BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konsep-konsep dan Definisi yang Digunakan. Produsen atau perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi (input)
|
|
- Djaja Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi yang Digunakan Konsep produksi Produsen atau perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi (input) untuk melakukan suatu proses produksi. produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut positif. Input terdiri dari barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu produksi (Adiningsih,1999:3). Produksi adalah sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan maanfaat atau penciptaan falsafah baru. Input dapat dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap misalkan: tanah, gedung dan lainnya dan input variabel adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek (Suryawati, 1996: 57). Produksi juga dapat diartikan sebagai salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan. Menurut Ahman (2004:116), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang baru (product nett). 2) Menurut aliran Klasik, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang. Barang yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya diubah bentuknya. 1
2 2 3) Pengertian produksi terus berkembang yang pada akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu barang Faktor-faktor produksi Menurut Ahman (2004:118), faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi. Faktor-faktor produksi menurut Soekarwati (2003:167) adalah: (a). Tenaga Kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya jumlah tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhitungkan. (b). Modal, dalam hal ini proses produksi modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap, dimana perbedaan tersebut disebabkan karena ciri-ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin dimasukkan ke dalam modal tetap dan sering disebut investasi. Modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam waktu satu kali produksi, misalnya modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku penolong dan yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. (c). Manajemen, dalam suatu us aha peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi dalam suatu proses produksi dimana dalam prakteknya faktor manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek antara lain tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan, skala usaha,
3 3 besar kecilnya kredit, macam komoditas serta teknologi yang digunakan. Untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi atau input dengan output Fungsi produksi Proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi juga dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu, sedangkan menurut Sukirno (2000:194), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan (faktor -faktor produksi) dan keluarannya (output) yang berupa ba rang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut. A = f(k,l,r,t)... (1) Keterangan : A = Barang yang diproduksi K = Kapital / Modal L = Labour / Tenaga kerja R = Resources / Alam T = Teknologi Input modal seringkali sulit dihitung menurut periode karena modal perusahaan sendiri terdiri dari barang modal dengan berbagai variasi usia, baik masa pakai atau produktivitasnya, begitu pula dengan input tenaga kerja dimana perusahaan memperkerjakan orang-orang dengan kualitas yang bervariasi. Akibatnya para peneliti terfokus menggandaikan fungsi produksi, dengan konsep yang lazim disebut produksi Coob Douglas. Secara umum Formulasinya adalah: Q = A. L a. K b...(2)
4 4 Keterangan: Q = Output A = Konstanta L = Kualitas jasa tenaga kerja K = Kualitas jasa modal a = Koefisien tenaga kerja b = Koefisien modal Persamaan 1 dan 2 merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang bergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda pula. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda Siklus kehidupan produk (Product Life Cycle) Konsep ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu siklus kehidupan yang terdiri dari 4 tahap dalam periode waktu yang terbatas (Purnawati, 2004:13) yaitu : Volume penjualan Kedewasaan Pertumbuhan Penurunan Perkenalan Gambar 2.1 Tahapan Siklus Kehidupan Produk Sumber: Purnawati (2004:13) Waktu
5 5 (1) Tahap Perkenalan ( Introduction), tahapan ini volume penjualan masih rendah, terdapat masalah-masalah teknis, sehingga biaya produksi tinggi. Pembeli produk mungkin hanya konsumen yang mencoba-coba sehingga kegiatan pemasaran yang gencar sangat diperlukan untuk menimbulkan keinginan, perhatian, percobaan, dan pembelian. Kegiatan produksi yang diperlukan adalah perhatian pada mutu dan desain. (2) Tahap Pertumbuhan ( Growth), tahapan ini volume penjualan meningkat pesat, biaya produksi lebih rendah. Bagian R&D penting untuk meningkatkan keandalan produk, perbaikan produk yang kompetitif dan di standarisasi serta mengembangkan model-model baru serta feature pada produk, kapasitas dan distribusi ditingkatkan untuk meningkatkan penjualan. (3) Tahap Kedewasaan ( Maturity), tahapan ini ditandai dengan peningkatan volume penjualan yang semakin kecil bahkan tidak bertambah, karena setiap orang atau pembeli potensial sekarang telah memiliki produk, sehingga penjualan sangat tergantung pada pergantian ( replacement) dan pertambahan penduduk. Tugas manajemen produksi pada tahap ini adalah memodifikasi produk dan mengusahakan inovasi produk. (4) Tahap Penurunan ( Decline), hampir semua produk akan sampai pada tahapan ini, terjadi penurunan permintaan, diferensiasi produk sangat kecil, karena semakin banyaknya bermunculan produk-produk baru di pasaran. Manajemen dapat melakukan pemangkasan terhadap produk-
6 6 produk yang tidak memberikan margin yang baik dan pengurangan kapasitas untuk meminimalkan biaya. Tidak semua produk yang dikembangkan mampu melewati keempat tahapan tersebut, ada produk yang bisa berpindah dari tahap perkenalan ke tahap penurunan atau dari tahap kejenuhan ke tahap pertumbuhan kedua. Begitu juga dengan lama waktu siklus akan berbeda-beda sesuai dengan strategi operasi perusahaan. Perubahan pasar, kemajuan teknologi dan faktor-faktor lingkungan akan menciptakan kecenderungan bagi perusahaan untuk mendisain produkproduk baru Perluasan produksi Biasanya pengusaha selalu berusaha meningkatkan hasil produksinya dengan berbagai cara diantaranya dengan usaha perluasan produksi dalam berproduksi. Menurut Ahman (2004:121), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara : (1) Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja. (2) Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi.
7 7 (3) Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil. Misalnya mula-mula memproduksi benang, kain, kemudian pakaian jadi. (4) Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuwan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efisiensi kerja dan modal. 2.2 Teori-teori yang digunakan Produktivitas pertanian Teori, historiografi dan bukti empiris menunjukkan bahwa pertanian mempunyai peran besar bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Sektor industri dapat saja secara substansial tidak mengalami perkembangan atau bahkan akan mati saat produktivitas pertanian berada pada tingkat terrendah. Sejarah secara global menunjukkan bahwa sektor industri baru dapat berkembang saat sistem pertanian tradisional telah berubah menjadi sistem pertanian modern dengan menerapkan teknologi canggih. Karena itulah peningkatan produktivitas pertanian menjadi fokus utama pembangunan di banyak negara (Ang, 2013: 162). Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi dan pengentasan kemiskinan akan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu 1) kemampuan mengatasi kendala pengembangan produksi, 2) kapasitas dalam melakukan reorientasi dan implementasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi, dan 3) keberhasilan pelaksanaan program diversifikasi usaha tani di lahan sawah dengan mempertimbangkan komoditas alternatif nonpadi seperti palawija dan hortikultura. Kebijakan strategis yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah:
8 8 1) memfasilitasi pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan, perbaikan sistem insentif usaha tani, dan mendorong pengembangan agroindustri padat tenaga kerja di pedesaan, 2) reorientasi arah dan tujuan pengembangan agribisnis padi dengan sasaran peningkatan pendapatan dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi, serta sebagai wahana dinamisasi perekonomian desa, dan 3) pengembangan infrastruktur (fisik dan kelembagaan), teknologi, perm odalan, kebijakan stabilisasi, dan penyuluhan untuk komoditas alternatif nonpadi yang bernilai ekonomi tinggi tetapi memiliki risiko yang besar (Sudaryanto, 2006: 115). Peningkatan produktivitas yang signifikan dari waktu ke waktu telah dipercaya dapat meningkatkan kualitas pembangunan di sektor manufaktur pada sebuah negara. Pertanian di banyak negara merupakan sumber pendapatan pajak yang dapat membiayai pembangunan infrastruktur sebuah negara. Peningkatan produktivitas pertanian dapat menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan ekonomi negara. Ini tentunya dapat dilakukan dengan menciptakan keunggulan kompetitif dari komoditas pertanian yang dihasilkan (Chang, 2006: 891). Peningkatan produktivitas pertanian pada semua komoditas telah menjadi perhatian selama 50 tahun terakhir ini. Perhatian ini diberikan agar tidak terjadi ketimpangan antara pertumbuhan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan pangan. Selama lima puluh tahun terakhir hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan yang signifikan pada pertumbuhan produktivitas pertanian. Iindikasinya adalah dengan makin terjangkaunya seluruh produk pertanian pada semua lapisan masayarakat. Pertumbuhan produktivitas pertanian memerlukan
9 9 dukungan berupa ketersediaan lahan, tenaga kerja, pupuk, energi dan permodalan (Fuglie, 2012: 1) Skala Ekonomi dan Sifat Produk Skala ekonomis menunjukan hubungan antara output dengan biaya sebagai akibat adanya proses produksi. Skala ekonomis yang ditentukan oleh hubungan antara biaya rata-rata dengan output disebut skala ekonomis yang bersumber dari dalam ( intern economis), yaitu faktor ekonomi yang timbul dari peningkatan ukuran perusahaan. Eksternal ekonomi seperti perubahan teknologi dan perubahan harga-harga input adalah faktor ekonomis yang timbul akibat perubahan faktorfaktor luar, selanjutnya menurut Adiningsih dan Kadarusman (2008:37), skala ekonomis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : 1) Increasing return to scale yaitu skala yang semakin meningkat ditunjukan oleh laju pertambahan produksi lebih besar daripada laju pertambahan biaya rata-rata. 2) Constan return to scale yaitu penerimaan skala tetap, yang ditunjukan oleh laju pertambahan produksi yang besarnya sama dengan laju pertambahan biaya rata-rata. 3) Decreasing return to scale yaitu penerimaan skala yang semakin menurun yang ditunjukan oleh laju pertambahan produksi yang lebih kecil dari laju pertambahan biaya rata-rata. Skala ekonomis mengacu pada apa yang terjadi terhadap output bila semua masukan berubah secara proporsional atau bagaimana laju peningkatan produksi
10 10 bila semua masukan digandakan secara proposional (Gujarati, 1997:99). Secara matematis konsep skala ekonomis dinyatakan pada persamaan berikut. Y=.L 1.K 2... (3) LnY=ln + 1lnL+ 2lnK+u... (4) Keterangan : Y= Output L= Labour / Tenaga Kerja K= Kapital / Modal = Konstanta = Koefisien Regresi Dari Persamaan 3 yang kemudian dinyatakan dalam bentuk logaritma menjadi Persamaan 4 dapat ditentukan skala ekonomis dalam proses usaha tani cengkeh di Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. 1) Jika 1+ 2 > 1, increasing return to scale. 2) Jika 1+ 2 = 1, constant return to scale. 3) Jika 1+ 2 < 1, decreasing return to scale. Parameter 1 dan 2 juga menggambarkan hubungan antara faktor produksi L dan K. Bila nilai 1 > 2 fungsi produksinya bersifat padat karya, dan apabila sebaliknya, maka fungsi produksinya bersifat padat modal Cengkeh Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bagi Bangsa Indonesia, cengkeh memiliki nilai ekonomi yang sangat penting dan strategis karena komoditas ini merupakan bahan campuran pembuatan rokok kretek yang banyak menghasilkan pendapatan negara melalui
11 11 cukainya. Selain sebagai bahan dasar pembuatan rokok kretek, cengkeh juga dapat berguna sebagai rempah-rempah yang dibutuhkan dalam bidang pengobatan dan dapat juga dipakai sebagai bahan pembuatan minyak atsiri (Arisena, 2009). Daerah asal tanaman cengkeh sempat mengundang perdebatan dalam ruang lingkup internasional. Wiesner mengatakan cengkeh berasal dari Pulau Makian di Maluku Utara, sedangkan Toxopeus berpendapat, selain dari Maluku cengkeh juga berasal dari Irian. Nicola Ponti dari Venesia mengungkapkan bahwa daerah asal cengkeh adalah Banda. Di daerah kepulauan Maluku ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen cengkeh terbesar di dunia. Penyebaran tanaman cengkeh keluar Pulau Maluku dimulai sejak tahun Bibit tanaman ini mula-mula diselundupkan oleh seorang kapten dari Perancis ke Rumania, selanjutnya disebarkan ke Zanzibar dan Madagaskar. Penyebaran tanaman cengkeh ke wilayah Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan baru dimulai pada tahun Sampai saat ini tanaman cengkeh telah tersebar ke seluruh dunia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka (Situmeang, 2008). Hadiwijaya (1986) dalam Situmeang (2008), menyebutkan budidaya tanaman cengkeh di Indonesia cocok pada ketinggian m dpl (paling optimum pada m dpl) atau terletak pada ketinggian lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman
12 12 ini tidak tahan kemarau panjang. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Untuk pertumbuhannya, curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara mm/tahun. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari. Suhu yang optimal untuk tanaman ini adalah 22 C -30 C, dengan kelembaban udara antara 60 persen sampai 80 persen. Tanaman cengkeh juga menghendaki tanah yang subur, gembur tidak berbatu, berdrainase baik, dan kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3m dari permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8m. Penentuan standar mutu cengkeh ruang lingkupnya mencakup ukuran, warna, bau, bahan asing, gagang cengkeh, cengkeh inferior, cengkeh rusak, kadar air, dan kadar minyak atsiri. Bahan asing yang dimaksud yaitu semua bahan yang bukan berasal dari bunga cengkeh. Cengkeh inferior yaitu cengkeh keriput, patah, dan cengkeh yang telah dibuahi. Cengkeh rusak adalah cengkeh yang telah berjamur dan telah diekstraksi. Standar mutu cengkeh di Indonesia tercantum di dalam Standar Nasional Indonesia SNI yang ditetapkan oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dari Standar Perdagangan SP ( Standar mutu cengkeh Indonesia adalah: 1) Ukuran: sama rata 2) Warna: coklat kehitaman 3) Bau: tidak apek 4) Bahan asing maksimum: persen 5) Gagang maksimum: persen 6) Cengkeh rusak maksimum: 0 persen
13 13 7) Kadar air maksimum: 14.0 persen 8) Cengkeh inferior maksimum: persen 9) Kadar Atsiri maksimum: persen Beberapa upaya perbaikan untuk menanggulangi permasalahan mutu cengkeh di Indonesia antara lain dapat dilakukan dengan perwilayahan cengkeh sehingga penanaman dilakukan pada daerah yang sangat sesuai, penggunaan varietas unggul, serta perbaikan dan standardisasi cara pengolahan. Perbaikan cara pengolahan antara lain dengan waktu panen yang tepat sehingga rendemen cengkeh kering dan kadar minyak meningkat serta cengkeh inferior dan menir berkurang. Mengurangi kadar bahan asing pada cengkeh sebaiknya dilakukan pengeringan pada lantai jemur yang bersih atau di atas para-para menggunakan tampah atau pengering buatan. Selain itu, kadar bahan asing dan persentase gagang cengkeh dapat dikurangi dengan melakukan sortasi sebelum cengkeh disimpan atau dipasarkan. 2.3 Keaslian Penelitian Hubungan luas lahan dengan jumlah produksi Lahan sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai macam produk pertanian tentunya mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan jumlah produksi komoditas pertanian. Hasil penelitian Olujenyo (2005) di Nigeria menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang lebih luas mampu menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar dibandingkan petani yang memiliki lahan lebih sempit. Pertumbuhan produktivitas di Nigeria juga sangat dipengaruhi oleh luas kepemilikan lahan dari masing-masing petani.
14 14 Hasil penelitian yang dilakukan Masood (2012) di Pakistan menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan hasil penelitian Olujenyo (2005). Hasil penelitian Masood menunjukkan bahwa luas lahan dapat saja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan jumlah produksi komoditas pertanian. Namun pada jangka panjang pengaruh positif tersbut dapat saja tidak berpengaruh atau bahkan berpengaruh negatif menurunkan jumlah produksi pertanian. Hal ini dapat saja terjadi jika pemanfaatan lahan tidak ditunjang oleh sebuah metode pertanian yang dapat menjamin keberlanjutan fungsi biologis tanah. Artinya pemanfaatan lahan harus diimbangi dengan tindakan konservasi lahan. Saragih (2013) yang meneliti tentang faktor -faktor yang mempengaruhi pertumbuhan produksi Kopi Arabica di Sumatera Utara menyatakan bahwa luas lahan yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kopi petani. Namun pada beberapa kondisi menunjukkan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji kopi berkualitas yang dihasilkan dari setiap lahan yang ada. Penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh terhadap jumlah produksi adalah penelitian Ahishakiye tahun Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di Burundi. Hasil uji menunjukkan bahwa luas lahan merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya ketahanan pangan di Burundi selain jumlah tanggungan keluarga, dan kemudahan akses permodalan. Penelitian Dharmasiri tahun 2010 yang melakukan perhitungan Indeks Rata-rata Produktivitas ( Average Productivity Index API) pada produksi
15 15 pertanian di Sri Lanka, mununjukkan bahwa luas lahan dapat daja tidak mempengaruhi jumlah produksi. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa kondisi geografi tertentu menjadi faktor pembeda dalam menghasilkan produk pertanian baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Aikpokpodion (2011) pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh untuk meningkatkan jumlah produksi komoditas coklat di Nigeria. Perluasan lahan secara periodik sebagai antisipasi peningkatan kebutuhan akan komoditas coklat sangat diperlukan. Perluasan lahan bukan hanya dilakukan dengan membuka hutan namun juga dengan memanfaatkan lahan kritis yang ada. Hasil penelitian Aikpokpodion ini juga sejalan dengan penelitian Mwijage (2011) dan Fan (2013) Hubungan jumlah tenaga kerja dengan jumlah produksi Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi tentunya berpengaruh terhadap jumlah produksi komoditas pertanian. Namun demikian jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam usaha pertanian perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor yang dimaksud adalah sektor hulu dan hilir. Sektor hulu merupakan sektor pertanian yang memproduksi kebutuhan utama masyarakat di suatu kawasan. Sektor hilir adalah sektor yang menghasilkan produk-produk yang menjadi unggulan sebuah kawasan. Kedua sektor ini perlu dipertimbangkan agar jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dapat lebih efisien dan efektif mencapai target produktivitas (Shively, 2006). Chaudry (2009) yang melakukan penelitian di Pakistan menyatakan bahwa pada era indutrialisasi ini juga berimbas pada usaha pertanian. Industrialisasi
16 16 komoditas pertanian bukan hanya pada penambahan mesin ataupun modal. Jumlah tenaga kerja yang memadai jumlahnya dan keterampilan yang cukup tentunya akan mendorong peningkatan produktivitas pertanian. Kuosnamen (2004) yang meneliti produktivitas pertanian menyebutkan bahwa skala produksi pertanian sangat ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pemilik lahan. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pemilik lahan maka akan semakin tinggi juga produktivitas. Pernyataan seperti tersebut juga merupakan simpulan dari hasil penelitian Hossain (2012) dan Prakash (2012) Hubungan modal kerja dengan jumlah produksi Kepemilikan modal merupakan suatu hal yang absolut bagi seorang petani. Ini karena usaha pertanian memerlukan banyak pembiayaan. Pengurangan pada upaya pemenuhan pembiayaan tersebut dapat berakibat pada merosotnya produktivitas. Namun demikian ketidaktepatan prediksi biaya justru menyebabkan kerugian bagi petani. Karena itulah biaya produksi menjadi suatu hal yang krusial baik terhadap produktivitas petani maupun pendapatan petani (Dharmasiri, 2010). Faruq (2011) dalam tulisannya yang berjudul Factors Affecting Manufacturing and Agricultural Productivity Trends among Asian Countries menyebutkan bahwa produktivitas pertanian di Asia selalu lebih rendah pertumbuhannya bila dibandingkan dengan produktivitas sektor manufaktur. Salah satu penyebab utamanya adalah tidak maksimalnya pembiayaan pada proses produksi. Kemampuan pembiayaan untuk membeli alat-alat produksi oleh petani
17 17 di Asia umumnya masih rendah sehingga produksi yang dihasilkan juga tidak dapat maksimal. Chaudry tahun 2009 melakukan penelitian terhadap elastisitas faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas pertanian di Pakistan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian. Ahishakiye (2011) menyatakan bahwa ketersediaan modal kerja sangat dipengaruhi oleh akses modal yang disediakan kepada petani oleh pemerintah. Semakin mudah dan luas akses bagi petani untuk mendapatkan modal kerja maka produktivitas pertanian akan semakin meningkat. Karena itulah Rajović (2012) mengusulkan penambahan modal bagi petani untuk meningkatkan intensifikasi pertanian. Penambahan modal ini dapat dilakukan dengan baik bila mendapat dukungan dari pemerintah. Ita (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi modal kerja makan semakin tinggi pula produktivitas. Pengaturan anggaran ( Budgetary Alocation) sangat perlu dikuasai oleh petani. Tingginya modal tidak akan meningkatkan produktivitas bila tidak ditunjang oleh pengaturan anggaran yang baik. Pendapat Ita ini didukung oleh hasil penelitian Elias (2013) dan Ntale (2013)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Produksi 2.1.1.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Produksi 1. Pengertian Produksi Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Menurut Ahman (2004:116),
Lebih terperincimetode penulisan, serta sistematika penyajian.
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. BAB II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan isu globalisasi berimplikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat atau
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Modal Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melakukan proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi
Lebih terperinciINDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166
INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko Produktivitas Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA
SISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA Iin Mu minah 1), Wahyu W. Pamungkas 2), Wahdat Kurdi 3) 1) LOGIC (Logistic and Supply Chain Center) Universitas Widyatama E-mail: iin.muminah@widyatama.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan atau kontribusi yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciPeranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia
Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,
Lebih terperinci5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis
5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar
PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan Organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional
Lebih terperinciPenanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)
Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.
Lebih terperinciAGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah
AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)
74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperincidengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk Studi mengenai jeruk telah dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya oleh Sinuhaji (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Usahatani
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Industri Pengertian Industri menurut UU No 5 Tahun 1984 dapat didefinisikan sebagai berikut : Industri adalah kegiatan ekonomi yang merubah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat hidup baik pada daerah yang beriklim panas yang lembab, sehingga pada tanaman padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan
Lebih terperinciKAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )
KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) I. Gunarto, B. de Rosari dan Joko Triastono BPTP NTT ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan
Lebih terperinciPerkembangan Potensi Lahan Kering Masam
Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak digunakan pada industri pangan dan proses pembudidayaannya yang relatif mudah. Hampir sebagian
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia
58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinci1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil
Lebih terperinciVIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN
VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN 8.1. Pengaruh Perubahan Harga Output dan Harga Input terhadap Penawaran Output dan Permintaan
Lebih terperinciKETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL
KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciPOLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM
POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas lahan pertanian yang cukup besar, sebagian besar penduduk Indonesia hidup bergantung
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.
Lebih terperinciAnalisis pemasaran cengkeh di kabupaten Wonogiri
Analisis pemasaran cengkeh di kabupaten Wonogiri Oleh : Irfani Kurniawan H 03001062 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian dari Pratowo Suharso (2001) mengenai pemasaran Tembakau di Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.
SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur
Lebih terperinci