Sekitar Ulasan Mengenai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sekitar Ulasan Mengenai"

Transkripsi

1 Sekitar Ulasan Mengenai ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA OLEH: A S T A T I

2 I. KONSEP DASAR PERISTILAHAN Cacat mental Terbelakang Mental Cacat grahita Tunagrahita

3 DEFINISI AAMD (American Association on Mental Deficiency), 1983 Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual secara umum berada di bawah rata-rata secara signifikan bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan berlangsung pada periode perkembangan. Dari definisi itu ada 3 hal penting, yaitu: 1. Ketidak berfungsian intelektual harus jelas, maksudnya minimal 2 standar deviasi dari IQ normal sehingga membtuhkan layanan pend. Khusus 2. Ketidak mampuan dalam perilaku adaptif, maksudnya bila tidak mampu melakukan tugasnya sesuai dengan usianya 3. Terjadi pada usia 0 18 tahun AAMR (American Association on Mental Retardation), 1992 Ketunagrahitaan mengacu pada keterbatasan fungsi intelektual umum dan keterbatasan pada keterampilan adaptif yang mencakup area: komunikasi, merawat diri, kehidupan di rumah, keterampilan sosial, bermasyarakat, mengontrol diri, akademik fungsional, waktu luang dan pekerjaan, dan ketunagrahitaan muncul sebelum usia 18 tahun.

4 Tahun 2007, AAMR berubah menjadi AAIDD (American Association Intellectual Development Disabilities) Istilah Development Disabilities memiliki stigma yang lebih kecil dibanding dengan Mental Retardation.

5 CIRI-CIRI Ciri-ciri dalam proses belajar Hambatan dalam rentang perhatian Hambatan dalam memusatkan perhatian Hambatan dalam memilih dan menentukan rangsangan Hambatan dalam memori jangka pendek Belajar dengan membeo (rote learning) Kesulitan dalam mempelajari hal-hal abstrak Ciri fisik Lambatnya kematangan motorik Kurang keseimbangan Kurang koordinasi motorik

6 KEBUTUHAN 1. Kebutuhan akan aktualisasi dan pengembangan kodnitif. Mereka membutuhkan belajar hal akademik yang fungsional 2. Kebutuhan akan aktualisasi dan pengembangan bahasa.mereka membutuhkan komunikasi dengan orang lain 3. Kebutuhan akan aktualisasi dan pengembangan sosial. Mereka membutuhkan kenyamanan dan perlindungan 4. Kebutuhan akan kesempatan bekerja. Mereka membutuhkan kesempatan berbuat untuk memenuhi keb. hidup.

7 KLASIFIKASI Berdasarkan skor IQ Tunagrahita Ringan IQ Tunagrahita Sedang IQ Tunagrahita Berat IQ Tunagrahita Sangat Berat IQ 25 ke bawah Berdasarkan kebutuhan dukungan Intermittent needs, maksudnya tunagrahita yang membutuhkan sedikit bantuan. Mis. Bantuan untuk persipan terjun ke masyarakat Limited needs, maksudnya membutuhkan bantuan secara intensif. Misalnya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari membutuhkan pengawasan Extensive need, maksudnya membutuhkan bantuan sepanjang waktu Pervasive needs, maksudnya membutuhkan pelayanan sepanjang waktu

8 PERMASALAHAN Masalah dalam belajar Masalah dalam pemeliharaan diri/kesulitan hidup sehari-hari Masalah dalam penyesuaian diri Masalah dalam perolehan kesempatan kerja

9 ASESMEN Formal, dengan menggunakan tes formal Informal, tes dibuat sendiri oleh guru untuk kepentingan program pembelajaran Asesmen dilakukan sebelum, saat, dan sesudah belajar

10 PENDIDIKAN TUJUAN PENDIDIKAN 1. Tunagrahita Ringan: Dapat bekerja di masyarakat Dapat bergaul Dapat menjadi warga negara yang baik Dapat melakukan kegiatan binadiri untuk dirinya dan orang lain 2. Tunagrahita Sedang: Dapat melakukan kegiatan binadiri untuk dirinya sendiri Dapat bergaul di lingkungan terbatas Dapat mengerjakan hal sederhana dan rutin 3. Tunagrahita Berat dan Sangat Berat: Dapat melakukan kegiatan bina diri secara primer Dapat melakukan kegiatan bermanfaat dengan latihan terus menerus

11 TEMPAT DAN SISTEM PENDIDIKAN Sistem Segregasi (sekolah khusus, kelas jauh, pend. Di rumah anak) Sistem integrasi dengan berbagai variasinya Sistem inklusif, dengan menciptakan pembelajaran ramah

12 Program pembelajaran 1. Kelompok Bina Diri 2. Kelompok Akademis 3. Kelompok Sensorimotor 4. Kelompok Keterampilan 5. Kelompok Apresiasi

13 Prinsip Pembelajaran 1. Skala perkembangan mental, maksudnya bahan, metode dll disesuaikan dengan usia kecerdasan 2. Kecekatan motorik, maksudnya pembelajaran sebaiknya dengan melakukan 3. Keperagaan, maksudnya pembelajaran dgn mengunakan alat peraga agar terjadi tanggapan 4. Pengulangan, maksudnya pelajaran di ulangulang agar terjadi pemahaman 5. Korelasi, masudnya bahan ajar berhubungan dengan bahan yang lain 6. Individualisasi, belajar bersama tetapi kedalaman dan keluasan materi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.

14 Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran yang diindividulisasikan Strategi pembelajaran kooperatif Strategi pembelajaran modifikasi tingkah laku Strategi pembelajaran multi dimensi Strategi pembelajaran EARTH Strategi pembelajaran Floor Time (perhatian, keterlibatan, dan keakraban)

15 Lingkungan belajar Lingkungan fisik, berkaitan dengan penataan fasilitas belajar dan model tempat duduk, adanya learning centred Lingkungan atmosfir berkaitan dengan suasana, dan tata tertib

16 Penerimaan dan penempatan murid Murid diterima setiap saat bila memungkinkan Murid ditempatkan di kelas berdasarkan CA dan MA digunakan dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran

17 Kenaikan kelas Kenaikan kelas bidang studi maksudnya siswa dapat mempelajari bahan kelas berikutnya apabila ygs telah menyelesaikan pelajarannya dan ia tetap duduk di kelasnya semula Kenaikan berarti naik tingkat Kenaikan kelas berarti pindah kelas

18 Evaluasi Diadakan setiap saat Longitudinal Secara individual Tes dan non tes (tgr. Sedang ke bawah)

19 Guru Mempunyai harapan bahwa siswa akan berhasil Bersikap responsif Bersikap sabar, hangat, humoris Semangat kerjasama Rasa percaya diri Terbuka akan adanya inovasi Berpengetahuan ttg anak tunagrahita

20 Asesmen lihat slide no 53

21 KIAT-KIAT ORANGTUA ANAK TUNAGRAHITA A. Peranan orangtua 1. Sebagai pelindung; harus memberi rasa aman dan nyaman, mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menguatkan diri--- timbul keyakinan bahwa mampu mengantarkan anak ke kehidupan yang layak Perlu menciptakan kegiatan sesuai dengan kebutuhan anak tgr, adanya kemudahan. 2. Sebagai penyedia kesempatan; - untuk bergaul: membiasakan anak untuk bergaul dengan keluarga, teman, berbelanja, karyawisata, kerja bakti. - untuk mengadukan kesdihana dan kesulitan Perlu: kesediaan menampung dan memahami serta mencari jalan untuk mengatasi perasaan sedih dan kesulitannya - Kesempatan untuk mengabdi; menolong dengan perbuatan,perkataan yang baik ---timbul rasa prcaya diri, rasa sayang. - Kesempatan beribadah; membiasakan anak untuk mengunjungi dan melakukan ibadah. 3. Sebagai pendidik: - Kesempatan untuk belajar - Kesempatan mengembangkan bakat dan minat - Kesempatan menyatakan cita-cita / keinginan

22 UPAYA MENINGKATKAN PERANAN 1. Memiliki harapan positif: agar anak dpt berkembang sesuai dengan potensinya 2. Menciptakan suasana ramah: menarima kehadiran anak, mencari solusi, dan mengarahkan anak 3. Cara-cara positif dalam menghadapi anak: orangtua perlu mengurangi fungsinya sebagai pemimpin, penasehat, dan peneliti; meluangkan waktu untuk bermain, belajar, bekerja bersama anak. 4. Sikap orgtua terhadap sdr anak tunagrahita: perlu keseimbangan perlakuanorangtua (pemberian peluang anak tgr untuk berbuat, perencanaan kegiatan bersama)

23 5. Sikap orgtua dengan orgtua lain Orangtua salng membagi pengalaman dan berusaha menciptakan program sendiri dan memberi peluang tempat bekerja anak tgr. Terwujud POTI 6. Sikap orgtua terhadap masyarakat Orgtua perlu menginformasikan keberadaan anak tgr. melalui perorangan/organisasi (pameran, pertunjukan kesenian, olahraga) Dengan upaya-upaya tsb. Dapat menimbulkan perubahan: LRE (tidak ditempatkan/ditahan dalam lingkungan yang terbatas) akan berada sebagai warga masyarakat sesuai dengan kemampuannya.

24 B. Kiat-kiat menghadapi anak tunagrahita 1. Berdasarkan kelompok usia - Usia sd 5 tahun: inervensi kegiatan hidup sehari-hari - Usia 6-12 tahun: intervensi,pra akademik, akademik - Usia tahun: akademik, keterampilan - Usia 16 tahun- ke atas: rehabilitasi dan habilitasi vokasional persiapan ke kehidupan di masyarakat

25 2. Ruang Lingkup a. Intervensi: - sensorimotor - latihan bina diri merawat diri : makan minum, kebersihan mengurus diri : berpakaian, berhias menolong diri: menghindari bahaya mengendalikan bahaya komunikasi: verbal, non verbal, Sosialisasi: kebiasaan bergaul, pengunaan fasilitas lingkungan Penggunaan waktu luang: rekreasi, bermain

26 b. Pra akademik: - Latihan kematangan belajar - Persiapan menulis, membaca dan berhitung c. Akademik: pelajaran skolastik (10 bid. Studi) d. Rehabilitasi dan habilitasi: vokasional, sosial,dan pengembangan bina diri e. Persiapan hidup bermasyarakat: kebiasaan hidup sehat, dan bergaul

27 3.Tempat a. Pelayanan di rumah sendiri: anak dpt berperan optimal di keluarga b. Di rumah pemeliharaan: anak tgr dihadapi oleh orgtua angkat c. Di rumah-rumah kelompok: anak tgr org dan ditangani oleh orangtua asuh d. Di perusahaan keluarga: bekerja dan diupah e. Di shelterd workshop: anak tgr berlatih dgn pengawasan dari instruktur f. Di workshop: anak tgr. Magang, bekerja di perusahaan umum dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya.

28 4. Tujuan, Pendekatan, dan Teknik a. Tujuan intervensi: mengembangkan pencapaian 6 tonggak perkembangan: Regulasi diri dan minat terhdp dunia luar ( anak rewel: menyapa dengan lembut, mengayun dengan lembut, dll; kurang reaktif: perdengarkan irama cepat) Keakraban (anak yg peka terhdp suara: perlu irama sederhana, muka gembira dan suara lembut; anak yg menyendiri: perlu lembah lembut, tidak diatur, bermain bersama) Komunikasi dua arah( anak tdk mau menatap muka: perlu meniru gerak yang dilakukan, begitu anak bergerak langsung mengatakan ooh, ah

29 Komunikasi kompleks: melatih perpanjangan siklus komunikasi: peluk ibu, tunjukkan kaki, pegang kaki, dst. Gagasan emosional: memberi kesempatan pd anak untuk memperkarsai permainan, menimbulkan dialog dalam permainan. Berpikir emosional: bermain dgn menyambungkan pulau2 ekspresi, mis. Bermain dengan menara balok yang disusun seperti rumah, jembatan.

30 Pendekatan dlm intervensi Floor time suatu kegiatan yang dilakukan di lantai untuk berinteraksi dan bermain bersma orngtua dgn anak selama menit. Pedoman floor time: Pilih waktu tanpa gangguan Usahakan tetap sabar dan santai Berempati terhdp nada dan emosi anak Waspadai perasaan yg kurang tenang Hrs tetap hangat, penuh perhatian dan mendukung Ikuti apa yg sdg dikerjakan anak dan berinteraksilah Sesuaikan dgn tahap perkembangan anak Usahakan tiap anggota keluarga dpt mengadakan floor time

31 Teknik intervensi Prompting: mis, mengambil tangan anak untuk menggerakan mobil2an Modeling: memberi contoh dan langsung melakukannya Satiasi: membiarakan anak untuk dlm waktu pendek Reinforcement: pemberian hadiah bila anak mampu melakukan tugasnya.

32 b. Pra akademik dan akademik Tujuan: Melatih kematangan fungsi untuk kesiapan belajar: (koordinasi sensorimotor, kebiasaan merespon lingkungan); bimbingan belajar hal-hal akademik (membaca, menulis, berhitung) Pendekatan: bermain peran. Latihan, karyawisata, dan bimbingan belajar Teknik: individu, kelompok dan yg diindividualisasikan

33 c. Rehabilitasi dan habilitasi Tujuan: Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap anak tgr. Dengan memberi bukti kemampuannya dan mencarikan peluang agar potensi anak tunagrahita teraktualisasi sehingga dapat berkiprah dalam kehidupan di masyarakat Pendekatan: pelatihan, magang, bekerja di rumah, di lembaga pend. Dan di mayarakat Teknik: perorangan, kelompok.

34 5. Contoh beberapa kegiatan Sensorimotor Menyortir benda berdasarkan bentuknya Alat: Papan bentuk Kegiatan: - salah satu bentuk dikeluarkan - anak meraba bentuk dan meraba tempatnya pd papan. - anak memasukkan bentuk tsb. - dst Membedakan warna dasar Alat: potongan kayu warna merah, kuning, hijau, dan biru Kegiatan: - anak mengambil potongan warna kemudian disimpan pd kotak yang warnanya sama dengan potongan kayu tsb. - semua potongan kayu dicampur dan menyortir warna itu pada tempat yang warnanya sama - dst.

35 Kegitan bina diri Merawat diri: Makan menggunakan sendok - Memegang sendok antara ibu jari dan telunjuk dan jari tengah - Menyendok nasi - Mengangkat sendok ke mulut - Memasukkan makanan ke mulut - Mengeluarkan sendok - Meletakkan sendok - Mengunyah makanan - Menelan makanan Menggosok gigi - Memegang sikat gigi - Menaruh odol pada sikat - Berkumur - Menggosok gigi sesuai aturan - Berkumur - Membersihkan sikat gigi - Melap mulut

36 Mengurus diri Berpakaian Memakai kaos kaki: - membuka mulut kaos kaki - memasukkan jari kaki ke mulut kaos kaki - menarik mulut kaos kaki ke tumit - mengantarkan ujung kaos ke kaki - menarik mulut kaos ke betis

37 Menolong diri Menghindari bahaya benda tajam (penggunaan pisau) - memegang pisau - meletakkan bagian tajam ke daun yg dipotong - menggerakkan pisau dai bawah ke atas - mengngkat pisau - menyimpan pisau - menempatkan daun yg telah dipotong

38 Komunikasi Komunikasi lisan (identitas diri) - menoleh bila dipanggil namanya - mengangkat tangan jika dipanggil - menyebutkan namanya - menunjukkan tas, bukunya - menyebutkan kata punya - menyatakan keinginannya - dst

39 Sosialisasi Penggunaan fasilitas lingkungan (naik angkot) - menyetop angkot - naik angkot - duduk sesuai ketersdiaan tempat - sikap duduk - menyetop angkot - turun dari angkot - membayar dengan uang pas, ada kembalian atau kurang

40 Okupasi (kesibukan) Bermain (bagi anak kecil) Mengerjakan sesuatu untuk dirinya (membuat teh manis)--- anak besar - menyelupkan teh ke gelas yang ada air panas - memperhatikan warna teh secukupnya - menaruh gula 3 sendok kecil - mengocek teh tsb - siap diminum

41 6. Prkatek, dan diskusi hasil praktek berdasarkan hasil pengamatan 7. Penyusunan program kegiatan orangtuan terhadap ananknya: dari bangun pagi, pulang sekolah, sore, dan malam hari. Berdasarkan usia anak

42 Pra akademik (kematangan membaca) Membacakan cerita untuknya Rekreasi untuk memperluas pengalaman Membuat beberapa koleksi gbr/kata Melihat gambar Menempelkan nama gbr Membuat buku sendiri Bermain menggunakan alat : kata, angka dan warna Membuat rencana mengenai acara ultah (tugas2) Mengatur tempelan di papan Meragakan cerita

43 Akademik (penggunaan mata uang) Latihan berbelanja - Anak ditugaskan ke warung membeli tomat 1 kg harganya Rp 1000,- - Anak membawa uang pas, apakah ada kembalian - Anak membawa uang lebih Rp.5000,- berapa uang kembaliannya - Anak membawa uangnya kurang Rp.500,- berapa kurangnya -

44 Keterampilan Rekayasa Membuat hiasan bagi pria membat kotak dari triplek. - menggergaji kayu - mengampelas - memaku - mengecat - mememlihara hasilnya bagi wanita (aplikasi kain) - membuat taplak meja dengan bermacam tusukan dan warna benang

45 Rehabilitas dan Habilitasi Menginformasikan pada kelaurga, masyarakat(mengadakan kunjungan ke falisitas umum, mengisi area di ruang media Habilitasi (mencarikan pemuang) mengadakan latihan keterampilan (Kelompok Usaha Bersama) menyediakan diri untuk memprakarsai perwujudan tenaga kerja tunagrahita Mengsi di media masa tentang kompetensi kerja penyandang tunagrahita (bank tenaga tunagrahita)

46 D. Praktek Lapangan Penentuan tempat, anak, dan jenis kegiatan berdasarkan kesepakatan Peserta dibagi beberapa kelompok Peserta menyiapkan lembar kegiatan berdasarkan hasil kesepakatan

47 E. Penyegaran organisasi Peninjauan program kerja Kesulitan yang dialami Upaya yang pernah dilakukan Program perbaikan Pengembangan melalui rencana implementasi

48 Sekian dan terima kasih Sampai jumpa

49 PENDIDIKAN VOKASIONAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Oleh : Astati, Staf Pengajar Pada Jurusan PLB FIP UPI Bandung

50 Latar Belakang Kebutuhan akan pekerjaan sebagai bekal hidup Landasan yuridis formal (UURI No.4 Tahun 1997)----- mengatur tenaga kerja penca Landasan psikologis: setiap inidividu memiliki potensi yg patut dikembangkan Bobot mata pelaj. Keterampilan lebih tinggi daripada pelajaran lainnya

51 KENYATAANNYA SEDIKIT ABK (TERUTAMA YANG KELAINANNYA PERMANEN= MASALAH KECERDASAN) MEMPEROLEH PEKERJAAN KETERAMPILAN YG DIPELAJARI DI SEKOLAH TIDAK SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PENYEDIA PEKRJAAN

52 Permasalahan Tidak dapat bekerja dianggap tidak mampu Tdak dapat mengerjakan satu jenis pekerjaan secara menyeluruh Daya tahan kurang Hasil yang diperlihatkan tidak sesuai dengan target Tidak dapat berkompetensi

53 Identifikasi dan Asesmen Anak tunagrahita Identifikasi adalah menjaring anak tunagrahita diantara anak umumnya Deteksi adalah menyaring derajat ketunagrahitaan Asesmen adalah upaya menghimpun informasi informasi guna memahami dan menentukan keadaan individu.

54 Tujuan asesmen A. Asesmen dilakukan setelah deteksi 1. Untuk menyaring kemampuan anak tgr 2. Untuk menentukan arah dan kebutuhan pendidikan seperti pemrograman 3. Untuk keperluan penglasifikasian, penempatan 4. Untuk pengembangan IEP 5. Untuk menentukan strategi pembelajaran

55 B. Saat dan setlh belajar 1. Mendpt informasi ttg keberhasilan dan kegagalan pembelajaran 2. Memilih dan menentukan program, evaluasi, strategi pembelajaran dan lingkungan belajar 3. Melakukan diagnosis, remedil dan tindak lanjut.

56 Ruang lingkup asesmen 1. Sebelum anak mengikuti pelajaran Meliputi: perkemb. Bahasa, psikomotor, binadiri, kognitif, sosial emosi. 2. Saat dan telah belajar Meliputi penentuan program individual, implementasinya sesuai dengan kebutuhan tiap individu.

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA Oleh: Astati, Dra. M.Pd. PLB Universitas Pendidikan Indonesia Anak Tunagrahita dan Pendidikannya Definisi lihat slide no 12 Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual

Lebih terperinci

Bina Diri Anak Tunagrahita

Bina Diri Anak Tunagrahita Bina Diri Anak Tunagrahita Peristilahan Activity Daily Living Personal Management Self care Self help Di Indonesia: KMD berubah Bina Diri karena merealisasikan diri pada situasi kehidupan rumah, sekolah

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA

KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA 1. Apa itu kemandirian 2. Ciri-ciri kemandirian 3. Siapa anak tunagrahita 4. Tujuan pendidikan anak tunagrahita 5. Ciri kemandirian anak tunagrahita 6. Upaya mencapai kemandirian

Lebih terperinci

BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI

BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI Konsep Dasar 1. Istilah: - ADL (Activity of Daily Living)= kegiatan hidup sehari-hari - Personal Management= sepadan dengan self care, self help - KMD

Lebih terperinci

INTELIGENSI (IQ) KURANG DARI 70 PADA SKALA BINET

INTELIGENSI (IQ) KURANG DARI 70 PADA SKALA BINET PENGERTIAN INTELIGENSI (IQ) KURANG DARI 70 PADA SKALA BINET DAN WECHSLER KEMAMPUAN ADAPTIVE TERDAPAT KETIDAK MAMPUAN MINIMAL 2 KETERAMPILAN ADAPTASI DIANTARA KEMAMPUAN KETERAMPILAN YANG MELIPUTI: KOMUNIKASI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Tunagrahita disebut juga intellectual disability atau retardasi mental, yang dapat diartikan lemah

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA (Pengayaan) Oleh : A s t a t i

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA (Pengayaan) Oleh : A s t a t i KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA (Pengayaan) Oleh : A s t a t i A. Pengertian dan Definisi Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum berada yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan

Lebih terperinci

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS KOMPENSATORIS ANAK AUTIS Oleh: H i d a y a t Kemampuan Bantu Diri Pengertian ADL/Bantu Diri Isitilah-istilah self care, self help, & Activity Daily Living (ADL). Kemampuan yg dimiliki anak ATG/Autis Kemampuan

Lebih terperinci

Pendidikan Berkebutuhan Khusus II. Materi: Segregasi Artinya: segregation (pemisahan)

Pendidikan Berkebutuhan Khusus II. Materi: Segregasi Artinya: segregation (pemisahan) Pendidikan Berkebutuhan Khusus II Materi: Segregasi Artinya: segregation (pemisahan) Latar Belakang 1. Adanya pandangan masyarakat bahwa: ABK berbeda sedemikian rupa dari anak pada umumnya,seperti: perbedaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah diciptakan Alloh SWT sebagai makhluk yang sempurna dalam segala hal dibanding dengan makhluk yang lain. Kesempurnaan manusia dari segi fisik memiliki

Lebih terperinci

Program Khusus Bina Diri

Program Khusus Bina Diri PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Bina Diri SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNAGRAHITA SEDANG (SDLB-C1) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS Mumpuniati PLB-FIP-UNY 1. Menstimulasi peredaran darah 2. Mestimulasi pertumbuhan syaraf 3. Menambah koordinasi gerak yang selanjutnya

Lebih terperinci

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia mandiri,,, (UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi

Lebih terperinci

Lampiran Desertasi Ishartiwi, 2007) ROGRAM PEMBELAJARAN TERINDIVIDUALISASIKAN SUBJEK A

Lampiran Desertasi Ishartiwi, 2007) ROGRAM PEMBELAJARAN TERINDIVIDUALISASIKAN SUBJEK A Lampiran Desertasi Ishartiwi, 2007) ROGRAM PEMBELAJARAN TERINDIVIDUALISASIKAN SUBJEK A I. Identitas: 1. Kode siswa : Subjek A 2. Usia : 13 tahun 3. Matapelajaran : Perilaku adaptif 4. Aspek : Berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Bina Diri SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNAGRAHITA RINGAN (SDLB-C) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang Crow

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

Program Khusus Bina Diri

Program Khusus Bina Diri PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Bina Diri SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNAGRAHITA RINGAN (SMPLB-C) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu tunagrahita yang memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB ARROHMAN 1. SOP Kedatangan

Lebih terperinci

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Adaptif Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Pelatihan Adaptif Program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwi Widiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwi Widiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program bina diri merupakan program khusus yang wajib diberikan pada siswatunagrahita. Program ini dikembangkan berdasarkan hasil asesmen. Secara umum program

Lebih terperinci

HAMBATAN PERKEMBANGAN TERHADAP PEMBELAJARAN

HAMBATAN PERKEMBANGAN TERHADAP PEMBELAJARAN HAMBATAN PERKEMBANGAN TERHADAP PEMBELAJARAN DAMPAK ABK TERHADAP PEMBELAJARAN Keterbatasan Anak Tunanetra 1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru 2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK PENGABDIAN MASYARAKAT MAHASISWA PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA T.A. 2007/2008 P E R T UMB UH AN Pertumbuhan PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

I. MAKNA 1. Seni dalam arti sempit = sesuatu yang dapat membentuk suatu penghayatan (keindahan, kegembiraan, empati, dll) yang bermakna bagi tiap indi

I. MAKNA 1. Seni dalam arti sempit = sesuatu yang dapat membentuk suatu penghayatan (keindahan, kegembiraan, empati, dll) yang bermakna bagi tiap indi SENI DALAM PENDIDIKAN ABK I. MAKNA 1. Seni dalam arti sempit = sesuatu yang dapat membentuk suatu penghayatan (keindahan, kegembiraan, empati, dll) yang bermakna bagi tiap individu. Ruang lingkup seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang penting. Bermain merupakan ciri khas anak. Bermain akan menghilangkan kejenuhan anak dan membuat anak menemukan kesenangan,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia dan untuk itu setiap warga Negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui

Lebih terperinci

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Pengantar Variasi potensi dan masalah yang terdapat pada ABK Pemahaman yang beragam tentang ABK Koordinasi

Lebih terperinci

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA LAPORAN OBSERVASI STUDENT DIVERSITY ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SLB TUNAS KASIH 1 LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : PSIKOLOGI PENDIDIKAN Dosen : Dr. Hj. Rita

Lebih terperinci

MODIFIKASI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF OLEH : Drs. Mamad Widya, M.Pd.

MODIFIKASI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF OLEH : Drs. Mamad Widya, M.Pd. MODIFIKASI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF OLEH : Drs. Mamad Widya, M.Pd. A. Modifikasi Pembelajaran ALB Dalam merancang pembelajaran atau Pendidikan Luar Biasa maka kita harus menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 2-3 Checklist Indikator PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 Diolah oleh: http://www.rumahinspirasi.com MORAL & NILAI AGAMA a. Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam pendidikan, terus menerus melakukan upaya pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA Irham Hosni PLB FIP UPI A. Modifikasi Pembelajaran TUNANETRA Dalam merancang pembelajaran atau Bimbingan Rehabilitasi Tunanetra maka kita harus menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) A. PENGERTIAN PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

ASESMEN PENDIDIKAN ASESMEN MEDIS ASESMEN SOSIOKULTURAL ASESMEN PSIKOLOGIS

ASESMEN PENDIDIKAN ASESMEN MEDIS ASESMEN SOSIOKULTURAL ASESMEN PSIKOLOGIS ASESMEN PENDIDIKAN ASESMEN MEDIS ASESMEN SOSIOKULTURAL ASESMEN PSIKOLOGIS ASESMEN PENDIDIKAN Laporan tertulis yg menjelaskan tentang penampilan (prestasi) pendidikan saat ini dan mengidentifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu ABSTRAKA Khairina Salsabila (2015) : Meningkatkan Kemampuan Mencuci Pakaian Pada Anak

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN 1 DEFINISI HEARING IMPAIRMENT (TUNARUNGU) TERKANDUNG DUA KATEGORI YAITU: DEAF (KONDISI KEHILANGAN PENDENGARAN YANG BERAT) DAN HARD OF HEARING (KEADAAN MASIH MEMILIKI

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Nama Lengkap. Kecamatan.. Kab/Kota. : Belum Sekolah/Pernah Sekolah (DO) / Sekolah.

INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Nama Lengkap. Kecamatan.. Kab/Kota. : Belum Sekolah/Pernah Sekolah (DO) / Sekolah. A. Identitas Anak INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Nama Lengkap Jenis Kelamin Anak ke Umur Agama Tempat Tgl Lahir Alamat Rumah Pendidikan :.. : Laki-laki / Perempuan. : dari.. bersaudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Suatu Observasi Lapangan di SDLB Desa Labui, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh) Oleh: Qathrinnida, S.Pd Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ini tercantum dalam Undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Deteksi dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia 0-36 bulan ini dikembangkan oleh peneliti untuk dijadikan pedoman bagi kader posyandu dalam rangka mengamati perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak normal lainnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Untuk itu di perlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kemampuan Bekerja Penyandang Tunagrahita Ringan Pasca Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kemampuan Bekerja Penyandang Tunagrahita Ringan Pasca Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kemampuan Bekerja Penyandang Tunagrahita Ringan Pasca Sekolah Kemampuan bekerja yang optimal dapat diperoleh dari proses pendidikan dan pelatihan serta pengalaman

Lebih terperinci

PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan

PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan A. Pendahuluan Kurikulum sebagai bangun dasar dari sebuah proses pendidikan merupakan saripati masyarakat dalam

Lebih terperinci

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak BABI PENDAillJLUAN 1.1. Latar Belakang Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak memerlukan perhatian dan pengawasan dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini penting

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN I. Pendidikan Anak Berbakat A. Pengalaman Mancanegara & Indonesia Amerika Serikat - 1958 diadakan konferensi ttg pendidikan yg b tuj utk menemukan org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN II. CACAT MENTAL Grahita pikir / memahami. Tuna Grahita ketidakmampuan dalam berpikir. MR / Mental Retardation. awalnya hanya mengacu pd aspek kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Di sekolah,

Lebih terperinci

Kompetensi sosial (Social competency) Perkembangan sosial (Social maturity) Kapasitas adaptif (Adaptive capacity)

Kompetensi sosial (Social competency) Perkembangan sosial (Social maturity) Kapasitas adaptif (Adaptive capacity) Istilah lain perilaku adaptif Kompetensi sosial (Social competency) Perkembangan sosial (Social maturity) Kapasitas adaptif (Adaptive capacity) Ketepatanan menyesuaikan diri (Adaptive fitting) Definisi

Lebih terperinci

MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati

MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati A. Makna Kemandirian 1. Pengertian Menumbuhkan kemandirian pada individu sejak usia dini sangatlah penting karena dengan memiliki kemandirian

Lebih terperinci

CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK KELOMPOK USIA 4-5

CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK KELOMPOK USIA 4-5 CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN 1. Menyusun silabi yang diturunkan dari indikator kompetensi NO INDIKATOR KOMPETENSI SILABI- KONSEP/MATERI 1. Agama dan Moral Menyanyikan

Lebih terperinci

Fakultas Psikologi UMBY, 2011

Fakultas Psikologi UMBY, 2011 Fakultas Psikologi UMBY, 2011 Banyak digunakan untuk anak usia 3 13 tahun Petunjuk Umum untuk menentukan suatu tes valid atau tidak 1. Mengikuti prosedur standar 2. Usaha subjek yang maksimal harus ditumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,

Lebih terperinci

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY 1 Bagus, seorang anak laki-laki berusia 30 bulan. Ibunya merasa bahwa putranya berbeda dg anak lainnya, perkembangan bicara & bahasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, hanya saja masalah tersebut ada yang ringan dan ada juga yang masalah pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945, bab III pasal 3 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

Masa kanak-kanak termasuk masa yg panjang dlm rentang kehidupan Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan --> kira-

Masa kanak-kanak termasuk masa yg panjang dlm rentang kehidupan Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan --> kira- Masa kanak-kanak termasuk masa yg panjang dlm rentang kehidupan Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan --> kira- kira usia 2 th matang scr seksual ( :±13 th :±14 th)

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA ACTIVITY OF DAILY LIVING SKILLS (ADL) Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pra Tindakan Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok A di TK Pertiwi Banaran 5 Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 yang dapat diidentifikasi adanya masalah yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan anak mampu latih, artinya anak masih mampu dilatih keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini memiliki hak dan kewajiban yang sama, terutama dalam bidang pendidikan, seperti yang tertulis dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu karya seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, musik salah satu cabang kesenian yang merupakan sarana dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci