Review Kebijakan Anggaran Kesehatan Nasional. Apakah merupakan Anggaran Yang Kurang atau Berlebih?
|
|
- Sudomo Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Review Kebijakan Anggaran Kesehatan Nasional Apakah merupakan Anggaran Yang Kurang atau Berlebih?
2 Pendahuluan Pembiayaan kesehatan oleh pemerintah pusat di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini melonjak drastis Triliun di tahun 2005 menjadi hampir 27 Triliun ditahun 2011 ini Alokasi 5 0 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010* Sumber Data: Profil Anggaran KesehatanKementrian Kesehatan
3 Pendahuluan Kenaikan ini dipicu oleh adanya berbagai kebijakan pemerintah untuk meningkatkan proporsi pembiayaan untuk kesehatan. Kaitan lainnya adalah untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pencapaian target indicator MDG.
4 Sumber Dana Pemerintah dibanding dengan sumber dana lainnya Trillions Pengeluaran Rumah Tangga NGO/LSM Asuransi Swasta Perusahaan swasta dan BUMN Jaminan Sosial Kesehatan Sumber dana pemerintah (pusat dan daerah) Source: National Health Account Country Table, WHO 2009 Tahun
5 Tujuan Seminar 1. Mereview anggaran kesehatan kementrian kesehatan beberapa tahun terakhir 2. Membahas usulan strategi kebijakan penganggaran Kementrian Kesehatan 4 tahun mendatang ( )
6 Materi Seminar Pembicara 1. Review Umum Kebijakan Anggaran Kesehatan Kemkes Saat Ini Pembicara 2. Usulan untuk Kebijakan Anggaran Kesehatan Indonesia 5 tahun mendatang. Diskusi umum arah kebijakan pembiayaan dan penganggaran kesehatan di masa mendatang
7 Pembicara 2: Usulan untuk Kebijakan Anggaran Kesehatan Indonesia 5 tahun mendatang?
8 Bahan Diskusi (Pembicara 2) 1. Apakah anggaran ini dapat terserap dengan baik? 2. Bagaimana analisis anggaran dan penyerapan dalam konteks desentralisasi? 3. Apakah ada potensi untuk dinaikkan lagi mengingat amanah UU Kesehatan yang 5% dari APBN. Penutup: Usulan Kebijakan
9 Pertanyaan 1 Apakah anggaran ini dapat terserap dengan baik?
10 Grafik Serapan Anggaran Kementrian Kesehatan Alokasi Realisasi 5 0 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010* Sumber Data: Profil Anggaran Kesehatan Kementrian Kesehatan
11 Data Alokasi dan Realisasi Dana Pemerintah per Kementrian tahun 2010 Kementrian Alokasi (Triliun Rp) Realisasi (Triliun Rp) Serapan Kuartal 2(%) Serapan Kuartal 4(%) Sisa (triliun Rp) Pendidikan % 82.00% 11.4 Pertahanan % 91.30% 3.7 Pekerjaan Umum % 98.40% 0.6 Kepolisian % 87.90% 3.4 Kesehatan % 94.50% 1.3 Perhubungan % 95.80% 0.7 Keuangan % 95.00% 0.8 Sumber data: Analisis Penyerapan Anggaran Kementrian dan Lembaga, Kemenkeu, 2010
12 Grafik Serapan Anggaran tahun Alokasi (Triliun Rp) Realisasi (Triliun Rp) Kementrian Pendidikan Kementrian Pertahanan Kementrian Pekerjaan Umum Kepolisian Kementrian Kesehatan Kementrian Perhubungan Kementrian keuangan Sumber data: Laporan Analisis Penyerapan Anggaran Kementrian dan Lembaga, Kemenkeu, 2010
13 Gambaran Serapan Dana Pemerintah untuk Sektor Kesehatan alokasi realisasi Dana Kementrian Kesehatan Sumber Data: Indonesia Revised Budget Note, MoF, 2011 Dana DAK Kesehatan Dana Dekonsentrasi Kesehatan
14 Pembagian Dana Kementrian Kesehatan Sumber Data: Profil Anggaran Kesehatan Kementrian Kesehatan 2010 JAMKESMAS 30.42% Setjen 10.67% Inspektorat jenderal 0.34% Bin Kesmas (diluar BOK dan Jamkesmas) 6.68% PPSDM 11.12% Litbangkes 1.01% Binfar dan Alkes 4.35% P2PL 6.01% Bin Yanmed (diluar Jamkesmas) 29.40%
15 Grafik Serapan Anggaran Kemenkes per unit utama (tahun 2009, dlm Triliun Rp) Thousands Alokasi Realisasi Setjen Inspektorat jenderal Bin Kesmas Bin Yanmed P2PL Binfar dan Alkes Litbangkes PPSDM Sumber Data: Profil Anggaran Kesehatan Kementrian Kesehatan 2010
16 Bagaimana keadaa di daerah? Studi Kasus Alokasi dan Realisasi Anggaran Program KIA di beberapa Propinsi Tahun 2009
17 Komposisi Alokasi-Realisasi Anggaran Belanja Program Prop. Nusa Tenggara Timur (juta Rupiah) Column1 Alokasi APBD Dinkes Prop NTT Realisasi APBD Dinkes Prop NTT Alokasi APBN Dekonsentrasi Prop NTT Realisasi APBN Dekonsentrasi Prop NTT TOTAL Alokasi TOTAL Realisasi MNCH - Health Care Services , , MNCH - Prevention and Health Promotion MNCH - Program Management and Administration , , , , , MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Investment MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl. 2, , , , , MNCH - Human Resource Improvement - - 1, , , , MNCh - Monitoring Evaluation - - 1, , SISA TOTAL 4, , , , , , , Penyerapan 53.06%
18 Komposisi Alokasi-Realisasi Anggaran Belanja Program Prop. Nusa Tenggara Timur (juta Rupiah) 14, , , MNCh - Monitoring Evaluation 8, , , , MNCH - Human Resource Improvement MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl. MNCH - Investment MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Program Management and Administration MNCH - Prevention and Health Promotion MNCH - Health Care Services
19 Komposisi Realisasi Alokasi Anggaran Belanja Program Prop. Jawa Barat (juta Rupiah), 2009 APBD Dinkes Prop Realisasi APBD APBN Dekonsentrasi Prop Realisasi Dekonsentrasi TOTAL Alokasi TOTAL Realisasi MNCH - Health Care Services 1, , , , MNCH - Prevention and Health Promotion , , , , MNCH - Program Management and Administration MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Investment MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl , , , MNCH - Human Resource Improvement - - 3, , , , MNCh - Monitoring Evaluation SERAPAN 95.67% SERAPAN 51.14% SERAPAN 60.43%
20 Komposisi Realisasi Alokasi Anggaran Belanja Program Prop. Jawa Barat (juta Rupiah), 2009 Thousands MNCh - Monitoring Evaluation MNCH - Human Resource Improvement MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl. MNCH - Investment MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Program Management and Administration MNCH - Prevention and Health Promotion MNCH - Health Care Services - APBD Dinkes Prop Realisasi APBD APBN Dekonsentrasi Prop Realisasi Dekonsentrasi
21 Komposisi Realisasi Alokasi Anggaran Belanja Program Prop. Kalimantan Barat (juta Rupiah), 2008 APBD Dinkes Prop Realisasi APBD APBN Dekonsentrasi Prop Realisasi Dekonsentrasi TOTAL Alokasi TOTAL Realisasi MNCH - Health Care Services 1, , , , MNCH - Prevention and Health Promotion , , , , MNCH - Program Management and Administration MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Investment MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl , , , MNCH - Human Resource Improvement - - 3, , , , MNCh - Monitoring Evaluation SERAPAN 92.55% SERAPAN 59.49% SERAPAN 68.56%
22 Komposisi Realisasi Alokasi Anggaran Belanja Program Prop. Kalimantan Barat (juta Rupiah), 2008 Thousands MNCh - Monitoring Evaluation MNCH - Human Resource Improvement MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl. MNCH - Investment MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Program Management and Administration MNCH - Prevention and Health Promotion MNCH - Health Care Services - APBD Dinkes Prop Realisasi APBD APBN Dekonsentrasi Prop Realisasi Dekonsentrasi
23 Komposisi Realisasi Alokasi Anggaran Belanja Program Prop. Papua (juta Rupiah), 2008 APBD Dinkes Prop Realisasi APBD APBN OTSUS Prop Realisasi OTSUS TOTAL Alokasi TOTAL Realisasi MNCH - Health Care Services 10, , , , MNCH - Prevention and Health Promotion MNCH - Program Management and Administration MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Investment MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl , , , , MNCH - Human Resource Improvement - - 2, , , , MNCh - Monitoring Evaluation SERAPAN 77.00% SERAPAN 93.58% SERAPAN 83.77%
24 Komposisi Realisasi Alokasi Anggaran Belanja Program Prop. Papua (juta Rupiah), 2008 Thousands MNCh - Monitoring Evaluation 8.00 MNCH - Human Resource Improvement MNCH - Drugs, MedEquip, Nut Suppl MNCH - Investment MNCH - Advocacy Communication Social Mobilization MNCH - Program Management and Administration MNCH - Prevention and Health Promotion MNCH - Health Care Services - APBD Dinkes Prop Realisasi APBD APBN OTSUS Prop Realisasi OTSUS
25 Penafsiran (1) Setiap tahun ada sisa di seluruh Kementrian Sisa yang paling sedikit adalah di Kementrian Pekerjaan Umum Kementerian PU dan Kementerian Kesehatan mempunyai ciri yang sama: menjalankan kegiatan publik yang banyak di luar gedung (Public Work dan Public Health) Perbedaannya: Kementerian PU menggunakan model kontrak untuk menjalan kegiatannya.
26 Laju percepatan anggaran di semester 3 dan 4 sangat cepat Ada kecenderungan setiap tahun realisasi berusaha mengejar anggaran di ujung tahun Ada pertanyaan mengenai efisiensinya Penafsiran (2) Alokasi Realisasi 5 0 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010*
27 Penafsiran (3) Sisa anggaran terjadi di daerah sulit seperti NTT Ada kemungkinan kekurangan SDM untuk menjalankan anggaran kesehatan Apabila tidak dilakukan intervensi dapat menyebabkan semakin parahnya ketidak adilan geografis
28 Diskusi 2 Bagaimana analisis anggaran dan penyerapan dalam konteks kebijakan desentralisasi?
29 Analisis kebijakan menggunakan Segitiga Kebijakan Context Actors Isi (Content) Process
30 Analisis Kebijakan Pembiayaan Pemerintah untuk Kesehatan Analisis Isi (Content): Penganggaran kesehatan pemerintah selama ini terdiri dari berbagai sumber dana yaitu: 1. Dana Pemerintah Pusat dalam APBN: Dana Kementrian, Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan. 2. Dana Pemerintah Pusat yang menjadi APBD: Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus 3. Dana Bantuan Sosial; Jamkesmas, Jampersal, BOK (?) Setiap isi kebijakan mempunyai berbagai masalah tersendiri.
31 Konteks Penyusunan Kebijakan Penganggaran Kesehatan Kebijakan penganggaran kesehatan berada dalam suasana desentralisasi kesehatan. Pada tahun 2004 sampai dengan 2009, berada dalam lingkup UU 33 tahun 2004, PP mengenai Dana Perimbangan (PP 55 tahun 2005), Permenkeu mengenai DAK 175/2009. Pada tahun 2008 terbit PP 7 yang mengatur mengenai Dana Dekonsentrasi. Kebijakan penganggaran di tahun harus mengacu pada berbagai aturan di atas
32 Proses Kebijakan Kebijakan penganggaran kesehatan dalam rangka percepatan pencapaian indikator MDG ditetapkan dengan keputusan politik presiden. Ditetapkan sejak 2003 Untuk tahun telah dinyatakan pagu anggaran dengan kenaikan sangat besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penentuan kegiatan penganggaran tahunan dilakukan dalam siklus tahunan. Dana harus dialokasikan berdasarkan jenisnya (DAU, DAK, Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Jamkesmas, BOK, dll).
33 Pelaksanaan kebijakan penganggaran (1) Dana Dekonsentrasi Sebagian besar dana pemerintah pusat yang berasal dari Dana Dekonsentrasi mengalami hambatan dalam pencairan (biasanya sekitar bulan Agustus tahun berjalan). Absorbsi anggaran dekon yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan dana lainnya Berbagai laporan di daerah menyatakan tidak terserapnya dana dekonsentrasi secara optimal. Sebagian pejabat belum memahami makna dana dekonsentrasi sesuai PP 07/2008
34 Pelaksanaan kebijakan penganggaran (2) DAK Kebijakan Dana Alokasi Khusus terbatas pada fasilitas fisik, peralatan, dan obat. Juknis DAK terbaru untuk kesehatan juga masih menyatakan hal yang sama hanya ditambahkan titik berat kegiatan adalah untuk percepatan indikator MDG
35 Kelemahan DAK; membutuhkan semacam dana pendamping APBD yang menyedot anggaran kesehatan untuk fisik, peralatan, dan obat Akibatnya terjadi kekurangan dana untuk operasional dan di beberapa daerah dilaporkan adanya kelebihan anggaran untuk fisik. (Kelas III di RSD dapat lebih baik dibanding kelas I)
36 Pelaksanaan Kebijakan (3) Dana Tugas Pembantuan Dana BOK: belum dapat dilihat
37 Aktor Pelaku dalam berbagai dana (1) Dana Dekonsentrasi: Kebijakan penggunaan dana dekonsentrasi terutama dipegang oleh Kementrian Kesehatan. Dana dekonsentrasi terutama digunakan untuk tugas pemerintah pusat yang dilimpahkan ke propinsi. Penggunaannya dibatasi oleh PP 7 tahun 2008 yang tidak boleh melimpahkan ke Kabupaten/Kota.
38 Dana Alokasi Khusus: Terlihat Pemegang kebijakan utama adalah Kementrian Keuangan dan DPR. Kementrian Kesehatan tidak terlalu berperan dalam menentukan aturan pengelolaan DAK Dalam UU seharusnya justru Kementerian Kesehatan yang menentukan aturannya..
39 Aktor Pelaku dalam berbagai dana (2) Dana Tugas Pembantuan: Selama ini dipergunakan untuk RS melalui DitJen Bina Upaya Kesehatan, sebagian besar untuk peralatan kesehatan di Rumah Sakit. Ada beberapa masalah hukum terkait dengan Dana TP Dana Jamkesmas: Kebijakan berada di Pusat Jaminan PembiayaanKesehatan di Kementrian Kesehatan. Alokasi berdasarkan penggunaan fasilitas oleh masyarakat miskin (pelayanan kuratif). Sebagian dipergunakan untuk pelayanan operasional promosi di Puskesmas. Dana Jampersal: Kebijakan dibawah direktorat kesehatan ibu, tetapi belum ada analisis dan evaluasi awal tentang dana jampersal ini, terutama terkait dengan alokasi anggarannya yang mencapai 1,2T Dana APBD: Berada di pemerintah propinsi dan kabupaten/kota
40 Tantangan yang dihadapi di masa mendatang Dana dekonsentrasi: Masih ada kemungkinan terlambat diturunkan, Dana Dekon mungkin sulit dilaksanakan, Akibatnya mempunyai risiko tidak terserap kembali
41 Dana Alokasi Khusus Meningkatkan proyek-proyek fisik dan obat, Tidak dapat dipergunakan untuk meningkatkan kegiatan operasional. Ada kemungkinan masih bertumpu pada fisik sehingga terjadi pembangunan berkelibihan (Kasus di beberapa tempat di Indonesia Timur memperlihatkan bahwa DAK yang pro-poor ini justru menimbulkan masalah (contoh:kelas III lebih bagus di bandingkan Kelas I atau bahkan VIP, pembelian Inkubator tiap tahun, dsb)
42 Tantangan umum yang dihadapi di masa mendatang Timing penyaluran Penyerapan anggaran yang masih terkesan berakselerasi di akhir tahun. DAK yang masih belum bisa operasional TP yang dijadikan tempat BOK
43 Diskusi 3: Apakah ada potensi untuk dinaikkan lagi mengingat amanah UU Kesehatan yang 5% dari APBN
44 Peningkatan anggaran di masa mendatang: Perlu dikaji secara keseluruhan Ada kemungkinan sulit dilakukan peningkatan anggaran apabila situasi tidak berubah
45 Penutup Usulan-usulan untuk Kebijakan Pembiayaan Kesehatan di tahun-tahun mendatang: 1. Terkait dengan aturan penyaluran dana pusat ke daerah berdasarkan kebijakan desentralisasi 2. Terkait dengan anggaran khusus untuk daerah yang sulit. 3. Melibatkan berbagai komponen masyarakat (civil society) untuk membantu mengarahkan pembiayaan kesehatan
46 Usulan 1 Terkait dengan aturan penyaluran dana pusat ke daerah berdasarkan kebijakan desentralisasi
47 Usulan Kebijakan Bagi Pemerintah Pusat (1) Dana Dekonsentrasi: Secara umum diharapkan untuk mengurangi besaran Dana Dekonsentrasi dan mengalihkan ke Dana Alokasi Khusus. Hal ini sesuai dengan UU Keuangan dalam Desentralisasi (UU 33 tahun 2004). Dana Dekonsentrasi ditujukan untuk membiayai kegiatan pusat yang dilimpahkan ke daerah sesuai dengan PP 7 tahun 2008 kepada pemerintah propinsi untuk memenuhi fungsi supervisi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi. Diharapkan ada penurunan sisa anggaran dari dana dekonsentrasi
48 Usulan Kebijakan Bagi Pemerintah Pusat (2) Dalam DAK ada beberapa usulan 1. Alokasi anggaran pusat DAK dapat dipergunakan untuk operasional. Usulan ini dilakukan oleh Kemenkes 2. Dana pendamping dari daerah disesuaikan dengan tingkat kemampuan fiskal daerah. Semakin besar kemampuan fiskal maka prosentasenya diharapkan semakin besar. 3. Mengacu ke SPM Kesehatan 4. Alokasi anggaran diharapkan menggunakan formula yang berbasis pada variabel variabel yang mempengaruhi besarnya biaya operasional, kemampuan fiskal daerah, dan status kesehatan ibu dan anak di daerah. 5. BOK sebaiknya masuk ke DAK bukan TP.
49 Catatan untuk Kemampuan fiskal Di berbagai daerah terdapat bukti adanya kemampuan fiscal tinggi untuk kesehatan Namun kemampuan fiskal ini tidak dipergunakan untuk kesehatan Daerah tetap bertumpu pada pemerintah pusat Perlu terus dipicu dengan berbagai kebijakan
50 Usulan Kebijakan Bagi Pemerintah Pusat (3) Catatan: BOK sebaiknya masuk sebagai DAK untuk menjamin sustainabilitas Perlu evaluasi terhadap Jampersal, khususnya target, benefit dan outcomes yang dituju.
51 Usulan 2 Penganggaran untuk daerah sulit
52 Untuk daerah yang sulit seperti NTT dan Papua Meningkatkan dana investasi untuk sarana kesehatan Menggunakan model model inovasi untuk pengadaan SDM secara jangka pendek, dengan cara kontrak berkelompok Mendidik dan melatih tenaga kesehatan setempat
53 Usulan 3 Untuk Civil Society Lebih aktif membantu Kementerian Kesehatan dalam melakukan hubungan kerja dengan DPR dan Kementerian Keuangan Lebih aktif membantu Dinas Kesehatan dalam melakukan hubungan kerja dengan DPRD dan PemDa
54 Terimakasih
Sumber-Sumber Pendanaan Kesehatan. Department of Health Policy and Management
Sumber-Sumber Pendanaan Kesehatan Department of Health Policy and Management Outline Bagian 1: Dasar hukum Bagian 2: Alur dana APBN Bagian 3: Sumber sumber dana kesehatan a. Sumber dana Internasional b.
Lebih terperinciUniversitas Gadjah Mada. Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Notulensi:
Universitas Gadjah Mada Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Notulensi: Review Anggaran Kesehatan Kementrian Kesehatan RI: Apakah kurang? Tetapi kenapa ada sisa? Course Director: Deni
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,
Lebih terperinciKEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014
KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014 DR. Wirabrata, S.Si, M.Kes, MM, Apt Kepala Bagian Perencanaan Strategis, Kebijakan, dan Program Biro Perencanaan dan Anggaran DISAMPAIKAN PADA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciMonitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono
Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Pengantar Mengapa melakukan Monitoring Kebijakan Proses Kebijakan Penetapan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN ARAH KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN ARAH KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH (SIKD) Dasar Hukum UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon
No.1289, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU dan Tambahan DAK Fisik. APBNP TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 /PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN
Lebih terperinciDESENTRALISASI FISKAL: IMPLIKASI BAGI APBD DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH
DESENTRALISASI FISKAL: IMPLIKASI BAGI APBD DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH Lokakarya Membangun Birokrasi yang Bersih dan Melayani Hotel d Maleo, Mamuju, 28-29 Desember 2011 Dr. Wahyudi Kumorotomo Magister Administrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu komponen penting dari sistem kesehatan, guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Namun demikian, berbagai permasalahan masih
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016 Jakarta, 10 Februari 2016 ARAH KEBIJAKAN DAK TA 2016 1. Mendukung implementasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, sehingga akses dan penyediaan obat adalah tanggung jawab pemerintah baik pusat maupun daerah. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010
KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010 Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bogor, 13 Oktober 2009 Dasar Hukum UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciDESENTRALISASI FISKAL: IMPLIKASI DAN PENERAPAN BAGI PEMDA DI INDONESIA. Wahyudi Kumorotomo Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
DESENTRALISASI FISKAL: IMPLIKASI DAN PENERAPAN BAGI PEMDA DI INDONESIA Wahyudi Kumorotomo Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Desentralisasi Fiskal di Indonesia 1. Apakah devolusi / pelimpahan
Lebih terperinciSemiloka Revisi PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK:
Semiloka Revisi PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan dan NSPK: Implikasinya terhadap kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan serta staf Kementerian Kesehatan Diselenggarakan oleh KEMENTERIAN KESEHATAN RI Bekerjasama
Lebih terperinciKEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015
KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 DIREKTORAT Company JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN LOGO KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2014 POKOK -POKOK KEBIJAKAN DAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH
Lebih terperinciSINERGI PENGELOLAAN APBN YANG LEBIH BERKUALITAS DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017
SINERGI PENGELOLAAN APBN DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017 YANG LEBIH BERKUALITAS 1 OUTLINE 01 PENGANTAR SINERGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PUSAT DAN DAERAH 02 03 DUKUNGAN
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN MINIMAL
MATERI INTI 2 POKOK BAHASAN 5: STANDAR PELAYANAN MINIMAL Prinsip standar pelayanan minimal (SPM) merupakan salah satu hal penting dalam alokasi anggaran. Selama tahun 2000-2007 belum berperan sama sekali
Lebih terperinciDANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH
DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH Oleh: DR. MOCH ARDIAN N. Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH 2018 1 2 KEBIJAKAN
Lebih terperinciLAMPIRAN INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN
LAMPIRAN 1. Capaian Kinerja (Realisasi Anggaran) Kemenkes TA 2009-2015; 2. Trend Blokir Anggaran Kemenkes TA 2010-2015; 3. Alokasi Perjalanan Dinas Kemenkes TA 2013-2015; 4. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan/Dibatasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 Disampaikan Oleh : Sekretaris Direktorat Jenderal
Lebih terperinciEvaluasi dan Agenda Kebijakan DAK
Evaluasi dan Agenda Kebijakan DAK Pengantar Diskusi Dalam Dialog Kebijakan DAK Hotel Parama, Cisarua 22 23 Juni 2011 Dr. Wahyudi Kumorotomo Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada www.kumoro.staff.ugm.ac.id
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI KAB. OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN. Asmaripa Ainy. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI KAB. OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN Asmaripa Ainy Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya HOTEL HORISON
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI
Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Disampaikan dalam Konsultasi Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sleman Jakarta, 29 Januari 2014 2/10/2014 BIRO ANALISA APBN SETJEN DPR RI
Lebih terperinciFORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. M. Faozi Kurniawan Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia M. Faozi Kurniawan Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-29 September 2011 1. Latar Belakang 2. Metode Penelitian
Lebih terperinciComparative Health System and Health Finance Change 6/22/2010 1
Comparative Health System and Health Finance Change 6/22/2010 1 Tujuan: Setelah mengikuti perkuliahan ini para peserta memahami: 1. Berbagai Sistem Kesehatan di Dunia 2. Perkembangan Sistem Kesehatan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peran penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi kesehatan dan gizi yang buruk, khususnya pada ibu dan anak, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitan. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
Lebih terperinciKebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan DJPK Kementerian
Lebih terperinciPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI
TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja
Lebih terperinci2016, No Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah
No.400, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Fiskal Daerah. Peta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 /PMK.07/2016 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) dan Undang-Undang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas pemerintah secara profesional untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,
Lebih terperinciPERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi
Lebih terperinciTEPRA KALIMANTAN TIMUR TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN (TEPRA) SAMARINDA, JULI
TEPRA KALIMANTAN TIMUR TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN (TEPRA) SAMARINDA, JULI 2016 1 PERKEMBANGAN ALOKASI DAN REALISASI APBN DI PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciPEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN
PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN soloraya.net Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa selain dialokasikan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,
- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 8 dan Pasal 19 Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun
Pemekaran Wilayah Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I
1 KATA PENGANTAR Kualitas belanja yang baik merupakan kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam pengelolaan APBD. Untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh penyerapan
Lebih terperinciPUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD. Center for Health Policy and Administration UI
PUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD Center for Health Policy and Administration UI srijadi08@gmail.com Rakerkesnas 1968 : kordinasi layanan tingkat pertama di kecamatan BP, KIA, P4M dll menjadi satu
Lebih terperinciKebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014
Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN 2013 - TRIWULAN III
LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - 1 LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 TRIWULAN III KATA PENGANTAR Kualitas belanja yang baik merupakan kondisi ideal yang ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak, wewenang, dan kewajiban daerah
Lebih terperinciPOTRET PEMBIAYAAN KESEHATAN BERSUMBER PEMERINTAH: CONTOH KASUS KABUPATEN PIDIE JAYA. April 8 th 2015 HANIFAH HASNUR
POTRET PEMBIAYAAN KESEHATAN BERSUMBER PEMERINTAH: CONTOH KASUS KABUPATEN PIDIE JAYA Prepared for: 2 ND Indonesian Health Economics Association (InaHEA) April 8 th 2015 HANIFAH HASNUR CHEPS Centre for Health
Lebih terperinciMONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN
MONITORING PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI DAERAH TERPENCIL, PERBATASAN DAN KEPULAUAN Dominirsep O. Dodo, S.KM., M.PH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang (dominirsepdodo@gmail.com/081339216559)
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 329/MENKES/PER/III/2010 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 329/MENKES/PER/III/2010 TENTANG BANTUAN SOSIAL UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DI DAERAH TERTINGGAL, PERBATASAN, DAN KEPULAUAN (DTPK) TAHUN 2010 MENTERI KESEHATAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciPress Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Press Briefing Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) Jakarta, 13 April 2017 1 MENGAPA PERLU? DITETAPKAN PMK 50/PMK.07/2017 Adanya
Lebih terperinciTantangan produksi NHA: contoh kasus Bantuan Operasional Kesehatan:
Tantangan produksi NHA: contoh kasus Bantuan Operasional Kesehatan: Yunita, Kurnia Sari, Prastuti Soewondo, Mardiati Nadjib, Tire, Lili Nur Indah Sari, Amilia Wulandhani [Tim National Health Accounts (NHA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengan sistem kesehatan. Pada intinya, sistem kesehatan merupakan semua aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era reformasi seperti saat ini sangat penting diberlakukannya otonomi daerah untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah agar dapat lebih meningkatkan
Lebih terperinciOPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*
OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang telah terjadi pada tahun 1998 yang lalu telah berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Krisis
Lebih terperinciKEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di segala bidang, dan juga guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinciAnalisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4.1. Pendapatan Daerah 4.1.1. Pendapatan Asli Daerah Sejak tahun 2011 terdapat beberapa anggaran yang masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu Dana
Lebih terperinciBAB 1 GAMBARAN UMUM. 1.1 Geografis. 1.2 Demografi
H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0⁰ BT - 114,4⁰ BT dan 7,12⁰ LS - 8,48⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah 47.800 km 2. Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciSesi 2: Bagaimana posisi BOK dalam perencanaan dan penganggaran KIA di Kabupaten?
Sesi 2: Bagaimana posisi BOK dalam perencanaan dan penganggaran KIA di Kabupaten? Isi Pengantar Memahami BOK Analisis Risiko kebijakan BOK Saran Pengantar: Makna Investment Case membuat suatu benang merah
Lebih terperincioleh: Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas Workshop Dana Alokasi Khusus SURAKARTA, 3 APRIL 2008
Kriteria Perhitungan Alokasi DAK dalam mendukung Pencapaian Sasaran Prioritas Nasional oleh: Direktur Otonomi Daerah Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas Workshop Dana Alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran
Lebih terperinciLustrum ke-13 FK-UGM Yogyakarta, 4 Maret 2011
REPUBLIK INDONESIA STRATEGI DAN KEBIJAKAN KEAN MENUJU UNIVERSAL COVERAGE DAN PEMENUHAN SERTA PEMERATAAN FASILITAS DAN TENAGA Oleh: Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH Lustrum
Lebih terperinciBAB IV TUGAS PEMBANTUAN
BAB IV TUGAS PEMBANTUAN Tugas pembantuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan merupakan sistem dan prosedur penugasan
Lebih terperinciTahun Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/ km 2 )
H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak pada 114⁰19 13 BT - 116⁰33 28 BT dan - 1⁰21 49 LS - 4⁰10 14 LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara global hingga pada pertengahan tahun 2015 terdapat 15,8 juta orang yang hidup dengan HIV dan 2,0 juta orang baru terinfeksi HIV, serta terdapat 1,2 juta
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN
BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011-2015 3.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah. Implementasi otonomi daerah menuntut terciptanya performa keuangan daerah yang lebih baik. Namun pada
Lebih terperinciSIKD NASIONAL Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri TA 2016
KEMENTERIAN DALAM NEGERI SIKD NASIONAL Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri TA 2016 Dasar Hukum UU No. 32 Tahun 2004 dalam rangka evaluasi pengelolaan keuangan daerah dikembangkan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK
SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 0221-0435-5800-5575 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORITIS 2.1.1 Alokasi Anggaran Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaaat lebih dari satu tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan banyak provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, kecamatan, kelurahan dan dibagi
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
89 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN 5.1.1 Kebijakan pendidikan Sistem pendidikan di Indonesia, secara kebijakan maupun berdasarkan pengukuran desentralisasi dari OECD (1995), sudah dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999 (direvisi Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas antara fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintah daerah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan
Lebih terperinciCatatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011
Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 diarahkan untuk:
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1 Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Rp LATAR BELAKANG PINJAMAN DAERAH Kebutuhan pendanaan infrastruktur sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.02/2006 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73/PMK.02/2006 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DALAM RANGKA PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH DALAM BENTUK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalampelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebutanggaran Pendapatan dan
Lebih terperinciV. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom
Lebih terperinciCATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,
CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).
Lebih terperinciIndonesia National Health Accounts Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015
Indonesia National Health Accounts 2012 Dipaparkan dalam Kongres InaHEA Intercontinental Mid Plaza Hotel Jakarta Rabu, 8 April 2015 Bagaimana Pengeluaran Kesehatan Indonesia? Expenditure 2005 2006 2007
Lebih terperinciKebijakan Desentralisasi untuk pembangunan bangsa di sektor Kesehatan
Kebijakan Desentralisasi untuk pembangunan bangsa di sektor Kesehatan Laksono Trisnantoro FK UGM/Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Law 32/04 Law 22/99 centralization Kongres Nasional IAKMI XII di
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSinergi DPD- RI dan Pemda Dalam Penyusunan APBD Pro- Rakyat
Sinergi DPD- RI dan Pemda Dalam Penyusunan APBD Pro- Rakyat Diskusi Terbatas DPD- RI di Provinsi DI Yogyakarta 30 Juli 2015 Wahyudi Kumorotomo, PhD Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperincifaktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH
ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH DEFINISI Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran negara untuk suatu
Lebih terperinci