BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder
|
|
- Adi Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Stakeholder Theory Stakeholder merupakan sekelompok orang yang secara hukum memiliki kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder memiliki kepentingan dalam perusahaan karena stakeholder berkontribusi dalam menyediakan sumber daya bagi perusahaan, dimana sumber daya tersebut digunakan perusahaan untuk kegiatan operasional. Stakeholder dibagi menjadi dua kategori, yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder (Waddock, 2010). 1. Stakeholder Primer Stakeholder primer adalah pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan aktivitas perusahaan. Stakeholder primer terdiri dari pelanggan, pemasok, karyawan, investor dan kreditor. 2. Stakeholder Sekunder Stakeholder sekunder adalah kelompok atau individu yang secara tidak langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh model bisnis, keputusan, dan tindakan perusahaan. Stakeholder sekunder terdiri dari komunitas, pemerintah dan organisasi non pemerintah. 12
2 13 Stakeholder primer, yang terdiri dari pemasok, karyawan, investor, kreditor dan pelanggan merupakan pihak-pihak yang memiliki kontribusi langsung terhadap operasional perusahaan. Menurut Robert Simon (1999), pelanggan, pemasok, karyawan, investor dan kreditor merupakan kunci untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pihak-pihak tersebut melakukan transaksi dengan perusahaan dalam pasar (market). Pelanggan membeli produk perusahaan pada product market, pemasok dan pelanggan menjual produk dalam bentuk barang, jasa dan skill ke perusahaan pada factor market, investor dan kreditor membeli dan menjual bukti kepemilikan saham dan surat hutang perusahaan dalam financial market. Interaksi antara stakeholder dan perusahaan bermanfaat dalam pembentukan sumber daya perusahaan. 1. Pemasok memberikan kontribusi berupa pasokan bahan baku yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk kemudian diolah dan menjadi produk perusahaan. 2. Karyawan berkontribusi memberikan skill atau kemampuan yang mereka miliki untuk mengolah bahan baku menjadi produk perusahaan. 3. Investor dan kreditor berkontribusi memberikan sumber dana bagi perusahaan yang digunakan untuk memperlancar operasional perusahaan khususnya dalam membuat produk perusahaan. 4. Setelah produk perusahaan jadi, maka produk akan dijual kepada pelanggan. Pelanggan berkontribusi memberikan pendapatan bagi perusahaan. Pelanggan membayar sejumlah dana sebagai timbal balik atas produk yang diberikan perusahaan.
3 14 Interaksi antara stakeholder dan perusahaan menciptakan siklus yang berulang untuk kelangsungan hidup perusahaan. Pemasok memberikan sumber daya berupa bahan baku bagi perusahaan. Setelah memperoleh bahan baku, perusahaan kemudian menggunakan mencari tenaga kerja atau karyawan untuk mengolah bahan baku tersebut agar menjadi barang jadi. Perusahaan bertemu karyawan di pasar tenaga kerja atau bursa kerja. Pada bursa kerja terjadi interaksi antara perusahaan dengan karyawan, dimana karyawan menawarkan keterampilan atau skill yang digunakan perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk perusahaan yang berupa barang jadi dan sebagai pengembalian terhadap skill karyawan, perusahaan menawarkan gaji dan fasilitas terhadap karyawan. Selain bahan baku dan skill, perusahaan juga membutuhkan sumber dana untuk menunjang operasional perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh dari investor dan kreditor. Investor dan kreditor berinteraksi dengan perusahaan melalui pasar modal dimana investor dan kreditor menyediakan sumber dana bagi perusahaan dan perusahaan menawarkan pengembalian berupa dividen (investor) serta bunga (kreditor). Dana yang berasal dari investor dan kreditor digunakan perusahaan untuk membeli dan mengolah bahan baku menjadi produk perusahaan. Setelah bahan baku diolah dan menjadi produk perusahaan maka perusahaan akan menjual produk tersebut untuk memperoleh pendapatan. Produk perusahaan dijual kepada pelanggan, dimana pelanggan berinterkasi dengan perusahaan melalui pasar barang konsumsi. Melalui pasar barang konsumsi, pelanggan membayar sejumlah uang atas produk perusahaan dan perusahaan memberikan produk tersebut untuk dikonsumsi pelanggan. Pendapatan yang diperoleh dari pelanggan
