KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI TAHUN 2011 Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI TAHUN 2011 Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia"

Transkripsi

1 KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI TAHUN 2011 Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2012

2 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Dengan semangat kebersamaan akan dapat terwujud Masyarakat Sehat Mandiri yang Berkeadilan melalui pencapaian indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat, dengan melaksanakan kegiatan prioritas antara lain: a) Pendidikan gizi masyarakat; b) Pelayanan gizi dan pencegahan masalah gizi; c) Penanganan masalah gizi; d) Pembinaan gizi melalui pemberdayaan masyarakat dan; e) surveilans. Dalam Rencana Aksi Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan target indikator: (a) 100% balita gizi buruk mendapat perawatan; (b) 85% balita ditimbang berat badannya; (c) 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; (d) 90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (e) 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (f) 95% ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (g) 100% Kabupaten dan kota melaksanakan surveilans; dan (h) 100% Penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana. Buku Laporan Menuju Pelayanan Gizi Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu ini memuat pencapaian indikator kinerja yang diolah dan dianalisis berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia, serta dari sumber lainnya, yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan dan penerbitan buku pedoman ini, disampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Juni 2012 Direktur Bina Gizi, DR. Minarto, MPS i

3 ii

4 DAFTAR ISI ISI HALAMAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 3 BAB III SASARAN DAN KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT TAHUN A. Sasaran 5 B. Kegiatan yang Dilaksanakan 6 1. Cakupan Penimbangan Balita (D/S) 7 2. Kasus Balita Gizi Buruk yang ditangani/dirawat 9 3. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 Bulan) Cakupan Pemberian 90 Tablet Fe Pada Ibu Hamil Cakupan Konsumsi Garam Beriodium Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan 17 BAB IV PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 7 A. Pencapaian Indikator Kinerja 7 B. Pencapaian Indikator Kinerja Berdasarkan Provinsi Provinsi Aceh Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Barat Provinsi Riau Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Bengkulu Provinsi Lampung Provinsi Kep. Bangka Belitung Provinsi Kep. Riau Provinsi DKI Jakarta 41 iii

5 12. Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Tengah Provinsi DI Yogyakarta Provinsi Jawa Timur Provinsi Banten Provinsi Bali Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Gorontalo Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Maluku Provinsi Maluku Utara Provinsi Papua Barat Provinsi Papua 87 BAB V MASALAH DAN RENCANA TINDAK LANJUT 89 iv

6 Gambar DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Bina Gizi 3 Gambar 2. Konsep Pelayanan Gizi 5 Gambar 3. Peta Sebaran Cakupan Penimbangan Balita (D/S) di Indonesia Tahun Gambar 4. Cakupan Balita yang Ditimbang (D/S) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun Gambar 5. Capaian Indikator D/S Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun Gambar 6. Perkembangan Jumlah Kasus Gizi Buruk Di Indonesia Tahun Gambar 7. Jumlah Balita Gizi Buruk Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun Gambar 8. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditemukan dan Ditangani Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun Gambar 9. Peta Sebaran Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bln) Di Indonesia Tahun Gambar 10. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita 6-59 bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun Gambar 11. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Vitamin A 78% Berdasarkan Provinsi Tahun Gambar 12. Cakupan Ibu Yang Selama Hamil Mendapat 90 Tablet Fe Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun Gambar 13. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Fe3 86% Berdasarkan Provinsi Tahun Gambar 14. Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Cukup Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2007 (Riskesdas 2007) 15 Gambar 15. Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun Gambar 16. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Garam Beriodium 77% Berdasarkan Provinsi Tahun Gambar 17. Kecenderungan Pemberian ASI EKsklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan dan Bayi Usia 6 Bulan yang Menyusu Eksklusif sampai 6 Bulan (Susenas ) 18 Gambar 18. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2010 (Susenas, 2010) 18 Gambar 19. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun Gambar 20. Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan ASI Eksklusif 67% Berdasarkan Provinsi Tahun Gambar 21. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Aceh Tahun Gambar 22. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Aceh Tahun Gambar 23. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Gambar 24. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Gambar 25. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Barat Tahun v

7 Gambar 26. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Barat Tahun Gambar 27. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Riau Tahun Gambar 28. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Riau Tahun Gambar 29. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jambi Tahun Gambar 30. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jambi Tahun Gambar 31. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Gambar 32. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Gambar 33. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bengkulu Tahun Gambar 34. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bengkulu Tahun Gambar 35. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Lampung Tahun Gambar 36. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Lampung Tahun Gambar 37. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Gambar 38. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Gambar 39. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Riau Tahun Gambar 40. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Riau Tahun Gambar 41. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DKI Jakarta Tahun Gambar 42. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DKI Jakarta Tahun Gambar 43. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Gambar 44. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar 45. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 46. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 47. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun Gambar 48. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun Gambar 49. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 50. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Timur Tahun Gambar 51. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Banten Tahun Gambar 52. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Banten Tahun Gambar 53. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bali Tahun Gambar 54. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bali Tahun Gambar 55. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTB Tahun Gambar 56. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTB Tahun Gambar 57. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTT Tahun vi

8 Gambar 58. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTT Tahun Gambar 59. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun Gambar 60. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun Gambar 61. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Gambar 62. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Gambar 63. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Gambar 64. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Gambar 65. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun Gambar 66. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun Gambar 67. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Gambar 68. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Gambar 69. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Gambar 70. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Gambar 71. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Gambar 72. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Gambar 73. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Gambar 74. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Gambar 75. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 76. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Gorontalo Tahun Gambar 77. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun Gambar 78. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun Gambar 79. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Tahun Gambar 80. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Tahun Gambar 81. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Utara Tahun Gambar 82. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Utara Tahun Gambar 83. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 84. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Barat Tahun Gambar 85. Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Tahun Gambar 86. Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Tahun vii

9 viii

10 Tabel DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Riau Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DI Yogyakarta Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun ix

11 Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29. Tabel 30. Tabel 31. Tabel 32. Tabel 33. Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Suawesi Tengah Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Tahun x

12 BAB I PENDAHULUAN Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana tercantum di dalam Undangundang Kesehatan No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu; 1) Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2) Menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup; 3) Menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 228 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15% serta menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%. Untuk mengetahui kinerja dari pencapaian indikator yang telah ditetapkan tersebut, dilakukan evaluasi tahunan dengan melakukan pengolahan dan analisis data yang telah dilaporkan dari Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia, serta sumber lainnya yang sahih. Sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun adalah sebagai berikut: 1) 100% balita gizi buruk mendapat perawatan/ditangani; 2) 85% balita ditimbang berat badannya; 3) 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; 4) 90% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium cukup; 5) 85% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; 6) 95% ibu hamil mendapat Fe 90 tablet. Hasil pengolahan dan analisis data pencapaian kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat pada tahun 2011, diharapkan dapat dijadikan masukan untuk perencanaan, pembinaan dan pengendalian kegiatan pembinaan gizi masyarakat pada tahun berikutnya. Selain itu diperlukan pula upaya tindak lanjut guna mendukung pencapaian target RPJMN maupun Renstra Kementerian Kesehatan

13 2

14 BAB II TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI Mengacu pada Permenkes Nomor: 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Bina Gizi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bina gizi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 409, Direktorat Bina Gizi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; b. pelaksanaan kegiatan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; b. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; c. penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; d. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang bina gizi makro, gizi mikro, gizi klinik, dan konsumsi makanan, serta kewaspadaan gizi; e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Direktorat Bina Gizi terdiri atas: (a) Subdirektorat Bina Gizi Makro; (b) Subdirektorat Bina Gizi Mikro; (c) Subdirektorat Bina Gizi Klinik; (d) Subdirektorat Bina Konsumsi Makanan; (e) Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi; (f) Subbagian Tata Usaha; dan (f) Kelompok Jabatan Fungsional, dengan struktur organisasi sebagai berikut: Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Bina Gizi 3

