Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu"

Transkripsi

1 ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut Wisarja, S.Ag. M.Hum NIP Pembimbing II Jro Ayu Ningrat, S.Ag. M.Ag NIP ABSTRAK Sarana pemujaan berupa Lingga Yoni, yang dipercaya masyarakat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kehadapan Tuhan dengan manifestasi beliau sebagai Dewi Danu sebagai dewi penguasa air yang memberikan berkah berupa kesuburan dan kemakmuran di dalam masyarakat. Pentingnya pemahaman tentang simbolsimbol pemujaan dalam masyarakan, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Esensi Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dilihat dari segi bentuk, fungsi serta makna yang terkandung di dalamnya. Di dalam memecahkan permasalahan tentang sarana pemujaan Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. dapat dipecahkan dengan menggunakan metode deskriptip kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi, dokumentasi, dan studi pustaka, serta mempergunakan teori-teori sebagai pembedahnya antara lain mempergunakan teori religi untuk membedah bentuk, teori fungsionalisme struktural untuk membedah permasalahan tentang fungsi serta teori simbol untuk membedah permasalahan tentang esensi atau makna yang terdapat dalam sarana pemujaan Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. Dari permasalahan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan teknik pengumpulan data, observasi, wawancara serta dokumentasi dengan mempergunakan metode deskriptif kualitatif sehingga didapatkan hasil tentang bentuk,fungsi serta makna yang terkandung di dalam Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu PENDAHULUAN Pemujaan menggunakan Lingga Yoni mungkin jarang ditemukan di Bali akan tetapi di Pura Batur Ning ini dapat ditemukan pemujaan terhadap Lingga Yoni ini.

2 Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning ini pernah dilakukan penelitian oleh Balai Arkeologi Denpasar pada tahun 2004, di mana diperkirakan Lingga Yoni ini sudah ada dari abad ke-15 Masehi dan ditemukan pula berbagai arca yang sekarang ini masih di simpan di Pura Puseh Desa Sayan. Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan ini terkesan menarik dan unik, sehingga penting dilaksanakan penelitian agar dapat memberikan gambaran serta pemahaman akan Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, di mana berfungsi sebagai Beji atau permandian suci untuk membersihkan arca atau tapakan sebelum pelaksanaan upacara piodalan, dan juga berfungsi sebagai tempat pengelukatan Mala atau unsur-unsur negatif. Hal ini di buktikan oleh masyarakat Desa Pakraman Sayan, di mana setiap kali melakukan upacara piodalan baik di Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Batur Ning selalu melakukan upacara pembersihan tapakan (Ngebejian) untuk memohon tirtha, serta memohon kesuburan dan kesejahteraan di dalam masyarakat. Dari pemaparan pendahuluan diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang dapat di ambil guna mendapatkan hasil yang diinginkan mengenai penelitian tentang Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar Yakni: 1).Bagaimana bentuk Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar?, 2)Apa Fungsi Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar?, 3) Makna apa yang terkandung dalam Pemujaan Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar?. METODE PENELITIAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 652), menyebutkan metode adalah cara teratur dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Di dalam memecahkan permasalahan tentang sarana pemujaan Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. dapat dipecahkan dengan menggunakan metode deskriptip kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi, dokumentasi, dan studi pustaka, serta mempergunakan teoriteori sebagai pembedahnya antara lain mempergunakan teori religi untuk membedah bentuk, teori fungsionalisme struktural untuk membedah permasalahan tentang fungsi serta teori simbol untuk membedah permasalahan tentang esensi atau makna yang terdapat dalam sarana pemujaan Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar HASIL PENELITIAN 1. Bentuk Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. Lingga Yoni merupakan suatu simbol yang di pergunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, dimana Lingga Yoni memiliki

