PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA"

Transkripsi

1 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Erni Yulianti Dosen Program Studi Teknik Sipil Sumberdaya Air FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Perlindungan kawasan pantai dan pemukiman nelayan menggunakan bangunan pengaman pantai diharapkan pada masa yang akan datang bisa mulai berkembang. Pemanfaatan ruang yang terkendali di suatu kawasan akan menjamin kelangsungan hidup yang selaras bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Sebaliknya, dengan perkembangan kawasan yang tidak teratur dan kurang terkendali, seringkali mengakibatkan rusaknya kelestariaan lingkungan dan terjadinya inefisiensi pemanfaatan ruang serta sumberdaya alam maupun buatan. Untuk menghindari kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya perencanaan yang terintegrasi dan terpadu dengan konsep pelestarian lingkungan serta pendekatan sosial masyarakat. Dasar ini dipakai untuk kegiatan perencanaan bangunan pengaman pantai di kawasan pariwisata Pantai Labuhan, Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa. Selain itu, juga melindungi pemukiman pinggiran pantai dari abrasi akibat gelombang pasang dan menciptakan kondisi yang seimbang antara kelangsungan hidup masyarakat, pemukiman pantai, dan kondisi sumberdaya alamnya. Melalui analisis awal perencanaan bangunan pemecah gelombang yang akan dilaksanakan, dapat menunjang perkembangan pembangunan prasarana pengaman pantai yang diharapkan memberikan manfaat besar bagi kemakmuran masyarakat dan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan. Apabila kondisi keamanan masyarakat nelayan terhadap gelombang pasang di pantai dapat terwujud, maka kawasan wisata di daerah tersebut mulai dapat dikembangkan, sehingga pendapatan masyarakat sekitarnya juga dapat mengalami peningkatan, baik secara langsung maupun tak langsung. Kata Kunci: Pemecah Gelombang, Keamanan, Pantai Labuhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Sumbawa memiliki garis pantai yang cukup panjang, dikarenakan memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang berjajar dari Barat hingga Timur. Keberadaan pantai-pantai tersebut memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Salah satu pantai yang memiliki potensi di Kabupaten 75

2 Spectra Nomor 16 Volume VIII Juli 2010: Sumbawa adalah Kawasan Pantai Labuhan yang memiliki akses yang baik dan berdekatan dengan Ibukota Kabupaten yaitu Sumbawa Besar, sehingga cukup layak untuk dikembangkan sebagai landmark (ikon) Kota Sumbawa. Pantai Labuhan ini berada di wilayah Kecamatan Labuhan Badas, terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Oleh sebab itu, sebagai upaya peningkatan pendapatan asli daerah, maka diperlukan usaha mengoptimalisasikan potensi alam yang tersedia di sektor pariwisata dan juga tetap menjaga kelestarian alam dengan adanya pengamanan tepi pantai dari ancaman gelombang pasang air laut terhadap kawasan tepi pantai dan pemukiman nelayan. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan diusahakannya pembangunan secara terpadu dan terintegrasi pada kawasan pantai dalam konteks pengembangan pariwisatanya, sehingga dapat memaksimalkan potensi-potensi yang terdapat di Kabupaten Sumbawa. Melalui analisis perencanaan ini salah satu tujuannya untuk melaksanakan pembangunan prasarana pengaman pantai di Pantai Labuhan untuk mengatasi ancaman gelombang pasang pada kawasan Pantai Labuhan. Dengan memberikan perlindungan kawasan pantai dan pemukiman nelayan menggunakan bangunan pengaman pantai, diharapkan pada masa yang akan datang akan dapat lebih mudah untuk diusahakan perencanaan kawasan pariwisata di Pantai Labuhan. Selain itu, juga melindungi pemukiman pinggiran pantai dari abrasi akibat gelombang pasang dan menciptakan kondisi yang terintergrasi antara kelangsungan hidup masyarakat pemukiman pantai dan kondisi sumberdaya alamnya. Kecamatan Labuhan Badas mempunyai luas wilayah sebesar 444,21 km 2. Berdasarkan hasil survey lokasi ini memiliki kemiringan antara 0 0 sampai Daerah pemukiman yang berdekatan dengan garis pantai, sehingga menyebabkan hempasan gelombang menerjang rumah-rumah penduduk pada saat pasang laut terjadi. Pemukiman daerah Pantai Labuhan ini terletak di bagian Utara Pulau Sumbawa dengan ketinggian 10 meter di atas permukaan air laut. Kondisi Angin dan Gelombang Laut Arah angin yang bertiup dari arah Barat Laut ke arah Tenggara adalah paling dominan, sehingga terjadi perubahan arah gelombang yang sangat mencolok. Kecepatan angin yang berhembus di Pantai Labuhan berkisar antara 10 knots sampai 28 knots. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh BMG Brangbiji di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan gelombang yang terjadi pada Pantai Labuhan cukup besar, dimana gelombang tersebut terdiri dari gelombang lokal yang berasal dari sekitar Pantai Labuhan dan gelombang besar yang berasal dari Laut Flores. Gelombang yang terbesar terjadi pada saat angin berasal dari arah Barat Laut ke arah Tenggara yang terjadi pada bulan tertentu. 76

3 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk yang tinggal di pemukiman daerah Pantai Labuhan mayoritas berpenghasilan dari kegiatan nelayan dengan kondisi ekonomi yang relatif masih rendah. Dengan adanya rencana pembangunan prasarana pengaman pantai, diharapkan akan meningkatkan rasa aman bagi penduduk, termasuk dengan adanya pengembangan pariwisata di Pantai Labuhan akan dapat menciptakan peluang usaha bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang bermukim di daerah Pantai Labuhan. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Bangunan Pengaman Pantai Bangunan pengaman pantai yang akan digunakan di lokasi ini adalah bangunan pemecah gelombang bawah laut (submerged) yang merupakan struktur tenggelam yang paralel dengan pantai dan bentuk ukuran bangunannya bisa panjang atau pendek, dibangun untuk mengurangi aktifitas gelombang pada pantai. Pada umumnya merupakan struktur batuan yang dibangun sebagai sebuah tumpukan batuan homogen. Pemecah gelombang bawah laut ini dapat dirancang secara stabil atau dapat melakukan pembentukan ulang pada aktifitas gelombang tertentu. Bangunan ini memiliki bagian puncak sempit pada air dangkal atau pada air yang lebih dalam dengan bagian puncak yang lebar. Hal tersebut dimaksudkan agar bangunan pemecah gelombang tidak mengganggu keindahan alam, dalam arti: Pandangan bebas tidak terganggu Masih terdapat gelombang-gelombang kecil di pantai Batu-batuan untuk konstruksi bisa berbentuk kubus untuk mendapatkan berat yang cukup besar atau dengan bentuk khusus yang ringan. Bentuk bangunan pemecah gelombang sangat ditentukan oleh bahan bangunan yang tersedia di lokasi. Disamping itu, perlu pula ukuran batu pemecah gelombang disesuaikan dengan peralatan yang akan digunakan untuk membangun. Material penyusun biasanya terdiri dari beberapa lapis batu yang diletakkan secara random yang dilindungi oleh lapisan terluar yang terdiri dari butiran dengan ukuran tertentu. Pada lapisan terluar atau pelindung, butiran, diletakkan secara random atau diatur untuk mendapatkan ikatan yang baik antara butir yang satu dengan yang lain. Karena dari penentuan berat batu sudah memperhitungkan tinggi gelombang rencana, maka koefisien stabilitas bergantung pada bentuk batu pelindung. Bangunan pemecah gelombang yang akan dibuat berbentuk trapesium sama kaki, dengan harapan sisi miring dari bangunan tersebut dapat meredam gelombang yang menghempas ke arah pantai. 77

