Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Keputihan Istilah-istilah umum yang digunakan oleh klinisi sebagai sinonim keputihan adalah fluor albus, leukorea, white discharge merupakan cairan yang keluar dari alat genitalia wanita yang tidak berupa darah. Pada kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar bartolin. Selain itu, sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri normal yang hidup di vagina. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Keputihan adalah keluarnya cairan dari alat genital selain darah di luar kebiasaan yang berupa cairan bening, kekuningan, berbusa atau putih seperti susu, baik berbau ataupun tidak dan disertai rasa gatal (Stephen & Kathleen, 2007). Keputihan dapat terjadi secara normal (fisiologis) ataupun abnormal (patologis). Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang banyak mengandung epitel dan sedikit lekosit, warna kuning, kadang-kadang putih, kental, tidak mengeluarkan bau dan tanpa diikuti keluhan, sedangkan pada keputihan patologis terdapat banyak lekosit, jumlah banyak, terus menerus, warna berubah (bisa hijau, kuning, abu -abu, bahkan menyerupai susu) dan disertai adanya keluhan gatal, panas, nyeri serta berbau. Penyebab keputihan patologis disebabkan oleh kelainan pada 6

2 7 organ reproduksi wanita, infeksi, adanya benda asing, keganasan (neoplasma) pada alat genitalia, iritasi dan penyakit yang lain pada organ reproduksi. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi pada organ kewanitaan dapat berupa infeksi bakteri, jamur maupun parasit. Sumber cairan keputihan dapat berasal dari vulva, cairan vagina, serviks, uterus atau tuba fallopii. Penyebab keputihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi (Stephen & Kathleen, 2007; Annia, 2008; Monaidi, 2015). Keputihan merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap bakteri yang menjaga derajat keasaman pada vagina, ph vagina normal berkisar antara 3,8 4,2 maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri yang menguntungkan 95% dan sisanya adalah bakteri yang merugikan atau yang menimbulkan penyakit. ph vagina yang rendah akibat adanya Lactobacillus akan mencegah kolonisasi oleh patogen. Flora normal dalam vagina antara lain: Streptococcus, Corinebacteria, Candida, Actinomyces dan Mycoplasma hominis. Organisme fakultatif paling menonjol adalah Lactobacillus sp, Corinebacteria, Streptococcus, Staphylococcus epidermidis dan Gardnerella vaginalis (Stephen & Kathleen, 2007). Semua wanita sebenarnya mempunyai paling sedikit organisme fakultatif dan dapat ditemukan pada 40 80% wanita. Organisme koliform virulen E. coli sering ditemukan kira-kira 20%. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah Peptostreptococcus, Peptococcus, Lactobacillus anaerob, Eubacteria, Bacterioides sp yang dapat ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20 60% wanita. Candida

3 8 albicans, organisme jamur yang sering ditemukan, terdapat 5 10% wanita. Mycoplasma hominis 20 50% dan Ureaplasma urealiticum terdapat pada 50 70% wanita yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit untuk menentukan kapan keadaan tersebut patologis jika hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis bakteri tertentu (Febiliawanti, 2009). B. Penyebab Keputihan Beberapa jenis keputihan yang perlu diketahui oleh wanita adalah sebagai berikut (Iswati, 2010): (1). Keputihan yang berbusa dan cair, warna kuning kehijauan atau keputih-putihan, rasa gatal dan berbau busuk. Jika tidak ditangani lebih lanjut maka vagina akan terasa sakit dan bengkak. (2). Cairan keputihan yang warnanya putih seperti keju lembut dan berbau seperti ragi roti atau jamur. Infeksi ini disebabkan oleh jamur. (3). Cairan keputihan yang berbau anyir atau amis dan kental seperti susu. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi Hemophillus. Diperlukan pemeriksaan yang khusus untuk membedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas. (4). Keputihan encer seperti air, warna keabu-abuan atau coklat, dengan bercak darah dan berbau busuk. Ini merupakan tanda-tanda infeksi yang lebih parah seperti kanker atau penyakit menular seksual. Penyebab keputihan tergantung dari jenis keputihan yaitu keputihan yang fisiologis atau patologis. Keputihan fisiologis adalah fakta hormonal yang dapat ditemukan antara lain pada: (a). bayi yang baru lahir sampai usia kira-kira 10 hari yang disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina bayi, (b). waktu disekitar menarche

4 9 timbul karena pengaruh hormon estrogen, (c). rangsangan seksual pada wanita dewasa disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina, (d). waktu disekitar ovulasi karena sekret dari kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer, (e). pada wanita dengan penyakit menahun, (f). kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan (Iswati, 2010). Keputihan patologis dapat disebabkan adanya infeksi pada organ kewanitaan dapat berupa infeksi bakteri, jamur maupun parasit. Penyebabpenyebab infeksi ini harus diwaspadai: a. Bakteri 1. Gonococcus adalah bakteri yang menginfeksi karena hubungan seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonnorrhoeae, pada wanita biasanya mengenai membran mukosa uretra dan endoserviks. Infeksi selanjutnya akan menyebar ke jaringan yang lain. Neisseria gonnorrhoeae adalah bakteri Gram negatif, Diplococcus dengan diameter 0,6 1,0 mikrometer, koloni cembung berkilau, sifat mukoid, transparan, tidak berpigmen, bersifat fakultatif aerobik. Bakteri ini dapat ditemukan intraseluler dan ekstraseluler dalam lekosit netrofil. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen (Monaidi, 2015). Diagnosis GO ditegakkan dengan anamnesis (antara lain adanya riwayat keluarnya duh tubuh uretra atau vagina, nyeri waktu buang air kecil, berhubungan seksual risiko tinggi), pemeriksaan klinis

5 10 (pada laki-laki dapat dijumpai muara saluran kencing bengkak, merah dan keluarnya nanah kuning kehijauan. Sementara pada wanita, karena tidak khas maka biasanya gejala klinis berupa vaginal discharge atau vaginal bleeding), dan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang (Fitri et.al., 2008). Pemeriksaan penunjang yang memegang peranan penting dan sering dilakukan adalah pemeriksaan sediaan langsung dengan membuat hapusan sekret uretra atau serviks, dan biakan kuman. Dari pemeriksaan sediaan langsung yang dicat dengan gram, akan tampak kuman diplokokus yang gram negatif, berbentuk seperti ginjal pada intra selular atau ekstraselular (Ernawati, 2010). 2. Gardnerella vaginalis menyebabkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai mikroorganisme normal karena sering ditemukan pada vagina. Gardnerella vaginalis adalah bakteri Gram positif yang biasanya mengisi penuh pada epitel vagina dengan membentuk bentukan yang khas yang disebut dengan clue cells. Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi gugus amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa sehingga menimbulkan bau yang khas seperti bau ikan (amis) (Aroutcheva et.al., 2001). Pada pemeriksaan terdapat sekret vagina yang homogen, tipis dan cair, warna

6 11 putih keabu-abuan (Monaidi, 2015). Lebih dari 98% kasus bakterial vaginosis disebabkan oleh Gardnerella vaginalis (Aroutcheva et.al., 2001). Menurut Amsel diagnosa bakterial vaginosis dapat ditegakkan dengan ditemukannya tiga dari empat kriteria berikut ini: 1. Sekret vagina yang homogen, putih atau keabuan, tipis, melekat pada dinding vagina, dengan jumlah variasi. 2. Didapatkannya ph vagina > 4,5 dengan menggunakan kertas lakmus (interval 4,0 7,0) 3. Uji Whiff (Uji Amin) positif yaitu didapatkan bau amis dari vagina setelah ditetesi dengan KOH 10% 4. Pada pengecatan Gram ditemukan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran granuler dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil. Pengecatan Gram pada cairan vagina lebih bermakna daripada pengecatan basah. Didapatkan clue cells > 20% merupakan indikator untuk vaginosis bakterial. 3. Chlamydia trachomatis merupakan bakteri yang lebih dari 50% menyebabkan kasus uretritis non spesifik. Chlamydia trachomatis merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri

7 12 Gram negatif. Dalam perkembangannya, Chlamydia trachomatis mengalami dua fase yaitu fase pertama adalah fase non infeksiosa yang terjadi pada keadaan laten ditemukan pada genitalia dan konjungtiva. Pada fase ini, bakteri bersifat intraseluler dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi. Fase kedua merupakan fase penularan, bila vakuol pecah maka bakteri keluar dalam bentuk badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes baru (Bébéar and Barbeyrac, 2009; Monaidi, 2015). 4. Treponema pallidum merupakan bakteri penyebab penyakit sifilis yang penularannya melalui hubungan seksual. Treponema pallidum mempunyai beberapa sifat yaitu: (a). perjalanan penyakit sangat kronis, (b). dapat menyerang semua organ tubuh dalam perjalanannya, (c). mempunyai masa laten, (d). dapat kambuh kembali dan (e). dapat ditularkan dari ibu ke janin. Organisme ini bergerak aktif dan dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop medan gelap dan uji diagnostik serologi (Monaidi, 2015). 5. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob berbentuk batang Gram negatif. Koloni pada media berbentuk bulat halus dengan warna fluoresensi hijau, bersifat oksidase positif dan tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi banyak

8 13 strain yang mengoksidasi glukosa. Identifikasi Pseudomonas aeruginosa berdasarkan pada morfologi bakteri, sifat oksidase positif dan adanya pigmen yang khas (Brooks et.al., 2007). Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan vaginitis jika terjadi perubahan komposisi flora normal dimana Lactobacillus digantikan oleh bakteri patogen seperti Pseudomonas aeruginosa (Razzak et.al., 2011). 6. Escherichia coli merupakan bakteri batang Gram negatif yang merupakan flora normal pada gastrointestinal. Koloni berbentuk bulat, halus dengan tepi tegas dan menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, fermentasi manitol dan menghasilkan gas dari glukosa (Brooks et.al., 2007). Escherichia coli memiliki antigen K berupa polisakarida yang merupakan faktor virulensinya. Antigen K menyebabkan Escherichia coli dapat melakukan perlekatan bakteri pada sel epitel sebelum menginvasi saluran cerna atau saluran kemih. Escherichia coli juga memiliki bakteriosin berupa kolisin (Brooks et.al., 2007). Escherichia coli ditemukan pada sekret vagina dapat terjadi karena kontaminasi oleh mikroorganisme di rektal. Escherichia coli dapat menyebabkan vaginitis bakteri dikarenakan berkurangnya hidrogen peroksida yang diproduksi oleh Lactobacillus. Gejala vaginitis bakteri dapat berupa rasa terbakar, iritasi dan adanya discharge (Razzak et.al., 2011).

9 14 7. Koloni Staphylococcus aureus berbentuk bulat, halus, meninggi dan berkilau, dan berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan (Brooks et.al, 2007). Staphylococcus aureus mempunyai koagulase yang dapat menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat atau sitrat sehingga memiliki potensi mejadi patogen invasif. Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Uji katalase membedakan Staphylococcus yang hasilnya positif dengan Streptococcus yang hasil katalasenya negatif (Brooks et.al., 2007). Staphylococcus aureus dapat menyebabkan vaginitis bakteri ditandai dengan kurangnya hidrogen peroksida yang diproduksi oleh Lactobacillus (Razzak et.al., 2011). 8. Streptokokus Grup B merupakan bakteri Gram positif yang khas berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Semua spesies Streptokokus merupakan bakteri non motil, non sporing dan menunjukkan hasil negatif pada tes katalase. Semua spesies Streptokokus adalah anaerob fakultatif, tidak mereduksi nitrat, memfermentasi glukosa dengan produk utama asam laktat, tidak menghasilkan gas. Bakteri Streptokokus Grup B merupakan anggota flora normal vagina pada 5 25% wanita usia subur (Jawetz et.al., 2007). Streptokokus Grup B memiliki faktor virulensi: (a). struktural dan (b). non struktural. Virulensi struktural terdiri dari

10 15 komponen penyusun kapsul seperti antigen polisakarida, komponen protein permukaan yang terdiri dari antigen protein dan komponen penyusun dinding sel seperti antigen karbohidrat spesifik grup, asam teikoat dan asam lipoteikoat. Faktor virulensi non struktural metabolik yang merupakan produk ekstra sel bakteri berupa hemolisin, hipukirase, nuklease, protease dan hyaluronidase yang berperan dalam proses invasi (Brooks et.al., 2007). 9. Klebsiella pneumoniae merupakan kelompok Enterobacteriaceae berbentuk batang Gram negatif. Koloni pada media berbentuk mukoid, kapsul polisakarida dan kurang motil. Klebsiella pneumoniae menunjukkan hasil positif pada lisin dekarboksilase dan sitrat, positif pada uji motilitas dan menghasilkan gas dari glukosa. Klebsiella pneumoniae positif terhadap reaksi Voges-Preskauer. Klebsiella pneumoniae terdapat dalam saluran nafas dan feses pada sekitar 5% individu normal (Brooks et.al., 2007). Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri oportunistik yang dapat menyebabkan vaginitis bakteri. Gejala vaginitis berupa peradangan pada mukosa vagina, rasa terbakar, iritasi dan ketidaknyamanan (Razzak et.al., 2011).

