BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Gigi. penghasil air ludah (Susanto, 2007). laku terhadap kesehatan gigi dan mulut).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Gigi. penghasil air ludah (Susanto, 2007). laku terhadap kesehatan gigi dan mulut)."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemeliharaan Kesehatan Gigi 1. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Gigi Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigigigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah (Susanto, 2007). Setyaningsih (2007) menyatakan bahwa kesehatan gigi merupakan salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang merupakan hasil dari interaksi kondisi fisik (kesehatan gigi dan mulut bentuk gigi dan air liur yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi), mental (kemauan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut), dan sosial (sikap dan tingkah laku terhadap kesehatan gigi dan mulut). Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah memelihara kebutuhan gigi dan mulut dari sisa makanan dan kotoran lain yang berada di dalam mulut dengan tujuan agar gigi tetap sehat (Setyaningsih, 2007). xxx 14

2 15 2. Jenis Gigi Secara umum menurut Rahmadhan (2010) gigi dibagi menjadi empat jenis, yaitu: a. Gigi Seri Gigi ini berbentuk persegi panjang, dan berfungsi untuk memotong makanan. Gigi ini terletak di bagian paling depan di tengah lengkung gigi, ada empat buah di rahang atas maupun di rahang bawah. b. Gigi Taring Gigi taring berada di sebelah gugi seri. Gigi ini berbentuk lebih panjang dengan ujung yang runcing. Gigi taring berfungsi untuk menyobek dan memotong makanan. Gigi taring berjumlah empat buah, dua di rahang atas dan dua di rahang bawah. c. Gigi premolar atau gigi geraham kecil Bentuk gigi premolar di rahang atas agak berbeda dengan premolar di rahang bawah. Gigi premolar berfungsi untuk menyobek dan membantu menghaluskan makanan. d. Gigi molar atau gigi geraham besar Gigi molar berada di belakang gigi premolar. Bentuknya seperti kotak dan ukurannya besar. Gigi molar merupakan gigi yang paling berperan dalam proses menghaluskan makanan. xxxi

3 16 3. Pertumbuhan Gigi Gigi sulung terbentuk ketika masih ada di dalam perut ibu. Gigi ini akan mulai keluar dari dalam gusi ketika memasuki usia 6 bulan sampai 1 tahun. Ketika berusia sekitar 3 tahun, gigi sulung akan lengkap berjumlah 20 buah. Gigi sulung akan mulai goyang dan lepas ketika berusia 6 tahun. Ketika gigi tetap keluar, maka akan menekan gigi sulung di atasnya. Gigi tetap nantinya akan berjumlah 32 buah ketika berusia sekitar 17 tahun sampai 21 tahun. Namun, pada sebagian orang gigi ini bisa juga tidak akan muncul. Ataupun kalau muncul gigi tersebut akan tumbuh dengan posisi yang agak miring atau kurang bagus sehingga perlu dicabut (Rahmadhan, 2010). Pertumbuhan gigi untuk usia sekolah 8-12 tahun adalah seiring waktu perkembangan usia anak yang sudah memasuki usia sekolah dasar, maka gigi susu ini akan tumbuh lengkap. Namun demikian, memasuki usia 8-12 tahun beberapa gigi susu ini akan segera tanggal untuk digantikan dengan gigi asli yang ukurannya lebih besar dan sifatnya lebih kuat dan keras seiring dengan makin variatifnya jenis asupan makanan yang dikonsumsi (Melvi, 2014). Masa-masa erupsi gigi sulung dan gigi tetap (Rahmadhan, 2010): a. Gigi sulung rahang atas 1) Gigi seri akan erupsi/keluar 7,5 sampai 9 bulan 2) Gigi Kaninus akan erupsi/keluar 18 bulan 3) Gigi molar akan erupsi/keluar bulan xxxii