15 4

16 BAB III SASARAN DAN KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 A. Sasaran Kegiatan pembinaan gizi masyarakat bertujuan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status gizi ibu hami, ibu menyusui, bayi, dan balita. Secara konseptual pelayanan gizi di gambarkan sbagaimana diagram berikut: Gambar 2 Konsep Pelayanan Gizi PROMOTIF PREVENTIF KURATIF Kegiatan promotif adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di tingkat masyarakat oleh masyarakat dan petugas. Kegiatannya meliputi pemantauan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling tentang pemberian makanan bayi dan anak, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan, pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil, promosi garam beriodium, pelacakan dan tindak lanjut kasus gizi buruk. Kegiatan preventif adalah pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap anakanak gizi kurang atau kurus. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan lokal, dengan resep-resep yang dianjurkan. Kegiatan kuratif, berupa tatalaksana gizi buruk baik rawat inap maupun rawat jalan, menggunakan protokol yang telah ditetapkan. Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011 mencakup 2 indikator utama dan 6 indikator penunjang. 1. Indikator utama: 5

17 a. 70% balita ditimbang berat badannya (D/S) b. 100% balita gizi buruk mendapat perawatan 2. Indikator penunjang: a. 78% balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A b. 67% bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif c. 86% ibu hamil mendapat 90 tablet tambah darah d. 77% rumah tangga mengonsumsi garam beriodium e. 100% kabupaten dan kota melaksanakan surveilans gizi f. 100% penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana Strategi untuk mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pendidikan gizi dan pemberdayaan masyarakat melalui gerakan nasional sadar gizi menuju manusia Indonesia prima dengan tema Seribu hari pertama Untuk Negeri. 2. Mengembangkan regulasi dan kebijakan dalam bentuk Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) 3. Melakukan peningkatan kapasitas manajemen dan teknis petugas kesehatan dan masyarakat, utamanya dalam Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) 4. Kemitraan pemerintah dan swasta 5. Penguatan sistem pelayanan gizi masyarakat B. Kegiatan yang dilaksanakan 1. Pendidikan Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat, yang meliputi kegiatan: Gerakan Nasional Sadar Gizi; Pemberdayaan masyarakat (NICE Project) 2. Peningkatan kapasitas, yang meliputi kegiatan: pelatihan fasilitator dan petugas, pembinaan teknis, 3. Penyediaan suplemen gizi dan alat penunjang yang meliputi; taburia, MP ASI buffer stock, PMT bumil, Antropometri kit, pengadaan alat tes cepat garam beriodium dan kit konseling menyusui 4. Surveilans Gizi 5. Penyusunan NSPK 6. Penyelenggaraan manajemen Keterangan Gambar: Kegiatan Bimbingan Teknis Terpadu ke Kabupaten Lampung Timur 6

18 BAB IV PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT A. Pencapaian Indikator Kinerja 1. Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, tingkat partisipasi masyarakat serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011 cakupan D/S di Indonesia sudah mencapai target nasional yaitu sebesar 71,4% (Target 2011= 70%). Jumlah provinsi yang cakupan D/S sudah mencapai target nasional ada 12 (36,4%). Sebaran cakupan penimbangan balita menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3 Peta Sebaran Cakupan Penimbangan Balita (D/S) di Indonesia Tahun % 50 69,9 % < 50% 5 Provinsi 16 Provinsi 12 Provinsi Provinsi dengan cakupan D/S rendah adalah Provinsi Kalimantan Timur (39,9%), Papua (44,1%), Papua Barat (44,9%), Kalimantan Tengah (46,0%) dan Sulawesi tengah (49,3%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Gorontalo (85,7%). Cakupan D/S menurut provinsi tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. 7

19 Gambar 4 Cakupan Balita Yang Ditimbang (D/S) Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Cakupan D/S secara nasional menunjukkan tercapainya target kinerja Kementerian Kesehatan sesuai dengan Inpres Nomor 3 tahun 2010 yang disampaikan kepada Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) pada bulan Maret (B03), Juni (B06), September (B09) dan Desember (B12), sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 5 Capaian Indikator D/S Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun

20 Masalah yang berkaitan dengan kunjungan Posyandu antara lain: dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan Posyandu; tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu; serta pelaksanaan pembinaan kader. 2. Kasus Balita Gizi Buruk yang ditangani/dirawat Jumlah kasus balita gizi buruk yang dilaporkan dari tahun 2006 sampai 2008 cenderung menurun, namun pada tahun 2009 jumlah kasus balita gizi buruk meningkat dibandingkan tahun 2008 yaitu dari kasus (2008) menjadi kasus (2009) sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan kembali turun menjadi kasus dan kasus. Semua kasus balita gizi buruk telah ditangani di Rumah Sakit (RS), Puskesmas dan Pusat Pemulihan Gizi (Therapeutic Feeding Center = TFC) baik rawat inap maupun rawat jalan, hal ini sesuai dengan target indikator dimana 100% balita gizi buruk yang ditemukan harus ditangani dan mendapat perawatan. Kecenderungan jumlah kasus balita gizi buruk yang dilaporkan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 6 Perkembangan Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Indonesia Tahun Ada 3 (tiga) provinsi dengan jumlah tinggi, masing-masing: Jawa Timur (9.859), NTT (8.235) dan Banten (5.117). Sedangkan provinsi yang jumlahnya rendah, masing-masing: Bali (51), Riau (66), dan Kalteng (77). Jumlah kasus balita gizi buruk menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut. 9

21 Gambar 7 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Secara nasional jumlah kasus balita gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani telah mencapai target kinerja Kementerian Kesehatan sesuai dengan Inpres Nomor 3 tahun 2010, yang disampaikan kepada UKP4 pada bulan Maret (B03), Juni (B06), September (B09) dan Desember (B12), sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut. Gambar 8 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditemukan dan Ditangani Menurut Bulan Pelaporan ke UKP4 Tahun 2011 Keterangan Gambar: Balita Gizi Buruk, Mulyana 14 bulan BB 4 kg, yang sudah mendapat perawatan di RSUD Kab. Cianjur 10

22 3. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah Kekurangan Vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Masalah vitamin A pada balita secara klinis sudah tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan hasil survey vitamin A tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%. Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Disamping itu sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah target. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Hasil laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan sebesar 82,7% (Target 78%). Berdasarkan laporan tersebut hanya 17 provinsi (51,5%) yang cakupannya sudah mencapai target. Dengan demikian masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan cakupan tersebut, antara lain melalui: peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ini. 11

23 Gambar 9 Peta Sebaran Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (6-59 bln) Di Indonesia Tahun % 50 77,9 % < 50% 16 Provinsi 15 Provinsi 2 Provinsi Tiga provinsi dengan cakupan vitamin A yang tinggi, masing-masing: DI Yogyakarta (98,2%) Jawa Tengah (98,1%) dan Bali (96,2%). Sedangkan provinsi yang cakupannya rendah, masing-masing: Papua (23,8%), Papua Barat (32,8%) dan Maluku Utara (52,3%). Cakupan pemberian vitamin A pada balita (6-59 bulan) menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 10 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita 6-59 bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 276 (55.5%) kabupaten/kota yang telah mencapai target pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan 78%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut. 12

24 Gambar 11 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Vitamin A 78% Berdasarkan Provinsi Tahun Cakupan Pemberian 90 Tablet Fe pada Ibu Hamil Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC). Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi antar lintas program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum terlaporkan dengan baik. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, secara nasional cakupan pemberian tablet Fe sebesar 83,3%. Angka tersebut belum mencapai target nasional yaitu 86%. Ada 12 provinsi (36,4%) yang sudah mencapai target nasional yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Bali, Jawa tengah, DKI Jakarta, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Maluku Utara dan DI Yogyakarta. Cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2011 dapat dilihat pada gambar berikut. 13

25 Gambar 12 Cakupan Ibu Yang Selama Hamil Mendapat 90 Tablet Fe Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 204 (41.0%) kabupaten/kota yang telah mencapai target pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil 86%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut. Gambar 13 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Fe3 86% Berdasarkan Provinsi Tahun