3 beraneka ragam bentuk. Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 135), kata bentuk dapat berarti: (1) lengkung, (2) gambaran, (3) rupa, wujud, (4) system, susunan, (5) wujud yang ditampilkan (tampak), (6) acuan atau susunan kalimat. Sedangkan K. Langer dalam The Liang Gie (1996: 18-20) menyebutkan bahwa bentuk yang dimaksudkan adalah bentuk fisik yang sifatnya tetap seperti bangunan arsitektur, sedangkan bentuk dinamik seperti tarian merupakan sesuatu yang dinamis, bergerak, berpindah-pindah. Adapun pembahasan mengenai bentuk Lingga Yoni di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar akan dibahas: (1). Sejarah Pura Batur Ning, (2). Bentuk Lingga Yoni di Pura Batur Ning, 1.1 Sejarah Pura Batur Ning Sejarah Pura btur Ning di mulai pada saat salah seorang penduduk tengah menggarap tegalan (tempat pura sekarang) terjadi suatu kejadian yang aneh tatkala hendak membajak tegalan tersebut, entah kenapa setiap melewati suatu sudut di tegalan itu sapi yang dipakai untuk membajak selalu ingin lari (Rengas), karena seringnya terjadi hal tersebut sang penggarap mulai curiga dengan tempat atau sudut yang berada di tegalan itu, sehingga sang petani mempunyai inisiatif untuk menggali tempat tersebut. Sebelum melakukan penggalihan terlebih dahulu beliau menghaturkan sesajen di tempat tersebut (tempat Lingga Yoni sekarang), sang penggarap kemudian mulai menggali sudut tersebut dan mulanya ditemukan sebuah batu yang memiliki diameter kurang lebih 50cm. Batu yang ditemukan lantas dipindahkan kearah utara, ini dikarenakan penapsiran para pengelingsir arah utara (hulu), yang merupakan arah yang disucikan serta keberadaan batu tersebut diyakini memiliki kekuatan gaib sehingga dibuatkanlah sebuah pelinggih berupa bebaturan dengan ditambahkan pelinggih lainnyan yang sangat sederhana atau sering disebut dengan Turus idup. Tempat ini lantas dinamakan Pura Anyar. Pura Anyar berganti nama menjadi Pura Batur Ning berdasarkan keputusan yang diambil oleh Jero Gede Batur beserta Pemangku Pura Batur Kintamani yang tangkil ke Pura Anyar serta berani meyakini bahwa tempat tersebut merupakan Pesimpangan Ida Bhatari Ulun Danu Batur (Dewi Danu). Dengan adanya keputusan yang meyakinkan tentang keberadaan pura tersebut, sehingga diadakan paruman (rapat) antara penglingsir (Pemangku) serta tokoh-tokoh Desa Pakraman Sayan tentang keberadaan Pura Anyar. Kemudian para Pengelingsir dan tokoh-tokoh Desa Pakraman Sayan Tanggkil ke Griya Banjarangkan guna menanyakan nama yang tepat untuk pura ini. Oleh saran dari Ida Pedanda Gede Griya Banjarangkan pura ini di beri gelar Pura Taman Batur Ning dan sekarang menjadi Pura Batur Ning. 1.2 Bentuk Lingga Yoni di Pura Batur Ning Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning memiliki bentuk atau posisi yang sangat berbeda dengan Lingga Yoni di pura yang lainnya, seperti Lingga Yoni yang terdapat di Pura Pusering Jagat, Pejeng di mana memiliki bentuk seperti tiang dan Yoninya menyerupai seekor kura-kura. Berbeda dengan Lingga Yoni yang

