BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Sugihartono, dkk (2007: 74) menyatakan, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang bersifat tetap atau permanen karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar lebih menekankan pada siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Menurut Sugihartono, dkk (2007: 74) menyatakan, adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Perubahan tingkah laku secara sadar, artinya pelaku merasakan perubahan tersebut, (2) perubahan bersifat kontinu dan fungsional, artinya perubahan berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis, (3) perubahan bersifat positif dan aktif, artinya memperoleh perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, (4) perubahan bersifat permanen atau tetap, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Sugihartono, dkk (2007: 76-77) menyatakan, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: a. Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. c. Faktor keluarga meliputi cara mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latarbelakang kebudayaan. d. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan 10

2 waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tenaga rumah. e. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Demikianlah pendapat dari (Sugihartono, dkk, 2007: 81). Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Pembelajaran lebih menekankan pada guru dengan segala proses yang menyertai untuk melakukan perubahan prilaku terhadap seseorang. Komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran adalah: 1. Tujuan pembelajaran Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Menurut Tim UPPL (2011: 8), tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditarget atau dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran. 2. Guru dan siswa Guru adalah seorang pendidik yang memberikan pengetahuan kepada peserta didik dan memiliki tanggung jawab untuk mendidik. 11

3 Siswa adalah seorang peserta didik yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalakan kegiatan pendidikan. 3. Materi Pembelajaran Tim UPPL (2011: 8) menyatakan bahwa, materi pembelajaran adalah meteri yang digunakan untuk mencapai tujuan. Materi yang digunakan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. 4. Metode Pembelajaran Sugihartono, dkk (2007: 81) menyatakan, metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Metode mengajar merupakan cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran serta karakteristik anak. 5. Media atau Alat/Sarana pembelajaran Tim UPPL (2011: 12) menyatakan, media dan alat digunakan agar siswa mudah memahami materi pembelajaran. Menurut Agus S. Suryobroto (2001:15-16) menyatakan bahwa, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran berlangsung optimal. Media dibagi menjadi beberapa kelompok. Pertama, media grafis yaitu gambar/foto,sketsa, diagram, bagan/chart, grafik (Graphs), kartun, 12

4 poster, peta dan globe, papan flanel (Flannel Board), dan papan Buletin (Buletin Board). Kedua, media audio yaitu radio, alat perekam pita magnetic, dan laboratorium bahasa.ketiga, media proyeksi diam yaitu film bingkai, film rangkai, media transparasi, proyektor tak tembus pandangan, mikrofis, film, film gelang, televisi, permainan dan simulasi. 6. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian pencapaian kompetensi dasar atau kemampuan peserta didik. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. 7. Prasarana atau Fasilitas Prasarana adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan siswa untuk mempermudah penyelenggaraan pendidikan. 8. Lingkungan atau Konteks Lingkungan pembelajaran merupakan komponen PBM yang sangat penting dalam suksesnya belajar siswa. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan psikologis pada waktu PBM berlangsung. 2. Hakikat Identifikasi Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan observasi dan tes teknik gerak dasar lempar 13

5 cakram. Identifikasi merupakan pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu, dengan membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. 3. Hakikat Kesulitan Belajar Mulyadi (2010: 6) menyatakan bahwa, kesulitan diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Pada umumnya kesulitan merupakan kondisi yang ditandai adanya hambatan dalam suatu kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha yang tekun untuk dapat mengatasinya. Kesulitan dalam kegiatan belajar diartikan sebagai kegiatan yang menghambat dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak selamanya berjalan lancar, dalam waktu tertentu ada saja hambatannya. Salah satunya ketika guru menjelaskan bahan pelajaran ada anak didik yang kurang memperhatikan atau kurang berkonsentrasi dengan baik dalam belajar, kemudian hambatan lainnya misalnya peserta didik belum sepenuhnya mampu menguasai teknik dengan baik dan benar. Hal ini sebagai indikator mengalami kesulitan belajar. Sugihartono, dkk (2007: 149) menyatakan, kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah norma yang telah ditetapkan. Berikut ini permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri, dkk (1990) yang dikutip oleh Sugihartono, dkk (2007: 151) sebagai berikut: 14

6 1. Kekacauan Belajar (Learning Disorder) yaitu adanya reaksi-reaksi belajar yang bertentangan, sehingga anak tidak dapat menguasai bahan pelajaran dengan baik. 2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu anak akan selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab. 3. Learning Disfunctions yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, misalnya anak sudah belajar dengan tekun tetapi tidak mampu menguasai bahan pelajaran dengan baik. 4. Under Achiever yaitu kesulitan belajar pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong diatas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai rendah. Prestasi belajar yang dicapai anak tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki. 5. Lambat Belajar (Slow Learner) yaitu kesulitan belajar yang disebabkan anak lambat dalam proses belajar, sehingga kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama. Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis tingkah laku secara langsung ataupun tidak langsung. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Menurut Mulyadi (2010: 7-8) menyatakan, Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan gejala kesulitan belajar antara lain: a. Menunjukan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya. b. Hasil belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar atau menyelesaikan tugas tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. d. Menunjukan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh dan menentang. e. Menunjukan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib, dan tidak mau bekerja sama dan sebagainya. f. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar. 15

7 Oemar Hamalik (1982: ) yang dikutip oleh Sutaryanto (2005: 14) adapun faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar itu dapat digolongkan menjadi: a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri (tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurang minat terhadap bahan pelajaran, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti pebelajaran, kebiasaan belajar, kurang penguasaan bahasa). b. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah (cara memberikan pelajaran, kurangnya bahan-bahan bacaan, kurangnya alat-alat, bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang padat). c. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga (masalah kemampuan ekonomi, masalah broken home, kurangnya kontrak orang tua). d. Faktor yang bersumber dari masyarakat. Seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Menurut H.W. Burton yang dikutip Mulyadi (2010: 8-9) menyatakan, Kegagalan belajar diidentifikasi sebagai berikut: a. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau nilai batas lulus. b. Siswa dikatakan gagal, apabila siswa tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya. c. Siswa dikatakan gagal, apabila apabila siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial. d. siswa dikatakan gagal, apabila siswa tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisit) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya. Dari keempat pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, apabila siswa 16

8 tersebut tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar dalam batasbatas tertentu. menyatakan, Wardani (1991) yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2011: 187) Langkah-langkah mendiagnosa kesulitan belajar yang dapat ditempuh guru, antara lain: (1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran, (2) memeriksa pengelihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar, (3) mewawancari orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal-hal dalam keluarga yang menimbulkan kesulitan belajar, (4) memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, (5) memberikan tes intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. 4. Hakikat Teknik Gerak Dasar Gerak dasar merupakan kemampuan gerak yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan penguasaan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik, pada awal dan pembentukan pola gerak dasar. Gerak dasar tersebut meliputi berjalan, berlari, melompat, melempar dan meloncat. Kesalahan pada gerak dasar yang tidak dikoreksi akan merugikan anak tersebut dan akan bersifat menetap dan sukar untuk dirubah, kerugian tersebut meliputi: (1) tidak efisiensinya gerakan, (2) buruknya mekanika pada saat penampilan, (3) kemungkinan cidera lebih besar, (4) pengeluaran energy lebih besar/pemborosan energi, dan (5) prestasi yang diraih tidak maksimal akibat dari menurunnya kualitas gerak. Endang Rini Sukamti, dkk (2007: 55-58) menyatakan, Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 17