26 5. Cakupan Konsumsi Garam Beriodium Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur iodium secara terusmenerus dalam jangka waktu lama. Kekurangan iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi ternyata kekurangan iodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient=IQ). Penanggulangan masalah ini dilakukan dengan upaya Universal Salt Iodination (USI), yaitu fortifikasi iodium dalam garam konsumsi. Pemantauan GAKI dilakukan melalui Ekskresi Iodium dalam Urine (EIU) sebagai refleksi asupan iodium dan cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium. Hasil Studi Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) tahun 2003, dan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa ratarata EIU <100 µg/l sebesar 16,7% dan 12,9%. Secara nasional sebanyak 86% garam yang dikonsumsi rumah tangga sudah mengandung iodium tapi hanya 62,3% yang memenuhi syarat (cukup) dan masih ada 14% garam yang dikonsumsi tidak mengandung iodium. Provinsi dengan cakupan konsumsi garam cukup beriodium rendah adalah Nusa Tenggara Barat (27,9%), Nusa Tenggara Timur (31,0%) dan Sulawesi Barat (34,2%), sedangkan provinsi dengan cakupan tinggi adalah Kep. Bangka Belitung (98,7%), Jambi (94,4%) dan Sumatera Selatan (93,0%).Terdapat disparitas antar daerah yang cukup tinggi seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 14 Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Cukup Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2007 (Riskesdas 2007) Target

27 Masalah masih rendahnya cakupan konsumsi garam beriodium di masyarakat antara lain karena belum optimalnya penggerakan masyarakat dan kurangnya kampanye dalam mengkonsumsi garam beriodium, serta dukungan regulasi yang belum memadai. Disamping itu masalah lain adalah belum rutinnya pelaksanaan pemantauan garam beriodium di masyarakat secara terus menerus. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, secara nasional cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium adalah 86.0% dan sudah mencapai target nasional yaitu 77%. Dari 22 provinsi yang melakukan pemantauan garam beriodium, ada 16 provinsi (72,7%) yang sudah mencapai target nasional yaitu Provinsi Jambi, Kalimatan Timur, DI Yogyakarta, Bengkulu, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kep. Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Papua dan Jawa Tengah. Berikut adalah cakupan garam beriodium dari 22 provinsi. Gambar 15 Cakupan Rumah Tangga Yang Mengonsumsi Garam Beriodium Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 160 (32.2%) kabupaten/kota yang telah mencapai target rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium 77%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut. 16

28 Gambar 16 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan Garam Beriodium 77% Berdasarkan Provinsi Tahun Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2010, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan persentase bayi usia 6 bulan yang menyusu eksklusif sampai 6 bulan menunjukan kecenderungan meningkat, sebagaimana digambarkan dalam grafik berikut. 17

29 Gambar 17 Kecenderungan Pemberian ASI EKsklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan dan Bayi Usia 6 Bulan yang Menyusu Eksklusif sampai 6 Bulan (Susenas ) Data terakhir cakupan pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) di Indonesia sebesar 61,5% (Susenas, 2010). Provinsi dengan cakupan terendah adalah Aceh (49,6%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tinggi diantaranya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (79.7%), Nusa Tenggara Timur (77,4%) dan Bengkulu (77,5%). Gambar berikut menyajikan persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bln menurut Provinsi tahun Gambar 18 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2010 (Susenas, 2010) 18

30 Berdasarkan laporan dari 24 Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011, ada 4 provinsi (15,4%) yang sudah mencapai target nasional yaitu Provinsi Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Sumatera Barat, sebagaimana disajikan pada grafik berikut. Gambar 19 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 0-6 Bulan Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2011 Secara nasional, dari 497 kabupaten/kota terdapat 73 (14.7%) kabupaten/kota yang telah mencapai target pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan 67%, dengan distribusi berdasarkan provinsi sebagaimana disajikan pada grafik berikut. Gambar 20 Persentase Kabupaten dan Kota dengan Cakupan ASI Eksklusif 67% Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa 19

31 hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya Peraturan Perundangan tentang Pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan. Dilain pihak adanya promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula yang kadang sulit untuk dikendalikan. Mungkin pula masih banyak Rumah Sakit (RS) yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya, dan belum atau masih rendahnya melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta masih bebas beredarnya susu formula di lingkungan RS. Upaya terobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat ASI eksklusif, penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja, peningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu, peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan pemasaran susu formula. Selain itu perlu juga penerapan 10 (sepuluh) Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang melakukan kegiatan persalinan. Keterangan Gambar: Kegiatan pelatihan Konselor ASI dan MP-ASI serta contoh makanan tambahan bagi ibu hamil dan menyusui 20

32 B. Pencapaian Indikator Kinerja Berdasarkan Provinsi Kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2011 di masing-masing provinsi akan diuraikan sebagai berikut: 1. Provinsi Aceh Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, Cakupan D/S di Provinsi Aceh tahun 2011 sebesar 60,2% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 8 (34,8%) dari 23 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Aceh. Cakupan terendah ada di Kabupaten Aceh Barat (37,4%). Sedangkan cakupan tertinggi ada di Kabupaten Aceh Selatan (99.5%). Gambar 21 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Aceh Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Aceh sebanyak 226 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 18 Kabupaten/Kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Bireuen yaitu 28 kasus, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Bener Meriah, Aceh Singkil Aceh Selatan dan Kota Langsa masing masing 3 kasus. 21

33 Gambar 22 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Aceh Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Simeule tad Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur tad Aceh Tengah Aceh Barat tad Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara tad Abdya tad Gayo Lues Aceh Tamiang tad Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Banda Aceh tad Sabang tad Langsa tad Lhokseumawe Subulussalam Aceh Catatan: tad = tidak ada data 22

34 2. Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 sebesar 65,8% (Target 70%). Data dari 28 kabupaten/kota menunjukkan jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 13 (46,4%). Cakupan terendah ada di Kabupaten Nias Selatan (37,4%). Sedangkan yang tertinggi ada di Toba Samosir (93,5%). Gambar 23 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sumatera Utara sebanyak kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 24 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah kabupaten Padang Lawas Utara (284 kasus), sedangkan yang terendah adalah Nias (1 kasus). Gambar 24 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun

35 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 2 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Asahan tad tad 2 Batubara tad tad tad tad 3 Binjai 81.2 tad tad tad 4 Dairi tad 53.6 tad tad 5 Deli Serdang tad 6 Gunung Sitoli tad 85.6 tad tad 7 Humbang Hasundutan tad tad 8 Karo tad tad tad tad 9 Labuhan Batu tad tad 10 Labuhan Batu Selatan tad 58.6 tad tad 11 Labuhan Batu Utara tad tad tad tad 12 Langkat tad tad 13 Mandailing Natal tad tad 14 Medan 94.8 tad tad tad 15 Nias tad 49.2 tad tad 16 Nias Barat tad 71.7 tad tad 17 Niat Selatan tad tad 18 Nias Utara tad 32.0 tad tad 19 Padang Lawas tad 22.6 tad tad 20 Padang Lawas Utara tad 85.3 tad tad 21 Padang sidempuan tad tad tad tad 22 PakPak Barat tad 70.9 tad tad 23 Pematang Siantar tad 94.4 tad tad 24 Samosir tad 99.3 tad tad 25 Serdang Begadai tad 80.1 tad tad 26 Sibolga tad 82.1 tad tad 27 Simalungun tad 79.5 tad tad 28 Tanjung Balai tad tad tad tad 29 Tapanuli Selatan tad 71.0 tad tad 30 Tapanuli Tengah 87.4 tad tad tad 31 Tapanuli Utara tad 89.2 tad tad 32 Tebing Tinggi tad tad tad tad 33 Toba Samosir tad 77.2 tad tad SUMUT tad Catatan: tad = tidak ada data 24

36 3. Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 sebesar 70,7% (Target nasional 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target nasional ada 7 (36,8%). Cakupan terendah pada Kabupaten Mentawai (44,6%), sedangkan yang tertinggi di Kota Sawahlunto (89,5%). Gambar 25 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 764 kasus. Jumlah tinggi adalah Kabupaten Agam (229 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Padang Panjang (6 kasus). Gambar 26 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Barat Tahun

37 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Pesisir Selatan tad Solok Solok Selatan Sijunjung tad Dharmasraya Tanah Datar Padang Pariaman tad tad 8 Agam tad Lima puluh Kota Pasaman tad Pasaman Barat Mentawai tad tad 13 Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto tad Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi tad Kota Payakumbuh Kota Pariaman SUMBAR Catatan: tad = tidak ada data 26

38 4. Provinsi Riau Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Riau tahun 2011 sebesar 61,3% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 3 (25,0%). Cakupan tertinggi pada Kota Dumai (82,5%) sedangkan terendah pada Kabupaten Indragiri Hilir (41,5%). Gambar 27 Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Riau Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Riau sebanyak 66 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 9 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Rokan Hilir (15 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Meranti (1 kasus). Gambar 28 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Riau Tahun

39 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 4 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kuantan Singingi tad Indragiri Hulu tad Indragiri Hilir tad Pelalawan tad Siak tad Kampar tad Rokan Hulu tad Bengkalis tad Rokan Hilir tad Pekan Baru tad Dumai tad Meranti tad 47.2 RIAU tad 44.2 Catatan: tad = tidak ada data 28

40 5. Provinsi Jambi Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Jambi tahun 2011 mencapai 67,6% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 5 (45,5%). Cakupan tertinggi Kabupaten Tanjab Timur (82,7%) dan terendah Kabupaten Sarolangun (51,1%). Gambar 29 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jambi Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jambi sebanyak 449 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Sarolangun (144 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kerinci (7 kasus). Gambar 30 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jambi Tahun

41 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 5 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Kerinci Kota Sei Penuh Merangin tad 4 Sarolangun Batanghari Muara Jambi Tanjab Timur Tanjab Barat Tebo Bungo Kota Jambi JAMBI Catatan: tad = tidak ada data 30

42 6. Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011 sebesar 77,4% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 11 (73,3%). Cakupan tertinggi Kabupaten Lahat (86,3%), sedangkan terendah adalah Kabupaten Prabumulih (63,2%). Gambar 31 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 136 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 8 kabupaten/kota. Jumlah tertinggi adalah Kota Palembang (70 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Musi Rawas (1 kasus). Gambar 32 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun

43 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 6 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin Ogan Ilir tad OKU Timur tad OKU Selatan tad Empat Lawang tad Palembang Pagar Alam Prabumulih Lubuk Linggau SUMSEL Catatan: tad = tidak ada data 32

44 7. Provinsi Bengkulu Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Bengkulu tahun 2011 sebesar 61,8% (Target 70%). Kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 2 (20,0%). Cakupan tertinggi adalah Kabupaten Bengkulu Tengah (88,0%), sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Bengkulu Selatan (39,6%). Gambar 33 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Bengkulu sebanyak 128 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Bengkulu (25 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Seluma (3 kasus). Gambar 34 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bengkulu Tahun

45 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 7 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Bengkulu Utara Muko-Muko Bengkulu Tengah Bengkulu Selatan Seluma Kaur Rejang Lebong Kepahiang Lebong Kota Bengkulu BENGKULU

46 8. Provinsi Lampung Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Lampung tahun 2011 sebesar 65,5% (Target 70%). Jumlah kabupaten dan kota yang sudah mencapai target ada 5 (35,7%). Cakupan tertinggi Kabupaten Pringsewu (79,6%) dan terendah Kabupaten Tulang Bawang (41,8%). Gambar 35 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Lampung Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Lampung sebanyak 193 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Lampung Selatan (26 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tanggamus (1 kasus). Gambar 36 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Lampung Tahun

47 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 8 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Lampung Barat tad Tanggamus tad Lampung Selatan tad Lampung Timur tad Lampung Tengah tad Lampung Utara tad Way Kanan tad Tulang Bawang tad Pesawaran tad Pringsewu tad Mesuji tad TL Bawang Barat tad Bandar Lampung tad Kota Metro tad 61.4 LAMPUNG tad 44.8 Catatan: tad = tidak ada data 36

48 9. Provinsi Kep. Bangka Belitung Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Kep. Bangka Belitung tahun 2011 sebesar 51,0% (Target 70%). Hanya ada 1 (14,3%) kabupaten yang sudah mencapai target. Cakupan tertinggi pada Kabupaten Belitung Timur (70,9%) dan terendah Kabupaten Bangka Selatan (38,2%). Gambar 37 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kep. Bangka Beliltung 85 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Bangka Selatan (31 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Pangkal Pinang (4 kasus). Gambar 38 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun

49 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 9 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Bangka tad Belitung tad Bangka Barat tad Bangka Selatan tad tad 5 Bangka Tengah tad tad 6 Belitung Timur tad Pangkal Pinang tad 43.7 KEP. BABEL tad 32.4 Catatan: tad = tidak ada data 38

50 10. Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 sebesar 58,9% (Target 70%). Ada 2 (28,6%) kabupaten yang sudah mencapai target. Cakupan tertinggi Kabupaten Bintan (80,2%) dan terendah pada Kota Tanjung Pinang (32,7%). Gambar 39 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kep. Riau 253 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 6 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Batam (88 kasus), sedangkan yang terendah adalah Natuna (13 kasus). Gambar 40 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kep. Riau Tahun

51 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 10 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Riau Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Tanjung Pinang Bintan Batam Karimun Lingga tad tad 6 Natuna Anambas KEP. RIAU Catatan: tad = tidak ada data 40

52 11. Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan laporan dari Suku Dinas Kesehatan Kota cakupan D/S di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebesar 51,6% (Target 70%). Hanya ada 1 (16,7%) kota yang sudah mencapai target. Cakupan tertinggi pada Kepulauan Seribu (88,0%) dan terendah pada Jakarta Utara (39,0%). Gambar 41 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi DKI Jakarta 185 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Jakarta Timur (46 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Seribu (13 kasus). Gambar 42 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DKI Jakarta Tahun

53 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 11 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Jakarta Pusat tad Jakarta Utara tad Jakarta Barat tad Jakarta Selatan tad Jakarta Timur tad Kep. Seribu tad 29.3 DKI JAKARTA tad 38.6 Catatan: tad = tidak ada data 42

54 12. Provinsi Jawa Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sebesar 84,8% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 23 (88,5%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Bogor (97,5%) dan terendah pada Kota Bandung (50,4%). Gambar 43 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jawa Barat kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Majalengka (762 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Sukabumi (6 kasus). Gambar 44 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Barat Tahun

55 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 12 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Cakupan (%) Vitamin RT ASI Ibu Hamil NO Kabupaten/Kota A balita Mengonsumsi Eksklusif Mendapat 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Bogor tad tad 2 Sukabumi tad tad 3 Cianjur tad tad 4 Bandung tad tad 5 Garut tad tad 6 Tasikmalaya tad tad 7 Ciamis tad tad 8 Kuningan tad tad 9 Cirebon tad tad 10 Majalengka tad tad 11 Sumedang tad tad 12 Indramayu tad tad 13 Subang tad tad 14 Purwakarta tad tad 15 Karawang tad tad 16 Bekasi tad tad 17 Bandung Barat tad tad 18 Kt Bogor tad tad 19 Kt Sukabumi tad tad 20 KT Bandung tad tad 21 Kt Cirebon tad tad 22 Kt Bekasi tad tad 23 Kt Depok tad tad 24 Kt Cimahi tad tad 25 Kt Tasikmalaya tad tad 26 Kt Banjar tad tad JABAR tad tad Catatan: tad = tidak ada data 44

56 13. Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 mencapai 79,2% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 32 (90,7%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Sragen (90,7%) dan terendah pada Kabupaten Pemalang (60,6%). Gambar 45 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jawa Tengah kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 34 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Pekalongan (129 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota (3 kasus). 45

57 Gambar 46 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. 46

58 Tabel 13 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara tad Kebumen tad Purworejo Wonosobo tad Magelang tad Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri tad Karanganyar tad Sragen Grobogan Blora tad Rembang Pati Kudus tad 20 Jepara tad Demak Semarang tad Temanggung Kendal tad Batang Pekalongan tad Pemalang tad Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta tad Kota Salatiga Kota Semarang tad Kota Pekalongan Kota Tegal tad 30.5 JATENG Catatan: tad = tidak ada data 47

59 14. Provinsi DI Yogyakarta Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2011 mencapai 78,9% (Target nasional 70%). Seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target (100,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Gunung Kidul (83,1%) dan terendah pada Kota Yogyakarta (74,3%). Gambar 47 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 291 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Yogyakarta (141 kasus), sedangkan yang terendah adalah Gunung Kidul (3 kasus). Gambar 48 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. 48

60 Tabel 14 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Kota Yogyakarta Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman DIY