4 terdapat di Pura Batur Ning memiliki betuk yang unik dikarena diletakan di atas sebuah pelinggih (bebaturan), serta posisi Lingga Yoninya terdapat pada puncak dari bangunan pelinggih dan dialiri air dari ujung paling atas Lingga Yoni sehingga membasahi seluruh bagian dari pelinggih dan di bawahnya terdapat sebuah kolam yang berfungsi sebagai penampung air yang jatuh dari ujung atas Lingga Yoni. Keunikan bentuk dari Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan merupakna suatu peninggalan kebudayaan yang merupakan suatu sarana yang dipergunakan sebagai sarana di dalam mendekatkan diri dengan antara pemuja dengan yang dipuja yakni antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Lingga Yoni ini dialiri air dari atasnya dikarenakan petunjuk dari Ida Pedanda Banjarangkan serta Ida Pedanda Griya Padang Tegal, karena menurut beliau, kenapa bentuk Lingga Yoni yang berada di Pura Batur Ning seperti itu dikarenakan fungsi dari Lingga Yoni tersebut digunakan sebagai Beji serta berdasarkan atas cerita atau purana yang mengatakan Lingga Yoni tersebut sebagai simbolisasi dari Dewa Siwa di dalam menahan derasnya aliran dari sunggai Gangga yang turun dari surga supaya tidak menghancurkan dunia atau stabilitas alam. Bentuk Lingga Yoni di Pura batur Ning juga merupakan simbolisasi dari Gunung serta danau Batur di mana Gunung dilambangkan sebagai Lingga sedangkan danau dilambangkan sebagai Yoninya. Proses pemujaan di Lingga Yoni ini biasanya dilaksanakan tatkala akan adanya piodalan di beberapa pura seperti: Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Batur Ning, hal ini dikarenakan fungsinya sebagai tempat memohon air suci. Selain prosesi pemujaan di lakukan sebelum pelaksanaan piodalan di pura tadi, prosesi ritual juga dilaksanakan setiap satu tahun sekali, tepatnya pada perhitungan kalender Caka yang jatuh tepat pada purnama ke lima. 2. Fungsi Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar Fungsi dari Lingga Yoni yang berada di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar, merupakan sebuah sarana pemujaan yang secara lisan diturunkan turun temurun dari generasi ke generasi, dan dipercaya memiliki nilai serta kekuatan religius yang tinggi di dalam masyarakat yang berada di wilayah Desa Pakraman Sayan sampai saat sekarang Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan ini masih disakralkan serta memiliki fungsi di dalam kehidupan masyarakat di Desa Pakraman Sayan. 2.1 Fungsi Spiritual Lingga Yoni sebagai bentuk sarana pemujaan memiliki fungsi spiritual yang sangat tinggi, dikarenakan pada jaman terdahulu terutama pada jaman prasejarah seseorang membuat sebuah sarana pemujaan memiliki tujuan-tujuan tertentu yakni sebagai pemujaan kehadapan Dewa-dewa, roh, atau suatu yang khusus dengan kepercayaan seseorang. Fungsi spiritual bertujuan untuk mendekatkan diri manusia dengan para Dewa yang dipujanya (menurut Gie dalam Dwitayasa, 2010: 146). Begitu pula dengan Lingga Yoni pada jaman terdahulu diyakini sebagai benda yang

5 memiliki daya spiritual yang diperuntukan untuk memuja para Dewa sebagai perwujudan Tuhan. Di dalam Manifestasinya sebagai Dewi Danu yang dipercaya sebagai Dewi Kesuburan yang memberikan kesuburan dalam bidang pertanian. Melalui sarana pemujaan yang berbentuk Lingga Yoni serta dipercaya sebagai sarana pemujaan terhadap Dewi Danu dapat mengarahkan spiritual umat Hindu khususnya yang berada di Desa Pakraman Sayan, sehingga warga desa memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Melalui spiritual warga desa dituntun pola pikirnya agar nantinya dapat berpikir, berkata, serta berbuat baik yang mengarahkan pikiran tertuju pada satu pusat yakni kepada Tuhan Yang Maha Esa. Spiritual merupakan suatu kekuatan bagi Pulau Bali dan umat Hindu, sehingga pulau Bali dikenal sampai sekarang karena daya spiritualnya yang tinggi (Dwitayasa, 2010: 148). Dari pemaparan di atas dapat ditarik sebuah benag merah, bahwa fungsi spiritual dari sarana pemujaan Lingga Yoni pada jaman dahulu diperuntukan untuk memuja Dewa-dewa, dan sampai saat sekarang Lingga Yoni yang ada di Pura Batur Ning masih tetap dipercaya mempunyai fungsi spiritual yang tinggi sehingga sarana pemujaan Lingga Yoni, dalam hal ini sebagai sarana yang dipergunakan untuk menghubungkan diri atau mendekatkan diri antara pemuja dengan yang dipuja yakni Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk Saguna Brahman dengan mengambil perwujudan sebagai Dewi Danu atau Dewi Kesuburan yang memberikan kemakmuran dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat di Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. 2.2 Fungsi Lingga Yoni Sebagai Pemujaan Dewi Danu Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Danu dikarenakan, pertama karena bertempat di Pura Batur Ning yang merupakan Pura yang memiliki kaitan langsung dengan Pura Batur yang berada di Desa Batur Kintamani, yang merupakan Stana dari Dewi Danu, yang kedua simbol dari Lingga Yoni ini merupakan lambang dari bersatunya antara Gunung Batur dengan Danau Batur di mana gunung sebagai lambang Lingga dan danau sebagai lambang dari Yoninya. Uraian senada juga dapat dilihat dari sejarah yang terdapat di dalam selayang pandang Pura Ulun Danu Batur menyatakan bahwa gunung merupakan lambang dari Lingga dikarenakan pada awalnya orang-orang yang bermukim di sekitar Gunung Batur adalah orang dari golongan Waisnawa yang sudah tentunya memuja pada Dewa Wisnu, oleh sebab itu Gunung Batur merupakan Lingganya Bali serta Danau Batur merupakan Yoninya Bali, dasar pemikiran inilah yang kemungkinan dijadikan landasan mendirikan pelinggih Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu yang terdapat di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan Ubud, Gianyar. 2.3 Fungsi Lingga Yoni Sebagai Tempat Memohon Air Suci (Beji) Lingga Yoni di Pura Batur Ning selain difungsikan sebagai tempat pemujaan kehadapan Dewi Danu, oleh masyarakat Desa Pakraman Sayan juga di pergunakan

6 sebagai tempat untuk memohon air suci (Beji), hal ini dikarenakan pelinggih Lingga Yoni yang dialiri air dari atasnya ini diyakini sebagai simbolisasi dari Gunung Batur dan Danau Batur. Secara mendasar konsep pemikiran akan Lingga Yoni yang terdapat di Pura ini dipergunakan sebagai tempat untuk menyucikan sarana upacara, sebagai tempat untuk memohon air suci (Tirtha), serta Lingga Yoni ini juga dipergunakan sebagai tempat untuk ngelebur Mala atau Leteh. Dalam melaksanakan penyucian sarana upacara ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum puncak upacara piodalan, baik piodalan di Pura Batur Ning, Pura Puseh serta Pura Desa tentunya melaksanakan pembersihan sarana upacara seperti di pelinggih atau beji Lingga Lingga Yoni ini. Segala bentuk sarana upacara di atas disucikan dengan menggunakan percikan air yang terdapat di Lingga Yoni, yang oleh masyarakat setempat sering disebut dengan nama beji Lingga, di mana sebelum dipercikan Tirtha dari beji Lingga ini terlebih dahulu pemuka agama atau pemangku melaksanakan Puja memohon Tirtha pembersihan. Selain difungsikan sebagai tempat penyucian sarana upacara dan tempat memohon tirtha, beji Lingga ini juga dipercaya masyarakat sebagai tempat pengeleburan mala atau leteh. 3. Makna Lingga Yoni di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. Makna secara umum adalah suatu nilai yang terkandung dalam suatu benda. Segala sesuatu yang ada pastinya meimliki maknanya tersendiri, sehingga apapun bentuknya pastinya diberikan makna, begitu halnya Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning, memiliki makna: 1). Makna filosofis. 2). Makna simbolik serta 3). Makna kesuburan. 3.1 Makna Filosofis Pemahaman akan Lingga Yoni yang berada di Pura Batur Ning yang dipergunakan masyarakat sebagai pemujaan kehadapan Dewi kesuburan yakni Dewi Danu, Lingga Yoni merupakan lambang dari gunung dan danau, di mana Lingga merupakan lambang dari gunung, serta Yoni merupakan Lambang dari danau di mana merupakan esensi pemujaan kehadapan Dewi Danu yang telah memberikan berkah kesuburan kepada masyarakat khususnya dalam bidang pertanian, menurut subandi makna filosofis yang terdapat dalam Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning sangatlah sederhana akan tetapi memiliki peranan yang sangat sentral dalam kehidupan masyarakat di Desa Pakraman Sayan. Esensi pemujaan terhadap Lingga Yoni yang berada di Pura Batur Ning, merupakan pengimplementasian ajaran agama yang telah diwarisi oleh pendahulunya merupakan suatu pengetahuan yang penuh makna serta arti yang penting dalam kehidupan masyarakat antara lain: selain sebegai simbul dari Gunug dan Danau Batur, Lingga Yoni merupakan pengetahuan mengenai bersatunya antara Purusha (laki-laki) dan Prakerti (perempuan) sehingga akan menghasilkan suatu penciptaan (kehidupan).

