Skripsi. Oleh: Yunita Anggaraningtyas (G ) Pembimbing : 1. Dra. Salmah Lilik, M.Si 2. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi. Oleh: Yunita Anggaraningtyas (G ) Pembimbing : 1. Dra. Salmah Lilik, M.Si 2. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA KOPING STRES DAN PERSEPSI POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA YANG DIMODERASI OLEH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 BOYOLALI Skripsi Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: Yunita Anggaraningtyas (G ) Pembimbing : 1. Dra. Salmah Lilik, M.Si 2. Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user

2 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut. Surakarta, Oktober 2012 Yunita Anggaraningtyas ii

3 digilib.uns.ac.id HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul : Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Remaja yang Dimoderasi oleh Konformitas Teman Sebaya pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali Nama Peneliti : Yunita Anggaraningtyas NIM : G Tahun : 2012 Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan pembimbing dan penguji skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pada: Hari :.. Tanggal :.. Pembimbing I Pembimbing II Dra. Salmah Lilik, M.Si NIP Arista Adi Nugroho, S.Psi., M.M. NIP Koordinator Skripsi Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. NIP commit to user iii

4 digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul: Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Remaja yang Dimoderasi oleh Konformitas Teman Sebaya pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali Yunita Anggaraningtyas, G , Tahun 2012 Telah diuji dan disahkan oleh pembimbing dan penguji skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari :. Tanggal :. 1. Ketua Sidang ( ) Dra. Salmah Lilik, M.Si NIP Sekretaris Sidang ( ) Arista Adi Nugroho, S.Psi., M.M. NIP Anggota Sidang I ( ) Dra. Machmuroch, M.S. NIP Anggota Sidang II ( ) Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. NIP Surakarta, Ketua Program Studi Psikologi Koordinator Skripsi Drs. Hardjono, M.Si. Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. NIP NIP iv

5 digilib.uns.ac.id MOTTO Jalan terbaik untuk bebas dari masalah adalah dengan memecahkannya (Alan Saporta) There is no path to peace. Peace is the path (Mahatma Ghandi) v

6 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini kepada: Orangtua dan saudara-saudaraku tercinta atas doa, kasih sayang, motivasi dan pengorbanan yang tak akan pernah terhenti Keluarga, sahabat dan seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ini Guru-guruku terhormat dan almamaterku tercinta vi

7 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala limpahan kasih sayang dan berkat yang telah Tuhan YME berikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak, oleh karenanya dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas fasilitas dan kebijakan beliau. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing akademik atas bimbingan dan ijin yang telah diberikan kepada penulis. Almh Ibu Dra. Emi Dasiemi, M.Si., dan Dra. Salmah Lilik, M.Si selaku pembimbing utama serta bapak Arista Adi Nugroho, S.Psi, MM, selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan saran, bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini. Ibu Dra. Machmuroch, MS, selaku penguji utama serta ibu Rin Widya Agustin, M.Psi., selaku penguji II dan koordinator skripsi yang telah bersedia memberikan kritik, saran, arahan serta masukan yang membangun demi sempurnanya penulisan skripsi ini. vii

8 digilib.uns.ac.id Seluruh staf dan karyawan Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuan, semangat yang diberikan kepada penulis. Bapak H. Sudarno HS., selaku Kepala SMK Muhammadiyah 4 Boyolali dan bapak Alif selaku Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum serta seluruh guru dan karyawan SMK Muhammadiyah 4 Boyolali atas izin, informasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Adik-adik siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali yang telah bersedia menjadi responden penelitian. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Purwati dan Bapak Sajiyanto, atas semua kasih sayang, pengorbanan, dukungan, nasihat, kesabaran, serta doa yang terus dipanjatkan bagi penulis. Saudara-saudaraku (Mbak Santi, Mbak Anggra, Meita) dan teman terkasihku Nanang Kurniawan atas doa, motivasi dan semangat yang telah diberikan. Sahabat-sahabatku, Hertina, Tegar, Icha, Pito, Apip yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan motivasi bagi penulis. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Psikologi FK UNS, khususnya angkatan 2007 untuk semangat dan kebersamaannya selama ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca. Amin. Surakarta, Oktober 2012 Penulis viii

9 digilib.uns.ac.id ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KOPING STRES DAN PERSEPSI POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA YANG DIMODERASI OLEH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 BOYOLALI Yunita Anggaraningtyas G Perubahan pesat yang terjadi dalam perkembangan remaja membuat remaja berada dalam keadaan sulit. Kegagalan remaja dalam menyesuaikan perubahan yang terjadi dalam diri dan lingkungannya dapat mengarahkan remaja untuk berperilaku maladaptif seperti kecenderungan berperilaku agresi. Koping stres dan persepsi pola asuh otoriter merupakan faktor personal yang terkait dengan kecenderungan perilaku agresi, sedangkan konformitas teman sebaya merupakan faktor lain yang turut mempengaruhi remaja untuk cenderung berperilaku agresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi pada remaja yang dimoderasi oleh konformitas teman sebaya pada siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan empat skala, yaitu skala kecenderungan perilaku agresi, skala koping stres, skala persepsi pola asuh otoriter dan skala konformitas teman sebaya. Analisis data menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 9,108, p 0,05, dan nilai R = 0,395. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi pada remaja yang dimoderasi oleh konformitas teman sebaya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai F-test sesudah dimoderasi lebih besar dari nilai F- test sebelum dimoderasi (9,108 > 8,411). Ini berarti bahwa konformitas teman sebaya sebagai variabel moderasi memperkuat hubungan koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi. Nilai R 2 dalam penelitian ini sebesar 0,156 atau 15,6%, terdiri atas sumbangan efektif koping stres terhadap kecenderungan perilaku agresi sebesar 5,6%, sumbangan efektif persepsi pola asuh otoriter terhadap kecenderungan perilaku agresi sebesar 4,0% dan sumbangan efektif konformitas teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku agresi sebesar 6,0%. Ini berarti masih terdapat 84,4% faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan perilaku agresi selain koping stres, persepsi pola asuh otoriter dan konformitas teman sebaya. Kata kunci: kecenderungan perilaku commit agresi, to user koping stres, persepsi pola asuh otoriter, konformitas teman sebaya ix

10 digilib.uns.ac.id ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN STRESS COPING AND PERCEPTION OF AUTHORITARIAN PARENTING SYSTEM TOWARD AGGRESSIVE BEHAVIOR TENDENCY ON THE ADOLESCENTS MODERATED BY PEER CONFORMITY TO STUDENTS OF CLASS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 BOYOLALI Yunita Anggaraningtyas G Changes that occur in the development of adolescent youth are making in difficult circumstances. Failure teen in adjusting the changes in him and their environment can lead teens to behave like a tendency to behave maladaptive aggression. Coping with stress and the perception of an authoritarian parenting personal factors associated with aggressive behavior tendencies, while peer conformity are other factors that influence teenagers to tend to behave aggression. The purpose of this research is to find out the correlation between stress coping and perception of authoritarian parenting system toward aggressive behavior tendency on the adolescents moderated by peer conformity at SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. The sample in this research is students class XI SMK Muhammadiyah Boyolali. This research uses cluster random sampling. Instruments in this research are the scale of aggressive behavior tendency, the scale of stress coping, the scale of authoritarian parenting system perception, and the scae of peer conformity. Multiple regressive analysis is used in this research as data analysis. The result shows the value of F-test = 9.108, p < 0.05, and R = Based on the result, the hypothesis, significant correlation between stress coping and perception of authoritarian parenting system toward aggressive behavior tendency on the adolescents moderated by peer conformity is accepted, is accepted. The result also shows the value of F-test after being moderated is more than it is before being moderated (9.108 > 8.411). It indicates peer conformity as moderated variable endorses the correlation between stress coping and perception of authoritarian parenting system toward aggressive behavior The value of R 2 in this research is or 15.6% consisting of effective contribution of stress coping toward aggressive behavior tendency 5.6%, effective contribution of authoritarian parenting system perception toward aggressive behavior tendency 4.0%, and effective contribution of peer conformity toward aggressive behavior tendency 6.0%. It indicates that there are 84.4% of another factors that influence aggressive behavior tendency out of stress coping, authoritarian parenting system perception and peer conformity. Keywords: aggressive behavior tendency, stress coping, authoritarian parenting system perception, peer conformity x

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.. HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN. MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.. DAFTAR BAGAN.. DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah. C. Tujuan penelitian.. D. Manfaat Penelitian BAB II LANDASAN TEORI A. Kecenderungan Perilaku Agresi Pengertian Kecenderungan Perilaku Agresi. i ii iii iv v vi vii ix x xi xv xvii xviii xi

12 digilib.uns.ac.id 2. Teori-Teori Agresi 3. Aspek-Aspek Kecenderungan Perilaku Agresi. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Agresi.. B. Koping Stres.. 1. Pengertian Koping Stres.. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koping Stres Aspek-Aspek Koping Stres C. Persepsi Pola Asuh Otoriter.. 1. Pengertian Persepsi.. 2. Pengertian Pola Asuh Otoriter Pengertian Persepsi Pola Asuh Otoriter 4. Karakteristik Pola Asuh Otoriter.. 5. Aspek-Aspek Pola Asuh Otoriter. D. Konformitas Teman Sebaya Pengertian Konformitas Teman Sebaya Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya.. 3. Aspek-Aspek Konformitas Teman Sebaya.. E. Hubungan Antar Variabel Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi Pada Remaja Yang Dimoderasi Oleh Konformitas Teman Sebaya 50 xii

13 digilib.uns.ac.id 2. Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi Pada Remaja Hubungan antara Koping Stres dengan Kecenderungan Perilaku Agresi Pada Remaja Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi Pada Remaja F. Kerangka Pemikiran. G. Hipotesis... BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel..... B. Definisi Operasional Variabel.. 1. Kecenderungan Perilaku Agresi.. 2. Koping Stres 3. Persepsi Pola Asuh Otoriter. 4. Konformitas Teman Sebaya. C. Populasi, Sampel dan Sampling D. Metode Pengumpulan Data. 1. Sumber Data. 2. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas dan Reliabilitas F. Teknik Analisis Data xiii

14 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian.. 1. Orientasi Kancah Penelitian. 2. Persiapan Penelitian 3. Pelaksanaan Uji Coba.. 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala. 5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian.. B. Pelaksanaan Penelitian Penentuan Subjek Penelitian 2. Pengumpulan Data 3. Pelaksanaan Skoring C. Analisis Data.. 1. Uji Asumsi Dasar. 2. Uji Asumsi Klasik 3. Uji Hipotesis 4. Analisis Deskriptif Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif D. Pembahasan... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan... B. Saran. DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN xiv

15 digilib.uns.ac.id Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. DAFTAR TABEL Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Agresi... Blue Print Skala Koping Stres.. Blue Print Skala Persepsi Pola Asuh Otoriter. Blue Print Skala Konformitas Teman Sebaya. Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Perilaku Agresi Sebelum Uji Coba. Distribusi Aitem Skala Koping Stres Sebelum Uji Coba. Distribusi Aitem Skala Persepsi Pola Asuh Otoriter Sebelum Uji Coba. Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya Sebelum Uji Coba. Distribusi Aitem Skala Kecenderungan Perilaku Agresi yang Valid dan Gugur... Distribusi Aitem Skala Koping Stres yang Valid dan Gugur Distribusi Aitem Skala Persepsi Pola Asuh Otoriter yang Valid dan Gugur.. Distribusi Aitem Skala Konformitas Teman Sebaya yang Valid dan Gugur... Distribusi Penyusunan Aitem Skala Kecenderungan Perilaku Agresi untuk Penelitian.. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Koping Stres untuk xv

16 digilib.uns.ac.id Penelitian 94 Tabel 15. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Persepsi Pola Asuh Otoriter untuk Penelitian 95 Tabel 16. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Konformitas Teman Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29. Sebaya untuk Penelitian. Hasil Uji Normalitas... Hasil Uji Linearitas antara Kecenderungan Perilaku Agresi dengan Koping Stres... Hasil Uji Linearitas antara Kecenderungan Perilaku Agresi dengan Persepsi Pola Asuh Otoriter... Hasil Uji Linearitas antara Kecenderungan Perilaku Agresi dengan Konformitas Teman Sebaya... Hasil Uji Multikolinearitas. Hasil Uji Autokorelasi Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R). Hasil Uji F Sebelum Dimoderasi... Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Sebelum Dimoderasi. Hasil Uji F Sesudah Dimoderasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Sesudah Dimoderasi. Deskripsi Data Penelitian... Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian xvi

17 digilib.uns.ac.id DAFTAR BAGAN Bagan 1. Kerangka Pemikiran Bagan 2. Distribusi Uji Durbin- Watson xvii

18 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Skala Uji Coba Lampiran B. Distribusi Nilai Uji Coba Skala Lampiran C. Validitas dan Reliabilitas Skala. 168 Lampiran D. Skala Penelitian 181 Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian Lampiran F. Analisis Data. 239 Lampiran G. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif. 244 Lampiran H. Kategorisasi 251 Lampiran I. Surat Ijin dan Surat Tanda Bukti Penelitian 256 Lampiran J. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi..259 Lampiran K. Dokumentasi..261 xviii

19 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu pada hakekatnya mengalami proses perkembangan yang meliputi beberapa tahap atau fase. Salah satu fase perkembangan individu yaitu masa remaja. Di Negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere, yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Menurut Desmita (2007) rentang waktu usia remaja dibedakan menjadi tiga, yaitu masa remaja awal usia tahun, masa remaja pertengahan tahun dan masa remaja akhir tahun. Monks, dkk (2002) membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu masa pra remaja atau pra pubertas (10-12 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja merupakan masa di antara anak dan orang dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja dalam perkembangannya masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya (Monks, dkk, 2002). Remaja (adolesence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Perubahan biologis mencakup perubahan-perubahan dalam hakikat fisik individu, 1

20 digilib.uns.ac.id 2 perubahan kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi dan bahasa individu sedangkan perubahan sosial emosional mencakup perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, dalam emosi, kepribadian dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan (Santrock, 2003). Perubahan-perubahan dalam masa remaja ini membuat remaja berada dalam kondisi yang sulit karena remaja harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialaminya. Tidak hanya itu remaja juga dihadapkan pada tuntutan-tuntutan di lingkungan sekitarnya yang seringkali saling bertentangan satu dengan yang lain. Lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah dan masyarakat seringkali memberikan tuntutan yang berbeda yang dapat membuat remaja tertekan dan mengarahkan dirinya pada perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat seperti penganiayaan, perkelahian bahkan tawuran. Data Komnas Perlindungan Anak merilis jumlah tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Demikian juga dengan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa pengaduan kekerasan kepada anak sebanyak 107 kasus, dengan bentuk kekerasan seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis, pembunuhan, dan penganiayaan (Wedhaswary, Baron (2005) menyebutkan bahwa perilaku agresi merupakan tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin

21 digilib.uns.ac.id 3 menghindari perlakuan semacam itu. Sears, dkk (1999) mendefinisikan agresi sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain. Berbagai fenomena terkait perilaku agresi remaja dapat dilihat dari kasus diantaranya pada tanggal 16 Oktober 2008 terjadi tawuran pelajar di Radio Dalam, Jakarta Selatan yang melibatkan dua sekolah yaitu STM Triguna dan SMU Gitakirti yang mengakibatkan satu orang kritis dan dua orang diamankan oleh polisi (Priliawito, Selain itu terdapat juga kasus penganiayaan seorang remaja yang dilakukan oleh dua orang temannya sesama pelajar pada tanggal 13 Desember Penganiayaan tersebut dilakukan karena merasa tersinggung dengan perlakuan korban yang tidak disengaja (Ikhwan, Berbagai fenomena diatas menunjukkan bahwa remaja cenderung terlibat dalam berbagai perilaku agresi yang terjadi walaupun dalam bentuk yang berbeda. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Baron & Byrne (2005) bahwa dalam hal bentuk perilaku agresi, pria lebih cenderung untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi sedangkan wanita lebih cenderung untuk menggunakan bentuk tidak langsung dari agresi. Bandura (dalam Kauffman, 1985) menjelaskan bahwa : Aggression is defined as behavior that results in personal injury and in destruction of property. The injury may be psychological (in the form of devaluation or degradation) as well as physical. Dari definisi diatas menunjukkan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku menyakiti orang lain dan mengganggu serta merusak fasilitas umum. Seperti halnya tawuran yang terjadi di kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal

22 digilib.uns.ac.id 4 27 Januari 2011 yang melibatkan siswa-siswa dari beberapa sekolah. Tawuran tersebut menyebabkan empat orang siswa terkena luka tusuk ( Hal yang sama terjadi pula di kota Padang pada tanggal 31 Januari 2011, terjadi perkelahian antar pelajar yang mengakibatkan seorang pelajar tewas dengan sebuah luka tusukan dari sebilah samurai yang bersarang di punggung kiri belakang hingga mengenai jantungnya ( Tidak hanya melukai secara fisik namun juga dapat melukai secara psikologis. Remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai namun karena adanya suatu hambatan menyebabkan remaja tersebut dapat mengalami frustrasi. Keadaan frustrasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan oleh seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu. Stres dapat terjadi karena adanya tekanan hidup dan konflik kebutuhan atau konflik tujuan. Keadaan remaja yang demikian dapat mengarahkan remaja untuk berperilaku agresi (Slamet & Markam, 2006). Adanya tuntutan untuk memecahkan masalah dan situasi yang menekan (stressor) merupakan pemicu munculnya sekumpulan cara dari individu untuk menghadapinya. Menurut Lazarus (dalam Niam, 2009) cara-cara individu menghadapi situasi yang menekan disebut koping stres. Lazarus dan Folkman (dalam Niam, 2009) menggambarkan koping sebagai suatu proses dimana individu mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari

23 digilib.uns.ac.id 5 lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang stressfull. Lazarus dan Folkman (1984) membagi koping menjadi dua macam fungsi yaitu emotion focused coping dan problem focused coping. Menurut Jex dkk (dalam Nuzulia, 2005) emotion focused coping yaitu coping yang berfokus pada emosi, sehingga akan menunjukkan perilaku yang menolak, memperlihatkan perilaku merasa tidak nyaman dengan situasi lingkungan yang penuh dengan stressor atau bahkan individu tersebut menggunakan obat-obatan atau mengalihkan permasalahan dengan minum-minuman keras. Problem focused coping yaitu koping yang berfokus pada permasalahan yang dihadapi sehingga individu tersebut akan lebih efektif dalam menghadapi stressor. Problem focused coping berusaha memindahkan stressor atau mengurangi efek stressor yang mengenai individu. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber seperti misalnya keluarga. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang tidak harmonis dan penuh dengan konflik dapat membuat remaja merasa stres dan mengarahkan remaja berperilaku agresi. Salah satu faktor yang mempengaruhi agresi menurut Dayakisni dan Hudaniah (2003) adalah kekuasaan dan kepatuhan. Kekuasaan dan kepatuhan merupakan salah satu karakteristik dari pola asuh orang tua, khususnya pola asuh otoriter. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1993) bahwa dalam pola asuh otoriter anak harus tunduk dan patuh pada orang tua. Syamsu (2004) juga menjelaskan bahwa dalam pola asuh otoriter orang tua bersikap mengomando (mengharuskan/ memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi).

24 digilib.uns.ac.id 6 Santrock (2003) menyatakan bahwa pola asuh otoriter (authoritarian parenting) adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat otoriter membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Pola asuh otoriter berkaitan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap. Menurut Baumrind (dalam Papalia dkk,2009), orang tua yang otoritarian (authoritarian) adalah orang tua yang menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa banyak tanya. Mereka berusaha membuat anak mematuhi set standar perilaku dan menghukum mereka secara tegas jika melanggarnya. Mereka lebih mengambil jarak dan kurang hangat dibanding orang tua yang lain. Anak yang mempersepsikan pola asuh orang tuanya dengan tingkat otoriter yang tinggi cenderung menjadi lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya terhadap orang lain. Hurlock (1993) menyatakan bahwa setiap orang tua berbeda di dalam menerapkan pola sikap dan perilaku mereka terhadap anak. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bila anak juga mempersepsikan pola asuh orang tua mereka berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu perilaku agresi yang dilakukan oleh remaja sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya dan persepsi mereka tentang pola asuh yang diterapkan dalam keluarganya. Orang tua adalah tubuh yang penting dalam perkembangan identitas remaja. Orang tua dengan gaya pengasuhan otokratis, yang mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi remaja suatu peluang untuk mengemukakan pendapat, akan menghambat pencapaian identitas. Orang tua yang

25 digilib.uns.ac.id 7 terlalu menuntut anaknya untuk selalu mengikuti segala kemauannya akan membuat anak frustrasi sehingga anak bila berada di luar rumah akan bertindak seenaknya dan berperilaku agresif. Seperti yang diungkapkan oleh Syamsu (2004) bahwa remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya (iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orangtuanya kurang baik. Hal ini membuktikan bahwa remaja yang cenderung melakukan perilaku agresi tidak terlepas kaitannya dengan pengaruh orang tua. Remaja juga tidak dapat dilepaskan dari hubungannya dengan teman sebaya sebagai salah satu bentuk kehidupan sosialnya. Remaja berusaha untuk dapat diterima dalam lingkungannya sehingga remaja mau melakukan sesuatu yang juga dilakukan oleh kelompoknya. Hal inilah yang disebut dengan konformitas. Konformitas menurut Sears, dkk (1999) merupakan menampilkan suatu tindakan karena orang lain juga melakukannya. Konformitas dengan teman sebaya sangat berarti bagi remaja dengan tujuan untuk memperoleh dan memiliki teman. Konformitas teman sebaya yang dilakukan ketika melibatkan aktivitas sosial yang baik, misalnya mengumpulkan uang untuk kegiatan sosial, acara karang taruna, acara keagamaan, kerja bakti di lingkungan tempat tinggal (Santrock, 2003). Konformitas teman sebaya dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas terjadi apabila individu mengikuti sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang lain. Desakan untuk konform pada teman sebaya cenderung sangat kuat

26 digilib.uns.ac.id 8 selama masa remaja. Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, seperti menggunakan bahasa yang jorok, mencuri, merusak dan mengolok-olok orang tua dan guru (Santrock, 2007). Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2009) terhadap 30 remaja anggota kelompok balap motor liar menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas kelompok dengan kecenderungan perilaku agresi. Akan tetapi banyak sekali konformitas teman sebaya yang tidak negatif dan terdiri atas keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota-anggota suatu klub. Keadaan-keadaan semacam ini dapat juga melibatkan kegiatan-kegiatan prososial seperti ketika klub mengumpulkan uang untuk tujuan yang bermakna. Kegiatan lain misalnya dengan adanya karang taruna, kelompok belajar ataupun komunitas-komunitas positif yang lain. Selama masa remaja, khususnya awal masa remaja, kita lebih mengikuti standar-standar teman sebaya daripada yang kita lakukan pada masa anak-anak. Para peneliti telah menemukan bahwa pada kelas 8 dan 9, konformitas dengan teman-teman sebaya (khususnya dengan standar-standar antisosial mereka) memuncak (Santrock, 2003). Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama. Pada usia ini mereka bisa juga mendengar pendapat pihak ketiga. Pada usia yang agak lebih tinggi 12 tahun ke atas, ikatan

27 digilib.uns.ac.id 9 emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan akan tetapi mereka juga saling memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya masingmasing (Selman & Selman, dalam Sarwono, 2004). Dalam penelitian Arswendo dkk (1985) terhadap 210 pelajar dari SLTA di Jakarta dan 3 SLTA di Bogor, menunjukkan adanya ikatan emosi yang sangat kuat antar pelajar dengan 81,4% dari responden itu menyatakan pernah berkelahi dalam 1 tahun yang terakhir. Dalam penelitian yang mencoba menggali faktorfaktor yang berkaitan dengan perkelahian remaja di sekolah ini, terungkap bahwa alasan mereka berkelahi adalah karena lawan yang mulai (31,18%) dan solider (setia) pada kawan (24,75%) (dalam Sarwono, 2004). SMK Muhammadiyah 4 Boyolali merupakan sekolah menengah kejuruan di bidang teknik yang mempunyai program keahlian yaitu pemeliharaan mekanik industri, teknik sepeda motor, teknik kendaraan ringan dan rekayasa perangkat lunak. Siswa SMK Muhammadiyah 4 Boyolali rata-rata berada dalam usia remaja yaitu berumur antara tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari harian Joglo Semar dan diperkuat oleh keterangan Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 4 Boyolali masalah yang dimiliki oleh siswa SMK Muhammadiyah 4 Boyolali terutama adalah siswa yang sering terlibat perkelahian antar pelajar. Dari pemberitaan Ono di harian Joglo Semar.com tanggal 19 Maret 2010 diberitakan bahwa siswa SMK Muhammadiyah 4 Boyolali terlibat tawuran dengan siswa dari sekolah lain. Hal ini terjadi karena dipicu oleh aksi mengendarai motor sambil melempari batu oleh siswa dari sekolah lain yang membuat siswa SMK Muhammadiyah 4 Boyolali terpancing dan akhirnya terjadi

28 digilib.uns.ac.id 10 perkelahian antar pelajar. Perkelahian antar pelajar merupakan salah satu perilaku agresi yang menjadi masalah yang cukup memprihatinkan bagi pihak SMK Muhammadiyah 4 Boyolali, karena terjadi secara turun temurun. Permasalahan ini biasanya terjadi hanya karena masalah sepele, seperti misalnya tidak sengaja melempar botol dan mengenai pelajar dari sekolah lain. Hal-hal kecil seperti itu dapat menyulut emosi siswa sehingga terjadi perkelahian antar pelajar. Berbagai faktor penyebab perkelahian antar pelajar tidak terlepas dari faktor individu dan faktor lingkungan. Lingkungan pertama bagi siswa adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga para siswa SMK Muhammadiyah 4 Boyolali tentu saja memiliki pola asuh yang berbeda-beda dalam mendidik anak. Namun pola asuh otoriter memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan terjadinya perilaku agresi sehingga bagaimana siswa mempersepsikan pola asuh ini menjadi cukup penting. Lingkungan yang kedua adalah teman-teman sebaya. Perkelahian yang terjadi di SMK Muhammadiyah 4 Boyolali tidak hanya dilakukan oleh dua orang melainkan lebih dari dua orang sehingga tidak menutup kemungkinan munculnya perkelahian antar pelajar disebabkan oleh konformitas mereka terhadap teman-teman sebayanya. Sedangkan faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku agresi yaitu stres. Seseorang yang memiliki tingkat stres yang tinggi tanpa adanya kemampuan koping stres yang baik dapat memicu munculnya perilaku agresi. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa perilaku agresi yang muncul pada siswa SMK Muhammadiyah 4 Boyolali dapat diteliti melalui koping

29 digilib.uns.ac.id 11 stres dan persepsi pola asuh otoriternya sekaligus konformitas mereka dengan teman-teman sebayanya. Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Remaja yang dimoderasi Oleh Konformitas Teman Sebaya pada Siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi pada remaja? 2. Apakah terdapat hubungan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi pada remaja yang dimoderasi oleh konformitas teman sebaya? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi pada remaja.

30 digilib.uns.ac.id Mengetahui hubungan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi pada remaja yang dimoderasi oleh konformitas teman sebaya. D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoretis a. Mengetahui hubungan antara koping stres dan persepsi pola asuh otoriter dengan kecenderungan perilaku agresi yang dimoderasi oleh konformitas teman sebaya b. Memberikan masukan, informasi dan gambaran mengenai koping stres, persepsi pola asuh otoriter, kecenderungan perilaku agresi dan konformitas teman sebaya dalam pengembangan ilmu psikologi. 2. Manfaat praktis a. Bagi anak dan sekolah, penelitian diharapkan dapat membantu memahami pentingnya koping stres dan konformitas teman sebaya sehingga dapat menghindari terjadinya perilaku agresi. Bagi orang tua dapat lebih mengerti mengenai berbagai pola asuh sehingga dapat menciptakan iklim keluarga yang sehat yang dapat menghindarkan anak dari perilaku agresi b. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga remaja dapat menghindari

31 digilib.uns.ac.id 13 perilaku agresi. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian atau referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis untuk lebih lanjut.

32 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Kecenderungan Perilaku Agresi 1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Agresi Kecenderungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mengandung arti kecondongan (hati); kesudian; keinginan (kesukaan) akan. Menurut Drever (1986), kecenderungan adalah arah tetap dari kemajuan gerakan, atau kemajuan pikiran, terhadap sebuah tujuan atau akhir; kecenderungan baik asli (instingtif) maupun didapat. Baron (2005) menyebutkan bahwa perilaku agresi merupakan tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Definisi agresi dari Baron tersebut mencakup empat faktor yaitu: tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban, serta ketidakinginan korban menerima tingkah laku si pelaku. Sears, dkk (1999) mendefinisikan agresi sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain. Agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja (Sarwono, 2009). Bandura (dalam Kauffman, 1985) menjelaskan bahwa : Aggression is defined as behavior that results in personal injury and in destruction of property. The injury may be psychological (in the form of devaluation or degradation) as well as physical. 14

33 digilib.uns.ac.id 15 Dari definisi diatas menunjukkan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku menyakiti orang lain dan mengganggu serta merusak fasilitas umum. Tidak hanya melukai secara fisik namun juga dapat melukai secara psikologis. Sedangkan menurut Dafidoff (2007) agresi adalah setiap tindakan makhluk yang ditujukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya. Istilah agresi seringkali di sama artikan dengan agresif. Agresif merupakan kata sifat dari agresi. Istilah agresif seringkali digunakan secara luas untuk menerangkan sejumlah besar tingkahlaku yang memiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat disebut agresif dalam pengertian yang sesungguhnya. Dengan penggunaan istilah agresif yang simpang siur atau tidak konsisten, penguraian tingkah laku khususnya tingkah laku yang termasuk ke dalam kategori agresif menjadi kabur, dan karenanya menjadi sulit untuk memahami apa dan bagaimana sesungguhnya yang disebut tingkah laku agresif atau agresi itu (Koeswara,1988). Berdasarkan uraian diatas, kecenderungan perilaku agresi dimaknai sebagai keinginan atau kecenderungan seseorang untuk menyakiti, melukai individu atau objek lain. Kecenderungan perilaku yang dilakukan dapat secara fisik langsung maupun tidak langsung dan secara verbal langsung maupun tidak langsung. 2. Teori Teori Agresi Terdapat banyak sekali teori-teori yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi tentang agresi, diantaranya (Dayakisni dan Hudaniah, 2003): 1. Teori Instink

34 digilib.uns.ac.id 16 Tokoh utama dari teori ini adalah Sigmund Freud, Konrad Lorenz dan Robert Ardrey. Pandangan masing-masing tokoh tersebut sebagai berikut : a. Teori Psikoanalisa Freud dengan teorinya Psikoanalisa berpandangan bahwa pada dasarnya pada diri manusia terdapat dua macam instink, yaitu instink untuk hidup dan instink untuk mati. Menurut Freud, agresi dapat dimasukkan dalam instink mati yang merupakan ekspresi dari hasrat kepada kematian (death wish) yang berada pada taraf tak sadar. Dalam pengungkapan death wish ini dapat berbentuk agresi yang ditujukan kepada diri sendiri (misalnya; bunuh diri) atau ditujukan kepada orang lain. Ekspresi agresi kepada diri sendiri akan dihalangi oleh ego yang selalu berusaha merepresi hasrat kepada kematian agar tetap berada pada taraf tak sadar. Sedangkan ekspresi agresi kepada orang lain tidak bisa diterima dan selalu berhadapan dengan kendali masyarakat (dengan perangkat nilai dan sanksinya). b. Teori Etologi : Konrad Lorenz & Robert Ardrey Menurut Lorenz, dorongan agresi ada di dalam diri setiap makhluk hidup yang memiliki fungsi dan peranan penting bagi pemeliharaan hidup atau dengan kata lain memiliki nilai survival. Lorenz berasumsi bahwa setiap tingkah laku naluriah memiliki sumber energy yang disebut energy tindakan spesifik (action specific energy) dan kemunculannya dikunci oleh mekanisme

35 digilib.uns.ac.id 17 pelepasan bawaan (innate releasing mechanism). Lorenz juga berpendapat bahwa manusia juga tidak memiliki mekanisme penghambat agresi intra spesies sehingga bisa terlibat dalam perkelahian dengan sesamanya yang tidak mungkin dihindari. Menurut Robert Ardrey, manusia sejak kelahirannya telah membawa killing imperative dan dengan killing imperative ini manusia dihinggapi obsesi untuk menciptakan senjata dan menggunakan senjatanya itu untuk membunuh apabila perlu. 2. Teori Frustrasi-Agresi Frustrasi (keadaan tidak tercapainya tujuan perilaku) menciptakan suatu motif untuk agresi. Ketakutan akan hukuman atau tidak disetujui untuk agresi melawan sumber penyebab frustrasi mengakibatkan dorongan agresi diarahkan melawan sasaran lain. Berkowitz menambahkan adanya faktor internal dan pernyataan emosi internal. Dengan ini Berkowitz mengajukan suatu formulasi bahwa untuk terjadinya agresi diperlukan dua syarat, yaitu kesiapan untuk bertindak agresif yang biasanya terbentuk oleh pengalaman frustrasi (arousal), dan isyarat-isyarat atau stimulusstimulus eksternal yang memicu pengungkapan agresi (releaser), misalnya senjata. 3. Teori Belajar Sosial (Social learning) Teori belajar social menekankan kondisi lingkungan yang membuat seseorang memperoleh dan memelihara respon-respon agresif. Asumsi dasar dari teori ini adalah sebagian besar tingkah laku individu diperoleh

36 digilib.uns.ac.id 18 sebagai hasil belajar melalui pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model. Dengan demikian, para ahli teori ini percaya bahwa observational atau social modeling adalah metode yang lebih sering menyebabkan agresi. Anakanak yang melihat model orang dewasa agresif secara konsisten akan lebih agresif bila dibandingkan dengan anak-anak yang melihat model orang dewasa non-agresif. 4. Perluasan Teori Frustrasi-Agresi Perilaku agresi yang terjadi tidak hanya berada pada tataran individual, namun terdapat juga pada tataran yang skalanya lebih besar seperti kekerasan massa, demonstrasi massa atau terjadinya revolusi, yang juga dikaitkan dengan frustrasi. Bahkan psikologi, ilmu politik dan sosiologi juga telah menyimpulkan adanya hubungan antara frustrasi dan agresi massa. Menurut Tedd Gurr, faktor penyebab yang paling dasar terjadinya tindak kekerasan massa, politik, revolusi adalah timbulnya ketidakpuasan sebagai akibat adanya penghayatan atau persepsi mengenai sesuatu yang hilang yang disebut deprivasi relatif (relative deprivation). Gurr mendefinisikan deprivasi relatif adalah suatu kesenjangan yang dipersepsikan antara nilai harapan (value expectation) dan nilai kemampuan (value capabilities). Nilai (value) adalah peristiwa/kejadian, objek dan kondisi yang diperjuangkan orang. Gurr membedakan tiga macam nilai, yaitu kesejahteraan, kekuasaan dan nilai-nilai interpersonal. Gurr menyatakan bahwa deprivasi relatif adalah sinonim dengan frustrasi.

37 digilib.uns.ac.id Excitation Transfer Model Riset pada afek (emosi) negatif dan positif telah memfokuskan pada tipe emosi yang dihasilkan oleh stimulus. Intensitas dari arousal (keterbangkitan) adalah juga penting. Arousal diciptakan oleh suatu stimulus yang dapat meningkatkan respon emosi individu terhadap stimulus lain melalui pemindahan kebangkitan/kegairahan (excitation transfer). Zillman dan koleganya serta Sapolsky menggabungkan tipe emosi dan intensitas dari keterbangkitan fisiologis yang desebut dengan arousal-affect model. Model ini mengarahkan pada pengaruh dari berbagai pengalaman emosi pada seseorang yang telah marah dan kemudian memiliki suatu kesempatan untuk membalas. Menurut Zillman stimuli yang menghasilkan emosi negatif dan arousal yang sangat tinggi meningkatkan agresi. Bahkan meski stimulinya netral, jika arousal tinggi, dapat meningkatkan perilaku agresi diantara individu-individu yang terprovokasi. 3. Aspek-aspek Kecenderungan Perilaku Agresi Aspek-aspek perilaku agresi terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya yang diungkapkan oleh Delut (1985, dalam Dayakisni, 2003), yang digambarkan dalam bentuk item-item dari faktor analysis of behavioral checklist, yang terdiri dari : a. Menyerang secara fisik (memukul, merusak, mendorong) b. Menyerang dengan kata-kata c. Mencela orang lain

38 digilib.uns.ac.id 20 d. Menyerbu daerah orang lain e. Mengancam melukai orang lain f. Main perintah g. Melanggar milik orang lain h. Tidak mentaati perintah i. Membuat permintaan yang tidak pantas dan tidak perlu j. Bersorak-sorak, berteriak, atau berbicara keras pada saat yang tidak pantas k. Menyerang tingkah laku yang dibenci Medinus dan Johnson (1976, dalam Dayakisni, 2003) mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu : a. Menyerang fisik, yang termasuk di dalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. b. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang. c. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut. d. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain. Sementara Buss (1987, dalam Dayakisni, 2003) mengelompokkan agresi manusia dalam delapan aspek, yaitu :

39 digilib.uns.ac.id 21 a. Agresi fisik aktif langsung : tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/ kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti memukul, mendorong, menembak, dan lain-lain. b. Agresi fisik pasif langsung : tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/ kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/ kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam. c. Agresi fisik aktif tidak langsung : tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/ kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/ kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul, dan lain-lain. d. Agresi fisik pasif tidak langsung : tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/ kelompok lain dengan cara tidak berhadapan dengan individu/ kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh. e. Agresi verbal aktif langsung : yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/ kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain, seperti menghina, memaki, marah, mengumpat. f. Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak bicara, bungkam.

40 digilib.uns.ac.id 22 g. Agresi verbal aktif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba. h. Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara. Sedangkan Sarwono (2009) menambahkan bahwa agresi terbagi menjadi dua yaitu hostile aggression dan instrumental aggression. a. Hostile aggression adalah tindakan agresi yang bertujuan untuk melukai atau menyakiti korban. Tindakan ini dilakukan berdasarkan perasaan permusuhan. b. Instrumental aggression adalah tindakan agresi yang dilakukan karena ada tujuan yang utama dan tidak ditujukan untuk melukai atau menyakiti korban. Tindakan ini semata-mata untuk mencapai tujuan tertentu, bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Baron (2005) menambahkan bahwa tujuan dalam tindakan agresi ini seperti misalnya mengontrol sumber-sumber daya yang berharga atau pujian dari orang lain karena telah bersikap tegas. Berdasarkan uraian di atas, maka aspek-aspek kecenderungan perilaku agresi yang digunakan dalam commit penelitian to user ini mengacu pada teori yang

41 digilib.uns.ac.id 23 dikemukakan oleh Medinus dan Johnson (1976, dalam Dayakisni, 2003) serta Sarwono (2009) meliputi kecenderungan menyerang fisik, kecenderungan menyerang objek, kecenderungan pelanggaran hak milik atau menyerang daerah lain dan kecenderungan instrumental aggression. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresi Perilaku agresi menurut Gunarsa (1985) dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : a. Faktor personal Setiap anak memiliki kepribadiannya masing-masing. Dalam kehidupan anak akan mengalami perkembangan, demikian juga kepribadian anak akan mengalami proses pembentukan. Kehidupan emosi anak juga berbeda-beda. Ada anak yang emosinya labil namun ada pula yang tidak. Pemikiran anak juga akan semakin berkembang. b. Faktor keluarga Setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam mendidik anak. Ada yang bersifat demokratis, ada yang membebaskan anak, ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang mendidik anak dengan cara otoriter. Dengan cara mendidik anak yang berbeda di masing-masing keluarga dapat membentuk kepribadian anak yang berbeda pula. Hubungan orang tua dan anak juga turut berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Dari kualitas hubungan orang tua dan anak dapat menimbulkan cara pengontrolan orang tua terhadap anak yang bermacam-macam. Hal lain yang turut berpengaruh adalah sikap orang tua, suasana dalam keluarga

42 digilib.uns.ac.id 24 dan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu kehidupan dalam keluarga dapat juga mengarahkan anak untuk berperilaku agresi. c. Faktor lingkungan Setiap individu hidup dalam berbagai lingkungan yang berbeda, baik lingkungan masyarakat, sekolah, teman sebaya dan berbagai lingkungan yang lainnya. Lingkungan di sekitar anak dapat mempengaruhi munculnya perilaku agresi karena anak hidup bersosialisasi dan bergaul dalam lingkungannya. Jika anak berkembang dalam lingkungan yang positif maka dapat mengarahkan anak menjadi pribadi yang positif pula. Namun jika anak berkembang dan terpengaruh dengan lingkungan yang buruk dan tidak kondusif maka dapat mengarahkan anak untuk berperilaku maladaptive seperti perilaku agresi. Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2003), agresi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Deindividuasi Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi lebih intens. Fenomena psikologis yang timbul sehingga deindividuasi memperbesar kemungkinan terjadinya agresi karena deindividuasi menyingkirkan atau mengurangi peranan beberapa aspek yang terdapat pada individu yakni identitas diri atau personalitas

Anggaraningtyas et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOPING STRES

Anggaraningtyas et,al/ HUBUNGAN ANTARA KOPING STRES Hubungan antara Koping Stres dan Persepsi Pola Asuh Otoriter dengan Kecenderungan Perilaku Agresi pada Remaja yang dimoderasi oleh Konformitas Teman Sebaya pada Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Boyolali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN SELF-ENHANCEMENT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA ANGGOTA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA PEGAWAI PT ANDALAN MULTI KENCANA JAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA PEGAWAI PT ANDALAN MULTI KENCANA JAKARTA. HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA PEGAWAI PT ANDALAN MULTI KENCANA JAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh: Kariza Dyah Yasmin G

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh: Kariza Dyah Yasmin G HUBUNGAN ANTARA KUALITAS INTERAKSI ATASAN-BAWAHAN DAN DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SELOGIRI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT- EKSTROVERT DAN JENIS KELAMIN

PERBEDAAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT- EKSTROVERT DAN JENIS KELAMIN PERBEDAAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT- EKSTROVERT DAN JENIS KELAMIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR.

HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR. HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh : Titik Rahmawati G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh : Titik Rahmawati G HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN TOLERANSI STRES DENGAN PROKRASTINASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL BIRO ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN DI KANTOR PUSAT UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati

Lebih terperinci

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN BERBASIS INTERNASIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA DEVI DHAMAR

Lebih terperinci

ADOLESCENT MISBEHAVIOUR DITINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA PADA SISWA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DI SMKN 1 BUKATEJA SKRIPSI

ADOLESCENT MISBEHAVIOUR DITINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA PADA SISWA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DI SMKN 1 BUKATEJA SKRIPSI ADOLESCENT MISBEHAVIOUR DITINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA PADA SISWA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DI SMKN 1 BUKATEJA SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMBURUAN PADA PASANGAN MUDA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN ROMANTIS DAN KEMATANGAN EMOSI DI DUSUN GETAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

TINGKAT KECEMBURUAN PADA PASANGAN MUDA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN ROMANTIS DAN KEMATANGAN EMOSI DI DUSUN GETAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR TINGKAT KECEMBURUAN PADA PASANGAN MUDA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN ROMANTIS DAN KEMATANGAN EMOSI DI DUSUN GETAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMK X SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMK X SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMK X SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI Diajukan Oleh : AFIFAH NUR AINI F 100 070 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR

PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR SKRIPSI Diajukan Kepada program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERILAKU KECANDUAN GAME-ONLINE DITINJAU DARI KESEPIAN DAN PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

PERILAKU KECANDUAN GAME-ONLINE DITINJAU DARI KESEPIAN DAN PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA PERILAKU KECANDUAN GAME-ONLINE DITINJAU DARI KESEPIAN DAN PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET PANAHAN TINGKAT NASIONAL.

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET PANAHAN TINGKAT NASIONAL. HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET PANAHAN TINGKAT NASIONAL Skripsi Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN CITRA TUBUH PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN CITRA TUBUH PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN CITRA TUBUH PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Retno Suryaningsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI, OPTIMISME, DAN HARAPAN DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR DI YAYASAN SEKOLAH X SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI, OPTIMISME, DAN HARAPAN DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR DI YAYASAN SEKOLAH X SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI, OPTIMISME, DAN HARAPAN DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR DI YAYASAN SEKOLAH X SURAKARTA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran paling besar terhadap tumbuh kembang anak, terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak memulai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN BULLYING PADA SISWA SMP NEGERI 11 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN BULLYING PADA SISWA SMP NEGERI 11 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DAN IKLIM SEKOLAH DENGAN BULLYING PADA SISWA SMP NEGERI 11 SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN CUSTOMER SERVICE (CS) DENGAN KEPUASAN PADA KONSUMEN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN CUSTOMER SERVICE (CS) DENGAN KEPUASAN PADA KONSUMEN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN CUSTOMER SERVICE (CS) DENGAN KEPUASAN PADA KONSUMEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA KARYAWAN-MANAJER DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA KARYAWAN-MANAJER DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA KARYAWAN-MANAJER DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : Agung Nugroho

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : INTAN YUNIARTHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : CYNTHIA DEWI SUDARNO

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII MTsN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2016/2017 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Novi Indriastuti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS Oleh : PUPUT MULYONO 11.92.0003 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN2014/2015 SKRIPSI Oleh : RENNISA ANGGRAENI K8411061

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA SAMA KELOMPOK DALAM SMALL GROUP DISCUSSION

HUBUNGAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA SAMA KELOMPOK DALAM SMALL GROUP DISCUSSION HUBUNGAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA SAMA KELOMPOK DALAM SMALL GROUP DISCUSSION PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH : AMY TRISNA RAHMAWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA MADRASAH MUALIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA MADRASAH MUALIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA MADRASAH MUALIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TESIS ADIN SURYADIN S 300 110 022 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Yuni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

M U S L I K H NIM: S

M U S L I K H NIM: S HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN VOKASIONAL SISWA SMP TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPUASAN PERNIKAHAN DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA PERAWAT WANITAYANG BERPERAN GANDA TERHADAP PASIEN RUMAH SAKIT UMUM X DI SURAKARTA SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERORIENTASI PADA PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERORIENTASI PADA PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERORIENTASI PADA PEKERJAAN DENGAN MOTIVASI KERJA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS XII DI SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS XII DI SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS XII DI SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S Diajukan oleh Dhanty Susanti S 300 090 020 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DAN KONFLIK PEKERJAAN- KELUARGA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI BEKERJA SEBAGAI PERAWAT DI RSUD DR.

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DAN KONFLIK PEKERJAAN- KELUARGA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI BEKERJA SEBAGAI PERAWAT DI RSUD DR. HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI DAN KONFLIK PEKERJAAN- KELUARGA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI BEKERJA SEBAGAI PERAWAT DI RSUD DR. MOEWARDI Skripsi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS UNGGULAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Rino

Lebih terperinci

PENGARUH PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI UNIT USAHA BUSANA TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA

PENGARUH PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI UNIT USAHA BUSANA TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA PENGARUH PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DI UNIT USAHA BUSANA TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Program Keahlian Tata Busana SMK Negeri 2 Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA UD UL TESIS KURNIA FITROTIN S300110008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun

Lebih terperinci

PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Hana Binti Muyasaroh K7409067 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SKRIPSI Diajukan Oleh : EMIRA SALIM F 100 070 149 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN MOTIVASI

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: UMMI MAFTUKAH RAHMAWATI NIM. K 3109078 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DAN KELEKATAN REMAJA AWAL TERHADAP IBU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 6 DENPASAR SKRIPSI Diajukan Kepada program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SKRIPSI Diajukan Oleh : Benazir Hardiyanti F 100 070 118 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN WANITA DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KANTOR UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENDIDIKAN KECAMATAN LEMBEYAN Skripsi Diajukan Oleh : Inez Puspa

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: TIA AVIANI TIRTANA A

Diajukan Oleh: TIA AVIANI TIRTANA A KONTRIBUSI KEMANDIRIAN BELAJAR, DISIPLIN SEKOLAH, DAN IKLIM KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X DI SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh HANY SEPTIANA. W NIM K7408218 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENCARI SENSASI DAN EMPATI DENGAN SCHOOL BULLYING PADA REMAJA PUTRA KELAS X DAN XI DI MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MENCARI SENSASI DAN EMPATI DENGAN SCHOOL BULLYING PADA REMAJA PUTRA KELAS X DAN XI DI MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA MENCARI SENSASI DAN EMPATI DENGAN SCHOOL BULLYING PADA REMAJA PUTRA KELAS X DAN XI DI MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DYAH ISWARI PROBORINI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PROFESIONALISME GURU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI KELUARGA, PEER GROUP, DENGAN TINGKAT KENAKALAN PELAJAR PADA KELAS XI DI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Oleh: DIDIK PRASETIYO D 0309020 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A PENGARUH KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA DAN PERAN ORANG TUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA SEMESTER GASAL PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI 1 JAGOAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI DisusunOleh: WAHYU AGUS SAPUTRO 2012 60 050 UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X ASRAMA SMA MTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X ASRAMA SMA MTA SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X ASRAMA SMA MTA SURAKARTA SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING

PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA SISWA PELAKU BULLYING SKRIPSI Diajukan Oleh : Indrastiti RatnaWardhani F 100 070 105 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 PROFIL KEPRIBADIAN 16 PF PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP ARTI CINTA DAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP ARTI CINTA DAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP ARTI CINTA DAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN AKUNTANSI DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI ORANGTUA ANAK, KECERDASAN EMOSI, KECERDASAN SPIRITUAL, TERHADAP PERILAKU BULLYING. Tesis

PERAN KOMUNIKASI ORANGTUA ANAK, KECERDASAN EMOSI, KECERDASAN SPIRITUAL, TERHADAP PERILAKU BULLYING. Tesis PERAN KOMUNIKASI ORANGTUA ANAK, KECERDASAN EMOSI, KECERDASAN SPIRITUAL, TERHADAP PERILAKU BULLYING Tesis Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Pasca Sarjana S-2 Disusun oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CINTA DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA CALON PASANGAN DEWASA MUDA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA CINTA DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA CALON PASANGAN DEWASA MUDA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA CINTA DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA CALON PASANGAN DEWASA MUDA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Disusun Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT BUSANA MULYA TEKSTIL Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh: GUNAWAN DWI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERSEPSI PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS TAHUN 2013 SKRIPSI

Lebih terperinci