BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Agency theory memamparkan adanya pemisahan antara. disebut agency problem atau agency cost. Agency problem disebabkan adanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Agency theory memamparkan adanya pemisahan antara. disebut agency problem atau agency cost. Agency problem disebabkan adanya"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Pengertian Teori Keagenan Teori keagenan adalah potensi konflik kepentingan yang tercipta ketika para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan untuk membuat keputusan dimana para manajer mungkin memiliki tujuan pribadi (Brigham and Houston, 2006:26). Agency theory memamparkan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan konflik yang disebut agency problem atau agency cost. Agency problem disebabkan adanya konflik antar pihak-pihak dalam perusahaan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan. Telah lama disadari bahwa pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan modern mengakibatkan potensi konflik antara pemilik dan manajer. Secara khusus tujuan dari pihak manajemen dapat berbeda dari tujuan para pemegang saham perusahaan. Para pemegang saham berharap agar manajer mengutamakan kesejahteraan prinsipal yaitu untuk dapat memperoleh tingkat pengembalian setinggi-tingginya, Hal ini identik dengan meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat. Akan tetapi dalam mengambil keputusan, para manajer juga harus memperhitungkan kepentingan semua stakeholders yang masing-masing memiliki kepentingan sendiri. 13

2 Umumnya manajer akan cenderung mengutamakan kepentingan mereka yang seringkali bertentangan dengan tujuan para pemegang saham. Di dalam perusahaan besar saham dapat dimiliki oleh begitu banyak pemegang saham sehingga mereka bahkan tidak dapat mengungkapkan tujuan mereka dan karenanya mereka hanya memiliki sedikit kendali atau pengaruh atas pihak manajemen. Jadi pemisahan kepemilikan dari pihak manajemen ini akan menciptakan situasi yang memungkinkan manajemen bertindak untuk kepentingannnya sendiri daripada untuk kepentingan para pemegang sahamnya Penyebab Masalah Agensi Syahyunan (2013:5) mengatakan masalah agensi muncul sebagai akibat dari dipisahkannya kepemilikan dan pengelola perusahaan. Sjahrial (2012:5) mengatakan masalah agensi merupakan konflik antarkelompok pemilik (pemegang saham), manajer (profesional) perusahaan, dan karyawan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan. Dalam mencapai tujuannya, perusahaan memiliki kelemahan yang intinya adalah pertentangan kepentingan. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan akan memunculkan perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Perbedaan sangat mungkin terjadi karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung resiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik. Karena tidak menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para pemegang 14

3 saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang mementingkan tujuan individu yang kemudian menimbulkan masalah agensi Cara Meminimumkan Masalah Agensi Dalam usaha meminimumkan masalah agensi menurut Sjahrial (2012:5) diperlukan biaya yang disebut Agency Costs yang tercermin dalam empat alternatif yaitu: 1. Pengeluaran untuk monitoring. Pengeluaran ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengawasi aktivitas yang dilakukan manajemen perusahaan. Dengan adanya monitoring ini, diharapkan manajemen dapat mengambil keputusan yang sejalan dengan tujuan perusahaan. 2. Pengeluaran insentif sebagai bentuk kompensasi untuk manajemen atas prestasi yang konsisten dalam memaksimumkan nilai perusahaan, bisa berbentuk stock option, performance shares dan cash bonus. Bentuk insentif ini dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Dengan adanya rasa memiliki diharapkan produktivitas karyawan akan meningkat yang kemudian dapan meningkatkan kinerja perusahaan. Melalui program insentif ini setiap keputusan yang dilakukan oleh karyawan kini tidak hanya menyangkut keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan saja, akan tetapi pembagian keuntungan yang dapat mereka peroleh jika jika nilai perusahaan meningkat. 3. Fidelity Bond, yaitu kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga dimana pihak ketiga (bonding company) setuju untuk membayar 15

4 perusahaan jika manajer berbuat tidak jujur, cara bekerjanya mirip asuransi kerugian. Melalui Fidelity Bond, perusahaan berusaha untuk mengurangi kekhawatiran dari pihak ketiga atas risiko kerugian yang mungkin terjadi dikarenakan manajer tidak mengambil keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan bertentangan dengan tujuan perusahaan. 4. Golden Parachute, yaitu kontrak antara manajemen dan pemegang saham yang menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain (investor lain) atau terjadi perubahan pengendalian perusahaan. Sehingga manajemen tidak lagi merasa menjadi karyawan biasa yang hanya bekerja bagi perusahaan semata, dengan kontrak ini mereka akan merasa diperhitungkan sebagai bagian dari perusahaan. 2.2 Employee Stock Ownership Program (ESOP) Pengertian Employee Stock Ownership Program Menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (2004) ESOP/MSOP adalah program kepemilikan saham oleh karyawan, direksi dan komisaris yang dilakukan melalui penawaran saham atau penawaran opsi saham dalam rangka kompensasi kepada karyawan, direksi dan komisaris. Griffin (2007:115) mengatakan rencana kepemilikan saham karyawan (ESOP) merupakan suatu pengaturan di mana perusahaan memegang sahamnya sendiri dalam bentuk dana perwakilan (trust) untuk karyawan-karyawannya, yang perlahan-lahan menerima kepemilikan saham dan mendapatkan kontrol atas hak suaranya. Employee Stock Ownership program merupakan program kepemilikan karyawan atas saham 16