7 Pemahaman akan makna filosofis yang terkandung di dalam Lingga Yoni di Pura Batur Ning oleh masyarakat mungkin kurang mendalam akan tetapi keyakinan masyarakat akan esensi sepeti yang disebutkan informan merupakan suatu kebenaran yang sementara ini masih diyakini oleh masyarakat tanpa mehilangkan esensi yang tertinggi yakni kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemujaan kehadapan Tuhan dengan parantara Lingga Yoni yang dipercaya masyarakat sebagai pemujaan kehadapan Dewi Danu atau dengan penyebutan Dewa dan Dewi lainnya ini pada intinya tidaklah bertentangan dalam ajaran agama Hindu. Hal ini disebabkan oleh kemahakuasaan Tuhan itu sendiri, yang tanpa batas meresapi segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dalam pemaparan di atas tentang nilai filosofis, bahwa Tuhan selalu ada di setiap tempat, dengan sarana atau tatacara yang berbeda dalam pelaksanaan atau cara meyakininya namun keesaan Tuhan tetaplah satu. Veda memberikan ruang bagi budaya lokal untuk ikut mewarnai nuansa Veda namun esensinya tidak terlepas dari Kitab Suci Veda itu sendiri. Jika dikaitkan dengan Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu, manusia mengetahui Tuhan sebagai suatu sumber yang paling utama dari alam beserta isinya, yang turun dan bersthana di Pura Batur Ning dalam manifestasinya selaku Dewi Danu. 3.2 Makna Simbolik. Simbol berfungsi untuk mempertahankan pengawasan sosial dan memelihara kebersamaan dalam masyarakat. Sarana pemujaan merupakan sebuah simbol ekspresi manusia atau umat Hindu dalam mewujudkan manifestasi Tuhannya. Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan kehadapan Dewi Danu yang ada di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan memiliki makna simbol yang tinggi, karena dengan adanya simbol berupa Lingga Yoni dapat mengungkap suatu yang transendent kedalam ekspresi. Dalam manfaatnya simbol dilaksanakan melalui interaksi antara masyarakat dan serta penggunanya. Pemaparan di atas jika dikaitkan dengan teori simbol yang peneliti pakai untuk membedah permasalahan tentang makna sebuah sarana pemujaan yang berupa Lingga Yoni sebagai perwujudan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Danu yang ada di Pura Batur Ning merupakan penjabaran dari peringkat simbol yang dijabarkan oleh Triguna yaitu sebuah bentuk ekspresi yang mengungkapkan perasaan manusia terhadap Tuhan. Selain itu simbol juga dapat mengungkapkan suatu yang ada di dalam pikirannya, dan dapat memberikan arahan bagi perhatian orang-orang dalam pemeliharaan alat-alat tertentu dalam hal ini adalah Lingga Yoni yang dipakai alat atau sarana untuk mencapai tujuannya yakni mendekatkan diri kepada Tuhan. Lingga Yoni adalah sebuah simbol yang di dalamnya memiliki nilai yang sangat tinggi bila dipandang dari sudut agama, dan menurut pemikiran masyarakat nilai tersebut merupakan esensi yang terkandung di dalam sarana pemujaan Dewi Danu yakni Tuhan itu sendiri. Melakukan sebuah interaksi manusia bertindak berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan makna tersebut disempurnakan disaat interaksi sosial berlangsung. Seperti halnya Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu tentunya telah ada kesepakatan dari

8 masyarakat berdasarkan interaksi antara masyarakat sehingga sarana pemujaan yang berbentuk Lingga Yoni diyakini sebagai perwujudan Dewi Danu sebagai Dewi Kesuburan. Namun yang perlu diberikan penjelasan yakni yang disembah bukan bendanya melainkan makna serta esensi yang terkandung dalam benda tersebut yaitu TuhanYang Maha Esa. 3.3 Makna Kesuburan Lingga Yoni merupakan lambang dari bersatunya Purusha dan Prakerti atau bertemunya unsur maskulin dengan unsur feminim, di mana penyatuan Purusha dan Predana ini akan menimbulkan suatu penciptaan kehidupan, keseimbangan alam, kesuburan serta keharmonisan. Begitu halnya fungsi Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud. Di mana makna yang terkandung di dalam Lingga Yoni ini telah di implementasikan di dalam masyarakat sebagai cerminan dalam memelihara hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Sang Pencipta (Tri Hita Karana). Implementasi akan makna kesuburan melalui simbol Lingga Yoni telah berperan sangat sentral terhadap kehidupan masyarakat sekitar khususnya masyarakat dengan mata pencarian sebagai petani. Dengan adanya pemaknaan akan Lingga Yoni, yang merupakan sumber dari kesuburan alam khususnya mengenai Gunung Batur dan Danau Batur, yang secara sederhana oleh para pendahulu di Desa Sayan di simbolkan dengan Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, serta diyakini oleh masyarakat sekitar. Melihat fungsi Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan ini merupakan Pura Fungsional, yakni pura yang digunakan atau difungsikan oleh ikatan propesi yang sama dalam sistem mata pencarian masyarkat desa khususnya Desa Pakraman Sayan yang sebagian besar merupakan masyarakat denagan mata pencarian sebagai petani. Lingga Yoni yang diidentikan dengan makna sebagai sumber dari segala yang ada di dunia ini sangatlah tepat dilekatkan makna akan kesuburan, terlebih lagi Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning merupakan sarana pemujaan terhadap Dewi Danu, yang merupakan Dewi Kesuburan penguasa air di mana air merupakan lambang kehidupan karena tanpa adanya air apapun yang tercipta di dunia ini tidak akan dapat hidup, terlebih lagi dalam kehidupan manusia. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari permasalahan di atas penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikiut: 1. Bentuk Lingga Yoni yang tebuat dari batuan alam serta ditempatkan diatas sebuah pelinggih (bebaturan) serta dialiri air dari atasnya merupakan suatu bentuk yuang sangat menarik serta unik dan diyakini memiliki kekuatan religius di dalam kehidupan masyarakat yang terdapat di Pura Batur Ning, Desa Pakraman, Sayan, Ubud, Gianyar. Proses pemujan Lingga Yoni yang terdapat di pura ini dilaksanakan biasanya setiap satu tahun sekali yakni tepatnya pada Purnama ke-5

9 perhitungan kalender Saka, selain pada puja wali di pura tersebut biasanya juga dilaksanakan ketika ada upacara piodalan di Pura-Pura yang berada di wilayah Desa Pakraman Sayan. 2. Fungsi Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan mempunyai fungsi sebagai sarana pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam manifestasi-nya sebagai Dewi Kesuburan yang terlah melimpahkan kesuburannya di dalam kehidupan masyarakat Desa Pakraman Sayan terutama bagi para petani. Selain berfungsi sebagai sarana pemujaan kehadapan Dewi Danu Lingga Yoni ini juga berfungsi sebagai tempat memohon air suci atau Tirtha, sehingga Lingga Yoni ini oleh masyarakat sering disebut dengan Beji Lingga, memohon air suci ini biasanya dilakukan masyarakat tatkala akan adanya suatu upacara yadnya, baik di dalam perumahan maupun dalam kehidupan masyarakat. Lingga Yoni ini juga dipercaya masyarakat sebagai tempat untuk melebur mala atau leteh yang terjadi di dalam masyarakat, serta sebagai tempat untuk memohon berkah kesuburan jika di dalam pertanian terjadi serangan hama yang dapat merusak pertanian. 3. Makna Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan memiliki makna filosofis yang mendalam, terdapat banyak nilai-nilai filsafat di dalam kontek pemujaan Lingga Yoni, sehingga keyakinan masyarakat di Desa Pakraman Sayan bisa dibilang sangat tinggi dengan adanya pemaknaan-pemaknaan yang terdapat di masyarakat menambah nilai filosofis yang dapat digali melalui kaca mata atau sudut pandang yang berbeda, akan tetapi titik akhir dari pandangan tersebut menjadi suatu kepercayaan dan keyakinan akan sarana pemujaan Lingga Yoni sebagai pemujaan Dewi Danu merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dengan prabawa beliau sebagai Dewi Kesuburan. Esensi di masyarakat mengenai Lingga Yoni ini merupakan simbolisasi dari bersatunya gunung Batur dengan Danau Batur sehingga menimbulkan kesuburan bagi masyarakat di Bali SARAN Mengingat begitu pentingnya fungsi serta makna yang terkandung di dalam Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan serta menurut kepercayaan masyarakat setempat memiliki nilai religius yang tinggi sehingga sampai saat ini masih tetap terjaga eksistensinya, maka pada kesempatan ini penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk melestarikan nilai budaya yang adiluhung serta dimiliki oleh umat Hindu, terutama yang ada di Bali, salah satunya sarana pemujaan, diharapkan kepada umat Hindu, tokoh-tokoh masyarakat, dapat memberikan penjelasan tentang sarana pemujaan sehingga agama Hindu tidak disebut penyembah patung dan berhala, serta budaya Bali tetap terjaga kelestariannya. 2. Guna melkestarikan budaya yang terdapat di masyarakat yang adiluhung ini penulis mengharapkan peran serta lembaga umat seperti PHDI pusat maupun daerah, lembaga keagamaan lainya serta instansi di dalam pemerinta guna

10 mengajekan serta ikut melestarikan peninggalan kebudayaan yang adiluhung ini seperti sistim atau sarana pemujaan Lingga Yoni yang terdapat di Pura Batur Ning, Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar di mana dipergunakan oleh masyarakat didalam mendekatkan diri ke hadapan Tuhan dengan manifestasinya sebagai Dewi Danu. 3. Di masa yang akan datang penulis mengharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam berkaitan dengan sarana pemujaan khususnya Lingga Yoni yang berada di Pura Batur Ning, hal ini di karenakan penulis menyadari penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan, karena keterbatasan kemapuan yang peneliti miliki. Untuk hal itu peneliti harapkan ada peneliti berikutnya yang mengkaji lagi lebih mendalam tentang Lingga Yoni sebagai sarana pemujaan Dewi Danu yang berada di Pura Batur Ning Desa Pakraman Sayan, Ubud, Gianyar. UCAPAN TERIMAKASIH Teimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada pembimbing I dan pembimbing II, para dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membimbing, memberikan informasi serta memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga penelitian ini dapat peneliti selesaikan. Kepada orang tua, kakak, ipar, pacar, para sahabat dan seluruh keluarga besar Mangku I Wayan Doble yang telah memberikan dukungan serta semangat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Ayu & Badra I Wayan, Laporan Penelitian Arkeologi, Survei Ikonografi di Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Denpasar: Balai Arkeologi. Dwitaysa, I Made, Pemujaan Dewi Danu di Pura Puncak Sari Desa Pakraman Bayad, Kedisan, Tegalalang,Tesis Pasca Sarjana IHDN Denpasar, Denpasar: IHDN. Surpha I Wayan, Pura Ulun Danu Batur dan Pura Jati. Ketua III Parisada Hindu Dharma Pusat. Tim_Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka. Titib, I Made, Veda Sabda Suci, Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita. Titib, I Made, Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

(Perspektif Teologi Hindu)

(Perspektif Teologi Hindu) IMPLEMENTASI KONSEP PEMUJAAN SAGUNA BRAHMAN DI PURA SAMUANTIGA DESA BEDULU KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Teologi Hindu) Oleh : Ni Nyoman Sriani komingriani@yahoo.com Institut Hindu

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya

Lebih terperinci

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) Oleh I Wayan Agus Gunada Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Ngaben merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68 PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13 EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji

Lebih terperinci

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar Abstrak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 pada 2017 bertemakan Ulun Danu (hulu danau). Tema

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan suatu pustaka yang dijadikan pedoman dalam melakukan suatu penelitian yang sering disebut

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali

Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali I Nyoman Gde Suardana Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail: suar_bali@yahoo.com ABSTRAK Pulau Bali juga disebut

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Peninggalan benda-benda purbakala merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala

Lebih terperinci

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 2007-2014 I Ketut Winata Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya winatasejarah11@yahoo.com

Lebih terperinci

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

INSTITUT SENI INDONESIA

INSTITUT SENI INDONESIA KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MERAJUT KEBERSAMAAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: NASIONAL PESTA KESENIAN BALI XXXIII 10 Juni-9 Juli 2011 Di Taman Budaya Denpasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG SKRIPSI ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG (Kajian Bentuk, Fungsi Dan Makna) OLEH I WAYAN WIDYA DHARMAYASA NIM. 09. 1.4.4.1. 0240 E-Mail : widyadharma2261@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain. digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: 201202010 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR DENPASAR

Lebih terperinci

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan Oleh Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn ============================================================ Abstrak Tari Pendet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam kehidupan yang memengaruhi bentukan dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam kehidupan yang memengaruhi bentukan dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi dalam kehidupan yang memengaruhi bentukan dari masyarakat yang berorientasi pada masa lalu yang bersifat dinamis adalah mitos. Mitos yang dipaparkan dengan

Lebih terperinci

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU I K. Suparta Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: padmabuana@yahoo.co.id ABSTRAK Konsep Ke-Tuhanan dalam Hindu merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : NI KADEK YUNIARI DEWI PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Arta Buana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar phutu.artha@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lisan di tengah kemajuan peradaban umat manusia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lisan di tengah kemajuan peradaban umat manusia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi lisan di tengah kemajuan peradaban umat manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi modern. Tradisi lisan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004

Lebih terperinci

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) Oleh : NI MADE SURATNI NIM : 09.1.4.4.1.0181 Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI

MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, Hal 48-55 ISSN 2338-0454 TIPOLOGI ORNAMEN KARANG BHOMA PADA KORI AGUNG PURA DI KECAMATAN BLAHBATUH, GIANYAR Oleh: I Kadek Merta Wijaya,

Lebih terperinci

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

logo lembaga S

logo lembaga S logo lembaga S-2 2012 LATAR BELAKANG Pulau Bali merupakan salah satu koridor ekonomi dengan fokus pariwisata dalam pengembangan MP3EI. Salah satu dari misi pembangunan nasional yang tertuang dalam UU no.

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain, tak dapat begitu saja terlepas dari beragam unsur kehidupan. Salah satunya yakni unsur kesenian. Dengan kesenian,

Lebih terperinci

NI NYOMAN TRI CAHYANI NIM

NI NYOMAN TRI CAHYANI NIM ARTIKEL Judul KEUNIKAN SITUS CAGAR BUDAYA DI PURA LUHUR GONJENG DESA KUKUH, MARGA, TABANAN, BALI (Identifikasi Artefaktual Dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA) Oleh NI NYOMAN TRI CAHYANI

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19 EKSISTENSI TARI BARIS IDIH-IDIH DI DESA PAKRAMAN PATAS, DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR Oleh Ni Nyoman Muliartini Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Hinduism is the oldest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga BAB IV ANALISIS DATA A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga Persembahyangan hari tiem ini bersifat wajib bagi umat Hindu karena merupakan hari suci.bulan tilem berasal dari dua suku kata

Lebih terperinci

STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG

STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG Oleh Ni Putu Sukarmiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar wiwinsukarmiasih@gmail.com

Lebih terperinci

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR Oleh : Ni Komang Ayu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar I Ketut Sudarsana Institut Hindu

Lebih terperinci

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Gede Buda Adnyana Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci