PERBANDINGAN KALA DAN ASPEK KALIMAT BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM CERPEN DEWA AGNI KARYA AKUTAGAWA RYUUNOSUKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN KALA DAN ASPEK KALIMAT BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM CERPEN DEWA AGNI KARYA AKUTAGAWA RYUUNOSUKE"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN KALA DAN ASPEK KALIMAT BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM CERPEN DEWA AGNI KARYA AKUTAGAWA RYUUNOSUKE Rahadiyan D. Nugroho Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas Dr. Soetomo, Surabaya ABSTRAK Pada Bahasa Jepang penanda kohesi gramatikal lebih cenderung dominan daripada kohesi leksikal dalam menentukan makna suatu kalimat. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, untuk menandai bahwa suatu kejadian atau peristiwa itu akan terjadi, sedang terjadi, atau telah selesai, dimungkinkan lebih cenderung menggunakan penanda kohesi leksikal seperti adverbia atau keterangan waktu. Penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang perbandingan fungsi kala dan aspek kalimat bahasa Jepang kemudian membandingkannya dengan terjemahannya dalam kalimat bahasa Indonesia. Melalui metode penelitian deskriptif-kualitatif, perbandingan kala dan aspek antara kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia serta fungsi dan jenis aspek bahasa Jepang yang ditemukan dalam cerpen Dewa Agni dapat ditemukan. Hasil yang ditemukan adalah (1) dalam Bahasa Jepang, kegiatan yang akan dilakukan, sedang dilakukan atau telah terjadi dinyatakan secara jelas lewat kategori gramatikal aspeknya, sebaliknya, dalam bahasa Indonesia dinyatakan secara jelas dalam kalimatnya. (2) terkait jenis dan fungsi aspek yang muncul dalam cerpen Dewa Agni adalah sebagai berikut:(a) Kelompok katsuyougobi; masu/ru-kei, menyatakan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang dan mashita/ta-kei, menyatakan perbuatan yang telah selesai dilakukan. (b) Kelompok te-kei; te iru, menyatakan keadaan atau situasi saat ini, te imashita, menyatakan peristiwa yang sudah terjadi, namun masih memandang proses kejadian hingga mencapai ketercapaian, te kuru, menyatakan proses hilang dan munculnya sesuatu, te shimasu, menyatakan ketuntasan perbuatan, menyatakan perbuatan yang tak disengaja dan diharapkan akhirnya terjadi. (c) Kelompok renyoukei; renyoukei+dasu, menyatakan dimulainya suatu perbuatan, renyoukei+ageru, menyatakan perbuatan yang dilakukan untuk orang lain, renyoukei+hajimeru, menyatakan dimulainya suatu perbuatan. Kata kunci: kala, aspek, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal 18

2 A. Pendahuluan dan Tinjauan Teori Pengisi struktur kalimat dalam Bahasa Jepang, yakni kata, secara umum terbagi atas dua kelas kata, yakni kata penuh atau jiritsugo dan kata tugas atau fuzokugo. Kata penuh atau jiritsugo adalah katakata yang memiliki arti tertentu sesuai dengan referensinya atau sesuai dengan arti kamus. Sebaliknya, kata tugas atau fuzokugo adalah kata-kata yang belum bisa dimaknai artinya sebelum kata-kata ini melekat dengan jiritsugo dalam sebuah kalimat. Kata-kata yang baru memiliki fungsi demikian, tidak bisa dimaknai secara leksikal melainkan secara gramatikal. Walau demikian, baik kelas kata dari jiritsugo maupun fuzokugo pada akhirnya apabila disatukan dan dipadukan guna membentuk sebuah kalimat, kata-kata ini secara kohesi akan terikat satu sama lain, membentuk kalimat yang memiliki makna yang tersusun berdasarkan kaidah gramatika bahasa penuturnya. Penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang perbandingan fungsi kala dan aspek kalimat bahasa Jepang kemudian membandingkannya dengan terjemahannya dalam kalimat bahasa Indonesia. Adapun sumber data yang diambil penulis, yakni sebuah cerpen bahasa Jepang yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Cerpen ini berjudul ア グニの神 atau Dewa Agni dalam kumpulan cerpen Lukisan Neraka dan Cerpen Lainnya tahun 1987 buah karya Akutagawa Ryunosuke yang diterjemahkan oleh Jonjon Johana tahun Kala atau Jisei Kala atau tenses dalam bahasa Jepang disebut jisei atau tensu. Menurut Katou dan Fukuchi (1989: 2-3), tensu to wa, hanashite ga kono sekai no jishou o jikan no nagare no naka ni okeru hitotsu no ten toshite torae, hatsuwaji kara mite mae ka ushiro ka o mondai ni shita mono de aru. Arti: dalam kala atau tense, pembicara menangkap suatu titik yang ada di dalam arus waktu berkaitan dengan gejala atau masalah di dunia ini, dan mempersoalkan waktu tersebut, baik sebelum atau sesudah yang coba diamati dari waktu ujaran. Selanjutnya, Sudjianto (2011: 87), menambahkan bahwa kala atau tense 19

3 adalah kategori gramatikal yang menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau berlangsungnya suatu aktivitas yang bertitik tolak pada waktu kalimat tersebut diucapkan. Jika waktu berbicara (hatsuwa-ji) atau waktu mengucapkan kalimat tersebut diumpamakan dengan waktu sekarang (saat ini), maka waktu terjadinya peristiwa atau aktivitas tersebut ada tiga, yaitu waktu sebelumnya atau yang telah berlalu (kako) lampau, waktu saat berbicara (genzai) sekarang/kini, dan waktu yang akan datang (mirai). Dengan demikian, berdasarkan teori Katou, Fukuchi, dan Sudjianto, penulis menyimpulkan bahwa kala atau jisei adalah kategori gramatikal yang lebih menerangkan dan menitik-beratkan kapan suatu peristiwa itu terjadi, yakni pada masa lampau, sekarang atau pada masa akan datang. Pada saat berujar, saat itulah keadaan peristiwa tersebut disampaikan oleh pembicara. 2. Perubahan Bentuk Kala dalam Predikat Kalimat Bahasa Jepang Dalam bahasa Jepang, kala terbagi atas 2, yakni kala lampau ( 過去 ) dan kala tak lampau ( 非過去 ). Kala tak lampau (hikako), meliputi waktu sekarang (genzai), waktu mendatang (mirai) dan tak berkala (chouji). Penggunaan kala tersebut terdapat di setiap predikat dalam kalimat, baik predikat berupa verba, ajektiva dan nomina (Katou dan Fukuchi (1989: 3). Secara lebih rinci, penggunaan kala lampau dan tak lampau beserta perubahannya dalam setiap predikat, dapat diamati pada contoh kalimat berikut ini. Predikat verba じゅぎょうせんしゅうお (1) 授業は 先週で終わりまし かこ ) た ( 過去あらすかい (2) アラスカへ行ってみたい げんざい ) ( 現在 かれあしたき (3) 彼は明日来ます よんねん みらい ( 未来 ) ひらか (4) オリンピックは四年毎に開れる ( 超時 ) Predikat ajektiva a. i-keiyoshi は (1) きのうは歯 かこ ) いたが痛かった ( 過去かれいそが (2) 彼はとても忙しい ( 現在 (3) 長期予報 げんざい ) ちょうきよほうことしふゆによれば 今年の冬 あたたかい は暖 みらい ( 未来 ) b. Na-keiyoshi かれげんき (1) 彼は元気だった ( 過去 かこ ) 20

4 かれしゅうまつ (2) 彼は 週末になると げんげんざいきだ ( 現在 ) Predikat nomina あめ (1) きのうは雨だった ( 過去 きょうあきば (2) 今日は秋晴れだ かこ ) げんざい ( 現在 ) うちだせんせいろくがつ (3) 内田先生は ことしの六月でななじゅうさいみらい七十歳です ( 未来 ) 3. Keterlibatan Kala dalam Kalimat Dalam sebuah kalimat, bentuk kala selain mudah ditemukan dalam kalimat berpredikat tunggal yang menyatakan situasi, aktivitas atau peristiwa, juga bisa ditemukan dalam kalimat majemuk, yang di dalamnya terdapat klausa utama atau shusetsu dan klausa tambahan atau juuzokusetsu. Berikutnya, keterlibatan kala dalam kalimat juga dapat ditemukan dalam kalimat yang menyatakan kebenaran pembicara atau hanashite no shinri, baik lewat pernyataan objektif atau kyakkanteki atau pernyataan subjektif atau shukanteki (Katou dan Fukuchi (1989: 4). Berikut contoh kalimatnya. 1. Predikat dalam kalimat tunggal (shubun) yang menyatakan situasi, aktivitas atau peristiwa. かれせたかじょうたい (1) 彼はとても背が高い ( 状態 ) ぼくらいしゅうよんねん (2) 僕は 来週四年ぶりに きこくどうさ帰国します ( 動作 ) 2. Predikat dalam kalimat majemuk (fukubun) yang mengandung klausa utama (shusetsu) dan klausa tambahan (juuzokusetsu). かれたいりょくさいよう (1) 彼は体力があったので 採用された こうくうけんか (2) 航空券も買ったし ホテルの よやく予約した 3. Predikat dalam kalimat yang menyatakan pernyataan objektif (kyakkanteki) atau pernyataan subjektif (shukanteki) pembicara. (1) あ やはり ここにあった じぜんい (2) 事前に言ってくれれば よかった ( のに ) 3. Aspek atau Sou Aspek dalam bahasa Jepang disebut sou. Menurut Katou dan Fukuchi (1989: 25), aru kotogara, jishou o aru ittei no jikanteki hirogaranaishi wa naitekikatei o motta mono toshite torae, sono youna katei no doutekina shosou o mondai ni suru mono de aru. 21

5 Artinya, aspek adalah sesuatu yang tidak melebarkan ruang lingkup waktu tertentu terkait suatu gejala/masalah, atau suatu kasus, pemahamannya melibatkan proses batin, dan mempersoalkan aspek kedinamisan proses. Jadi, aspek tidak mempermasalahkan ruang lingkup waktu, namun lebih cenderung pada penghayatan batin terkait suatu proses gejala, masalah atau suatu peristiwa. Selanjutnya, Sudjianto (2011: 93) menambahkan bahwa aspek merupakan kategori gramatikal dalam verba yang menyatakan kondisi suatu perbuatan atau kejadian apakah baru dimulai, sedang berlangsung, sudah selesai atau berulang-ulang. Dengan demikian, berdasarkan pendapat Katou, Fukuchi dan Sudjianto, penulis menyimpulkan bahwa aspek adalah kategori gramatikal dalam verba yang tidak mempermasalahkan kapan suatu situasi atau peristiwa itu terjadi. Aspek lebih menitik-beratkan pada proses kejadian, perbuatan atau situasi yang tercermin dalam sebuah kalimat yang dituturkan oleh pembicara. Oleh karena itu agar bisa memahami kehadiran aspek dalam sebuah kalimat, diperlukan penghayatan batin yang mendalam. 4. Ciri Khas Verba dalam Aspek Kindaiichi (dalam Sudjianto, 2011: 94-96), memilah jenis verba yang menentukan aspek dalam bahasa Jepang ke dalam empat macam. Berikut uraiannya. a. Shunkan doushi, yaitu verba yang menyatakan suatu aktivitas atau kejadian, mengakibatkan terjadinya suatu perubahan dalam waktu singkat. Perubahan yang dimaksud adalah dari tidak...menjadi.... b. Keizoku doushi, yaitu verba yang menyatakan suatu aktivitas atau kejadian yang memerlukan waktu tertentu dan pada setiap bagian waktu tersebut terjadi perubahan. Dengan demikian, waktu kapan dimulai dan kapan berakhirnya suatu aktivitas atau kejadian akan terlihat jelas. c. Joutai doushi, yaitu verba yang menyatakan keadaan sesuatu. Jika dilihat dari titik waktu tertentu, sama sekali tidak akan terlihat terjadinya suatu perubahan. 22

6 d. Danyonshuu doushi, yaitu verba yang menyatakan keadaan sesuatu secara khusus, dan selalu dinyatakan dalam verba -te iru atau bentuk sedang. 6. Macam-Macam Aspek dan Maknanya dalam Kalimat Bahasa Jepang Terkait pengaplikasian aspek dalam kalimat, Katou dan Fukuchi (1989: 26) membagi aspek menjadi 3 golongan, yaitu katsuyougobi, te-kei, dan renyoukei. Berikut uraiannya. 1. katsuyougobi a. Aspek yang menggunakan verba bentuk ta, memiliki makna ketercapaian perbuatan melalui suatu proses. Misalnya: こじゅんび (1) 引っ越しの準備がやっとできた b. Aspek yang menggunakan verba bentuk ru (masu kei), memiliki makna suatu perbuatan atau keadaan belum tercapai. Misalnya: れっしゃとうちゃく (2) 列車はまもなく到着します 2. te kei a. 1) Aspek yang menggunakan bentuk te iru, menyatakan suatu peristiwa yang sedang berlangsung. Misalnya: さくらはなかぜの (3) 桜の花が 風に乗ってふぶきち吹雪のように 散っている 2) Menyatakan situasi akhir yang mengandung makna perubahan dalam waktu singkat. Misalnya: し (4) あっ ゴキブリが死んでいる 3) Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang (habituatif). Misalnya: dilakukan ぼくごろあさろくじ (5) 僕は この頃 朝六時にお起きている 4) Menyatakan keadaan sesuatu secara khusus. Misalnya: やまたか (6) 山が高くそびえている b. te kei+hojodoushi 1) Aspek yang menggunakan bentuk te ita, menyatakan situasi peristiwa yang terjadi di waktu lampau dan sekarang sudah tidak ada lagi. Misalnya: みっかまえまど (7) 三日前にはその窓ガラスわは割れていた 2) Aspek yang menggunakan bentuk te aru, menyatakan keadaan hasil perubahan 23

7 akibat suatu perbuatan seseorang. Misalnya: つくえてがみお (8) 机に手紙が置いてある 3) Aspek yang menggunakan bentuk te shimau menyatakan aktivitas/kejadian yang dilangsungkan sampai tuntas. Kedua menyatakan perbuatan yang tidak disengaja (tidak diharapkan) telanjur terjadi. Misalnya: そうじ (9) もう 掃除をしてしまった (aktivitas tuntas) さけの (10) 酒を飲みすぎてしまった (penyesalan) 4) Aspek yang menggunakan bentuk te kuru menyatakan proses munculnya sesuatu dan proses terjadinya perubahan. とおなみおとき (11) 遠くから波の音が聞こえてくる (munculnya sesuatu) とざんしゃさんちょうおが山頂から下り (12) 登山者てくる (terjadinya perubahan) 5) Aspek yang menggunakan bentuk te iku menyatakan proses munculnya sesuatu dan proses terjadinya perubahan. きゅうもんだい (13) 急に その問題からきょうみうす興味が薄れていった (munculnya sesuatu) ひこうきばくおんとお (14) 飛行機の爆音が遠ざかっていく (terjadinya perubahan) 3. renyoukei+hojodoushi a. Aspek yang menggunakan bentuk sufiks...hajimeru, menyatakan dimulainya suatu peristiwa atau perbuatan. Misalnya: あめふ (15) とうとう雨が降りはじめた b. Aspek yang menggunakan bentuk sufiks...dasu, juga menyatakan dimulainya suatu peristiwa atau perbuatan. Misalnya: こきゅうなだ (16) その子は急に泣き出した c. Aspek yang menggunakan bentuk sufiks...owaru, menyatakan berakhirnya suatu peristiwa. Misalnya: か (17) やっとレポートを書きおわった Bentuk aspek dan maknanya dalam bahasa Jepang sangat beraneka ragam. Oleh karena itu, kemungkinan masih banyak bentuk-bentuk lainnya yang belum tersaji dalam landasan teori. Sejalan dengan rumusan masalah, 24

8 pada bab pembahasan, penulis mencoba mengelompokkan kala dan aspek dalam kalimat bahasa Jepang yang muncul dalam cerpen, lalu akan dibandingkan dan dideskripsikan dengan kalimat terjemahan bahasa Indonesia. B. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif. Metode penelitian ini adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; membuat gambaran data secara sistematis dan ilmiah, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini dikatakan pula sebagai pencarian data dengan interpretasi yang tepat (Djajasudarma, 2010: 9). Adapun teknik penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap dan catat (Mahsun, 2005: 93). Artinya, dalam penelitian ini, penulis mengamati penggunaan bahasa tokoh dan partisipan lain lewat kalimatkalimat cerpen. Selanjutnya, teknik catat adalah cara penulis mendapatkan data dengan cara mencatat dan mengklasifikasikan data kalimat yang mengandung kala dan aspek dalam bahasa Jepang lalu membandingkannya dengan kalimat terjemahan bahasa Indonesia. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kala atau Jisei a. Kala lampau ( 過去 ) えんどうてがみよお (1) 遠藤は手紙を読み終えると かいちゅうどけいだみ懐中時計を出して見ました (1987: 205) Setelah selesai membaca surat itu, Endo mengeluarkan jam rantainya dari sakunya. (2013: 173) Kalimat (1) menyatakan peristiwa yang telah terjadi dari perbuatan aktif Endo. Kedua perbuatan tersebut terjadi secara berurutan, tanpa menunjukkan proses dan keadaan saat ia melakukan kedua perbuatan tersebut, sehingga perbuatan yang sudah usai ini masuk ke dalam kategori kala lampau. Berkaitan dengan perbandingan antara kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, penanda kohesi gramatikal yang menandai berakhirnya perbuatan terletak pada klausa utama di sisi kanan, yang ditandai dengan akhiran mashita 25

9 pada verba dashite miru mengeluarkan. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, penanda kohesi gramatikal yang menyatakan selesainya kedua perbuatan tidak diketahui. Terdapat verba selesai, namun verba ini digunakan untuk menyatakan selesainya perbuatan pada klausa tambahan di sisi kiri. b. Kala kini( 現在 ) わたししゅじんほんこんにほんりょう (2) 私の主人は香港の日本領だ (1987: 201) Majikanku adalah konsul Jepang di Hong Kong. (2013: 169) Kalimat (2) menyatakan keadaan kala kini, yakni keadaan profesi majikan si pembicara. Kalimat ini menyatakan kala kini, karena pada kalimat bahasa Jepang di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa kopula da yang melekat pada nomina Nihon ryou konsul Jepang. Dengan demikian, hingga sampai saat ini, majikannya masih menjabat sebagai konsul Jepang. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, tidak disertakan penanda kohesi leksikal guna menegaskan keadaan tersebut masih berlangsung hingga kini. 3. Kala mendatang( 未来 ) ばあうらなとう (3) もしお婆さんの占いが当れときべつれいば その時は別にお礼をするから (1987: 197) Nanti kalau ramalan nenek tepat, akan saya kasih lagi. (2013: 165) Kalimat (3) menyatakan keadaan kala mendatang, oleh karena si pembicara menyatakan janjinya untuk melakukan sesuatu kepada si nenek bila ramalannya tepat. Dalam kalimat bahasa Jepang, ada dua penanda kohesi yang menyebabkan kalimat ini dianggap sebagai kalimat yang akan dilakukan di masa depan, Pertama adalah kohesi gramatikal berupa awalan moshi dan akhiran ba yang melekat pada verba touru tepat pada klausa pertama. Kedua kata yang saling mengapit kata yang diterangkannya memiliki arti kalau yang menyatakan pengandaian. Kedua, kategori leksikal berupa verba kala mendatang yakni suru (akan) melakukan. Verba tersebut setelah digabung dengan nomina orei o suru memiliki arti kasih/beri pada klausa kedua. Begitu juga sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, penanda kohesi yang menyatakan bahwa 26

10 perbuatan ini akan dilakukan pada masa depan, ditandai dengan kata nanti kalau (makna pengandaian) pada klausa pertama dan akan (makna belum dilakukan) pada klausa kedua. Kata-kata tersebut termasuk ke dalam kategori gramatikal. 2. Aspek atau Sou 1. Katsuyougobi a. masu (ru kei) こんやじゅうにじばあ (4) 今夜も十二時にはお婆さんがまた あぐに かみのアグニ の神を乗うつり移らせます (1987: 204) Malam ini pun pada pukul dua belas, si nenek akan merasukkan dewa Agni ke dalam tubuh saya. (2013: 172) Kalimat (4) menyatakan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang. kalimat ini sepertinya bisa dimasukkan ke dalam kategori kala mendatang, tapi melihat dari keadaan atau situasi kalimat yang menyatakan proses perbuatan yang berulang-ulang dilakukan oleh pelaku (nenek sihir) dengan merasukkan dewa Agni kepada si pembicara, maka kalimat ini tergolong dalam aspek. Adapun penanda kohesi yang mempertegas bahwa proses perbuatan ini terjadi berulang-ulang dan memerlukan waktu tertentu untuk melakukan ritual, yakni tiga kategori leksikal seperti keterangan waktu konya malam ini, 12 ji jam 12, dan mata lagi. Kemudian kohesi gramatikal berupa partikel mo pun dan sufiks masu atau ru yang melekat pada verba utsuru merasukkan. Begitu juga sebaliknya, dalam bahasa Indonesia juga ditandai dengan kohesi leksikal malam ini, dan jam 12. Lalu, kohesi gramatikalnya yakni kata lagi dan pun. b. mashita (ru kei) じんい (5) アメリカ人はそう言いなが あたらけんたばけんたばこしい見タバへ ら 新巻煙草ひ火をつけました (1987: 196) Sambil berkata demikian, orang Amerika itu menyalakan rokok linting barunya. (2013: 164) Kalimat (5) menyatakan perbuatan yang telah selesai dilakukan oleh orang Amerika (kala lampau). Akan tetapi, apabila dilihat dari proses sebelum ia menyalakan rokok linting, si pembicara 27

11 mendahuluinya dengan perbuatan berkata sesuatu kepada nenek sihir India. Dengan demikian, ada proses kegiatan lain yakni perbuatan berbicara yang kemudian diselingi dengan perbuatan menyalakan rokok linting baru. Dalam kalimat bahasa Jepang, proses perbuatan mencapai ketercapaian ditandai dengan sufiks mashita yang melekat pada verba tsukeru menyalakan yang merupakan kategori gramatikal berkonjugasi, sebaliknya dalam bahasa Indonesia, ketercapaian perbuatan tidak ditunjukkan melalui penanda kohesi leksikal, misalnya keterangan waktu. Selanjutnya, proses perbuatan berbincang yang memerlukan waktu ditandai dengan sufiks nagara sebagai kategori gramatikal berkonjugasi, namun dalam bahasa Indonesia sufiks tersebut berubah menjadi kategori gramatikal tak berkonjugasi/menjadi konjungsi. c. naru ばあさんびゃくどるこぎって (6) 婆さんが三百弗の小切手をみきゅうあいそ見ると 急に愛想がよくなりました 1987: 197) Begitu melihat cek tiga ratus dolar, serta-merta saja sikap si nenek menjadi ramah. (2013: 165) Kalimat (6) menyatakan perbuatan yang sudah terjadi. Perbuatan yang diwujudkan dengan tingkah laku ramah si nenek setelah ia menerima cek 300 dolar. Walau demikian, ketercapaian perbuatan tersebut diawali oleh proses disodorkannya cek sebesar tiga ratus dolar oleh orang Amerika. Seketika saja, setelah itu ia berubah menjadi ramah. Adapun penanda kohesi gramatikal bahasa Jepang yang menandakan bahwa kejadian final pada klausa kedua berawal dari proses, ditunjukkan oleh sufiks -ru to yang melekat pada verba miru melihat, yang memiliki makna bahwa setelah kegiatan satu dilakukan, secara otomatis akan segera menimbulkan perbuatan lain. Dalam bahasa Indonesia, sufiks ini berubah menjadi kata utuh berupa adverbia begitu. Selanjutnya, pada klausa kedua, terdapat kategori adverbia dengan kata kyuu ni sertamerta dan yoku yang bisa diterjemahkan dengan baik. Kedua 28

12 kata dalam bahasa Jepang ini dalam bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai adverbia yang terwujud dalam kata penuh atau jiritsugo. Dengan demikian, kehadiran adverbia ini menambah kejelasan keadaan sikap si nenek yang menjadi ramah. 2. a. te iru みところくちびるかえ (7) 見えない所か唇には 帰ひとばかって人を馬鹿にしたようなびしょうう微笑さえ浮かべているのです (1987: 202) Jangankan merasa takut, bahkan dia menyunggingkan senyum yang seolah melecehkan. (2013: 169) Kalimat (7) menyatakan keadaan atau situasi sikap si nenek. Dalam konteks kalimat sebelumnya, ia menyunggingkan senyum kepada Endo yang sebelumnya telah mengancamnya dengan pistol agar bersedia menyerahkan Taeko. Adapun penanda kategori gramatikal yang menyatakan keadaan atau situasi itu masih bisa diamati keadaannya nampak dari sufiks te iru yang melekat pada verba ukaberu mengapung yang diterjemahkan menjadi melecehkan (tidak memedulikan). Jadi, dipaksa dengan cara demikian, si nenek tidak menggubris atau pun gentar. Di samping itu partikel sae yang menyatakan ketidak-percayaan si pembicara terhadap lawan bicaranya (si nenek) turut menjadi faktor masih membekasnya keadaan itu terhadap diri si penutur. Dalam bahasa Indonesia, penggambaran situasi yang masih bisa dirasakan dampaknya seperti te iru tidak ditemukan, namun penggambaran keadaan ketidak-percayaan pembicara seperti partikel sae masih bisa diterjemahkan menjadi konjungsi jangankan...bahkan. b. te+imashita ばあうたが (8) 婆さんはますます疑わしそにほんじんようすうかがうに 日本人の様子を窺っていました (1987: 201) Si nenek semakin terlihat curiga, terus-menerus memperhatikan tindaktanduk orang Jepang itu. (2013: 169) Kalimat (8) menyatakan keadaan yang sudah terjadi, namun masih memandang bagaimana proses kejadian tersebut hingga mencapai ketercapaian. Adapun proses kejadian yang dijadikan tinjauan adalah sikap curiga si nenek yang ia 29

13 wujudkan dalam perbuatan memperhatikan terus-menerus tingkah laku Endo, orang Jepang tersebut. Lalu, secara gramatikal, ketercapaian perbuatan ditandai dengan sufiks imashita yang melekat pada verba ukagau memperhatikan. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, tidak ditemukan penanda aspek ketercapaian dalam kejadian tersebut. c. te+kuru ごろみ (9) この頃はせっかく見てあれいろくげても お礼をさえ碌にしひとおおきない人が 多くなって来ましたからね (1987: 197) Akhir-akhir ini, meski saya sudah meramalkan, banyak orang yang tidak membalas kemurahan hati dengan semestinya. (2013: 165) Kalimat (9) merupakan ujaran si nenek yang ditujukan pada orang Amerika yang ingin diramalnya. Kalimat ini menyatakan makna proses hilangnya penghormatan para pelanggannya yang tidak membalas budi sewajarnya kepada si nenek setelah mereka diramal olehnya. Secara gramatikal, kategori gramatikal yang menandainya ditandai dengan sufiks te kuru yang menyatakan demikian. Dalam terjemahan bahasa Indonesia, tidak diketahui secara pasti penanda kategori leksikal atau gramatikal yang menyatakan proses hilangnya sesuatu, namun bila melihat dari konteks kalimatnya, bisa segera dipahami bahwa si nenek memang tengah merasakan hal demikian. c. te+shimau (10) にかいまどかおだ 二階の窓から顔を出ししなじんおんなこた支那人の女の子をいちもくみたも一目見ると しばらく保きつ気にとられたように たぼんやり立ちすくんでしまいました (1987: 199) Begitu melihat wajah anak perempuan yang muncul di jendela lantai dua, dia terhenti berjalan dan bengong terpana. (2013: 167) Kalimat (10)menggambarkan ketuntasan perbuatan yang dilakukan oleh tokoh aku (Endo), karena telah melihat anak perempuan yang muncul di lantai dua. Ketuntasan tersebut ia tampilkan dalam perbuatan berhenti sejenak dan bengong menatap gadis itu. Adapun penanda kategori gramatikalnya adalah sufiks te shimaimashita yang 30

14 memiliki makna dilangsungkannya kejadian hingga tuntas. Lalu, akhiran-mashita menunjukkan bahwa perbuatan tersebut telah usai. Dalam bahasa Indonesia, penanda yang menunjukkan ketuntasan belum diketahui secara pasti apakah kata terpana, lalu tidak ditemukan pula penanda leksikal yang menyatakan bahwa kejadian tersebut telah usai. 3. a. renyoukei+dasu ばあへやと (11) そうして婆さんの部屋の戸をちからたただ力いっぱい叩き出しました (1987: 200) Lalu dengan sekuat tenaga dia mengetuk pintu kamar si nenek. (2013: 168) Kalimat (11) memiliki makna dimulainya suatu kegiatan atau perbuatan. Kegiatan atau perbuatan tersebut dilatar-belakangi oleh suatu penyebab. Adapun konteks kalimat di atas yakni, Endo berusaha mengetuk pintu kamar si nenek sekuat tenaga, karena dalam konteks sebelumnya, dinyatakan bahwa ia mendengar tangisan Taeko yang sedang disiksa si nenek. Oleh karena itulah, Endo memberanikan diri melakukan perbuatan tersebut. Adapun penanda kategori gramatikalnya ditandai dengan sufiks -dashimasita yang bergabung dengan verba tataku mengetuk. Kejadian tersebut juga telah usai. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, peristiwa selesainya kejadian tersebut juga tidak bisa diamati secara jelas karena tidak ada penanda kohesinya. Begitu pula dengan bentuk perbuatan yang dilakukan, apakah betul-betul baru dimulai atau tidak, juga tidak diketahui secara pasti. b. renyoukei+ageru いろ (12) いよいよ色を失 うしなって いちどばあかおさんの顔を もう一度婆みあ見上げました (1987: 199) Wajah E Ren semakin memucat, dan sekali lagi dia menatap wajah si nenek. (2013: 167) Kalimat (12) menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain. Pada konteks kalimat (12), perbuatan yang dilakukan E Ren (Taeko) kepada si nenek adalah dengan menatap wajahnya. Ia melakukan demikian, oleh karena ia merasa tertekan dan tersiksa oleh perilaku si nenek. Adapun wujud penanda gramatikal yang menyatakan makna demikian, 31

15 ditandai dengan sufiks agemashita. Secara gramatikal, dalam bahasa Indonesia, tidak ditandai bentuk kohesi yang menunjukkan perbuatan memberi yang dilakukan seseorang kepada orang lain, melainkan harus dipahami dulu konteks kalimatnya. c. renyoukei+hajimeru だれそときみ (13) 誰か外へ来たと見えて とたたおととつぜんあらあら戸を叩く音が 突然粗々はじしく聞え始めめました (1987: 199) Tepat pada saat itu, tampaknya ada seseorang yang datang, terdengar ketukan yang keras di pintu. (2013: 167) Kalimat (13) memiliki makna yang hampir sama dengan kalimat (10) yakni menyatakan dimulainya suatu kegiatan. Pada konteks kalimat ini, dimulainya suatu bentuk kegiatan atau perbuatan ditandai oleh didengarnya ketukan pintu oleh si nenek (dalam konteks sebelumnya disebut). Perbuatan tersebut menjadi latar belakang sikap dan perbuatan si nenek lainnya yang mulai curiga terhadap orang yang tiba-tiba datang ini (Endo). Dalam bahasa Jepang, penanda gramatikal yang menandai dimulainya suatu perbuatan dalam kalimat ini ditandai dengan sufiks hajimeru dan diikut-lekati oleh sufiks mashita yang menandakan bahwa peristiwa ini telah usai. Sebaliknya, dalam terjemahan bahasa Indonesia, tidak diketahui secara pasti penanda kohesi yang menunjukkan kapan perbuatan itu dimulai, dan kapan perbuatan itu berakhir. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kalimat terkait perbandingan antara kala dan aspek dalam bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia, penulis mendapati beberapa perbedaan. Berikut perbedaannya. 1. Suatu peristiwa, perbuatan atau situasi dalam kalimat bahasa Jepang apakah sudah selesai (kako), sedang berlangsung atau dalam suatu keadaan (genzai) dinyatakan secara jelas lewat kategori gramatikal aspeknya walau tanpa menyertakan penanda leksikal seperti kata keterangan waktu. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia suatu peristiwa itu apakah sudah selesai, sedang 32

16 berlangsung atau dalam suatu keadaan tidak dinyatakan secara jelas dalam kalimatnya. Jadi, tidak ada penanda kekohesian tertentu yang turut membedakan kapan peristiwa itu terjadi. 2. Bahasa Jepang sangat memperhatikan penggunaan kala atau sou. Dengan demikian, memudahkan seorang pembelajar untuk mengetahui situasi, proses, kejadian atau perbuatan yang dilakukan oleh pelaku atau pembicara dalam kalimat. Adapun wujud kala ditandai dengan penanda-penanda kekohesian gramatikal, seperti te iru, -te shimasu, -te kuru dan sebagainya. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, nampaknya tidak diketahui secara pasti wujud penanda kalanya. 3. Pemaknaan arti kalimat bahasa Jepang lebih cenderung bersifat gramatikal, sedangkan bahasa Indonesia bersifat leksikal. 4. Pemaknaan arti kata dalam bahasa Jepang baru bisa diketahui setelah sebuah kata tugas (fuzokugo) bergabung dengan unsur atau kelas kata lain (jiritsugo). Dengan kata lain, bahasa Jepang mengenal perubahan makna lewat proses berkonjugasinya kata-kata tugas dalam kata lain yang bisa berdiri sendiri. Misalnya: ba tidak akan memiliki arti apa-apa bila tidak bergabung dengan kata lain seperti taberu makan, sehingga menjadi tabereba bila makan, - mashita juga tidak memiliki makna apa pun bila tidak digabungkan dengan verba. Misalnya: nomu+mashita= nomimashita yang artinya telah minum. Sebaliknya, dalam bahasa Indonesia, suatu kata dapat berdiri sendiri dan tanpa harus digabung dengan kata lain pun, ia tetap bisa dimaknai secara leksikal. Misalnya: akan memiliki arti hendak, bakal atau memiliki makna sesuatu yang akan terjadi. 5. Terkait jenis dan fungsi aspek yang muncul dalam cerpen Dewa Agni adalah sebagai berikut. a. Kelompok katsuyougobi (1) masu/ru-kei, menyatakan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang. 33

17 (2) mashita/ta-kei, menyatakan perbuatan yang telah selesai dilakukan. b. Kelompok te-kei (1) te iru, menyatakan keadaan atau situasi saat ini. (2) te imashita, menyatakan peristiwa yang sudah terjadi, namun masih memandang proses kejadian hingga mencapai ketercapaian. (3) te kuru, menyatakan proses hilang dan munculnya sesuatu. (4) te shimasu, menyatakan ketuntasan perbuatan, menyatakan perbuatan yang tak disengaja dan diharapkan akhirnya terjadi. c. Kelompok renyoukei (1) renyoukei+dasu, menyatakan dimulainya suatu perbuatan. (2) renyoukei+ageru, menyatakan perbuatan yang dilakukan untuk orang lain. (3) renyoukei+hajimeru, menyatakan dimulainya suatu perbuatan. E. Daftar Pustaka Akutagawa, Ryuunosuke Dewa Agni. Dalam Lukisan Neraka dan Cerpen Pilihan Lainnya. Terjemahan Jonjon Johana dari Akutagawa Ryuunosuke Tanpenshuu: Aguni no Kami (1987). Jakarta: Kansha Publishing. Djajasudarma, T. Fatimah Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama. Katou, Yasuhiko dan Fukuchi Tsutomu Tensu, Asupekuto, Muudo. Tokyo: Aratake Shuppan. Kenji, Matsuura Nihongo-Indoneshiago Jiten Kamus Bahasa Jepang- Indonesia. Kyoto: Kyoto Sangyo University Press. Mahsun Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Edisi Revisi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 34

18 Sudjianto dan Ahmad Dahidi Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Sutedi, Dedi Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. 35

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか Lampiran I SOAL PRE TEST NIM : A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! れいあした例 : 明日 授業 ( は に を ) やすみですか くうこう 1. 私は母とタクシー ( に を で ) 空港へ行きました はいたた 2. 歯 ( で は が ) 痛いですから 何も食べないです

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu rangkaian kalimat. Kalimat merupakan rangkaian dari beberapa kata. Kata-kata itu terbagi dalam kelas kata, yaitu kata benda, kata kerja,

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003: 61), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur kalimatnya. Makna kalimat tersebut ditandai dengan hadirnya tanda baca, atau kata-kata

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH. Penjelasan Pemakaian Tata Kalimat 日本語研究者教材開発室

DIKTAT KULIAH. Penjelasan Pemakaian Tata Kalimat 日本語研究者教材開発室 DIKTAT KULIAH Penjelasan Pemakaian Tata Kalimat 中級日本語 New Approach Japanese Intermediate Course 日本語研究者教材開発室 By: 小柳昇 (2002,203,2004) Pengantar Diktat ini disusun untuk memberikan penjelasan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO 2.1 Pengertian Partikel Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak mengalami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia adalah bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang itu sendiri terdapat berbagai macam struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI 2.1 Pengertian Joshi Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji.

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, yaitu adverbia atau yang disebut dengan kata keterangan. Menurut Dr. Gorys Keraf (1984;71-72),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna figuratif yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan Vol.32 sebagai bahasa sasaran dan manga クレヨンしんちゃん

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. 2.1 Aspek Dalam Bahasa Jepang Berdasarkan Konsep Ken Machida

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. 2.1 Aspek Dalam Bahasa Jepang Berdasarkan Konsep Ken Machida 8 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai konsep pemikiran yang akan mendukung analisis data pada bab selanjutnya. Konsep tersebut berupa, tentunya konsep aspek dalam bahasa

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu unsur yang menarik adalah mengenai kalimat, karena kalimat merupakan bentuk penyampaian

Lebih terperinci

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu

BAB 3. Analisis Data. Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu BAB 3 Analisis Data Pada bab ini, peneliti akan melakukan analisis dalam kalimat yang menggunakan verba bantu のだ dalam novel Yaneura no Shoujo dan membaginya menjadi empat sub bab. 3.1 Analisis Fungsi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) ABSTRAK PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) Tia Martia, Metty Suwandany, Zainur Fitri, Irawati Agustine, Syamsul Bachri Jurusan Sastra

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joshi dalam bahasa Jepang yang dikenal dengan istilah partikel, kata bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto dan Dahidi (2007:181),

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat.

Bab 2. Landasan Teori. kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Kelas Kata Seperti halnya bahasa lain, dalam bahasa Jepang juga terdapat kelas kata. Setiap kelas kata memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembentukan suatu kalimat. Menurut

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap data tes mengenai pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang mengakibatkan perekonomian Jepang hancur. Adanya perubahan terjadi setelah pasca perang dunia

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat beragam bahasa. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahwa bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra SKRIPSI LARAS BUDIARTI 2014110903 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesalahan dalam berbahasa lumrah terjadi dalam proses belajar bahasa, karena dengan adanya kesalahan pembelajar berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa たび tabi beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah たび (bisa juga dibaca 度 ど jika menempel dengan morfem lain) merupakan salah satu kata dalam bahasa Jepang yang bisa masuk ke dalam beberapa kategori. Dalam Daijiten

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sinonim dan Sinonimi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari kata sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PARTIKEL NI DAN DE

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PARTIKEL NI DAN DE ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PARTIKEL NI DAN DE Elisa Carolina Marion Japanese Department, Faculty of Literature, Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa di dunia sangat banyak, dan para penuturnya juga terdiri dari berbagai suku bangsa atau etnis yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap bahasa

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata kerja bantu dalam bahasa Jepang terbagi menjadi dua jenis, yaitu jodoushi dan hojodoushi. Jodoushi adalah kata kerja bantu murni yang tidak bisa berdiri

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. Bab 2 Landasan Teori Pada bab 2 ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Pragmatik Asal-usul kata pragmatik

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi digunakan kata-kata yang terangkai menjadi sebuah kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan kata sambung (konjungsi)

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活 KISI KISI SOAL POSTTEST Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Kelas / Semester : XII / 2 Alokasi Waktu : 10 Menit Jumlah Soal : 20 butir Penulis : Azka D. Nurilmatin N o Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bahasa yang ada di dunia memiliki keunikan kekhasan masingmasing termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah aya penggunaan 助詞 joshi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM MENYIMAK BAHASA JEPANG TERKAIT DENGAN BENTUK PILIHAN JAWABAN SOAL YANG DIALAMI MAHASISWA DI BALI

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM MENYIMAK BAHASA JEPANG TERKAIT DENGAN BENTUK PILIHAN JAWABAN SOAL YANG DIALAMI MAHASISWA DI BALI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM MENYIMAK BAHASA JEPANG TERKAIT DENGAN BENTUK PILIHAN JAWABAN SOAL YANG DIALAMI MAHASISWA DI BALI Desak Made Sri Mardani Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO 4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1 Dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama, terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Sakakura (1992: 317) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap ragam bahasa, baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, maupun dalam bahasa Jepang, memiliki kaidah atau aturan dan beberapa keunikan, salah satu keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang secara umum memiliki sembilan kelas kata diantaranya verba (doushi), ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi),

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Bahasa pun bersifat unik, dalam arti setiap bahasa mempunyai

Lebih terperinci

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN Komik-komik Kobo-Chan yang menjadi sumber data terdiri dari 7 seri komik. Dari ketujuh seri komik tersebut, 20 data akan dianalisis tujuan penggunaan kata

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis

Bab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Pre Test dan Post Test Pada bab ini, penulis akan menganalisis data data penelitian kelas yang telah penulis kumpulkan selama kurang lebih sebulan, guna mengetahui hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi antara individu dalam kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam. Keberagaman bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki bahasa yang berbeda-beda, serta memiliki keunikan tersendiri. Salah satu bahasa yang memiliki keunikan dan karakteristik yaitu bahasa

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik.sintaksis berasal

Bab 2. Landasan Teori. Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik.sintaksis berasal Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik.sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tes Pada bab ini penulis akan mendekripsikan hasil analisis data mengenai kesalahan responden dalam menggunakan keigo. Instrumen berupa tes dan non tes disebarkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Data kalimat yang menggunakan aisatsu hyougen

LAMPIRAN Data kalimat yang menggunakan aisatsu hyougen LAMPIRAN Data kalimat yang menggunakan aisatsu hyougen bermakna terima kasih dalam bahasa Jepang dan ungkapan persalaman berterima kasih dalam bahasa Indonesia No Ungkapan Persalaman Kalimat Penutur Mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang

Lebih terperinci