BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada kesejahteraan karyawan dalam manajemen personalia.karyawan harus
|
|
- Dewi Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Kebutuhan ini bersifat fisik maupun non fisik yang harusdipenuhi agar dapat hidup secara layak dan manusiawi. Hal ini menyebabkan timbulnya suatupendekatan yang berdasarkan pada kesejahteraan karyawan dalam manajemen personalia.karyawan harus mendapatkan perlakuan sedemikian rupa sehingga kerjasama antara pimpinan dan karyawan sebagai bawahan dapat terjalin dengan baik. Bila hubungan terjalin baik maka mudah untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Untuk menjalin kerjasama yang baik antara pimpinan dan karyawan, antara kedua pihak harus saling mengerti tentang kepentingan masing-masing dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pimpinan dan karyawan mengingat peranan komunikasi sangat besar untuk keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah digariskan.sebagai manusia, karyawan juga mempunyai tujuan sehingga diperlukan suatu integrasi antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan. Untuk mengusahakan integrasi antara tujuan perusahaan dan tujuan karyawan, perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan masing-masing pihak. Kebutuhan karyawan diusahakan dapat terpenuhi melalui pekerjaannya. Apabila seorang karyawan sudah terpenuhi segala kebutuhannya maka dia akan mencapai kepuasan kerja dan memiliki komitmen terhadap perusahaan. Tingginya komitmen karyawan dapat mempengaruhi usaha suatu perusahaan secara positif. Adanya komitmen akan membuat karyawan mendukung semua kegiatan perusahaan
2 secara aktif, ini berarti karyawan akan bekerja lebih produktif. Penelitian menyatakan bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasional cenderung mempengaruhi satu sama lain. Karyawan yang relatif puas dengan pekerjaannya akan lebih berkomitmen pada organisasi dan karyawan yang berkomitmen terhadap organisasi lebih mungkin mendapat kepuasan yang lebih besar. Sebagai bagian dari komunitas dunia, manajemen usaha perusahaan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya negara-negara yang telah maju perkembangan manajemen usahanya. Salah satu praktek tersebut adalah diperkenalkannya suatu program manajemen sumber daya manusia berupa program kepemilikan karyawan dalam saham perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja. Program tersebut dikenal dengan nama Program Kepemilikan Saham oleh Karyawan (Employee Stock Ownership Program, ESOP). ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut 4 : 1. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan; 2. Menciptakan keselarasan kepentingan serta misi dari pegawai dan pejabat eksekutif dengan kepentingan dan misi pemegang saham, sehingga tidak ada benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak-pihak yang menjalankan kegiatan usaha perusahaan; 3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan; 4 Tim Studi Penerapan ESOP Etimen atau Perusahaan Public di Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002) hal.40.
3 4. Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, and motivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan shareholders value. 5. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders value. Memperhatikan tujuan dari penyelenggaraan ESOP di atas, terutama dalam hal perbaikan kualitas manajemen/karyawan dan penyelarasan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham, maka dari pelaksanaan ESOP oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan efektif (Emiten/Perusahaan Publik), diharapkan akan menghasilkan peningkatan kinerja Emiten atau Perusahaan Publik, yang pada akhirnya akan meningkatan kinerja pasar modal Indonesia. 5 Penerapan ESOP di Indonesia belum optimal karena tidak ada perangkat hukum yang mengatur ESOP secara khusus, baik ditinjau dari aspek pasar modal, perpajakan, maupun ketenagakerjaan. Hal ini mengakibatkan penerapan ESOP dibatasi oleh rambu-rambu hukum yang sesungguhnya tidak secara khusus didesain untuk mengatur ESOP. Selain itu, untuk perusahaan tertutup yang belum go public tetapi ingin melakukan program ini masih dibatasi dengan ketentuan penawaran umum mengingat belum adanya ketentuan khusus tentang ESOP. 6 Dalam kerangka pasar modal, ketentuan yang ada tentang kepemilikan saham oleh karyawan masih terbatas pada penjatahan pasti atas saham yang ditawarkan pada saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana (IPO). Sedangkan untuk Emiten/Perusahaan Publik yang 5 Ibid, hlm 4 6 Ibid, hlm 7
4 akan melakukan ESOP selain dari penjatahan pasti tersebut, wajib memperhatikan ketentuan yang terkait dengan jenis sumber saham yang akan digunakan dalam program tersebut. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik bermaksud menerbitkan saham baru, maka harus terlebih dahulu memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (right) kepada para pemegang saham yang ada. Namun demikian, untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang memenuhi kriteria tertentu dapat melakukan penambahan modal tanpa right sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Berdasarkan peraturan tersebut, Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang saham yang ada, sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar, dengan kondisi sebagai berikut : a. Jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, penambahan modal tersebut sebanyak-banyaknya 5% (lima per seratus) dari modal disetor; atau b. Jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dengan persyaratan kondisi tertentu yang dijabarkan dalam ketentuan ini. Dari Peraturan Bapepam No.IX.D.4, dapat dilihat bahwa penambahan modal tanpa right lebih ditujukan kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang mengalami kesulitan keuangan dan bermaksud melakukan restrukturisasi keuangan. 7 Beberapa Emiten telah melakukan ESOP dengan menggunakan kondisi butir a. pada peraturan di atas. Sehubungan dengan hal tersebut, informasi yang disampaikan dalam rangka keterbukaan tentang ESOP juga mengacu pada Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tersebut yang dirasa sangat terbatas. Demikian juga informasi 7 Abdulkadir Muhamad, Hukum Perusahaan Indonesia Cetakan Revisi Ketiga, (Bandung; PT.Citra Aditya Bakti, 2006) hlm. 14.
5 tentang pelaksanaan (progress report) dan administrasi dari program tersebut dalam laporan berkala agar tidak melanggar ketentuan-ketentuan pasar modal lainnya, misalnya aspek keterbukaan serta potensi benturan kepentingan dan perdagangan orang dalam, mengingat perubahan status karyawan sebagai pemilik perseroan. Kepemilikan saham oleh karyawan telah berkembang dengan cepat di beberapa negara, sebagian besar sebagai hasil dari kebijakan pemerintah, perubahan-perubahan dalam organisasi lingkungan kerja, dan persaingan pasar tenaga kerja yang ketat. Mempertimbangkan hal tersebut, maka kebutuhan akan ketentuan ESOP dalam peraturan pasar modal di Indonesia dirasa perlu dalam rangka menunjang praktek manajemen sumber daya manusia yang ada, pada saat yang sama memperhatikan perlindungan investor dan terciptanya pasar modal yang wajar, teratur dan efisien. Untuk itu, perlu dilakukan studi tentang ketentuan-ketentuan yang mengatur hal-hal yang terkait dengan ESOP dalam rangka mengantisipasi rencana ESOP yang disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik di pasar modal Indonesia, dan juga oleh perusahaan asing atau multinasional. Penerapan ESOP ini merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk dapat menarik perhatian para karyawannya. Semua karyawan mendapat kesempatan dan berhak untuk memiliki saham pada perusahaan tempat dimana karyawan itu bekerja, dengan demikian karyawan pada perusahaan itu dikatakan juga sebagai pemilik dari perusahaan tempat ia bekerja tersebut. Karena karyawan merasa ikut memiliki (sense of belonging) pada tempat mereka bekerja, sehingga karyawan akan termotivasi untuk memajukan perusahaan tempatnya bekerja. Saham baru dapat ditawarkan dengan berbagai macam cara diantaranya yaitu menjual langsung kepada pemegang saham yang sudah ada, menjual kepada karyawan melalui ESOP, menambah
6 saham melalui deviden yang tidak dibagi (dividen reinvestment plan), menjual langsung kepada pembeli tunggal, secara privat (private placement ) serta menawarkan kepada publik. ESOP telah mendorong karyawan untuk bekerja lebih giat karena karyawan merasa bahwa perusahaan adalah miliknya, sehingga perusahaan memperoleh peningkatan keuntungan. Selain itu, keuntungan lain untuk perusahaan tersebut adalah image keluarga terhadap karyawan sangat baik. Keuntungan lain yang paling mendasar bagi perusahaan pada dasarnya yaitu perusahaan dapat mengefisiensikan arus kas keluar, maksudnya adalah terjadi recycle terhadap kas yang dikeluarkan perusahaan, sebagai contoh ketika sebuah perusahaan memerlukan tambahan modal dan mempraktekkan opsi saham terhadap karyawan, maka dana dari karyawan akan kembali masuk kedalam perusahaan, yang notabene dana karyawan itu pada dasarnya juga berasal dari perusahaan yang biasanya berupa gaji. Dari sini maka dapat dikatakan bahwa penerapan ESOP memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kinerja karyawan. Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan suatu program kepemilikan saham yang dimana perusahaan memberikan atau menjual sahamnya kepada karyawan dengan jumlah yang terbatas. Dipelopori oleh Amerika Serikat melalui Employee Stock Ownership Plans (ESOPs), Employee Stock Purchase Plans dan Stock Option Plans dan kemudian berkembang di negara-negara di dunia 8. Di Indonesia sendiri praktek opsi saham ini telah mulai ada sebelum tahun 1998 yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan non-public, namun semakin berkembang setelah tahun 1998 setelah ada peraturan yang mengatur sedikit tentang penerapan opsi saham ini, yaitu yang dimuat pada PSAK No.53 tahun Fenomena yang terjadi di Indonesia setelah diberlakukannya PSAK No.53 tersebut, khususnya untuk perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1999 hingga sekarang terus meningkat jumlah 8 I Made B. Tirthayatra, Warta Bapepam di terbitkan Januari 2006.
7 perusahaan yang mengadopsi ESOP 9. Pada tahun 1999 hanya ada sekitar 3 perusahaan yang telah menerapkan ESOP. Pada tahun 2000 hingga 2004 berturut-turut terus meningkat jumlanya mulai dari 12, 23, 28, 34 hingga di akhir tahun 2004 telah mencapai 40 perusahaan 10. Fenomena ini secara singkat dapat mengindikasikan bahwa penerapan ESOP memberi nilai tambah terhadap perusahaan, sehingga dari tahun ke tahun jumlah perusahaan yang menerapkan ESOP terus bertambah. Hubungan ESOP dengan kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Teori keagenan menyebutkan adanya agency costs yang merupakan biaya yang terjadi oleh pemegang saham yang mempercayakan perusahaan kepada manajer perusahaan untuk mengatur perusahaan supaya dapat memaksimumkan pengembalian. Salah satu alternatif untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan saham perusahaan oleh manajemen. Dengan begitu manajer akan dapat merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Selain berhubungan dengan agency cost, ESOP sangat berkaitan dengan motivasi dalam peningkatan komitmen dan produktivitas karyawan. Penelitian The Work Foundation London University menghubungkan efek dari ESOP terhadap kinerja perusahaan. Dimulai dari ESOP yang memberikan suatu insentif berupa saham kepada karyawan yang diharapkan insentif tersebut memberikan dampak positif berupa motivasi dan komitmen karyawan tersebut yang pada akhirnya memberikan peningkatan kepada produktivitas dan 9 Siaran Pers Akhir Tahun Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) tanggal 28 Desember 2007, hlm 2 dan Ibid, hlm 21.
8 profitabilitas perusahaan tersebut. Selain peningkatan tersebut ESOP juga mengurangi labour turnover 11. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Studi Penerapan ESOP pada tahun 2002, bahwa ESOP ini merupakan strategi positif yang dapat membuat perusahaan lebih kuat, memberi imbalan pada karyawan dan pada akhirnya meningkatkan nilai partisipasi pemilik perorangan dalam perusahaan. 12 Penerapan ESOP di Indonesia belum optimal karena tidak ada perangkat hukum yang mengatur ESOP secara khusus, baik ditinjau dari aspek pasar modal, perpajakan, maupun ketenagakerjaan. Hal ini mengakibatkan penerapan ESOP dibatasi oleh rambu-rambu hukum yang sesungguhnya tidak secara khusus didesain untuk mengatur ESOP. Melihat uraian di atas, maka sangat penting untuk membahas tentang Aspek Yuridis Tentang Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada Perseroan Terbuka (PT Tbk) B. Perumusan masalah Adapun permasalahan dari Aspek Yuridis Tentang Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada Perseroan Terbuka (PT Tbk) yang akan di uraikan penulis dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan mengenai kepemilikan saham bagi karyawan? 2. Bagaimana sarana dan pokok permasalahan strategis dalam kepemilikan saham oleh karyawan dan prakteknya yg telah di lakukan di berbagai negara? 3. Bagaimana kepemilikan saham oleh karyawan pada Negara-negara lain dan di Indonesia. C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 11 Dessler, G. Human Resource Management.8 th edition.( New Jersey: Prentince Hall,Inc,2000). 12 Ibid.
9 Adapun tujuan penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai kepemilikan saham bagi karyawan. 2. Untuk mengetahui sarana dan pokok kepemilikan saham oleh karyawan dan prakteknya yang telah di lakukan di berbagai negara. 3. Untuk mengetahui kepemilikan saham oleh karyawan pada Negara-negara lain dan di Indonesia. Berangkat dari permasalahan-permasalahan di atas penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Dari segi teoritis sebagai bentuk penambahan literatur di bidang hukum dan perusahan khususnya dalam pelaksanaan kepemilikan saham bagi karyawan pada perusahaan. 2. Dari segi praktis sebagai bentuk sumbangan pemikiran dan masukan para pihak yang berkepentingan sehingga didapatkan kesatuan pandangan tentang penerapan kepemilikan saham bagi karyawan pada perusahaan khususnya perseroan terbuka. D. Keaslian Penulisan Skripsi yang berjudul Aspek Yuridis Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Pada Perseroan Terbuka (PT Tbk). Merupakan hasil karya dan ide sendiri. Skripsi ini belum pernah di bahas oleh pihak manapun. Skripsi ini dibuat sebagaimana seharusnya dan tidak merekayasa dan meniru skripsi yang pernah ada. Disusun melalui referensi buku-buku, media cetak, dan elektronik dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam penulisan ini di tuangkan segala pemikiran
10 untuk kelayakan didalam penulisan skripsi ini dan menjamin bahwa skripsi dengan judul seperti yang telah disebutkan di atas belum pernah di buat. E. Tinjauan Kepustakaan Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan (PKSK), dalam bahasa Inggris sering di sebut ESOP, merupakan suatu program yang memungkinkan partisipasi karyawan untuk memiliki saham perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja. Program ini dapat di lakukan dengan cara, antara lain dengan memberikan saham secara cuma-cuma (stock grant), menjual saham pada karyawan, atau dengan memberikan opsi kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan pada periode tertentu 13. PKSK dilakukan pertama kali di lakukan pada tahun 1950 di amerika serikat, dan saat ini telah menjadi praktek yang umum dilakukan dalam dunia usaha baik di negara maju maupun di negara berkembang. Dengan adanya kepemilikan karyawan pada perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja, diharapkan motivasi dan komitmen para karyawan akan meningkat sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Program ESOP juga dimaksudkan untuk member karyawan yang secara signifikan telah memberikan kontribusi yang nyata kepada perusahaan untuk tetap berada dalam lingkup perusahaan, dengan kata lain pelaksanaan program ESOP adalah salah satu langkah perusahaan untuk mempertahankan dan memberikan motivasi dalam arti positif, dimana perusahaan juga mempunyai kepentingan atas peningkatan nilai pemegang saham (shareholders value). ESOP merupakan suatu bentuk kompensasi yang berbasis pada prinsip insentif, yang bertujuan untuk 13 Tim Studi Penerapan ESOP Etimen atau Perusahaan Public di Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002) hal.17.