5 perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan (Herdinata, 2012). Dengan demikian hubungan hukum antara karyawan dengan perusahaan tidak terbatas pada hubungan perburuhan, melainkan karyawan juga sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Pengadopsian dilakukan untuk menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Ketika karyawan telah memiliki sense of belonging terhadap perusahaan dan merasa telah menjadi bagian dari perusahaan maka secara alami mereka akan melakukan pekerjaan mereka dengan sebaikbaiknya karena mereka akan turut merasakan dampak dari kondisi perusahaan yang meningkat atau menurun. Dengan adanya kepemilikan karyawan pada perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja, diharapkan motivasi dan komitmen para karyawan akan meningkat sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Pada awalnya, ESOP diformulasikan oleh Luis Kelso seorang investment banker yang mempunyai gagasan bahwa sistem kapitalis akan semakin kuat apabila karyawan diikutsertakan dalam kepemilikan saham perusahaan. Program Kepemilikan Saham Karyawan dilakukan pertama kali pada tahun 1950 di Amerika Serikat, dan saat ini telah menjadi praktek yang umum dilakukan dalam dunia usaha baik di negara maju maupun di negera berkembang. Di Indonesia sendiri, program ESOP mulai diterapkan oleh beberapa emiten pada tahun

6 2.2.2 Tujuan Employee Stock Ownership Program Menurut Bapepam (2002) ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut : 1. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan. 2. Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan. 3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. 4. Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders value. 5. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders value. 18

7 2.2.3 Bentuk Pelaksanaan Employee Stock Ownership Program Pemberian saham dari principal kepada agent dapat dilakukan dengan beberapa bentuk yaitu: 1. Pemberian saham secara langsung (Stock Grants) Stock grants merupakan pendekatan paling sederhana dalam menerapkan ESOP. Stock grant artinya menghibahkan saham perusahaan kepada karyawankaryawan yang terplilih sebagai suatu bentuk kompensasi bonus dan penghargaan kepada karyawan atas kinerja yang tinggi, untuk mengenalkan pentingnya seorang karyawan kunci, atau sistem penggajian baru di suatu organsasi. Stock grants dapat berupa tanpa batasan (non restricted) atau dengan pembatasan (restricted). Pemberian saham tanpa pembatasan (non restricted) adalah suatu pemberian penghargaan berupa saham yang biasanya diberikan kepada karyawan kunci untuk mencapai tujuan keuangan atau tujuan strategis. Penghargaan ini mirip dengan suatu bonus kas tradisional tetapi penghargaannya dalam bentuk saham. Sementara Pemberian saham dengan pembatasan (restricted) adalah suatu penghargaan yang terikat dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi karyawan. Pembatasan ini dapat berupa suatu jadwal tunggu berdasarkan waktu yang mengharuskan karyawan untuk tetap di perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu sebelum seluruh kepemilikan atas seluruh sahamnya ditransfer. Pengunduran diri atau pemutusan hubungan kerja karyawan sebelum memenuhi ketentuan tersebut akan berakibat pada hilangnya hak atas pemberian saham yang belum terlewati masa tunggunya dan akan dikembalikan ke perusahaan. 19

8 Kelebihan program pemberian saham dengan Stock Grants adalah: a. Dapat menjadi suatu alat retensi karyawan yang efektif karena karyawan akan cenderung bertahan dalam perusahaan agar dapat memperoleh hak atas saham yang dimilikinya. b. Stock grants merupakan program yang mudah dipahami oleh karyawan. c. Memberikan suatu cara bagi perusahaan untuk membayar insentif yang terkait dengan kinerja tanpa menggunakan sumber daya kas. Kekurangan program pemberian saham dengan Stock Grants adalah: a. Memberikan hak suara kepada karyawan. b. Karyawan yang mungkin tidak merasakan nilai kepemilikan yang sebenarnya sebelum mereka menginvestasikan dana pribadi c. Dapat menyebabkan masalah arus kas bagi karyawan sebagai akibat dari konsekuensi pajak dari penerimaan stock grant d. Mengakibatkan pengakuan beban kompensasi bagi perusahaan. 2. Penawaran untuk membeli saham (Direct Employee Stock Purchase Plans) Direct Employee Stock Purchase Plans memungkinkan karyawan membeli saham perusahaan dengan persyaratan yang menguntungkan. Keputusan karyawan untuk membeli saham yang tersedia untuknya adalah sukarela, sehingga karyawan berhak untuk menolak apabila program ini dirasa kurang menguntungkan. Dengan program ini karyawan dapat membayar sahamnya melalui pemotongan gaji. Sebenarnya program ini mirip dengan proses pembelian saham pada umumnya karena karyawan menggunakan uang mereka sendiri untuk 20

9 memperoleh saham perusahaan, perbedaannya adalah bahwa dalam program ini terdapat keuntungan tertentu, seperti karyawan dapat membeli saham pada harga yang lebih murah dari harga pasar saham. Dalam Direct Employee Stock Purchase Plans karyawan diharuskan membayar dimuka atas saham yang mereka beli, suatu program pembelian saham oleh karyawan secara umum tidak menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi juga tidak akan merubah ekuitas perusahaan dalam jumlah besar kepada tenaga kerjanya bila dibandingkan dengan program kepemilikan saham lain. Kelebihan Direct Employee Stock Purchase Plans adalah: a. Dapat meningkatkan modal perusahaan. b. Relatif sederhana untuk diimplementasikan dan mudah dipahami karyawan. c. Dapat mengembangkan jiwa investasi para karyawan. Sementara itu kelemahannya adalah: a. Biaya investasi yang berasal dari dana pribadi dapat menghambat karyawan untuk berpartisipasi. b. Program ini mengharuskan dibentuknya struktur administrasi untuk mengumpulkan dana, membeli saham dan monitoring ketaatan dengan peraturan yang sesuai. 3. Program Opsi Saham (Stock Option Plans) Menurut Robbins (2010:137) opsi saham adalah instrumen keuangan yang memberikan karyawan hak untuk membeli saham pada harga yang telah ditetapkan. Dalam program opsi saham, suatu perusahaan memberikan kepada 21