9 1) Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ketempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti: lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari, seperti kuda berlari (gallop). 2) Kemampuan non-locomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non locomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menari, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain. 3) Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam obyek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari: gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang), gerakan menerima (menangkap), gerakan memantulmantulkan bola atau menggiring bola. Gerakan pada nomor lempar dapat diperinci menjadi empat fase utama: (a) persiapan, (2) pembentukan momentum, (3) pengantaran/pelepasan, dan (d) pemulihan (recovery). 5. Hakikat Atletik Eddy Purnomo dan Dapan (2011: 1) menyatakan bahwa, atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Orang yang melakukan kegiatan atletik dinamakan athlete, atau dalam bahasa Indonesia disebut atlet. Jadi atletik merupakan salah satu aktivitas fisik yang diperlombakan atau dipertandingkan dalam bentuk kegiatan jalan, lari, lompat, dan lempar. Seiring dengan perkembangan 18

10 olahraga banyak olahragawan menggunakan gerakan atletik sebagai gerakan pemanasan. Sesuai dengan tugas gerak yang dilakukan, maka dikenal pula istilah track and field yang menunjukan kepada kegiatan di lintas dan lapangan. Atletik merupakan kegiatan manusia sehari-hari yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan bermain atau olahraga yang diperlombakan, dalam bentuk jalan, lari, lempar, dan lompat. Karena atletik merupakan dasar bagi pembinaan olahraga, maka atletik penting dan perlu diajarkan di SMP secara khusus disesuaikan dengan kemampuan para siswa. Eddy Purnomo dan Dapan (2011: 1-2) mengemukakan, Nomor-nomor atletik dapat diperinci sebagai berikut: 1) Nomor jalan dan lari a) Jalan cepat untuk putri adalah 10 dan 20 km, putra adalah 20 km dan 50 km. b) Lari yaitu lari jarak pendek (Sprint) adalah 60 m, 100 m, 200 m, dan 400 m, lari jarak menengah (Middle distance) adalah 800 m dan m, lari jarak jauh (Long distance) adalah m, m dan m, lari marathon adalah km, lari haling rintang (Steplechase) adalah m, lari gawang adalah 100 m dan 400 m untuk putri, 110 m dan 400 m untuk putra, lari estafet yaitu 4 x 100 m dan 4 x 400 m. 2) Nomor lompat a) Lompat tinggi (hight jump) b) Lompat jauh (long jump) c) Lompat jangkit (triple jump) d) Lompat tinggi galah (polevoult) 3) Nomor lempar a) Tolak peluru (shot put) b) Lempar lembing (javelin throw) c) Lempar cakram (discus throw) d) Lontar martil (hammer) 6. Hakikat Lempar Cakram Mochamad Djumidar A. Widya (2004: 121) menyatakan bahwa, lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda 19

11 yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan atau ke atas. Muhajir (2007:134) menyatakan, lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik. Pada acara Olimpiade sejak 708 SM, lempar cakram merupakan bagian dalam pancalomba (penthatlon). Pada awalnya, cakram terbuat dari batu terupam halus, dan kemudian dari perunggu yang dicor dan ditempa. Cara melakukan lemparan pada mulanya menirukan nelayan yang melempar jaringnya berulang-ulang. Kemudian ditemukan lemparan dengan sikap badan menyiku secara khusus dengan badan agak bersandar ke depan. Lempar cakram adalah salah satu nomor lomba atletik yang menggunakan sebuah benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bundar pipih yang dilemparkan. Menurut Muhajir (2007: ) menyatakan, adapun peralatan dan lapangan lempar, yaitu: Peralatan dan lapangan lempar cakram 1. Alat Bahan cakram terbuat dari kayu atau bahan lain dengan bingkai dari metal. Bingkai berbentuk lingkaran penuh dan tepat di tengahtengah cakram ada beban yang dapat dilepas pindahkan. 2. Ukuran cakram Berat cakram untuk putra yaitu 1,5-2 kg dengan garis tengah mm, sedangkan berat cakram untuk putri yaitu 1 kg dengan garis tengan mm. 3. Lapangan lempar cakram Diameter lingkaran untuk melempar 250 cm atau 2,50 meter. Permukaan lantai tempat melempar harus datar dan tidak licin, terbuat dari semen, aspal, dan lain-lain. Lingkaran lempar dikelilingi dengan sangkar (pagar kawat) untuk menjamin keselamatan petugas, peserta, dan penonton. Bentuk huruf seperti C, dengan diameter 7 meter, mulut 3,3 meter. Sektor lemparan dibatasi garis yang membentuk sudut 45 0 di pusat lingkaran. 20

