BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengantar Algoritma genetika merupakan algoritma yang lahir dari sebuah inspirasi teori evolusi Darwin yang mengatakan anggota dari spesies yang lemah lambat laun akan mengalami kepunahan sedangkan anggota dari spesies yang kuat akan tetap dapat bertahan hidup dan berkembang biak untuk kelangsungan hidup spesies tersebut. Algoritma genetika merupakan sebuah algoritma pencarian yang berdasarkan mekanisme seleksi alam dan genetika alam (Goldberg, 1989) Istilah-istilah dasar dalam algoritma genetika Didalam algoritma genetika kita perlu mengetahui beberapa pengertian dari istilahistilah yang digunakan didalam algoritma tersebut, yaitu : 1. Gen (Genotype) adalah variabel dasar yang membentuk suatu kromosom, yang dapat dinyatakan dalam bentuk biner, float, integer dan karakter. 2. Allele adalah nilai dari suatu gen, dapat berbentuk biner, float, integer maupun karakter. 3. Kromosom adalah gabungan dari gen-gen yang membentuk arti tertentu. Dalam algoritma genetika ada beberapa macam bentuk kromosom, yaitu : a. Kromosom Biner : kromosom yang disusun dari gen-gen yang bernilai biner, kromosom ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Kromosom ini baik digunakan untuk permasalahan yang parameter dan range nilainya tertentu. b. Kromosom Float : kromosom yang disusun dari gen-gen yang bernilai pecahan dan yang bernilai bulat. Kromosom ini merupakan model yang memiliki parameter yang banyak dan tingkat keberhasilan dari kromosom ini rendah. c. Kromosom String : kromosom yang disusun dari gen-gen yang bernilai string.

2 21 d. Kromosom Kombinatorial : kromosom yang disusun dari gen-gen yang dinilai berdasarkan urutannya. 4. Individu adalah kumpulan dari beberapa kromosom yang membentuk satu kesatuan, individu menyatakan salah satu kemungkinan solusi dari suatu permasalahan. 5. Populasi adalah sekumpulan individu yang akan diproses secara bersama-sama dalam satu siklus proses evolusi. 6. Generasi menyatakan satu kesatuan siklus proses evolusi. 7. Iterasi adalah bilangan yang menunjukkan tingkat generasi dan perulangan. 8. Nilai fitness menyatakan seberapa baik nilai dari suatu individu atau solusi yang dihasilkan, dan nilai inilah yang dijadikan acuan untuk mencari nilai optimal dari suatu permasalahan. 9. Fungsi pinalti : fungsi matematis yang dilibatkan dalam proses pencarian nilai optimum pada masalah optimasi dengan kendala. 10. Probabilitas adalah peluang terjadinya sesuatu Siklus algoritma genetika. David Golberg adalah orang yang pertama sekali yang memperkenalkan siklus algoritma genetika, dimana siklus ini dimulai dengan membangkitkan sejumlah individu sebagai populasi awal secara random/acak, populasi awal ini yang nantinya akan disebut dengan populasi orang tua/induk (Parents), kemudian setiap individu dihitung nilai fitnessnya. Proses selanjutnya adalah dengan menyeleksi individu yang memiliki nilai fitness paling baik. Kromosom-kromosom yang terpilih pada proses seleksi akan dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu proses reproduksi yang dikenal dengan proses crossover, kromosom yang dihasilkan dari proses crossover akan dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu proses mutasi. Pada proses mutasi akan dilakukan penggantian gen yang kurang baik dengan gen yang dianggap baik, kromosom yang dihasilkan dari proses mutasi ini nantinya yang akan menjadi generasi baru (offspring), sehingga terbentuklah sebuah populasi baru. Pada setiap generasi, kromosom akan dievaluasi berdasarkan suatu fungsi evaluasi (Golberg & Richarson, 1997). Populasi baru yang telah dihasilkan akan mengalami siklus yang sama dengan populasi sebelumnya, demikian prosesnya berlangsung secara terus-

3 22 menerus hingga generasi ke-n yaitu menghasilkan generasi yang sesuai dengan harapan. Populasi Awal Evaluasi Fitness Seleksi Individu Populasi Baru Reproduksi : Crossover dan Mutasi Gambar 2.1. Siklus Algoritma Genetika oleh David Goldberg (Sutojo T. et al. 2010) Siklus yang diperkenalkan oleh david Goldberg kemudian diperbaiki oleh Zbigniew Michalewicz yaitu dengan menambah satu proses lagi yaitu proses Elitisme dan membalik proses reproduksi dahulu, kemudian proses seleksi. Populasi Awal Evaluasi Fitness Reproduksi : Crossover dan Mutasi Seleksi Individu Populasi Baru Elitisme Gambar 2.2. Siklus Algoritma Genetika hasil perbaikan yang diperkenalkan oleh Zbigniew Michalewicz (Sutojo T. et al. 2010)

4 Struktur umum algoritma genetika. Algoritma genetika memberikan suatu pilihan bagi penentuan nilai parameter dengan meniru cara reproduksi genetika, pembentukan kromosom baru serta seleksi alam seperti yang terjadi pada mahluk hidup. Algoritma genetika secara umum dapat diilustrasikan dalam diagram alir berikut ini : Start Representasi kromosom Inisialisasi populasi Fungsi objektif Seleksi Crossover Mutasi Generasi Baru Kriteria optimal? Tidak Ya Finish Gambar 2.3. Diagram Alir Algoritma Genetika