10 karyawan secara perorangan hak kontraktual atau opsi untuk membeli suatu jumlah tertentu atas saham perusahaan sepanjang periode waktu tertentu, membayar dengan harga yang ditetapkan pada saat tanggal pemberian. Periode waktu tertentu tersebut biasanya antara 5 sampai 10 tahun dimulai pada tanggal pemberian dan harganya biasanya sama dengan harga pasar wajar saham pada saat pemberian. Dalam Stock Option Plans jika harga saham perusahaan meningkat dalam tahun-tahun sesudah waktu pemberian (grant date), karyawan mendapatkan keuntungan dengan membeli saham pada harga lebih rendah yaitu harga yang berlaku pada waktu pemberian dan kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sesudah harga meningkat. Keuntungan yang diperoleh karyawan berasal dari selisih harga jual dan harga pemberian (grant date). Nilai suatu opsi bagi karyawan sifatnya terkait pada kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dapat mengaitkan pemberian opsi kepada kinerja kelompok atau individual dalam berbagai cara, sebagaimana dengan bonus kas, perusahaan bebas untuk memutuskan kepada siapa mereka akan memberikan opsi dan berapa banyaknya opsi yang akan mereka berikan kepada masing-masing individu. Pada masa lalu perusahaan biasanya membatasi pemberian opsi saham hanya kepada manajemen, dan pada beberapa perusahaan, program opsi saham masih menggunakan cara tersebut. Namun demikian, kini terdapat kecenderungan (peningkatan) bahwa perusahaan-perusahaan memberikan opsi saham lebih jauh ke dalam organisasinya, seringkali melibatkan seluruh karyawan. 22

11 Dibandingkan pemberian kas bonus, opsi lebih efektif dalam memotivasi karyawan dalam meningkatkan kinerja, karena opsi terus menerus berlaku sebagai suatu insentif yang baik bagi karyawan sesudah mereka diberikan opsi, sebab nilai sebenarnya akan ditentukan dengan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Pelaporan atas opsi saham dalam laporan keuangan satu dari pertimbangan utama pemberian opsi saham kepada karyawan adalah dalam banyak kasus perusahaan bebas dari segi pelaporan keuangan. Berdasarkan Bapepam (2002), program ESOP oleh emiten atau perusahaan publik di Indonesia dilakukan dalam bentuk stock option plan yang sebagian besar sumber sahamnya berasal dari portepel, bukan dari saham pendiri atau saham treasury atau saham yang ada di pasar. Hal ini dapat dikarenakan karena di Indonesia belum ada ketentuan yang secara khusus mengatur tentang kepemilikan saham oleh karyawan selain bentuk penjatahan pasti saat penawaran umum perdana. Karena sifatnya yang mengikuti penawaran umum perdana, maka pelaksanaannya mengikuti ketentuan penawaran saham perdana. Indonesia juga tidak mengenal institusi trust yang merupakan bagian dari Employee Stock Ownership Plans (ESOPs). Dari beberapa bentuk pelaksanaan ESOP, hanya bentuk Employee Stock Option Plan yang telah memiliki aturan pelaksanaannya. Meskipun bentuk kepemilikan saham karyawan yang diterapkan oleh emiten Indonesia adalah Employee Stock Option Plan, akan tetapi terdapat penamaan yang berbeda yang digunakan oleh perusahaan dalam menamai program ini. Beberapa perusahaan bahkan menamai program ESOP mereka 23

12 dengan Employee Stock Ownership Plans (ESOPs) akan tetapi cara kerja dari program tersebut adalah sama dengan Employee Stock Option Plan. Kelebihan opsi saham adalah: a. Dapat mengaitkan imbalan kepada karyawan dengan keberhasilan yang akan datang karena opsi tersebut hanya menjadi bernilai jika harga saham perusahaan meningkat. b. Opsi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempertahankan karyawan jika dikaitkan dengan jadwal waktu tunggu. c. Dari sudut pandang akuntansi opsi secara umum tidak dipertimbangkan sebagai beban pada buku perusahaan. Sementara itu kelemahan Employee Stock Option Plan adalah: a. Sangat kompleks sehingga sulit dimengerti oleh karyawan. b. Kas keluar yang diperlukan pada saat pelaksanaan, dapat dipandang sebagai suatu hal yang negatif oleh karyawan. c. Jika harga saham turun secara substansial di bawah harga pelaksanaan, opsi tersebut tidak memberikan insentif keuangan bagi karyawan. 4. Employee Stock Ownership Plans (ESOPs) ESOPs merupakan suatu jenis program pensiun yang dirancang untuk kepentingan karyawan yang dilakukan dengan meminta pengelola dana (fund) untuk melakukan investasi pada saham perusahaan, dimana keuntunganna akan diberikan kepada karyawan. Bentuk kepemilikan saham ini diformulasikan oleh Louis O. Kelso pada tahun

13 ESOPs non leveraged dirancang untuk investasi terutama dalam saham perusahaan yang mendukungnya. Dengan suatu ESOPs non leveraged, perusahaan membuat suatu kontribusi kepada suatu akun Trust setiap tahun atas nama masing-masing karyawan, kebanyakan perusahaan akan mengkontribusi ke suatu program pensiun. Kontribusi tersebut dapat dibuat dalam bentuk saham ataupun kas. Saham yang diperoleh dengan program ini dialokasikan kepada akun-akun perorangan yang dikelola untuk masing-masing karyawan yang berpartisipasi. Para karyawan menerima saldo akun mereka sesudah pensiun atau pemberhentian oleh perusahaan. ESOPs dapat mendanai pembelian dengan melalui suatu pinjaman, yang dijamin oleh perusahaan. Indonesia tidak mengenal adanya institusi trust, sehingga bentuk kepemilikan saham ini tidak dapat dilakukan. 5. Phantom Stock & Stock Appreciation Rights (SARs) Bentuk lain dalam pemberian saham kepada karyawan adalah dengan Phantom Stock & Stock Appreciation Rights (SARs). Secara teknis, bentuk ini tidak mengakibatkan transfer kepemilikan saham kepada para karyawan. SARs Sering kali disebut sebagai synthetic equity programs atau program ekuitas sintetis). Program jenis ini dapat dipakai apabila transfer aktual atas kepemilikan ekuitas kepada karyawan adalah tidak memungkinkan atau tidak diinginkan. Stock Appreciation Rights (SARs) dan Phantom Stock adalah penangguhan kompensasi yang khusus dan alat kompensasi insentif yang dirancang untuk memberikan karyawan keuntungan ekonomis atas kepemilikan saham tanpa disertai terjadinya transfer saham sesungguhnya. Dalam bentuk ini, 25

14 karyawan tidak dapat disebut sebagai pemilik perusahaan karena tidak adanya transfer kepemilikan. Program SARs merupakan sebuah hibah kepada seorang karyawan yang memberikannya hak pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang untuk menerima penghargaan berupa kas sebesar kenaikan dalam nilai dari sejumlah bagian saham tertentu sebuah perusahaan. SARs dan phantom stock biasanya digunakan pada perusahaan milik keluarga yaitu keluarga yang tidak menginginkan untuk melepaskan kepemilikan sahamnya. Program-program ini juga dapat digunakan untuk memberikan ekuitas seperti insentif yang dikaitkan dengan kinerja dari suatu divisi perusahaan atau anak perusahaan. Juga dapat digunakan untuk memberikan penghargaan kepada karyawan asing yang dikarenakan kompleksitas hukum dan administrasi dari hukum negara asalnya membuatnya sulit untuk diberikan penghargaan berupa surat berharga. Pemberian saham kepada karyawan dalam bentuk Phantom Stock & Stock Appreciation Rights (SARs) memiliki kelebihan yaitu: a. Dengan ketentuan jadwal waktu tunggu, SARs dan phantom stock dapat memberikan metode yang efektif untuk mempertahankan karyawan. b. SARs dan phantom stock tidak mendilusi kendali suara dan hak-hak kepemilikan lainnya dari pemilik yang ada. c. Pernyataan pendaftaran tidak berlaku untuk jenis program ini jika pembayarannya dibuat hanya dengan kas. 26

15 Sementara itu kelemahan bentuk pemberian saham ini adalah: a. Dapat menyebabkan suatu potensi penurunan kas yang signifikan bagi perusahaan ketika nilai dari penghargaan dibayarkan. b. Lebih sulit untuk mencapai tingkat motivasi yang tinggi karyawan pada perusahaan pada saat pemberian c. Karyawan dikenakan pajak pada tarif penghasilan biasa atas total nilai penghargaan. 2.3 Kinerja Perusahaan Pengertian Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan pencapaian perusahaan dalam suatu periode. Kinerja perusahaan dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Kinerja perusahaan yang baik adalah perusahaan yang hasil kerjanya di atas perusahaan pesaingnya atau di atas rata-rata perusahaan sejenis (Lubis dan Syahputra, 2012:94). Kinerja perusahaan dapat dikatakan baik apabila memiliki kinerja keuangan yang baik. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode ternetu Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan perlu melakukan analisis terhadap kinerja keuangannya secara berkala pada periode tertentu untuk menilai apakah aktivitas operasional yang dilakukan oleh perusahaan telah dilakukan secara efisien dan efektif dalam 27

16 menningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Syahyunan (2013:91) mengatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling popular untuk mengidenifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Analisis keuangan terutama analisis rasio keuangan adalah alat yang paling bermanfaat untuk menentukan bagaimana aktivitas usaha dijalankan (Lukviarman, 2006:20). Analisis rasio keuangan dapat dibedakan berdasarkan laporan keuangan yang dianalisis, yaitu analisis secara individual dan analisis silang. Analisis individual dimaksudkan sebagai analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu laporan keuangan, misalnya analisis rasio bagi unsur-unsur yang ada pada neraca saja atau laba rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis rasio yang melibatkan unsur-unsur yang ada pada laporan neraca dan sekaligus yang ada pada laporan laba-rugi. 2.4 Analisis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2014:104) rasio keuangan merupakan kegiatan membandinkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Sementara menurut Harahap (2008:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Disebut dengan rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya, dimana cara ini lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang terdapat pada laporan keuangan. 28

17 Rasio keuangan membantu kita mengevaluasi laporan keuangan. Analisis rasio keuangan memberikan gambaran bagaimana tingkat efektivitas operasional yang dilakukan perusahaan selama satu periode. Hasil dari rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai apakah perusahaan sudah memiliki kinerja yang baik atau belum. Untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan membandingkan hasil analisis rasio pada periode ini dengan periode sebelumnya atau dengan perusahaan lain yang sejenis. Interpretasi dari analisis rasio keuangan akan membantu manajer dalam mengetahui kelemahan perusahaan, sehingga dapat mengambil keputusan yang akan diterapkan pada periode yang akan datang Keunggulan Analisis Rasio Harahap (2008:298) mengatakan analisis rasio memiliki keunggulan dibanding analisis lainnya, yaitu: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. Melalui rasio keuangan kita dapat dengan mudah mengetahui hubungan antara angka pada pos yang satu terhadap pos lainnya, kita dapat mengetahui apakah apakah angka pada laba perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil melalui rasio keuangan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. Dalam laporan keuangan angka yang disajikan begitu banyak. Sehingga setiap angka pada laporan keuangan menjadi sulit diinterpretasikan. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah kinerja suatu industri lebih baik 29

18 dari industri lain. Sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas perusahaan yang satu disbanding perusahaan lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandarisir ukuran perusahaan. Dengan rasio keuangan kita dapat lebih mudah mengelompokka perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan. Misalnya pengelompokan dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan menghasilkan laba yang hamper sama. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahan secara periodic atau time series. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dapat diketahui apakah kinerja perusahaan yang satu lebih baik dari yang lainnya atau tidak. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Rasio keuangan yang disusun secara konsolidasi akan dapat menggambarkan kondisi perusahaan pada periode yang akan datang. Apabila rasio keuangan menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun selama beberapa periode maka dapat diprediksi bahwa periode berikutnya masih akan positif Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan. Rasio profitabilitas menunjukkan 30

19 kemampuan perusahaan di dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan dan profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi. Rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan bermanfaat untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan di dalam mengendalikan berbagai beban yang berhubungan dengan penjualan. Rasio laba (profit ratio) yang digunakan dalam analisis ini umumnya adalah margin keuntungan (profit margin), termasuk Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, dan Net Profit Margin. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi digunakan untuk menilai atau mengukur tingkat keuntungan perusahaan dalam hubungannya dengan dana yang diinvestasikan di dalam rangka menghasilkan keuntungan tersebut. Dengan demikian rasio ini sangat bermanfaat di dalam menilai efektifitas manajemen perusahaan secara keseluruhan (Lukviarman, 2006:33) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) menurut Syamsuddin (2007:64) merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi Net Profit Margin yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan bahwa aktivitas operasi perusahaan tersebut semakin baik. Untuk meningkatkan margin keuntungan bersih, perusahaan dapat melakukan peningkatan harga jual barang dan jasa yang mereka tawarkan, sehingga meningkatkan total penjualan, akan tetapi perlu diingat bahwa apabila 31

20 produk yang dijual memiliki elastisitas yang tinggi, maka peningkatan harga akan mempengaruhi volume penjualan yang kemudian berdampak pada keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Selain meningkatkan harga langkah yang paling baik yang dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan margin laba bersihnya adalah dengan melakukan efisiensi pada aktivitas produksi barang dan jasa, sehingga besarnya expenses yang harus dikeluarkan perusahaan berkurang. Rasio ini mengukur hasil akhir dari seluruh kegiatan perusahaan (Prihadi, 2010:166). Rasio Net Profit Margin (NPM) sangat penting bagi para pemilik perusahaan karena melalui rasio ini mereka dapat mengetahui seberapa besar laba perusahaan yang menjadi hak mereka. Apabila margin laba bersih perusahaan berada di atas median margin laba bersih industrinya maka dapat dikatakan bahwa perusahaaan tersebut memiliki tingkat relatif profitabailitas penjualan yang lebih tinggi daripada kebanyakan perusahaan lainnya dalam industry yang sama Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) adalah rasio yang mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva perusahaan. ROA menunjukkan gabungan dari dua kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu kemampuan menghasilkan laba dan kemampuan dalam memutar aset. Fahmi (2014:82) mengatakan rasio ini digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Return on Assets adalah rasio yang sering digunakan oleh para manajer dalam mengukur kinerja perusahaan. Rasio ini sering digunakan untuk mengukur 32

21 kinerja perusahaan karena rasio ini mampu menunjukkan tingkat keberhasilan manajemen dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini juga dapat digunakan untuk memproyeksikan keuntungan perusahaan pada tahun yang akan datang melalui keuntungan perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) menurut Fahmi (2014:82) adalah rasio yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. ROE menurut Syamsuddin (2007:64) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Bagi pemilik modal, rasio ini sangatlah penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui hasil yang dapat mereka peroleh dari penanaman modalnya. Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang paling penting (Brigham and Houston, 2006:109). Dengan melihat rasio ini pemilik dapat membandingkan hasil di perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Dalam menghitung ROE pos yang dibandingkan dalam laporan keuangan adalah laba setelah pajak dengan modal pemilik. 2.5 Agency Cost Agency Cost merupakan biaya yang terjadi oleh pemegang saham yang mempercayakan perusahaan kepada manajer perusahaan untuk mengelola perusahaan supaya dapat memaksimumkan pengembalian. Agency cost juga 33

22 berarti penggunaan aliran kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu yang dilakukan manajer atas free cash flow (Fachruddin, 2011). Agency Cost dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan proksi yaitu Selling and General Administrative. Selling and General Administrative (SGA) adalah rasio yang mengukur biaya keagenan berdasarkan rasio beban operasi terhadap penjualan. Dimana rasio ini merefleksikan diskresi manajerial dalam membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi beban diskresi maka semakin tinggi biaya keagenan yang terjadi (Putra dan Ratnadi, 2007). SGA merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan melakukan control terhadap biaya operasional, termasuk konsumsi yang berlebihan dan biaya kegenan langsung lainnya (Ang et al., 2000). 2.6 Hubungan ESOP dengan Kinerja Perusahaan dan Agency Cost Program ESOP merupakan suatu program kepemilikan perusahaan oleh karyawan yang secara tidak langsung dapat menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan. Rasa memiliki tersebut kemudian menjadi motivasi karyawan untuk melakukan sesuatu yang lebih bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang dapat terlihat dari analisis rasio-rasio keuangan perusahaan itu sendiri. ESOP juga merupakan suatu program yang dapat digunakan mengurangi agency cost (Sjahrial 2012:5). Dengan adanya ESOP, makan principal dan agent 34

23 dapat memiliki satu tujuan yang sama, sehingga biaya-biaya tidak perlu yang mungkin terjadi dalam aktivitas perusahaan dapat berkurang. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kinerja perusahaan dalam rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas sangat penting dalam mengukur kinerja perusahaan. Rasio profitabilitas menurut Fahmi (2014:80) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Pendapat tersebut didukung oleh Prihadi (2012:164) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas mendapat tempat tersendiri dalam penilaian perusahaan, hal ini mudah dipahami karena secara sadar perusahaan didirikan memang untuk memperoleh laba. Adapun rasio profitabilitas yang digunakan untuk memproksikan kinerja perusahaan adalah yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Kamaludin dan Indriani (2012:45) mengatakan ukuran yang biasa digunakan dalam mengukur rasio profitabilitas adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) serta Return on Equity (ROE). 2.7 Penelitian Terdahulu 1. Dr. S. Poornima et al. (2015) Poornima et al. (2015) melakukan penelitian berjudul Impact of Employee Stock Options on Corporate Performance with Special reference to selected services companies in India. Penelitian yang dilakukan pada 20 perusahaan jasa keuangan yang mengadopsi ESOP di India ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan yang dilakukan Chen and Hsu (2008). Dimana 35

24 pengadopsian ESOP tidak membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan terhadap profitabilitas dan kinerja secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa persentase saham yang diberikan kepada karyawan tidak mampu merubah sikap dan produktivitas karyawan. 2. Rayhita Santhi dan Putra Astika (2015) Santhi dan Astika (2015) melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Hibah Employee Stock Option Plan penelitian ini menggunakan data 34 perusahaan yang mengadopsi Employee Stock Option Plan selama periode tahun 1999 sampai Jendela pengamatan dari penelitian ini adalah 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah hibah Employee Stock Option Plan. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Hasil penelitian yang menggunakan Paired Sample t-test ini menghasilkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah hibah Employee Stock Option Plan. 3. Marcel T. Ngambi and Frederic Oloume (2013) Ngambi and Oloume (2013) melakukan penelitian yang berjudul Employee Share Ownership and Firm Performance: Evidence From A Sample of Cameroonian Firms. Ngambi and Oloume (2013) mencoba mencari pengaruh pengadopsian ESOP terhadap peningkatan Kinerja Keuangan dan kinerja ekonomi perusahaan. Rasio yang digunakan adalah ROA dan ROE. Penelitian yang menggunakan 24 sampel ini menunjukkan bahwa ESOP memiliki pengaruh positif tehadap Return on Assets (ROA) akan tetapi pada Return on Equity (ROE) 36

25 tidak ditemukan adanya perbedaan, baik antara perusahaan yang mengadopsi ESOP maupun yang tidak mengadopsi ESOP. 4. Dwi Septarina (2013) Septarina (2013) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Employee Stock Option Program. Pada penelitiannya, Septrinsa memproksikan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity dan Total Assets Turnover. Penelitian yang menggunakan data 10 sampel perusahaan ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Dari hasil perbandingan kinerja keuangan perusahaan periode satu tahun sebelum ESOP dengan periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP, kinerja keuangan perusahaan periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP pada rasio keuangan NPM, ROA, ROE mengalami penurunan dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP. Sementara pada rasio TATO mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP. b. Dari hasil perbandingan kinerja keuangan perusahaan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP dengan periode dua tahun sesudah ESOP, kinerja keuangan perusahaan periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP pada rasio keuangan NPM, ROA, ROE mengalami penurunan dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP, dan pada periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP rasio keuangan 37

26 TATO mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode satu tahun sebelum pengadopsian ESOP. c. Dari hasil perbandingan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP dengan periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP, Kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP secara keseluruhan mengalami penurunan kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan pada periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP. 5. Rujing Meng, Xiangdong Ning, Xianming Zhou, and Hongquan Zhu (2011). Meng (2011) melakukan penelitian yang berjudul Do ESOPs enhance firm performance? Evidence from China s reform experiment. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di dua erusahaan bursa efek China dari tahun 1996 sampai tahun Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kinerja perusahaan yang mengadopsi ESOP dan perusahaan yang tidak mengadopsi ESOP. Hasil penelitian ini adalah terdapat sedikit perbedaan pada kinerja perusahaan perusahaan ESOP dan perusahaan tanpa program ESOP. 6. Arman Saputra Sinaga (2009) Sinaga (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa 38

27 Efek Indonesia. Pada penelitiannya, Sinaga (2009) mengukur agency cost dengan proksi SGA (selling and general administrative) dan FCF (free cash flow). Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial secara keseluruhan pada sektor manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun b. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun c. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Wei-Ning Chen and Chen Yi Hsu (2008) Chen and Hsu (2008), peneliti asal Taiwan melakukan penelitian berjudul Corporation Financial Performance and Market Reaction to ESOP: Evidence From Taiwan. Pada penelitiannya, Chen and Hsu (2008) menggunakan analisis Du Pont untuk mengetahui pengaruh pengadosian ESOP terhadap kinerja 39

