IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Depok Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6 o o Lintang Selatan dan 106 o o Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah-perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2. Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor 135/SK.DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan Kotamadya Dati II Depok dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat, maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru di Provinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun Berdasarkan undang-undang tersebut, dalam rangka pengembangan fungsi kota sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masamasa mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota, serta untuk kesatuan perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah Kota Administratif Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Depok, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri dari Desa Pondokterong, Desa Ratujaya, Desa Pondokjaya, Desa Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Wilayah Kota Depok terdiri dari enam Kecamatan. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan masyarakat di Kota Depok. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tuntutan masyarakat akan pelayanan prima dari pemerintah dan volume kegiatan penyelenggaraan pemerintahan pada akhir tahun 2009 Kota Depok pemekaran wilayah Kecamatan yang semula enam Kecamatan menjadi 11 Kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota Depok No. 8 Tahun 2007 dengan implementasi mulai dilaksanakan tahun Wilayah yang mengalami pemekaran ada lima Kecamatan terdiri atas Kecamatan Tapos merupakan pemekaran dari Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Bojongsari pemekaran dari Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cilodong pemekaran dari Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cipayung pemekaran dari Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Cinere pemekaran dari Kecamatan Limo. Wilayah Kota Depok dibagi ke dalam sebelas Kecamatan (Sawangan, Bojongsari, Cipayung, 43

2 44 Cilodong, Tapos, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Beji, Cinere dan Limo), 63 kelurahan, 880 Rukun warga (RW) dan 4920 Rukun Tetangga (RT). Tabel 2 Batas Wilayah Kecamatan di Kota Depok, 2011 Kode Kecamatan Batas Wilayah 010 Sawangan Utara : Kabupaten Tangerang Selatan : Kecamatan Parung Kab.Bogor Timur : Kecamatan Limo dan Pancoran Mas dan Kecamatan Cipayung Barat : Kecamatan Bojongsari 011 Bojongsari Utara : Kabupaten Tangerang Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kecamatan Sawangan Barat : Kabupaten Bogor 020 Pancoran Mas Utara : Kecamatan Limo dan Kecamatan Beji Selatan : Kecamatan Cipayung Timur : Kecamatan Sukamajaya Barat : Kecamatan Sawaangan 021 Cipayung Utara : Kecamatan Pancoran Mas Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kecamatan Sukamajaya dan Kecamatan Cilodong Barat : Kecamatan Sawangan 030 Sukmajaya Utara : Kecamatan Cimanggis Selatan : Kecamatan Cilodong Timur : Kecamatan Cimanggis dan Kecamatan Tapos Barat : Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Pancoran Mas 031 Cilodong Utara : Kecamatan Sukmajaya Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kecamatan Tapos Barat : Kecamatan Cipayung 040 Cimanggis Utara : DKI Jakarta dan Kota Bekasi Selatan : Kecamatan Tapos dan Kecamatan Sukmajaya Timur : Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor Barat : Kecamatan Beji Kota Depok 041 Tapos Utara : Kecamatan Cimanggis dan Kota Bekasi Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kabupaten Bogor Barat : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cilodng 050 B e j i Utara : DKI Jakarta Selatan : Kecamatan Pancoran Mas Timur : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cimanggis Barat : Kecamatan Limo 060 L i m o Utara : Kecamatan Cinere Selatan : Kecamatan Pancoran Mas Timur : DKI Jakarta dan Kecamatan Beji Barat 061 Cinere Utara : DKI Jakarta Selatan : Kecamatan Limo Sumber : BPS Kota Depok 2011 : Kab. Tangerang dan Kecamatan Sawangan Timur : DKI Jakarta Barat : Kabupaten Tangerang

3 45 Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan, bergelombang lemah, dengan elevasi antara meter dpi dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi, yaitu: Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan Kec. Pondok Gede Bekasi. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Sebelah Timur Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Data kependudukan dan sosial ekonomi Kota Depok a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2011 mencapai jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Kecamatan Cimanggis merupakan Kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan Kecamatan lain di Kota Depok, yaitu jiwa, sedangkan Kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu jiwa. Di Tahun 2011 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai jiwa/km². Kecamatan Sukmajaya merupakan Kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2, kemudian Kecamatan Pancoran Mas dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2. Adapun Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar jiwa/km 2. Tabel 3 Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis kelamin Kode Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 010 Sawangan Bojongsari Pancoran Mas Cipayung Sukmajaya Cilodong Cimanggis Tapos Beji Limo Cinere Kota Depok Sumber : BPS Kota Depok 2011

4 46 b. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Kota Depok pada tahun 2011 mencapai orang/km 2. Kecamatan Sukmajaya merupakan Kecamatan terpadat yaitu sebesar orang/km 2, sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar orang / km 2. Tabel 4 Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kota Depok, 2011 Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk (jiwa) (Km 2 ) (jiwa/km 2 ) Sawangan , Bojongsari , Pancoran Mas , Cipayung , Sukmajaya , Cilodong , Cimanggis , Tapos , Beji , Limo , Cinere , Kota Depok , Sumber : BPS Kota Depok 2011 c. Pendidikan Tahun Ajaran 2011/2012 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Depok sebanyak 357 sekolah, jumlah murid TK , dan guru TK. Sekolah SD sebanyak 393 sekolah, dengan murid dan orang guru. Sekolah SMP berjumlah 162 sekolah dengan jumlah siswa orang dan jumlah guru orang. Di tingkat SMA terdapat 55 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing orang dan orang. Selain itu terdapat 97 sekolah SMK, dengan jumlah murid orang dan jumlah guru orang. sedangkan jumlah Perguruan Tinggi berjumlah 8 yang tersebar di wilayah Kota Depok.

5 47 Tabel 5 Fasilitas pendidikan di Kota Depok, 2011 Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Prosentase (unit) (%) TK SD SMP SMA / SMK Perguruan Tinggi Sumber : BPS Kota Depok 2011 d. Tenaga Kerja Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai pengangguran. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2010, dapat diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2010, penduduk Kota Depok yang bekerja jiwa, sedangkan yang menganggur sekitar jiwa. Jadi penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja sebanyak jiwa, sedangkan yang merupakan penduduk buka angkatan kerja sebanyak jiwa. Penduduk yang bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 61.87% dan perempuan 38.13%. Dari penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor 4 (Jasa Kemasyarakatan). Status pekerjaan masih didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 62.99%, kemudian berusaha sendiri 19.42%.

6 48 Tabel 6 Persentase penduduk 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kota Depok, 2011 Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (%) (%) (%) Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Besar, \Eceran, Rumah Makan dan Hotel Jasa Kemasyarakatan Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas, dan Air Minum, Konstruksi, Angkutan, Pergudagangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan Jumlah Sumber : BPS Kota Depok 2011 Gambar 6 Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki di Kota Depok tahun 2010 Sumber : BPS Kota Depok 2011

7 49 Tabel 7 Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kota Depok, 2011 Status Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (%) (%) (%) Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar Berusaha dibantu buruh Tdk tetap/tidak dibayar Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tidak dibayar Jumlah Sumber : BPS Kota Depok 2011 Media Luar Ruang di Kota Depok Pengelolaan luar ruang di Kota Depok dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMP2T), yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Depok No 7 tahun 2008 tentang nilai sewa media luar ruang. Keberadaan Media Luar Ruang di Kota Depok tidak terlepas dari penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah bersumber dari PAD berupa pajak daerah dan bantuan pemerintah pusat. Dengan terbatasnya penerimaan daerah maka bantuan pusat berupa dana perimbangan masih cukup dominan dalam APBD Kota Depok. Realisasi anggaran pendapatan Kota Depok tahun 2011 berdasarkan anggaran perubahan adalah Rp ,87 dengan rincian PAD sebesar Rp ,94; dana perimbangan Rp ,00; dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp ,93. Realisasi anggaran pengeluaran Kota Depok pada tahun 2010 sebesar Rp ,76. terlihat pada Tabel 8 berikut

8 50 Tabel 8 Ringkasan perubahan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah Kota Depok (Rupiah), 2011 No Uraian Anggaran Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah , ,74 2 Pajak Daerah , ,00 3 Retribusi Daerah , ,50 4 Hasil Pengelolaan Kekayaan , ,00 Daerah yang Dipisahkan 5 Lain-lain Pendapatan Asli , ,24 Daerah yang Sah Jumlah , ,00 Sumber : BPS Kota Depok tahun 2011 Adapun kontribusi pajak dalam APBD Kota Depok Tahun dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel 9 Realisasi penerimaan pajak daerah Kota Depok tahun Jenis Pajak Daerah Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Media luar ruang Pajak Penerangan Jalan Pajak Parkir Jumlah Sumber: BPMP2T Kota Depok tahun 2012 Terlihat bahwa kontribusi pajak media luar ruang di tahun 2011 adalah sebesar Rp ,00 berada di bawah penerimaan pajak penerangan jalan dan pajak restoran, hal ini disebabkan basis pajak media luar ruang masih rendah. Adapun lokasi (jalan) yang mempunyai banyak titik pemasangan media luar ruang dan memiliki izin di antaranya terlihat pada Tabel 10 berikut

9 51 Tabel 10 Lokasi pemasangan media luar ruang berizin di Kota Depok tahun 2011 N0 Sumber: BPMP2T 2011 Nama Jalan Kelas Jalan Titik Media luar ruang yang memiliki izin Penerimaan Pajak Media luar ruang Berizin (Rp) 1 Margonda Raya A Raya Cinere A Raya Bogor A Alternatif Cibubur A Raya Sawangan B Tole lskandar B Akses UI B Raya Kartini B Nusantara B Raya Citayam B Ir. Djuanda B Radar AURI B Raya Sentosa B Raya Gandul B Kemakmuran B Raya Siliwangi B Dewi Sartika B Proklamasi B Muchtar Raya B Limo Raya B Pada Tabel 10 terlihat bahwa dari sekian banyak lokasi yang dapat dipasangi media luar ruang, yang banyak diminati menurut data yang diperoleh tahun 2011, terdapat 216 jalan yang memiliki izin untuk pemasangan media luar ruang dengan total titik media luar ruang sebanyak titik, di mana Jalan Raya Margonda merupakan jalan dengan titik media luar ruang terbanyak terpasang dan memiliki izin yaitu 855 titik, diikuti dengan Jalan Raya Cinere sebanyak 174 titik, dan Jalan Raya Bogor sebanyak 147 titik. Secara keseluruhan potensi pajak media luar ruang untuk lokasi yang sudah terpasang dan memiliki izin untuk periode Peraturan Walikota Depok No. 07 Tahun 2008 tentang nilai sewa media luar ruang hanya mengatur pengelompokkan jalur jalan berupa jalan khusus, jalan utama, jalan pendukung dan jalan lingkungan. Dari keempat jalur jalan tersebut, hanya jalur jalan lingkungan yang tidak dinyatakan rincian jalan secara spesifik, sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal 5 (1): Nilai Strategis Pemasangan Media luar ruang berdasarkan lokasi pada setiap jalur jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diberi bobot sebesar 50% dan ditentukan sebagai berikut:

10 52 a. Jalur jalan khusus yaitu Margonda Raya b. Jaur jalan Utama meliputi jalan tol, jalan raya Cinere, jalan raya Bogor, jalan raya Cibubur-Cileungsi, jalan raya Parung Ciputat dan jalan Ir. H. Djuanda c. Jalur Jalan Pendukung, meliputi Jalan Tole Iskandar, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nusantara, Jalan Raya Sawangan, Jalan Arief Rahman Hakim, Jalan Cilangkap, Jalan Raya Beji Kukusan, Jalan KSU, Jalan Tanah Baru, Jalan Radar AURI, Jalan Akses UI, Jalan Siliwangi, Jalan Gandul, Jalan Bukit Cinere, Jalan Parung Bingung, Jalan Pangkalan Jati, Jalan Kartini Citayam, Jalan Raya Proklamasi, Jalan Keadilan, Jalan Bahagia Raya, Jalan Cilodong, Jalan BBM, Jalan Prof. Lafran Pane, Jalan Pelni, Jalan Pitara Raya, Jalan Raya Depok, Jalan Ridwan Rais, Jalan Pengasinan, dan Jalan Sentosa Raya. d. Jalur Jalan Lingkungan, meliputi jalan lainnya yang tidak termasuk jalur jalan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c. Berdasarkan Peraturan Walikota Depok No. 07 Tahun 2008 tersebut, perhitungan lokasi pemasangan media luar ruang yang tidak memiliki izin dan kurang diminati pada tahun 2011 sebanyak 2 lokasi ditentukan hanya untuk jalur jalan khusus, jalan utama, jalan pendukung saja, tidak termasuk jalan lingkungan perumahan, yaitu Jalan BBM dan Jalan Pelni. Dari daftar izin pemasangan media luar ruang baru dan diperpanjang yang didapatkan dari BPMP2T Kota Depok (2012), diketahui terdapat beberapa pemasangan media luar ruang yang tidak terdata oleh BPMP2T Kota Depok dan tidak membayar pajak media luar ruang. Seperti yang diungkapkan melalui pemeriksaan Bawasda Kota Depok, terdapat 5 SPBU yang terletak di Kecamatan Beji dan Limo belum memiliki izin pemasangan media luar ruang dan tidak membayar pajak media luar ruang pada tahun Adanya media luar ruang yang tidak memiliki izin pemasangan menunjukkan rendahnya pengawasan dan pengendalian oleh aparat, dan menunjukkan masih terbukanya kemungkinan penerimaan pajak media luar ruang di Kota Depok yang lebih besar dari yang telah direalisasi. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi secara periodik tentang izin media luar ruang, untuk meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan wajib pajak media luar ruang. Untuk mendapatkan ijin pemasangan media luar ruang harus menunjukkan data media luar ruang, mendokumentasikan peta situasi tempat yang ingin dituju, menunjukkan gambar serta naskah media luar ruang yang akan ditampilkan, menyerahkan fotocopy KTP pemasang media luar ruang, menyerahkan fotocopy lahan tanah bila menggunakan lahan pemda, menyerahkan surat permohonan ditandatangani oleh anggota direksi bermaterai, serta melampirkan surat pernyataan yg menyatakan bersedia mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan oleh Pemkot Depok dan surat kuasa apabila pengurusan bukan oleh pemohon. Di Kota Depok media luar ruang dibedakan berdasarkan jenis pajaknya berdasarkan Peraturan Walikota Depok No. 07 Tahun 2008 adalah : 1. Media Luar ruang Papan adalah media luar ruang yang terbuat dari bahan kayu, plastik, fiberglass, kaca, batu, logam, alumunium, seng, plat besi, lampu neon, atau bahan lainnya yang sejenis yang dipasang atau digantung atau ditempelkan pada bangunan, tembok, dinding, pagar, tiang dan sebagainya baik yang disinari maupun yang tidak disinari antara lain billboard, papan merek, neon sign / neon box, thin plate.

11 2. Media luar ruang megatron / videotron / Large Electronic Display (LED) adalah media luar ruang yang menggunakan layar monitor besar berupa program media luar ruang atau iklan yang bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik. 3. Media luar ruang kain adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu. 4. Media luar ruang melekat (stiker) adalah media luar ruang yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta untuk ditempelkan, diletakan, dipasang, digantungkan pada suatu benda milik pribadi lain dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 100 cm 2 perlembar 5. Media luar ruang selebaran adalah media luar ruang yang berbentuk selebaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain. 6. Media luar ruang berjalan adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara ditempatkan, ditempel pada kendaraan bermotor atau tidak bermotor atau membawa media luar ruang secara berkeliling oleh orang yang berjalan kaki dengan tujuan komersial. 7. Media luar ruang udara (balon udara) adalah media luar ruang yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan balon atau bahan lainnya yang diisi dengan gas 8. Media luar ruang suara adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan menggunakan kata - kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dan atau oleh perantara alat. 9. Media luar ruang slide atau film adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, atau bahan-bahan sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam ruangan. 10.Media luar ruang peragaan adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. 11.Media luar ruang branding adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara mengecat bangunan dengan bahan cat tembok, cat minyak dan sejenisnya. Dasar pengenaan pajak media luar ruang dan tata cara perhitungan nilai sewa media tersebut dihitung dengan menjumlahkan nilai strategis dan nilai jual obyek pajak media luar ruang, untuk rokok dan minuman beralkohol, nilai sewanya dikenakan tambahan sebesar 25% dari nilai sewa media luar ruang yang telah ditetapkan. Untuk media luar ruang media yang ditempatkan di dalam gedung / ruangan nilai sewanya dikenakan pengurangan sebesar 25 % dari nilai sewa yang telah ditetapkan. Nilai sewa media luar ruang (NSR) dihitung dengan menjumlahkan nilai strategis (NSPR) dan nilai jual obyek pajak media luar ruang. Nilai strategis adalah nilai strategis pemasangan media luar ruang (NSPR). Di mana nilai strategis pemasangan media luar ruang adalah nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan media luar ruang berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan 53

12 54 Tata Ruang Kota untuk berbagai aspek kegiatan di bidang usaha. Nilai strategis pemasangan media luar ruang ditentukan berdasarkan lokasi pada setiap jalur jalan, fungsi suatu kawasan, dan sudut pandang lokasi media luar ruang. Nilai Jual Obyek Pajak Media luar ruang (NJOPR) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik dan atau penyelenggara media luar ruang termasuk dalam hal ini adalah biaya atau harga beli bahan media luar ruang, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran atau ongkos perakitan, pemancangan, peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan, transportasi pengangkutan dan lain sebagainya sampai dengan bangunan media luar ruang selesai dipancangkan, diperagakan, ditayangkan dan atau terpasang ditempat yang telah diizinkan. NJOPR disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan jenis media luar ruang, satuan, bahan atau komponen dan masa pajak. Berbagai jenis media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok sesuai dengan pengklasifikasian menurut kemudahan pengaturan terdapat dua tingkatan, yaitu: 1). Media luar ruang yang bersifat langsung Media luar ruang ini berkaitan dengan kegiatan pada suatu bangunan atau lingkungan di mana media luar ruang tersebut diletakan. 2). Media luar ruang yang bersifat tidak langsung Media luar ruang ini mengandung pesan-pesan yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan kegiatan dalam bangunan atau lingkungan di mana media luar ruang tersebut diletakkan. Beberapa jenis media luar ruang yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu media luar ruang permanen atau berdurasi lama (minimal 1 tahun) dan media luar ruang yang temporer atau berdurasi pendek (mingguan atau bulanan). Media yang termasuk media luar ruang permanen antara lain jenis billboard tanam maupun tempel, backlight tanam maupun tempel, frontlight tanam maupun tempel, bando jalan, prismatek, thin plat, dan rombong. Adapun yang termasuk media luar ruang temporer atau berdurasi pendek antara lain spanduk, umbul-umbul, poster, banner kain, baliho, dan balon udara. Keberadaan media luar ruang berdurasi pendek ini relatif sulit dikendalikan karena dapat dipasang sewaktu-waktu dan berpotensi mengurangi estetika visual. Karakteristik Masyarakat Karakteristik masyarakat adalah sifat atau ciri-ciri yang melekat pada diri masyarakat, yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan lingkungannya. Jumlah keseluruhan masyarakat dalam penelitian ini berjumlah 94 orang. Karakteristik ini diperlukan dalam penelitian ini karena karakteristik yang berbeda-beda dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Gifford (1987), juga menyebutkan bahwa persepsi manusia dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat yang terdiri dari karakteristik personal, karakteristik cultural, karakteristik physical. Pada karakteristik personal didalamnya terdapat indikator umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Pada karakteristik cultural terdapat indikator suku bangsa. Pada karakteristik physical terdapat indikator frekuensi melintas di jalan Margonda Raya Kota Depok.

13 55 Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya berasal dari berbagai tingkat umur. Sebagian besar masyarakat yang menjadi masyarakat pada penelitian ini berumur antara tahun sebanyak persen, kategori umur tersebut disebut pemuda. Masyarakat yang menjadi masyarakat kisaran umur tahun terpaut cukup jauh persentasenya yaitu sebanyak persen, sementara itu jumlah masyarakat yang berumur tahun berjumlah 4.26 persen dan yang berumur tahun tidak terpaut jauh yaitu 3.19 persen. Mayoritas umur yang terkategorikan sebagai pemuda menunjukkan bahwa pemuda banyak terdapat di jalan Margonda Raya Depok, di mana banyak perguruan tinggi, perusahaan swasta serta wisata belanja di lokasi penelitian dan para pemuda berada di sekitar jalan tersebut berorientasi untuk bekerja dan kuliah, Tabel 11 Sebaran umur masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%) Total Jenis Kelamin Hasil penelitian terbesar yang menjadi masyarakat pada penelitian ini adalah laki laki dengan persentase persen sementara perempuan hanya persen. Di lapangan laki laki lebih mudah ditemui dibandingkan perempuan, tidak ada yang mempengaruhi kenapa lebih banyak laki laki yang menjadi masyarakat dari pada perempuan, Hal ini disebabkan penyebaran kuisioner dengan menggunakan metode Convenient Sampling sesuai dengan pengunjung yang berada di wilayah jalan Margonda Raya saja, yang mana pengunjung perempuan dan pengunjung laki-laki tidak ditentukan jumlahnya. Jika melihat kebelakang memang jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2011 lebih banyak laki - laki dibandingkan perempuan yaitu untuk laki-laki dan perempuan, akan tetapi dengan luasnya wilayah jalan Margonda Raya dan pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi terletak di koridor jalan Margonda Raya maka tidak ada alasan yang mempengaruhi kenapa lebih banyak laki-laki. Tabel 12 Sebaran jenis kelamin sebaran umur masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%) Laki -Laki Perempuan Total

14 56 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki kaitan dengan tingkat penilaian terhadap persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan mampu memahami dan menilai persepsi terhadap keberadaan media luar ruang. Karena secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan, kemampuan, dan persepsi masyarakat yang menjadi responsden dan mempermudah seseorang untuk menyerap informasi. Tingkat pendidikan pada penelitian ini dilihat berdasarkan pendidikan formal terakhir yang didapatkan oleh masyarakat sampai saat penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan masyarakat menyebar dari yang paling rendah lulus SLTP sampai lulus tertinggi yaitu S3. Sebesar persen masyarakat merupakan lulusan SLTA, sementara itu lulusan S1 sebesar persen, lulusan SLTP mempunyai persentase yaitu 4.26 persen, S persen dan yang paling rendah adalah lulusan S3 sebesar 2.13 persen. Dari sebaran data tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak masyarakat merupakan lulusan SLTA, sehingga tingkat pendidikan masyarakat di koridor jalan Margonda Raya dapat dikategorikan cukup tinggi, ini menandakan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka cukup tinggi sehingga dapat menjadi faktor kunci yang penting bagi penelitian ini. Masyarakat yang berhasil dijumpai selama proses pengumpulan data di lapangan relatif beragam atau berasal dari kelompok masyarakat dari berbagai jenjang pendidikan. Relatif cukup beragamnya masyarakat seperti ini merupakan sumber informasi yang baik bagi sebuah hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat. Penyebaran tingkat pendidikan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya dapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13 Sebaran tingkat pendidikan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%) SLTP SLTA S S S Total Jenis Pekerjaan Pada Tabel 14, masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya didominasi oleh masyarakat yang belum bekerja, di antaranya pelajar atau mahasiswa (67.02%), ibu rumah tangga (2.13%); sedangkan masyarakat yang sudah bekerja di antaranya swasta (14.89%), wirausaha (6.38%), pekerjaan lainnya (4.26%), PNS dan TNI POLRI (2.13%). Banyaknya masyarakat yang belum bekerja terutama pelajar atau mahasiswa, berkaitan dengan keadaan lokasi yang memang banyak terdapat perguruan tinggi serta atau hanya sekedar mengunjungi pusat hiburan, restoran atau kafe sehingga aktivitas pelajar dan mahasiswa sering dijumpai. Tingginya tingkat kesibukan seseorang akan

15 57 mempengaruhi motivasi atau minatnya untuk melakukan suatu perjalanan atau hiburan yang dapat menghilangkan kepenatan setelah sekian lama melakukan aktivitas kerja. Tabel 14 Sebaran jenis pekerjaan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Pekerjaan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sudah bekerja Tidak bekerja Total Tingkat Pendapatan Dilihat dari Tabel 15 tingkat pendapatan masyarakat lebih didominasi berpenghasilan Rp perbulannya, yaitu persen. Pendapatan tersebut disebabkan karena memang masyarakat di dominasi oleh pelajar dan mahasiswa yang rata-rata memiliki latar belakang pendidikan SLTA serta adapula sebagian mahasiswa yang memiliki uang saku perbulannya mencapai satu juta dua ratus ribu rupiah. Persentase pendapatan terbesar kedua yaitu > Rp yaitu persen yang banyak didominasi oleh PNS, TNI/POLRI, dan wirausaha. Pendapatan Rp perbulannya memiliki persentase yaitu persen hasil ini di dominasi oleh masyarakat yang bekerja atau swasta di mana upah minimum regional Kota Depok sekitar Rp perbulannya dan tingkat pendapatan Rp perbulan memiliki persentase 8.51 persen. Tabel 15 Sebaran tingkat pendapatan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Tingkat pendapatan (Rp) Frekuensi (Orang) Persentase (%) > > > Total Suku Bangsa Pada Tabel 16 terlihat bahwa dominan masyarakat yang melintasi jalan Margonda Raya berasal dari Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa berasal dari suku Jawa (46.81%), suku Sunda (23.40%), dan suku Betawi (13.83%). Adapun masyarakat yang berasal dari luar pulau Jawa berasal dari suku Manado (7.45%), suku Padang (6.38%), dan suku Batak dan Manado (1.06%). Kesimpulan dari sebaran suku bangsa ini adalah di Kota Depok terutama di wilayah koridor jalan Margonda Raya suku bangsa sangat beragam, perlu diketahui Kota Depok merupakan wilayah perbatasan antara Jawa barat dan DKI Jakarta, oleh karena itu sangat besar potensi keberagaman suku bangsa berada di wilayah tersebut. Itu terlihat dari jumlah suku bangsa Jawa paling terbanyak dalam penelitian ini dan suku bangsa lainnya ada di Kota Depok.

16 58 Tabel 16 Sebaran suku bangsa masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Asal Suku Bangsa Frek (Orang) Persentase (%) Pulau Jawa Luar Pulau Jawa Total Frekuensi Melintas Jalan Margonda Raya Masyarakat yang pada penelitian ini sebagian besar sering melintas jalan Margonda Raya, sebaran masyarakat melintas jalan tersebut tertinggi adalah setiap hari dengan persen, diurutan selanjutnya kurang dari 1 kali perminggu dan 1 kali perminggu mempunyai satu kesamaan dengan persentase persen. Masyarakat yang melintas kawasan tersebut tiga kali perminggu sebanyak persen, dan terakhir lima kali perminggu dengan persentase yaitu persen. Adanya perbedaan tersebut karena masyarakat yang melintas kawasan jalan Margonda Raya sebagian besar berdomisili di sekitar Depok sehingga kesempatan untuk melintas kembali sangat besar hubungannya. Selain itu, jalan Margonda Raya merupakan jalur utama yang menghubungkan Kota Depok dengan DKI Jakarta dan jalur tersebut banyak sekali pusat pendidikan, perguruan tinggi serta pertokoan dan wisata belanja. Tabel 17 Sebaran frekuensi masyarakat melintas jalan Margonda Raya Seringnya melintas Frek (Orang) Persentase (%) < 1x Per Minggu x Per Minggu x Per Minggu x Per Minggu Setiap hari Total Pengetahuan Masyarakat terhadap Jenis Media Luar Ruang yang dilihat di Jalan Margonda Raya Kota Depok Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai media luar ruang, desain dan format pertanyaan kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat berfungsi sebagai screening, bertujuan menyaring masyarakat yang menjadi responsden. Masyarakat menceklist kolom yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya. Ada tiga pertanyaan mendasar yang digulirkan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang media luar ruang antara lain : apakah masyarakat kenal istilah media luar ruang atau reklame, media luar ruang apa saja yang sering dilihat masyarakat dan informasi apa yang sering masyarakat dapatkan dari media luar ruang di jalan Margonda Raya. Semua masyarakat yang menjadi responden pada penelitian ini seluruhnya mengenal istilah media luar ruang. Seringnya masyarakat mengenal istilah media luar ruang atau reklame, karena masyarakat familiar terhadap media ini dan sering melihat media luar ruang di jalan Margonda Raya.

17 59 Pada Tabel 18, jawaban pada kuesioner yang diberikan kepada masyarakat boleh dipilih lebih dari satu, tujuannya adalah ingin mengetahui keberagaman pengetahuan masyarakat mengenai jenis-jenis media luar ruang. Dari hasil penelitian dapat diketahui, pengetahuan masyarakat mengenai jenis media luar ruang sangat beragam, ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang dibagikan. Masyarakat lebih banyak mengenal jenis media luar ruang spanduk dengan persentase 88.29, diurutan kedua jenis media luar ruang yang banyak dikenal masyarakat adalah papan toko dengan persentase Diurutan selanjutnya terdapat baliho dengan persentase 69.14, disusul billboard dengan persentase 59.57, neon box persen, umbul-umbul persen, mobile ad/iklan dikendaraan persen, LED/Megatron persen, branding persen dan balon udara persen. Salah satu alasan mengapa masyarakat lebih mengenal spanduk sebagai jenis media luar ruang adalah karena spanduk lebih banyak ditemukan di sudutsudut kota dibandingkan dengan media lainnya seperti billboard, balon udara dan LED/Megatron, karena media ini lebih banyak ditemukan di jalan-jalan besar. Alasan lainnya adalah spanduk merupakan salah satu media yang murah produksinya dan lebih flexible penempatannya dibandingkan dengan media lainnya yang penempatannya harus mempunyai lahan yang besar dan mempunyai penopang ke tanah dengan tiang atau listrik sebagai media penerangannya Tabel 18 Sebaran pengetahuan masyarakat mengenai jenis media luar ruang atau reklame di jalan Margonda Raya Kota Depok Jenis Media Luar Ruang Frek (Orang) Persentase (%)* Billboard Spanduk Baliho Neon Box Umbul-umbul Papan Toko Branding LED/Megatron Balon Udara Mobile Ad/dikendaraan *Keterangan : Persentase dihitung dari seluruh responden (n=94) Pada Tabel 19, informasi yang sering masyarakat dapatkan dari media luar ruang di jalan Margonda Raya adalah informasi iklan komersial, di mana persen masyarakat, persen masyarakat sering melihat informasi iklan komersial dan iklan non komersial. Sedangkan informasi non komersial mempunyai persentase 7.44 persen.

18 60 Tabel 19 Sebaran pengetahuan masyarakat mengenai informasi yang sering didapat pada media luar ruang/reklame di jalan Margonda Raya Kota Depok Jenis Informasi Frek (Orang) Persentase (%) Informasi Iklan Komersial Informasi Iklan Non Komersial Kombinasi Informasi Iklan Komersial dan Iklan Non Komersial Total Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok (Per peubah) Pengertian persepsi masyarakat dapat disimpulkan sebagai tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling bergaul dan berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiyu dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera. Secara kuantitatif, deskripsi data didasarkan pada perhitungan frekuensi terhadap skor setiap alternatif jawaban kuesioner, sehingga diperoleh persentase dan skor rata-rata jawaban masyarakat dari masing-masing peubah, peubah pada persepsi ini dibagi menjadi tiga aspek yaitu aspek komunikasi visual media luar ruang, aspek tipologi media luar ruang dan aspek estetika media luar ruang. Tabel 20 Rataan skor persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi Rataan Skor* Persepsi masyarakat terhadap aspek 3.62 komunikasi visual media luar ruang Persepsi masyarakat terhadap tipologi media 3.32 luar ruang Persepsi masyarakat terhadap estetika media 3.25 luar ruang Rataan Skor Total 3.40 Ket : = Sangat Buruk; = Buruk; = Cukup Baik; = Baik; = Sangat Baik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik yaitu dengan rataan skor Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat satu peubah yang berada pada kategori baik yaitu persepsi terhadap aspek komunikasi visual yaitu 3.62 dan dua peubah yang berada pada ketegori cukup baik yaitu persepsi terhadap tipologi dengan nilai rata-rata sebesar 3.32, serta persepsi terhadap estetika media luar ruang sebesar Berikut penjabaran setiap peubah persepsi masyarakat.

19 61 Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Untuk mengetahui sebaran persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual dapat dilihat pada Tabel 21. Dapat dilihat bahwa persen masyarakat mengganggap bahwa aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok baik dan persen masyarakat beranggapan bahwa aspek komunikasi visual di jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik, sementara itu 8.51 persen masyarakat beranggapan bahwa sangat baik aspek komunikasi visual di jalan tersebut. Jika dilihat dari rataan skor persepsi masyarakat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang dilihat dari aspek komunikasi visual sebesar 3.62, ini menunjukkan bahwa masyarakat umumnya mempersepsikan bahwa aspek komunikasi visual pada media luar ruang di jalan Margonda Raya mempunyai kategori baik penilaiannya. Tabel 21 Persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat buruk Buruk Cukup baik Baik Sangat baik Total Persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang didefinisikan sebagai cara pandang atau pemaknaan masyarakat dalam melihat komunikasi visual atas dasar pengalaman pengalaman masyarakat yang terdapat di media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok yang terbagi menjadi enam indikator yaitu huruf, warna, ukuran, tekstur, layout/tata letak dan ilustrasi. Persentase masyarakat lebih banyak memberikan jawaban baik dan sangat baik pada indikator huruf, warna, ukuran dan tekstur yang ditampilkan di media luar ruang. Pada penelitian ini, indikator huruf mempunyai nilai rataan skor 3.76 yang berarti persepsi masyarakat baik dalam menilainya. Masyarakat mempersepsikan legibility (kejelasan) dapat dilihat dengan jelas huruf yang ditampilkan walaupun sambil berkendara dan huruf yang digunakan mempermudah masyarakat untuk mengenali informasi pada media luar ruang di jalan tersebut. Sepertinya desainer atau orang yang mendesain media luar ruang di jalan Margonda Raya lebih mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik, sehingga masyarakat melihat huruf tersebut terbaca dengan tepat. Begitupun dengan readibility (keterbacaan) di mana masyarakat mudah membaca huruf walaupun sambil berkendara, dan spasi antara huruf, kata atau kalimat pada media luar ruang sangat baik, serta penggunaan huruf pada media luar ruang saling memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Hal ini berarti huruf-huruf yang digunakan sudah cukup legible bagi para masyarakat, dan dapat dikatakan bahwa huruf yang ditampilkan mempunyai tingkat

20 62 keterbacaan yang tinggi bagi mereka. Dilihat dari Visibility (jarak keterbacaan), masyarakat meyakini bahwa huruf yang ditampilkan di media luar ruang dapat terbaca dalam jarak 10 meter dan huruf yang ditampilkan harus cukup besar untuk dapat terbaca dengan jelas, karena huruf yang digunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang digunakan untuk papan iklan, oleh karena itu masyarakat yakin huruf yang berada di media luar ruang dapat terbaca dari jarak tertentu sehingga dapat berkomunikasi dengan baik. Begitu pula dengan clarity (mudah dimengerti) masyarakat beranggapan bahwa huruf yang digunakan pada media luar ruang, ketika menjadi sebuah kalimat dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat. Keempat elemen dalam indikator huruf tersebut merupakan salah satu syarat keberhasilan komunikasi. Seperti yang diutarakan oleh Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) bahwa pemilihan bentuk huruf (tipografi) harus tepat untuk memikat perhatian masyarakat. Selain itu faktor legibility, readibility, visibility dan clarity huruf juga sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Pada indikator warna, persepsi masyarakat mempunyai nilai rataan skor 3.61, yang berarti persepsi masyarakat baik dalam menilainya, terutama pada metode obyektif, komperatif dan subyektif. Hasil dari analisis tersebut mengidentifikasikan bahwa pada metode obyektif, masyarakat mempersepsikan warna yang ditampilkan sangat beragam serta memiliki tingkat kecerahan yang tinggi. Disamping itu masyarakat sepakat bahwa warna yang ditampilkan sering membandingkan hal lain dalam kehidupan, membandingkan hal lain dengan warna termasuk dalam metode komperatif, di mana penggunaan metode ini adalah dengan cara membandingkan warna, walaupun kendalanya setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda tentang warna. Masyarakat sepakat bahwa warna bisa mempunyai pemahaman yang berbeda dengan tema desainnya seperti contohnya warna marah disamakan dengan darah, sedangkan warna biru disamakan dengan langit bersih saat hari cerah dan lain sebagainya. Pada metode subyektif, masyarakat melihat bahwa warna yang ditampilkan menarik perhatian serta mempengaruhi suasana hati. Indikator ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek. Masyarakat menilai ukuran media luar ruang dengan rataan skor 3.73, artinya persepsi masyarakat baik dalam menilainya. Masyarakat menyatakan keberagaman ukuran yang ditampilkan dijalan Margonda Raya sangat beragam dan media luar ruang yang ditampilkan tidak memakan seluruh atau sebagian dari ruang publik karena semakin besar ukuran media maka semakin besar menarik perhatian. Seperti yang diutarakan Iskandar (2011), bahwa umumnya dengan memperbesar ukuran media akan meningkatkan perhatian konsumen, alasannya karena setiap kali penayangan sebuah iklan di media, belum tentu langsung dilihat apalagi diperhatikan oleh audiensnya karena banyaknya iklan-iklan yang mempromosikan produk lain. Oleh sebab itu, iklan dapat sampai pada konsumen ketika adanya suatu daya tarik yang dapat menarik perhatian dalam bentuk ukuran yang besar. Dalam ilmu psikologi, perhatian dapat didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. Kapasitas merupakan sumber daya yang terbatas, maka konsumen sangat selektif mengalokasikan perhatian mereka. Ini berarti pada saat sejumlah stimulus menerima perhatian, yang lain akan diabaikan.

21 Begitu juga indikator tekstur, masyarakat menilai baik jika tektur yang ditampilkan baik dan menarik dengan rataan skor 3.54, karena di lapangan tekstur merupakan kualitas tertentu suatu permukaan yang timbul sebagai akibat dari struktur tiga dimensi dan masyarakat mengetahui bahwa tekstur yang paling banyak di temukan di media luar ruang adalah kertas, logam, kaca, dan plastik. Pada indikator layout atau tata letak, terbagi atas empat klasifikasi diantaranya urutan (sequence), penekanan (emphasis), keseimbangan (balance), dan kesatuan (unity) di mana masyarakat menilai dengan rataan skor Artinya masyarakat menilai layout atau tata letak cukup baik. Pada klasifikasi urutan (sequence), masyarakat menilai baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan memprioritaskan informasi yang dibaca terlebih dahulu. Pada klasifikasi penekanan (emphasis), masyarakat menilai cukup baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan menekankan pada warna. Pada klasifikasi keseimbangan (balance), masyarakat menilai cukup baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan seimbang (simetris) dan klasifikasi kesatuan (unity), masyarakat menilai baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan mempunyai satu kesatuan dengan tema yang ditampilkan. Merujuk pada penelitian Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) mengenai layout atau tata letak bahwa urutan (sequence) pesan yang ditangkap oleh mata pengamat (target audience) berbeda-beda menyesuaikan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Contohnya masyarakat membaca dari atas ke bawah, karena tanpa urutan yang jelas informasi mempunyai pengertian ganda. Pada klasifikasi penekanan (emphasis), Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) juga menjelaskan bahwa upaya memberikan penekanan dapat dicapai dengan memberikan warna yang kontras atau berbeda dengan latar belakang dan elemen lainnya. Begitu juga dengan klasifikasi kesatuan (unity), Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) mengatakan bahwa komposisi yang seimbang akan memberikan kenyamanan bagi pengamat. Karena melalui keseimbangan, komunikasi visual akan lebih mudah tersampaikan dan keseimbangan berprinsip pada pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pada klasifikasi kesatuan (unity), Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) mengatakan bahwa sebuah layout harus memiliki efek yang kuat bagi pengamat dan memiliki kesatuan. Kesatuan tercipta melalui keterkaitan antar elemen dalam komposisi dan keterkaitan itu sendiri tercipta karena adanya kesatuan tema dan makna.(fisik dan non fisik). Untuk itu dalam sebuah layout aspek komposisi selalu dikaitkan dengan tema dan makna, sehingga makna pesan yang akan disampaikan dapat terwujud. Pada indikator ilustrasi, masyarakat menilai dengan rataan skor 3.67, artinya masyarakat menilai layout atau tata letak baik. Masyarakat menilai baik karena ilustrasi yang ditampilkan jelas dan mudah dimengerti, dan ilustrasi yang ditampilkan sangat sesuai dengan yang ditawarkan pada media luar ruang. Secara khusus Hartanto (2001) mengatakan bahwa ilustrasi dalam iklan berfungsi sebagai judul dalam bentuk gambar atau foto, untuk menekankan judul bahkan menggantikan posisinya yang penting. Hal ini karena potensi gambar yang dapat menjelaskan arti lebih luas daripada kata-kata, khususnya apabila gambar atau foto itu ditampilkan untuk mengemukakan ide. Melalui gambar orang, bahkan yang buta huruf dapat menerima dari belajar sesuatu informasi secara lebih mudah 63

22 64 karena ilustrasi iklan yang menonjolkan kekuatan gambar lebih mudah untuk mengkomunikasikan detil produk yang ditawarkan. Persepsi Masyarakat terhadap Tipologi Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang didefinisikan sebagai cara pandang atau pemaknaan masyarakat dalam melihat kondisi tipologi media luar ruang yang ada di jalan Margonda Raya Kota Depok atas dasar pengalaman masyarakat. Semuanya terdiri dari 16 pernyataan yang telah tersedia dalam kuisioner. Sebaran persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya terdapat pada Tabel 22. Tabel 22 Persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya. Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik Total Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa persen masyarakat mengganggap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik penilaiannya, sementara itu persen masyarakat beranggapan bahwa tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok baik. Berbeda dengan persen masyarakat yang mempersepsikan tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok buruk, meskipun begitu ada juga 4.25 persen masyarakat yang memberikan nilai sangat baik dan 2.13 persen masyarakat yang menilai tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok sangat buruk. Jika dilihat dari rataan skor persepsi masyarakat adalah sebesar 3.32, yang berarti umumnya masyarakat menilai tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik. Cukup baiknya persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok ini diambil dari indikator isi pesan, bahan dan periode waktu yang digunakan, sifat penyampaian informasi dan teknis pemasangannya. Pada indikator isi pesan, menunjukan bahwa media luar ruang komersial dan non-komersial atau iklan layanan masyarakat dari pemerintah Kota Depok mempunyai nilai rataan skor 3.49, artinya masyarakat menilai baik karena isi pesan media luar ruang komersial dan non komersial mudah dipahami/dimengerti. Begitu juga dengan penilaian isi pesan media luar ruang komersial yang mempunyai kategori baik, karena berkualitas dan penilaian tersebut berbanding terbalik dengan kualitas isi media luar ruang non komersial yang mempunyai nilai cukup baik. Pada pernyataan isi pesan bahwa media luar ruang komersial kurang mengajak untuk memilih produk dengan cermat dan teliti, banyak respons yang menyatakan isi pesan media luar ruang hanya memperkenalkan produk saja bukan

23 65 memberikan arahan untuk memilih produk dengan teliti sedangkan masyarakat menilai baik jika isi pesan media luar ruang non-komersial mengajak untuk mendukung program pemerintah. Pada indikator bahan dan periode waktu yang digunakan, mempunyai rataan skor 3.40, artinya masyarakat menilai cukup baik karena bahan media luar ruang cukup aman bagi para pengendara dan pejalan kaki. Masyarakat menilai media luar ruang harus diatur perijinannya dengan mempunyai rataan skor Pada indikator sifat penyampaian informasi nilai rataan skor 3.72, artinya masyarakat menilai cukup baik karena masyarakat melihat sifat penyampaian informasi dapat terlihat dengan jelas. Pada indikator teknis pemasangan media luar ruang mempunyai nilai rataan skor Artinya masyarakat menilai cukup baik, karena pemasangan media luar ruang tidak mendukung keindahan kota serta pemasangannya tidak memenuhi syarat struktur dan tata ruang kota serta mengganggu pandangan lalu lintas serta keamanan dan keselamatan umum. Kesimpulan data di lapangan mengenai persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang ini adalah media luar ruang komersial lebih menonjol dibandingkan dengan media non-komersial atau iklan layanan masyarakat dari pemerintah Kota Depok. Hal tersebut disebabkan sifat media luar ruang sebagai media alat promosi berusaha selalu membuat perbedaan dalam setiap pemasangannya dibanding media luar ruang non-komersial, misalnya saja dilihat dari ukuran yang besar, konstruksi yang menarik perhatian dan tempatnya yang selalu ditengah-tengah kerumunan atau ditempat yang konsentrasi masyarakat selalu banyak. Lain halnya dengan reklame non-komersial yang cenderung pasif. Dilihat dari bentuk dan ukurannya yang kecil, titik lokasinya juga kadang tidak selalu ditempat yang strategis dan kadang tanpa pencahayaan. Sangat wajar karena reklame non-komersial tidak dikenakan pajak retribusi walaupun kadang muatannya sangat berguna bagi masyarakat umum. Hal tersebut jelas sangat berbeda dengan komersial. Seharusnya Pemerintah Kota Depok sebagai pengelola media luar ruang lebih menata media luar ruang komersial dan non-komersial menurut fungsinya, karena di lapangan seringkali terlihat saling tumpang tindih antara kedua jenis media luar ruang tersebut. Persepsi Masyarakat terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Penilaian persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana mereka dapat menerima keberadaan media luar ruang sebagai bagian dari produk kebijakan pemasangan yang selama ini sudah dilaksanakan dan diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Depok. Persepsi terhadap estetika media luar ruang ini terdiri dari 12 pernyataan yang telah tersedia dalam kuisioner, yang terbagi menjadi indikator bentuk media luar ruang, penampilan media luar ruang, kesesuaian penempatan media luar ruang, kesesuaian satu media dengan media lainnya, kesesuain penempatan ukuran media luar ruang dengan lingkungannya, dan pencahayaan di malam hari. Pada Tabel 23 Sebaran persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya memiliki rataan skor sebesar 3.25 yang berarti para masyarakat cukup baik dalam mempersepsikan aspek estetika pada media luar ruang di jalan Margonda Raya.

24 66 Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa persen masyarakat cukup baik dalam mempersepsikan estetika media luar ruang, sedangkan persen masyarakat mempersepsikan estetika media luar ruang dengan baik. Adapula masyarakat yang mempersepsikan estetika media luar ruang buruk dengan persentase persen dan 5.32 persen mempersepsikan estetika media luar ruang dengan sangat baik. Tabel 23 Persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik Total Tabel 23 menunjukkan bahwa penilaian masyarakat yang dijadikan responden terhadap estetika media luar ruang secara umum dapat dikatakan sangat kritis. Masyarakat menilai aspek estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya sudah dalam kondisi jenuh, karena jumlah media luar ruang komersial di jalan Margonda Raya jumlahnya sudah sangat banyak dibandingkan dengan media luar ruang non-komersial sehingga menimbulkan kesan kumuh dan tidak teratur mirip sekali dengan Jamur Kota dan masyarakat menghendaki pemasangan media luar ruang dapat menambah keindahan kota dan teratur tata letaknya. Pada indikator bentuk media luar ruang mempunyai nilai rataan skor Artinya masyarakat menilai cukup baik, karena bentuk media luar ruang biasa, sederhana dan tidak unik. Jika dilihat dari penampilannya masyarakat menilai baik jika media luar ruang di jalan Margonda Raya menarik dan bagus dengan nilai rataan skor Dilihat dari apakah dapat menambah estetika kota, masyarakat menilai bahwa media luar ruang di jalan Margonda Raya masih belum meningkatkan keindahan kota Depok dan dari kesesuaian penempatannya media luar ruang di jalan Margonda Depok, masyarakat menilai media luar ruang tidak teratur dan tidak tertata rapih dengan nilai rataan skor sehingga bisa dikatakan butuk. Dilihat dari kesesuaian satu media luar ruang dengan media luar ruang lainnya di jalan Margonda Raya, masyarakat menilai jika jarak antar media luar ruang bervariasi dengan rataan skor Selanjutnya jika dilihat dari kesesuaian penempatan ukuran dengan lingkungannya, masyarakat di jalan Margonda Raya menilai cukup baik dengan nilai rataan skor Media luar ruang dilihat dari kesesuaian penempatan ukuran dengan lingkungannya dikatakan tidak serasi, tidak proposional dan sesuai dengan sudut pandang dengan ketinggian. Indikator pencahayaan di malam hari mempunyai nilai rataan skor 3.51, artinya masyarakat menilai baik jika media luar ruang di jalan Margonda Depok terang dan pencahayaan tepat arahnya.

25 67 Menurut Pramono (2006), reklame/media luar ruang merupakan signage dalam visualisasi perkotaan yang dapat menjadi visualisasi perkotaan sehingga menambah keindahan/estetika sebuah kota. Didalamnya terdapat aspek bentuk media luar ruang, penampilan media luar ruang, penempatan media luar ruang, jarak antar media, penempatan ukuran dan pencahayaan di malam hari sehingga dapat menjadi aksesoris kota yang dapat membantu keindahan kota. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi adalah inti dari komunikasi. Penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual tidak akan terlepas dari karakterisik masyarakat itu sendiri. Hal ini jelas tampak menurut Cohen (1994) dalam Mulyana (2001) persepsi didefinisikan sebagai interpretasi masyarakat yang bermakna atas sensasi sebagai wakil suatu obyek eksternal serta pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana. Tabel 24 Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Karakteristik Masyarakat Karakteristik Personal (X 1 ) Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual (Y 1 ) Uji Statistik Koefisien korelasi X 1. 1 Umur r s X 1.2. Jenis Kelamin X 1.3. Tingkat Pendidikan r s * X 1.4. Jenis Pekerjaan * X 1.5. Tingkat Pendapatan r s Karakteristik Cultural (X 2 ) X 2. 1 Suku Bangsa Karakteristik Physical (X 3 ) X 3. 1 Frekuensi Melintas r s 0.690** Keterangan: **bila p-value < 0.01 maka berhubungan sangat nyata *bila p-value < 0.05 maka berhubungan nyata r s = koefisien rank Spearman 2= koefisien chi-square

26 68 Pada penelitian ini terdapat tujuh karakteristik masyarakat yang terbagi menjadi tiga peubah diantaranya karakteristik personal, karakteristik cultural dan karakteristik physical ditenggarai dapat mempengaruhi persepsi dalam memandang aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Hubungan antara karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap aspek komunikasi visual dapat dilihat pada Tabel 24. Hubungan Karakterisitik Personal dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Pada Tabel 24, indikator tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan berhubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi rank Spearman, menunjukkan angka sebesar Di mana menurut Sarwono (2006) angka ini menunjukkan adanya korelasi yang lemah dan berlawanan arah. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan persepsi masyarakat terhadap komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Selanjutnya, jenis pekerjaan mempunyai nilai p-value sebesar lebih kecil dari berdasarkan hasil perhitungan Chi-Square, menunjukkan angka sebesar Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan berhubungan nyata dengan persepsi masyarakat terhadap komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai korelasi rank Spearman pada tingkat pendidikan menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang semakin buruk. Artinya, masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih rendah memandang aspek komunikasi visual media luar ruang lebih baik. Menurut Pujiyanto (2003), menyatakan bahwa kecenderungan masyarakat dengan kategori tingkat pendidikan rendah mempersepsikan aspek komunikasi visual media luar ruang tidak bisa di jadikan tolok ukur layak atau tidaknya media tersebut berada di jalan, asalkan bagus warnanya dan dapat terbaca dengan jelas berarti aspek komunikasi visual tersebut bisa diterima. Berbeda dengan masyarakat dengan kategori tingkat pendidikan tinggi yang mempersepsikan bahwa, aspek komunikasi visual pada media luar ruang memiliki potensi yang besar untuk mendongkrak penjualan produk, jasa dan informasi bila dirancang untuk menghasilkan daya tarik pada target khalayaknya sehingga media luar ruang juga menjadi media beriklan yang efisien. Menurut data di lapangan, media luar ruang dapat meraih perhatian masyarakat hanya untuk beberapa detik, untuk itu mereka melihat bahwa hirarki aspek komunikasi visual yang perlu diperhatikan adalah visibilitas huruf, warna yang khas, tata letak atau layout yang baik, bentuk media luar ruang yang unik serta tektur dan elemen ilustrasi yang menarik. Beberapa hal yang muncul dari penelitian ini adalah preferensi masyarakat yang berpendidikan tinggi dalam melihat desain media luar ruang yaitu memanfaatkan ilustrasi sebagai daya tarik melalui gaya ikonik, pengolahan elemen huruf dan fotografi agar bisa menarik perhatian. Saat ini masyarakat berpendidikan tinggi berasumsi bahwa, aspek komunikasi visual di jalan Margonda Raya tidak serta merta hanya mampu memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang ada dan hanya berkaitan dengan eksekusi visual, namun juga harus mampu memilih media yang tepat dan

27 relevan untuk membangun komunikasi dengan masyarakat sehingga media luar ruang bisa menjadi media yang efektif dalam penyampaian pesan secara visual. Menurut data dilapangan, masyarakat berpendidikan tinggi yang berada di koridor jalan Margonda Raya berharap, kerusakan ekologi yang dimunculkan dalam bentuk kepulan asap kendaraan bermotor, panasnya cuaca akibat tidak adanya lagi pohon-pohonan, dinding kota yang tak terawat serta segala bentuk kebisingan di jalan Margonda Raya disegarkan kembali oleh aspek komunikasi visual pada media luar ruang yang kaya warna dan kaya interpretasi dalam segala aspek visualnya. Menurut mereka iklan media luar ruang komersial dan non komersial bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai penyeimbang lingkungan ketika lingkungan kota tidak memberi lagi kesegaran bagi panca indera secara lengkap, namun dengan kehadiran aspek komunikasi visual terutama bentuk layout yang baik serta ilustrasi yang menarik, minimal mata sudah menjadi indera yang dapat menikmati keindahan kota yang dihiasi dengan segala macam imajinasi yang tergambar dalam desain yang ditampilkan. Pada Tabel 25, nilai Chi-Square sebesar menjelaskan bahwa, masyarakat yang sudah bekerja akan semakin baik menilai aspek komunikasi visual pada media luar ruang di jalan Margonda Raya dibandingkan dengan masyarakat yang belum bekerja. Masyarakat yang sudah bekerja akan lebih fokus dalam menyikapi aspek komunikasi visual terutama iklan yang menawarkan barang dan jasa, karena jika aspek komunikasi visual yang ditampilkan sebagai iklan menarik perhatian masyarakat yang sudah bekerja maka akan berubah perilakunya. Mereka akan segera membuat keputusan berdasarkan atas kebutuhan, fungsi, kegunaan, dan cita rasa dibandingkan dengan masyarakat yang belum bekerja. Keputusan tersebut juga diteliti oleh Pujiyanto (2003), pada penelitiannya Pujianto menyatakan bahwa perilaku pembuatan keputusan konsumen dapat didasarkan atas prinsip problem solving (pemenuhan kebutuhan), rasional (pertimbangan akal sehat tentang fungsi dan kegunaannya), atau hedonic benefits (pertimbangan emosional atau afektif, cita rasa). Jika ditinjau secara lebih rinci melalui wawancara dengan masyarakat yang sudah bekerja tentang aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya. Masyarakat menyatakan bahwa, saat ini media luar ruang di jalan Margonda Raya hanya memenuhi kebutuhan konsumen tetapi kurang berhasil membangkitkan perilaku konsumen untuk membeli lewat aspek komunikasi visual yang dirancang menjadi sebuah desain yang baik. Penjelasan tersebut sejalan dengan yang dikatakan Shiffman dan Kanuk (2000) dalam Suhartono (2004), tentang pengertian perilaku konsumen yang mempunyai arti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan pada suatu media. Oleh sebab itu masyarakat berharap Pemerintah Kota Depok dengan pesan-pesan informasi pembangunannya dan pihak swasta yang berkesempatan melancarkan pemasaran lewat media luar ruang bisa lebih memberikan sesuatu yang berbeda terhadap aspek komunikasi visual sehingga bisa lebih diterima oleh masyarakat terutama merubah perilaku konsumen masyarakat yang sudah bekerja. Dilihat dari kacamata responden saat ini, masih belum dioptimalkan terutama oleh pemerintah dan dari industri kecil dan menengah, sehingga kualitas aspek 69

28 70 komunikasi visual pada media luar ruang kurang memiliki daya saing di koridor jalan Margonda Raya. Hubungan Karakterisitik Cultural dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Pada Tabel 24 menunjukkan bahwa masyarakat dengan suku bangsa di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual pada media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok dengan nilai Chi-Square sebesar Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis penelitian ditolak, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa dengan persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Artinya, bahwa masyarakat yang mempunyai suku bangsa tersebut tidak memberikan perbedaan dalam mempersepsikan media luar ruang. Menurut data di lapangan, tidak berpengaruhnya suku bangsa dikarenakan sebagian besar masyarakat suku bangsa yang menjadi responden memahami aspek komunikasi visual sesuai dengan budayanya masing-masing, rata-rata masyarakat memahami aspek warna dalam mempersepsikan aspek komunikasi visual. Alasannya karena warna memiliki nilai simbolis dan nilai keindahan. Umumnya diasosiasikan dengan hubunganhubungan yang bersifat supernatural (adikodrati), atau ada kekuatan tertentu yang menguasai bagian dari alam raya. Hubungan Karakterisitik Physical dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa frekuensi melintas masyarakat berhubungan sangat nyata dengan persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok dengan nilai korelasi rank Spearman Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan yang sangat kuat. Semakin seringnya masyarakat melintas jalan Margonda Raya maka persepsi masyarakat dalam melihat aspek komunikasi visual semakin baik, Data di lapangan menjelaskan bahwa hal tersebut dilatarbelakangi oleh kesadaran (awareness) masyarakat terhadap aspek komunikasi visual tentang familiarnya suatu informasi yang ada di media luar ruang dan fungsi dari media tersebut bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang ciri khusus informasi yang disampaikan. Masyarakat akan lebih mudah melihat aspek komunikasi visual yang terdiri dari warna, huruf, ukuran, layout serta ilustrasi yang semuanya menginformasikan bahwa iklan yang ditawarkan lebih baik ditinjau dari sisi fungsional atau simbolisnya. Setiap masyarakat yang melihat akan sadar akan iklan dan mempengaruhi sikap serta nilai positif atas produk atau informasi yang ditampilkan Hubungan antara frekuensi melintas masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang juga diteliti oleh Hardjati (2008), pada penelitiannya menyatakan bahwa seringnya masyarakat melintas kawasan yang banyak terdapat media luar ruang, mengakibatkan beberapa informasi produk dan jasa serta informasi dari pemerintah mampu berkembang dengan baik di benak konsumen karena keberhasilannya dalam membuat ruang di pikiran konsumen melalui aspek komunikasi visual. Konsumen dapat dirangsang perhatiannya dengan memanfaatkan 80% daya tarik visual/sesuatu yang terlihat.

29 71 Artinya, memanfaatkan warna, bentuk, ilustrasi dan merek adalah cara efektif memikat konsumen. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Media luar ruang dapat dibedakan dalam berbagai klasifikasi. Pengklasifikasian setiap media luar ruang berbeda beda, sesuai dengan sudut pandang, tujuan dan kepentingan yang hendak dicapai. Perbedaan pengklasifikasian ini berkaitan erat dengan bentuk bentuk pengelolaan atau pengaturan yang ditetapkan. Pemahaman atas kesamaan dan perbedaan antara kelompok media luar ruang tersebut diklasifikasikan, merupakan kunci dalam memahami suatu pengelolaan media luar ruang (Yulisar 1999). Secara umum klasifikasi media luar ruang dapat berdasarkan isi pesan, bahan, sifat informasi dan teknis pemasangannya. Indikator karakteristik masyarakat yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang adalah: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, suku bangsa dan frekuensi melintas. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Karakteristik Masyarakat Karakteristik Personal (X 1 ) Persepsi terhadap Tipologi (Y 2 ) Uji Statistik Koefisien korelasi X 1. 1 Umur r s X 1.2. Jenis Kelamin X 1.3. Tingkat Pendidikan r s * X 1.4. Jenis Pekerjaan * X 1.5. Tingkat Pendapatan r s Karakteristik Cultural (X 2 ) X 2. 1 Suku Bangsa Karakteristik Physical (X 3 ) X 3. 1 Frekuensi Melintas r s 0.250* Keterangan: *bila p-value < 0.05 maka berhubungan nyata r s = koefisien rank Spearman 2= koefisien chi-square

30 72 Hubungan Karakterisitik Personal dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa umur tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi terhadap tipologi media luar ruang. Hal ini berarti bahwa umur tidak secara nyata berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap aspek tipologi media luar ruang. Dari empat klasifikasi umur yang ada, baik pemuda sampai lanjut usia tidak memberikan perbedaan nyata dalam mempersepsikan tipologi media luar ruang. Sama dengan indikator jenis kelamin dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang, jenis kelamin juga tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap karakeristik dan tipologi media luar ruang. Hal ini berarti bahwa jenis kelamin masyarakat tidak secara nyata mempengaruhi persepsi masyarakat. Baik masyarakat yang berjenis kelamin lakilaki dan perempuan tidak memberikan sikap yang berbeda terhadap jenis pekerjaan Berbeda dengan tingkat pendidikan masyarakat yang berkorelasi nyata dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang, dengan koefisien korelasi rank Spearman sebesar Nilai hubungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka persepsi masyarakat semakin buruk terhadap tipologi media luar ruang. Begitu juga dengan pekerjaan masyarakat yang berkorelasi nyata dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang, dengan nilai koefisien Chi-Square Nilai hubungan tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai tersebut menjelaskan bahwa, masyarakat yang sudah bekerja akan semakin baik menilai tipologi pada media luar ruang di jalan Margonda Raya dibandingkan dengan masyarakat yang belum bekerja. Data di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi dan sudah mempunyai pekerjaan menganggap hal penting dalam tipologi media luar ruang adalah menentukan isi pesan atau penentuan keunggulan produk yang dijadikan sebagai informasi inti dalam pesan periklanan. Saat ini media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok baik itu pesan iklan komersial dan iklan non komersial dalam konsep isi pesannya lebih banyak menggunakan daya tarik rasional daripada daya tarik emosional dalam menyampaikan kepada khalayak. Menurut Moriarty (1991), mengatakan bahwa dalam mengkonsep isi pesan, pemerintah dan biro iklan harus bisa menggunakan daya tarik rasional dan emosional dalam menyampaikan pesan di media. Daya tarik rasional atau informasional dipandang sebagai sesuatu yang sangat tumpul untuk diterapkan pada beberapa jenis produk tertentu, sehingga sukar untuk menarik perhatian konsumen. Perlu diketahui daya tarik rasional adalah jenis daya tarik dalam penyusunan pesan iklan yang mengemukakan sejumlah informasi yang ditujukan pada proses berpikir logis dari khalayaknya. Pesan iklan yang menggunakan daya tarik rasional biasanya digunakan pada iklan produk yang bersifat teknis atau menonjolkan spesifikasi teknis dan cenderung memberikan informasi nyata.

31 Pengiklan menggunakan pendekatan ini umumnya mencoba untuk menunjukkan suatu kenyamanan bagi konsumen terhadap suatu produk, dengan menawarkan keuntungan tertentu. Hal terpenting adalah bagaimana produk tersebut bisa memuaskan kebutuhan konsumen. Tujuan pengiklan adalah untuk memberikan kenyamanan pada khalayak sasaran, agar mau membeli produk yang diiklankan. Berbeda dengan daya tarik emosional yang berkaitan dengan kebutuhan psikologis atau kebutuhan sosial dari khalayak sasaran yang dituju dalam membeli produk. Beberapa motivasi khalayak sasaran dalam menentukan keputusan pembelian adalah motivasi emcsional. Daya tarik emosional menjadi populer dalam periklanan seperti pengakuan masyarakat di koridor jalan Margonda Raya Kota Depok bahwa beberapa keputusan pembelian dibuat atas dasar perasaan dan emosi. Disamping itu, adanya beberapa merk yang produknya tidak jauh berbeda menyebabkan konsumen menjadi bingung dan memilih berdasarkan pertimbangan irasional, antara lain dengan memilih merk produk yang dirasanya "dekat di hati". Alasan lainnya dalam menggunakan daya tarik emosional adalah untuk mempengaruhi interpretasi konsumen melalui pengalaman mereka dalam penggunaan suatu produk. Jika ditinjau dari data di lapangan, salah satu contoh ke tidak berjalannya suatu pesan pembangunan yang diterima oleh masyarakat adalah program yang digulirkan oleh Pemerintah Kota Depok mengenai program One Day No Rice (ODNR) yang tahun 2012 hangat diperbincangkan. Walikota Depok mengatakan gerakan ODNR adalah gerakan untuk diversifikasi makanan sehingga makanan yang kita makan menjadi beragam, bergizi, dan seimbang. Sejarah dan aturan yang telah ada merupakan tekad mulia, baik, dan mendasar dengan menawarkan cita-cita nasional ke depan sehingga menjadi lebih sehat dan cerdas. Pemerintah Kota Depok menampilkan informasi tersebut ke dalam media billboard yang berukuran 5x10 meter di pertigaan jalan Margonda Raya dan Arief Rahman Hakim. Dilihat dari tujuannya sangatlah mulia, akan tetapi pola penyampaian yang disampaikan oleh Pemerintah Kota Depok belum mengunggah daya tarik emosional masyarakat, sehingga masyarakat membutuhkan mekanisme dengan propaganda yang tepat karena berhubungan dengan kebiasaan masyarakat untuk menyantap nasi. Kecenderungan masyarakat dalam menilai program ODNR tersebut adalah belum memaksimalkan pesan yang harus dipahami dalam membuat konsep kampanye periklanan, yaitu dengan menambahkan unsur penyadaran dalam iklan ODNR, masyarakat berpendidikan tinggi dan yang sudah mempunyai pekerjaan menilai Pemerintah Kota Depok belum maksimal dalam memberikan informasi tersebut karena yang di sampaikan kepada masyarakat hanyalah unsur persuasi atau mengajak masyarakat untuk mengikuti program pemerintah, seharusnya Pemerintah Kota Depok harus memberikan penyadaran terlebih dahulu kepada masyarakat akan dampak negatif ketika terlalu bergantung pada beras. Tidak hanya program ODNR yang belum banyak dipahami oleh masyarakat, banyak pesan program pemerintah Kota Depok seperti makan memakai tangan kanan, One day No Car dan Gemarikan dan Gerimis Telur yang belum tersosialisasikan baik kepada masyarakat. Masyarakat berpendidikan tinggi dan yang sudah mempunyai pekerjaan juga menilai bahwa Pemerintah Kota Depok hendaknya perlu lebih ketat dalam mengatur periode waktu yang digunakan media luar ruang dengan mengatur 73

32 74 perijinannya, masyarakat melihat banyak sekali media luar ruang dalam bentuk spanduk, baliho bebas liar di jalan Margonda Raya sehingga menimbulkan kesan tumpang tindih antar media tersebut, kotor dan masyarakat menjuluki media tersebut sebagai jamur kota. Alasan ini diutarakan agar media luar ruang yang digunakan aman bagi para pengendara dan pejalan kaki. Disimpulkan juga dalam penelitian ini, bahwa ada ketakutan apabila media luar ruang terutama billboard tersebut roboh, ketakutan lainnya juga muncul apabila tidak ada yang bertanggung jawab akan robohnya media luar ruang tersebut, namun ketakutan yang muncul belum begitu besar karena masyarakat yang dijadikan responden pada penelitian ini belum pernah menjadi korban. Ramainya media luar ruang menurut masyarakat berpendidikan tinggi dan sudah mempunyai pekerjaan juga mengakibatkan berkurangnya konsetrasi dalam mengemudi dalam hal penyampaian informasi Alasan lainnya mengapa masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi ingin Pemerintah Kota Depok memperketat dalam mengatur kawasan jalan Margonda Raya terhadap keberadaan media luar ruang adalah bahwa sebuah kawasan yang ramai lalu lintas kendaraannya, tentunya membutuhkan reklame jenis billboard, baliho atau spanduk dalam ukuran besar, LED, Megatron untuk kawasan yang banyak terdapat kerumunan massa seperti pasar, pertokoan, perkantoran atau terminal dimungkinkan pemasangan media luar ruang jenis papan nama, shopsign, spanduk, reklame melekat/menempel ataupun selebaran dengan ukuran yang relatif kecil. Temuan data di lapangan, masyarakat berharap policy pemasangan media luar ruang tidak melulu didasarkan pada pertimbangan demi mengejar PAD saja melainkan haruslah didasarkan juga pada pertimbangan tata ruang kota dan kepentingan publik. Menurut Tinarbuko (2006) dalam Wicaksono, Susilo dan Lestari (2008) mengatakan bahwa idealnya perbandingan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan publik sebaiknya adalah 52% untuk kepentingan ekonomi dan 48% untuk kepentingan publik. Dalam konteks tersebut, Pemerintah Kota Depok seharusnya menetapkan wilayahnya kedalam beberapa kategori. Paling tidak untuk kepentingan media luar ruang harus ditetapkan empat jenis wilayah: bebas, umum, selektif dan khusus. Contohnya wilayah di mana terdapat kantor pemerintah, sarana ibadah, komplek pendidikan, dalam radius tertentu sudah sepantasnya ditetapkan sebagai wilayah bebas dari reklame. Wilayah umum merupakan daerah yang boleh memasang reklame. Untuk wilayah selektif masih boleh memasang reklame dengan jumlah, penempatan, ukuran, jenis serta content tertentu. Sementara wilayah khusus hanya boleh dipasang reklame dengan pengaturan yang lebih spesifik lagi. Pada Tabel 25, tingkat pendapatan masyarakat tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi pada media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Artinya, baik masyarakat yang berpendapatan rendah maupun masyarakat yang berpendapatan tinggi sama sama memberikan nilai negatif terhadap tipologi media luar ruang. Hubungan Karakteristik Cultural dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa suku bangsa tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi pada

33 75 media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai ini menunjukkan suku bangsa masyarakat yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa tidak secara nyata (p>0.05) berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap aspek tipologi media luar ruang. Hasil data di lapangan, masyarakat menilai bahwa pesan iklan komersial dan non komersial dari jalan Margonda Raya Kota Depok saat ini sudah bisa dikatakan familiar dari segi tata bahasanya, mereka melihat bahwa pesan yang disampaikan sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sehingga mereka tidak terlalu sulit untuk membaca dan mengartikannya. Hubungan Karakteristik Physical dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Tabel 25 menunjukkan bahwa karakteristik physical dengan indikator frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok, dengan nilai koefisien rank Spearman sebesar Nilai korelasi ini menunjukkan, bahwa frekuensi masyarakat melintas jalan Margonda Raya memiliki hubungan nyata (p<0.05). Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan positif dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Semakin sering masyarakat melintas jalan Margonda Raya maka persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang yang bearada di jalan Margonda Raya semakin baik penilaiannya. Hal tersebut cukup masuk akal mengingat semakin sering masyarakat melintas jalan Margonda Raya maka akan semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai pesan, penyampaian informasi serta bagaimana dampak yang timbul dari pemasangan media luar ruang yang berada di jalan Margonda Raya. Tinarbuko (2008) menjelaskan bahwa masyarakat yang dalam mobilitasnya sangat tinggi melalui suatu jalan/wilayah sering memperhatikan iklan yang ditempatkan di jalan tersebut. Hampir semua pesan iklan dapat diterima dengan baik, namun semuanya tergantung lokasi penempatan medianya, namun penerimaan pesan iklan tersebut hanya sebatas pemahaman terhadap produk karena belum ada keinginan untuk membeli. Hal tersebut disebabkan karena produk atau jasa yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Meski disadari bahwa iklan membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang suatu produk dan informasi dari Pemerintah Kota. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dalam dunia periklanan, media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuknya dan ditempatkan pada tempat-tempat yang ramai dilihat orang banyak. Jangkauannya terbatas terkecuali orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama, dan beberapa media luar ruang bisa dipindahpindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Nilai estetika diyakini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Oleh karena itu aspek estetika juga merupakan aspek yang penting dalam penempatan media luar ruang. Bagaimanapun keindahan suatu kota merupakan suatu hal yang tidak bernilai

34 76 harganya bagi kenyamanan jiwa setiap warganya, pada akhirnya menimbulkan rasa bangga sendiri kepada status Kota Depok secara keseluruhan. Dengan dapat menempatkan media luar ruang sesuai dengan keinginan masyarakat, berarti sudah melaksanakan prinsip-prinsip parsipatory planning dalam mengelola kota. Sesuai dengan kondisi paradigma otonomi daerah yang menuntut setiap daerah mampu melaksanakan kegiatan pemerintahan dengan melibatkan masyarakat, untuk dapat merepresentasikan kepentingan masyarakat dan keperluan proses pelaksanaan studi ini secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap estetika media luar ruang dapat dilihat pada Tabel 26 Tabel 26 Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Karakteristik Masyarakat Karakteristik Personal (X 1 ) Persepsi terhadap Estetika (Y 3 ) Uji Statistik Koefisien korelasi X 1. 1 Umur r s X 1.2. Jenis Kelamin X 1.3. Tingkat Pendidikan r s * X 1.4. Jenis Pekerjaan ** X 1.5. Tingkat Pendapatan r s Karakteristik Cultural (X 2 ) X 2. 1 Suku Bangsa Karakteristik Physical (X 3 ) X 3. 1 Frekuensi Melintas r s 0.240* Keterangan: **bila p-value < 0.01 maka berhubungan sangat nyata *bila p-value < 0.05 maka berhubungan nyata r s = koefisien rank Spearman 2= koefisien chi-square Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Dapat dilihat pada Tabel 26, karakteristik Personal memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang terutama pada indikator tingkat pendidikan dengan nilai koefisien rank Spearman sebesar , nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan nyata (p<0.05). Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan negatif dengan persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok, artinya semakin tinggi tingkat

35 pendidikan maka persepsi masyarakat semakin buruk terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Menurut masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi melihat penempatan media luar ruang memang amburadul dan berantakan, mereka menilai media luar ruang tidak memiliki keunikan dan idealnya dalam ukuran yang sama dan jarak penempatan media tersebut harus dijaga agar berkesinambungan satu sama lain, saat ini media luar ruang mengganggu pandangan dan terlihat sangat kotor. Media luar ruang satu sama lain saling menutupi untuk meraih point of interest dari pengguna jalan. Artinya antara satu media dengan media lainnya jangan saling tumpang tindih dan jaraknya jangan terlalu dekat, karena jarak iklan yang dekat dan penataan yang kurang tepat membuat masyarakat nyaman saat melewati jalan Margonda Raya. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramono (2006) yang menyatakan bahwa, masyarakat berpendidikan tinggi biasanya lebih melihat estetika penempatan media luar ruang dari sisi penempatan, keunikan, jarak antar media dan tidak mengganggu pemandangan. Oleh karena itu masyarakat berpendidikan tinggi menghendaki pemasangan reklame yang tidak mengganggu keselamatan, dapat menambah keindahan kota dan teratur tata letaknya. Penemuan lain di lapangan, masyarakat berharap bentuk media luar ruang yang menurut masyarakat tidak membosankan yaitu bentuk yang unik, beragam dan menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini sesuai dengan persepsi keindahan yang dikemukakan Sarwono (1992) dalam Nurmasari (2008), bahwa makin banyak ragam, makin positif penilaiannya. Sarwono (1992) dalam Nurmasari (2008) menambahkan bahwa persepsi keindahan juga dilihat seberapa banyak lingkungan mengandung komponen yang unik yang tidak ada ditempat lain. Kenyataan lainnya di lapangan, masyarakat yang berpendidikan tinggi menilai kritis estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok adalah media ruang luar di jalan Margonda Raya dimalam hari terlihat sebagai obyek yang keberadaannya menjadi penanda jalan dimalam hari. Mayoritas masyarakat menilai obyek yang terlihat asing tersebut yaitu LED/Megatron, dan neon box. Sedangkan media ruang luar lainnya seperti neon sign, papan reklame terlihat tidak asing karena media ruang luar tersebut juga ada di tempat lain. Masyarakat juga menilai, keberadaan media luar ruang tersebut seharusnya dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi kawasan, menjadi identitas jalan yang jelas bagi masyarakat dan dari segi pergerakan masyarakat ketika berkendara, sehingga keberadaan media luar ruang juga membantu masyarakat sehingga tidak kehilangan arah orientasi jalan di Kota Depok. Akan tetapi dari segi keamanan pergerakan kendaraan, terdapat beberapa media luar ruang yang menutupi pandangan ketika berkendara dijalan Margonda Raya. Keberadaan LED/Megatron menghalangi sebagian pemandangan ke depan dan menyilaukan serta kemungkinan dapat memecah konsentrasi masyarakat ketika berkendara dimalam hari. hal ini dikarenakan LED/Megatron memiliki ukuran yang besar dan pencahayaan yang lebih terang dibandingkan sekitarnya dan LED/Megatron juga terlihat membatasi jalan. Penilaian masyarakat berpendidikan tinggi tersebut sama dengan penelitian Nurmasari (2008) yang mengatakan bahwa sisi positif lain dari keberadaan media ruang luar ini yaitu, dapat membantu masyarakat dalam 77

36 78 mengidentifikasi kawasan, menjadi identitas jalan yang jelas bagi masyarakat dan membuat masyarakat sudah merasa berada dijalan dimalam hari. Dari segi pergerakan masyarakat ketika berkendara, keberadaan media ruang luar seharusnya juga bisa membantu masyarakat sehingga tidak kehilangan arah orientasi jalan. Begitu juga dari segi keamanan pergerakan kendaraan, terdapat beberapa media ruang luar yang menutupi pandangan ketika berkendara dijalan dan terdapat kemungkinan dapat memecah konsentrasi masyarakat ketika berkendara dimalam hari. Gambar 7 Efek cahaya pada media LED di jalan Margonda Raya Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan masyarakat berhubungan sangat nyata (p<0.01) dengan persepsi masyarakat terhadap estetika visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok, dengan nilai koefisien Chi-Square Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat memiliki hubungan yang sangat nyata. Masyarakat yang sudah bekerja semakin kritis dalam menilai estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Menurut data di lapangan, salah satu responden yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Pemda Depok yang berinisial D menyatakan bahwa, pemasangan iklan di media luar ruang di jalan Margonda Raya saat ini jauh lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Diungkapkan lebih jauh oleh D sebagai berikut: Jalan Margonda Raya sekarang berbeda dengan jalan Margonda Raya dulu sekitar tahun 2005, jalan Margonda Raya sekarang lebih berantakan oleh keberadaan media luar ruang dan perlu dilakukan penataan, sepertinya saat ini kepentingan ekonomi masih mendominasi sehingga membuat kepentingan pengguna jalan atau publik menjadi

37 79 dikesampingkan dan pemerintah perlu memperhatikan permasalahan estetika. Gambar 8 Salah satu sudut jalan Margonda Raya Kota Depok Menurut beberapa responden yang sudah bekerja, mereka menilai Pemerintah sebagai pihak yang seharusnya netral dalam penataan media luar ruang tersebut sudah tidak bisa lagi melakukan kendali penempatan media luar ruang, efeknya, berakibat pada berantakannya jalan Margonda Raya oleh iklan di jalan Margonda Raya Kota Depok. Pada dasarnya D sebagai masyarakat pengguna jalan Margonda Raya tidak setuju akan penataan media luar ruang seperti saat ini. Kenyataan tersebut bisa dibuktikan pada salah satu pasal dalam Keputusan Walikota Depok yang mengatur masalah media luar ruang insidental. Menurut regulasi tersebut disebutkan media luar ruang insidental adalah pemasangan media luar ruang yang dilakukan secara temporer dengan durasi waktu harian, mingguan dan bulanan. Media luar ruang yang termasuk media insidental adalah media luar ruang yang meliputi spanduk, umbul-umbul, cover board, banner, media luar ruang yang terbuat dari bahan triplek atau sejenisnya/baliho, media luar ruang lainnya termasuk balon udara, selebaran, dan poster. Kerap kali media insidental di jalan Margonda Raya menunjukkan kecenderungan kesemrawutan, karena kurang tempat-tempat khusus untuk memasang media jenis ini dan dalam Keputusan Walikota tidak ada pasal yang mengatur tentang reklame jenis ini. Ketidakcukupan tempat menyebabkan media luar ruang insidental seringkali menggunakan jalur hijau dan taman di jalan Margonda Raya Kota Depok sehingga sangat memperburuk keindahan kota. Perlu diketahui bahwa media luar ruang lain yang menonjol di koridor tersebut adalah media yang menerangkan bangunan didekatnya atau menempel pada bangunan yang diterangkannya. Cara membedakan pemasangan media luar ruang di Jalan Margonda Raya dengan media luar ruang di tempat lainnya adalah sebagian besar

38 80 letak pemasangan yang menggunkan jalur hijau, dan dapat digambarkan media luar ruang jenis komersial lebih banyak dan lebih menonjol dalam pemasangannya. Hal tersebut bertolak belakang dengan media luar ruang nonkomersial yang jumlahnya sedikit dan penempatanya tidak mencolok yang cenderung titik penempatanya seenaknya. Keberadaan media luar ruang insidental diutarakan juga oleh Pramono (2006), yang menyatakan bahwa banyaknya media insidental di jalan menunjukkan kecenderungan kesemrawutan karena kurang tempat-tempat khusus untuk memasang reklame jenis ini dan ketidakcukupan tempat menyebabkan media luar ruang insidental seringkali menggunakan jalur hijau dan taman disepanjang jalan sehingga sangat memperburuk keindahan kota. Gambar 9 Salah satu contoh media luar ruang insidental di jalan Margonda Raya Kota Depok Hubungan Karakteristik Culture dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat dengan suku di Pulau Jawa dan suku di luar Pulau Jawa, tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap estetika pada media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai ini menunjukkan suku bangsa tidak secara nyata berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang. Masyarakat tetap cenderung bersikap positif terhadap estetika media luar ruang. Tidak terdapat perbedaannya karena masyarakat menilai bahwa untuk menilai estetika yang ada di media luar ruang di Kota Depok tidak mementingkan suku bangsa tertentu. Alasannya, karena media luar ruang sudah mempunyai nilai keterpaduan (unity), menciptakan kesatuan secara visual dari bentuk, penampilan, dan penempatan elemen yang berbeda sehingga membuat hal-hal yang bersifat kedaerahan tidak tampak, melainkan lebih mengarah ke universal, sehingga

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK,

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK, WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2008 tentang NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan pasal 17 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG NILAI SEWA REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA NCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 97 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 97 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 97 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, tiap tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME, NILAI STRATEGIS PENYELENGGARAAN REKLAME DAN PERHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa reklame

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan benda atau alat yang akan dipasang pada tempat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 1/B, 2008 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kejelasan mengenai

Lebih terperinci

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 );

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 ); BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMASANGAN REKLAME DI KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori Definisi Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori Definisi Pajak BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjaun Teori 3.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak yang dikemukan oleh Prof. Dr Rochmat Soemitro, S.H : pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERHITUNGAN HASIL NILAI SEWA REKLAME ATAU BIAYA PEMASANGAN SERTA KETINGGIAN DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME BERBANDING UMUR EKONOMIS/LAMA PEMASANGAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN: 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5049); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 20 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Tabel : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang di Kota Depok Tahun 2003

Tabel : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang di Kota Depok Tahun 2003 AGAMA / Religion Tabel 4.2.2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang di Kota Depok Tahun 2003 No Islam Protestan Katholik Hindu Budha Khonghucu Jumlah Kode (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 010 Sawangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA. Nomor 31 Tahun 2011 PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA. Nomor 31 Tahun 2011 PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 31 Tahun 2011 PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN NILAI SEWA REKLAME DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA Menimbang :

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAN PERSYARATAN JARAK BEBAS BANGUNAN SERTA PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAN PERSYARATAN JARAK BEBAS BANGUNAN SERTA PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAN PERSYARATAN JARAK BEBAS BANGUNAN SERTA PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN GARIS SEMPADAN BANGUNAN DENGAN TEPI JALAN DI WILAYAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BUPATI ACEH SELATAN PERATURAN BUPATI ACEH SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG NILAI SEWA REKLAME

BUPATI ACEH SELATAN PERATURAN BUPATI ACEH SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG NILAI SEWA REKLAME BUPATI ACEH SELATAN PERATURAN BUPATI ACEH SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG NILAI SEWA REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 02 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN2001 TENTANGPAJAKREKLAME DENGAN RAHMA T TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGGAI PERATURAN BUPATI BANGGAI NOMOR 46 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN TEHNIS PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGGAI PERATURAN BUPATI BANGGAI NOMOR 46 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN TEHNIS PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI PERATURAN BUPATI BANGGAI NOMOR 46 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN TEHNIS PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 18 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah pemasangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI INDRAGIRI HULU NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil wilayah administrasi Kota Depok dengan fokus wilayah pengamatan dibatasi pada kawasan penggunaan lahan komersial, jasa dan perdagangan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2002. TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SLEMAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyampaikan informasi,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME. definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME. definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME A. Pengertian Pajak Banyak ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai defenisi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2010 SERI E Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI

ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI ANALISIS PERANAN DAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA JAMBI Yan Yan (yenyen_chan@yahoo.com) Lili Syafitri, Kardinal Akuntansi (S1) STIE MDP Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGHITUNGAN NILAI SEWA REKLAME WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa untuk menghitung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak bergulirnya era reformasi telah terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem pemerintahan di daerah. Perubahan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME 1 SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH 1 BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Microsoft Visual Basic 6.0 Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun oleh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat

Lebih terperinci

PERSYARATAN IZIN PENYELENGGARAAN/PEMASANGAN REKLAME

PERSYARATAN IZIN PENYELENGGARAAN/PEMASANGAN REKLAME PERSYARATAN IZIN PENYELENGGARAAN/PEMASANGAN REKLAME I. PERSYARATAN PERORANGAN a. BARU 1. Surat Permohonan dan surat pernyataan berkas sesuai aslinya (materai 6000); 2. Foto Copy KTP Pemilik/Penanggung

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DATI II BLITAR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME WALIKOTA BLITAR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TITIK REKLAME DI WILAYAH KOTA SAMARINDA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang Mengingat : a. bahwa bangunan reklame di Kota Samarinda harus dilakukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO,

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya meningkatkan pendapatan asli daerah dari pajak reklame,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi, kabupaten/kota untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG NILAI SEWA REKLAME

NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG NILAI SEWA REKLAME B E R I T A D A E R A H K A B U P A T E N B E K A S I NOMOR: 6 2008 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG NILAI SEWA REKLAME BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENT ANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENT ANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENT ANG REKLAME PEMASANGAN DAN PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang Mengingat bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 22 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 22 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 22 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Menimbang BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI SEMARANG,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk menciptakan keindahan

Lebih terperinci

B U P A T I B E L I T U N G

B U P A T I B E L I T U N G B U P A T I B E L I T U N G PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME (NJOPR) DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME (NSPR) SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK

Lebih terperinci