61 15. Provinsi Jawa Timur Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 mencapai 84,2% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 33 (86,8%). Cakupan tinggi pada Kabupaten Lamongan (116,1%), Kabupaten Malang (110,2%) dan Kabupaten Pacitan (97,7%). Sedangkan cakupan terendah pada Kota Malang (55,2%). Gambar 49 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Jawa Timur kasus. Jumlah tertinggi adalah Kota Surabaya (753 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Blitar (2 kasus). 50

62 Gambar 50 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. 51

63 Tabel 15 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Cakupan (%) RT Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi ASI Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi 0-6 Bulan 90 TTD Bulan Beriodium 1 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Ngajuk Madiun Magetan Ngawi tad 22 Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu JATIM Catatan: tad = tidak ada data 52

64 16. Provinsi Banten Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Banten tahun 2011 sebesar 62,7% (Target 70%). Kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 5 (62,5%). Cakupan tertinggi pada Kota Serang (82,4%) dan terendah pada Kota Tangerang (30,2%). Gambar 51 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Banten Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Banten kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Tanggerang (1.961 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Cilegon (58 kasus). Gambar 52 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Banten Tahun

65 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 16 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Tangerang tad 2 Kota Cilegon tad 3 Lebak tad tad 4 Serang tad 5 Kota Tangerang tad 6 Pandeglang tad tad 7 Kota Serang tad tad 8 Kota Tangerang Selatan tad BANTEN tad Catatan: tad = tidak ada data 54

66 17. Provinsi Bali Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Bali tahun 2011 mencapai 81,4% (Target 70%). Seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target (100,0%). Cakupan tertinggi pada Kota Denpasar (92,7%) dan terendah Kabupaten Jembrana (73,1 %). Gambar 53 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Bali Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Bali 51 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Klungkung (10 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Jembrana (2 kasus). Gambar 54 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Bali Tahun

67 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 17 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011 Cakupan (%) RT Ibu Hamil Vitamin A ASI Eksklusif NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Mendapat balita 6-59 Bayi 0-6 Garam 90 TTD Bulan Bulan Beriodium 1 Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Klungkung Bangli Karangasem BALI

68 18. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi NTB tahun 2011 sebesar 70,1% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 5 (50,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Lombok Utara (78,2%) dan terendah Kota Bima (60,8 %). Gambar 55 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTB Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTB 753 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Sumbawa (170 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sumbawa Barat (13 kasus). Gambar 56 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTB Tahun

69 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 18 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Mataram Lombok Barat Lombok Utara Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Barat Sumbawa Dompu Bima Kota Bima NTB

70 19. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi NTT tahun 2011 mencapai 73,4% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 13 (61,9%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Belu (82,6%) dan terendah di Kabupaten Nagekeo (10,0 %). Gambar 57 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi NTT Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTT kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Alor (2.304 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sikka (34 kasus). Gambar 58 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi NTT Tahun

71 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 19 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsum Eksklusif Mendapat balita 6-59 si Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Kota Kupang tad Kab Kupang tad TTS tad TTU tad Belu tad Alor tad Lembata Flotim tad Sikka tad Ende Nagekeo tad Ngada tad Manggarai Timur tad Manggarai tad Manggarai Barat tad Sumba Barat Daya tad Sumba Barat Sumba Tengah tad Sumba Timur tad Rote Ndao tad Sabu Raijua tad 27.4 NTT Catatan: tad = tidak ada data 60

72 20. Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 sebesar 52,6% (Target 70%). Hanya ada 2 (dua) kabupaten yang sudah mencapai target (14,3%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Bengkayang (81,3%) dan terendah di Kabupaten Kayong Utara (40,3%). Gambar 59 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Barat 776 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Kubu Raya (162 kasus), sedangkan yang terendah adalah Sekadau (5 kasus). Gambar 60 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Barat Tahun

73 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 20 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6-59 Garam Bayi TTD Bulan Beriodium Bulan 1 Sambas tad Bengkayang tad 3 Landak tad Kab. Pontianak tad Sanggau tad Ketapang Sintang tad Kapuas Hulu tad Sekadau Melawi tad Kayong Utara Kubu Raya tad Kota Pontianak tad Singkawang tad 19.1 KALBAR Catatan: tad = tidak ada data 62

74 21. Provinsi Kalimantan Tengah Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 sebesar 46,0% (Target 70%). Belum ada kabupaten/kota yang mencapai target. Cakupan tertinggi pada Kabupaten Barito Selatan (60,3%) dan terendah pada Kabupaten Katingan (33,4%). Gambar 61 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Tengah 77 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 8 Kabupaten/Kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Barito Selatan (20 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sukamara (1 kasus). Gambar 62 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun

75 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 21 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kotawaringin Barat tad tad 2 Sukamara tad tad 3 Lamandau tad tad 4 Kotawaringin Timur tad tad 5 Seruyan tad tad 6 Katingan tad tad 7 Kapuas tad tad 8 Gunung Mas tad tad 9 Pulang Pisau tad tad 10 Barito Selatan tad tad 11 Barito Timur tad tad 12 Barito Utara tad tad 13 Murung raya tad tad 14 Palangka Raya tad tad KALTENG tad tad Catatan: tad = tidak ada data 64

76 6. Provinsi Kalimantan Selatan Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011 sebesar 60,9% (Target nasional 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target nasional ada 3 (23,1%). Cakupan tertinggi pada Kota Banjarmasin (73,7%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Tanah Bumbu (47,9%). Gambar 63 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Selatan 113 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 9 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Banjarmasin (40 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tanah Bumbu (3 kasus). Gambar 64 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun

77 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 22 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Banjarmasin Banjarbaru Banjar tad 4 Tapin Hulu Sungai Selatan tad 6 Hulu Sungai Tengah tad 7 Hulu Sungai Utara Tabalong tad 9 Tanah Laut Barito Kuala tad 11 Kotabaru tad 12 Tanah Bumbu Balangan KALSEL Catatan: tad = tidak ada data 66

78 7. Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 sebesar 39,9% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target nasional hanya ada 1 (7,1%). Cakupan tertinggi pada Kota Balikpapan (71,2%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Kutai Timur (5,5%). Gambar 65 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Kalimantan Timur 168 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 12 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Bontang (43 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Balikpapan (1 kasus). Gambar 66 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang 67

79 mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 23 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Pasir Kutai kartanegara Bulungan tad 4 Berau Malinau tad 6 Nunukan Kutai timur tad tad 8 Kutai Barat tad 9 Penajam Pasir Utara Samarinda Balikpapan tad tad 12 Tarakan Bontang tad Tanah Tidung KALTIM Catatan: tad = tidak ada data 68

80 8. Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011 mencapai 78,6% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 11 (73,3%). Cakupan tinggi pada Kabupaten Bolaang Mongondow (102,4%), Kabupaten Minahasa Selatan (102,4%) dan Kota Kotamobagu. Sedangkan cakupan terendah pada Kabupaten Balmong Timur (44,0 %). Gambar 67 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Utara 90 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 13 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Manado (23 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sangihe (1 kasus). Gambar 68 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang 69

81 mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 24 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kota Manado tad tad 2 Kota Bitung tad tad 3 Kota Tomohon tad 4 Minahasa tad 5 Minahasa Selatan tad tad 6 Minahasa Utara tad tad 7 Bolaang Mongondow tad tad 8 Sangihe tad tad 9 Talaud tad tad 10 Bolmong Utara tad tad 11 Minahasa Tenggara tad tad 12 Sitaro tad tad 13 Kota Kotamobagu tad tad 14 Bolmong Timur tad tad 15 Bolmong Selatan tad tad SULUT Catatan: tad = tidak ada data 70

82 9. Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 sebesar 49,3% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 1 (9,1%). Cakupan tertinggi pada Kota Palu (77,6%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Parimo (23,9%). Gambar 69 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Tengah 435 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Donggala (80 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Morowali (6 kasus). Gambar 70 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang 71

83 mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 25 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kota Palu tad Donggala tad Parimo tad Poso tad Touna tad Morowali tad Banggai tad Bangkep tad Toli-Toli tad Buol tad Sigi tad 55.0 SULTENG tad 50.3 Catatan: tad = tidak ada data 72

84 10. Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 mencapai 66,3% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 11 (45,8%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Wajo (84,8%) dan cakupan terendah pada Kabupaten TanaToraja (39,4%). Gambar 71 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Selatan 621 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Maros (94 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Luwu Timur (2 kasus). Gambar 72 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu 73

85 hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 26 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kepulauan Selayar Bulukumba Bantaeng tad 4 Jeneponto Takalar tad tad 6 Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur tad Toraja Utara Kota Makassar Kota Parepare Kota Palopo SULSEL Catatan: tad = tidak ada data 74

86 11. Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 sebesar 74,9% (Target nasional 70%). Jumlah kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 9 (75,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Buton (98,8%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Kolaka (47,4%). Gambar 73 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Tenggara 726 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Konawe Selatan (222 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Muna (6 kasus). Gambar 74 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu 75

87 hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 27 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Konawe tad Bau-Bau tad Buton Kolaka tad Kolaka Utara tad Bombana tad Wakatobi tad Muna tad Konawe Selatan tad Kendari tad Konawe Utara tad Buton Utara tad 66.6 SULTRA Catatan: tad = tidak ada data 76

88 12. Provinsi Gorontalo Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Gorontalo tahun 2011 sebesar 85,7% (Target nasional 70%). Seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target (100,0%). Cakupan tertinggi pada Kota Gorontalo (94,6%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Pohuwato (75,8%). Gambar 75 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Gorontalo 768 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Gorontalo (439 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kota Gorontalo (25 kasus). Gambar 76 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 28 77

89 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Boalemo tad Gorontalo tad Pohuwato tad Bone Bolango tad Gorontalo Utara tad Kota Gorontalo tad 40.5 GORONTALO tad 49.6 Catatan: tad = tidak ada data 78

90 13. Provinsi Sulawesi Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 sebesar 66,8% (Target 70%). Jumlah kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai target ada 4 (80,0%). Cakupan tertinggi pada Kabupaten Mamasa (73,7%) dan cakupan terendah pada Kabupaten Mamuju (56,7%). Gambar 77 Distribusi Kabupaten dan Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Sulawesi Barat 264 kasus. Jumlah tertinggi adalah Kabupaten Polewali Mandar (119 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Mamasa (8 kasus). Gambar 78 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang 79

91 mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 29 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Mamuju tad Majene tad Polewali Mandar tad Mamuju Utara tad Mamasa tad SULBAR tad 75.4 Catatan: tad = tidak ada data 80

92 14. Provinsi Maluku Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Maluku tahun 2011 sebesar 64,5% (Target 70%). Jumlah tersebut merupakan laporan dari 10 kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 3 (30,0%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (86,6%), sedangkan yang terendah ada di Seram Bagian Barat (30,9%). Gambar 79 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Maluku 152 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 9 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kota Ambon (50 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Maluku Tengah (1 kasus). Gambar 80 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu 81

93 hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 30 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kota Ambon Maluku Tengah tad Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat Buru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Aru Tual tad Buru Selatan tad 24.8 tad Maluku Barat Daya tad 3.1 MALUKU Catatan: tad = tidak ada data 82

94 15. Provinsi Maluku Utara Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Maluku Utara tahun 2011 sebesar 52,3% (Target 70%). Kabupaten/kota yang sudah mencapai target ada 3 (33,3%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Kep Morotai (87,7%), sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Kep. Sula (29,5 %). Gambar 81 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Maluku Utara 110 kasus. Jumlah tertinggi adalah Halmahera Utara (28 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kep. Morotai (1 kasus). Gambar 82 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang 83

95 mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 31 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Kota Ternate tad tad 2 Kota Tidore tad tad 3 Halmahera Timur tad tad 4 Halmahera Tengah tad tad 5 Halmahera Utara tad tad 6 Halmahera Barat tad tad 7 Halmahera Selatan tad tad 8 Kepulauan Sula tad tad 9 Pulau Morotai tad tad MALUT tad tad Catatan: tad = tidak ada data 84

96 16. Provinsi Papua Barat Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Papua Barat tahun 2011 sebesar 44,9% (Target 70%). Cakupan tersebut merupakan laporan dari 7 kabupaten/kota. Belum ada kabupaten/kota yang mencapai target. Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Sorong Selatan (67,0%), sedangkan yang tertinggi ada di Kabupaten Teluk Wondama (19,4%). Gambar 83 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Papua Barat 623 kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 8 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Sorong Selatan (152 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kaimana (26 kasus). Gambar 84 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Barat Tahun

97 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah, rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan disajikan pada tabel berikut. Tabel 32 Cakupan Indikator Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Cakupan (%) RT ASI Ibu Hamil Vitamin A NO Kabupaten/Kota Mengonsumsi Eksklusif Mendapat balita 6- Garam Bayi TTD 59 Bulan Beriodium Bulan 1 Manokwari tad tad 2 Teluk Bentuni tad Teluk Wondama tad tad tad tad 4 Kota Sorong tad Kab. Sorong tad Sorong Selatan tad tad 7 Raja Ampat tad Fak-fak tad tad 9 Kaimana tad tad 10 Tambrauw tad tad 11 Maibrat tad tad tad tad PAPUA BARAT tad 32.0 Catatan: tad = tidak ada data 86

98 17. Provinsi Papua Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan D/S di Provinsi Papua tahun 2011 sebesar 44,1% (Target 70%). Cakupan tersebut merupakan laporan dari 14 kabupaten/kota. Hanya ada 1 (satu) kabupaten/kota yang mencapai target (6,3%). Cakupan tertinggi ada di Kabupaten Yahukimo (77,8%), sedangkan yang terendah ada di Kabupaten Nabire (25,6%). Gambar 85 Distribusi Kabupaten/Kota Berdasarkan Cakupan D/S Di Provinsi Papua Tahun 2011 Jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani di Provinsi Papua Barat kasus. Jumlah tersebut merupakan laporan dari 18 kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi adalah Kabupaten Merauke (318 kasus), sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Nduga (2 kasus). Gambar 86 Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Di Provinsi Papua Tahun 2011 Cakupan pencapaian indikator pembinaan gizi masyarakat lainnya yaitu, cakupan pendistribusian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, ibu 87

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat LAMPIRAN UNDANGAN (PEMERINTAH DAERAH) A. Sekretaris Daerah Provinsi Wilayah Barat 1. Sekretaris Daerah Provinsi Aceh 2. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara 3. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli 2017 Daftar Undangan 1. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Aceh Barat 2. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Aceh Barat Daya 3. Kepala

Lebih terperinci

Catatan : 26 Mei 2017

Catatan : 26 Mei 2017 Catatan : 1. Registrasi/Check-in peserta hari Rabu tanggal 31 Mei 2017, dimulai pukul 12.00 15.00 WIB, dengan menyerahkan : a. Surat Tugas b. SK Pengangkatan/ Surat Penunjukkan dari masing-masing Dinkes

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Daftar Sampel Penelitian

Lampiran 1 : Daftar Sampel Penelitian Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Vegasari, Endah Kusumawati. 2011. Faktor-Faktor yang Menentukan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal di Indonesia Survei pada Pemerintahan Daerah di Indonesia Bagian

Lebih terperinci

RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018

RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018 RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. BAGI HASIL DAK N FISIK TOTAL ALOKASI UMUM TA PROFESI DESA TA I Provinsi Aceh 126.402.087 76.537.898 19.292.417 396.906.382

Lebih terperinci

KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMK TAHUN 2012

KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMK TAHUN 2012 KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMK TAHUN 2012 No. Provinsi Kab/Kota 1 Provinsi Nangroe Aceh Kab. Aceh Barat Darussalam Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Jaya Kab. Aceh

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

LAMPIRAN XVII PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

LAMPIRAN XVII PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 Pendidikan Kesehatan dan KB Perumahan, Air Minum, dan Kedaulatan Pangan

Lebih terperinci

Mewujudkan Profesionalisme ASN dengan Perangkat & kewenangan yang terbatas?

Mewujudkan Profesionalisme ASN dengan Perangkat & kewenangan yang terbatas? Mewujudkan Profesionalisme ASN dengan Perangkat & kewenangan yang terbatas? Dialog Publik : MERESPON PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Reni Suzana Pusat Pengembangan Program &

Lebih terperinci

Nama Penyedia Alamat Penyedia Lokasi Pabrik (Provinsi) Merk : PT. LAMBANG JAYA : JL. RAYA HAJIMENA KM 14 NO. 165 NATAR - LAMPUNG SELATAN - LAMPUNG

Nama Penyedia Alamat Penyedia Lokasi Pabrik (Provinsi) Merk : PT. LAMBANG JAYA : JL. RAYA HAJIMENA KM 14 NO. 165 NATAR - LAMPUNG SELATAN - LAMPUNG Nama Penyedia Alamat Penyedia Lokasi Pabrik (Provinsi) Merk : PT. LAMBANG JAYA : JL. RAYA HAJIMENA KM 14 NO. 165 NATAR - LAMPUNG SELATAN - LAMPUNG : INDO JARWO TRANSPLANTER - LJ-RTP2040 Periode : Januari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kantor Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 35 Jakarta Pusat 10110

sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kantor Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 35 Jakarta Pusat 10110 1 2 sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kantor Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon Sirih No. 35 Jakarta Pusat 10110 Telp. 021-3912812 Fax. 021-3912-511 dan 021-391-2513

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

KEMENITERIAN PE KERJAAN

KEMENITERIAN PE KERJAAN KEMENITERIAN PE KERJAAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA Jatan Patimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Telp. 021-72796585 UMUM KARYA Fax. 021-72796585 Nomor : Um. o2.ob-dc/ztg Lampiran : 1 (satu) berkas Jakarta,

Lebih terperinci

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan bimbingannya, bahwa Kementerian Kesehatan telah memiliki data status gizi balita tahun 2015

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS

DATA DASAR PUSKESMAS DATA DASAR PUSKESMAS DATA KONDISI PUSKESMAS, PUSTU DAN POLINDES DATA KONDISI KENDARAAN DI PUSKESMAS DATA TENAGA DI PUSKESMAS (Keadaan Akhir Desember 2011) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009 STATUS : 31 AGUSTUS 2010, JAM WIB

PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009 STATUS : 31 AGUSTUS 2010, JAM WIB SUMBER DANA PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009 PLN JUMLAH PAKET NILAI PAKET PELAKSANAAN LELANG PERSIAPAN PROSES LELANG TERKONTRAK x Rp. 1.000 NILAI TERKONTRAK 1 REGULER (MA 33)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2013

DATA DASAR PUSKESMAS KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2013 DATA DASAR PUSKESMAS KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2013 KATA PENGANTAR Dalam upaya meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan menunjang kegiatan Puskesmas, pemerintah berupaya

Lebih terperinci

Prof. Ganefri, Ph.D. Tembusan: NIP Ketua PSG Rayon 106 UNP

Prof. Ganefri, Ph.D. Tembusan: NIP Ketua PSG Rayon 106 UNP Nomor : 249/UN35.14/SE/2017 8 Desember 2017 Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Pemanggilan mengikuti PLPG Guru Kemenag Tahun 2017 Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Seperti Daftar Terlampir

Lebih terperinci

LAMPIRAN XV PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

LAMPIRAN XV PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 RINCIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PANAS BUMI MENURUT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016

DATA DASAR PUSKESMAS KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 DATA DASAR KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 PENGANTAR KEPALA PUSAT DATA DAN INFORMASI Pusat Data dan Informasi sebagai entitas yang bertanggung jawab dalam penyediaan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 PENGAJUAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Besar 4 4 BNN Kab. Aceh Barat 5 Aceh 5 BNN Kab. Subulussalam

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

REKAPITULASI STATUS PENYELESAIAN PERDA RTRW PROVINSI BULAN APRIL 2013, MEI 2013 & JUNI 2013

REKAPITULASI STATUS PENYELESAIAN PERDA RTRW PROVINSI BULAN APRIL 2013, MEI 2013 & JUNI 2013 Jumlah 0 30 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Proses Revisi REKAPITULASI STATUS PENYELESAIAN PERDA RTRW PROVINSI BULAN APRIL 203, MEI 203 & JUNI 203 Rekomendasi Gubernur Sudah Pembahasan BKPRN 9 9 8 Sudah Mendapatkan

Lebih terperinci

KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMP TAHUN 2012

KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMP TAHUN 2012 KAB/KOTA PRIORITAS SASARAN DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA JENJANG SMP TAHUN 2012 No Provinsi Kab/Kota 1 Nanggro Aceh Darussalam Kab. Aceh Jaya Kab. Aceh Nagan Raya Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tenggara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 5 FEBRUARI 2016)

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 5 FEBRUARI 2016) DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 5 FEBRUARI 2016) NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA 1 PROV. MALUKU UTARA 2 PROV.

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016)

DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016) DAFTAR USULAN PENILAIAN INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA (UPDATE JANUARI 2016) NO PER 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Besar 4 4 BNN Kab. Aceh Barat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Utara 4 4 BNN Kab. Aceh Besar 5 Aceh 5 BNN Kab. Aceh Barat 6 6 BNN Kab. Subulussalam 7 7 BNN Kab.

Lebih terperinci

, WIB

, WIB Nomor : 193/UN35.14/SE/2017 8 November 2017 Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Pemanggilan mengikuti PLPG Angkatan 6 Guru Kemdikbud Tahun 2017 Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Seperti Daftar Terlampir

Lebih terperinci

Pariwisata. Sentra DAK REGULER. dan Pertanian. dan. Kawasan. Kedaulatan Berencana Pariwisata Pariwisata. Pariwisata.

Pariwisata. Sentra DAK REGULER. dan Pertanian. dan. Kawasan. Kedaulatan Berencana Pariwisata Pariwisata. Pariwisata. RINCIAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS () FISIK MENURUT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA TA 2017 RINCIAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS () FISIK MENURUT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA TA 2017 (dalam jutaan rupiah) Nama Kelautan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016

DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 DAFTAR USULAN VERTIKALISASI TAHUN 2016 NO 1 1 BNN Kab. Aceh Tamiang 2 2 BNN Kab. Pidie 3 3 BNN Kab. Aceh Utara 4 4 BNN Kab. Aceh Besar 5 Aceh 5 BNN Kab. Aceh Barat 6 6 BNN Kab. Subulussalam 7 7 BNN Kab.

Lebih terperinci

DAFTAR UNDANGAN SOSIALISASI JUKNIS DAN KONSULTASI PROGRAM PENGGUNAAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR TAHUN 2014

DAFTAR UNDANGAN SOSIALISASI JUKNIS DAN KONSULTASI PROGRAM PENGGUNAAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR TAHUN 2014 Provinsi Aceh 1 Kepala Bappeda Provinsi Aceh 2 Kepala Bappeda Kab. Aceh Barat 3 Kepala Bappeda Kab. Aceh Besar 4 Kepala Bappeda Kab. Aceh Selatan 5 Kepala Bappeda Kab. Aceh Singkil 6 Kepala Bappeda Kab.

Lebih terperinci

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f

Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta. p f Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9 Jakarta p. 021 5203883 f. 021 5210176 direktoratbinagizi@gmail.com www.gizi.depkes.go.id Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

5 2017, WIB

5 2017, WIB Nomor : 175/UN35.14/SE/2017 27 Oktober 2017 Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Pemanggilan mengikuti PLPG Angkatan 5 Guru Kemdikbud Tahun 2017 Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Seperti Daftar Terlampir

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

KEGIATAN SOSIALISASI SESUAI KONTRAK REGULER DAN WILAYAH BARU PNPM

KEGIATAN SOSIALISASI SESUAI KONTRAK REGULER DAN WILAYAH BARU PNPM KEGIATAN SOSIALISASI SESUAI KONTRAK REGULER DAN WILAYAH BARU PNPM TINGKAT KABUPATEN KMW I KMW II KMW III KMW IV KMW V KMW VI KMW VII KMW VIII KMW IX KMW X KMW XI KMW XII KMW XIII KMW XIV KMW XV REALISASI

Lebih terperinci

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I Lampiran I Surat No. B.41/S.KT.03/2018 Tanggal: 19 Februari 2018 Kementerian/Lembaga 1. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Sekretaris Kementerian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang tertuang dalam arah kebijakan

Lebih terperinci

, WIB

, WIB Nomor : 217/UN35.14/SE/2017 21 November 2017 Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Pemanggilan mengikuti PLPG Angkatan 7 Guru Kemdikbud Tahun 2017 Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Seperti Daftar Terlampir

Lebih terperinci

Nomor : UND/947/S.PAN-RB/09/ September 2015 Lampiran : 1 (satu) exp. Hal : Rapat Koordinasi Penyusunan Soal TKB

Nomor : UND/947/S.PAN-RB/09/ September 2015 Lampiran : 1 (satu) exp. Hal : Rapat Koordinasi Penyusunan Soal TKB Nomor : UND/947/S.PAN-RB/09/2015 8 September 2015 Lampiran : 1 (satu) exp. Hal : Rapat Koordinasi Penyusunan Soal TKB Yth. Para Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota (Daftar Terlampir) di Tempat Dengan hormat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014

Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014 Daftar Instansi Pemerintah Daerah Yang Mendapatkan Formasi Khusus Tenaga Dokter PTT 2014 Keadaan sampai dengan 12 Agustus 2014 NO WILAYAH KERJA KANTOR REGIONAL I YOGYAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH Pemerintah

Lebih terperinci

Katalog: 9199018 TNJAUAN RNAL Berdasarkan PDRB KABUPATN/KTA 2011-2015 BUKU 1 PULAU SUMATRA BADAN PUSAT STATSTK Tinjauan Regional Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2011-2015 Pulau Sumatera Buku 1 S S N :

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

BAB II BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN MEDAN. Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Belawan merupakan

BAB II BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN MEDAN. Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Belawan merupakan BAB II BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN MEDAN A. Sejarah Singkat Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Belawan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 275/KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 275/KMK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 275/KMK.06/4 TANGGAL 31 MEI 4 TENTANG PENETAPAN PERKIRAAN JUMLAH DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM MINYAK BUMI DAN GAS ALAM TAHUN ANGGARAN 4

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) SERENTAK Tingkat provinsi (7 daerah) Tingkat kabupaten / kota. Aceh (Kota, 4 daerah dan Kabupaten, 16 daerah)

PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) SERENTAK Tingkat provinsi (7 daerah) Tingkat kabupaten / kota. Aceh (Kota, 4 daerah dan Kabupaten, 16 daerah) PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) Pemilihan umum Gubernur Aceh 2017 (Banda Aceh) Pemilihan umum Gubernur Bangka Belitung 2017 (Sungai Liat) Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (Jakarta) Pemilihan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN. Nomor : Peng/ 02 /VII/SU/KP.02.00/2017/BNN

PENGUMUMAN. Nomor : Peng/ 02 /VII/SU/KP.02.00/2017/BNN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PENGUMUMAN Nomor : Peng/ 02 /VII/SU/KP.02.00/2017/BNN TENTANG RALAT 7 (TUJUH) FORMASI REDISTRIBUSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PENGISIAN JABATAN DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Republik Indone

2011, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Republik Indone No.10, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. SDA. Minyak dan Gas Bumi.2008 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI KURANG

Lebih terperinci

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Perjanjian Kinerja Direktur Kesehatan Keluarga dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat. Lampiran, Cakupan Indikator Kesehatan

Lebih terperinci

KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012

KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012 KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012 NAMA DAERAH Kabupaten Kota Total Bali NT 19 2 21 Bali 7 1 8 Kabupaten Badung 1 1 Kabupaten Bangli 1 1 Kabupaten Buleleng 1 1 Kabupaten

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2015

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2015 DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2015 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA 1 PROV. MALUKU UTARA 2 PROV. KALIMANTAN UTARA 3 KABUPATEN ACEH TAMIANG

Lebih terperinci

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 Bab VIII pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI 1 Pendahuluan 2 Latar Belakang 3 Tujuan a. Umum b. Khusus. 4 Kegiatan a. Pokok b. Rincian Kegiatan. 5 Cara melaksanakan kegiatan. 6 Sasaran 7 Jadwal pelaksanaan

Lebih terperinci

ONGKOS KIRIM DAN MERAKIT, OLI, SOLAR (MOS) PER-UNIT PER-SATU TITIK BAGI, DI IBUKOTA KABUPATEN

ONGKOS KIRIM DAN MERAKIT, OLI, SOLAR (MOS) PER-UNIT PER-SATU TITIK BAGI, DI IBUKOTA KABUPATEN 1 Aceh Kab. Aceh Barat 31.300.000 27.900.000 2 Aceh Kab. Aceh Barat Daya 31.300.000 27.900.000 3 Aceh Kab. Aceh Besar 33.100.000 29.800.000 4 Aceh Kab. Aceh Jaya 31.400.000 28.000.000 5 Aceh Kab. Aceh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA No BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI 2013, No.1161 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2007

PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2007 PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2007 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

/{v. DIREKTORAT BINA PROGRAM Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp lfax KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

/{v. DIREKTORAT BINA PROGRAM Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp lfax KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Nomor Lampiran KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL GIPTA KARYA DIREKTORAT BINA PROGRAM Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 121 110 Telp lfax. 021-72796582 ut4.- oa. o6* Cp /tyoa

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 12 APRIL 2016)

DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 12 APRIL 2016) DAFTAR NAMA DAERAH YANG BELUM MELAPORKAN SK DAN SOP (DATA DUKUNG PEMBENTUKAN PPID) KE KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 (UPDATED 12 APRIL 2016) NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA 1 PROV. MALUKU UTARA 2 PROV.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus di penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan makanan terbaik

Lebih terperinci

2,347, ,904, ,363, ,156,

2,347, ,904, ,363, ,156, Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE78/PJ/2011 Tanggal : 29 September 2011 RINCIAN RENCANA PENERIMAAN BERDASARKAN APBNP TAHUN ANGGARAN 2011 (dalam rupiah) KANWIL DJP NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lebih terperinci

RINCIAN ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2012 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH

RINCIAN ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2012 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH 5 2012, No.1235 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197/PMK.07/2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2012 RINCIAN ALOKASI DEFINITIF

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FORMASI CPNS BNN TAHUN 2013

KEBUTUHAN FORMASI CPNS BNN TAHUN 2013 BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEBUTUHAN FORMASI CPNS BNN TAHUN 2013 LAMPIRAN PENGUMUMAN NOMOR : PENG/01/IX/2013/BNN TANGGAL : 4 SEPTEMBER 2013 No. 1 ACEH BNNP Aceh Perawat D-3 Keperawatan

Lebih terperinci

RINCIAN ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2012

RINCIAN ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2012 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PMK.07/2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2012 RINCIAN ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

Nomor : /SM.110/J.3.9/10/ Oktober 2013 Sifat : Penting Lampiran : 4 (empat) lembar Perihal : Pemanggilan Calon Peserta Diklat

Nomor : /SM.110/J.3.9/10/ Oktober 2013 Sifat : Penting Lampiran : 4 (empat) lembar Perihal : Pemanggilan Calon Peserta Diklat Nomor : /SM.110/J.3.9/10/2013 03 Oktober 2013 Sifat : Penting Lampiran : 4 (empat) lembar Perihal : Pemanggilan Calon Peserta Diklat Yang terhormat, (lampiran 1) di Tempat Bersama ini kami sampaikan bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN)

C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) DAFTAR ISI No. 01. Propinsi Nangroe Aceh Darussalam 10 / 136 23 1. Kabupaten Aceh Selatan 14 24 2. Kabupaten Aceh Sungkil

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

Analisis Belanja Infrastruktur D i a n t a r a J a l a n B e r l u b a n g. T. Triansa Putra Banda Aceh, 26 Februari 2013

Analisis Belanja Infrastruktur D i a n t a r a J a l a n B e r l u b a n g. T. Triansa Putra Banda Aceh, 26 Februari 2013 Analisis Belanja Infrastruktur D i a n t a r a J a l a n B e r l u b a n g T. Triansa Putra Banda Aceh, 26 Februari 2013 Rp. Triliun Belanja Infrastruktur Aceh meningkat lebih dua kali lipat sejak tahun

Lebih terperinci

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER SUMATERA BARAT Kota Solok Arosuka 39.000 Kab. Tanah Datar Batu Sangkar 39.000 Kab. Tanah Datar Kota. Bukit Tinggi Bukit Tinggi 39.000

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA K ARYA

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA K ARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA K ARYA Jl. Pattimura 20 Kebayoran Baru Jakarta 12110 Telp. 72796158 Fax. 72796155 Nomor : UM.02.06-DC/639 Jakarta, 7 November 2012 Lampiran : 1 (satu)

Lebih terperinci