28 peusahaan. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa ESOP berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, perubahan yang paling signifikan terdapat pada rasio Return on Equity, selain itu pengadopsian ESOP juga berpengaruh terhadap perbaikan kapabilitas dan mengurangi risiko keuangan. No. Nama Peneliti 1. Dr. S. Poornima et al. (2015) 2 Rayhita Santhi dan Putra Astika (2015) 3. Marcel T. Ngambi and Frederic Oloume (2013) Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Teknik Judul Penelitian Variabel Analisis Data Impact of ATO, Whitney U- Employee Stock NPM, Test Options on EPS. Corporate Performance with Special reference to selected services companies in India. Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Hibah Employee Stock Option Plan Employee Share Ownership and Firm Performance: Evidence From A Sample of Cameroonian Firms. ROA. ROA, ROE. Paired Sample t- test Wilcoxon Signed-Rank test Hasil Penelitian Pengadopsian ESOP tidak membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan terhadap profitabilitas dan kinerja secara keseluruhan. Terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang diukur menggunakan Return on Asset sebelum dan sesudah hibah Employee Stock Option Plan. ESOP berpengaruh positif tehadap Return on Assets (ROA) akan tetapi pada Return on Equity (ROE) tidak ditemukan adanya perbedaan. 40

29 No. Nama Peneliti 4. Dwi Septarina (2013) 5. Rujing Meng, Xiangdong Ning, Xianming Zhou, and Hongquan Zhu (2011) 6. Arman Saputra Sinaga (2009) Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Teknik Judul Penelitian Variabel Analisis Data Analisis NPM, Teknik Perbandingan ROA, Analisis Kinerja ROE, Matematik. Keuangan TATO. Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Employee Stock Option Program. Do ESOPs enhance firm performanc? Evidence from China s reform experiment Sumber : Penelitian Terdahulu Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia ROA, ROE, Tobin s Q dan Produktivi tas SGA (selling and general administra tive). FCF (free cash flow) Independent sample t-test Independent sample t Test Hasil Penelitian Kinerja keuangan perusahaan pada periode satu tahun sesudah pengadopsian ESOP secara keseluruhan mengalami penurunan kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan pada periode dua tahun sesudah pengadopsian ESOP. Terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan antara perusahan ESOP dan non ESOP Tidak terdapat perbedaan agency cost baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan 41

30 No. Nama Peneliti 7. Wei-Ning Chen and Chen Yi Hsu (2008) Sumber : Penelitian Terdahulu Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Teknik Judul Penelitian Variabel Analisis Data Corporation ROE, Mann- Financial Profit Whitney- Performance and Margin, Wilcoxon Market Reaction Equity method to Multiplier. ESOP:Evidence From Taiwan Hasil Penelitian ESOP berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, perubahan yang paling signifikan terdapat pada rasio Return on Equity, selain itu pengadopsian ESOP juga berpengaruh terhadap perbaikan kapabilitas dan mengurangi risiko keuangan. 2.8 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, dapat diketahui bahwa ESOP merupakan suatu program yang dapat mengurangi agency cost dan mendorong setiap karyawan untuk dapat bekerja dengan lebih baik dan termotivasi, sehingga produktivitas akan meningkat yang kemudian mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Salah satu tujuan dilakukannya ESOP menurut Bapepam (2002) adalah untuk meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. 42

31 Penelitian ini mencoba mendapatkan bukti empiris berdasarkan teori yang ada yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan dan agency cost sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program (ESOP) dimana kinerja perusahaan akan semakin baik dan agency cost akan berkurang sesudah pengadopsian ESOP. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah ESOP. Kinerja perusahaan diproksikan dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Return on Equity (ROE). Net Profit Margin menunjukkan hasil akhir dari aktivitas operasi yang dilakukan oleh perusahaan, rasio ini merupakan perbandingan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. NPM yang semakin tinggi menunjukkan bahwa efisiensi operasi dan status persaingan perusahaan tersebut baik. ROA adalah rasio yang mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. ROE merupakan penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Sementara agency cost diproksikan dengan Selling and General Administrative (SGA). Semakin tinggi angka pada rasio SGA menunjukkan bahwa semakin besar biaya keagenan yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan. 43

32 Net Profit Margin sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Return on Assets sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Return on Equity sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Selling and General Administrative sebelum pengadopsian Employee Stock Ownership Program Net Profit Margin sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program Return on Assets sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program Return on Equity sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program Selling and General Administrative sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.9 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity dan Selling and General Administrative sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program. 44

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mencerminkan prestasi manajemen. diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mencerminkan prestasi manajemen. diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka nilai perusahaan tersebut akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program kepemilikan saham oleh karyawan atas saham perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan, dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan ekonomi begitu pesat serta perkembangan dunia yang mengarah kepada globalisasi, akan mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini

BAB II LANDASAN TEORI. antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Employee Stock Ownership Programe (ESOP) adalah program kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Employee Stock Ownership Programe (ESOP) adalah program kepemilikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Employee Stock Ownership Programe (ESOP) adalah program kepemilikan karyawan dalam saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,antara lain : 1. Christian Herdinata, 2012. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dividen reinvestment plan), menjual langsung kepada pembeli tunggal, secara

BAB I PENDAHULUAN. (dividen reinvestment plan), menjual langsung kepada pembeli tunggal, secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari komunitas dunia, manajemen usaha perusahaan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran, salah satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran serta dan kerjasama yang terjalin diantara pemilik perusahaan (prinsipal) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan sebaik-baiknya agar nantinya mampu memberikan output yang

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan sebaik-baiknya agar nantinya mampu memberikan output yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam perusahaan haruslah dikelola dengan sebaik-baiknya agar nantinya mampu memberikan output yang optimal bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG MASALAH Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan free agent. Principal adalah pemegang saham dan free agent adalah manajemen yang mengelola

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Pengadopsian ESOP di Indonesia sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1998. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia, sebelum tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari, 2012) dan Asyik (2006) pengertian dari ESOP adalah suatu bentuk kompensasi yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan hubungan manajer dan pemegang saham digambarkan

I. PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan hubungan manajer dan pemegang saham digambarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan hubungan manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Schoereder, 2001 dalam Purwianti, 2009). Dimana manajer

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH KEBIJAKAN EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) PADA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada kesejahteraan karyawan dalam manajemen personalia.karyawan harus

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada kesejahteraan karyawan dalam manajemen personalia.karyawan harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Kebutuhan ini bersifat fisik maupun non fisik yang harusdipenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. imbalan atau kompensasi dari pihak perusahaan yang dapat memuaskan segala

BAB 1 PENDAHULUAN. imbalan atau kompensasi dari pihak perusahaan yang dapat memuaskan segala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang kurang menaruh perhatian terhadap sumber daya manusianya akan dihadapkan pada beberapa permasalahan seperti penurunan prestasi kerja karyawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan go public sering terjadi masalah keagenan yang ditunjukkan dari adanya perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham. Manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur Modal Teori struktur modal berkaitan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, yaitu dengan cara menentukan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

1. Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah. dalam industri. Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri sendiri sulit

1. Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah. dalam industri. Dalam laporan keuangan, angka-angka yang berdiri sendiri sulit 1. Rasio keuangan dapat terlalu tinggi atau terlalu rendah. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009) adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik perusahaan (stakeholder).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi kepada para pemengang saham. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. tinggi kepada para pemengang saham. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pendirian perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM 1 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN EMPLOYEE STOCK OPTION PROGRAM Dwi Septarina dwiseptarina@rocketmail.com Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonbesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan dari sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika Nuringsih (2005) menyatakan manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada untuk senantiasa meningkatkan efisiensinya. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan issue penting terutama di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan issue penting terutama di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan merupakan issue penting terutama di era globalisasi yang informasinya dibutuhkan oleh para stakeholder perusahaan, dan informasi tersebut bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, yakni antara principal (pemilik) dan agent (agen) sebagai pelaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, yakni antara principal (pemilik) dan agent (agen) sebagai pelaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan suatu hubungan yang berdasarkan pada kontrak yang terjadi antar anggota-anggota dalam perusahaan, yakni antara principal

Lebih terperinci

PENGARUH EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA MODUS Vol.26 (1): 85-91, 2014 ISSN 0852-1875 PENGARUH EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PROGRAM TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Agus Hartono Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Metode Du Pont System pada PT Intraco Penta Tbk Medan bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoretis 1. Rasio Profitabilitas Tujuan dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba atau keuntungan. Akan tetapi, ada juga perusahaan yang tujuannya bukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Sebelum melanjutkan bahasan tenatang analisis terhadap rasio keuangan ini sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu mengenai arti dari Return on Assets, Return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kinerja keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta I. Pendahuluan 1. Fungsi Manajemen Keuangan 1.1. Keputusan Alokasi Dana Keputusan alokasi dana meliputi: investasi jangka pendek (kas, piutang, persediaan dan efek atau short term investment) maupun keputusan

Lebih terperinci

Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang melakukan go public. tahun 1985 hingga sejumlah 506 emiten terdaftar di tahun 2014.

Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang melakukan go public. tahun 1985 hingga sejumlah 506 emiten terdaftar di tahun 2014. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang melakukan go public dengan mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal. Saham (stock

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Banyak berbagai penelitian yang diharapkan oleh peneliti tidak lepas dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan menyajikan data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka teori 1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

Perbedaan Keuangan dan Akuntansi

Perbedaan Keuangan dan Akuntansi Rita Indah Mustikowati, SE, MM Perbedaan Keuangan dan Akuntansi a. Akuntansi Penekanannya pada aspek tinjauan (review), pada umumnya memiliki wawasan historis (apa yang telah terjadi) di masa lalu b. Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian dari struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian dari struktur keuangan dimana struktur keuangan mencerminkan kebijakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal dan Leverage Keuangan Struktur modal merupakan komposisi pendanaan permanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stakeholder Theory Stakeholder merupakan sekelompok orang yang secara hukum memiliki kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin kompetitif menuntut setiap perusahaan untuk dapat mengolah dan melaksanakan manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun sebuah perusahaan membutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit, dimana dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun modal sendiri. Dana yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menyatakan bahwa praktek perataan laba dipengaruhi oleh konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Biaya Kualitas Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya kualitas adalah sebagai berikut : Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring banyaknya perusahaan yang telah go public sangat penting bagi mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar kecilnya pergerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, membahas masalah yang sama, namun berbeda. Penelitian yang menjadi acuan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan karyawan agar karyawan dapat terus berkerja.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan karyawan agar karyawan dapat terus berkerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan yang berpengaruh dalam kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuan. Karyawan memberikan tenaga, pikiran, kreativitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan Laporan keuangan sering dinyatakan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas suatu organisasi dalam setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 32 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Dari sudut pandang manajemen keuangan, salah satu tujuan perusahaanadalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Tujuan itu seringkali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori dan Literatur Bab ini akan menguraikan dan membahas kajian pustaka yang relevan terhadap topik penelitian. Kajian pustaka tersebut

Lebih terperinci