11 16 b. Jamur Candida merupakan salah satu flora normal yang memiliki sifat oportunis yang dapat dijumpai di seluruh tubuh: pada mulut, kulit, selaput mukosa vagina, kuku, kolon dan saluran anorektal. Candida sp yang paling sering menimbulkan infeksi kandidiasis vulvovaginalis adalah Candida albicans. Infeksi Candida sp. pada vulva dan atau vagina disebut kandidiasis vaginalis (Elsa et.al., 2012). Pada umumnya, infeksi disebabkan kolonisasi yang berlebihan dari spesies Candida yang sebelumnya bersifat komensal pada vagina dan vulva. Spesies Candida mempunyai koloni berwarna putih kecoklatan sampai kekuningan, bulat dan besar dengan ukuran 3 5 mikrometer, tumbuh cepat dan menjadi dewasa dalam waktu 3 hari, permukaan koloni licin, mengkilat, halus dan kering, mempunyai budding cell, pseudohifa dan hifa, berbau seperti ragi. Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan disertai gumpalan-gumpalan seperti susu berwarna putih kekuningan (Jawetz et.al., 2007; Monaidi, 2015). Faktor resiko kandidiasis vaginalis seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol, penggunaan kontrasepsi, cairan pembersih vagina, hubungan seksual yang beresiko, penggunaan imunosupresan dan kehamilan. Orang yang suka berganti-ganti pasangan seks dan melakukan hubungan seksual yang tidak aman beresiko tinggi tertular infeksi

12 17 menular seksual termasuk infeksi Candida albicans (Elsa et.al., 2012). c. Parasit Trichomonas vaginalis merupakan spesies parasit yang bersifat patogen pada manusia dan biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Trichomonas dapat menyebabkan infeksi pada saluran urogenital yang bersifat akut atau kronik. Parasit ini berbentuk lonjong seperti buah pir dengan satu membran bergelombang pendek yang dilapisi flagellum dan mempunyai empat flagel anterior. Trichomonas mudah dilihat pada sediaan basah karena gerakannya. Trichomonas berukuran panjang mikrometer (badan 8-13 mikrometer dan flagel 8-15 mikrometer) dan lebar 5-8 mikrometer. Trichomonas berkembang biak dengan cara membelah diri binary fission. Kemudian inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam dengan kondisi yang optimum. Pada wanita, parasite ini hidup di vagina dan servik dan bisa juga ditemukan di glandula Bartholini, urethra maupun urinary bladder (Wahyuni, 2015). Tidak seperti protozoa lain, Trichomonas vaginalis tidak memiliki bentuk kista (Krieger dan Alderete, 1999). Trichomonas hidup dalam suasana ph 5,0 7,5 sehingga parasit ini tidak dapat hidup pada vagina yang asam yaitu ph 3,8 4,4. Cairan vagina yang keluar berwarna kekuningan,

13 18 kuning hijau, berbau tidak sedap dan berbusa (Monaidi, 2015). Infeksi T.Vaginalis pada wanita dapat menyebabkan komplikasi pada wanita hamil seperti kelahiran premature, berat badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Predisposisi untuk mengalami infeksi infeksi HIV, AIDS, gonorrhea, dan kanker leher rahim (Schwebke JR, 2004). d. Virus Herpes simplex genitalis merupakan virus yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual tetapi tidak dapat ditularkan melalui udara atau air. Herpes simplex genitalis disebabkan oleh virus Herpes hominis atau virus Herpes simplex yang merupakan salah satu infeksi tersering pada manusia. Virus Herpes simplex ada dua tipe yaitu tipe I dan tipe II yang merupakan virus DNA. Tempat predileksi virus tipe I adalah daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung. Virus tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus. Pada awal infeksi tampak kelainan yaitu berupa kulit melepuh seperti terkena air panas, kemudian pecah, menimbulkan luka seperti borok dan penderita merasa kesakitan (Monaidi, 2015). e. Benda Asing Adanya benda asing seperti AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai

14 19 pada waktu senggama dapat merangsang pengeluaran cairan yang berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka maka akan memungkinkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal yang ada pada vagina sehingga menimbulkan keputihan (Prawirohardjo, 2008). f. Neoplasma Neoplasma atau keganasan yang menyebabkan kanker dapat mengakibatkan keputihan patologis akibat gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak akibat perdarahan dan pembusukan, pecahnya pembuluh darah untuk diberikan sebagai nutrisi bagi sel kanker tersebut. Pada keadaan ini terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dan disertai adanya darah yang tidak segar (Monaidi, 2015). C. Patogenesis Flora normal vagina mencakup Streptococcus alfa hemolitik, Streptococcus anaerob (Peptostreptococcus), Clostridia, Gardnerella vaginalis, Ureaplasma urealyticum, dan terkadang Listeria, Mobiluncus sp. atau Lactobacillus sp. yang paling dominan. Gangguan keseimbangan flora normal atau perubahan ph asam menjadi alkalis akan memicu kolonisasi organisme lain. Kondisi ini dapat menyebabkan kelainan berupa vaginosis

15 20 bakterial, vaginitis dan cervisitis, sehingga sekret vagina menjadi tidak normal dan jumlah bakterinya banyak. Pada bakterial vaginosis terdapat pertumbuhan berlebihan dari bakteri Gardnerella vaginalis akibat perubahan ph vagina dari asam menjadi alkalis dan pertumbuhan bakteri anaerob lain yang berlebihan, Bacterioides spp dan Mobiluncus spp. Vaginitis dapat disebabkan oleh protozoa ( Trichomonas vaginalis) atau jamur Candida albicans. Cervicitis dapat disebabkan oleh Neisseria gonnorrhoeae dan parasit Chlamydia trachomatis (Greenwood et al., 2007; Stephen & Kathleen, 2007; Monaidi, 2015). Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk Lactobacillus menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya jumlah Lactobacillus menjadi sedikit atau hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat menurun dan ph vagina meningkat antara 5,0 dan 5,5. Suasana basa ini memungkinkan Trichomonas berkembang dengan cepat. Infeksi Trichomonas vaginalis dapat menyebabkan kelahiran prematur dan meningkatkan transmisi penularan HIV (Krieger dan Alderete, 1999; Sherrard et.al, 2014). Lactobacillus merupakan bakteri dominan di dalam vagina wanita yang berperan sebagai flora normal vagina. Peran tersebut dilakukan dengan memproduksi asam laktat untuk menjaga keasaman ph vagina serta memproduksi hidrogen peroksida yang berperan dalam menekan

16 21 pertumbuhan bakteri-bakteri lain dalam vagina. Peranan Lactobacillus dianggap sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem vagina dan menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen karena mempunyai kemampuan untuk mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan ph asam (ph 3,0 4,5). ph asam inilah yang mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang patogen (Razzak et.al., 2011). Bila terjadi gangguan keseimbangan flora normal vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor dimana populasi Lactobacillus sp yang dominan akan digantikan oleh bermacam-macam organisme patologis. Mikroorganisme patologis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari bakteri Lactobacillus sehingga terjadi pengeluaran lekosit, maka terjadilah keputihan (Greenwood et al., 2007; Stephen & Kathleen, 2007; Razzak et.al., 2011; Monaidi, 2015). D. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) secara makroskopis dan (b) secara mikroskopis. Pemeriksaan laboratorium secara makroskopis, yaitu: 1. Pemeriksaan Kultur Pemeriksaan kultur dilakukan untuk identifikasi jenis bakteri aerob dan jamur yang terdapat pada sekret vagina yang ditanam pada media MRS agar (demann Rogosa Sharpe agar), BAP (Blood