4 15 kemudian digunakan perusahaan untuk operasional perusahaan untuk mengulangi siklus yang sama. Stakeholder theory berpendapat bahwa untuk memiliki kinerja yang baik, perusahaan perlu memperhatikan pengembalian kepada stakeholder, khususnya kepada stakeholder primer (Waddock, 2010). Pengembalian kepada stakeholder dilakukan sebagai bentuk timbal balik perusahaan atas sumber daya yang telah ditanamkan stakeholder dalam perusahaan. Pengembalian kepada pemasok dapat berupa pembayaran tepat waktu atas bahan baku. Pengembalian kepada karyawan dapat berupa gaji dan pemberian tunjangan pegawai. Pengembalian kepada investor dapat berupa dividen. Pengembalian kepada kreditor berupa pelunasan pokok pinjaman beserta bunga. Pengembalian kepada pelanggan berupa penyediaan produk yang berkualitas serta pelayanan yang baik. Pengembalian kepada stakeholder dapat terjadi jika aktivitas perusahaan berjalan lancar. Namun pada prakteknya, terdapat masalah dalam aktivitas perusahaan, yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan dalam memperoleh laba dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Permasalahan yang sering muncul dalam perusahaan diantaranya adalah agency theory Agency Theory Agency theory adalah konsep yang menjelaskan konflik kepentingan antar stakeholder dalam perusahaan. Agency theory biasanya berupa konflik kepentingan antara manajer dan shareholder (pemegang saham). Menurut Eisenhardt (1989) agency theory muncul ketika keputusan yang diambil manajer
5 16 tidak sesuai dengan pemegang kepentingan. Agency theory terjadi ketika principal (pemilik modal) tidak dapat mengawasi kegiatan yang dilakukan serta keputusan yang diambil oleh agent (manajer). Agency theory juga terjadi akibat adanya perbedaan pandangan antara principal (pemilik modal) dan agent (manajer) mengenai risiko yang dihadapi perusahaan. Perbedaan pandangan mengenai risiko yang dihadapi perusahaan akan menyebabkan perbedaan dalam pengambilan keputusan. Agency theory terjadi karena tidak adanya pengawasan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Daft (2003:401) keputusan adalah pilihan yang dibuat dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang, kemudian menyelesaikannya. Dalam proses identifikasi masalah dan peluang sering terjadi perbedaan antara manajer dan shareholder yang kemudian menyebabkan keputusan yang diambil manajer dianggap tidak sejalan dengan tujuan perusahaan dan pemegang kepentingan. Kewenangan dalam pengambilan keputusan sering di salah gunakan manajer untuk kepentingan pribadi mereka, bukan untuk kepentingan perusahaan. Agency theory menyebabkan timbulnya agency problem. Menurut Watson dan Head (2004:12) terdapat tiga hal yang menjadi kunci timbulnya agency problem, yaitu perbedaan dalam kepemilikan dan pengawasan, tujuan (tertentu) manajer, serta asimetri informasi. Agency problem terjadi ketika keputusan yang dibuat manajer tidak sesuai dengan tujuan shareholder dalam upaya memaksimalkan kekayaan. Perbedaan tujuan antara shareholder dan manajer inilah yang mengakibatkan munculnya benturan kepentingan antar
6 17 stakeholder dalam perusahaan. Menurut KNKG (2006) benturan kepentingan (conflict of interest) adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur dan komisaris serta jajaran dibawahnya, pemegang saham atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham yang dapat merugikan perusahaan. Benturan kepentingan dapat dihindari dengan melakukan pengawasan terhadap manajer. Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian terhadap organisasi. Daft (2003:471) mendefinisikan pengendalian organisasional (organizational control) sebagai proses sistematis yang digunakan oleh para manajer untuk mengatur aktivitas aktivitas organisasional untuk menjadikan mereka konsisten dengan harapan harapan yang dibentuk dalam rencana, target dan standar kerja. Agency theory perlu diselesaikan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Solusi untuk mengatasi agency theory adalah dengan melakukan pengawasan terhadap aktivitas dan keputusan yang diambil para manajer karena fungsi pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan manajer. Pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan manajer dalam perusahaan, serta keputusan yang diambil para manajer sesuai dengan tujuan perusahaan. Pengawasan terhadap manajer dapat dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan. Pengawasan dilakukan sebagai solusi untuk menyelesaikan agency problem, yang merupakan akibat dari agency theory, serta untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, atau sering disebut dengan Good Corporate Governance.
7 Good Corporate Governance Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku (IICG, 2008). Konsep Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholder). Menurut Purwani (2010) Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Apabila pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan dengan baik, maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan berjalan dengan lancar, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial akan turut membaik pula. Good Corporate Governance merupakan salah satu mekanisme pengawasan dalam aktivitas perusahaan dan proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Pengawasan dilakukan agar
8 19 setiap aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan dan para pemegang kepentingan. Menurut Sembiring (2008) aktivitas pengelolaan perusahaan yang dilakukan manajer terdiri dari dua fungsi utama, yaitu fungsi operasional dan fungsi pendanaan. Fungsi operasional berarti manajer dituntut untuk menjalankan aktivitas perusahaan, mengelola aktiva seefektif mungkin agar menghasilkan laba bagi perusahaan. Fungsi pendanaan berarti manajer memiliki tanggung jawab dalam menghimpun dana yang diperlukan untuk pengadaan aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. kedua fungsi manajer tersebut mengharuskan manajer untuk mengambil keputusan. Agar keputusan yang diambil manajer sesuai dengan stakeholder maka diperlukan pengawasan dalam proses pengambilan keputusan. Penerapan Good Corporate Governance melalui mekanisme pengawasan dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Menurut FCGI (2003) yang bertanggung jawab melakukan pengawasan adalah dewan direksi dan dewan komisaris. Pengawasan dilakukan untuk menciptakan Good Corporate Governance dalam perusahaan. Selain mengawasi pengambilan keputusan, Good Corporate Governance juga bermanfaat untuk mengawasi fungsi operasional manajer dalam menggunakan sumber daya perusahaan. Dalam penggunaan sumber daya, Good Corporate Governance bertujuan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan seberapa besar ukuran perusahaan.
9 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan seberapa besar kepemilikan sumber daya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah penjualan, total aset dan jumlah tenaga kerja. Menurut Fidyati (2003) ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar perusahaan memiliki sumber daya untuk digunakan dalam aktivitas perusahaan. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan secara maksimal dalam operasional perusahaan. Kepemilikan sumber daya perusahaan selain berkaitan dengan ukuran perusahaan juga berkaitan dengan kebijakan pendanaan. Kebijakan pendanaan menentukan bagaimana perusahaan memperoleh sumber daya untuk digunakan dalam aktivitas perusahaan Kebijakan Pendanaan Kebijakan pendanaan merupakan kebijakan yang dimbil perusahaan terkait dengan keputusan perusahaan dalam memperoleh sumber dana untuk aktivitas perusahaan. Kebijakan pendanaan berkaitan dengan bagaimana manajer menghimpun dana yang dibutuhkan perusahaan untuk pengadaan aset yang digunakan perusahaan dalam kegiatan operasional. Kebijakan pendanaan menentukan seberapa besar porsi hutang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai sumber daya perusahaan. Kebijakan pendanaan yang diambil oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Struktur modal adalah pembelanjaan
10 21 permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22). Struktur modal perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal (Sudarmadji, 2007). Modal internal diperoleh perusahaan melalui saham, sedangkan modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditor. Kebijakan berhutang dengan melakukan pinjaman kepada kreditor akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk membayar di masa depan, di mana kewajiban yang harus dibayar terdiri dari pokok hutang ditambah bunga. Kebijakan berhutang dipilih karena beberapa pertimbangan, salah satunya karena keinginan sharehorders (pemegang saham) untuk tetap menguasai perusahaan atau mempertahankan kontrol terhadap perusahaan (Sembiring, 2008). Kebijakan pendanaan lainnya adalah mengeluarkan saham baru. Penerbitan saham baru oleh perusahaan memiliki konsekuensi yang berbeda dengan kebijakan berhutang. Kebijakan mengeluarkan saham baru, mengharuskan perusahaan untuk membayar dividen, sebagai pengembalian atas investasi yang telah dilakukan oleh investor. Kewajiban membayar dividen akan terus berlangsung selama investor memiliki saham perusahaan. Kebijakan pendanaan yang diambil perusahaan dapat dilihat melalui rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Rasio leverage menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam operasi bisnis dan berkaitan langsung dengan risiko
11 22 pendanaan (Sembiring, 2008). Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki risiko menderita kerugian besar (Santoso, 2012). Analisis leverage biasanya digunakan kreditor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban di masa depan. Rasio leverage dapat dihitung menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Assets Ratio (DAR). Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menjamin hutang dengan modal sendiri yang dimiliki dan menunjukkan proporsi belanja perusahaan, seberapa besar belanja perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham (modal sendiri) dan seberapa besar belanja perusahaan yang dibiayai dari pinjaman. Debt to Asset Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Secara keseluruhan, semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Kebijakan pendanaan, ukuran perusahaan dan Good Corporate Governance yang diambil oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap akun akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan Financial Statement (Laporan Keuangan) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen atas operasional perusahan yang telah dijalankan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
12 23 sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No. 01 Revisi 2009). Tristianasari (2014) menyatakan bahwa stakeholder akan menggunakan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, investor dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari perusahaan untuk pertimbangan dalam menentukan investasi. Penilaian kinerja keuangan suatu entitas secara lengkap dapat dilihat melalui laporan tahunan (annual report) perusahaan. Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospekprospek perusahaan di masa mendatang (Houston dan Brigham, 2006:45). Menurut PSAK 1 Revisi 2009, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut: 1. laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2. laporan laba rugi komprehensif selama periode; 3. laporan perubahan ekuitas selama periode; 4. laporan arus kas selama periode; 5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan 6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
13 24 Penelitian ini hanya menggunakan dua komponen laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi komprehensif dan laporan posisi keuangan. Income statement atau laporan laba rugi komprehensif merupakan laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan beban serta laba bersih atau rugi bersih yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama periode waktu tertentu (Kieso, 2007:37). Laporan posisi keuangan atau neraca merupakan salah satu jenis laporan keuangan yang melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu (Kieso, 2007:36). Informasi yang terdapat dalam laporan posisi keuangan memberikan gambaran kepada stakeholder untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan posisi keuangan, stakeholder dapat mengetahui ukuran perusahaan, salah satu caranya adalah dengan melihat total aset yang dimiliki perusahaan. Selain untuk melihat posisi keuangan dan laba perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dengan melakukan analisis melalui rasio-rasio keuangan Financial Performance (Kinerja Keuangan) Kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja perusahaan. Kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan dalam mengelola laba dan mencerminkan kondisi perusahaan (Weston dan Thomas, 1992:116). Menurut Novrianti dan Armas (2012) kinerja perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang. Pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan perencanaan. Seiring dengan
14 25 meningkatnya kinerja keuangan perusahaan berarti perusahaan dapat mencapai tujuan dari didirikannya perusahaan tersebut (Wati, 2012). Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efektivitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal (Pertiwi dan Ferry, 2012). Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan parsial maupun laporan tahunan perusahaan. Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan di masa mendatang (Houston dan Brigham, 2006:45). Menurut Mulyadi (1997) kinerja keuangan dapat diukur melalui rasio-rasio keuangan dan harga saham perusahaan dalam pasar modal. Kinerja keuangan dalam penelitian ini dilihat dari pendekatan akuntansi dengan menghitung rasio-rasio keuangan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat dihitung melalui rasiorasio keuangan, salah satunya dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Houston dan Brigham (2006:107) rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil hasil operasi. Rasio profitabilitas digunakan karena dapat mengungkapkan pengembalian atas investasi modal dari berbagai perspektif
15 26 kontributor pendanaan yang berbeda (kreditor dan pemegang saham) dan angka ini juga berguna untuk analisis likuiditas jangka pendek (Subramanyam et al. 2005:143). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI). Perhitungan Return on Investment dilakukan melalui Dupont System Analysis Dupont System Analysis Analisis Du Pont System merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai efektivitas operasional perusahaan. Du Pont System merupakan integrasi berbagai macam rasio keuangan untuk mengetahui keterkaitan masing-masing rasio keuangan perusahaan, melalui Du Pont System diperoleh informasi rinci tentang rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan sehingga pihak manajemen dapat melakukan pengendalian kinerja keuangan perusahaan secara akurat (Sukmawardhani et at, 2013). Analisis Du Pont System mencakup unsur penjualan, penggunaan aktiva serta laba yang dihasilkan perusahaan. Analisis Du Pont System menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva serta mengukur keuntungan atas penjualan produk perusahaan. Analisis Du Pont System juga menggambarkan sejauh mana perputaran modal perusahaan. Menurut Sukmawardani et al. (2013) nilai ROI yang tinggi menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh efisiensi penggunaan aktiva dari semakian besar. Analisis Du Pont System menggabungkan rasio perputaran aktiva atau Total Asset Turnover (TATO) dengan Net Profit Margin (NPM). Interaksi kedua
16 27 rasio tersebut dapat digunakan untuk menentukan profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan melalui perhitungan Return on Investment (ROI). Collier et al. (2010) menyatakan bahwa Net Profit Margin dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan guna mengevaluasi laporan laba rugi dan komponen dalam laporan laba rugi. Menurut Sangkala (2009) Profit Margin dari suatu perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba usaha untuk setiap rupiah penjualan selama suatu periode tertentu, sedangkan tingkat perputaran aktiva suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan memutarkan dana yang tertanam dalam unsur aktiva selama suatu periode tertentu. Total Asset Turnover (TATO) menunjukkan efisiensi penggunaan total aset dalam menghasilkan laba. Total Asset Turnover memungkinkan untuk mengevaluasi sisi kiri dari neraca yang terdiri dari akun aset. Pendekatan Du Pont System menunjukkan nilai Return on Investment (ROI) yang dihitung melalui perkalian antara Net Profit Margin (NPM) dengan Total Asset Turnover (TATO).
17 2.2. Gambaran Umum Penelitian STAKEHOLDER THEORY PIHAK EKSTERNAL PERUSAHAAN PIHAK INTERNAL STAKEHOLDER SEKUNDER STAKEHOLDER PRIMER PEMASOK PELANGGAN KARYAWAN INVESTOR KREDITOR MANAJER MANAJEMEN DIREKSI KOMISARIS UKURAN PERUSAHAAN TOTAL ASET TOTAL PENJUALAN TENAGA KERJA SUMBER DAYA KEBIJAKAN PENDANAAN AKTIVITAS PERUSAHAAN MENGELOLA PERUSAHAAN GCG AGENCY THEORY FINANCIAL STATEMENT A K E B P PENGEMBALIAN INVESTASI KLAIM RISIKO OBLIGASI KINERJA PERUSAHAAN (KINERJA KEUANGAN)
18 2.3. Kerangka Pemikiran Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Good Corporate Governance, ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan. Dimana indikator pengukuran Good Corporate Governance adalah jumlah dewan direksi dan jumlah dewan komisaris, indikator pengukuran ukuran perusahaan adalah total aset serta indikator pengukuran kebijakan pendanaan adalah Debt to Asset Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR). Indikator pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah Return on Investment (ROI). Gambar 2.1 memperlihatkan kerangka pemikiran beserta hubungan antar variabel dalam penelitian ini. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Variabel Independen Jumlah Variabel dewan Independen direksi Jumlah dewan komisaris Total aset Variabel Dependen Return on Investment Debt to Equity Ratio Debt to Assets Ratio
19 Hipotesis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Menurut Kusumawati dan Bambang (2005) Good Corporate Governance mencerminkan upaya manajemen untuk menunjukkan mereka tidak akan menyalahgunakan kewenangan yang diberikan kepadanya. Praktik Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, megurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh manajer dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri (Novrianti dan Armas, 2012). Good Corporate Governance dilakukan dengan menerapkan fungsi pengawasan terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Direksi memiliki 5 fungsi utama pengelolaan perusahaan yang mencakup 5 (lima) tugas yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial (KNKG, 2006). Penelitian Novrianti dan Armas (2012) menemukan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen dan ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROE sebagai indikator pengukuran kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian Bukhori dan Raharja (2012) menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi, jumlah dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Hastuti dan Soegijapranata (2005) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Penelitian Kusumawati dan Bambang (2005) menyatakan bahwa dewan direksi dan dewan
20 31 komisaris sebagai variabel corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan kinerja keuangan. Dewan direksi berfungsi sebagai pengawas dan menciptakan Good Corporate Governance. Dewan direksi bertugas memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya serta memastikan peningkatan penjualan sebagai sarana untuk memberikan penghasilan dan membentuk laba perusahaan. Peningkatan jumlah dewan direksi diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan meningkatkan Return on Investment perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1a: Jumlah dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Investment perusahaan property dan real estate. Fungsi pengawasan tidak hanya dilakukan oleh dewan direksi, tetapi juga dilakukan oleh dewan komisaris. Penelitian Makki dan Lodhi (2014) menemukan bahwa tidak ada dampak langsung dari tindakan Corporate Governance perusahaan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan Wati (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Praktek Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Fungsi dewan komisaris sama seperti dewan direksi, yaitu melakukan pengawasan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya, serta memastikan peningkatan penjualan sebagai sarana untuk memberikan penghasilan dan membentuk laba perusahaan. Peningkatan jumlah dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan meningkatkan kinerja
21 32 perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1b: Jumlah dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Investment perusahaan Property dan Real estate Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar, semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan (Sudarmadji, 2007). Menurut Mirawati (2014) ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih luas dalam mempergunakan aset yang ada dalam perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar maka operasional perusahaan akan berjalan lancar sehingga laba juga akan meningkat. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan log of total assets. Sembiring (2008) menyatakan bahwa total aset sebagai indikator ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan. Mirawati (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2: Total asset berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Investment perusahaan Property dan Real estate.
22 Pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan Kebijakan pendanaan yang diambil perusahaan menunjukkan seberapa besar porsi hutang yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Kebijakan hutang memiliki dampak negatif dan positif bagi perusahaan. Muzir (2011) menyatakan bahwa ekspansi yang didanai melalui pinjaman atau berhutang sangat beresiko terhadap perusahaan, karena kebijakan hutang yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada kebangkrutan dan kesulitan keuangan. Disisi lain kebijakan hutang akan memberikan manfaat dalam penurunan pajak, karena kebijakan hutang akan menambah beban, yaitu beban bunga, yang kemudian akan menyebabkan turunnya laba sehingga terjadi penurunan pajak. Hasil penelitian Rosyadah et al. (2013) menemukan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian Tobing (2006) menemukan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Martono (2002) menyatakan bahwa rasio leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan. Nilai DER memperlihatkan perbadingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri. Semakin tinggi DER berarti semakin tinggi porsi hutang yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Penggunaan hutang yang besar menyebabkan biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan lebih besar dari operating income yang dihasilkan dari hutang tersebut. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3a: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Investment perusahaan Property dan Real estate.
23 34 Hutang dapat digunakan perusahaan untuk membiayai aset sebagai sarana untuk memperoleh pendapatan dan laba. Hutang dapat digunakan perusahaan untuk membiayai aset lancar seperti persediaan, sehingga menyebabkan peningkatan persediaan dan kemudian mendorong peningkatan penjualan. Apabila penjualan meningkat maka laba perusahaan juga akan meningkat. Debt to Asset Ratio menunjukkan seberapa besar proporsi hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. semakin tinggi Debt to Asset Ratio maka semakin besar aset perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Hasil penelitian Martono (2002) menunjukkan bahwa rasio leverage perusahaan berdampak negatif terhadap profitabilitas. Prihartanty (2011) menyatakan bahwa Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan Sanchez dan Robles (2010) menyatakan bahwa bahwa terdapat hubungan positif antara leverage terhadap Return on Equity. Rosyadah (2013) menyatakan bahwa Debt to Asset Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3b: Debt to Assets Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return on Investment perusahaan Property dan Real estate.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk
Lebih terperinciBab II. Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal a. Pengertian Pemenuhan dana perusahaan untuk kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan dapat berasal dari modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Tujuan utama perusahaan ialah untuk memperoleh laba guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun berjalan. Laporan keuangan juga merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Sebuah perusahaan yang baik sudah seharusnya membuat laporan keuangan setiap periode untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi dunia bisnis yang semakin ketat dan situasi ekonomi yang tidak menentu pada saat sekarang ini mendorong perusahaan untuk terus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi (Harnanto,1984).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu entitas organisasi yang didirikan oleh individu atau kelompok yang memiliki visi dan misi yang sama dengan tujuan meningkatkan nilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Price Earnig Ratio Price Earning Ratio merupakan salah satu ukuran paling besar dalam analisis saham secara fundamental dan bagian dari rasio penilaian untuk mengevaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus menerus melakukan pengembangan, salah satunya yaitu melakukan perluasan atau ekspansi dalam usahanya.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat persaingan yang sudah semakin tinggi menuntut setiap perusahaan agar mampu menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis membutuhkan sejumlah dana sebagai modal. Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa hal yang mengemukakan tujuan dari berdirinya sebuah perusahaan. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Tujuan yang kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek perekonomian suatu negara ditentukan oleh tiga hal penting. Pertama, kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Hal ini diperlukan agar laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus bisa berkompetisi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan selalu diarahkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan selalu diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Harga property yang terus meningkat setiap tahun atau setiap harinya semakin mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan penunjang perekonomian yang dianggap semakin penting pada suatu negara. Salah satu cara untuk mengukur indikator perekonomian suatu negara adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangMasalah Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Sebuah perusahaan yang didirikan harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pecking Order Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart C. Myers dan Nicolas Majluf pada tahun 1984, yang dikenalkan pertama kali oleh Donaldson
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu memiliki nilai jual yang berbeda, yang biasa disebut dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar saham
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. modal. Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau sumber dana
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Kebijakan Pendanaan Perusahaan Kebijakan pendanaan yang dilakukan perusahaan berkaitan dengan struktur modal. Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
23 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Keuangan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Data akuntansi merupakan salah satu sumber pokok analisis keuangan, oleh karena itu pemahaman terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu aspek keuangan yang penting dalam perkembangan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek keuangan yang penting dalam perkembangan perusahaan adalah aktivitas pendanaan atau biasa disebut keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima
Lebih terperinciprofitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di era globalisasi ini sangat pesat. Banyak perusahaan yang tumbuh dan berkembang dimasing-masing bidang usaha yang mereka jalani.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah cabang, dan sebagainya. Profitabilitas adalah hasil bersih dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menurut Sofyan (2007) merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan sumber yang ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Evanny Indri Hapsari (2012) Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menjelaskan mengenai timeliness pada laporan keuangan perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut dipaparkan hasil penelitian terkait indikator dan hasil beragam yang menjelaskan mengenai timeliness pada laporan keuangan perusahaan. a. Sigit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti sebelumnya: 1. Pujiati, Wibowo, (2011), meneliti tentang Analisis rasio keuangan dalam memprediksi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian dewasa ini cenderung terjadi stagnasi akibat dari inflasi yang berlangsung lama yang dapat melumpuhkan perekonomian. Kondisi ini disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaua Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian pustaka 1. Teori Stakeholder (stakeholder theory) Konsep tanggung jawab sosial telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, berikut ini penyajian mengenai pengertian yang berkaitan dengan judul menurut beberapa ahli, hasil penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kinerja keuangan merupakan alat ukur yang paling umum digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Dengan menilai kinerja keuangan, maka para stakeholder
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain kebijakan tersebut mengharuskan perusahaan mempertimbangkan kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pengertian merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan kesulitan untuk tetap eksis dalam mempertahankan persaingan yang sangat ketat. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan bisnis selalu di hadapkan berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap permasalahan akan berdampak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Sumber-sumber Pendanaan Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari internal perusahaan (pendanaan dari dalam perusahaan) dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang berkaitan dengan pengungkapan sukarela, teori tersebut meliputi: teori keagenan (agency theory), teori sinyal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan dan memperoleh pendapatan (income)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) baru mulai berkembang setelah kejadian The New York Stock Exchange Crush pada tanggal 19 Oktober
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, semakin baik investor menilai sebuah perusahaan maka investor tidak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba atau profit. Laba merupakan peran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuaan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Variabel Fundamental Menurut Jogiyanto (2009), analisis fundamental atau analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Perputaran piutang (Receivable Turnover) termasuk dalam rasio aktivitas. Menurut Hanafi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Laporan Keuangan II.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan akan berusaha sebaikbaiknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya adalah untuk mendapatkan keuntungan, maka dalam kegiatannya perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur modal, good corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi baik secara nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era persaingan
Lebih terperinci