11 memberikan karyawan suatu bentuk penghargaan, dimana penghargaan tersebut sama besarnya dengan ukuran kinerja perusahaan. Penelitian mengenai ESOP menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada karyawankaryawan yang diteliti. 71 % (tujuh puluh satu persen) dari karyawan tersebut menunjukkan adanya peningkatan produktivitas kerja setelah dijalankan program ESOP. Hal tersebut membuktikan bahwa para karyawan menjadi lebih produktif karena adanya program tersebut. Keberadaan ESOP juga memberikan nilai tambah pada sisi yang lain, seperti peningkatan harga saham perusahaan. Sikap positif terhadap karyawan tersebut lebih dikarenakan kompensasi yang akan diterima oleh karyawan akan lebih baik dari sebelumnya. Demikian juga disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan karyawan dari perusahaan yang dapat mencapai 5% - 12% lebih tinggi, bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menjalankan ESOP. Selain itu tunjangan hari tua bagi karyawan juga meningkat sampai dengan 39,6% bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan program ESOP 14. Beberapa hal tersebut rata-rata 1% lebih tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menjalankan program ESOP. F. Metode Penulisan Metodologi adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Metodologi penelitian digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah itu sendiri ialah suatu proses penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir yang logis dan dengan menggabungkan metode yang juga ilmiah karena penelitian ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian. 14 Tim Studi Penerapan ESOP Etimen atau Perusahaan Public di Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, 2002)
12 Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian diawali dengan pengumpulan data hingga analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut: 1. Sifat dan Jenis Penelitian. Penelitian dalam bidang hukum sifatnya merupakan gambaran atau deskripsi kepada masyarakat tentang adanya suatu kejadian di bidang hukum, berdasarkan hal tersebut maka sifat penelitian adalah deskriptif analisis yaitu penelitian yang bermaksud menelaah dan menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum yang berkaitan dengan program kepemilikan saham bagi karyawan. Sifat unalisis yang dicerminkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan kepemilikan saham bagi karyawan yang dilakukan oleh Perseroan Terbuka ditinjau dari Undang- Undang yang berkaitan. 2. Sumber Data Sumber data dalam penulisan ini adalah: a. Bahan hukum primer, bahan-bahan yang mengikat yakni: 1) Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2) Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 3) Peraturan Bapepam No.IX.D.4 tentang Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). 4) Peraturan Bapepam No. IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum
13 b. Bahan Hukum sekunder adalah badan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku, hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang ada hubungannya dengan judul dan permasalahan dalam penelitian. 3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yuridis empiris. Penggunaan pendekatan yuridis yaitu untuk menggambarkan bagaimana Undang-Undang Pasar Modal dalam menilai efek pemberian saham bagi karyawan terhadap perseroan terbatas. 4. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. 5. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, yaitu analisis data yang dilakukan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan, pandanganpandangan responden sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Semua data yang diperoleh kemudian dikelompokkan atas data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan deduktif. Kesimpulan adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti, sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.
14 G. Sistematika Penulisan Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, oleh karena itu diperlukan suatu sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang ada di dalamnya diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, yang kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan skripsi, dan diakhiri dengan sistematika penulisan. BAB II :PENGATURAN TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN Merupakan pengaturan dan pengertian mengenai Saham,pemegang saham, klasifikasi saham,dan sejarah ESOP dan juga pengaturan tentang peraturan-peraturan kepemilikan saham bagi karyawan BAB III :SARANA-SARANA PROGRAM PROGRAM UNTUK MEMBUAT KEPEMILIKAN SAHAM DAN PERMASALAHAN STRATEGIS DALAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN Merupakan pembahasan mengenai program-program kepemilikan saham, hal-hal mengenai permasalahan strategis dalam kepemilikan saham karyawan,dan mekanisme pembelian saham karyawan.
15 BAB IV :KEPEMILIKAN SAHAM KARYAWAN DI INDONESIA DAN NEGARA-NEGARA LAIN Merupakan pembahasan mengenai kepemilikan saham di Indonesia dan Negara lain dan juga perbandingan kepemilikan saham bagi karyawan yang telah dilakukan. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan karya ilmiah ini yang berisikan kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan akan ditemukan jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang dikemukan penulis dalam Bab I. Sedangkan pada bagian saran, Penulis akan mengemukakan beberapa saran sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan dari awal hingga akhir penulisan karya ilmiah ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan kepada pembaca dan juga untuk perkembangan dalam hal ini hukum ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan, khususnya perusahaan publik di Indonesia tentu saja tidak akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan ekonomi begitu pesat serta perkembangan dunia yang mengarah kepada globalisasi, akan mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dividen reinvestment plan), menjual langsung kepada pembeli tunggal, secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari komunitas dunia, manajemen usaha perusahaan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya negara-negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan hubungan manajer dan pemegang saham digambarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan hubungan manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Schoereder, 2001 dalam Purwianti, 2009). Dimana manajer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat mencerminkan prestasi manajemen. diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka nilai perusahaan tersebut akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan Employee Stock Ownership Program (ESOP) akan diberikan kepada karyawan yang memiliki kinerja baik atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menghargai kinerja para karyawannya. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan karyawan agar karyawan dapat terus berkerja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan yang berpengaruh dalam kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuan. Karyawan memberikan tenaga, pikiran, kreativitas
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. A. Pengaruh Kepemilikan Saham oleh Karyawan Terhadap Loyalitas Karyawan
BAB 5 PEMBAHASAN A. Pengaruh Kepemilikan Saham oleh Karyawan Terhadap Loyalitas Karyawan KJKS BMT UGT Sidogiri Wilayah Surabaya 1. Pengaruh kepemilikan saham oleh karyawan terhadap loyalitas karyawan KJKS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan ekonomi begitu pesat serta perkembangan dunia yang mengarah kepada globalisasi, akan mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari peran serta dan kerjasama yang terjalin diantara pemilik perusahaan (prinsipal) dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan, dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 EMPLOYMENT STOCK OWNERSHIP PROGRAM (ESOP) Employment Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program kepemilikan saham oleh karyawan atas saham perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Kebutuhan ini bersifat fisik maupun non fisik yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan issue penting terutama di era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan merupakan issue penting terutama di era globalisasi yang informasinya dibutuhkan oleh para stakeholder perusahaan, dan informasi tersebut bisa dilihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. imbalan atau kompensasi dari pihak perusahaan yang dapat memuaskan segala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang kurang menaruh perhatian terhadap sumber daya manusianya akan dihadapkan pada beberapa permasalahan seperti penurunan prestasi kerja karyawan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Employee Stock Ownership Programe (ESOP) adalah program kepemilikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Employee Stock Ownership Programe (ESOP) adalah program kepemilikan karyawan dalam saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja. Dalam perkembangannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manajemen perusahaan di Indonesia merupakan bagian dari suatu komunitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manajemen perusahaan di Indonesia merupakan bagian dari suatu komunitas usaha dunia. Sebagai konsekuensinya, dalam berpraktek perusahaan di Indonesia tidak
Lebih terperinciASPEK YURIDIS KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN PADA PERSEROAN TERBUKA (PT. Tbk)
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Juni 2013 Volume II Nomor 2 ASPEK YURIDIS KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN PADA PERSEROAN TERBUKA (PT. Tbk) Andrew J Tarigan 1 Bismar Nasution 2 Keizerina Devi 3 ABSTRACT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran, salah satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang memberi wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal)
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PROGRAM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH KARYAWAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan sebaik-baiknya agar nantinya mampu memberikan output yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam perusahaan haruslah dikelola dengan sebaik-baiknya agar nantinya mampu memberikan output yang optimal bagi perusahaan
Lebih terperinciHal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang melakukan go public. tahun 1985 hingga sejumlah 506 emiten terdaftar di tahun 2014.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang melakukan go public dengan mendaftarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penting yang dihadapi oleh hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Penambahan dana,
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN MENGENAI KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN. A. Pengertian Umum Tentang Saham, Pemegang Saham, Serta Klasifikasinya
BAB II PENGATURAN MENGENAI KEPEMILIKAN SAHAM BAGI KARYAWAN A. Pengertian Umum Tentang Saham, Pemegang Saham, Serta Klasifikasinya Perseroan Terbatas memiliki apa yang disebut organ PT. Sebelum membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai bentuk pasar, pasar modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli. Namun, analogi penjual dan pembeli disini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Smith dan Zimmerman (1976, dalam Nyi Ayu Helfasari, 2012) dan Asyik (2006) pengertian dari ESOP adalah suatu bentuk kompensasi yang diberikan kepada
Lebih terperincitunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan memerlukan kebutuhan dana yang besar untuk pembiayaan perusahaannya. Kebutuhan akan pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya, tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Employee Stock Ownership Plans (ESOP) adalah program kepemilikan saham perusahaan oleh pekerja/karyawan. ESOP adalah salah satu jenis insentif jangka panjang yang diberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar Modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejak 2008 hingga pada saat ini kinerja perekonomian Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak 2008 hingga pada saat ini kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang membaik menstimulus perusahaan untuk mengembangkan usahanya,
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 401/BL/2008 TENTANG PEMBELIAN
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PENERAPAN ESOP (EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PLAN) EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DI PASAR MODAL INDONESIA
STUDI TENTANG PENERAPAN ESOP (EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PLAN) EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DI PASAR MODAL INDONESIA Oleh : Tim Studi Penerapan ESOP Emiten atau Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan penting yang dihadapi hampir semua perusahaan adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-08/PM/2000 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-08/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.D.2 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENERBITAN HAK MEMESAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai suatu harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang kepemilikan sahamnya sebagian dimiliki oleh publik, manajemen dituntut dan harus bekerja profesional. Dengan cara tersebut, perusahaan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan status pekerjaan sekelompok manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan merupakan status pekerjaan sekelompok manusia yang mempunyai kebutuhan pokok, baik fisik maupun non fisik, yang harus dipenuhi demi tercapainya kehidupan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan
Lebih terperinciPERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU
PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU INFORMASI SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN INFORMASI ATAS KETERBUKAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara, diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu dana yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun sebuah perusahaan membutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit, dimana dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun modal sendiri. Dana yang diperoleh
Lebih terperinciBAB II KETENTUAN DAN SYARAT PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
BAB II KETENTUAN DAN SYARAT PEMBELIAN KEMBALI SAHAM I. Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas A. Ketentuan Untuk Membeli Kembali Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 memperbolehkan Perseroan membeli kembali
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-45/PM/2000 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-45/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR IX.A.7 TENTANG TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. kepemilikan saham bebas secara bersama-sama menunjukkan hasil nilai F sebesar 3,829
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi Pengujian pengaruh kepemilikan saham perdana, kepemilikan saham insentif dan kepemilikan saham bebas
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM
PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM 1. Penawaran Umum Penawaran Umum dapat merupakan Penawaran Umum kepada masyarakat
Lebih terperinciPenawaran Umum Terbatas Dalam Rangka HMETD
Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia F / +62 21 2965 1222 www.nacounsels.com
Lebih terperinci-2- dengan tetap mengedepankan kualitas keterbukaan informasi, beberapa penyederhanaan terutama informasi yang sifatnya historis diperlukan dengan tuj
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 45) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai kepemilikan saham individu, yang memegang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan mempunyai kepemilikan saham individu, yang memegang kepemilikan disebut dengan pemegang saham, yang juga dapat dikatakan sebagai pemilik dari perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi informasi tersebut dapat berupa laporan. eksternal ataupun internal perusahaan. Pihak pihak tersebut memiliki
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Informasi merupakan salah satu bagian penting pada suatu perusahaan. Informasi informasi tersebut dapat berupa laporan keuangan, informasi pemegang saham,
Lebih terperinciDRAFT PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DIPEROLEH DARI PELAKSANAAN PROGRAM ESOP ATAU MSOP
DRAFT PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DIPEROLEH DARI PELAKSANAAN PROGRAM ESOP ATAU MSOP MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ekonomi, alternatif investasi pun semakin beragam. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan dengan tujuan memperoleh
Lebih terperinciKETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO) Tbk ( Perseroan )
KETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO) Tbk ( Perseroan ) PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Kegiatan Usaha: Jaringan dan Jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era milenium seperti sekarang ini, dunia perekonomian berkembang secara pesat baik perekonomian di dalam negeri maupun secara global. Banyak perusahaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-49/PM/1997 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-49/PM/1997 TENTANG PENAWARAN UMUM SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA ( INDONESIAN DEPOSITARY RECEIPT ) KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK
Lebih terperinciNo beserta Peraturan Nomor XI.B.2 yang merupakan lampirannya, menjadi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pembelian Kembali Saham yang Di
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6077 KEUANGAN OJK. Saham. Perusahaan Terbuka. Pembelian Kembali. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 130) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami penurunan harga-harga hingga lebih dari lima puluh persen. Hal ini terjadi sebagai
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK
PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
Lebih terperinciDRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- /BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan bisnis yang ada pada saat ini tentunya akan menciptakan suatu persaingan yang ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk bertumbuh
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
Yth. Direksi Emiten atau Perusahaan Publik di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat di indonesia pada saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat di indonesia pada saat ini dan kondisi ekonomi yang tidak menentu banyak berpengaruh pada dunia usaha. saat ini sudah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Pengadopsian ESOP di Indonesia sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1998. Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia, sebelum tahun 1998
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-17/PM/2004 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-17/PM/2004 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN ATAS PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK ATAU PEMBAGIAN SAHAM BONUS KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,
Lebih terperinciPT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan
PT WAHANA PRONATURAL TBK Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan DAFTAR ISI A. Ikhtisar Data Keuangan Penting B. Informasi Saham C. Laporan Direksi D. Laporan Dewan Komisaris E. Profil Emiten atau Perusahaan
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.04/2016 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik di tempat SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.04/2016 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM
Nomor : Kep-48/PM/1996 PERATURAN NOMOR IX.A.7 : TANGGUNG JAWAB MANAJER PENJATAHAN DALAM RANGKA PEMESANAN DAN PENJATAHAN EFEK DALAM PENAWARAN UMUM 1. Penawaran Umum Penawaran Umum dapat merupakan Penawaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi pembiayaan-pembiayaan kegiatan operasional perusahaan melalui penjualan saham mau pun
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 2/POJK.04/2013 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DALAM KONDISI
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
PENGARUH PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan cermin kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai atau memperoleh laba maksimal, mengembangkan perusahaan serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going
Lebih terperinci1 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm Ibid.
A. Pengertian Perseroan Terbatas Tertutup dan Perseroan Terbatas Terbuka Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan perusahaan tertutup yakni suatu perusahaan terbatas yang belum pernah menawarkan saham-saham
Lebih terperinciPERATURAN NOMOR XI.B.2: PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK
PERATURAN NOMOR XI.B.2: PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK 1. KETENTUAN UMUM a. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1) Perusahaan adalah Emiten yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan
Lebih terperinci-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPenambahan Modal Tanpa Memberikan HMETD
Penambahan Modal Tanpa Memberikan HMETD Oleh: Genio Atyanto Equity Tower 49th Floor, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53 P / +62 21 2965 1262 SCBD, Jakarta 12190, indonesia F / +62 21 2965 1222 www.nacounsels.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) Menurut Hartono dan Ali (2002), IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup terkenal di dunia adalah program kepemilikan saham bagi karyawan, atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan perusahaan yang sangat kompetitif saat ini, praktek perusahaan di Indonesia tidak terlepas dari praktek manajemen perusahaan di negara lain, khususnya
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-691/BL/2011 TENTANG PEMESANAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 429/BL/2009 TENTANG PENAMBAHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 2/POJK.04/2013 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DALAM KONDISI
Lebih terperinciPERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL DENGAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU
PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI RENCANA PENAMBAHAN MODAL DENGAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU PT BANK MNC INTERNASIONAL TBK Berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Pusat, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciBahan Mata Acara RUPST Tahun Buku PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk
Bahan Mata Acara RUPST Tahun Buku 2016 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk Mata Acara Pertama: Persetujuan Laporan Tahunan Perseroan Mengenai Keadaan Dan Jalannya Perseroan Selama Tahun Buku 2016
Lebih terperinciLAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-122/BL/2009 Tanggal : 29 Mei 2009 PENAWARAN UMUM
LAMPIRAN Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-122/BL/2009 Tanggal : 29 Mei 2009 PERATURAN NOMOR IX.A.2: TATA CARA PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM 1. PENYAMPAIAN PERNYATAAN PENDAFTARAN a.
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-263/BL/2011 TENTANG PENAWARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan unggul dalam persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar
Lebih terperinciINFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT PROVIDENT AGRO TBK ( PERSEROAN )
INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM SEHUBUNGAN DENGAN RENCANA PEMBELIAN KEMBALI SAHAM PT PROVIDENT AGRO TBK ( PERSEROAN ) Informasi ini penting untuk diperhatikan oleh Pemegang Saham Perseroan. Jika Anda mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mungkin dapat tertutupi hanya dengan mengandalkan sumber daya internal. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era gobalisasi ini, keadaan perekonomian di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini mendorong perekonomian nasional dan internasional semakin
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN 32 /POJK.04/2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU
Lebih terperinci