12 C Titik pendaratan cakram B 75 cm Titik 0 pita ukur 45º A 250 cm Pembacaan jarak C 75 cm Keterangan: A: Lingkaran lapangan B: Garis batas bagi pelempar untuk meninggalkan lingkaran dari belakang garis C: Sektor lapangan Gambar 1. Lapangan lempar cakram Muhajir (2007: 135) menyatakan, cara memegang cakram bergantung dari lebarnya tangan dan panjangnya jari-jari. Beberapa cara memegang cakram yang banyak di gunakan antara lain sebagai berikut: a. Bagi yang tangannya cukup lebar, cara memegang cakram adalah dengan meletakan tepi cakram pada lekuk pertama dari jari-jarinya. b. Cara memegang cakram untuk orang yang memiliki tangan lebar adalah jari telunjuk dan jari tengah berhimpitan, jari-jari lainnya agak renggang. c. Cara memegang cakram bagi yang jari-jarinya pendek, adalah posisi jari-jari sama dengan cara yang pertama, hanya letak tepi cakram agak lebih ke ujung jari-jari. 21

13 Gambar 2. Cara Memegang Cakram Tahapan lempar cakram adalah sebagai berikut: 1) Awalan lempar cakram a) Ambil posisi dan berdiri menyamping arah lemparan. Kaki dibuka selebar bahu, sedikit ditekuk dan rileks. Berat badan terbagi pada kedua kaki. b) Pegang cakram dengan tangan kanan. 2) Gerakan ayunan lengan saat melempar a) Ayunkan sampai diatas bahu sambil memutar badan ke kiri, kemudian ke kanan secara berulang-ulang. b) Saat cakram diayunkan ke kiri, bantu tangan kiri dengan cara menyanggahnya. c) Cakram diayunkan dua-tiga kali yang dilanjutkan dengan awalan berputar. 3) Gerakan memutar 22

14 a) Kaki kanan ditolakan untuk mengangkat panggul dari posisi rendah di atas kaki kanan didorong ke depan atas, lanjutkan dengan berputar ke depan pada kaki kiri, berat badan dipindahkan dari kaki kanan ke kaki kiri. b) Teruskan dengan kaki kanan aktif ke dalam posisi power, setelah badan menghadap arah lemparan penuh (siap lempar), bersiaplah untuk melempar cakram ke arah depan atas. c) Lepasnya cakram setinggi dagu dengan sudut lemparan Cakram terlepas pada saat cakram berada sedikit di depan bahu. 4) Gerakan akhir (Power Position) a) Cakram terlepas dari pegangan dengan berputar menurut putaran jarum jam, putaran terjadi karena tekanan dari jari telunjuk. b) Lepasnya cakram diikuti dengan badan yang condong ke depan. c) Muka dengan sedikit ditekuk untuk menahan badan yang setelah cakram terlepas, Kaki kiri dipindahkan ke belakang. d) Kaki kanan harus segera dipindahkan condong ke depan dan pandangan mata mengikuti jatuhnya cakram. 23

15 Gambar 3. Urutan Gerak Lempar Cakram 7. Hakikat Prinsip Perkembangan Keterampilan Gerak Menurut Endang Rini Sukamti, dkk (2007: 15) menyatakan, perkembangan motorik adalah suatu proses kemasakan motorik atau gerakan yang langsung melibatkan otot untuk bergerak dan proses persyarafan yang menjadikan seorang mampu menggerakan anggota tubuhnya. Tujuan utama pembelajaran keterampilan gerak adalah perkembangan gerak yang terampil. Menurut Rink yang dikutip Yoyo Bahagia, dkk (2000: 35) mengemukakan tiga indikator gerak terampil sebagai berikut: (1) Efektif, artinya gerak itu sesuai dengan produk yang diinginkannya atau dengan kata lain product oriented, misalnya seorang pelari gawang sudah dapat berlari dengan kecepatan irama 24

16 dan mampu melewati gawang dengan baik (2) Efisien, artinya gerakan itu sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan atau dengan kata lain process oriented, misalnya seorang pelompat sudah dapat melakukan rangkaian gerak melompat dengan kondisi gerak yang baik dan menghemat tenaga (3) Adaptif, artinya gerakan itu sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana gerak tersebut dilakukan, misalnya seorang pelompat tinggi sudah dapat menyesuaikan sudut ancang-ancang, kecepatan, dan daya tolakan sesuai dengan ketinggian mistar. Menurut Endang Rini Sukamti, Panggung Sutapa, B. Suhartini (2007: 20) menyatakan, hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan gerak, antara lain: (a) kesiapan belajar, (b) kesempatan belajar, (c) kesempatan berpraktek, (d) model yang baik, (e) bimbingan, (f) motivasi, (g) setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, (h) keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu. Jika salah satu hal penting dalam mempelajari keterampilan gerak tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan anak akan berada di bawah kemampuannya. Sebagai contoh, apabila pada waktu anak mempelajari keterampilan lempar cakram tidak ada atau sedikit bimbingan, maka keterampilan tersebut dipelajarinya lebih lambat dan kurang efisien ketimbang dengan anak yang ditunjukan cara memegang cakram, gerakan awalan, gerakan ayunan, gerakan putaran dan gerakan akhir. Keterampilan yang diperoleh mungkin juga berada di bawah standar sesuai rangkaian teknik gerak dasar yang ada. 8. Hakikat Pengembangan Irama Atletik Menurut Yoyo bahagia, Ucup Yusuf, Adang Suherman (2000:59) menyatakan, Di dalam atletik keharmonisan gerak tubuh atau koordinasi 25

17 gerak merupakan hal yang sangat dibutuhkan atau sebuah tuntutan, sebagai bagian dari koordinasi gerak atletik dibutuhkan penguasaan pengaturan irama gerak. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani perlu memperhatikan pengembangan irama gerak antara lain seperti melalui pola gerak dasar dominan bagaimana anak atau siswa dilatih dan diajarkan irama gerak dan perasaan gerak (sense of kinetics) melalui beberapa nomor dalam atletik. Realisasinya seperti bagaimana cara mengatur irama langkah, frekuensi langkah, dan irama melompati rintangan. Dengan demikian maka, pengembangan irama gerak bagi anak atau siswa sangatlah penting. 9. Karakteristik Anak Usia SMP Secara umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokan menjadi tiga aspek perkembangan yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan prososial. Perkembangan fisik atau sering disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth) meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti pertumbuhan otak, sistem syaraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat badan hormone dan lain-lain), perkembangan kemampuan motorik dan seksual, dan kemampuan fisik. Sedangkan perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan). Kemudian perkembangan prososial mengacu pada proses perubahan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas. Menurut Desmita (2010: 36) menyatakan, 26

18 Sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP, yaitu: 1. Terjadi ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. 2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder. 3. Kecendrungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. 4. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa. 5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenal eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan. 6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil. 7. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia social. 8. Kecendrungan minat dan pilihan karir relative sudah lebih jelas. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masa siswa SMP merupakan masa puberitas yang mempunyai banyak ciri yang unik sehingga bagi guru, khususnya guru pendidikan jasmani harus pandai dalam menyusun skenario pembalajaran. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dalam penelitian ini berdasarkan skripsi: 1. Penelitian dengan judul Identifikasi Faktor Kesulitan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya menggantung Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Sedayu Kabupaten Bantul oleh Rusdiyono, dengan hasil: (1) faktor awalan berada pada kategori sulit, (2) faktor saat tolakan masuk kategori sulit, (3) faktor saat di udara masuk kategori sulit, (4) faktor saat mendarat masuk kategori tidak sulit. 2. Penelitian dengan judul Identifikasi Faktor Penghambat dalam Proses Pembelajaran Atletik Kelas XI dan XII Di SMA Negeri 2 Banguntapan oleh Vina Noviansyah, dengan hasil penelitian adalah posisi I hambatan 27

19 yang disebabkan oleh siswa sebesar (39,03%), posisi II faktor sarana prasarana sebesar (21,95%), posisi III faktot proses belajar mengajar sebesar (21,95%) dan posisi IV faktor lingkungan belajar sebesar (14,63%). 3. Penelitian dengan judul Identifikasi Kesulitan Belajar Lari Gawang pada Mahasiswa PJKR Angkatan Tahun Oleh Sutaryanto, dengan hasil: Kesulitan posisi badan 72,36% dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi pada saat melakukan gerakan lari pendekatan membuat posisi badan tinggi diantara gawang-gawang. Kesulitan gerakan kaki 72,52% dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi adalah pada saat melakukan gerakan melewati gawang tungkai kaki depan, secara aktif diluruskan ke depan pada arah lari. Kesulitan gerakan tangan 72,64% dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi adalah pada saat membuat posisi bahu tetap pararel dengan gawang. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teoritis di atas, serta hasil penelitian maka dapat dikemukakan, bahwa atletik penting didalam dunia pendidikan, guru perlu mengupayakan model baru pembelajaran agar dapat dikembangkan ke arah yang lebih menarik, lebih menyenangkan dan lebih kreatif salah satunya pada cabang atletik. Ada tiga komponen yang mempengaruhi atletik. Pertama, kualitas kesegaran jasmani yang di dalamnya meliputi beberapa komponen penting 28

20 seperti, daya tahan, kekuatan, dan fleksibilitas. Kedua, kualitas keterampilan gerak (skill). Ketiga, kualitas konsep geraknya. Olahraga atletik lempar cakram merupakan olahraga yang rangkaian gerakannya cukup sulit, sehingga siswa harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Dalam pelaksanaan atletik khususnya lempar cakram sangat ditentukan oleh faktor siswa, guru, tujuan, metode, saran dan prasarana serta lingkungan yang mendukung. Lempar cakram dapat dilakukan oleh siswa dengan baik dan benar, apabila unsur-unsur penyebab kesulitan belajar dapat teratasi. Gerakan-gerakan yang lancar dan rileks, tubuh yang kuat, otot-otot yang panjang penuh kekuatan, kemampuan melakukan gerakan yang eksplosif serta menggunakan seluruh kekuatan dan energi merupakan karakteristik umum dalam lempar cakram. Untuk mengidentifikasi kesulitan belajar teknik lempar cakram siswa kelas VIII SMP N 1 Sewon, dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yaitu pada teknik cara memegang cakram, gerakan awal, gerakan ayunan, gerakan memutar dan gerakan akhir. Mengidentifikasi teknik lempar cakram seperti teknik cara memegang cakram, gerakan awal, gerakan ayunan, gerakan memutar dan gerakan akhir merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam lempar cakram. 29

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya, dan menurut JP. Chaplin yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya, dan menurut JP. Chaplin yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Identifikasi Lorens Bagus (1996:303) mengatakan bahwa identifikasi adalah mengakui atau menentukan keadaan sesuatu atau bahwa seseorang itu apa adanya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengerti dan memahami berbagai ilmu pengetahuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan. lempar (Eddy Purnomo, 2007:1). Bila dilihat dari arti atau istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakangerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lompat, lari, dan lempar (Eddy Purnomo, 2007:1).

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (learning is defened as the modification or streng-thening of behavior through

TINJAUAN PUSTAKA. (learning is defened as the modification or streng-thening of behavior through II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defened as the modification or streng-thening of behavior through experiencing) Hamalik

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga. 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah Tolak Peluru Presented By Suci Munasharah A. Teknik Dasar Tolak Peluru Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Lempar Cakram Lempar cakram adalah salah satu nomor dalam atletik dengan tujuan untuk melemparkan cakram sejauh mungkin untuk mendapatkan

Lebih terperinci

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

merupakan olahraga pertama kali yang ada di dunia menurut Eddy Purnomo dimulai dari negara Yunani, negara negara dibenua Eropa sampai Amerika dan

merupakan olahraga pertama kali yang ada di dunia menurut Eddy Purnomo dimulai dari negara Yunani, negara negara dibenua Eropa sampai Amerika dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan olahraga tertua di dunia bahkan disebut juga Mother of Sports yaitu sebagai ibu atau induk dari olahraga, karena olahraga ini merupakan olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dibidang ilmu dan teknologi serta dibidang lainnya termasuk olahraga. Olahraga adalah salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah yang beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATU ACARA PERKULIAH (SAP) Kode dan Mata Kuliah : PO 402. DIDAKTIK D METODIK PENGAJAR ATLETIK (2 SKS) Topik Bahasan : Pengertian didaktik dan metodik pengajaran atletik. serta karakteristik dan struktur

Lebih terperinci

BAB II KETERAMPILAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI MEDIA PIRING PLASTIK

BAB II KETERAMPILAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI MEDIA PIRING PLASTIK BAB II KETERAMPILAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI MEDIA PIRING PLASTIK A. Pengertian Keterampilan Nadler (1986: 73) pengertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktek

Lebih terperinci

bab 1 gerak dasar kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang

bab 1 gerak dasar kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang bab 1 gerak dasar sumber www.sdialazhar14.wordpress.com tanggal 11 Juni 2009 kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang meloncat menggiring setiap hari kamu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Atletik Atletik merupakan perlombaan yang diadakan dilapangan dan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar dan setiap orangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

I. TINJAUAN PUSTAKA. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY Abstrak Anak usia dini mempunyai kemampuan belajar dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLYING DISC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM DI SMPN 1 LEMBANG

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLYING DISC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM DI SMPN 1 LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari pengertiannya atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon atau athlum artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan, atau perjuangan. Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. THN 2008) sistem keolahragan nasional. Pengembangan motorik dan. jasmani sekolah, dimana pendidikan jasmani merupakan media untuk

BAB I PENDAHULUAN. THN 2008) sistem keolahragan nasional. Pengembangan motorik dan. jasmani sekolah, dimana pendidikan jasmani merupakan media untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keolahragaan merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mengujudkan masyarakat yang maju, adil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan olahraga. Bahkan dapat dikatakan, kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam kehidupanya. Pertumbuhan dan perkembangan seorang yang kualitatif juga merupakan hasil dari proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kecepatan Lari a. Pengertian Kecepatan Lari Lari merupakan salah satu nomor dalam atletik, yang terdiri dari empat tahap yaitu menumpu ke depan, mendorong, pemulihan,

Lebih terperinci

BAB 1 GERAK DASAR KATA KUNCI BERJALAN MEMUTAR MELEMPAR BERLARI MENGAYUN MENANGKAP MELOMPAT MENEKUK MENENDANG

BAB 1 GERAK DASAR KATA KUNCI BERJALAN MEMUTAR MELEMPAR BERLARI MENGAYUN MENANGKAP MELOMPAT MENEKUK MENENDANG BAB 1 GERAK DASAR KATA KUNCI BERJALAN MEMUTAR MELEMPAR BERLARI MENGAYUN MENANGKAP MELOMPAT MENEKUK MENENDANG bab 1 gerak dasar sumber www.sdialazhar14.wordpress.com tanggal 11 Juni 2009 kata kunci berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga broad jump termasuk olahraga atletik, cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64) 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE Lompat tinggi termasuk cabang olahraga atletik nomor lompat. Untuk pemula, lompat tinggi yang paling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Penyelanggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakterristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu developmentally appropriate practice

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut adalah melalui pendidikan jasmani (Penjas). Pendidikan Jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu terbentuknya tujuan pendidikan nasional adalah terbentuknya manusia yang sehat jasmani dan rohani, dan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh 15 BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pendidikan jasmani di sekolah harus ada usaha ke arah perbaikan metode melatih dalam kemampuan gerak siswa. Perbaikan metode dalam proses belajar melatih

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina kehidupan bermasyarakat menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh PP 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS Tujuan Pendidikan Jasmani Pengembangan kebugaran jasmani. Pengembangan keterampilan motorik. Pengembangan kognitif. Pengembangan afektif. Physically Educated Person Memiliki keterampilan

Lebih terperinci

Yeni Andriyani 1, M. Rifa at Hamdy 2, Wakidi 3 1 Mahasiswa Lulusan Program Studi PENJASKESREK Tahun 2014

Yeni Andriyani 1, M. Rifa at Hamdy 2, Wakidi 3 1 Mahasiswa Lulusan Program Studi PENJASKESREK Tahun 2014 PENERAPAN PEMBELAJARAN LEMPAR CAKRAM GAYA MENYAMPING MENGGUNAKAN METODE SITEKTIF DALAM RANGKA MENUMBUHKAN MINAT DAN KREATIVITAS GERAK SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 NANGA PINOH Yeni Andriyani

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. I. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin.

Lebih terperinci

KONSEP GERAK DASAR UNTUK ANAK USIA DINI

KONSEP GERAK DASAR UNTUK ANAK USIA DINI KONSEP GERAK DASAR UNTUK ANAK USIA DINI Kadek Dian Vanagosi, S.Pd., M.Pd. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI)

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI) Titin Kuntum Mandalawati, M.Or PGSD IKIP PGRI Madiun titinmandalawati@yahoo.com ABSTRAK Lompat jauh merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Hubungan keduanya dapat dipahami

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul Oleh : RIA LUMINTUARSO NIP. 19621026 198812 1 001 Fakultas Ilmu Keolahragaan - Universitas

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam cabang olahraga atletik yang memiliki unsur kecepatan, kekuatan, kelentukan dan keseimbangan.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR A. Hakikat Lempar Lembing 1. Lempar Lembing Lempar lembing diikutsertakan dalam ajang Olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik sebagai cabang olahraga paling tua di dunia merupakan induk dari semua cabang olahraga, maka tidak mengherankan sering disebut sebagai the mother of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan peserta didik pada perubahan tingkah laku yang diinginkan. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II. out-put dari pembelajaran yaitu terjadinya perubahan terhadap subjek yang mempelajari sesuatu,

BAB II. out-put dari pembelajaran yaitu terjadinya perubahan terhadap subjek yang mempelajari sesuatu, BAB II KAJIAN TEORI KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Hakikat Metode Pembelajaran Pada hakekatnya, pembelajaran mempunyai makna yang sama dengan belajar, dimana out-put dari pembelajaran yaitu terjadinya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES Abstrak Usia siswa Sekolah Dasar merupakan proses pengembangan dan perbaikan kemampuan

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi para pemuda untuk berlari, melompat dan melempar. Permainan dengan bentuk

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS Oleh : RIA LUMINTUARSO NIP. 19621026 198812 1 001 DISPORA KABUPATEN PURWOREJO 11-13 PEBRUARI 2008 1 A. LANDASAN KEGIATAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH

KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH Kajian Peningkatan Keterampilan Motorik.. KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH Rina Syafrida, S.Pd ABSTRAK Anak usia dini berada pada masa periode emas atau Golden age

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN Asep Dedi Paturohman NPM: GIC.14.0703 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK Oleh Drs. H.M.Husni Thamrin, M.Pd FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA METHODIK ATHLETIK Mengajar Gerak Dasar Atletik 1. Atletik merupakan aktivitas jasmani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33) BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Basket Permainan bola basket adalah permainan yang banyak menuntut kesiapan dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Bola Voli Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah ibu dari sebagian besar cabang olahraga (mother of sport), gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti: jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Ahmadi (2004 : 128) mengemukakan : Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

Lebih terperinci