5 24 Secara umum, Rexhepi et al. (2013) mengemukakan bahwa struktur umum dari suatu algoritma genetika dapat didefenisikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membangkitkan populasi awal Populasi awal dibangkitkan secara random sehingga didapat solusi awal. Populasi itu sendiri terdiri atas sejumlah kromosom yang merepresentasikan solusi yang diinginkan. 2. Membentuk generasi baru Untuk membentuk generasi baru digunakan operator reproduksi yaitu seleksi, crossover dan mutasi. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga didapatkan jumlah kromosom yang cukup untuk membentuk generasi baru, dimana generasi baru ini merupakan representasi dari solusi baru. Generasi baru ini dikenal dengan istilah anak (offspring). 3. Evaluasi solusi Pada setiap generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan fitness. Nilai fitness suatu kromosom menggambarkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut. Proses ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom dan mengevaluasinya sampai terpenuhi kriteria berhenti. Jika kriteria berhenti belum terpenuhi akan membentuk generasi baru dengan mengulang langkah 2. Beberapa kriteria berhenti yang sering digunakan yaitu berhenti pada generasi tertentu, berhenti setelah dalam beberapa generasi berturut-turut didapatkan nilai fitness tertinggi tidak berubah dan berhenti bila dalam n generasi berikut tidak didapatkan nilai fitness yang lebih tinggi. Goldberg (1989) mengemukakan bahwa algoritma genetika memiliki beberapa karakteristik yang harus diketahui sehingga dapat dibedakan dari prosedur pencarian atau optimasi lainnya, yaitu : 1. Algoritma Genetika bekerja dengan pengkodean dari himpunan solusi permasalahan dengan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan dan bukan parameter itu sendiri.

6 25 2. Algoritma Genetika melakukan pencarian pada sebuah populasi dari sejumlah individu-individu yang merupakan solusi permasalahan bukan hanya dari sebuah individu. 3. Algoritma Genetika merupakan informasi fungsi obyektif (fitness), sebagai cara untuk mengevaluasi individu yang mempunyai solusi terbaik, bukan turunan dari suatu fungsi. 4. Algoritma Genetika menggunakan aturan-aturan transisi peluang, bukan aturan-aturan deterministik. Menurut Kuhn et al. (2013), variabel dan parameter yang digunakan pada algoritma genetika adalah: 1. Fungsi fitness (fungsi tujuan) yang dimiliki oleh masing-masing individu untuk menentukan tingkat kesesuaian individu tersebut dengan kriteria yang ingin dicapai. 2. Populasi jumlah individu yang dilibatkan pada setiap generasi. 3. Probabilitas terjadinya persilangan (crossover) pada suatu generasi. 4. Probabilitas terjadinya mutasi pada setiap individu. 5. Jumlah generasi yang akan dibentuk yang menentukan lama penerapan dari algoritma genetika Pengkodean dalam Algoritma Genetika Pengkodean merupakan suatu bagian yang paling penting apabila kita menggunakan algoritma genetika. Apapun masalah optimasi yang akan diselesaikan dengan Algoritma Genetika perlu dikodekan kedalam kromosom secara tepat. Hal ini disebabkan dalam proses komputasi yang sebenarnya, kromosom-kromosom itulah yang nantinya akan diproses ke dalam Algoritma Genetika. Pengkodean adalah suatu teknik yang dipakai untuk menyatakan populasi awal sebagai calon solusi suatu masalah kedalam suatu kromosom (Gen dan Cheng, 2000) sebagai suatu kunci utama dari permasalahan ketika menggunakan algoritma genetika. Pembentukan kromoson menghasilkan string yang kemudian disebut kromosom. String terdiri dari sekumpulan bit yang dikenal sebagai gen, jadi satu kromosom terdiri dari beberapa gen. Berdasarkan jenis symbol yang digunakan

7 26 sebagai nilai suatu gen atau disebut dengan allele. Adapun metode pengkodean dalam algoritma genetika dapat diklasifikasikan sebagai berikut : pengkodean biner, bilangan rill, bilangan bulat dan struktur data (Gen dan Cheng, 2000). Sedangkan menurut (Kumar, 2012) ada bermacam-macam teknik encoding yang dapat dilakukan dalam algoritma genetika. Beberapa teknik encoding itu antara lain adalah binary encoding, permutation encoding, value encoding serta tree encoding. Menurut Varnamkasthi & Lee (2012), beberapa macam encoding pada algoritma genetika adalah : 1. Binary Encoding Encoding jenis ini sering digunakan. Kromosom dari binary encoding ini berupa kumpulan dari nilai biner 0 dan 1. Contohnya: Chromosome1 : Chromosome2 : Dalam Binary Encoding kemungkinkan dihasilkan suatu kromosom yang memiliki nilai allele yang lebih sedikit atau kecil, keuntungan pengkodean biner ini adalah sederhana untuk diciptakan dan mudah dimanipulasi (Davis, 1991). Di pihak lain pengkodean biner ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat digunakan untuk beberapa permasalahan dan terkadang pengkoreksian harus dilakukan setelah proses crossover dan mutasi dilakukan. Salah satu permasalahan yang menggunakan encoding adalah menghitung nilai maksimal dari suatu fungsi. 2. Permutation Encoding/ pengkodean bilangan Riil Kromosom dari permutation encoding ini berupa kumpulan dari nilai integer yang mewakili suatu posisi dalam sebuah urutan. Biasanya digunakan pada permasalahan TSP, penjadwalan dan masalah optimasi lainnya. Contohnya: Chromosome 1 : Chromosome 2 :