4 17 b. Gigi sulung rahang bawah 1) Gigi insisif akan erupsi/keluar 6 sampai 7 bulan 2) Gigi kaninus akan erupsi/ keluar 16 bulan 3) Gigi molar akan erupsi/keluar bulan c. Gigi tetap rahang atas 1) Gigi insisif akan erupsi/keluar 7-9 tahun 2) Gigi kaninus akan erupsi/ keluar tahun 3) Gigi premolar akan erupsi tahun 4) Gigi molar akan erupsi 6-21 tahun d. Gigi tetap rahang bawah 1) Gigi insisif akan erupsi/keluar 6-8 tahun 2) Gigi kaninus akan erupsi/ keluar 9-10 tahun 3) Gigi premolar akan erupsi tahun 4) Gigi molar akan erupsi 6-21 tahun. 4. Macam-Macam Penyakit Gigi Berdasarkan Agustiana (2006), macam-macam penyakit gigi terbagi menjadi tiga yaitu: a. Gigi Berlubang (karies gigi) Ialah daerah yang membusuk di dalam gigi, yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Penyebab penyakit gigi ini diakibatkan karena adanya kuman. xxxiii

5 18 Martariwansyah (2008) menyatakan bahwa karies gigi terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Karies superfisialis, yaitu gigi berlubang yang hanya mengenai lapisan gigi terluar. 2) Karies media, yaitu gigi berlubang yang sudah mengenai lapisan dentin. 3) Karies profunda, yaitu gigi berlubang yang sudah mengenai jaringan pulpa. b. Gingtivitis (peradangan gusi) Radang gusi terjadi akibat adanya plak dan bakteri. c. Penyakit Periodental(jaringan pendukung gigi) 5. Dampak Penyakit Gigi Adnamazida (2013) menyatakan bahwa dampak penyakit gigi diantaranya, yaitu : a. Penyakit jantung Termasuk di dalamnya jantung koroner, serangan jantung, dan gagal jantung, semua jenis penyakit jantung akan mengancam nyawa jika malas gosok gigi dan menjaga kebersihan mulut. b. Pembuluh darah tersumbat Malas menjaga kebersihan gigi dan gusi juga bisa membuat plak berkumpul di dinding pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi lebih lambat atau malah berhenti sepenuhnya xxxiv

6 19 c. Stroke Sehubungan dengan masalah darah tersumbat, aliran darah ke otak pun terganggu. Hal itu berdampak pada kurangnya asupan oksigen ke otak dan akan memicu stroke. d. Gigi berlubang Kuman dan bakteri yang jarang dibersihkan akan membuat lubang di gigi. Bukan cuma sakit rasanya, mengunyah makanan pun menjadi tidak sempurna jika gigi banyak yang berlubang. e. Endocarditis Endocarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari empat katup jantung. Infeksi bisa terjadi jika gigi dan gusi jarang dibersihkan. Sehingga terjadi inflamasi pada pembuluh darah dan infeksi pada katup jantung tersebut. f. Pneumonia Pneumonia disebut juga dengan radang paru-paru. Pneumonia disebabkan oleh beberapa, termasuk di antaranya infeksi pada pembuluh darah yang terjadi jika malas membersihkan rongga mulut. g. Osteomielitis rahang Jika tidak ingin terkena penyakit yang menginfeksi rahang ini, mulai sekarang sebaiknya rajin menjaga dan membersihkan rongga mulut dan gigi. xxxv

7 20 h. Gangguan pernapasan Malas gosok gigi rupanya memengaruhi paru-paru. Berbagai penyakit yang berhubungan dengan masalah pernapasan pun muncul. Misalnya asma, infeksi, kanker paru-paru, dan lainnya. 6. Cara Mencegah Gigi Berlubang Agustiana (2006) menyatakana bahwa cara mencegah terjadinya karies gigi (gigi berlubang), yaitu: a. Kontrol ke dokter setiap 6 bulan sekali b. Kurangi makanan yang sifatnya lengket di gigi karena mudah sekali menimbulkan plak Makanan yang lengket tidak hanya terdiri dari permen atau cokelat, tetapi juga makanan yang memiliki karbohidrat tinggi seperti mi atau berbagai jenis fast food. Lebih baik perbanyak makanan yang mengandung kalsium seperti ikan dan susu. Fluor seperti teh dan sayur mayur, vitamin A seperti wortel, vitamin C seperti buah-buahan, dan vitamin D seperti susu, karena mineral dan vitamin dalam makanan tersebut sangat diperlukan oleh gigi. c. Jangan lupa menggosok gigi sesudah makan Menggosok gigi sesudah makanan merupakan hal yang penting, terutama sebelum tidur. Sebab sewaktu tidur air ludah kita berkurang sehingga kuman akan mudah berkembangbiak sebanyak-banyaknya. xxxvi

8 21 d. Gosoklah gigi dengan cara yang benar e. Karang gigi yang terbentuk harus secepatnya di buang f. Gigi yang berlubang harus secepatnya ditambal. 7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi menurut Susanto (2007) yaitu sebagai berikut: a. Makanan 1) Kurangi makanan serba manis Permen dan cokelat merupakan contoh makanan penyebab kerusakan gigi. Berkumur dengan menggunakan air putih dapat mengurangi sisa makanan yang lengket pada permukaan gigi. Kemudian, makan buah-buahan berair dan mengandung serat tinggi baik untuk kesehatan gigi. 2) Hindari makanan yang terlalu asam Asam bersifat merusak gigi, demikian juga dengan makanan yang serba asam. 3) Hindari makanan keras, terlalu panas, dan terlalu dingin Gigi juga dapat rusak karena makanan yang keras, terlalu panas, atau terlalu dingin. Gigi yang rusak ditandai rasa ngilu ketika menyantap makanan yang terlalu manis, panas, atau dingin. xxxvii

9 22 4) Hindari makanan yang mengandung fluor tinggi Anak-anak yang memakan makanan berfluor tinggi akan mengalami gangguan berupa gigi berwarna abu-abu kusam dan kadang-kadang terdapat bercak putih fluorosis. Makanan yang mengandung mineral, kalsium, fluor, dan fosfor serta vitamin A, C, D, dan E diperlukan untuk pertumbuhan gigi. Makanan tersebut harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup agar gigi menjadi sehat. b. Minuman Minuman teh dan kopi kurang baik untuk kesehatan gigi. Terlalu banyak minum kopi dan teh dapat menimbulkan plak berwarna cokelat pada permukaan gigi. Selain itu, minuman bersoda dapat menyebabkan karies gigi karena mengandung banyak gula. Jika terpaksa harus minum yang bersoda, usahakan untuk segera membersihkan sisa gula pada gigi. c. Rokok Pada rokok terdapat terdapat berbagai bahan kimia yang biasa disebut tar. Jika tidak dibersihkan, timbunan tar tersebut pada permukaan gigi menjadi berwarna cokelat kehitaman, dan juga menimbulkan bau mulut yang kurang sedap. 8. Waktu dan Frekuensi yang Tepat Menggosok Gigi Menggosok gigi 2 kali sehari, yaitu pagi hari, boleh sebelum ataupun sesudah makan dan sebelum tidur adalah kegiatan rutin sehari- xxxviii

10 23 hari (pagi dan sebelum tidur malam). Tujuannya untuk memperoleh kesehatan gigi dan mulut serta napas menjadi segar. Biasakan menyikat gigi sebelum tidur, karena pada saat seseorang tidur, produksi air liur menurun sehingga alirannya berkurang, padahal air liur berfungsi untuk membilas plak yang melekat di gigi. Tidur malam bisa memakan waktu 8 jam, pada rentang waktu itu plak mengalami maturasi dimana jumlah bakterinya lebih banyak dan pada saat itulah gigi rentan terhadap proses karies atau gigi berlubang (Rahmadhan, 2010). 9. Metode Menyikat Gigi yang Baik a. Tata cara menyikat gigi yang benar (Setyaningsih, 2007) 1) Menyiapkan peralatan menyikat gigi (sikat gigi, pasta gigi, gelas kumur, air bersih, dan cermin) 2) Basahi sikat dan letakkan pasta gigi yang dipakai diatas sikat sebesar butir kacang tanah. 3) Berkumur-kumur sebelum menyikat gigi. 4) Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka. 5) Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan ke atas pada rahang bawah sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi. xxxix

11 24 6) Lakukan sekitar sepuluh putaran untuk tiap kali bagian permukaan gigi yang menghadap ke pipi/bibir dan kemudian sikat digeser ke permukaan gigi yang menghadap ke lidah. 7) Sikat bagian yang menghadap ke lidah dengan gerakan mencongkel. 8) Sikat bagian yang menghadap ke langit-langit dengan gerakan maju mundur. 9) Sikat bagian yang dipakai untuk mengunyah dengan gerakan maju mundur. 10) Setelah itu kumur-kumur 2-3 kali. Bagian gigi yang harus disikat menurut Irpan (2014), yaitu: 1) Gigi bagian depan 2) Gigi graham bagian samping luar 3) Gigi graham bagian untuk mengunyah 4) Gigi graham bagian dalam 5) Gigi depan bagian dalam Gambar. 2.1 Cara menggosok gigi yang benar (Sumber: xl

12 25 b. Setyaningsih (2007) menyatakan bahwa dalam menyikat gigi harus memperhatikan 3T, yaitu: 1) Tekun : tidak lupa menyikat gigi. 2) Teliti : semua tersikat sampai sela-sela atau ujung gigi. 3) Teratur : sikat gigi satu hari minimal 2 kali, yaitu sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. 10. Ketentuan dalam Menggosok Gigi Ketentuan dalam menggosok gigi menurut Setyaningsih (2007) adalah sebagai berikut: a. Menyikat gigi jangan tergesa-gesa dan keras-keras agar gigi tidak terluka. b. Memilih sikat gigi harus disesuaikan dengan besar kecilnya mulut kita, agar kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan sela-sela gigi dapat terjangkau oleh bulu sikat. c. Menyikat gigi sebaiknya dilakukan selama 5-7 menit. d. Gusi juga ikut disikat, gerakannya pelan-pelan seperti memijat. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Perawatan Kebersihan Gigi dan Mulut Sintawatidan Indirawati (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi status perawatan kesehatan gigi diantaranya adalah sebagai berikut: xli

13 26 a. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah sesuatu yang membedakan antara perempuan dan laki-laki. Penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa dalam melakukan perawatan gigi ini menunjukkan jenis kelamin perempuan kesehatan gigi dan mulutnya lebih baik daripada laki-laki. b. Usia Penelitian yang dilakukan oleh penelitian Sintawati dan Indirawati (2008) bahwa usia di atas 35 tahun memiliki gigi sehat sebesar 88,6%, sedangkan di bawah 35 tahun memiliki 89,6% c. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dicapai dinyatakan dengan ijazah terakhir yang dimiliki. Pendidikan individu berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi kebutuhan pencarian akan pelayanan kesehatan. d. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang. Hasil penelitian Sintawati dan Indirawati (2008) mengatakan bahwa seseorang yang tidak bekerja memiliki kebersihan gigi dan mulut lebih baik (92,3%) daripada seseorang yang bekerja (88,5%). e. Pengeluaran xlii

14 27 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa seseorang yang memiliki pengeluaran diatas 1 juta memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang 90,4%, sedangkan seseorang yang mempunyai pengeluaran kurang dari 1 juta juga memiliki kebersihan gigi dan bernilai baik sampai sedang sebesar 88,3%. f. Jarak ke pelayanan medis gigi Jarak tempuh merupakan seberapa jauh tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal, biasanya orang yang rumahnya jauh dari tempat pelayanan kesehatan malas untuk berobat ketika mereka merasa sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati (2008), orang yang jarak ke dokter giginya dekat memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 90,5%, sedangkan orang yang jarak ke dokter giginya jauh juga memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sebesar 88,5%. g. Sumber biaya Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa orang yang mempunyai sumber biaya dari kantong sendiri memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 88,1%, sedangkan orang yang dibiayai juga memiliki kebersihan gigi dan mulutnya baik sampai sedang sebesar 92,5%. xliii

15 28 h. Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang sangat umum dan meluas di kalangan masyarakat (Aditama, 1997 dalam Sintawati& Indirawati, 2008). Penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), dalam hal ini kebiasaan merokok adalah kebiasaan dari subjek untuk tidak merokok atau subjek merokok. Subjek yang tidak mempunyai kebiasaan merokok memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sampai sedang sebesar 91,2%, sedangkan subjek yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sampai sedang sebesar 83,5%. i. Beban tanggungan Beban tanggungan adalah beban yang ditanggung individu untuk membiayai kehidupannya baik anak, istri, maupun dirinya pribadi. Hasil penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa orang yang memiliki beban tanggungan rendah kebersihan gigi dan mulutnya baik dibandingkan dengan orang yang memiliki beban tanggungan tinggi. Seseorang yang memiliki jumlah beban tanggungan rendah, keluarga yaitu ayah atau ibu lebih mempunyai waktu untuk mengingatkan tentang kebersihan gigi dan mulut. j. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati xliv

16 29 (2008), subjek yang berpengetahuan baik terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 89,2%, sedangkan subjek yang berpengetahuan tidak baik terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sampai sedang sebesar 88,2%. k. Sikap Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek (Abu Ahmadi, 1999 dalam Sunaryo, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa orang yang memiliki sikap baik terhadap kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 89,5%, sedangkan orang yang bersikap tidak baik terhadap kesehatan gigi dan mulut juga memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sampai sedang sebesar 87,2 %. l. Tindakan (perilaku) Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa subjek yang bertindak baik terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 88,9%, sedangkan subjek yang bertindak tidak baik memiliki kebersihan gigi dan mulutnya juga bernilai baik sampai sedang sebesar 90,4%. xlv

17 30 Adapun menurut Sumanti dkk. (2013) yang mempengaruhi perawatan kesehatan gigi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, yaitu sebagai berikut: a. Faktor Internal 1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Motivasi Motivasi adalah pendorong untuk berbuat dan beraksi (Sunaryo, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumanti dkk. (2013), bahwa terdapat kurangnya motivasi orangtua untuk memeriksakan gigi dan mulut anak. Padahal, motivasi dibutuhkan sebagai reinforcement yang akan membentuk perilaku individu, serta memperkuat dan memepertahankan tingkah laku yang dikehendaki. b. Faktor Eksternal Sumanti dkk. (2013) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam faktor eksternal yaitu ketersediaan alat transportasi. C. Usia Sekolah Dasar Usia sekolah merupakan usia penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia sekolah dasaradalah anak yang berusia wanita berumur 6 sampai 10 tahun, dan laki-laki berumur 8 sampai 12 tahun (Ikatan Dokter Indonesia (2002), dalam Fitriyani, 2009). Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah yang rentan dihadapi oleh xlvi

18 31 kelompok anak usia sekolah dasar (SD) (Rahmawati dkk., 2011). Hal ini dialami oleh anak usia sekolah kelas 3 dan 4 SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas, bahwa sebagian besar gigi-gigi mereka berlubang dikarenakan mereka malas untuk menggosok gigi secara teratur, khususnya pada malam hari sebelum tidur. Usia sekolah ini sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu, mulailah sejak dini anak diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri. D. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan guna untuk memberikan pengertian, pemahaman, dan kemampuan tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan sangat penting dilaksanakan sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan atas. 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2012), yaitu: a. Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur. xlvii

19 32 b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat. c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. d. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan. e. Memiliki kemampuan dan life skill untuk berperilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. f. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan. g. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, misalnya gaya hidup yang tidak sehat. 3. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan kesehatan dilakukan melalui: a. Kegiatan kurikuler Kegiatan kurikuler yaitu pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran dan dilaksanakan di sekolah b. Kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan di luar jam pelajaran biasa termasuk pada waktu libur yang dilakukan di sekolah atau luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas xlviii

20 33 pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya. 4. Pendekatan dan Metode Pendidikan Kesehatan Syafrudin (2009) menyatakan macam-macam metode penyuluhan dalam mengubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yaitu: a. Metode untuk mengubah pengetahuan : ceramah, kuliah, presentasi, wisata karya, curah pendapat, seminar, studi kasus, tugas baca, symposium, dan konferensi. b. Metode untuk mengubah sikap : diskusi, tanya jawab, role playing, pemutaran film, video, tape recorder, dan simulasi. c. Metode untuk mengubah tindakan : latihan sendiri, bengkel kerja, demonstrasi, eksperimen, dan lain-lain. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana sesuai dengan pendapat Syafrudin (2009), yaitu dengan menggunakan metode ceramah dalam merubah pengetahuan, sedangkan untuk meningkatkan motivasi peneliti menggunakan metode demonstrasi. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu menurut Suryaningsih (2012), bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi terdapat peningkatan yang bermakna antara skor motivasi sebelum dan sesudah perlakuan. Effendy (1998 dalam Santika, 2014) menyatakan bahwa metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: xlix

21 34 a. Metode ceramah, adalah salah satu cara menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. b. Metode diskusi kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta dengan seseorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. c. Metode curah pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang diperkirakan oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang ada. d. Metode panel, adalah pembicara yang telah direncanakan didepan pengunjung tentang sebuah topik diperlukan 3 orang atau lebih. e. Metode bermain peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih. f. Metode demonstrasi, adalah suatu acara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga. l

22 35 g. Metode symposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2-5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan. h. Metode seminar, adalah suatyu acara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. 5. Media Promosi Kesehatan (Notoatmodjo, 2012) a. Media Cetak 1) Booklet, ialah suatu media untuk meyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentu buku. 2) Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. 3) Flyer, ialah bentuknya seperti leafleat, tetapi tidak berlipat. 4) Flit chart, ialah media penyampaian pesan dalam bentuk lembar balik. 5) Rubrik, ialah tulisan-tulisan pada surat kabar yang membahas masalah kesehatan. 6) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembokm tempat umum, dan lain-lain. 7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. li

23 36 b. Media Elektronik 1) Televisi, ialah penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi. 2) Radio, ialah biasanya berupa obrolan, sandiwara radio, ceramah, dan lain-lain tentang masalah kesehatan. 3) Video, 4) Slide 5) Film Strip c. Media Papan (Billboard), biasanya dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan kesehatan. E. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indra manusia yang meliputi: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Selain itu, pengetahuan juga sebagian besar di dapat melalui baik dari pendidikan, pengalaman orang lain, media masa, maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007). lii

24 37 2. Tingkatan Pengetahuan 6 tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), yaitu: a. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehention) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek tersebut. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dan dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan, kemudian mencari hubungannya antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu objek yang diketahui. e. Sintesis (Synthesis) Merupakan kemampuan seseorang untuk merangkum dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. liii

25 38 f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. 3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. b. Media masa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga meningkatkan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia berbagai macam media masa yang dapat mempengaruhi penegtahuan masyarakat tentang inovasi baru. Media masa tersebut dapat berupa; televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain. c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukannya itu baik atau buruk. liv

26 39 Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status sosial ekonomi akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. e. Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Pada usia (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya itu yang didapat waktu pada usia dewasa. lv

27 40 4. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan Nursalam (2007) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyanpertanyaan kepada responden, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar, dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Setelah itu digolongkan menjadi 4 kategori yaitu: a. Baik, bila subjek menjawab dengan benar >75% - 100% b. Cukup baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar >55% - 75% dari seluruh pertanyaan. c. Kurang baik, bila subjek mampu menjawab denagn benar >40% - 55% dari seluruh pertanyaan. d. Tidak baik, jika persentase jawaban <40% (Arikunto, 2006). F. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Secara umum menurut Sunaryo (2004), bahwa motivasi adalah pendorong untuk berbuat dan beraksi. Sarwono (2000, dalam Sunaryo, 2004:143), motivasi merupakan proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong dan timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan daripada perbuatan. lvi

28 41 2. Cara Memotivasi Beberapa cara untuk memotivasi seseorang menurut Sunaryo (2004:145), yaitu: a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) Memotivasi dengan kekerasan yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan. b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement) Memotivasi dengan bujukan yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu yang diharapkan oleh pemberi motivasi. c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification) Memotivasi dengan identifikasi yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran, sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam diri individu sendiri untuk mencapai sesuatu. lvii

29 42 3. Pengukuran Motivasi Beberapa cara untuk mengukur motivasi menurut Sunaryo (2004:145), yaitu: a. Tes Proyektif Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita. Salah satu teknik tes proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). TAT merupakan sebuah tes yang dilakukan untuk mengetahui kognitif atau gambaran kepribadian secara umum dari seseorang. Pada tes ini klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita sesuai dengan gambar tersebut. b. Kuesioner Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. c. Observasi Perilaku Cara lain untuk mengukur motivasi yaitu dengan membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. Misalnya; untuk mengukur keinginan untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang di observasi, apakah klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil lviii

30 43 keputusan yang beresiko, dan mementingkan kualitas daripada kuantitas kerja. G. Kerangka Teori Pengetahuan Makanan Pendidikan Kesehatan Kesehatan Gigi Kebiasaan merokok Motivasi Minuman Jenis Kelamin Usia Pekerjaan Pengeluaran Jarak ke Pelayanan Medis Sumber Daya Beban Tanggungan Sikap Perilaku Status Perawatan Gigi Ket: = Variabel yang diteliti lix

31 44 Gambar Kerangka Teori modifikasi Susanto (2007), Sintawati dan Indirawati (2008), Notoatmodjo (2012), dan Sumanti dkk.(2013) H. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Independent Dependent Peningkatan Pengetahuan Pendidikan Kesehatan dengan Penyuluhan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Motivasi Gambar. 2.3 Kerangka Konsep Penelitian I. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nasir dkk., 2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap tingkat pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas. lx

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

Eko Winarti, SST.,M.Kes

Eko Winarti, SST.,M.Kes (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Cara menyikat gigi dengan benar Disusun oleh : Eko Winarti, SST.,M.Kes PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D.IV) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI SATUAN ACARA PELATIHAN 1.

Lebih terperinci

Sikat Gigi Bersama pada Anak SD

Sikat Gigi Bersama pada Anak SD LAPORAN PENYULUHAN Sikat Gigi Bersama pada Anak SD Penyusun : Irina Aulianisa (030.09.122) M. Evan Ewaldo (030.09.138) Syavina Wardah (030.09.247) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA Asmaul Husna 1 dan Budi Suryana 2 1,2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Lebih terperinci

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah konsep kebiasaan menggosok gigi, konsep karies gigi, konsep anak pra sekolah, kerangka konseptual dan hipotesa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak

Lebih terperinci

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI Andri Setiya Wahyudi, Program Studi Diploma Kebidanan UNIJA Sumenep, e-mail; andry_remas@yahoo.co.id Sudarso,

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK...

PENDAHULUAN... Dian Nurafifah ...ABSTRAK... HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN KARIES GIGI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI DUSUN SUMBERPANGGANG DESA LOPANG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Karies gigi

Lebih terperinci

*coret yang tidak perlu

*coret yang tidak perlu 44 Lampiran 1. Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya, yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur / Kelamin : tahun, Laki-laki* / Perempuan* Alamat : Menyatakan dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B Khoiro Fatim 1), Iis Suwanti 2) *Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada, Email : khoirocute@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang dihasilkan

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi 1. Pengertian Karies Gigi Gigi berlubang atau karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, sementum, yang disebabkan oleh aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Kebersihan gigi yaitu keadaan gigi geligi yang berada di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH M.Adam MT, Nurhidayati, Ade Suhendra dan Robi Putra Mahasiswa Universitas Muara Bungo Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 Data dan Analisa

BAB 2 Data dan Analisa 4 BAB 2 Data dan Analisa 2.1 Sumber Data Berdasarkan hasil survey wawancara pada Februari lalu yang diadakan di seputar wilayah Jakarta yaitu mengenai pengalaman para ibu menyikat gigi bersama anak. Dari

Lebih terperinci

GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca

GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H Awal saputra EVy ChRISTIANA SIBAGariang Murti ningsih Niwa hafrina Yona al izz iffah talca GURU PEMBIMBING: Drg.Masra Roesnoer,M.Kes UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010. Usaha mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membersihkan gigi minimal 2 kali sehari perlu dijalani anakanak. Dengan harapan ia akan mampu menjaga kesehatan giginya. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang

Lebih terperinci

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Jangan mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang Masih ingat pelawak Leysus? Ya, ia meninggal Selasa (3/1/06) lalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang sehat, kuat, rapi, dan putih adalah impian setiap orang. Demikian pentingnya peran gigi dari segi estetika maupun kesehatan. Tetapi banyak hal bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi tentang kesehatan gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah, salah satunya kerusakan pada gigi seperti karies atau gigi berlubang (Oktrianda, 2011).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Prasekolah 2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah Padmonodewo (2003), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun, mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia dan merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah 46 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas I Denpasar Selatan berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16 1. Proses pencernaan pada mulut menggunakan gigi disebut pencernaan Biasa Mekanik Kimiawi Mekanik dan kimiawi Kunci Jawaban : D Proses

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sakinah 1*, Herlina 2 1 STIKes Prima Prodi IKM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Anak Usia Sekolah 1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menurut Depkes RI (2008) anak usia sekolah disebut juga periode intelektualitas, atau keserasian bersekolah. Pada umur

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk Praktik Pengalaman Lapangan di SDN Percobaan 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk Praktik Pengalaman Lapangan di SDN Percobaan 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk Praktik Pengalaman Lapangan di SDN Percobaan 2 Disusun Oleh: Nama : Muhammad Rois Amin NIM : 13108241176 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MURID KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MURID KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MURID KELAS V SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Pre-test Post-test I Post-test II A. No. Responden : A Nama : Umur :

Lebih terperinci

Anak usia sekolah dapat didefinisikan sebagai anak-anak dengan. kategori usia 6-13 tahun untuk perempuan dan 6-14 tahun untuk

Anak usia sekolah dapat didefinisikan sebagai anak-anak dengan. kategori usia 6-13 tahun untuk perempuan dan 6-14 tahun untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Usia Sekolah a. Definisi anak usia sekolah Anak usia sekolah dapat didefinisikan sebagai anak-anak dengan kategori usia 6-13 tahun untuk perempuan dan

Lebih terperinci

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Kelainan yang sering dijumpai pada anak SD adalah karies gigi dan gingivitis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah mereka yang berusia 1-12 tahun (Kawuryan, 2008). Menurut Titin cit Kawuryan (2008), anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka

Lebih terperinci

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Nama Lengkap : Nadia Jenis Kelamin : L / P Tempat tgl. Lahir : 29/12/1990 Agama :hindu... Pekerjaan : mahasisiwa Bangsa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Percobaan 2 Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VB/I Alokasi waktu : 2x35 menit A. Standar Kompetensi 1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN CARA MENYIKAT GIGI YANG BAIK DAN BENAR PADA ANAK DI RT 01 RW 07, GEMBONG SARI, KALIGAWE SEMARANG

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN CARA MENYIKAT GIGI YANG BAIK DAN BENAR PADA ANAK DI RT 01 RW 07, GEMBONG SARI, KALIGAWE SEMARANG LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN CARA MENYIKAT GIGI YANG BAIK DAN BENAR PADA ANAK DI RT 01 RW 07, GEMBONG SARI, KALIGAWE SEMARANG Sabtu, 16 Mei 2015 Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran Unissula

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan 60 BAB VI PEMBAHASAN Program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. Kesehatan gigi sangat penting karena berpengaruh pada fungsi pengunyahan, fungsi bicara, kualitas hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila kesehatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. 36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian 68 Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian 69 Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian 70 Lampiran 4 Informed Consent KOMISI ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA

BAB III IDENTIFIKASI DATA BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Gigi Dan Gangguan Umum Pada Gigi Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun, berakar di dalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan mengigit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN KE 1

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN KE 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN KE 1 PRODI/JURUSAN MATA KULIAH : Pendidikan IPS KODE MATA KULIAH : PIS 207 : Dasar-dasar Ilmu Ekonomi JUMLAH SKS : 2 Teori : 2 Praktik : - SEMESTER : 4

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu bidang pengajaran pendidikan kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN

PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Nurudin Santoso,ST.,MT. Oleh Indah Maswari Agustin NIM 1302100029

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab. 37 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab. Grobogan SURAT IJIN PENELITIAN Nomor:.. Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan peran orang tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah di RA Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu bagian terpenting dari hidup setiap manusia. Kebanyakan orang baru mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan disaat mereka sudah mulai

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI Mimatun Nasihah* dan Siti Rodliyatun** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan sangat digemari anak-anak saat jajan disekolah keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh yang dapat mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yakni kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan dapat tercapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI Gambaran Perilaku Menyikat Gigi dengan Kejadian Gigi Berlubang pada Anak Usia Sekolah Jurnal di SD STIKES YBPK Vol. 10, No.1, Juli 2017 GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit karena bakteri pada gigi. Gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling lazim. Gigi berlubang lebih banyak terjadi

Lebih terperinci