PURA MAJAPAHIT (SEJARAH,STRUKTUT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PURA MAJAPAHIT (SEJARAH,STRUKTUT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA)"

Transkripsi

1 PURA MAJAPAHIT (SEJARAH,STRUKTUT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA) Oleh: I Made Reynaldi Ambara Gita*,Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd..**, Dra. Desak Made Oka Purnawati M.Hum*** reynaldi.3@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: 1) Sejarah pendirian Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana, 2) Struktur/jajaran pelinggih Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana, 3) Aspek- aspek apa saja dari Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan menggunakan langkah-langkah: Heuristik (pengumpulan data) dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, studi dokumen, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa (1) Berdirinya Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana tidak dapat dipisahkan kaitanya dengan tiga buah kerajaan yaitu Kerajaan Mengwi, Jembrana dan Blambangan. Hubungan ketiga kerajaan inilah yang nantinya akan mendirikan tempat suci yang ada di Desa Baluk, Negara Jembrana (2) Struktur /jajaran pelinggih Pura Majapahit berjumlah sembilan pelinggihyakni, (1) Taksu (2) Manjang Seluang (3) Meru Tumpeng Tiga (4) Padmasana (5) Meru Tumpeng Lima (6) Gedong Bata (7) Panglurah (8) Bedogol (9) Papelik.(3) Pura Majapahit memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah.hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek Pura Majapahit.Dari setiap aspek-aspek Pura Majapahit dapat dimasukan dalam setiap kompetensi inti.pelinggihgedong Bata dan Meru Tumpeng Lima merupakan aspek yang paling menonjol yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Kata Kunci : Sejarah, Struktur Pelinggih, Sumber Pembelajaran ABSTRACT This research is aimed at solving problems related to the research objectives: 1) The history of the establishment of Pura Majapahit in Baluk Village, Negara, Bali, 2) Structural / range shrine temple Majapahit in Baluk Village, Negara, Bali, 3) any aspects of the Pura Majapahit in Baluk Village, Negara, Bali which can be used as a source of learning history. The method used in this research is the historical method by using these steps: Heuristics (data collection) by using observation, interview, study documents, source criticism, interpretation and historiography. From these results it can be seen that (1) The establishment of the temple Majapahit in Baluk Village, Negara, Bali inseparable relation to the three kingdoms of the Kingdom Mengwi, Jembrana and Blambangan. Third link kingdom is what will set up a shrine in the village Baluk, Negara, Bali (2) Structure / range pelinggih Pura Majapahit of nine pelinggih namely, (1) Taksu (2) Manjang Seluang (3) Meru Tumpeng Three (4) Padmasana (5) Meru Tumpeng Lima (6) Gedong Bata (7) Panglurah (8) Bedogol (9) Papelik. (3) Pura Majapahit has potential as a source of learning history. It can be seen from the aspects of Pura Majapahit. From every aspect Majapahit temple can be entered in each of its core competencies. Bricks and Meru Gedong shrine Tumpeng Lima is the most prominent aspect that can be used as a source of learning history. Keywords: History, Structure Pelinggih, Learning Resources

2 PENDAHULUAN Dalam upaya penguasaan daerahdaerah di Nusantara, dalam kerangka Sumpah Palapa Patih Gajah Mada menjalankan siasat untuk dapat menundukan Raja Bali.Pada tahun 1343 ekspedisi militer dilakukan oleh Gajah Mada dan akhirnya Bali dapat dikuasai.dalam perkembangannya seiring dengan jatuhnya kekuasaan Majapahit, Bali kembali berkembang secara mandiri setelah Jawa dikuasai oleh kekuasaan kerajaan Islam samapai abad ke 18.Di Bali berkembang delapan kerajaan besar salah satunya Kerajaan Mengwi dan Jembrana.Kerajaan Mengwi menguwasai Blambangan. Ketiga hubungan kerajaan inilah yang nantinya akan mendirikan tempat suci. Tempat suci yang dimaksud adalah Pura Majapahit yang ada di Desa Baluk, Negara, Jembrana. Pura Majapahit merupakan salah satu pura yang memiliki keunikan di dalam proses pelaksanaan ritualnya. Pura Majapahit tidak mengunakan daging babi pada saat melaksanakan upacara piodalan.hal ini di karenakan pendirian Pura Majapahit ada kaitanya dengan umat Islam yang ikut membantu membangun tempat suci. Sejarah dan struktur Pura Majapahit ternyata banyak menyimpan pengetahuan dan juga nilai-nilai yang terkait dengan mata pelajaran sejarah di SMA.Hal ini dapat dikaitkan dengan materi silabus sejarah di SMA.Sejarah Pura Majapahit dapat dituangkan kedalam KI, KD dan Indikator di dalam silabus sejarah di SMA. Suksesnya proses belajar mengajar tidak dapat dilepaskan dari faktor guru dan siswa. Bertolak dari keunikan Pura Majapahit di Desa Baluk, penulis ingin mengkaji secara mendalam mengenai identifikasi Pura Majapahit (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA). Sehubunggan dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.Bagaimana sejarah pendirian Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana? 2.Bagaimana struktur/jajaran pelinggihpura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana?

3 3 Aspek-aspek apa saja dari Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Untuk mengetahui bagaimana sejarah pendirian Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana. 2 Untuk mengetahui bagaimana struktur/jajaran pelinggih Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana. 3 Untuk mengetahui aspek- aspek apa saja dari Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah. Adapun dalam penelitian ini, maanfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1 Manfaat Teoritis 1. Dapat memberikan wawasan akademis bagi seluruh mahasiswa tentang Pura Majapahit (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA). 2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam melaksanakan tugas penelitian selanjutnya. 2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan perbadingan untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Pura Majapahit (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA). 2. Bagi Lembaga/Jurusan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbagan informasi yang berupa ilmu pengetahuan dan juga dapat dijadikan sebagai acuan didalam mengkaitkan mata pelajaran sejarah yang didapatkan di bangku perkuliahan yang membahas tentang Pura Majapahit (sejarah, struktur pura dan potensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA)

4 LANDASAN TEORI Kata pura adalah berasal dari kata Sanskerta yang berarti benteng, istana atau kota. Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala prabhawa (manifestasinya) dan Atman Siddha Dewata (roh suci leluhur ) (Departemen Agama, 2005 : 92). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata struktur artinya cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan (Tim Penyusun, 1990 : 840 ). Konsep pura merupakan refleksi dari Bhwana Agung (Suyasa, 1996 : 8 ). Jika kita lihat secara umum maka, fungsi pura dapat dikelompokan menjadi tiga yakni : 1. Fungsi Religius Jika dilihat dari fungsi religiusnya, pura dijadikan sebagai tempat suci untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi serta prabawanya. 2. Fungsi Soial Pura juga dapat di fungsikan sebagai tempat untuk menjalin hubungan sosial yang harmonis dengan umat agama. 3. Fungsi Pendidikan Pendidikan yang didapatkan di pura adalah pendidikan yang mengarah kepada penanaman karakter dan moral. (Djamarah, Syaiful, dkk, 1995 : 123) mengatakan sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Mengacu kepada fungsi pura sebagai media pendidikan, maka secara khusus pura juga dapat difungsikan sebagai sumber belajar, khususnya pelajaran sejarah. METODE PENELITIAN Di dalam melakukan sebuah penelitian, pengunan metode sangatlah penting untuk di lakukan. Metode penelitian merupakan cara atau jalan yang mengatur dan sekaligus menentukan langkah didalam menyelesaikan sebuah penelitian.untuk mengkaji suatu permasalahan tentang Pura Majapahit (Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA). digunakan beberapa metode untuk

5 mengkaji permasalahan Diantaranya adalah sebagai berikut : Heuristik Heuristik berasal dari kata yunani, heuriskein, artinya menemukan.heuristik, maksudnya adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data.maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah sebagai berikut : 1. Teknik Observasi Penulis akan melakukan observasi secara menyeluruh mengenai Pura Majapahit (Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA) segala hasil yang penulis temukan akan penulis catat. Selain itu juga untuk memperkuat bukti penelitian ini, penulis akan mendokumentasikan segala apa yang ada didalam Pura Majapit itu. 2. Teknik Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertetu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Adapun informan yang dimintai informasi mengenai permasalahan yang penulis teliti adalah, Jro Mangku Gede Wenen dan ketua paruman Wayan Suarem dan ketua pengemponpura Majapihit. 3. Teknik Studi Dokumen Teknik studi dokumen ini penulis menggunakan beberpa dokumen seperti data statistik, peta atau denah desa, foto-foto yang terkait tentang Pura Majapahit yang berkaitan dengan struktur pelinggih, catatancatatan dalam bentuk monografi Desa Baluk, sumber buku atau kepustakaan yang berkaitan dengan Pura Majapahit. Kritik Sumber Setelah selesai dilaksanakannya langkah pengumpulan sumber-sumber sejarah (heuristik) dalam bentuk dokumen-dokumen, maka yang harus dilaksanakan berikutnya adalah mengadakan kritik (verifikasi) sumber. 1. Kritik Eksternal Kritik eksternal ingin menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sungguhsungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu.

6 2. Internal Berbeda dengan kritik eksternal yang lebih menitikberatkan pada uji fisik suatu dokumen, maka kritik internal ingin menguji lebih jauh lagi mengenai isi dokumen. Interpretasi Interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal. Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihu-bungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal. Historiografi Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah.menulis kisah sejarah bukanlah sekadar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian. PEMBAHASAN Sejarah Desa Baluk Menurut penuturan para tetua yang ada di Desa Baluk yaitu I Negah Suenda bahwa sebelum bernama Desa Baluk tempat ini dulunya bernama Kali Jaya. Disebutkan pada suatu ketika terjadilah perkelahian sengit bertempat di antara dua sungai yang dikenal dengan nama Kali Kembar. Tempat terjadinya perkelahian ini akhirnya dinamakan Kali Jaya. Diantara penduduk Kali Jaya adalah seorang dukuh yang dikenal dengan panggilan Dukuh Baluk, sebelum meninggal beliau berpesan kepada penduduk Kali Jaya agar nantinya setelah beliau meninggal tempat ini diberi nama Desa Baluk. Sejarah Pura Majapahit Keberadaan Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana tidak dapat dipisahkan dengan tiga buah kerajaan, yaitu masing-masing kerajaan Mengwi, kerajaan Jembrana dan kerajaan Blambangan atau Malar- Kabat di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.Hubungan antara dua kerajaan yaitu kerajaan Mengwi dengan Kerajaan Jembrana dapat dikatakan

7 memiliki hubungan vertikal / kekerabatan yang sangat dekat. Sedangkan hubungan antara Kerajaan Megwi dengan Kerajaan Blambangan adalah suatu hubungan kekuasaan, karena Blambangan pada saat itu merupakan daerah taklukan dari Kerajaan Mengwi.untuk mengawasi gerak gerik raja Blambangan yang telah menjadi daerah taklukam Kerajaan Mengwi, maka raja Mengwi Cokorda Alangkajeng menempatkan seorang patih yang bernama I Gusti Made Ngurah. Di Blambangan Gusti Made Ngurah bergelar Temenggung Ronggo Setoto.Kerajaan Blambangan atau yang sering disebut dengan kerajaan Macan Putih ini diperintah oleh seorang raja yang bernama Pangeran Mas Sepuh. Dalam suatu musim kemarau yang sangat panjang yang terjadi di Blambangan, merebaklah permainan rakyat berupa adu jangkrik di Blambangan.Di dalam suatu pertandingan jangkrik tingkat ningrat (bangsawan pembesar kerajaan) beradulah jangkrik Raja Macan Putih (Mangku Ningrat) melawan jangkrik milik Patih Raden Tumenggung Ronggo Setoto.Dalam pertarungan adu jangkrik kedua petinggi kerajaan ini berakhir dengan dikalahkannya jangkrik milik raja Macan Putih. Kalahnya jangkrik raja Macan Putih membuat ia marah dan mengutus Suta Wijaya dan pasukannya untuk menangkap Raden Tumenggung Ronggo Setoto dan menyiksanya hingga mati. Wong Agung Wilis selaku Purohita memberikan saran kepada raja Blambangan agar melaporkan peristiwa ini dan minta maaf kepada raja Mengwi.Namun hal ini tidak di hiraukan oleh raja Blambangan.Dan akhirnya Wong Agung Wilis di usir dari Blambangan.Kemudia Wong Agung Wilis pergi ke Mengwi untuk melaporkan hal yang menimpa Temenggung Ronggo Setoto.Dari berita yang diberikan Wong Agung Wilis kepada raja Mengwi membuat raja Mengwi menjadi marah dan murka kepada raja Blambangan. Atas dasar laporan Wong Agung Wilis, maka raja Mengwi mengutus pasukan untuk memanggil raja Blambangan untuk menghadap raja Mengwi dengan ancaman apa bila tidak memenuhi panggilan ini, maka akan diambil tindakan kekerasan. Raja Macan Putih menyadari kesalahannya dan beliau segera mempersiapkan diri untuk segera menghadap ke Mengwi.

8 Raja Blambangan mengajak seluruh anggota keluarganya untuk menghadap ke Mengwi.Sebelum samapai ke Mengwi raja Blambangan mampir ke Jembrana.Dan raja Blambangan meminta bantuan agar raja Jembrana mau mendampingi ke Mengwi. Namun raja Jembrana tidak bisa menolak ajakan raja Blambangan dan ia mengutus Pan Tabah untuk mendampingi raja Blambangan ke Mengwi. Sebelum raja Blambangan berangkat raja Jembrana bersumpah kepada raja Blambangan, jika terjadi apa dengan raja Blambangan maka raja Jembrana akan ikut mebelapati (mati). Tibalah raja Blambangan ke Mengwi.Setelah sesampai disana beliau langsung di vonis hukuman mati beserta seluruh keluarganya.hukuman mati itu dilakukan di seseh.akhirnya Pan Tabah kembali ke Jembrana dan melaporkan atas malapetaka yang menimpa raja Blambangan.Akhirnya Pan Tabah disuruh untuk membunuh raja Jembrana, karena sumpah dari raja Jembrana yang mebelepati dengan raja Blambangan.Akhirnya raja Jembrana meninggal dan akhirnya Pan Tabah pun ikut dibunuh oleh pasukan raja Jembrana yang tidak tau dari inti permasalahan yang terjadi.semua pasukan raja Blambangan kembali ke Blambangan.Namun sebelum samapai di Blambangan pasukan raja Macan Putih sempat berhenti di Desa Banyubiru dan melihat sumber air yang agak kebiru-biruan.akhirnya pasukan Blambangan tidak melanjutkan niatnya untuk kembali ke Blambangan.Mereka kemudian sepakat untuk membangun tempat suci.tempat suci yang di bagun oleh pasukan Blambangan adalah Pura Majapahit dan Masjid. Pembauatan Pura Majapahit di bantu oleh umat Islam. Pura yang di bagun itu diberi namapura Majapahit. Struktur Jajaran Pelinggih Pura Majapahit Struktur Pura Majapahit tidak jauh berbeda dengan struktur-struktur pura lainya yang ada di Bali.Pura Majapahit memiliki tiga halaman/bagian yang disebut dengan Tri Loka yaitu bhur loka (bumi), bhuwah loka (langit) dan swah loka (swarga). Ada Sembilan jajaran pelinggih-pelingih yang ada di jeroan Pura Majapahit diantaranya adalah : 1. Pelinggih Taksu (Ida Sang Kala Raja)

9 Pelinggih Taksu terletak di sebelah barat pelinggih Manjang Seluang. Dalam kehidupan umat Hindu, kekuatan (taksu) merupakan susuatu yang diharapkan hadir sebagai karunia. Kekuatan (taksu) akan memberikan nilai hidup terhadap dirinya, terhadap apa yang dikerjakan yang menghasilkan sesuatu berupa barang/benda atau sejenis keterampilan seperti seni tari, seni suara, seni drama dan sebagainya. 2. Pelinggih Manjang Seluang (Panca Rsi) Pelinggih Manjang Sekeluang ( Seluang ) adalah pelinggih untuk menghormati jasa-jasa Mpu Kuturan di Bali. Mpu Kuturan ialah seorang Maha Rsi dari Jawa timur yang datang ke Bali pada waktu pemerintahan Raja Udayana Mahendra Datta.. Mpu Kuturan di kenal sebagai salah satu tokoh spiritual yang memperkokoh sendi-sendi kehidupan beragama di Bali 3. Pelinggih Meru Tumpeng Tiga (Dewi Danuh) Yang melinggih atau yang berstana di Meru Tumpeng Tiga adalah Dewi Danuh.Dewi Danuh merupakan dewi kesuburan. Selain itu juga beliau menegaskan bahwa Meru berasal dari kata me yang berarti meme atau ibu, sedangkan ru, yang berarti guru atau bapak. Sehingga penggabungan dari kata Meru memiliki arti batur kelawasan petak (cikal bakal leluhur). 4. Pelinggih Padmasana (Ida Hyang Widhi Wasa) Susunan dari bangunan Padmasana itu dapat digambarkan sebagai berikut : paling bawah yang merupakan dasar dari bangunan Padmasana adalah Bedawangnala yang dililit oleh dua ekor naga, di atas Bedawangnala badan Padmasana menopang pucak berupa kursi dengan memakai parba dengan relief wujud acintia dan lengan kursi berlukiskan naga. Pada bagian belakang Padmasana terdapat ornamen Angsa kemudian dibawahnya dilukiskan Burung Garuda 5. Pelinggih Meru Tumpeng Lima (Ida Sesuhunan Majapahit/Siwa) Pelinggih Meru Tumpeng Lima merupakan sebuah pelinggih yang memiliki keunikan tersendiri didalam proses pembagunanya. Hal ini dijelaskan oleh beliau bahwa didalam proses pembuatan Pelinggih Meru Tumpeng Lima ini, tidak saja hanya orang Hindu yang ikut serta dalam proses pembagunan pelinggih ini,

10 melainkan orang-orang Islam pun turut ambil bagian didalam pembuatan Meru Tumpeng Limaini. Gamabar 01 Pelinggih Meru Tumpeng Lima 6. Pelinggih Gedong Bata (Ida Dalem Blambangan) Pelinggih Gedong Bata yang ada di Pura Majapahit pondasinya seluruhnya mengunakan bahan batu bata merah.yang dimana diatasnya mengunakan bahan dasar ijuk sebagai atapnya.berdasarkan penjelasan beliau yang melinggih di Gedong Bata di Pura Majapahit adalah Ida Dalem Blambangan.Berdasarkan fungsinya Pelinggih Gedong Bata yang ada di Pura Majapahit berfungsi sebagai tempat untuk memuja roh-roh suci para leluhur raja Blambangan dari awal yaitu raja Dalem Juru yang merupakan keturunan Dang Hyang Sri Kresna Kepakisan dari Majapahit hingga raja-raja Blambangan selanjutnya. 7. Pelinggih Panglurah (Ida Ratu Anglurah Made Jelawung) Pelinggih Pengelurah tempatnya di jajar timur menghadap ke barat yang bestana adalah Ida Ratu Anglurah Made Jelawung sebagai penjaga keamanan pura.pelinggih Pengelurah yang mempunyai bentuk seperti pelinggih tugu pada umumnya adalah merupakan stana Ida Ratu Anglurah Made Jelawung yang mempunyai tugas menjaga keselamatan dan keamanan Pura Majapahit secara niskala. 8. Pelinggih Bedogol (Naga Basukih) Pelinggih Bedogol adalah suatu pelinggih yang dimana pelinggih ini berstana Naga Basuki.Naga Basuki merupakan suatu penguwasa lautan.pelinggih ini secara kontruksi terdiri dari dua bagian yakni, kaki dan badan.pada bagian badan pelinggih berbentuk asah (datar), dan pada bagian bebaturan/kaki pelinggih berisi arca naga.pelinggih Bedogol berada pada sisi selatan dari Pelinggih Pengelurah yang fungsinya sebagai penjaga dan pemelihara Bhuana Agung (alam semesta) agar tetap didalam kondisi yang baik. 9. Pelinggih Papelik (Genah Ida Betara Nyejer) Bangunan Pepelik difungsikan pada saat upacara seperti Piodalan,

11 Ida Bhatara lunga melasti dan upacara dengan dudonan nedunan pralingga Ida Bhatara. Pada saat Piodalan setelah prosesi ke beji dan anguntap para Dewata di Pengubengan selanjutnyaida Bhatara akan ditempatkan di Pepelik disertai para dewa yang berkenan hadir yang telah diundang melalui matur piuning dan nunas tirtha (medangka) ke purapura, biasanya pura-pura yang berada di sekitar Pura Majapahit. Aspek-Aspek Yang Dapat di Jadikan Sebagai Sumber Belajar Di Pura Majapahit Tanpa kita sadari bahwa pura sebenarnya memiliki banyak nilai salah satunya adalah mengenai filosofis pendidikan.berdirinya Pura Majapahit di Desa Baluk, Negara, Jembrana dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah ususnya pelajaran sejarah di SMA.Hal ini dikarenakan Pura Majapahit banyak menyimpan nilai-nilai yang terkait dengan sejarah lokal.pura Majapahit dapat kita jadikan sebagai sumber belajar sejarah. Hal ini dapat kita lihat pada pedoman silabus sejarah di SMA dengan KI 3 :Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Pelinggih yang ada di Pura Majapahit juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar ususnya pelajaran sejarah.diantara kesembilan pelinggih yang ada di Pura Majapahit hanya dua pelinggih yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar diantaranya adalah Pelinggih Gedong Bata dan Pelinggih Meru Tumpeng Lima. Pelinggih Gedong Bata merupakan pelinggih yang difungsikan sebagai tempat memuja Ida Dalem Blambangan.Ida Dalem Blambangan merupakan seorang raja dari Kerjaan Blambangan.Sedangkan Meru Tumpeng Lima merupakan pelinggih yang difungsikan sebagai tempat untuk memuja Ida Hyang Betara Siwa.Ini menandakan bahwa Pura Majapahit ada kaitanya dengan

12 kerajaan Majapahit.Nah hal ini menandakan bahwa pelinggih yang ada di Pura Majapahit ini bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Simpulan Berdirinya Pura Majapahit tidak bisa dilepaskan kaitanya dengan tiga buah kerajaan yakni Mengwi, Jembrana dan Blambangan.Ketiga kerajaan inilah yang nantinya mendirikan tempat suci yang ada di Desa Baluk, Negara, Jembrana.Pura Majapahit terdiri dari tiga buah halaman yakni, jabo sisi, jabo tengah dan jeroan. Ada Sembilan buah pelinggih yang terdapat di Pura Majapahit yakni 1) Taksu (2) Manjang Seluang (3) Meru Tumpeng Tiga (4) Padmasana (5) Meru Tumpeng Lima (6) Gedong Bata (7) Panglurah (8) Bedogol (9) Papelik..Pura Majapahit memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah.hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek Pura Majapahit.Dari setiap aspek-aspek Pura Majapahit dapat dimasukan dalam setiap kompetensi inti.pelinggihgedong Bata dan Meru Tumpeng Lima merupakan aspek yang paling menonjol yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Daftar Pustaka Djamarah, Syaiful, Zain, dkk Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta Samania Sejarah Singkat Pura Majapahit. Sura, I Gede Agama Hindu Sebagai Penghantar. Denpasar : CV Kayu Mas Agung

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI ARTIKEL Judul MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh NI LUH

Lebih terperinci

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

PURUSADA SANTHA (BABAK I)

PURUSADA SANTHA (BABAK I) DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM PURUSADA SANTHA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Dharma Santi Nasional,Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA ARTIKEL Judul PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Oleh Ni Wayan Astini

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI 118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973 Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater Penulis : Clifford Geertz Oleh : Isnan Amaludin NIM : 08/275209/PSA/1973 Prodi : S2 Sejarah Geertz sepertinya tertarik pada Bali karena menjadi suaka

Lebih terperinci

PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM

PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM 1314021008 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Oleh : Ni Luh Sri Karmi Asri, (NIM 0914021002), (e-mail: niluhsrikarmiasri@yahoo.com)

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar Penulis : I Wayan Kardji Foto Cover & Ilustrasi : Repro Editor/Penyelaras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan ikatan sosial dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah yang merupakan sasaran ekspansi dari kerajaan-kerajaan Jawa Kuna. Daerah Bali mulai dikuasai sejak Periode Klasik Muda dimana kerajaan

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXIII di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar Tahun 2011 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

Lebih terperinci

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana.

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana. ARSITEKTUR BALI Mata Kuliah ARSITEKTUR PRA MODERN pertemuan ke 5 Dosen: Dr. Salmon Martana, M.T. Masyarakat Bali sangat percaya bahwa mereka hadir di dunia membawa misi hidup, yaitu berbuat kebaikan. Kesempurnaan

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing

Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing Identifikasi Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali ( Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Wisata Dharma) OLEH

Lebih terperinci

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi 1767 1769 SKRIPSI Oleh: A n g g a M a y R a w a n NIM : 050210302229 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMAN 1 Singosari : Sejarah Peminatan : XI IPS/Ganjil : Kerajaan-Kerajaan Besar Indonesia pada Masa

Lebih terperinci

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak

Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si. Abstrak Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna Dan Nilai Budaya (1) Oleh: Wardizal, S.Sen., M.Si Pengantar Artikel berjudul Seni Pertunjukan Gambuh Kajian Makna dan Nilai Budaya yang ditulis oleh Wardizal, S.Sen,

Lebih terperinci

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI Oleh I Gede Yogi Adi Prawira, Nim 0814021039 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi 1 RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi Abstrak Relief of Tantri that is located in Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. This area located

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

ARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI

ARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI ARTIKEL JUDUL PURA PANYAGJAGAN DI DESA PAKRAMAN CATUR, KINTAMANI, BANGLI, BALI (Latar Belakang Sejarah, Fungsi Pura dan Potensinya Sebagai Media Pendidikan Multikultur di Sekolah Menengah Pertama dan Masyarakat)

Lebih terperinci

DESKRIPSI ORATORIUM MERAH PUTIH JAMBRUT KHATULISTIWA (BABAK I)

DESKRIPSI ORATORIUM MERAH PUTIH JAMBRUT KHATULISTIWA (BABAK I) DESKRIPSI ORATORIUM MERAH PUTIH JAMBRUT KHATULISTIWA (BABAK I) Produksi ISI Denpasar pada Peringatan HUT TNI ke 65 di Lapangan Puputan Badung Denpasar 5 Oktober 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI Oleh : A.A SRI AGUNG PRADNYAPARAMITA 1101605005 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran

Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti ini adalah garapan pakeliran inovativ

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ANAK (CHILD LABOR) PADA USAHA AIR MINUM ISI ULANG TIRTHA SEMADHI DENPASAR UTARA

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ANAK (CHILD LABOR) PADA USAHA AIR MINUM ISI ULANG TIRTHA SEMADHI DENPASAR UTARA 1 SKRIPSI IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ANAK (CHILD LABOR) PADA USAHA AIR MINUM ISI ULANG TIRTHA SEMADHI DENPASAR UTARA MADE YUNITA ASRINI 1016051134 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode Oleh Gede Mas Mahendradita

ARTIKEL. Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode Oleh Gede Mas Mahendradita ARTIKEL Judul Perkembangan SMA N 3 Singaraja Periode 1976-2012 Oleh Gede Mas Mahendradita 0914021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PENERAPAN APPRAISAL RIGHT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK YANG LEMAH DALAM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER)

PENERAPAN APPRAISAL RIGHT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK YANG LEMAH DALAM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER) PENERAPAN APPRAISAL RIGHT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK YANG LEMAH DALAM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER) I WAYAN ERI ABADI PUTRA NIM: 1016051050 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

PEMARGI MELASTI LINGGIH IDA BHATARA RING PURA PUSEH

PEMARGI MELASTI LINGGIH IDA BHATARA RING PURA PUSEH PEMARGI MELASTI 1. PECALANG 2. PRAYASCITA, PENASTASAN 3. UPACARA 4. GONG 5. PESANTIAN 6. IDA BHATARA PUSEH 7. PENATARAN PANDE (MANGKU Gd NOMER) 8. PENATARAN PANDE (MANGKU SARKA) 9. PENATARAN PASEK (WAYAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu menganalisis dengan baik dan benar, oleh karena itu menganalisis disebut kegiatan produktif

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI )

BANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI ) BANTEN PIODALAN ALIT SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI ) NO A PELINGGIH SARANA BANTEN UPAKARA SATUAN KETERANGAN MEPIUNING MEKARYA SANGANAN SUCI 1 PEJATI 3 SET Padmasana, Dapur Suci, Pinanditha 2

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

ARTIKEL. Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul IDENTIFIKASI PENGARUH HINDU MAJAPAHIT DI DESA SONGAN, KINTAMANI, BANGLI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh : I Gede Arcana, Nim 1214021017 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babad merupakan salah satu karya sastra sejarah. Adanya tradisi karya sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra dengan penyambutnya

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA 1 ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA Ida Ayu Diah Rarasathi Kusumadarma Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT The research of structure and function

Lebih terperinci

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL

KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL ARTIKEL Judul KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL ) Oleh Kadek Maharta Dharma 0914021049 JURUSAN

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13 EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

Palinggih Dewa Dalem Sebagai Wahana Penyungsungan Anak Kembar Di Desa Songan (Belajar Sejarah Di SMA)

Palinggih Dewa Dalem Sebagai Wahana Penyungsungan Anak Kembar Di Desa Songan (Belajar Sejarah Di SMA) Palinggih Dewa Dalem Sebagai Wahana Penyungsungan Anak Kembar Di Desa Songan (Belajar Sejarah Di SMA) I Nengah Dodong, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum, Dr. Tuty Maryati, M.Pd Jurusan Pendidikan Sejarah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi yang

KATA PENGANTAR. Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi yang KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Penyelesaian Kredit Macet dengan

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Laporan kemajuan HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)

Lebih terperinci

NI KADEK ARI INDRAYANI NIM JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

NI KADEK ARI INDRAYANI NIM JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA ARTIKEL Pura Pabean Pulaki, Di Banyupoh Gerokgak, Buleleng-Bali (Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Media Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah di SMA) Oleh NI KADEK ARI INDRAYANI NIM. 1114023001

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68 PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI Oleh Ari Yogo Prasetya NIM 060210302230 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Wisuda XIV Universitas Pendidikan Ganesha

Wisuda XIV Universitas Pendidikan Ganesha Wisuda XIV Universitas Pendidikan Ganesha I Wayan Muderawan Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana No. 11 Singaraja Bali 81117 Indonesia Email: wayanmuderawan@yahoo.com.au Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR) I PUTU WISNU NUGRAHA NIM.

SKRIPSI PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR) I PUTU WISNU NUGRAHA NIM. SKRIPSI PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR) I PUTU WISNU NUGRAHA NIM. 1016051047 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i PERANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan

Lebih terperinci

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR

ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR I Gde Putu Surya Pradnyana email: putusuryapradnyana130.ps@gmail.com Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR PUTU DIKA WIJAYATAMA 0916051117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI PENERAPAN

Lebih terperinci

SEJARAH, PERAN, DAN ARSITEKTUR MASJID BESAR BABUL QUDUS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

SEJARAH, PERAN, DAN ARSITEKTUR MASJID BESAR BABUL QUDUS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN i SEJARAH, PERAN, DAN ARSITEKTUR MASJID BESAR BABUL QUDUS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1926-2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA

TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA Bangunan pura pada umumnya menghadap ke arah barat dan bila memasuki pura menuju ke arah timur, sedangkan persembahyangannya menghadap ke arah timur yaitu ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

I Made Cita Adnyana, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A, Dr. I Made Pageh, M.Hum

I Made Cita Adnyana, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A, Dr. I Made Pageh, M.Hum PURA PAJENENGAN DI DESA PAKRAMAN PANJI, BULELENG, BALI (SEJARAH, STRUKTUR, FUNGSI PURA DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH BERBENTUK RANCANGAN BUKU SUPLEMEN DI SMA) I Made Cita Adnyana, Prof.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEDAGANG DAWET AYU SEBAGAI KULINER TRADISIONAL KHAS BANJARNEGARA (TAHUN )

PERKEMBANGAN DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEDAGANG DAWET AYU SEBAGAI KULINER TRADISIONAL KHAS BANJARNEGARA (TAHUN ) i PERKEMBANGAN DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEDAGANG DAWET AYU SEBAGAI KULINER TRADISIONAL KHAS BANJARNEGARA (TAHUN 1990-2013) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman

Lebih terperinci