4 Spectra Nomor 16 Volume VIII Juli 2010: Tata letak Bangunan Pengaman Pantai (Pemecah gelombang) Daerah yang akan dilindungi dari pengaruh gelombang adalah pemukiman yang berada dekat dengan garis pantai di sepanjang Pantai Labuhan. Perencanaan pemecah gelombang di Pantai Labuhan ini membutuhkan data-data penunjang untuk analisis, yaitu data gelombang tahunan dari pengukuran Stasiun Brang Biji di Kabupaten Sumbawa. Stasiun ini juga merupakan stasiun pengamat angin yang menyebabkan terjadinya gelombang di lokasi, sehingga tinggi gelombang rencana yang terjadi adalah tinggi gelombang di lokasi. Dipilih lokasi pemecah gelombang yang tegak lurus terhadap gelombang dari arah Barat Laut, sehingga pemecah gelombang tersebut mempunyai orientasi Tenggara-Barat Laut dengan bentuk yang sedikit melengkung dengan tujuan agar pada saat gelombang menghantam pemecah gelombang setelah melewati puncak gelombang yang ditransmisikan akan membelok dan mengumpul dan tidak pecah, sehingga masih dapat memercikkan air sedikit. Tinggi gelombang rencana sesuai dengan perhitungan sebelumnya, yaitu sebesar 2,86 m dan periode gelombang pada gelombang Swell adalah 7 detik. Pemecah gelombang tersebut terletak pada kedalaman kurang lebih 2,0 m dari LWL, dan panjang pemecah gelombang direncanakan lebih kurang 500 m. Hal ini diharapkan telah dapat melindungi pemukiman yang berada di sepanjang Pantai Labuhan tersebut. Tinggi Gelombang Signifikan Tahunan Tinggi gelombang yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tinggi gelombang signifikan tahunan (Hs) yang merupakan data sekunder hasil dari pengolahan data kecepatan angin dari stasiun pengukur kecepatan angin Brangbiji. Dan periode gelombang yang dipakai adalah periode pada gelombang Swell yang mempunyai bentuk lebih reguler dengan puncak yang tidak terlalu tinggi dan curam sebesar 5 detik. Tinggi Gelombang Rencana Pada perencanaan struktur pemecah gelombang terdapat desain alternatif, berupa bangunan pengaman pantai maupun desain pemecah gelombang bawah permukaan air laut. Dengan ketentuan pada tabel di bawah ini, maka jenis tinggi gelombang yang digunakan adalah Hs (signifikan) dengan kala ulang tahun. Semakin tinggi nilai daerah yang akan dilindungi, maka semakin besar pula kala ulang gelombang rencana yang dipilih. Karena begitu pentingnya daerah yang akan dilindungi, yaitu pemukiman di sekitar Pantai Labuhan, maka kala ulang yang digunakan adalah yang terbesar yaitu 50 tahun. 78

5 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti Pedoman Jenis Gelombang dan Kala Ulang Gelombang No Jenis Bangunan Struktur Fleksibel Struktur Semi Kaku Struktur Kaku Sumber : Nur Yuwono (1992: III-1) Gelombang Rencana Jenis Gelombang Hs H 0,1 H H0,01 H 0,01 maks Kala Ulang th th th ANALISA PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG Penentuan Elevasi Puncak, Tinggi, dan Lebar Dinding Penahan Pemecah Gelombang Elevasi Puncak, Dasar dan Tinggi Penahan Gelombang Pemecah gelombang yang direncanakan adalah dinding penahan pemecah gelombang, dimana puncaknya berada pada 2,0 m di atas garis elevasi normal NSL (normal sea level = + 0,00 m), sehingga sebagian bangunan dinding penahan pemecah gelombang terendam oleh air laut pada saat terjadi pasang. Sedangkan elevasi dasar bangunan dinding penahan pemecah gelombang dihitung berdasarkan peta kontur dari pengukuran elevasi pada lokasi bangunan yang akan direncanakan. Oleh karenanya, dapat diketahui elevasi bangunan dinding penahan pemecah gelombang dan tinggi bangunan dinding penahan pemecah gelombangnya. Lebar Puncak Didalam menentukan lebar puncak dinding penahan pemecah gelombang dapat dilakukan dengan menentukan jarak bangunan yang akan direncanakan antara garis pantai dan elevasi normal. Setelah mengetahui jarak dan tinggi bangunannya, direncakan banyaknya anak tangga dengan pembagian lebar puncak dengan kemiringan tertentu, permukaan puncak yang direncanakan sebaiknya disesuaikan dengan tinggi gelombang dan HSL (high sea level). Oleh karena itu, untuk mencari lebar puncak dilakukan dengan cara coba-coba dengan menentukan lebar sebagai asumsi untuk mendapatkan nilai tinggi gelombang transmisi (Ht). Adapun data-data yang diperlukan adalah asumsi lebar puncak rencana, tinggi gelombang rencana, periode gelombang, panjang gelombang, permukaan pasang, dan kedalaman air pada puncak. Analisis datanya adalah sebagai berikut : Lebar Puncak (B) : 1,0 m (asumsi awal) Tinggi gelombang rencana (H) : 1,16 m Periode gelombang (T) : 4,28 detik Panjang gelombang (Lo) : 1,56T2 = 1,56x(4,282) = 28,58 m Permukaan Pasang (HSL) : + 1,25 m 79

6 Spectra Nomor 16 Volume VIII Juli 2010: Kedalaman air pada puncak (R) : Kedalaman puncak + HSL R = 0,50+1,25 = 1,75 m Maka: H / Lo = 1,16 / 28,58 = 0,040 B / Lo = 1,0 / 28,58 = 0,035 R / H = 1,75 / 1,16 = 1,50 Setelah ditemukan hasil perhitungan tersebut, dicari nilai Koefisien Transmisi (Kt) dengan menggunakan Grafik Tanaka, sehingga didapatkan nilai Kt sebesar 0,30 untuk lebar puncak 1,0 m (asumsi awal). Dari hasil tersebut, maka didapatkan tinggi gelombang transmisi dengan persamaan: Ht = H. Kt = 1,16 x 0,30 = 0,348 m Setelah diperoleh nilai Ht, maka dicari persentase tinggi gelombang transmisi yang melewati pemecah gelombang yang hasilnya harus sesuai dengan target, yaitu tidak lebih dari 50%. 0,348 Prosentase Ht = 100% = 30% < 50% (memenuhi) 1,16 Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 50%, maka perlu ditambah lebar puncak sampai diperoleh tinggi gelombang transmisi (Ht) yang kurang dari 50%. Berat Butir Batu Pelindung Spesifikasi teknis pemecah gelombang adalah jenis tumpukan batu gunung yang banyak terdapat pada daerah tersebut. Melalui berat jenis batu gunung (S) = 2,65 t/m3 dengan rapat massa relatif terhadap air laut (Sr) = 1,03 t/m3, maka = 2,65 / 1,03 = 2,57 t/m3. Karena elevasi puncak yang berada 0,5 m dibawah LSL maka perlu memperhitungkan kedalaman puncaknya (R) = 0,5 + 1,25 = 1,75 m. Sedangkan berdasarkan analisa tinggi gelombang rencana (Hs) = 1,16 m dan kedalaman puncak (R) = 1,75 m, maka diperoleh R / Hs = 1,75 / 1,16 = 1,50 sehingga didapat nilai faktor stabilitas (Ns) pada Grafik 5 sebesar 6,0, maka berat butir batu pelindung (W) dapat diketahui dengan rumus Brebner Donnelly s, yaitu : W = S. H 3 Ns. ( Sr -1) Setelah analisa dilakukan, maka didapatkan berat batu pelindung W = 0,01 ton. Dari analisa di atas menggunakan rumus Brebner Donnelly s untuk mengetahui berat butir pelindung, maka didapatkan hasil batuan gunung dengan bobot 0,01 ton disesuaikan dengan bobot material yang akan direncanakan sebagai bahan konstruksi. 80

7 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti Berat dan Ukuran Batuan Dengan anggapan berat jenis batu gunung (S) = 2,65 t/m 3 dan bobot batuan sebesar 0,01 ton, maka dapat diketahui diameter batuan gunung yang berbentuk bulat melalui perbandingan volume bola dan volume batuan. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, dihasilkan diameter batuannya (d) = 0,50 m. Gambar Sketsa Potongan Melintang Pada Bangunan Pemecah Gelombang Susunan Material Dinding Penahan Pemecah Gelombang Penentuan susunan material disesuaikan dengan arah gelombang yang datang (incident), dimana bobot yang terbesar diletakkan di bagian paling luar yang langsung mendapat gelombang yang terbesar, begitu seterusnya sampai bangunan tersebut padat secara keseluruhan dalam menahan hantaman gelombang. Kondisi Pasang Surut Kondisi pasang surut Pantai Labuhan diperoleh dari Kantor Pelabuhan Daerah Pantai Labuhan Kabupaten Sumbawa. Adapun kondisi pasang surutnya adalah sebagai berikut: HSL = + 1,25 m MSL = + 0,00 m LSL = - 1,25 m Sedangkan kondisi dasar laut Pantai Labuhan dominan terdiri dari lapisan pasir dengan karang sedikit dengan kemiringan dasar laut sebesar 2% (1:50). 81

8 Spectra Nomor 16 Volume VIII Juli 2010: Tinggi Gelombang Transmisi Tinggi gelombang transmisi yang melewati pemecah gelombang ditetapkan yaitu kurang dari 50%. Berdasarkan data lebar puncak (B) = 35 m, dengan nilai koefisien transmisi (Kt) dari grafik 4 adalah = 0,48 dan tinggi gelombang rencana (H) adalah = 2,86 m, maka tinggi gelombang transmisi (Ht) dalam persentase (%) dapat diketahui sebesar 48%, dimana nilainya kurang dari 50%, sehingga kondisi tinggi gelombang masih tidak membahayakan terhadap bangunan pemecah gelombang yang direncanakan. Energi Gelombang yang Terjadi Energi gelombang sebelum melewati pemecah gelombang cukup besar dan dapat merusak karang maupun bangunan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, perlu diredam dengan bangunan pemecah gelombang yang dapat mengurangi besarnya energi gelombang, sehingga setelah melewati pemecah gelombang, maka energi gelombang dapat berkurang. Untuk memperoleh energi gelombang sebelum maupun setelah melewati pemecah gelombang, maka perlu diketahui tinggi gelombang sebelum melewati pemecah gelombang dan tinggi gelombang transmisi setelah melewati pemecah gelombang. Untuk mengetahui energi gelombang sebelum dan sesudah melewati pemecah gelombang dilakukan melalui analisa energi gelombang. Dari perhitungan yang sudah dilakukan, maka besarnya energi gelombang yang terjadi sebelum melewati pemecah gelombang adalah: E = 1. ρ. g. 8 2 H E = 1.1,03. 9,81. (2,86) 2 10, = Nm (watt) Sedangkan untuk mengetahui besarnya energi gelombang setelah melewati pemecah gelombang transmisi yaitu dengan rumus: E = E = 1 2. ρ. g. Ht ,03. 9,81. (1,658 ) 8 = 3,472 Nm (watt) Berdasarkan pengamatan dan analisis kondisi batuan untuk bangunan pemecah gelombang pada Pantai Labuhan, maka kejadian tinggi gelombang transmisi sebesar 1,658 m yang dapat menimbulkan energi sebesar 3,472 Nm (watt), pemukiman pada Pantai Labuhan diperkirakan 82

9 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti tidak akan mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh benturan gelombang transmisi. Dengan demikian, pemecah gelombang yang akan direncanakan dapat dikatakan sudah berfungsi sebagaimana yang diharapkan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis perencanaan yang telah dilakukan melalui beberapa pengamatan dan kegiatan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Perencanaan yang telah dilakukan sebagai penunjang dan langkah awal untuk melaksanakan pembangunan bangunan pengaman pantai di Pantai Labuhan Sumbawa berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga pembangunan tersebut dapat segera direalisasikan di tempat itu karena membawa banyak sekali manfaat dan keuntungan untuk pemerintah daerah, khususnya untuk masyarakat yang ada di sekitarnya. 2. Kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan yang akan dilaksanakan di lokasi harus melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat supaya memberikan hasil yang optimal. 3. Melalui kegiatan analisis perencanaan ini akan membawa perkembangan bagi pembangunan yang berkelanjutan, sehingga kawasan Pantai Labuhan ini akan menjadi kawasan yang sehat, indah, aman, dan produktif - baik dari segi teknis maupun sosial budayanya. Beberapa hal yang dapat disarankan dalam kegiatan perencanaan bangunan pengaman pantai ini adalah: 1. Sebaiknya memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar mengenai bangunan pengaman pantai yang akan dibuat, sehingga masyarakat dapat bekerjasama dan menunjang dalam pelaksanaan pembangunan tersebut. 2. Sebaiknya pemerintah daerah secara rutin melaksanakan pemantauan kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan pekerjaan di wilayah tersebut serta pengembangannya, sehingga ekosistim dan wilayahnya dari segi sosial tidak terganggu apabila terdapat bangunan baru yang berdiri di Pantai Labuhan. 3. Perlu diupayakan untuk menarik minat investor dengan studi-studi yang intensif sampai pada tinjauan ekonomis dan finansial, sehingga biaya yang diperlukan tidak seluruhnya dibebankan pada pemerintah daerah. 4. Melalui pembangunan yang berkelanjutan, sebagai rangkaian jangka panjang, sebaiknya diusahakan terwujudnya kawasan wisata di Pantai Labuhan tersebut. 83

10 Spectra Nomor 16 Volume VIII Juli 2010: DAFTAR PUSTAKA Haryo Dwito Armono, Sunyoto, Widi Agus Pratikto Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. Yogyakarta: BPFE. Indreswari, G Aspek Institusi dalam Pengembangan Teknik Pantai. Seminar Teknik Pantai. LPTP-BPPT Yogyakarta. Sugandhy, A Pendekatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pantai dari Sudut Penataan Ruang Wilayah Pesisir. Makalah Seminar Teknik Pantai. LPTP-BPPT Yogyakarta. Triatmadja. R Gelombang Pasang Surut. PAU Ilmu Teknik Universitas Gajah Mada. Makalah Kursus Singkat Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta. Yuwono, Nur Teknik Pantai. Volume 1 dan 2. Yogyakarta: Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. 84

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-280 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek Dzakia Amalia Karima dan Bambang Sarwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

PERENCANAAN REVETMENT MENGGUNAKAN TUMPUKAN BRONJONG DI PANTAI MEDEWI JEMBRANA

PERENCANAAN REVETMENT MENGGUNAKAN TUMPUKAN BRONJONG DI PANTAI MEDEWI JEMBRANA PERENCANAAN REVETMENT MENGGUNAKAN TUMPUKAN BRONJONG DI PANTAI MEDEWI JEMBRANA Ni Putu Novi Esti Lestari 1), Cok Agung Yujana 2), Ardantha 2) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Warmadewa 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah daratan dan perairan yang besar. Kawasan daratan dan perairan di Indonesia dibatasi oleh garis pantai yang menempati

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 5 SYSTEM PLANNING Bab SYSTEM PLANNING Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari

Lebih terperinci

STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL

STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL Sinatra 1 dan Olga Pattipawaej 1 Program Studi Double Degrre, Teknik Sipil-Sistem Informasi, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG I. GAMBARAN UMUM. 1. Latar Belakang. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan terdiri dari 566 pulau dimana 42 pulau berpenghuni

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno Dosen Pembimbing : Ir.Adi Prawito,MM,MT. ABSTRAK Kabupaten Tuban,tepatnya di desa Jenu merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Namun beberapa garis pantai di Indonesia mengalami erosi dan beberapa kolam pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Tinjauan Umum Dalam negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, sangat dirasakan kebutuhan adanya suatu angkutan yang efektif, dalam arti aman,

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 1 PENDAHULUAN Bab PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 1

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terestrial dan laut yang ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono, 1992). Kawasan pantai merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Uji Sensitifitas Sensitifitas parameter diuji dengan melakukan pemodelan pada domain C selama rentang waktu 3 hari dan menggunakan 3 titik sampel di pesisir. (Tabel 4.1 dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Daerah yang menjadi objek dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah pesisir Kecamatan Muara Gembong yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Barat. Posisi geografisnya

Lebih terperinci

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakter Angin Angin merupakan salah satu faktor penting dalam membangkitkan gelombang di laut lepas. Mawar angin dari data angin bulanan rata-rata selama tahun 2000-2007 diperlihatkan

Lebih terperinci

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound. ABSTRAK Pulau Bali yang memiliki panjang pantai 438 km, mengalami erosi sekitar 181,7 km atau setara dengan 41,5% panjang pantai. Upaya penanganan pantai yang dilakukan umumnya berupa revretment yang menggunakan

Lebih terperinci

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI Sugiri Handoko 1, Purwanto 2, Jazaul Ikhsan 3 1 Mahasiswa (NIM. 20120110093), 2 Dosen Pembimbing I, 3 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pantai Pantai adalah daerah tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah, sedangkan pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemecah gelombang atau breakwater adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pantai/pelabuhan dari gangguan gelombang dan untuk perlindungan pantai terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 96 BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 6.1 Perlindungan Muara Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN 31 BAB III 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN Tahapan persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting dengan tujuan mengefektifkan

Lebih terperinci

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Mario P. Suhana * * Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Email: msdciyoo@gmail.com

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Studi penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan FTK, ITS

Lebih terperinci

STUDI TRANSMISI GELOMBANG DAN STABILITAS ANCHOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

STUDI TRANSMISI GELOMBANG DAN STABILITAS ANCHOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT STUDI TRANSMISI GELOMBANG DAN STABILITAS ANCHOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT Agus Sufyan 1*, Haryo Dwito Armono 2, Kriyo Sambodho 3 Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Kelautan, FTK ITS, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum kegiatan pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini di susun hal-hal yang penting dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL STUDI LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG HEXAPOD, TETRAPOD, DAN KUBUS MODIFIKASI Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : NABILLA

Lebih terperinci

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 87 BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 6.1 Perlindungan Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai selalu berubah. Perubahan garis

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM ABSTRAK

EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM ABSTRAK EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM Adrian Putra Adibrata NRP: 1421910 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2014 RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Lampulo merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami sejumlah perkembangan fisik yang berarti. Kolam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Nurin Hidayati 1, Hery Setiawan Purnawali 2 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang Email: nurin_hiday@ub.ac.id

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG Fathu Rofi 1 dan Dr.Ir. Syawaluddin Hutahaean, MT. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI 7.. Perhitungan Struktur Seawall Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan adalah sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan

Lebih terperinci

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI Pengenalan Tsunami APAKAH TSUNAMI ITU? Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di

Lebih terperinci

ABSTRAK. Unjuk Kerja Bangunan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Blok Beton Berkait

ABSTRAK. Unjuk Kerja Bangunan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Blok Beton Berkait ABSTRAK Unjuk Kerja Bangunan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Blok Beton Berkait Permintaan yang tinggi akan batu pelindung dengan ukuran besar menimbulkan permasalahan teknis dan biaya pada saat pembangunan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA Anggi Cindy Wakkary M. Ihsan Jasin, A.K.T. Dundu Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Penelitian ini menghasilkan peta rencana jalur evakuasi yang paling

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 2006: 50-59 STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI Kustamar Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Peredam energi merupakan suatu bagian dari bangunan air yang berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE PERANCANGAN SISTEM DRAINASE Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pemecahan dengan biaya pelak-sanaan dan pemeliharaan yang minimum. Ruas-ruas saluran harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi

Lebih terperinci

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI Nurdiyana NRP: 1121022 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Pemecah

Lebih terperinci

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG Ariestides K. T. Dundu Dosen Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Batu Putih terletak di paling utara dari

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pada studi ini telah dilakukan pengkajian mengenai perilaku transmisi gelombang dan stabilitas susunan kantong pasir. Pengaruh beberapa parameter terhadap transmisi

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN : Studi Faktor Penentu Akresi dan Abrasi Pantai Akibat Gelombang Laut di Perairan Pesisir Sungai Duri Ghesta Nuari Wiratama a, Muh. Ishak Jumarang a *, Muliadi a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan 34 BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Tahap persiapan adalah kegiatan sebelum memulai mengumpulkan data. Pada tahap persiapan ini menyusun rangkaian atau kerangka kegiatan yang akan dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

EROSI MARIN SEBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN LAHAN KEBUN DI KELURAHAN TAKOFI KOTA TERNATE

EROSI MARIN SEBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN LAHAN KEBUN DI KELURAHAN TAKOFI KOTA TERNATE JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 4-698 Volume Nomor Juni 05 EROSI MARIN SEBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN LAHAN KEBUN DI KELURAHAN TAKOFI KOTA TERNATE Adnan Sofyan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah

Lebih terperinci

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG (The Breakwater Design of Tambaklorok Port of Fish Semarang) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan BAB V ANALISIS DATA 5.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ini memerlukan berbagai data meliputi : data frekuensi kunjungan kapal, data peta topografi, oceanografi, dan data tanah.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1 Uji Sensitifitas Model Uji sensitifitas dilakukan dengan menggunakan 3 parameter masukan, yaitu angin (wind), kekasaran dasar laut (bottom roughness), serta langkah waktu

Lebih terperinci

Gambar 4.56 Foto di lokasi Alo Induk.

Gambar 4.56 Foto di lokasi Alo Induk. Perumahan penduduk Tanggul yang dibuat oleh masyarakat Gambar 4.56 Foto di lokasi Alo Induk. Gambar 4.57 Foto di lokasi Alo Induk. Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud,

Lebih terperinci

JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN

JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI JALA DAN PANTAI HU'U DI KABUPATEN DOMPU (0.54 Km) NO KONTRAK : IK.02.04 - AS/KONT-SK.SUPA-II/169/2013 TANGGAL : 20

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Bintan. Isu-isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan

Lebih terperinci

JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN

JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI JALA DAN PANTAI HU'U DI KABUPATEN DOMPU (0.54 Km) NO KONTRAK : IK.02.04 - AS/KONT-SK.SUPA-II/169/2013 TANGGAL : 20

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan Hansje J. Tawas Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Mundurnya garis pantai pada Pantai Matani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum A I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi wilayah pantai yang sangat besar. agi masyarakat Indonesia pantai sudah tidak asing karena sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang kompleks, unik dan indah serta mempunyai fungsi biologi, ekologi dan ekonomi. Dari fungsi-fungsi tersebut,

Lebih terperinci

PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM

PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM PERENCANAAN GROIN PANTAI TIKU KABUPATEN AGAM PENDAHULUAN Secara umum bumi memiliki luas perairan yang jauh lebih besar dari pada luas daratan. Sebagaimana yang telah diketahui Indonesia memiliki ribuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan program kerja pemerintah tentang pembangunan berkelanjutan sesuai dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci