BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata dasar paham, yang berarti mengerti benar. Siswa dituntut memahami dan mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain (Silverius, 1991:43). Trianto, 2010 mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Pengertian atau konsep adalah suatu arti yang memiliki sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama (Wingkel, 1996:82). Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat (Shadiq, 2009:13). Hal ini sejalan dengan pendapat Kilpatrick (2011:116) pemahaman konsep adala kemampuan seseorang dalam memahami konsep, ooperasi dan relasi yang ada dalam matematika. Matematika 6

2 7 adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya (Suwaningsih, 2006:6) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan seseorang dalam memahami, mengerti, mengetahui dan memanfaatkan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefiniskan sebagai suatu objek yang ditunjukkan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien dan tepat mengenai logika, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan antar satu dengan yang lain. a. Indikator kemampuan pemahaman konsep menurut depdiknas Nomor 506/C/Kep/2004 (Wardhani, 2008) sebagai berikut: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep 2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya 3) Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep 6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah

3 8 b. Indikator pemahaman konsep menurut Permendikbud Nomor 59 Tahun ) Menyatakan ulang sebuah konsep yang telah dipelajari 2) Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut 3) Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep 4) Menerapkan konsep secara logis 5) Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari 6) Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel, grafik, diagram, sketsa, model matematika, atau cara lainnya ) 7) Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika 8) Mengembangkan syarat perlu dan atau syarat cukup suatu konsep Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep, adalah siswa menyatakan ulang sebuah konsep dengan bahasanya sendiri. 2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya adalah kemampuan siswa dalam mengelompokan suatu masalahh berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki yang terdapat pada materi.

4 9 3) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menyajikan konsep ke dalam bentuk gambar atau simbol secara berurutan yang bersifat matematis 4) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal sesuai dengan prosedur berdasarkan syarat ukup yang telah diketahui. 5) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan memilih dan memanfaatkan prosedur yang ditetapkan. Peneliti memilih indikator tersebut karena disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan yaitu sistem persamaan linear dua variabel. Sistem persamaan linear dua variabel membahas pengertian sistem persamaan linear dua variabel, menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel, menuliskan ke dalam model matematika dan cara penyelesaiannya. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Belajar bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa kita pernah menggunakannya atau mengalaminya, sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru menurut Slavin. Menurut Arzt & Newman menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar

5 10 bersama sebagai suatu tim ddalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama dalam keberhasilan kelompoknya (Trianto, 2010:56). Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikatnya sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjaddi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2010:56). Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2010:58). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersamasama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam ppembelajaran koperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah (Trianto, 2010:58)

6 11 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Investigasi Kelompok) Model Pembelajaran Group Investigation adalah sebuah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal sejak zamannya John Dewey 1970, tetapi telah diperbarui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir ini oleh Sholmo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv (Slavin, 2005:24) merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Dalam Group Investigation, ada beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dijabarkan di bawah ini: 1) Pendahuluan, tahap ini guru melakukan apersepsi serta menjelaskan tentang model pembelajaran yang digunakan siswa. 2) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan, guru mempresentasikan serangkaian permasalahan kemudian menyuruh para siswa mengidentifikasi dan memilih topik dimulai dengan perencanaaan kooperatif yang melibatkan seluruh siswa. 3) Merencanakan tugas yang akan dipelajari, pada tahap ini guru memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok untuk merencanakan apa saja yang akan diinvestigasikan dari materi yang telah dipilih oleh masing-masing kelompok. 4) Melaksanakan investigasi, pada tahap ini guru meminta tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya.

7 12 5) Menyiapkan laporan akhir, tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap dimana kelompokkelompok yang ada melaporkan hasil investigasi mereka ke seluruh kelas. 6) Mempresentasikan laporan, guru meminta masing- masing kelompok mempresentasikan laporan mereka ke seluruh kelas. 7) Evaluasi, pada tahap ini guru memberikan umpan balik dari topik yang di pelajari kemudian melakukan penilaian. 8) Penutup, pada tahap ini guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian memberi PR serta mengingatkan siswa untuk selalu belajar kembali di rumah (Slavin, 2005:218). Jadi model pembelajaran Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri kemudian memiih topik dari unit yang telah dipelajari dan kemudian melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. 4. NHT Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama atau menomori orang bersama adalah suatu metode dalam kerja kelompok. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Kagen Spenser (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dan untuk mengecek pemahaman siswa. Menurut Russ Frank (Slavin, 2008)

8 13 menomori orang bersama adalah sebuah varian dari group discussion, pembelokannya yaitu pada hanya satu siswa yang mewakili kelompoknya dan orang tersebut tidak diberi tahu terlebih dahulu sebagai wakil kelompok. Strategi ini memastikan setiap siswa ikut terlibat total dalam kelompoknya. Menurut Trianto (2009) terdapat 4 tahapan dalam Numbered Head Together (NHT) yaitu: 1) penomoran, guru membagi siswa ke dalam 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5, 2) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, 3) berfikir bersama, siswa mengajukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban kelompok, 4)menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian yang nomornya sesuai menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti mengembangkan Numbered Head Together (NHT) ke dalam strategi dengan langkah sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok maksimal 5 orang. Pembagian kelompok dilaksanakan secara heterogen, berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa 2) Siswa bergabung sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan 3) Setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5 4) Pada saat memamparkan hasil diskusi, guru memanggil suatu nomor sebagai wakil kelompoknya untuk memamarkan hasil diskusi.

9 14 Misal jumlah siswa 25, maka ada 5 kelompok dengan masingmasing anggota 5 orang. Setelah itu setiap siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Setelah masing-masing bergabung dengan kelompoknya dan menggunakan nomor anggota yang diberikan oleh guru, kemudian siswa bekerjasama memecahkan masalah yang telah disediakan oleh guru. Pada saat memaparkan hasil diskusi, guru memanggil suatu nomor sebagai wakil kelompoknya untuk memaparkan hasil diskusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan meminimalisir ketergantungan terhadap teman sehingga semua siswa siap dalam memaparkan hasil diskusi kelompoknya. 5. Group Investigation dengan strategi NHT Group Investigation dengan strategi NHT merupakan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah Group Investigation dan siswa mempelajari konsep melalui berkelompok dengan strategi NHT yang dimana cara pengelompokan tersebut dengan penomoran. Siswa bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan. Kemudian guru memberikan nomor anggota untuk masing-masing anggota kelompok. Pada saat presentasi siswa yang nomornya dipanggil guru, dialah yang mewakili kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya. Tahapan-tahapan dari Group Investigation dengan strategi NHT sebagai berikut.

10 15 Tabel 2.1 Tahapan Group Investigation dengan strategi NHT Deskripsi Kegiatan Pendahuluan a. Guru menyapa siswa memberi salam, doa, dan menanyakan kabar serta mengecek kehadiran siswa b. Guru memberi motivasi kemanfaatan belajar sistem persamaan linear dua variabel c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran d. Guru menyampaikan rencana kegiatan belajar Kegiatan Inti (Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid kedalam Kelompok) e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen dengan maksimal anggota kelompok 5 orang f. Siswa bergabung sesuai dengan kelompoknya g. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5 h. Guru mempresentasikan serangkaian permasalahan kemudian menyuruh siswa mengidentifikasi (Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari) i. Guru memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok untuk merencanakan apa saja yang akan diinvestigasikan (Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi) j. Guru meminta tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya (Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir) k. Setiap kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka (Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir) l. Siswa yang nomornya disebutkan, mewakili kelompoknya memaparkan hasil diskusi (Tahap 6 : Evaluasi Pencapaian ) m. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan. Penutup n. Guru membimbing siswa dengan tanya jawab merangkum isi pembelajaran o. Guru memberi arahan mempelajari materi berikut ini untuk pertemuan selanjutnya p. Guru memberikan salam penutup kepada siswa

11 16 6. Perbedaan Group Investigation dengan Group Investigation Strategi NHT Group Investigation dengan Group Investigation Strategi NHT memiliki perbedaan pada kegiatan inti khususnya pada strategi kelompok. Berikut perbedaannya: Tabel 2.2. Perbedaan Group Investigation dengan Group Investigation Strategi NHT Group Investigation Group Investigation strategi NHT Kegiatan Inti (Tahap 1:Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok) a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok b. Guru mempresentasikan serangkaian permasalahan kemudian menyuruh siswa mengidentifikasi (Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari) c. Guru memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok untuk merencanakan apa saja yang akan diinvestigasikan (Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi) d. Guru meminta tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya (Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir) e. Setiap kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka Kegiatan Inti (Tahap 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok) a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen dengan maksimal anggota kelompok 5 orang b. Siswa bergabung sesuai dengan kelompoknya c. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5 d. Guru mempresentasikan serangkaian permasalahan kemudian menyuruh siswa mengidentifikasi materi (Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari) h. Guru memberikan tugas kepada tiap-tiap kelompok untuk merencanakan apa saja yang akan diinvestigasikan (Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi) i. Guru meminta tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan sebelumnya (Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir) Setiap kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

12 17 (Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir) f. Guru meminta masing-masing kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan laporan mereka kepada seluruh kelas (Tahap 6 : Evaluasi Pencapaian ) g. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan. (Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir) j. Siswa yang nomornya disebutkan, mewakili kelompoknya memaparkan hasil diskusi (Tahap 6 : Evaluasi Pencapaian) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan 7. Materi Pelajaran Matematika Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SLDV). Standar Kompetensi :Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah Tabel 2.3 Kompetensi dan indikator sistem persamaan linear dua variabel Kompetensi Dasar Indikator 2.1 Menyelesaikan sistem Menyebutkan perbedaan persamaan linear dua variabel persamaan linear dua variabel (PLDV) dan sistem persamaa linear dua variabel (SPLDV) Menjelaskan SPLDV dalam 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya berbagai bentuk dan variabel Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 2.3.1Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 2.3.2Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV ddan penafsirannya dengan grafik

13 18 B. Penelitian Yang Relevan Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya Mardiana (2015), dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa penggunaan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Dewi (2013) dalam penelitiannya diperoleh hasil model pembelajaran NHT dapat meningkatkan kemampuan pemahman konsep dan partisipasi siswa. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, pembelajaran Group Investigation tidak dipadukan dengan model pembelajaran lain dan hanya menggunakan media pelengkap saja seperti Lembar Kerja Kelompok. Pada penelitian yang akan dilaksanakan ini yaitu perpaduan antara Group Investigation dengan strategi NHT disertai media Lembar Kerja Kelompok (LKK) dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep. C. Kerangka Pikir Tabel 2.4 Indikator pemahaman konsep: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep 2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya 3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 4. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep 5. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan tes pemahaman konsep bahwa indikator-indikator di atas masih dinyatakan rendah

14 19 Masalah yang dihadapi: 1. Sebagian besar siswa selama proses pembelajaran berlangsung tidak memperhatikan guru, hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang masih mengobrol dengan teman sebangku 2. Siswa kurang memahami konsep dari materi dan hanya menghafal rumus yang dijelaskan oleh guru dan juga yang mereka catat, jika diminta menjelaskan siswa mengalami kebingungan 3. Siswa kurang berinteraksi dengan guru atau teman, hal ini dibuktikan dengan kurang berani memberikan pendapat pada saat guru memberikan pertanyaan, atau menanggapi jawaban teman lain bakan takut bertanya walaupun sebenarnya belum paham apa yang dipelajari 4. Siswa kesulitan memahami permasalahan dalam menyelsaikan soal. Diberikan perlakuan melalui model pembelajaran Group Investigation dengan strategi NHT: 1. Memilih topik dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota maksimal 5 orang. Guru memberikan nomor 1-5 untuk masing-masing anggota setiap kelompok 2. Perencanaan kooperatif yaitu guru mempresentasikan permasalahan kemudian siswa akan mengidentifikasi materi 3. Implementasi yaitu merencanakan/memformulasikan masalah yang akan dipelajari 4. Analisis dan sintesis yaitu melaksanakan investigasi 5. Presentasi hasil final yaitu Guru memanggil suatu nomor anggota sebagai wakil dari kelompoknya untuk mempresentasikan laporan akhir Dengan adanya perlakuan tersebut maka diharapkan 1. Dengan analisis dan sintesis akan dapat mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep, dengan demikian siswa tidak akan lagi menghafal rumus tetapi lebih pada pemahaman konsep. 2. Dengan mengatur siswa ke dalam beberapa kelompok akan dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 3. Dengan adanya presentasi hasil final akan dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, dengan demikian siswa tidak akan memanfaatkan waktu untuk bercerita sendiri dan siswa dapat menyatakan ulang sebuah konsep dengan bahasanya sendiri, karena wakil dari kelompok yang akan presentasi tidak diberi tahu terlebih dahulu.

15 20 Melalui model pembelajaran Group Investigation dengan strategi NHT diharapkan siswa akan mudah dalam memahami konsep dari materi yang dipelajari dalam hal ini matematika. Jadi, pembelajaran Group Investigation dengan strategi NHT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah Cilongok. D. Hipotesis Penelitian Melalui model pembelajaran Group Investigation dengan strategi NHT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika kelas VIII SMP Muhammadiyah Cilongok.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle (Yohana et all,2012)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan landasan penting untuk berfikir dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika maupun permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1002) berarti pengertian, pendapat; pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Walle (2008: 26) pemahaman adalah ukuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk atau mendisain program pembelajaran didalam kelas. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep matematika adalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga mengenali tanda-tanda komponen, hubungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo   ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP ISLAM THORIQUL HUDA TAHUN AJARAN 2013/2014 DITA PUTRI MAHARANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi suatu negara agar dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya. Dengan SDM yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Sehingga perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan dan uraian pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatakan

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara berpikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara berpikir untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika dipandang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran merupakan rencana pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas VIIIC MTs Muhammadiyah Kasihan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Untuk meningkatkan minat belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang penting dalam pengembangan kemampuan komunikasi siswa. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia pendidikan. Wahyudin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa,

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk siap menghadapi persaingan dengan negara lain. Untuk dapat bersaing dan bertahan maka setiap

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN:

PROSIDING ISSN: PM-16 EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Indra Puji Astuti Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilanketerampilan

Lebih terperinci

Macam-Macam Model Pembelajaran

Macam-Macam Model Pembelajaran Medel pembelajaran kel.5 1. `Pembelajaran Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pada bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ponggok Blitar Penerapan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA A. Pembelajaran Kooperatif 1. Model Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa. II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Dalam konteks sekolah dewasa ini, pembelajaran bukan sekedar kegiatan menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa. Menghafal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Gendongan dengan subjek penelitian siswa kelas 4 yang terdiri dari 32 siswa 17 siswa laki-laki dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah. Objek kajian matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Bertanya 1. Pengertian Kemampuan Bertanya Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan respon positif siswa terhadap materi prisma dan limas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP XXX Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Gasal Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana sehingga peserta didik melakukan akivitas untuk mengembangkan segala potensi dirinya. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, sangat luhur dalam meningkatkan kualitas manusia, sehingga segala usaha yang mengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada kelas VIII I SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 dan uraian pembahasan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep adalah salah satu aspek penilaian dalam pembelajaran. Penilaian pada aspek pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Setting Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Setting Penelitian menjelaskan tentang lokasi berlangsungnya penelitian, pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery Menurut Shadiq (2009) pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing) merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman karena adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

Lebih terperinci

Indra Puji Astuti 1 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI NGAWI

Indra Puji Astuti 1 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI NGAWI Komparasi Prestasi Belajar Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran (Contextual Teaching Learning), Nht (Numbered Heads Together), Dan Tps (Think Pair Share) Di SMK Negeri 1 Geneng Indra Puji Astuti 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

STUDENT BASED LESSON PLAN

STUDENT BASED LESSON PLAN STUDENT BASED LESSON PLAN ( Rencana Pembelajaran Berbasis Siswa )( Tarmo Gholik ) Student Based Lesson Plan adalah suatu langkah dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis siswa dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pemberian pelajaran matematika di sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), diantaranya adalah mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP XXX Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Gasal Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki kualitas manusia agar mampu menghadapi tantangan hidup yang terjadi sesuai dengan perubahan dan

Lebih terperinci