17 22 Agar Plate), MC ( Mac Conkey agar) dan SDA ( Sabouraud Dextrose agar). 2. Uji Reaksi Biokimia Pemeriksaan dengan TSIA, katalase koagulase dan gula-gula. Pemeriksaan laboratorium mikroskopis: 1. Pengecatan KOH 10% Pemeriksaan ini untuk identifikasi adanya Candida secara langsung. Pada obyek gelas steril dioleskan bahan pemeriksaan dari sekret vagina yang diambil secara aseptik dengan menggunakan cytobrush kemudian ditetesi dengan KOH 10%, tutup dengan deck glass dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Hasil positif Candida jika ditemukan yeast dan pseudohifa. 2. Pengecatan Gram Dengan menggunakan cytobrush diambil sekret vagina, oleskan pada obyek gelas, keringkan, kemudian fiksasi dengan lampu spiritus. Material digenangi dengan larutan karbol Gentian Violet selama 1 menit, sisa cat dibuang, genangi dengan lugol selama 1 menit, cuci dengan air mengalir, lalu ditetesi dengan alkohol absolut, cuci dengan air mengalir kemudian genangi dengan Air Fuchsin selama detik. Cuci dengan air mengalir dan biarkan kering. Periksa dengan mikroskop pada pembesaran

18 x dengan menggunakan minyak imersi. Pemeriksaan ini untuk identifikasi bentuk dan sifat bakteri terhadap pengecatan Gram apakah bakteri Gram positif atau Gram negatif serta identifikasi ada tidaknya clue cells. E. Kerangka teori Keputihan Sekret vagina Fisiologis Patologis Hormonal Infeksi Keganasan Benda asing Parasit Bakteri Jamur Virus Trichomona s vaginalis Gonococci Gardnerella vaginalis Chlamydia trachomatis Treponema pallidum Pseudomonas aeruginosa Escherichia coli Staphylococcus sp Streptococcus sp Klebsiella pneumoniae Candida sp Herpes simplex genitalis F. Kerangka Konsep Sekret vagina Jenis Bakteri dan Jamur

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Leukorea ( duh tubuh, keputihan, flour albus, white discharge )

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Leukorea ( duh tubuh, keputihan, flour albus, white discharge ) BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Leukorea Leukorea ( duh tubuh, keputihan, flour albus, white discharge ) adalah nama gejala yang diberikan pada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernikahan dan akan mendapatkan imbalan uang atas jasa tersebut (Manurung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernikahan dan akan mendapatkan imbalan uang atas jasa tersebut (Manurung BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersil Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan suatu pekerjaan dimana seseorang menjual dirinya dengan melakukan hubungan seksual untuk memuaskan kebutuhan seksual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea merupakan cairan yang keluar dari vagina (Mansjoer, 2000:376). Keputihan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Prof. dr. Junizaf, SpOG(K) dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Bakung Tumbuhan bunga bakung mempunyai ketinggian antara 0,5-1,25 m, merupakan tumbuhan yang memiliki daun dan bunga. Bunga bakung termasuk tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap Sikap diartikan sebagai respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

Gangguan & Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia

Gangguan & Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia Gangguan & Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia Gangguan & Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia Gangguan pada system reproduksi manusia 1. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita Gangguan pada alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersial (PSK) Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa sebutan terhadap seseorang yang memberikan pelayanan jasa pemuas kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk

Lebih terperinci

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran fisiologis Vagina Selama periode reproduksi pada wanita dengan tingkat estrogen yang mencukupi, lactobacillus merupakan flora normal yang paling dominan(>95%) hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vaginosis Bakterial 2.1.1. Definisi Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ), yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran umum Rumah Sakit Kusta Donorojo Untuk mengendalikan penyebaran kasus kusta dan membebaskan masyarakat Indonesia dari masalah sosial ekonomi akibat penyakit kusta.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakterial Vaginosis 2.1.1 Pengertian Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu sindrom perubahan ekosistem vagina dimana terjadi pergantian dari laktobasillus yang normalnya memproduksi

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Trichomonas vaginalis 1. Sejarah Donne pada tahun 1836 pertama kali menemukan parasit ini dalam secret vagina seorang penderita wanita dengan vaginitis. Dan pada tahun

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Staphylococcus aureus Genus Staphylococcus masuk kedalam bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal, sebagian besar tersusun atas peptidoglikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : NAMA : NUR MUH. ABDILLAH S. NIM : Q1A1 15 213 KELAS : TPG C JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Turi (Sesbania grandiflora L) Turi dengan nama latin Sesbania grandiflora L atau Agati grandiflora Devs. Termasuk ke dalam famili tumbuhan Papilianoceae (Maharani, 2010). Terdapat

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2010 Ida Susila* Eka Junia Imawan** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

o Archaebacteria o Eubacteria

o Archaebacteria o Eubacteria o Archaebacteria o Eubacteria Tujuan Pembelajaran: Menjelaskan tentang monera... Ciri umum Golongan Peranan CIRI UMUM MONERA Nukleus :Prokariotik Sel : Monoseluler Reproduksi:Pembelahan sel Bakteri: pembelahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. khusus adalah alat reproduksi. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh wanita pada usia subur. Keputihan bisa terjadi setiap sesudah dan sebelum menstruasi akibat ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I S O L A S I DAN P E R H I T U N G A N K U M A N P A T O G E N

I S O L A S I DAN P E R H I T U N G A N K U M A N P A T O G E N I S O L A S I DAN P E R H I T U N G A N K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboraturium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telur Asin Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses pembuatanya membutuhkan kecermatan dan ketelitian tersendiri dari bahan baku telur menjadi telur asin yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica

Lebih terperinci

Teknik Identifikasi Bakteri

Teknik Identifikasi Bakteri MODUL 5 Teknik Identifikasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Teknik Pewarnaan GRAM (Pewarnaan Differensial) 2. Uji Katalase 3. Pembuatan stok agar miring TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mempelajari cara menyiapkan apusan

Lebih terperinci

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI Tujuan: 1. Mempelajari cara menyiapkan olesan bakteri dengan baik sebagai prasyarat untuk memeplajari teknik pewarnaan 2. Mempelajari cara melakukan pewarnaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan 23 III. METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan melakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis mengetahui pola mikroorganisme

Lebih terperinci

DEPARTMENT OF OBSTETRICS & GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE, THE UNIV. OF NORTH SUMATRA MEDAN INDONESIA

DEPARTMENT OF OBSTETRICS & GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE, THE UNIV. OF NORTH SUMATRA MEDAN INDONESIA Pengantara ginekologi g dan pemeriksaan ginekologi Prof. Dr. Delfi Lutan MSc, SpOG-KFER DEPARTMENT OF OBSTETRICS & GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE, THE UNIV. OF NORTH SUMATRA MEDAN INDONESIA - 2 0 0 7 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dalam penelitian ini adalah Ilmu Mikrobiologi dan Ilmu Bedah. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat penelitian 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin dan Mikrobiologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi pasien ISK dan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Air Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 atomhidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui ikatan kovalen tersebut, sebesar 11,02

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

Mikroorganisme Penyebab Infeksi Pada Mata. Pendahuluan

Mikroorganisme Penyebab Infeksi Pada Mata. Pendahuluan Mikroorganisme Penyebab Infeksi Pada Mata Departemen Mikrobiologi FK USU Pendahuluan Frekuensi infeksi pada mata sebenarnya adalah jarang (rendah) oleh karena : Mata secara kontinu mengeluarkan cairan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dalam penelitian ini adalah Ilmu Mikrobiologi dan Ilmu Bedah. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat penelitian 1.

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputihan 2.1.1. Definisi keputihan Keputihan atau fluor albus adalah istilah untuk menggambarkan gejala keluarnya cairan dari alat atau organ reproduksi melalui vagina, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyebab. Dalam terminologi terdahulu seperti non spesifik vaginitis atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyebab. Dalam terminologi terdahulu seperti non spesifik vaginitis atau 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Pengertian Keputihan merupakan masalah klinis yang umum dengan banyak penyebab. Dalam terminologi terdahulu seperti non spesifik vaginitis atau non spesifik infeksi

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputihan 2.1.1 Definisi Keputihan (leukorea/flour albus/vaginal discharge) adalah pengeluaran cairan dari alat genital yang tidak berupa darah. Cairan ini dalam keadaan normal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran BAB II TINJAUAN PUSKATA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah yang di tandai dengan berkembang biaknya mikro organisme dalam saluran kemih. Saluran kemih yang normal tidak mengandung bakteri,

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK VAGINAL DISCHARGE Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 SISTEM REPRODUKSI Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 SISTEM REPRODUKSI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012 di kawasan konservasi lumba-lumba Pantai Cahaya, Weleri, Kendal, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida

Lebih terperinci