Notulensi Lunch Seminar: Seri Kebijakan Pembiayaan Kesehatan
|
|
- Vera Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Notulensi Lunch Seminar: Seri Kebijakan Pembiayaan Kesehatan Outlook Kebijakan Pembiayaan Kesehatan Diskusi Universal Coverage 2014 dengan atau tanpa BPJS Pengantar Kebijakan pembiayaan kesehatan di tahun 2010 ditandai oleh beberapa perkembangan menarik. Salah satunya adalah target Universal Coverage 2014 (100 persen penduduk terjamin) telah ditetapkan. Ini merupakan tantangan berat karena saat ini baru sekitar 50% penduduk yang terjamin asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan lainnya, itupun lebih dari 75% terdiri dari warga miskin yang dijamin oleh pemerintah lewat dana pajak. Universal coverage sudah ditargetkan untuk dicapai namun pada saat yang sama penerapan UU SJSN masih belum dilakukan. Walaupun demikian, ada satu langkah menarik yang dianggap sebagai pembuka jalan untuk tercapainya Universal Coverage, yaitu Jampersal (jaminan kesehatan persalinan) yang, berbeda dengan Jamkesmas, juga ikut menjamin ibu non miskin yang bersalin asal mau dirawat di klas 3 RS Pemerintah atau swasta tertentu. Juga pada tahun 2010, hampir semua kabupaten/kota juga sudah mencanangkan program Jaminan Kesehatan Daerah dengan berbagai variasinya. Pada tahun 2010 sebenarnya ditargetkan untuk diundangkannya UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, namun kenyataannya belum juga terlaksana akibat tarik ulur antara eksekutif dan legislatif mengenai jumlah BPJS. Outlook Kebijakan Pembiayaan Kesehatan Pengantar oleh dr. Sigit Riyarto Beberapa seri kegiatan yang akan diselenggarakan bersama sama dan topik topik apa yang bisa ditambahkan selain topik yg sdh diidentifikasi. Dan isu apa lagi yang menarik yang akan kita buat serangkaian seminar di masa datang. Ada dua isu menarik di tahun 2011; 1. Pembiayaan kesehatan seperti kata orang, yang katanya kurang dari 5% GDB, 15 % dari APBD ternyata penyerapannya masih rendah. Ini menarik, karena mengapa bisa seperti itu. 2. Universal Coverage dan health insurance system and Who will dominant health insurance in the future. Apakah mungkin kita mencapai universal coverage tanpa badan penyelenggara jaminan (BPJS). Ketidakmampuan kita menyerap dana/kebijakan Pembiayaan Kesehatan/Health Financing Pemerintah mengeluarkan isu jampersal disisi lain kita punya jamkesmas. Dulu ada kesepakatan 15 % APBD utk kesehatan dan 5% anggaran APBN untuk kesehatan. Dan sekarang apabila itu diterapkan apakah itu bisa mencapai suatu derajat kesehatan yang ideal yang kita harapkan,kurang atau malah berlebih jika dilihat dari anggaran sumber kementerian keuangan. Kalau anggaran itu kurang dan dinaikkan setiap tahunnya tetapi mengapa ada sisa lebih anggaran. Pertengahan Februari kita akan membuat seminar yg lebih besar untuk kita bisa membahas dengan teman teman di kemenkeu dan kemendagri. Jadi sebetulnya hambatan apa yang meyebabkan anggaran kurang tetapi pada akhir tahun terjadi lebih anggaran. Serangkain acara bisa dilihat di website kami. Yang mengarah pada isu dan hasil diskusi di website yang bisa ditambahkan dan diangkat.
2 Pembiayaan kesehatan ada beberapa acara. Diskusi hari ini, februari lunch seminar dg tema Mengapa terjadi sisa anggaran, dg me link kan teman 2 di kemenkeu dan kemendagri. Mohon dibahas dikotomi anggaran, dikotomi besaran preventif dan kuratif, mengapa ada perbedaan kuratif dan preventif jumlah anggarannya. Bulan Maret ada lembaga evaluasi penjaminan asuransi dengan hasil data susenas dan ILLS. Bulan April tentang monitoring BOK yang menurut kami BOK termasuk anggaran dadakan dengan pelaksanaan pendek dan apakah BOK bisa meningkatkan derajat kesehatan atau mengejar total jumlah anggaran pemerintah. Bulan Mei dengan isu internasional kita ada membahas outcome yaitu equity dan quality dg mengundang orang luar yang di beberapa Negara sudah menggunakan health equity terutama financing sebagai outcome. Contoh dengan menaikkan anggaran kesehatan bagaimana bisa berefek pada tujuan utk melindungi masyarakat miskin (protecting the poor), jangan jangan setiap tahun naik bukan digunakan mengatasi masalah kemiskinan, maka apakah bisa menurunkan kemiskinan atau menguntungkan yang kaya atau bahkan memunculkan group tengah. Pelatihan pelatihan 1. Eksplorasi pada kebijakan kesehatan dengan kerjasama litbangkes, dengan data yang ada bagai mana kebijakan itu dibuat atau sesuai dengan pembiayaan kesehatan 2. Menghitung equity Bulan Juni dengan tema Health Account karena ini sesuatu yg penting tapi tidak penting, karena untuk mengukur peran stake holder di sector kesehatan. Berapa kebutuhan dana untuk kesehatan?? Bulan Juli tentang cukai rokok yang di permak jadi dana kesehatan. Ada beberapa daerah yg sudah menerima kompensasi dari perusahaan rokok. Data keuangan dari nota keuangan Kemenkes terbaru tahun 2011 bahwa kemenkes selama 5 tahun terakhir telah mengalami peningkatan dari 25%, 6,5 triliun pada tahun 2005 menjadi 22,4 triliun di tahun 2010, prosentasenya naiknya hanya 0,2% dari total PDB. Ini merupakan langkah berat untuk mencapai target 2% PDB anjuran WHO. Absorbsinya juga meningkat pada tahun 2005 mencapai 60% dan tahun 2010 mencapai 94%. Teapi nilai riilnya yg kita lihat dari penyerapannya, tiap tahun kita punya sisa 1 2 triliun yang tidak terserap. Kepesertaan jaminan kesehatan, saat ini jumlah orang nya hanya 42 %. Apakah catatan 2014 bisa mengejar sisanya yg belum tercover? Dari hasil penelitian Equity, utilisasi di RS menunjukkan situasi yang tidak equitable. Artinya yg menikmati adalah orang kaya, sedangkan org miskin mencari akses kesehatan di luar RS. Otomatis subsidi yg diberikan pemerintah tidak mencapai target, tidak seusai dengan tujuan untuk orang miskin sesuai penelitian equita projek. Sedangkan orang miskin melalui non RS yaitu puskesmas. Bagaimna situasi ke depan, apakah akan tetap seperti ini atau puskesmas tetap menjadi ujung tobak pelayanan atau ada kebijakan lain??? Besaran anggaran tidak bisa mereduksi gap kesenjangan yg terjadi. Walaupun hanya 0,02% tapi gap nya membesar. Merancang kebijakan yang tepat. Prolog: Disparitas utk wilayah Indonesia, catastropik, banyaknya rumah tangga yang menjadi miskin karena biaya kesehatan 40% melebihi kebutuhan dasarnya (kebutuhan rumah tangga). Dari tahun ke tahun hal ini terlihat semakin baik tetapi ada beberapa daerah yang memburuk. Indonesia bagian timur banyak yang miskin karena masalah kesehatan, pada tahun 2004 meningkat, implikasi bansos nya tidak tercapai atau barang barang kesehatannya mahal, disparitas antar propinsi terlihat jelas. Lesson learn kebijakan pusat utk Indonesia omong kosong belaka, dilihat dari propinsi propinsi wilayah timur. Tahun 2010 anggaran Kemenkes 23,8 triliun, hanya 1,72% dari total pengeluaran pemerintah sebesar 1120 triliun, atau % PDB. Peningkatan ada tetapi masih ada yg tidak teserap.
3 Tampaknya hal tersebut missed planning, missed budgeting, bermasalah dengan imbursment yg tidak tepat. Situasi pembiayaan yangg tidak merata terutama Indonesia bagian tengah dan timur. Mereka sebenarnya tidak kekurangan uang, seperti contohnya provinsi Papua memiliki anggaran dengan uang banyak dan jumlah penduduk sedikit. Koordinasi perencanaan dan anggaran di daerah belum bagus antara kabupaten/kota, propinsi dan pusat. Ketidak sinkronan perencanaan program dan kegiatan yang tumpang tindih, serta kondisi politis yang banyak menetukan arah planning dan budgeting. Universal Coverage adalah sesuatu yang harus dilakukan Indonesia, tetapi apakah bisa dilaksanakan tanpa BPJS dr. Sigit Riyarto, PMPK FK UGM UC segera dilaksanakan tetapi, BPJS nya belum ditentukan. Semua BP asuransi kesehatan seperti PT. Jamsostek dan PT ASKES ingin menjadi BPJSnya. Harusnya BPJS ini perlu disepakati terlebih dahulu. Tetapi kita harus siap menuju UC tanpa BPJS. Tiap BP sudah mempunyai skema yang bagus, tetapi masih belum memiliki satu skema yang terintegrasi. Misalnya Jamsostek masih belum mengcover penyakit yang katastropik, ASKES masih belum memberikan pelayanan yang adil, dsbnya. Saat ini para BP tersebut (JAMSOSTEK, ASKES, JAMKESMAS, JAMPERSAL, ASABRI, dsb) berlomba untuk meningkatkan kepersertaan. Meningkat kepesertaan ini apakah sifatnya politis. Termasuk jampersal yang menanggung 2,8 juta ibu hamil. Perlu diketahui bahwa peningkatan coverage dalam 30 tahun terakhir terjadi karena Askeskin/Jamkesmas dan Jamkesda. Bukan karena prestasi Askes, Jamsostek atau lembaga asuransi lain. Kebijakan yang menyerupai adalah jampersal (jaminan persalinan gratis). Diperkirakan akan meningkatkan coverage 1 3 juta ibu hamil. UC tanpa BPJS ini beresiko karena terdapt pihak yang menganggap tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Fragmentasi pengelolaan akan terjadi. Artinya terdapat pengelolaan yang berbeda beda, dengan benefit yang juga berbeda beda. Pada akhirnya perlu didiskusikan, apakah semua scenario dapat mencapai UC? Ya, semua akan mencapai UC, tetapi yang paling cepar adalah kalau ada BPJS yang disepakati semua pihak. Rekomendasinya adalah negosiasi dan lobby politik tetap diusahakan dr. Prita, Seperi di RS, punya banyak spesialisasi tetapi tidak ada organisasi tim kerja. Demikian pula di departemen ksehatan, terlalu banyak skema tetapi tidak ada koordinasi satu dengan yang lain, hal ini menunjukkan adanya mis management Ahmad Anshori, JAMSOSTEK Saat ini UC terkendala masalah keinginan politik (political will). Proses politik di DPR justru memperkeruh suasana saat ini. Dikotomi siapa yang akan menjadi BPJS tunggal, bukan menjadi isu pertanyaan penting. Permasalahan yang muncul adalah kepastian hukumnya. Tiap BP mempunyai latar belakang kepentingan yang berbeda beda. Masalah yang ada sebetulnya adalah dalam UU no 40 tahun 2004 yang dikira banyak orang tidak mungkin salah. Padahal dalam UU tersebut ada materi yang belum sesuai dengan kondisi saat ini. Asih Eka Putri ( LSM) Jaminan Kesehatan di Indonesia ini masih di persimpangan jalan antara jaminan kesehatan dengan pembiayaan program kesehatan total oleh pemerintah. Sekarang ini pemerintah jangan terlalu terpaku kepada pola pola uji coba, harus segera implementasi. Saat ini potensi pajak kita sudah progresif, sehingga seharusnya sudah menetapkan pola pembiayaan kesehatan. Pemerintah harus cepat bertindak untuk menetapkan pola pembiayaan, baik secara regulasi perundangannya dan
4 sistematika nya. UC harus segera berpikir bagaimana bisa mengkombinasi dari para BP ini. Termasuk salah satunya adalah jaminan bagi usia pension (>65 tahun). Setiap pilihan tentu saja ada resikonya. Tetapi ini lebih baik daripada harus berlama lama di tengah persimpangan jalan. dr. Prita Dari kelompok ini perlu jadi motor untuk ikut dalam pembahasan DPR, khususnya untuk membantu meyakinkan pemerintah dan DPR. Kemampuan pemerintah untuk monitoring dan evaluasi untuk seluruh program kesehatan. Misalnya akreditasi untuk RS masih belum berjalan dengan baik. SPM untuk pelayanan medik di RS sampai saat ini tidak terkontrol. Perlu ada standar baku SPM. Soewarta Kosen (Balitbangkes, Kemenkes) Kembali ke anggaran Kemkes, dipatok 5% (60T) tetapi dari anggaran tersebut hanya optimal 30T atau dengan komposisi 15T untuk public goods dari pemerintah, sisanya untuk asuransi social/jaminan kesehatan. Lebih dari itu akan membentuk program yang tidak benar jadi yang paling penting adalah adanya sense dari pemerintah untuk bisa mengalokasikan anggaran dengan benar. Isu yang penting adalah pemerataan, equity, yang saat ini pemerintah belum melihat hal ini menjadi suatu outcomes dari kebijakan pembiayaan. Dr Pujiyanto (FKM UI) Pemerintah tidak sadar bahwa anggaran ini harus dihabiskan tetapi harus kembali ke Rakyat. Jadi potensi sisa ini perlu ditindak lanjuti. Anggaran harus efisiensi, saat ini terjadi in efisiensi 10% 30%. Untuk masalah BPJS, bisa lebih jelas lagi porsi masing masing BPJS sebagai sopir dari system jaminan kesehatan, sehingga mohon dikembalikan ke UU SJSN. Walaupun jika ada masalah, bisa dikembalikan atau di amandemen. Yang penting jalan, sambil ada pembenahan di tengah jalan jangan dipersimpangan. Ahmad Anshori ( JAMSOSTEK) Ada indikasi negative bahwa para BPJS ini ada keinginan terpendam, tetapi ketakutan ini perlu diatasi dengan menjalaninya terlebih dahulu, jika kemudian ada hambatan, bisa dilakukan pembenahan. Let s do Something dimulai dari hal yang sederhana. Siapa yang menjadi BPJS merupakan hanya 1 masalah kecil, tetapi masalah yang besar adalah konten dari bentuk jaminan itu sendiri. Untuk BPJS sendiri, saat ini yang diperlukan ketegasan pemerintah untuk memulai bentuk dasar jaminan, dan para BP akan mengikutinya. UC perlu dilihat dari sisi lain, harus dilihat kebutuhan masyarakat, jadi jangan sampai masyarakat terus menunggu. Perlu segera diperjelas. Secara simple, justru semacam jamkesda terlihat lebih operasional, dan langsung kena di masyarakat. Jadi argument siapa yang jadi BPJS bukan masalah, yang ditunggu adalah tindakan langsung. Jadi perlu segera diputuskan. Eddy (FKM UI) Kita terbiasa membuat keputusan tidak selesai, dan sering kali membuat system tidak berjalan. Solusinya kita berpikir ke sebuah system besarnya dulu dibenahi, baru system kecilnya dipikirkan kemudian. Rizkyana Riskandi Putra ( Dir. Gizi dan KIA) Indonesia dengan disparitas yang luar biasa lebar, perlu dilihat dimana weakness kita, perlu dimediasi oleh perguruan tinggi. Perlu identifikasi problem dasar dan tujuan akhirnya. Jadi setuju pembenahan system besarnya, dan perlu ditindak lanjuti dengan kebijakan yang operasional, jangan hanya teori, perlu kerja sama antara pemerintah, legislative, akademisi dan LSM. Masalahnya tidak hanya straight benar dan salah. Kebijakan one for all tidak bisa dilakukan.
5 Komentar Penutup dan kesimpulan: Perlu tindak lanjut untuk membantu pemerintah minimal jadi pendamping pemerintah memberikan masukan tentang kebijakan pembiayaan kesehatan public dan jaminan kesehatan. Dibutuhkan suatu jejaring bersama lintas sector yang concern masalah pembiayaan kesehatan: Perlu tim work berpikir as a one team for the country Perlu Leadership good leader Perlu kembali ke permasalahan inti health for all, kesehatan untuk masyarakat Pentingnya Supervisi, Monitoring dan Evaluasi yang total dalam semua kegiatan dan program kesehatan. Perdebatan politik tentang badan penyelenggara jaminan sosial akan tetap ada dan diprediksikan terjadi terus. UGM menyarankan bahwa perdebatan tersebut tidak mengganggu pemerintah pusat dan daerah serta penyelenggara jaminan yang sudah ada sekarang untuk meningkatkan kepesertaan. Cara untuk meningkatkan kepesertaan yang paling cepat adalah dengan menyediakan anggaran yang semakin besar yang berasal dari pemerintah pusat (APBN) dan pemerintah daerah (APBD).
Review Kebijakan Anggaran Kesehatan Nasional. Apakah merupakan Anggaran Yang Kurang atau Berlebih?
Review Kebijakan Anggaran Kesehatan Nasional Apakah merupakan Anggaran Yang Kurang atau Berlebih? Pendahuluan Pembiayaan kesehatan oleh pemerintah pusat di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
Lebih terperinciOPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*
OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciPeran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS
Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciHasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta
Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 7-8 Desember 2012 Yogyakarta Topik Pembahasan Regulasi Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan
Lebih terperinciUniversitas Gadjah Mada. Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Notulensi:
Universitas Gadjah Mada Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Notulensi: Review Anggaran Kesehatan Kementrian Kesehatan RI: Apakah kurang? Tetapi kenapa ada sisa? Course Director: Deni
Lebih terperinciDr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK
Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK Tahun 2000, Perdebatan jaminan kesehatan daerah di DIY, sebaiknya Badan Pengelola ditingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/kota. Bapel Jamkesos (jaminan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pemerintah Indonesia yang diluncurkan dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang merata antar penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk dapat hidup layak dan produktif. Keterjaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini
PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini 1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia:
Lebih terperinciTabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN
14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina
Lebih terperinciDALAM SISTEM. Yulita Hendrartini
PERAN STAKEHOLDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PRINSIP PENYELENGGARAAN ASKESKIN PROGRAM DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP NIRLABA DAN DANA AMANAH DISELENGGARAKAN SECARA SERENTAK DI SELURUH
Lebih terperinciPERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT
PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak untuk memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang memadai merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948.
Lebih terperinciKONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA DAN PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKANNYA
KONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA DAN PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKANNYA Chriswardani S *, L. Ratna K* Ki Hariyadi ** *Fak. Kesehatan Masy UNDIP ** PMPK FK UGM LATAR BELAKANG Jumlah perokok di
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari data survey baik dan IFLS 2000 dan 2007 serta SUSENAS 2009 dan 2010 dapat disimpulkan bahwa terdapat kemajuan dalam pembangunan kesehatan dari tahun ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciLaksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap
Lebih terperinciswasta serta tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7% (Depkes RI, 2013). Provinsi Aceh menempati ranking tertinggi dalam coverage
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan pilihan utama pemerintah dalam implementasi sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Artinya, pemerintah memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS), JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di berbagai negara. Meskipun masih terdapat pro-kontra, laporan WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciLustrum ke-13 FK-UGM Yogyakarta, 4 Maret 2011
REPUBLIK INDONESIA STRATEGI DAN KEBIJAKAN KEAN MENUJU UNIVERSAL COVERAGE DAN PEMENUHAN SERTA PEMERATAAN FASILITAS DAN TENAGA Oleh: Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH Lustrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: pemerintah, pemerintah daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Pembiayaan kesehatan
Lebih terperinciJamkesda: Trigger! (Setelah JPKM)
Pembahasan Jamkesda: Trigger! (Setelah JPKM) Target populasi 40% penduduk (miskin) PPLS 2011 96,7 juta Kemampuan fiskal untuk penjaminan masy. miskin adl 86,4 juta gap 10,3 juta jiwa Source: World Bank,
Lebih terperinciPUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD. Center for Health Policy and Administration UI
PUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD Center for Health Policy and Administration UI srijadi08@gmail.com Rakerkesnas 1968 : kordinasi layanan tingkat pertama di kecamatan BP, KIA, P4M dll menjadi satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah
Lebih terperinciSumber-Sumber Pendanaan Kesehatan. Department of Health Policy and Management
Sumber-Sumber Pendanaan Kesehatan Department of Health Policy and Management Outline Bagian 1: Dasar hukum Bagian 2: Alur dana APBN Bagian 3: Sumber sumber dana kesehatan a. Sumber dana Internasional b.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN total penduduk di DKI Jakarta mencapai jiwa 1. Dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara, DKI Jakarta merupakan pusat Pemerintahan dan perekonomian yang sangat padat penduduknya di negeri ini. Tercatat pada tahun 2011 total penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciPendanaan Sektor Kesehatan di Indonesia: Studi Kasus Bantuan Operasional Kesehatan. Fatmah Afrianty Gobel
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Pendanaan Sektor Kesehatan di Indonesia: Studi Kasus Bantuan Operasional Kesehatan Fatmah Afrianty Gobel Mahasiswa S3 Ilmu Kedokteran Unair/ Dosen
Lebih terperinciKebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN
Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN
Lebih terperinciPenyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA
PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA LEMBAGA PENYELENGGARA TERINTEGRASI (UPTD PPK BLUD JAMKESOS, UPTD JAMKESDA,UPTD PJKM) AMANAH PERGUB.
Lebih terperinciKamis, 30 Juni 2011 Sesi Pembukaan. Pengantar semiloka : Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD Moderator : dr. Sigit Riyarto, M.
Kamis, 30 Juni 2011 Sesi Pembukaan Semiloka Revisi PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK: Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf Kementerian Kesehatan Pengantar semiloka
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN MINIMAL
MATERI INTI 2 POKOK BAHASAN 5: STANDAR PELAYANAN MINIMAL Prinsip standar pelayanan minimal (SPM) merupakan salah satu hal penting dalam alokasi anggaran. Selama tahun 2000-2007 belum berperan sama sekali
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat
Lebih terperinciSistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan
Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pelayanan kesehatan yang digunakan pada abad ke-21, mengacu kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu
Lebih terperinciMonitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono
Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Pengantar Mengapa melakukan Monitoring Kebijakan Proses Kebijakan Penetapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang No. 39 tahun 2009, Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DENGAN
Lebih terperinciPembiayaan Kesehatan (Health Financing) Universitas Esa Unggul Jakarta 6 Januari 2016 Sesi-13 Ekonomi Kesehatan Kelas 13
Pembiayaan Kesehatan (Health Financing) ade.heryana24@gmail.com Universitas Esa Unggul Jakarta 6 Januari 2016 Sesi-13 Ekonomi Kesehatan Kelas 13 The Questions are... Dari mana pembiayaan kesehatan berasal?
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
Lebih terperinciPERAN DPR DALAM INOVASI PROGRAM DAN ANGGARAN UNTUK UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
PERAN DPR DALAM INOVASI PROGRAM DAN ANGGARAN UNTUK UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF Dede Yusuf Macan Effendi, ST, M.I.Pol Ketua Komisi IX DPR RI Forum Ilmiah Tahunan IAKMI/47th APACPH (Asia Pacific Consortium
Lebih terperinciKONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah dr. Anshayari Arsyad, M.Kes Palu, 11 September 2015 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertemuan kesehatan dunia ke 58 yang mengesahkan UHC (universal health coverage) (WHO, 2005), dan laporan kesehatan dunia tahun 2010, yang menemukan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang maksimum dalam rangka mempertinggi tingkat
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Setiap perusahaan atau badan usaha pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang maksimum
Lebih terperinciDillemma Iuran : Nominal vs Prosentasi dalam Sistem Jaminan Kesehatan
Dillemma Iuran : Nominal vs Prosentasi dalam Sistem Jaminan Kesehatan Dipresentasikan oleh: Dr. Theresia Ronny Andayani, MPH, Drg Dalam Mukernas IAKMI XII dan Symposium Nasional Penguatan Kepemimpiman
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Azasi Manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung
Lebih terperinciSambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013
Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang saat ini dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting, yakni pendidikan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan
Lebih terperinciAnggaran Sektor Kesehatan, Social Determinants of Health, Laksono Trisnantoro Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM
Anggaran Sektor Kesehatan, Social Determinants of Health, dan siapa anggota IAKMI? Laksono Trisnantoro Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Pokok Pembahasan 1. Analisis Trend Anggaran Sektor Kesehatan;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan
Lebih terperinciDukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.
Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.Si 2 JAMINAN KESEHATAN SEBAGAI HAK WARGA NEGARA Pembukaan UUD NRI Tahun
Lebih terperinciMONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN
MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN Dominirsep O. Dodo, S.KM., M.PH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang (dominirsepdodo@gmail.com/081339216559)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap
Lebih terperinciKebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Kesehatan Indonesia
Kebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Indonesia Pusat Kebijakan dan Manajemen Fakultas Kedokteran UGM 11 Maret 2016 Isi Pendahuluan Pembiayaan dan Pembiayaan Penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengan sistem kesehatan. Pada intinya, sistem kesehatan merupakan semua aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara bertanggung jawab mengatur masyarakat agar terpenuhi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental bagi setiap warga negara, oleh sebab itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (WHO, 2000). Komponen pengelolaan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009
Lebih terperinciBUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA
PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA Nomor: 374/PS/KP-PRP/e/VIII/11 Tolak UU SJSN, RUU BPJS, dan Jamkesmas sebagai Solusi Jaminan Sosial bagi Rakyat! Tingkatkan Pajak Progresif bagi Korporasi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan
Lebih terperinciIndonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015
Indonesia National Health Accounts 2012 Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015 Bagaimana Pengeluaran Kesehatan Indonesia? Expenditure 2005 2006 2007
Lebih terperinciQUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes
QUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes LATAR BELAKANG Sebagaimana kita ketahui bahwa Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM, dalam hal ini hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan sistem kesehatan (nasional) adalah meningkatkan dan memelihara status kesehatan penduduk, responsif terhadap kebutuhan non-medis penduduk dan mewujudkan (fairnes)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Lebih terperinciPeningkatan Pelayanan untuk Riau Sehat. Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat.
Berbag ai program telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, bahkan untuk menuju Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat.
Lebih terperincia. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar
IKHTISAR EKSEKUTIF Sebagai perwujudan dan pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan visi, misi, tujuan dan sasaran SKPD yang telah ditetapkan di dalam Rencana Kinerja Tahun 2016 dan
Lebih terperinciPerencanaan Berbasis Bukti untuk Menjawab Kebutuhan Kesehatan Anak dan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan: Studi Kasus Tasikmalaya dan Jayawijaya
Perencanaan Berbasis Bukti untuk Menjawab Kebutuhan Kesehatan Anak dan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan: Studi Kasus Tasikmalaya dan Jayawijaya M. Faozi Kurniawan PKMK FK UGM Child Poverty and Social Protection
Lebih terperinciBerdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:
RANGKUMAN HASIL KONFERENSI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENCAPAIAN TUJUAN MILENIUM: Meningkatkan Pelayanan Bagi Masyarakat Miskin Jakarta, 27-28 April 2005 Bapak Menteri Koordinator Bidang Kesra,
Lebih terperinciOleh : Misnaniarti FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Oleh : Misnaniarti FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA Program Jaminan Sosial Kesehatan (Jamsoskes) Sumatera Selatan Semesta merupakan bantuan sosial untuk p yankes bagi masyarakat Sumsel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spritual maupun sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU DALAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada
EVALUASI KEBIJAKAN SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU DALAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada Latar Belakang Otonomi Daerah Psl 22 huruf h & Psl 167 UU No
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik bersenjata yang melanda Aceh hampir tiga dekade telah menghancurkan kondisi perekonomian masyarakat. Diperkirakan ada 1,2 juta (28,5%) penduduk Aceh hidup
Lebih terperinciMEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung
Majalah Bisnis dan Iptek Vol.8, No. 2, Oktober 2015, 67-84 Yusup, Mekanisme Kapitalisasi 2015 MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung Email: yusup@stiepas.ac.id
Lebih terperinciSemiloka Revisi PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK:
Semiloka Revisi PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK: Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf Kementerian Kesehatan Diselenggarakan oleh KEMENTERIAN KESEHATAN RI Bekerjasama
Lebih terperinciOleh. Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 3/15/2014 1
Oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 3/15/2014 1 Merupakan Urusan Pemerintahan Konkuren yang menjadi kewenangan Daerah Adalah Urusan Wajib yang terkait dengan Pelayanan Dasar (ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat mendambakan supaya selalu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar setiap manusia. Sesuai dengan Amandemen kedua Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
Lebih terperinciUNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, MA Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM K ESEHAT AN GRAT IS DI SUL AWESI SE L AT AN < >
IMPLEMENTASI PROGRAM K ESEHAT AN GRAT IS DI SUL AWESI SE L AT AN < 2008-2010> Amran Razak Bagian Administrasi & Kebijakan Kesehatan FKM-Unhas, Makassar Produk Pelayanan kesehatan yang diberikan : Rawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berbagai program pembangunan diarahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan melakukan perubahan kebijakan
Lebih terperinciBUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci