adalah untuk dinilai multimode serat indeks modern.attenuation pada multimode serat lebih tinggi daripada di single-mode karena tingginya tingkat dopant yang digunakan.puncaknya pada sekitar 1400 nm disebabkan oleh efek dari jejak-jejak air di kaca.[8] c. Dispersi Lingkaran pada gambar tersebut merupakan loop serat. Ini adalah cara konvensional untuk menunjukkan jarak dalam diagram sistem. Dispersi adalah pelebaran pulsa yang terjadi ketika sinyal merambat melalui sepanjang serat optic, seperti gambar 2.4. Dispersi akan membatasi lebar pita (bandwidth) dari serat. Dispersi yang terjadi pada serat secara garis besar ada dua yaitu dispersi intermodal (dispersi antar ragam) dan dispersi intramodal dikenal dengan nama

6 14 lain dispersi kromatik disebabkan oleh dispersi material dan dispersi waveguide [7]. Gambar 2.4 Pengaruh Dispersi [8] 1. Dispersi Antar Ragam Timbulnya dispersi antar ragam karena alur total yang ditempuh oleh suatu sinar pada setiap ragam adalah zigzag,dan mempunyai panjang total yang berbeda dari setiap sinarsinar ragam yang lain. 2. Dispersi Material Sebagai akibat dari dispersi material,bila pulsa cahaya yang dipancarkan mengandung komponen - komponen dengan beberapa panjang gelombang yang berbeda yang terpusat pada suatu panjang gelombang tengah. 3. Dispersi waveguide Jika fiber dapat dioperasikan sedemikian sehingga dispersi antar ragam dan bahan dapat dihilangkan,maka mekanisme dispersi yang ketiga akan menjadi penting,hal ini mencegah dicapainya keadaan tanpa dispersi total, kecuali untuk kasus cahaya monokromatis yang ideal.

7 Panjang Gelombang Kerja yang Digunakan Pada Serat Optik Sinyal Optik, panjang gelombang serat optik yang digunakan dan aplikasi pada tiap window dapat dilihat pada tabel 2.2 : Tabel 2.2 Panjang Gelombang Kerja Pada Fiber Optik [7] Window I II III IV V Mark (nm) (O band) (C band) (L band) Panjang Gelomban g (nm) Jenis Fiber MM F MMF/G.652/ G G.652/G.6 53/G ( E+S band) G.652/G.653/ G.655 Full Wave Fiber Aplikasi Jarak dekat dan low rate Jarak jauh dan high rate Jenis Jenis Serat Optik Ditinjau dari profile index bias dan mode gelombang terdiri dari Multimode Step Index, Multimode Grade Index, dan Single Mode Step Index, seperti gambar 2.5. [7] Gambar 2.5 Jenis Serat Optik dengan indeks bias dan gelombangnya [7]

8 16 a. Single - Mode Step Index Pada jenis single-mode step index, baik core maupun claddingnya dibuat dari bahan silika. Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding dibuat demikian agar rugi rugi transmisi berkurang akibat fading. Pada single mode step index ini, indeks biasnya berubah secara signifikan seperti pada multimode step index. Dalam single-mode fiber hanya terjadi satu jenis mode perambatan berkas cahaya saja, sehingga tidak akan terjadi pelebaran pulsa di tingkat outputnya [7]. Single-Mode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut [7] : a. Serat optik Single-mode Step Index memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan ukuran cladding nya. b. Ukuran diameter core antara 2 µm 10µm. c. Memiliki redaman yang sangat kecil. d. Memiliki bandwidth yang lebar. e. Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. f. Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat, menengah, dan jauh. b. Multimode Step Index Pada jenis multimode step index ini, diameter core lebih besar dari diameter cladding. Serat optik jenis ini mempunyai diameter inti sebesar 50 mm dan diameter selubung sebesar 125 mm. Dampak dari besarnya diameter inti menyebakan rugi rugi dispersi saat transmitnya besar. Penambahan presentase bahan silika pada waktu pembuatan, tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi rugi dispersi waktu transmit.[7]

9 17 Disebut Step Index karena indeks bias berubah secara drastis dari kulit ke inti fiber. Pada selubung fiber mempunyai index bias yang lebih rendah daripada indeks bias inti fiber. Hal ini mengakibatkan semua sinar yang memiliki sudut datang lebih besar dari sudut kritis akan dipantulkan oleh lapisan kulit fiber. Multimode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut [7] : Index bias core konstan. Ukuran core besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis. Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar. Sering terjadi dispersi. Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah. c. Multimode Graded Index Pada jenis serat optik multimode graded index ini, core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur - angsur turun sampai ke batas core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaaan.[7] Multimode Graded index mempunyai karakteristik sebagai berikut [7] : Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat. Dispersi minimum sehingga baik jika digunakan untuk jarak menengah. Ukuran diameter core antara 30 µm 60 µm. lebih kecil dari multimode step index dan dibuat dari bahan silica glass.

10 18 Harganya lebih mahal dari serat optik Multimode Step Index karena proses pembuatannya lebih sulit Prinsip Kerja Serat Optik Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal atau source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh transducer elektrooptik (Dioda atau Laser Dioda) menjadi gelombang cahaya yang kemudian ditransmisikan melalui kabel serat optic menuju penerima atau receiver yang terletak pada ujung lainnya dari serat optik, pada penerima atau receiver sinyal optik ini diubah oleh transducer Optoelektronik (Photo Dioda atau Avalanche Photo Dioda) menjadi sinyal elektris kembali. Dalam perjalanan sinyal optic dari transmitter menuju receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan kabel dan konektor-konektor di perangkatnya, oleh karena itu jika jarak transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman sepanjang perjalanannya. Ada beberapa komponen yang menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain suatu jaringan. Salah satunya adalah rugi-rugi transmisi serat optik (attenuation). Rugi-rugi transmisi ini adalah salah satu karakterisktik yang penting dari serat optik. Rugi-rugi ini mengahasilkan penurunan dari cahaya dan juga penurunan bandwidth dari sistem, transmisiinformasi yang dibawa, efisien, dan kapasitas sistem secara keseluruhan [7]. Power link bugdet merupakan perhitungan daya yang dilakukan pada suatu sistem transmisi yang didasarkan pada karakteristik saluran redaman serat optik,

11 19 sumber optik dan sensitivitas detektor.perhitungan daya penerima diformulasikan dengan persamaan [4] : Loss Fiber (L f ) α f = L x L f Loss Splice (L s ) α s = Ns x L f Loss Konektor (L c ) α c = Ns x L f Perhitungan Power Link Budget : Keterangan : P t = Daya Transmit (dbm) P r = P t - α f - α s - α c P r = Daya penerima (dbm) α c = Redaman konektor (db) α s = Redaman Splice (db) α f = Redaman Fiber (db) 2.2 Multiplexing Teknologi multiplexing adalah suatu teknologi broadband dari serat optik yang memungkinkan untuk mentransmisikan beberapa kanal sinyal dalam satu serat optik atau kabel. Dalam sistem transmisi multi-channel sinyal, multiplexing dari sinyal dapat memberikan efek yang baik dalam performance dan mengurangi biaya. Berbagai jenis multiplexing diantaranya adalah PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) dan SDH (Synchronous Digital Hierarchy) [7].

12 PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) Sistem transmisi optik yang pertama adalah dengan menggunakan teknologi PDH, teknologi ini me-multiplex sinyal dengan low-rate menjadi sinyal berkecepatan tinggi. Sistem PDH ini dapat disebut juga plesiochronous atau asinkron TDM. Sistem PDH ini digunakan pada tiga regional seperti pada table 2.3, yaitu Eropa, Amerika dan Jepang [7]. Tabel 2.3 Standar PDH pada Eropa, Amerika Utara, dan Jepang [7] No Region Primary Group Secondary Group Tertiary Group Quartus Group 1 Eropa 2 Amerika Utara 3 Jepang Mbit/s, 30 channel Mbit/s, 24 channel Mbit/s, 24 channel Mbit/s, 120 channel (30x4) Mbit/s, 96 channel (24x4) Mbit/s, 96 channel (24x4) Mbit/s, 480 channel (120x4) Mbit/s, 672 channel (96x7) Mbit/s, 480 channel (96x5) Mbit/s, 1920 channel (480x4) Mbit/s, 4032 channel (672x4) Mbit/s, 1440 channel (480x3) Dari awal 1970 sampai 1980an, sistem PDH sangat popular digunakan pada jaringan digital. Tetapi seiring berkembangnya teknologi komunikasi fiber dan berkembangnya demand dari user untuk layanan komunikasi. [7] PDH memiliki beberapa kekurangan : Tidak adanya standar internasional untuk teknologi ini sehingga sangat sulit diterapkan pada Negara - negara diluar amerika utara, eropa dan jepang.

13 21 Tidak adanya standar internasional untuk serat optik yang digunakan untuk teknologi ini. PDH hanya dapat diaplikasikan pada transmisi point-to-point. Tidak dapat melakukan monitoring atau network management. Tidak dapat mengakomodasi kebutuhan rate yang semakin tinggi oleh user. 2.4 SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Definisi SDH (Synchronous Digital Hierarchy) [7] SDH (Synchronous Digital Hierarchy) adalah suatu standar internasional sistem transport pada telekomunikasi berkecepatan tinggi melalui jaringan optik/elektrik, yang dapat mengirimkan sinyal digital dalam kapasitas yang beragam. Di Amerika, SDH juga dikenal dengan sebutan SONET (Synchronous Optical Network). SDH disusun kira-kira tahun 1990 dan menjadi temuan yang revolusioner dalam bidang telekomunikasi berbasis serat optik karena kelebihan kemampuan dan biayanya [7]. Dalam transmisi telepon digital, synchronous berarti bit-bit dari satu panggilan, akan dibawa dalam satu frame transmisi. Dengan kata lain masingmasing koneksi memiliki bit rate dan delay yang konstan. Sebagai contoh, jaringan SDH memungkinkan beberapa Internet Service Provider (ISP) menggunakan satu serat optik secara bersama-sama, tanpa terganggu oleh traffic data masing - masing dan adanya tindakan saling curi kapasitas antar ISP. Hanya bilangan-bilangan integer tertentu berkelipatan 64 kbit/s yang dapat digunakan

14 22 dalam SDH. SDH juga merupakan system hirarki digital yang didasarkan pada system multiplex synchronous dengan lajut bit yang tinggi. SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpulsimpul jaringan dan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun elemenelemen jaringan. SDH juga memiliki beberapa keuntungan lain seperti [7] : a. Self-Healing, yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi secara otomatis tanpa interupsi layanan. b. Provisi yang cepat. c. Akses yang fleksibel, manajemen yang fleksibel dari berbagai lebar pita tetap ke tempat-tempat pelanggan. d. Kemampuan memberikan informasi (detail alarm) dalam menganalisis masalah yang terjadi pada sistem. e. Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka, sangat dibutuhkan dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Akan tetapi, metode SDH pun memiliki kelemahan. Kemampuan multipleksing SDH yang fleksibel dan kompatibel dengan interface multivendor, menyebabkan jumlah interface yang terhubung yang terhubung pada SDH jauh lebih banyak dan beragam. Ditambah lagi pada sistem SDH terdapat koneksi addand-drop dan cross-connect yang memungkinkan kanal-kanal berbeda kapasitas dijadikan satu multipleksing.

15 23 Tabel 2.4 dan tabel 2.5, menunjukkan kecepatan transmisi SONET dan SDH serta pada VC dan VT. Oleh karena itu, SDH menyediakan secara bertahap system transmisi dari system jaringan pita lebar. SDH dirancang untuk dapat mengangkut sinyal sinyal yang berbeda laju bit dan strukturnya tanpa harus mengubah keseluruhan jaringan setiap saat, ketika sebuah sinyal baru di masukkan ke jaringan [9]. Tabel 2.4 Kecepatan Transmisi untuk SONET dan SDH [9] No. Level Optik Sinyal SONET (Elektrik) Sinyal SDH (Elektrik) Kecepatan Bit (Mbps) 1 (OC-1) STS 1-51,84 2 (OC-3) STS 3 STM 1 155,52 3 (OC-12) STS 12 STM 4 622,08 4 (OC-48) STS 48 STM ,320 5 (OC-192) STS 192 STM ,280 Tabel 2.5 Kecepatan pada VC dan VT [9] No. Jenis Kecepatan Bit Kecepatan Bit Jenis VT VC (Mbps) (Mbps) 1 VC 11 1,728 VT 1,5 1,728 2 VC 12 2,304 VT 2 2,304 3 VC 3 48,960 VT 3 3,456 4 VC 4 150,336 VT 6 6,912

16 Arsitektur Jaringan SDH Transport Layer 4/4 STM-N 4/4 STM-N 4/4 4/1 STM-N 4/4 4/4 STM-N E1 4/1 4/1 ADM ADM ADM ADM ADM ADM Access Layer Gambar 2.6 Arsitektur Jaringan SDH [9] Arsitektur jaringan SDH secara umum tidak berbeda dengan arsitektur jaringan SDH yang terlihat pada Gambar 2.6, Level yang paling tinggi, jaringan transport SDH adalah N x STM-1 (N x 155 Mbps), sedangkan pada SONET adalah S x STS-1 (S x 51,84 Mbps), yang dihubungkan secara bersilangan oleh peralatan DXC 4/4 (Digital Cross Connect ). [9] Penjelasan singkat mengenai DXC ini adalah sebagai berikut, pada telekomunikasi digital, sinyal-sinyal digital diarahkan atau dirutekan ke lokasi sentral-sentral telepon yang disebut DXC. DXC ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi interkoneksi hubungan-hubungan jalur kawatnya (hardwire) serta pemeliharaan rutin maupun troubleshooting-nya. Setiap tipe sinyal digital ini memiliki penyakelar digitalnya sendiri-sendiri, misalnya pada sinyal digital DS-1

17 25 pada 1,544 Mbps disebut DXC-1, DS-4 pada 274,176 Mbps disebut DXC-4. DXC 4/4 berarti merupakan penghubung antar sesama jaringan pada pemultipleksan hirarki ke 4. [9] Tugas utama jaringannya adalah menyediakan trunk kapasitas besar antara sentral-sentral telepon dengan DXC 4/4 untuk memungkinkan restorasi yang cepat terhadap koneksi-koneksi jika sebuah simpul jatuh atau gagal berfungsi (mengalami gangguan). Dengan menggunakan DXC 4/4 dan peralatan terminal jalur untuk n x STM-1 (n x 155 Mbps), lebar pita yang paling kecil ditangani oleh jaringan transport, granularitasnya (salah satu bagian kanal sebelum pemultipleksan) adalah STM-1 (ekivalen dengan kanal-kanal 63 x 2 Mbps atau 1890 x 64 kbps). [9] Hirarki jaringan turun lebih bawah, DXC 4/1 (penghubung hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1) memecah lebarpita STM-1 menjadi level VC-12 (yang membawa E1 atau T1). Setiap VC-12 dapat dirutekan secara individual ke simpul DXC 4/1 lainnya atau ke dalam jaringan akses. Melalui suatu kombinasi DXC 4/4 dan 4/1, granularitas dari jaringan transport menjadi E1 atau 2 Mbps (untuk Amerika T1 = 1,544Mbps). Sebuah DXC 4/1 digunakan untuk menyediakan granularitas VC-12 (E1) di antara lapisan-lapisan transport dan lapisan akses. [9] Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring-ring (bentuk-bentuk cincin) STM-1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran STM-1 ke aliran E1, atau memultipleks aliran E1 ke dalam aliran STM-1 (hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1). Mengacu pada Gambar 2.6 tersebut, seperti telah disinggung di atas, jaringan SONET dibagi menjadi dua lapisan (layer),

18 26 lapisan transport dan lapisan akses. Lapisan transport terdiri dari peralatanperalatan DXC yang berlokasi di sentral- sentral telepon serta koneksi-koneksi kapasitas tinggi di antara sentral-sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari peralatan ADM yang berlokasi di sentral- sentral telepon atau kabinet-kabinet di jalanan, yang merupakan penyedia lebarpita saluran bagi para pengguna. [9] Komponen-Komponen Jaringan SDH SDH dirancang untuk menampung berbagai sinyal yang berasal dari ketiga hirarki yang digunakan oleh Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Untuk selanjutnya ketiga hirarki ini disebut Pleisynchronous Digital Hierarchy (PDH). CCITT telah menetapakan bahwa laju bit 155,52 Mbit/s digunakan sebagai laju bit tingkat pertama untuk sistem SDH. Untuk tingkat-tingkat lain yang lebih tinggi, laju bitnya merupakan kelipatan dari laju bit tingkat pertama, dengan faktor kelipatannya adalah 4 dan 16. Komponen-komponen yang terdapat dalam jaringan SDH adalah Frame SDH STM-N, Virtual Container (VC), Tributary Unit (TU), Tributary Unit Group (TUG), Administrative Unit (AU), Administrative Unit Group (AUG), Pointer dan Overhead.[8] a. Frame SDH Gambar 2.7 SDH Frame Structure STM-1 [10]

19 27 Bingkai STM level ke N (N menunjukkan orde dari SDH, N = 1, 4, 16) merupakan sebuah bingkai dengan panjang N x 270 kolom (byte) dan 9 baris, seperti pada Gambar 2.7. Panjang 270 kolom tersebut sama dengan 125 µs dengan setiap byte mewakili satu kapasitas transmisi sebesar 64 kbit/s. Bingkai STM-N terdiri dari tiga ruang utama yang masing-masing fungsinya adalah sebagai tempat Section Overhead (SOH), Administrative Unit Pointer (AU Pointer) dan muatan informasi. Ruang untuk muatan informasi terdiri dari 261 x N kolom dan 9 baris yang dapat menampung N x AUG. AUG dapat berisi satu AU-4 dengan muatan satu VC-4 atau tiga AU-3 dengan muatan tiga VC-3. Dengan demikian, pada STM tingkat pertama, bingkai STM-1 dapat menampung 1 x AUG, pada STM tingkat keempat, bingkai STM-4 dapat menampung 4 x AUG. VC yang bersesuaian dengan AU tidak memiliki phasa yang tetap terhadap bingkai STM-N, sehingga letak byte pertama dari VC ditunjukkan oleh AU pointer yang memiliki tempat yang sudah ditentukan dalam bingkai STM-N. Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1 (Synchronous Transport Module-Level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps). Ini berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125 µs. Bit Rate atau kecepatan transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat pada tabel 2.6.

20 28 Tabel 2.6 Standar Frame dan Kecepatan SDH [7] No. Standar Frame Standar Kecepatan 1 STM 1 155,520 Mbps (155 Mbps) 2 STM 4 622,080 Mbps (622 Mbps) 3 STM ,320 Mbps (2,5 Gbps) 4 STM ,820 Mbps (10 Gbps ) a. SOH (Section Overhead) Jumlah yang relatif besar dalam sebuah frame stm-1 octets 72 telah disediakan untuk berbagai tujuan pengelolaan dan pemantauan. ini disebut Section Overhead, dan SOH terdiri dari Regenerator Section Overhead (RSOH) and Multiplex Section Overhead (MSOH). [9] b. Administrative Unit (AU-4) dan Administrative Unit Group (AUG) AU merupakan suatu bagian sinyal transmisi yang terdiri dari VC orde lebih tinggi dan AU Pointer. AU merupakan hasil penyesuaian (aligning) dari VC dengan penambahan AU Poiter untuk menentukan posisi muatan informasi pada bingkai STM-N. Pada AU-4 yang merupakan hasil penyesuaian VC-4, bentuknya adalah 261 kolom dan 9 baris dengan penambahan 9 kolom pada awal bingkai dan hanya pada baris keempat saja, kolom tambahan ini berisi AU Pointer. Pada AU- 3 yang merupakan hasil penyesuaian VC-3, bentuknya adalah 87 kolom dan 9 baris dengan penambahan 3 kolom pada awal bingkai dan juga hanya pada baris keempat saja, yang berisi AU Pointer. Sedangkan AUG merupakan hasil multipleks AU, pada proses ini AU memiliki phasa yang sama dengan AUG sehinga tidak diperlukan byte-byte tambahan [9].

21 29 c. Virtual Container (VC) Tabel 2.7 Lower Order Path Overhead (VC-1 atau 2) [10] No Frame STM-1 Penjelesan 1 V5 BIP-2 or Remote Error Indication (REI) or Remote Faiulure Indication (RFI) or Label or Remote Defect Indication (RDI)Signal 2 J3 Path Trace - Connection Verification (E.164 number) 3 N2 4 K4 Network Operator Byte Low Order Tandem Connection Overhead (TCOH) Automatic Protection Switching (APS) Path Protection Tabel 2.8 Higher Order Path Overhead (VC-3 atau 4) [10] No Frame STM-1 Penjelesan 1 J1 Path Trace - Connection Verification (E.164 number) 2 B3 Path Bit Interleaved Parity (BIP-8) Parity Computed Over Previous Container 3 C2 Path Signal Label Mapping Type in VC-n 4 G1 Path Status Monitoring of Bidirectional Path Status 5 F2 Path User Channel 64 Kbit/s user channel for operators 6 H4 Tributary Unit Multiframe Indicator Start of multiframe 7 F3 Path User Channel - 64 Kbit/s user channel for operators 8 K3 Automatic Protection Switching (APS) Path Protection 9 N1 Network Operator Byte Higher Order Tandem Connection Overhead (TCOH) Menurut CCITT, ada dua jenis POH yaitu yang pertama POH (Path Overhead) pada VC orde lebih rendah (VC-1 dan VC-2) dengan fungsi sebagai sinyal pemantau VC dan alarm dan yang ke dua VC orde lebih tinggi (VC-3 dan VC-4) atau TUG dengan fungsi sebagai sinyal pemantau, alarm dan tanda proses multipleks [9]

22 30 VC merupakan suatu bingkai yang terdiri dari ruang untuk muatan informasi dan Path Overhead (POH). VC terdiri dari dua jenis seperti tabel 2.7 dan tabel 2.8, yaitu lower order VC dan higher order VC [9]. Lower Order VC (VC-n (n:1, 2)), bagian ini terdiri dari satu C-n (n:1, 2) dan POH Higher Order VC (VC-n (n:3, 4)), bagian ini terdiri dari satu C-n (n:3, 4) atau beberapa TUG (TUG-2 atau TUG-3) dan POH. d. Tributary Unit (TU) dan Tributary Unit Group (TUG) TU merupakan suatu bagian sinyal transmisi yang terdiri dari VC dan TU Pointer. TU merupakan VC yang telah disesuaikan dengan penambahan TU Pointer. Pada TU-3 yang merupakan hasil penyesuaian VC-3, terjadi penambahan satu kolom pada awal bingkai yang berisi TU Pointer sehingga bentuknya menjadi 86 kolom dan 9 baris. Pada TU-2 yang merupakan hasil penyesuaian VC-2, bentuknya adalah 12 kolom dan 9 baris dengan byte pertama merupakan TU Pointer. Pada TU-12 yang merupakan hasil penyesuaian VC-12, bentuknya adalah 4 kolom dan 9 baris dengan byte pertama merupakan TU Pointer. TUG nerupakan hasil dari multipleks beberapa TU, pada proses ini TU memiliki phasa yang sama dengan TUG sehingga tidak diperlukan byte-byte tambahan [9].

23 31 e. Overhead Gambar 2.8 Section Overhead dari STM-1 [10] No 1 2 Frame STM-1 A1 sampai A2 B1 Tabel 2.9 Regenerator Section Overhead (RSOH) Penjelesan Framing Bytes Designate start of STM-1 Frame RS Interleaved Parity (BIP-8) Parity Computed Over Previous Frame 3 J0 RS Trace - Connection Verification (E.164 number) 4 E1 RS Orderwire 64 Kbit/s voice connection for operators 5 F1 RS User Channel - 64 Kbit/s user connection for operators 6 D1 sampai D3 RS Data Communication Channel (DCC) 192 Kbit/s OAM Channel (Operation, Administration, and Maintenance) Tabel 2.10 Multiplex Section Overhead (MSOH) Frame No Penjelesan STM-1 B2 sampai MS Interleaved Parity (BIP-8) Parity Computed Over 1 B2 Previous Frame 2 E2 RS Orderwire 64 Kbit/s voice connection for operators D4 sampai MS Data Communication Channel (DCC) 576 Kbit/s OAM 3 D12 Channel (Operation, Administration, and Maintenance) MS Remote Error Indication (REI) Number of Errored BIP 4 M1 until 24 blocks received at the remote end K1 sampai Automatic Protection Switching (APS) MS Protection / Alarm 5 K2 Indication Signal (AIS) / Remote

24 32 Seperti gambar 2.8, tabel 2.9, dan tabel 2.10 SOH terdiri dari overhead bagian regenerator (Regenerator Section Overhead (RSOH)) dan overhead bagian multipleks (Multipleks Section Overhead (MSOH)) dimana tempat RSOH pada bingkai STM berada pada baris ke 1 sampai ke 3 dan MSOH terletak pada baris ke 5 sampai 9 [9]. f. Pointer Pointer diperlukan sebagai penyesuai phasa antara VC dengan AU atau TU saat VC dimultipleks ke AU atau ke TU, sehingga pointer pada SDH memiliki fungsi sebagai penunjuk posisi VC dalam AU atau TU dengan menyesuaikan laju bit VC terhadap laju kanal transportasi (AU atau TU), dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa pointer digunakan untuk proses justifikasi. [9] Prinsip Kerja SDH Gambar 2.9 Struktur Multiplexing SDH Berdasarkan G.707 [10]

25 33 Prinsip kerja SDH tidak lepas dari proses multipleksingnya, proses tersebut ditunjukkan dalam gambar 2.9, sinyal tributary yang berasal dari sistem pleisynchronous ditampung dalam suatu elemen yang disebut Container (C). Jenis container yang digunakan tergantung pada laju bit dan struktur sinyal tributary tersebut. Container ini kemudian akan dimuat dalam sebuah subsinyal yang disebut Path Overhead (POH). VC yang berisi sinyal plesynchronous ini disebut VC orde lebih rendah (lower order VC, yaitu VC-1 dan VC-2). Muatan VC juga dapat berupa sinyal-sinyal yang berasal dari VC orde lebih tinggi (higher order VC, yaitu VC-3 dan VC-4). VC kemudian akan dikenakan proses penyesuaian. Pada VC orde lebih rendah, penyesuaian dilakukan dengan pemberian Tributary Unit Pointer (TU Pointer) untuk menentukan posisi muatan pada VC orde lebih tinggi, sehingga VC menjadi Tributary Unit (TU) yang akan dimultipleks menjadi Tributary Unit Group (TUG). Sedangkan pada VC orde lebih tinggi, penyesuaian dilakukan dengan memberikan Administrative Unit Pointer (AU Pointer) untuk menentukan posisi muatan pada bingkai STM, sehingga VC menjadi bentuk Administrative Unit Group (AUG). Setelah AU dimultipleks ke AUG, sinyal dibawa oleh sebuah sinyal pembawa yang disebut Synchronous Transport Module (STM) yang di dalamnya terdapat bit-bit informasi, disebut Section Overhead (SOH). [9] Parameter Performance Parameter performance meliputi dari ES (Errored Seconds), SES (Severely Errored Seconds) dan UAS (Unavailable Seconds) [11].

26 34 a. ES (Errored Seconds) adalah Satu atau beberapa blok errored dalam satu detik interval b. SES (Severely Errored Seconds) adalah Setidaknya 30 persen dari semua blok errored dalam satu detik interval. c. UAS (Unavailable Seconds) adalah Sebuah link jaringan tidak dapat digunakan pada salah satu atau kedua link yang terhubung dalam satu detik interval. 2.5 Small Form-Factor Pluggable (SFP) Gambar 2.10 adalah Small Form-Factor Pluggable (SFP) merupakan transceiver atau perangkat yang mempunyai fungsi sebagai transmitte dan receiver sekaligus yang bersifat hot-pluggable (perangkat yang bisa dipasang atau dicabut tanpa mematikan sistem) yang digunakan untuk aplikasi telekomunikasi dan komunikasi data [12]. Perangkat ini berfungsi sebagai interface di motherboard switch atau router dengan kabel serat optik. Untuk tiap merk pada SFP yang digunakan, pada kondisi lapangan mempunyai spesifikasi yang berbeda beda sesuai dengan perusahaan yang membuat SFP tersebut. Serta penggunaan SFP disesuaikan dengan kondisi panjang kabel yang digunakan, sehingga penggunaan end to end SFP harus memiliki spesifikasi yang sama dengan merk yang sama pula agar penggunaanya menjadi optimal [13].

27 35 Gambar 2.10 Small Form-Factor Pluggable (SFP) [12] Tabel 2.11, tabel 2.12, tabel 2.13 dan tabel 2.14 adalah spesifikasi SFP STM-1,STM-4,STM-16 yang nantinya akan terhubung dengan perangkat melalui fiber optic sebagai media transmisinya. No Tabel 2.11 Features dari STM-1,STM-4, dan STM-16 [12] Product Description Distance (km) 1 SFP OC-3/STM-1 Multimode 2 2 SFP OC-3/STM-1 Short Reach SFP OC-3/STM-1 Intemediate- Reach SFP OC-3/STM-1 Long-Reach (40) SFP OC-3/STM-1 Long-Reach (80) SFP OC-12/STM-4 Multimode 0, SFP OC-12/STM-4 Short Reach SFP OC-12/STM-4 Intemediate-Reach SFP OC-12/STM-4 Long- Reach (40) SFP OC-12/STM-4 Long- Reach (80) SFP OC-48/STM-16 Short Reach SFP OC-48/STM-16 Long- Reach SFP OC-48/STM-16 Intemediate-Reach Fiber Type Multi Mode Single Mode Single Mode Single Mode Single Mode Multi Mode Single Mode Single Mode Single Mode Single Mode Single Mode Single Mode Single Mode Temperature Range ( C) dari -5 to +85 dari -5 to +85 dari -5 to +85 dari -5 to +85 dari -5 to +85 dari -5 to +86 dari -5 to +87 dari -5 to +88 dari -5 to +89 dari -5 to +90 dari -5 to +91 dari -5 to +92 dari -5 to +93 Digital Optical Monitoring Support Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes Yes

28 36 Tabel 2.12 Level Signal Transmitter dan Receiver dari STM-1 [12] No Transmitter Product Description Wavelength Range (nm) SFP OC-3/STM-1 Multimode 1270 to 1380 SFP OC-3/STM-1 Short Reach 1260 to 1360 SFP OC-3/STM-1 Intemediate-Reach 1261 to 1360 SFP OC-3/STM-1 Long- Reach (40) 1263 to 1360 SFP OC-3/STM-1 Long- Reach (80) 1480 to 1580 Transmitter Power Range (dbm) dari -14 sampai -20 dari -8 sampai -15 dari -8 sampai -15 dari 0 sampai -5 dari 0 sampai -5 Receiver Power Range (dbm) dari -5 sampai -30 dari -8 Optical Path Penalty (db) Tidak Ada sampai dari -8 sampai dari -10 sampai dari -10 sampai Tabel 2.13 Level Signal Transmitter dan Receiver dari STM-4 [12] No Product Description SFP OC-12/STM-4 Multimode SFP OC-12/STM-4 Short Reach SFP OC-12/STM-4 Intemediate-Reach SFP OC-12/STM-4 Long-Reach (40) SFP OC-12/STM-4 Long-Reach (80) Transmitter Wavelength Range (nm) 1270 to to to to to 1580 Transmitter Power Range (dbm) dari -14 sampai -20 dari -8 sampai -15 dari -8 sampai -15 dari 2 sampai -3 dari 2 sampai -3 Receiver Power Range (dbm) dari -6 sampai -26 dari -8 sampai -23 dari -8 sampai -28 dari -8 sampai -28 dari -8 sampai -28 Optical Path Penalty (db) Tidak Ada Tabel 2.14 Level Signal Transmitter dan Receiver dari STM-16 [12] No Product Description Transmitter Wavelength Range (nm) SFP OC-48/STM-16 Short Reach 1266 to 1360 SFP OC-48/STM-16 Long-Reach 1260 to 1360 SFP OC-48/STM-16 Intemediate-Reach 1500 to 1580 Transmitter Power Range (dbm) dari -3 sampai -10 dari 0 sampai -5 dari 3 sampai -2 Receiver Power Range (dbm) dari -3 Optical Path Penalty (db) sampai dari 0 sampai dari -9 sampai -28 2

29 Variable Optical Attenuator Variable Optical Attenuator (VOA) telah menjadi komponen yang sangat penting, terutama dalam sistem optik multichannel dan jaringan, di mana optik sinyal yang berbeda dapat berjalan melalui jalur transmisi optik dan diproses sebelum yang digabungkan bersama-sama. Optical powers bagian dari Saluran atau channel yang berbeda harus menyamakan kedudukan pada suatu titik acuan dalam rangka untuk memastikan kinerja sistem yang sama untuk masing-masing jalur optic. Sebuah pemerataan dari kekuatan optik berkaitan dengan penyesuaian yang sangat tepat dari power signal optic. Hal ingin sangat dinginkan untuk mengatur power agar dapat dikendalikan. Variable optical attenuators (VOAs) melayani tujuan yang sangat baik, dan mereka dapat diproduksi sebagai komponen optic terpisah atau menggabungkan bersama dengan perangkat lainnya, seperti optical couplers atau optical filters. Pada prinsip umumnya Variable optical attenuators (VOAs) adalah mengubah polarization baik dari cahaya polarization yang datang maupun sebuah signal loss dalam perangkat [14]. Gambar 2.11 Variable Optical Attenuator (VOA)[14]

30 Poses Simulasi VOA Fungsi dari Comprehensive offset adalah meningkatkan hasil kalibrasi jalur optic di dalam pengetesan. Penyeimbangnya dari factor attenuator atau redaman, dan output power level dapat diatur dengan bebas dalam melakukan kalibrasi, agar mengetahui loss dari konektor dan kabel fiber optic, serta gelombang dan penyeimbang [15]. Kalibrasi ini sangat mudah digunakan dari power meter dan redaman yang disamakan. Semua kekuasaan offset terkait dapat ditentukan oleh firmware fungsi yang membaca sebuah nilai dari referensi kekuasaan meter. Perbedaan antara nilai kekuatan dengan membaca referensi meter dan kekuasaan yang sebenarnya harga attenuator secara otomatis akan tersimpan di dalam offset Total loss Perubahan dari level power sebelah ditambah dengan redaman antara 2 jaringan terhubung dengan fiber optic seperti gambar 2.11 dan gambar 2.12, dapat dihitung total loss nya dengan rumus sebagai berikut [15] : TL db = 10 log Pa = Pa dbm Pb [dbm] Pb Keterangan : 1. Pa : fiber optic terhubung tanpa menggunakan attenuator 2. Pb : fiber optic terhubung dengan menggunakan attenuator

31 39 Gambar 2.12 Fiber optic terhubung tanpa menggunakan attenuator [15] Gambar 2.13 Fiber optic terhubung dengan menggunakan attenuator [15] VOA dalam Jaringan Fiber Optik Gambar 2.14 VOA dalam Jaringan Fiber Optik [16] Sebuah type aplikasi dari Variable Optical Attenuators (VOAs) dalam jaringan fiber optic, seperti gambar Pertama VOAs dapat digunakan untuk menyamakan kekuatan gelombang yang berbeda, seperti ilustrasi pada gambar Transmitter dari sumber dimana sensitive pada temperature dan saat proses berjalan, dan juga bervariasi dengan waktu karena penuaan laser. VOA dapat digunakan untuk mengkompensasi variasi kekuatan dari satu sumber laser atau dapat digunakan untuk menyamakan kekuatan tingkat yang berbeda dari sumber cahaya (yang sesuai untuk gelombang) jalur sebelum mereka digabungkan oleh multiplexer (MUX) menjadi sebuah serat optik untuk transmisi lebih lanjut.

32 40 Selain itu, VOA dapat digunakan untuk membatasi kekuasaan atau serat optik yang terhubung ke bawah, serta mencegah efek ambang batas nonlinier dalam serat atau untuk alasan keamanan. Misalnya, untuk sesuai dengan, standar keselamatan level batas atas 17 dbm ( misalnya, 50 mw ) yang terjadi pada jumlah yang dapat ditransmisikan kekuasaan dalam serat optic [16]. VOAs juga bisa mendapatkan keuntungan datar dan saluran dengan panjang gelombang dengan amplifier optik, seperti terlihat pada gambar didalam jaringan fiber optik, amplifier optik seperti Erbium Doped Fiber Amplifiers (EDFAs) bekerja untuk memperkuat sinyal cahaya yang lemah. Namun, beberapa gelombang tiba pada saluran kelenjar yang dapat melalui jalur yang berbeda dan mengalami kerugian.optik, sebagai penguat memiliki saluran yang tergantung pada satu sama lain dengan kekuatan yang ada karena cross-gain modulasi. Untuk mendapatkan keuntungan yang datar, saluran dengan panjang gelombang lebih dari transmisi fiber yang sebelumnya Demultiplexed oleh Demultiplexer (DUX), Dan kemudian menyamakan kedudukan dengan kekuatan mereka adalah sebuah array dari voas sebelum masuk ke dalam amplifier optik.meskipun kenaikan tersebut juga bervariasi dengan panjang gelombang, variasi tersebut dapat dengan mudah dapat dikompensasi oleh attenuators sehingga output yang identik untuk mendapatkan kekuasaan atas semua itu diperkuat [16] VOAs mampu menyeimbangkan sinyal dalam Optical Add/Drop Multiplexer (OADMs), seperti yang ditunjukkan pada gambar Dalam sebuah oadm, tingkat kekuatan sinyal yang akan ditambahkan tidak bisa terlalu tinggi, jika tidak akan kewalahan saluran yang ada, serta sinyal dengan kekuatan yang masih tinggi harus attenuated sebelum memasuki jaringan local. Salah satu

33 41 attenuator sangat penting digunakan untuk menambahkan atau mengurangi level signal agar tidak terlalu tinggi. Selain itu, total daya adalah beragam ketika salah satu atau lebih saluran yang ditambahkan atau turun. Oleh karena itu, sebuah attenuator diperlukan untuk menstabilkan kekuatan digabungkan ke transmisi serat [16]. Keunggulan dari Varible Optical Attenuator (VOA) adalah antara lain sebagai berikut [17] : a. Dapat memperlebar jarak redaman b. Ukuran yang padat c. Stabilitas tinggi dan dapat diandalkan d. Dapat melakukan sebagai diagnosa e. Mudah digunakan f. Attenuation akurasi tinggi g. Mengurangi angka kerugian Aplikasi aplikasi yang digunakan oleh VOA adalah antara lain, sebagai berikut [17] : a. System CATV b. Jaringan DWDM, CWDM, WDM, SDH, dan PDH c. Optical add/drop multiplexing d. System pengetesan komunikasi optic e. Sebagai Alat pabrikasi optic f. Sebagai pengukuran parameter optic g. Pengontrol dan stabilitas dari multichannel systems

34 Jenis Jenis Attenuator attenuator. Jenis jenis attenuator terbagi menjadi 2 yaitu optical attenuator dan fixed a. Optical Attenuator Optical Attenuator adalah adalah alat yang mengurangi kekuatan optik serat dengan jumlah tetap atau disesuaikan. Prinsip dasar dari attenuator adalah pada umumnya dikendalikan oleh offset input dan output fiber optik, atau jarak udara antara input dan output fiber optic. Tekhnik lain yang digunakan dalam menggunakan dari lanjutan optical attenuator, adalah Menggunakan temperature, memutar, kekencangan yang terhubung pada serat optic dengan perangkat. Pemilihan optical attenuator tergantung pada suatu faktor multitode, termasuk wavelength, tingkat attenuation, dan stabilitas suhu [18]. Gambar 2.15 Optical Attenuator [18] b. fixed Attenuators Sekali tingkat yang diinginkan dari attenuation ditentukan, fixed attenuator dapat diatur untuk memberikan output daya yang tepat. Fixed attenuator

35 43 digunakan untuk mengurangi dari daya transmitter dari fiber optic. Fixed attenuator mencakupi mengatur kekuatan antara 1 serat optic dan melebihi 1 serat optic yang terhubung ke system, serta mengurangi penyerapan receiver [18]. Gambar 2.16 Fixed Attenuators [18]

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy) BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan

Lebih terperinci

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY Tugas KK Tra 17 SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XIi Tel 1 2010026 PENGERTIAN Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB III TEORI PENDUDUKUNG BAB III TEORI PENDUDUKUNG Dalam Laporan kerja praktek ini didukung dengan beberapa teori diantaranya yaituteori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang arsitektur dari

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENDUDUKUNG

BAB II TEORI PENDUDUKUNG BAB II TEORI PENDUDUKUNG Dalam penelitiannya tugas akhir ini didukung dengan beberapa teori teori diantaranya yaitu teori teori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy) BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAR TEORI

BAB III LANDASAR TEORI BAB III LANDASAR TEORI 3.1 Jaringan Backbone Backbone adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan. Backbone juga dapat dikatakan sebagai jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perkembangan dalam bidang komunikasi dan pengaruh globalisasi serta arus informasi, masyarakat modern memerlukan adanya sarana Telekomunikasi yang lebih canggih. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data dan informasi dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Data Komunikasi data merupakan transmisi data elektronik melalui sebuah media. Media tersebut dapat berupa kabel tembaga, fiber optik, radio frequency dan microwave

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 4.1 Desain Jaringan Optik Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI DWDM PADA JARINGAN BACKBONE JAWA BARAT SKRIPSI TEGAR SATRIO DWIPUTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI DWDM PADA JARINGAN BACKBONE JAWA BARAT SKRIPSI TEGAR SATRIO DWIPUTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI DWDM PADA JARINGAN BACKBONE JAWA BARAT SKRIPSI TEGAR SATRIO DWIPUTRO 0806331292 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JULI 2012 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.) SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.) Oleh : Medi Kartika Putri NIM : 612005020 Tugas Akhir Untuk melengkapi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan BAB II DASAR EORI 2.1 eori Dasar SDH Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada sistem transmisi sinkron yang ditetapkan oleh CCI (IU). Sebelum kemunculan SDH,

Lebih terperinci

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) 2.1 Umum Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang merupakan cikal bakal lahirnya Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM),

Lebih terperinci

Synchronous Optical Networking SONET

Synchronous Optical Networking SONET Synchronous Optical Networking SONET Pendahuluan Synchronous Optical Networking (SONET) dan Synchronous Digital Hierarchy (SDH) adalah protokol standar yang mentransfer beberapa bit stream digital melalui

Lebih terperinci

SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Kelompok 13 Muhammad Asrawi (54410645) Khoirul Anwar (53410891) Steven (56410693 SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Jaringan Komputer Lanjut 10/10/2013 1 SONET (Synchronous

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Rancangan Penilitian Penilitian ini meliputi dari pengamatan dilapangan pada jaringan Kantor Pajak Jakarta Pusat yang terhubung dengan Kantor Pusat PT Indosat dengan kapasitas

Lebih terperinci

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Version 1.1.0 Faktor Rate data Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Kecepatan Transmisi Bit : Binary Digit Dalam transmisi bit merupakan pulsa listrik negatif

Lebih terperinci

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Surawan Adi Putra 1, Dwi Astharini 1, Syarifuddin Salmani 2 1 Departemen Teknik Elektro, Universitas Al Azhar Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki

BAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki BAB II Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &

Lebih terperinci

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik Overview Materi Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik Material serat optik Kabel Optik Struktur Serat Optik Struktur Serat Optik (Cont..) Core Terbuat dari bahan kuarsa

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK Reni Risca T,Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang sangat bagus pada zaman modern saat ini. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK 2.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) NORA WAHYUNI

TUGAS AKHIR. PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) NORA WAHYUNI TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME KERJA

BAB III MEKANISME KERJA BAB III MEKANISME KERJA 3.1 Jaringan Fiber Optik MSC Taman Rasuna PT. Bakrie Telecom sebagai salah satu operator penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia telah menggunakan jaringan fiber optic untuk

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN Muhammad Fachri, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 1 SONET(Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Standarisasi SONET (Synchronous Optical Network)/SDH (Synchronous Digital Hierarchy) Hirarki sinkronisasi digital (SDH) dan sinkronis

Lebih terperinci

Media Transmisi Jaringan

Media Transmisi Jaringan Media Transmisi Jaringan Medium Transmisi pada Telekomunikasi Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG Seiring perkembangan zaman, sistem telekomunikasi membutuhkan kapasitas jaringan yang lebih besar dan kecepatan lebih cepat, sehingga

Lebih terperinci

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14 Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14 Dewiani Djamaluddin #1, Andani Achmad #2, Fiqri Hidayat *3, Dhanang Bramatyo *4 #1,2 Departemen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Ethernet Over SDH SDH (Synchronous Digital Hierarchy) menjelaskan tentang transfer data dengan kapasitas yang besar menggunakan media transmisi serat opti, sistem detakan

Lebih terperinci

Muhamad Husni Lafif. Sekilas Tentang SDH. Lisensi Dokumen:

Muhamad Husni Lafif. Sekilas Tentang SDH.  Lisensi Dokumen: Muhamad Husni Lafif muhamadhusnilafif@yahoo.com http://royalclaas.blogspot.com Sekilas Tentang SDH Lisensi Dokumen: Copyright 2003-2007 IlmuKomputer.Com Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

Jaringan Komputer Multiplexing

Jaringan Komputer Multiplexing Jaringan Komputer Multiplexing Multiplexing Frequency Division Multiplexing FDM Bandwidth yang bisa digunakan dari suatu media melebihi bandwidth yang diperlukan dari suatu channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital (Bagian 2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

Frequency Division Multiplexing

Frequency Division Multiplexing Multiplexing 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing FDM Sinyal yang dimodulasi memerlukan bandwidth tertentu yang dipusatkan di sekitar frekuensi pembawa disebut channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 8 Pengantar Serat Optik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA Widya Ningtiyas (21060111120024), Sukiswo, ST. MT. (196907141997021001) Jurusan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT

Lebih terperinci

Pengertian Multiplexing

Pengertian Multiplexing Pengertian Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer

Lebih terperinci

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK Pada prinsipnya fiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat di dalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengenalan Kabel Serat Optik Serat optik adalah suatu media transimisi berupa pemandu gelombang cahaya (light wave guide) yang berbentuk kabel tembus pandang (transparant), dimana

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN FIBER OPTIK

PERKEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN FIBER OPTIK Abstrak Kemajuan teknologi sekarang ini semakin pesat sehingga kebutuhan akan komunikasi data antara dua komputer atau lebih dibutuhkan alat agar dapat terhubung. Komunikasi data itu dapat terhubung dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH OPTISYSTEM FOR PERMATA

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom MEDIA TRANSMISI Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom OVERVIEW Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX.

Lebih terperinci

± voice bandwidth)

± voice bandwidth) BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kebutuhan user akan mutu, kualitas, dan jenis layanan telekomunikasi yang lebih baik serta perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak terhadap pemilihan media

Lebih terperinci

Topologi Jaringan Transport Optik

Topologi Jaringan Transport Optik KARYA ILMIAH Topologi Jaringan Transport Optik OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 2007 Topologi Jaringan Transport Optik A. Pendahuluan Perkembangan dan trend trafik

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Saluran / Jaringan Lokal Saluran yang menghubungkan pesawat pelanggan dengan Main Distribution Point disentral telepon. Panjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Trafik Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi

Lebih terperinci

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data Endah Sudarmilah, DWDM sebagai Solusi Krisis Kapasitas Bandwidth pada Transmisi Data Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data Endah Sudarmilah

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

PEMBAGIAN SERAT OPTIK FIBER OPTIC CABLE Fiber Optik (Serat optic) adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 1) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE RUAS SEMARANG-SOLO Dudik Hermanto (L2F 008 027) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SERAT OPTIK

TEKNOLOGI SERAT OPTIK TEKNOLOGI SERAT OPTIK Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik USU Abstrak: Serat optik merupakan salah satu alternatif media transmisi komunikasi yang cukup handal, karena memiliki keunggulan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR Rini Indah S. 1, Sukiswo,ST, MT. 2 ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dengan biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman, dan juga

Lebih terperinci

Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Makalah Seminar Kerja Praktek Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G652 dan G655 Oleh : Frans Scifo (L2F008125) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Pada 30 tahun belakangan

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:58-63 SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DATA SATELIT Muh. Sulaiman 1 Nur Ubay, Suhata Peneliti Pusat Teknologi Satelit, LAPAN 1e-mail: sulaiman_itb@yahoo.com RINGKASAN

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan BAB II SERAT OPTIK 2.1 Umum Dalam sistem perkembangan informasi dan komunikasi yang demikian cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan dipercaya dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL

SISTEM TRANSMISI DIGITAL SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser Fakultas Teknik 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Semenjak ditemukannya kabel fiber optic sebagai media transmisi yang handal dibandingkan dengan media transmisi yang lain, maka seiring dengan itu pula perkembangan teknologi

Lebih terperinci

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 MULTIPLEXING Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing 3 FDM Digunakan bila bandwidth media transmisi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. informasi pada gelombang elektromagnetik yang bertindak sebagai pembawa BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi dari satu pihak ke pihak yang lain. Pengiriman informasi ini dilakukan dengan memodulasikan informasi

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI Pada bab ini pembahasan yang akan dijelaskan meliputi simulasi pemodelan jaringan yang di-design menggunakan software optisystem. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika

VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika VOTEKNIKA Jurnal Vokasional Teknik Elektronika & Informatika Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 204 ISSN: 2302-329 ANALISIS KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE POWER LINK BUDGET DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater. akan menguatkan efek dispersi dan gangguan lainnya pada link.

BAB II LANDASAN TEORI Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater. akan menguatkan efek dispersi dan gangguan lainnya pada link. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem komunikasi kabel laut 2.1.1 Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater Untuk jarak link lebih dari 400 kilometer, efek dari attenuasi dan dispersi optik akan membuat

Lebih terperinci

Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia

Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia 9 Pemanfaatan Jaringan SDH berbasis program MatLab untuk Layanan Multimedia Endah Budi P., M Fauzan Edy P., Sholeh Hadi P., Wahyu Adi P., Rusmi Ambarwati, Dwi utari S., Reza Sugandi dan Widhi Setya Wahyudhi

Lebih terperinci

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya.

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya. ANALISIS KARAKTERISTIK SERAT OPTIK SINGLE MODE NDSF (NON DISPERSION SHIFTED FIBER) DAN NZDSF (NON ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER) TERHADAP KINERJA SISTEM DWDM Waldi Saputra Harahap, M Zulfin Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang

BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING 2.1 Umum Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada

Lebih terperinci

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE Makalah Seminar Kerja Praktek ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE Frans Bertua YS (L2F 008 124) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Pada 30 tahun belakangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM 4.1 Perhitungan Rute Jaringan Jaringan akses transmisi serat optik yang dibangun dalam Aplikasi menjangkau 2 lokasi Bintaro Network Building

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN 3.1 Umum Sistem komunikasi serat optik secara umum digunakan sebagai media transmisi jarak jauh. Pada Tugas Akhir ini daerah atau wilayah yang akan diamati adalah Link

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak BAB III METODOLOGI PENELITIAN di bawah ini: Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak START Mengidentifikasi sistem Radio over Fiber Mengidentifikasi sistem Orthogonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan layanan transmisi data dengan kecepatan tinggi dan kapasitas besar semakin meningkat pada sistem komunikasi serat optik. Kondisi ini semakin didukung lagi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN 4.1 Data Jaringan Untuk menghitung link power budget pada jaringan Apartemen Paddington Heights Alam Sutera South Section ini digunakan data-data sebagai berikut : a. Daya

Lebih terperinci

BAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

BAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) BAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) 2.1 Umum SDH merupakan suatu standar transmisi optik sinkron yang dapat digunakan sebagai interface untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK 2.1 Umum Jaringan lokal akses tembaga kapasitasnya sangat terbatas untuk memberikan layanan multimedia, karena kabel tembaga memiliki keterbatasan bandwidth

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi terbaru menunjukkan bahwa jaringan multimedia dan highcapacity Wavelength Division Multiplexing (WDM) membutuhkan bandwidth yang tinggi. Serat optik adalah

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER MODEL ANALISIS EL Oleh : Darmansyah Deva Sani of 6 ABSTRAK

JARINGAN KOMPUTER MODEL ANALISIS EL Oleh : Darmansyah Deva Sani of 6 ABSTRAK JARINGAN KOMPUTER MODEL ANALISIS EL - 670 Oleh : Darmansyah Deva Sani 232 98 502 1 of 6 ABSTRAK Sistem komunikasi fiber optik telah berkembang pesat akhir-akhir ini, berupa komunikasi suara, vidio dan

Lebih terperinci

PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2014 YUYUN SITI ROHMAH, ST., MT

PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2014 YUYUN SITI ROHMAH, ST., MT PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2014 YUYUN SITI ROHMAH, ST., MT Message Input Sinyal Input Sinyal Kirim Message Output TI Transducer Input Message Signal Transducer Output TO Sinyal Output Tx Transmitter

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java Oleh : Fandi Yusuf Nugroho (L2F008121) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Aplikasi Multiplexer -8-

Aplikasi Multiplexer -8- Sistem Digital Aplikasi Multiplexer -8- Missa Lamsani Hal 1 Multiplexer Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan

Lebih terperinci