8 27 3. Value Encoding Kromosom dari value encoding berupa kumpulan dari suatu nilai, yang bisa berupa macam-macam nilai sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, seperti bilangan real, char atau objek yang lain. Encoding ini merupakan pilihan yang bagus untuk beberapa permasalahan khusus, biasanya diperlukan metode khusus untuk memproses crossover dan mutasinya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Contohnya: Chromosome 1 : A B C D E F G Chromosome 2 : H I J K LM N 4. Tree Encoding Tree Encoding biasanya digunakan pada genetic programming. Kromosom yang digunakan berupa sebuah tree dari beberapa objek, seperti fungsi atau command pada genetic programming. Pengkodean bilangan riil adalah suatu pengkodean bilangan dalam bentuk riil. Masalah optimalisasi fungsi (Gen & Cheng, 2000) dan optimalisasi kendala (Eshelman & Schaffer, 1993) lebih tepat jika diselesaikan dengan pengkodean bilangan riil karena struktur topologi ruang genotif untuk pengkodean bilangan riil identik dengan ruang fenotifnya, sehingga sangat mudah untuk membentuk operator genetika yang efektif dengan cara menggunakan teknik yang berasal dari metode konvensional Operator dalam Algoritma Genetika Algoritma genetika adalah merupakan suatu proses pencarian yang heuristik dan acak sehingga penekanan pemilihan operator yang digunakan sangat menentukan keberhasilan algoritma genetika dalam menemukan solusi optimum suatu masalah yang diberikan. Hal yang harus diperhatikan adalah menghindari terjadinya konvergensi premature, yaitu mencapai solusi optimum yang belum waktunya, dalam arti bahwa solusi yang diperoleh adalah hasil optimum lokal.

9 28 Operator genetika yang digunakan setelah proses evaluasi tahap pertama membentuk populasi baru dari generasi sekarang. Operator-operator tersebut adalah operator seleksi, crossover dan mutasi (Malhotra et al. 2011) Operator Seleksi Seleksi memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan algoritma genetika yaitu memilih kromosm-kromosom dalam populasi hingga didapatkan kromosom terbaik yang memiliki peluang yang lebih besar untuk dijadikan populasi awal. Seleksi bertujuan memberikan kesempatan reproduksi yang lebih besar bagi anggota populasi yang paling fit. Langkah pertama dalam seleksi ini adalah pencarian nilai fitness. Masing-masing individu dalam suatu wadah seleksi akan menerima probabilitas reproduksi yang tergantung pada nilai objektif dirinya sendiri terhadap nilai objektif dari semua individu dalam wadah seleksi tersebut. Kemampuan algoritma genetika untuk memproduksi kromosom yang lebih baik secara progresif tergantung pada penekanan selektif (selective pressure) yang diterapkan ke populasi. Penekanan selektif dapat diterapkan dalam dua cara. Cara pertama adalah membuat lebih banyak kromosom anak yang dipelihara dalam populasi dan memilih hanya kromosom-kromosom terbaik bagi generasi berikut. Walaupun orang tua dipilih secara acak, metode ini akan terus menghasilkan kromosom yang lebih baik berhubungan dengan penekanan selektif yang diterapkan pada individu anak tersebut. Menurut Sharma et al. (2014), ada beberapa metode untuk memilih kromosom yang sering digunakan antara lain adalah seleksi roda rolet (roulette wheel selection), seleksi ranking (rank selection) dan seleksi turnamen (tournament selection). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah seleksi roda rolet (roulette wheel selection), Pada seleksi ini, orang tua dipilih berdasarkan fitness mereka. Semakin baik kualitas suatu kromosom akan lebih besar peluangnya untuk terpilih. Probabilitas suatu individu terpilih untuk proses crossover sebanding dengan fitness-nya. Cara penyeleksian ini merupakan peniruan dari permainan roda rolet.

10 Operator Crossover Crossover (perkawinan silang) bertujuan menambah keanekaragaman string dalam populasi dengan penyilangan antar string yang diperoleh dari sebelumnya. Beberapa jenis crossover tersebut adalah: 1. Crossover satu titik / one point crossover Pada crossover dilakukan dengan memisahkan suatu string menjadi dua bagian dan selanjutnya salah satu bagian dipertukarkan dengan salah satu bagian dari string yang lain yang telah dipisahkan dengan cara yang sama. Proses yang demikian dinamakan operator crossover satu titik seperti terlihat pada gambar 2.1. Tabel 2.1 Contoh Crossover satu titik Kromosom Orangtua Kromosom Orangtua Keturunan Crossover dua titik/ two point crossover Proses crossover ini dilakukan dengan memilih dua titik crossover. Kromosom keturunan kemudian dibentuk dengan barisan bit dari awal kromosom sampai titik crossover pertama disalin dari orang tua pertama, bagian dari titik crossover pertama dan kedua disalin dari orang tua kedua, kemudian selebihnya disalin dari orangtua pertama lagi seperti terlihat pada gambar 2.2. Tabel 2.2 Contoh Crossover dua titik Kromosom Orangtua Kromosom Orangtua Keturunan

11 30 3. Crossover seragam Crossover seragam manghasilkan kromosom keturunan dengan menyalin bit-bit secara acak dari kedua orang tuanya seperti terlihat pada gambar 2.3. Tabel 2.3 Contoh Crossover seragam Kromosom Orangtua Kromosom Orangtua Keturunan Operator Mutasi Mutasi merupakan operator dalam algoritma genetika yang bertujuan untuk mengubah gen-gen tertentu dari sebuah kromosom. Mutasi merupakan sebuah proses dengan cara mengubah nilai dari satu atau beberapa gen dalam suatu kromosom. Operasi crossover yang dilakukan pada kromosom dengan tujuan untuk memperoleh kromosom-kromosom baru sebagai kandidat solusi pada generasi mendatang dengan fitness yang lebih baik, dan lama-kelamaan menuju solusi optimum yang diinginkan. Akan tetapi, untuk mencapai hal ini, penekanan selektif juga memegang peranan yang penting. Jika dalam proses pemilihan kromosom-kromosom cenderung pada kromosom yang memiliki fitness yang tinggi saja, konvergensi premature, yaitu mencapai solusi yang optimal lokal sangat mudah terjadi. Probabilitas mutasi dari suatu gen biasanya dipilih sangat kecil. Operasi mutasi merupakan operasi yang menyangkut satu kromosom tertentu. Beberapa cara operasi mutasi diterapkan dalam algoritma genetika menurut jenis pengkodean terhadap phenotype, antara lain : 1. Mutasi dalam pengkodean biner Mutasi pada pengkodean biner merupakan operasi yang sangat sederhana. Proses yang dilakukan adalah menginversi nilai bit pada posisi tertentu yang terpilih secara acak atau menggunakan skema

12 31 tertentu pada kromosom, yang disebut inversi bit seperti terlihat pada tabel 2.4 dibawah ini. Tabel 2.4 Contoh Mutasi dalam pengkodean biner Kromosom sebelum mutasi Kromosom setelah mutasi Mutasi dalam pengkodean permutasi Proses mutasi yang dilakukan dalam pengkodean biner dengan mengubah langsung bit-bit pada kromosom tidak dapat dilakukan pada pengkodean permutasi karena konsistensi urutan permutasi harus diperhatikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memilih dua posisi (locus) dari kromosom dan kemudian nilainya saling dipertukarkan seperti terlihat pada tabel 2.5 dibawah ini. Tabel 2.5 Contoh Mutasi dalam pengkodean permutasi Kromosom sebelum mutasi Kromosom setelah mutasi Mutasi dalam pengkodean nilai Mutasi pada pengkodean nilai hampir sama dengan yang dilakukan pada pengkodean biner, tetapi yang dilakukan bukan menginversi nilai bit. Penerapannya bergantung pada jenis nilai yang digunakan. Sebagai contoh untuk nilai rill, proses mutasi dapat dilakukan seperti yang dilakukan pada pengkodean permutasi, dengan saling mempertukarkan nilai dua gen pada kromosom. Tabel 2.6 Contoh Mutasi dalam pengkodean nilai Kromosom sebelum mutasi 1,43 1,09 4,51 9,11 6,94 Kromosom setelah mutasi 1,43 1,19 4,51 9,11 6,84

13 32 4. Mutasi dalam pengkodean pohon Mutasi dalam pengkodean pohon dapat dilakukan antara lain dengan cara mengubah operator (+, -, *, /) atau nilai yang terkandung pada suatu verteks pohon yang dipilih atau dapat juga dilakukan dengan memilih dua verteks dari pohon dan saling mempertukarkan operator atau nilainya Kontrol Parameter dalam Algoritma Genetika Kontrol parameter dalam algoritma genetika merupakan salah satu bagian paling penting dalam penerapan algoritma genetika. Parameter ini diperlukan untuk mengendalikan operator-operator dalam algoritma genetika. Pemilihan parameter genetika menentukan penampilan kinerja algoritma genetika dalam memecahkan persoalan. Parameter dalam algoritma (Hopgood, 2001) adalah : genetika yang disarankan menurut De Jong 1. Probabilitas penyilangan cukup besar (berkisar 60 % sampai 70 %). 2. Probabilitas Mutasi cukup kecil (sebuah gen untuk sebuah kromosom). 3. Ukuran populasi berkisar antara 50 sampai 500 kromosom Probabilitas persilangan (crossover probability) Probabilitas crossover menyatakan seberapa sering proses crossover akan terjadi antara dua kromosom induk/orang tua. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa angka probabilitas crossover sebaiknya cukup tinggi, yaitu antara 80 % sampai dengan 95 % untuk memberikan hasil yang baik. Untuk beberapa masalah tertentu probabilitas crossover 60 % memberikan hasil yang lebih baik (Marek, 1998). Probability Crossover dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut : Pc = Jumlah % x Banyaknya individu yang ada

14 Probabilitas mutasi (mutation probability) Probabilitas mutasi menunjukkan seberapa sering gen-gen yang menyusun sebuah kromosom akan dimutasikan. Jika tidak terjadi mutasi atau probabilitas mutasi 0 % maka keturunan yang dihasilkan setelah crossover tidak akan berubah, dan jika terjadi mutasi pada bagian kromosom yang telah dipilih akan mengalami perubahan. Jika probabilitas 100 %, semua kromosom akan dilakukan mutasi dan keseluruhan kromosom akan berubah. Probabilitas dalam mutasi sebaiknya diberi nilai yang kecil. Probabilitas mutasi digunakan untuk mendapatkan rata-rata satu mutasi per kromosom yaitu angka/allele = 1 / (panjang kromosom). Dari hasil yang sudah pernah dicoba para peneliti yang menunjukkan bahwa angka probabilitas terbaik adalah 0,5 % - 1 % hal ini disebabkan oleh karena untuk menjaga perbedaan kromosom dalam populasi agar terhindar dari konvergensi premature. Probability Mutasi dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut : Pm = Jumlah % x (Jumlah Individu x Banyaknya gen dalam 1 Individu) Jumlah individu Jumlah individu yaitu banyaknya jumlah kromosom yang terdapat dalam satu populasi. Jika satu populasi hanya memiliki kromosom dengan junlah yang sedikit menyebabkan algoritma akan memiliki variasi yang akan diberikan pada proses crossover, sebaliknya jika terdapat jumlah kromosom dalam satu populasi yang terlalu banyak maka algoritma genetika akan berjalan lambat untuk menemukan solusi yang diharapkan. Ukuran populasi yang sering digunakan oleh para peneliti sebelumnya antara kromosom, tetapi ada juga peneliti yang menggunakan kromosom dengan hasil yang baik. Ukuran populasi yang terbaik adalah tergantung dari pengkodean yang dilakukan yaitu ukuran dari barisan yang dienkodekan Jumlah populasi

15 34 Jumlah populasi yaitu banyaknya populasi atau banyaknya generasi yang akan dihasilkan yang digunakan sebagai batas akhir dari semua proses dalam algoritma genetika yaitu proses seleksi, proses crossover dan proses mutasi Greedy Crossover Metode Greedy Crossover (GX) adalah salah satu metode crossover atau perkawinan silang yang sangat spesifik yang diterapkan pada Algoritma Genetika selain dari metode-metode crossover klasik yang ada pada algoritma genetika tersebut. Metode Greedy Crossover ini pertama kali ditemukan oleh Grefenstette et al. (1985). Metode Greedy Crossover dapat diterapkan apabila semua gen yang terdapat dalam sebuah kromosom tersebut berbeda, dan susunan seluruh gen untuk kedua kromosom harus sama atau identik dan hanya bisa di order pada gen kromosom yang bervariasi, kedua kondisi tersebut selalu benar dan dapat diterapkan berkali-kali. Greedy crossover ini bekerja dengan membuang gen yang tidak sesuai atau tidak memenuhi kondisi yang diinginkan pada kromosom induk pertama / father dan menggantinya dengan gen yang lain pada kromosom induk kedua / mother. Metode Greedy Crossover memiliki prinsip yang sama dengan algoritma Greedy dan sesuai dengan namanya greedy dalam bahasa Indonesia berarti tamak atau rakus dan algoritma ini memiliki prinsip Take what you can get now yang berarti mengambil apa yang bisa anda dapatkan sekarang. Algoritma greedy adalah algoritma untuk menyelesaikan permasalahan secara bertahap (Brassard G, 1996). Tahap penyelesaiannya adalah: 1. Mengambil pilihan yang terbaik yang dapat diperoleh pada saat itu tanpa memperhatikan konsekuensi ke depan. 2. Berharap bahwa dengan memilih optimum lokal pada setiap langkah akan berakhir dengan optimum global. Sehingga dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa langkah dari algoritma greedy ini adalah mengambil pilihan yang terbaik yang dapat diperoleh pada saat itu tanpa memperhatikan konsekuensi ke depan, atau dengan prinsip take what you can get now, berharap bahwa dengan memilih optimum lokal pada setiap langkah akan berakhir dengan optimum global.

16 35 Metode Greedy Crossover yang digunakan adalah dengan memilih kromosom pertama sebagai langkah awal dan melihat seluruh gen yang terdapat pada kromosom tersebut dari salah satu orang tua dan membandingkannya dengan orang tua kedua. Jika salah satu gen dalam kromosom orang tua pertama ada yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat maka akan dipilih gen pada orang tua kedua. Pertukaran gen ini hanya terjadi pada posisi yang sama dengan gen yang rusak tersebut, proses seperti ini akan dilakukan secara berulang-ulang sampai kondisi berhenti terpenuhi. Prosedur dari greedy crossover ini merupakan prosedur penyesuaian lokal dan perbaikan pada sebuah kromosom. Dalam pengimplementasiannya metode greedy crossover menggunakan beberapa elemen yaitu : 1. Himpunan Kandidat, (C). Himpunan ini berisi elemen-elemen pembentuk solusi 2. Himpunan Solusi, (S). Himpunan ini berisi kandidat yang terpilih sebagai solusi persoalan, atau himpunan bagian dari himpunan kandidat. 3. Fungsi seleksi Fungsi seleksi merupakan fungsi yang ada pada setiap langkah memilih kandidat yang paling memungkinkan guna mencapai solusi optimal. 4. Fungsi Kelayakan (Feasible) Fungsi kelayakan adalah fungsi yang memeriksa apakah suatu kandidat yang telah terpilih dapat memberikan solusi yang layak dan tidak melanggar batasan atau constraints yang ada Optimalisasi Rostering Mata Pelajaran Pengertian Optimalisasi Optimalisai merupakan suatu upaya sistematis untuk memilih elemen terbaik dari suatu kelompok atau kumpulan yang ada. Optimalisasi didalam konteks matematika dapat dinyatakan sebagai usaha sistematis untuk mencari nilai minimum atau

17 36 maksimum dari suatu fungsi. Optimalisasi ini dipakai hampir disemua bidang keilmuan antara lain bidang teknik, ilmu sosial, sains, ekonomi, bisnis maupun dibidang pendidikan. Banyak permasalahan dalam bidang-bidang tersebut yang dapat dinyatakan sebagai permasalahan optimalisassi seperti meminimalkan biaya, mempersingkat waktu, memaksimalkan keuntungan dan kualitas. Optimalisasi merupakan proses dalam mencari nilai yang terbaik berdasarkan fungsi tujuan dengan daerah asal yang telah didefenisikan. Pengertian Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995) yaitu optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi jadi optimalisasi adalah suatu proses meninggikan atau meningkatkan. Optimalisai banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Berdasarkan uraian diatas optimalisasi dapat diartikan sebagai serangkaian proses secara sistematis yang dilakukan dengan metode yang paling baik dalam suatu pekerjaan dengan harapan dapat meningkatkan kualitas dari pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien Rostering/Penjadwalan Mata Pelajaran Pembuatan jadwal mata pelajaran merupakan salah satu bagian yang paling penting agar terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik, efektif dan efisien pada suatu lembaga pendidikan formal. Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian sumbersumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu (Baker, 1974). Penjadwalan juga didefinisikan sebagai rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian sumber, baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan (Vollman, 1998). Penjadwalan mata pelajaran merupakan proses penyusunan jadwal pelaksanaan yang menginformasikan sejumlah mata pelajaran, guru yang mengajar, ruang, serta waktu kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya penyusunan jadwal mata pelajaran dilakukan secara manual, yaitu dengan mencari kolom mana saja yang masih kosong, kemudian menempatkan jadwal pada kolom tersebut. Suatu jadwal di sekolah akan sulit untuk dibuat dengan cara seperti ini jika jumlah kelas dan siswa yang tersedia dalam sekolah tersebut terbatas dan jumlah tenaga pengajar/guru yang tersedia sangat

18 37 banyak. Untuk menyusun jadwal mata pelajaran yang baik, pembuat jadwal perlu memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhi jadwal mata pelajaran tersebut. Dari aspek guru, pembuat jadwal perlu memperhatikan kemungkinan guru yang bersangkutan hanya ingin mengajar suatu mata pelajaran pada hari dan jam tertentu. Pembuat jadwal juga harus memperhatikan keterbatasan guru pengajar yang dimiliki oleh sekolah. Pembuat jadwal juga perlu memperhatikan dari aspek mata pelajaran yang diajarkan. Sebagai contoh, mata pelajaran matematika seharusnya diajarkan 4 jam dalam seminggu dengan maskimal 2 jam dalam satu hari. Selain itu, pembuat jadwal juga perlu memperhatikan bahwa jadwal yang dibuat tidak ada bentrokan jam antar pengajar satu dengan pengajar yang lain dalam satu waktu dan kelas tertentu, atau satu pengajar yang berada di lebih dari satu kelas pada satu waktu tertentu. Berdasarkan aspek-aspek di atas, seharusnya jadwal yang disusun dapat menjadi solusi sehingga tidak ada bentrokan jadwal pengajar, mata pelajaran, atau kelas yang terjadi, dan tentunya memenuhi persyaratan kegiatan belajar yang sudah ditentukan. Oleh karena itu dibutuhkan metode optimasi yang dapat diterapkan untuk menyusun jadwal mata pelajaran. Dalam penelitian ini akan dilakukan optimalisai penjadwalan mata pelajaran dengan menggunakan dan menganalisa metode-metode yang heuristik, dimana permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian yaitu masalah optimalisasi pada penjadwalan mata pelajaran di SMP Negeri 5 Pematangsiantar, dimana penyusunan jadwal mata pelajaran di sekolah tersebut yang dilakukan setiap memasuki tahun ajaran baru selalu mengalami beberapa kendala terkait dengan pengelolaan penjadwalan yang masih dilakukan secara manual menggunakan program Microsoft Excel, hal tersebut sangat tidak efektif karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama dan informasi yang dihasilkan tidak akurat, sehingga banyak para guru yang merasa kecewa atas jadwal mengajar mereka oleh karena banyak terjadi kesalahan didalam jadwal tersebut, seperti seorang guru masuk dikelas yang berbeda pada hari dan jam yang sama, seorang guru masuk di kelas yang sama pada hari yang berbeda. Hal seperti ini selalu terjadi pada saat tahun ajaran atau diawal semester. Peristiwa ini terjadi karena beberapa faktor yaitu banyaknya jumlah tenaga pendidik yang tersedia sementara jumlah ruangan kelas dan peserta didik yang terbatas serta banyaknya

19 38 permintaan guru yang tidak bisa masuk untuk mengajar di hari-hari tertentu. Sehingga hal ini sangat menyulitkan bagi pegawai yang bekerja dibagian kurikulum Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan beberapa penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti yang digunakan sebagai acuan agar penelitian ini berjalan dengan lancar. Algoritma genetika sering terjadi konvergen prematur dalam mencari daerah global optimum (Xinyang, 2011). Algoritma genetika memiliki kelemahan dalam menyelesaikan penjadwalan mata kuliah yaitu sering terjebak pada nilai optimum lokal (Sivanandan, 2008). Ongko (2015) melakukan analisis keterkaitan jumlah gen yang mengalami crossover terhadap kinerja algoritma genetika. Penelitian dilakukan dengan membandingkan whole arithmetic crossover, simple arithmetic dan single arithmatic crossover. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak gen yang terlibat dalam proses crossover akan meningkatkan kinerja algoritma genetika. hasil lainnya menyatakan bahwa whole arithmetic crossover lebih baik daripada simple arithmetic dan single arithmatic crossover. Ismkhan & Zamanifar (2012) melakukan penelitian dengan dilatarbelakangi bahwa metode greedy crossover klasik lambat dan tidak begitu akurat. Penelitiannya dilakukan dengan pengembangan atas metode greedy crossover untuk meningkatkan kinerja algoritma genetika. Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan kinerja algoritma dengan kompleksitas waktu O(n). Algoritma greedy yang diimplementasikan ke dalam perangkat lunak dapat digunakan untuk menyelesaikan knapsack problem pada dunia transportasi dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan perhitungan manual dan algoritma brute force (Rachmawati & Candra, 2013). Algoritma greedy adalah salah satu metode yang praktis dalam mencari solusi yang baik pada masalah Traveling Salesman Problem, algoritma ini menghasilkan semua daftar titik dalam grafik dari biaya yang terkecil sampai dengan biaya terbesar (Zoubi & Salam, 2014).

20 39 Tabel Penelitian yang relevan No Nama dan Metode yang Hasil Penelitian Tahun Peneliti Digunakan 1. Sallabi dan El-Haddad (2009) 2. Ismkhan dan Zamanifar (2012) 3. Rachmawati dan Candra, (2013) Genetic Algorithmn hybrid Genetic Algorithmn and Greedy Crossover Greedy Algorithmn Mereka melakukan modifikasi pada metode crossover yang disebut dengan swapped inverted crossover (SIC), kemudian melakukan multi mutation operation dan terakhir menambahkan metode partial local mutation operation. Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan kinerja algoritma genetika. Penelitiannya dilakukan dengan pengembangan atas metode greedy crossover untuk meningkatkan kinerja algoritma genetika pada kasus TSP. Algoritma greedy yang diimplementasikan ke dalam perangkat lunak dapat digunakan untuk menyelesaikan knapsack problem pada dunia transportasi dengan waktu yang lebih cepat.

21 40 Tabel Penelitian yang relevan (Lanjutan) No Nama dan Tahun Peneliti 4. Zoubi dan Salam (2014) Metode yang Digunakan Genetic Algorithmn and Greedy Algorithmn 5. Ongko (2015) Genetic Algorithmn Hasil Penelitian Dari hasil penerapannya Algoritma GA-Greedy digunakan sangat praktis dalam mencari pendekatan dinamis dan statis pada crossover dalam menyelesaikan masalah Traveling Salesman Problem. Penelitian dilakukan dengan membandingkan whole arithmetic crossover, simple arithmetic dan single arithmatic crossover. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak gen yang terlibat dalam proses crossover akan meningkatkan kinerja algoritma genetika. hasil lainnya menyatakan bahwa whole arithmetic crossover lebih baik daripada simple arithmetic dan single arithmatic crossover. 6. Otman dan Jaafar (2011) Genetic Algorithmn Penelitian yang dilakukan dengan membandingan enam metode crossover pada dataset TSPBERLIN52 yang menyatakan bahwa metode ordered crossover merupakan metode yang lebih baik dari pada metode crossover klasik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS Surabaya 2003 Algoritma Genetika Algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Optimasi Optimasi adalah salah satu ilmu dalam matematika yang fokus untuk mendapatkan nilai minimum atau maksimum secara sistematis dari suatu fungsi, peluang maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Algoritma Genetika Pada tahun 1975, John Holland, di dalam bukunya yang berjudul Adaption in Natural and Artificial Systems, mengemukakan komputasi berbasis evolusi. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem dan Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Sutabri (2004), bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya berfungsi untuk mencapai

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Dalam matematika dan komputasi, algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 36 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengurutan Pekerjaan (Job Sequencing) 2.1.1 Deskripsi Umum Dalam industri manufaktur, tujuan penjadwalan ialah untuk meminimasikan waktu dan biaya produksi, dengan cara mengatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma Genetika merupakan suatu algoritma yang terinspirasi dari teori evolusi Darwin yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup suatu makhluk dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika Dan Rapid Application Development (RAD)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika Dan Rapid Application Development (RAD) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Dan Rapid Application Development (RAD) 2.1.1 Algoritma Genetika Algoritma ini ditemukan di Universitas Michigan, Amerika Serikat oleh John Holland (1975) melalui

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM 3.1 TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Sebelum membahas pencarian solusi Travelling Salesman Problem menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hemofilia Hemofilia adalah gangguan produksi faktor pembekuan yang diturunkan, hemofilia berasal dari bahasa Yunani yaitu haima yang artinya darah dan philein yang artinya mencintai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika Algoritma Genetika Pendahuluan Struktur Umum Komponen Utama Seleksi Rekombinasi Mutasi Algoritma Genetika Sederhana Referensi Sri Kusumadewi bab 9 Luger & Subblefield bab 12.8 Algoritma Genetika 1/35 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ALGORITMA Algoritma adalah metode langkah demi langkah pemecahan dari suatu masalah. Kata algoritma berasal dari matematikawan Arab ke sembilan, Al- Khowarizmi. Algoritma didasarkan

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibicarakan beberapa model penyelesaian problema Knapsack dengan memakai beberapa metode yang telah ada yang akan digunakan pada bab pembahasan. 2. Problema Knapsack

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES J~ICON, Vol. 2 No. 2, Oktober 2014, pp. 84 ~ 91 84 PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES Emsi M. Y. Monifani 1, Adriana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang travelling salesman problem (TSP), metodemetode yang digunakan dalam penyelesaian TSP. Khusus penggunaan metode algoritma genetika

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA PELAJARAN DI SMAN 1 CIWIDEY Rismayanti 1, Tati Harihayati 2 Teknik Informatika Universitas Komputer

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Kampanye Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian aktivitas kerja (Jiupe, 2008). Penjadwalan juga merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Menurut Dian (2011), penjadwalan merupakan proses untuk menyusun suatu jadwal atau urutan proses yang diperlukan dalam sebuah persoalan. Persoalan penjadwalan biasanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Persoalan TSP merupakan salah satu persoalan optimasi kombinatorial (kombinasi permasalahan). Banyak permasalahan yang dapat direpresentasikan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Evolutionary Algorithm merupakan terminologi umum yang menjadi payung

BAB II LANDASAN TEORI. Evolutionary Algorithm merupakan terminologi umum yang menjadi payung BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Evolutionary Algorithm merupakan terminologi umum yang menjadi payung bagi empat istilah : algoritma genetika (genetic algorithm), pemrograman genetika (genetic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka 7 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Visualisasi Rute Terpendek Jalur Angkutan Kota Dengan Algoritma Genetika membahas tentang perancangan dan pembuatan aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam. penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut

Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam. penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut terlaksana dengan optimal.

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Nico Saputro dan Suryandi Wijaya Jurusan Ilmu Komputer Universitas Katolik Parahyangan nico@home.unpar.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

Strategi Menggunakan Algoritma Genetika

Strategi Menggunakan Algoritma Genetika Strategi Menggunakan Algoritma Genetika Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS-ITS 2003 Agenda Memahami permasalahan apa yang membutuhkan algoritma genetika Strategi mendefinisikan Individu

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Perkembangan game dari skala kecil maupun besar sangat bervariasi yang dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang umur, dari anak

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYUSUNAN TEKA-TEKI SILANG Afen Prana Utama 1, Edison Sinaga 1 D-3 Manajemen Informatika - STMIK Mikroskil Medan afen@mikroskil.ac.id Abstrak Teka-teki silang merupakan

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH (Studi Kasus: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pendahuluan Bab ini menjelaskan secara singkat tentang review untuk mengidentifikasikasi dalam penyelesaian pencarian rute terpendek dengan adanya lintasan terlarang (Forbidden

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam bentuk model untuk dipelajari, diuji, dan sebagainya. Banyak ahli memberikan

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam bentuk model untuk dipelajari, diuji, dan sebagainya. Banyak ahli memberikan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Simulasi Teknik Simulasi merupakan cara meniru suatu sistem nyata yang kompleks dalam bentuk model untuk dipelajari, diuji, dan sebagainya. Banyak ahli memberikan definisi

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Representasi Matriks untuk Proses Crossover Pada Algoritma Genetika untuk Optimasi Travelling Salesman Problem Matrix Representation for The Crossover on Genetic Algorithm

Lebih terperinci

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA I Dewa Made Adi Baskara Joni 1, Vivine Nurcahyawati 2 1 STMIK STIKOM Indonesia, 2 STMIK STIKOM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. genetika, dan algoritma memetika yang akan digunakan sebagai landasan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. genetika, dan algoritma memetika yang akan digunakan sebagai landasan dalam BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II ini dijelaskan mengenai beberapa teori tentang penjadwalan, penjadwalan kuliah, metode penyelesaian penyusunan jadwal kuliah, algoritma genetika, dan algoritma memetika

Lebih terperinci

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK

PENGENALAN ALGORITMA GENETIK PENGENALAN ALGORITMA GENETIK Aries Syamsuddin ariesmipa@psyon.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 2, (2017) 28 Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika Andreas Christian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK Rudy Adipranata 1) Felicia Soedjianto 2) Wahyudi Tjondro Teknik Informatika,

Lebih terperinci