PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH"

Transkripsi

1 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH Minnah El Widdah Abstraksi Muhammad Abduh seorang modernis Islam Mesir, telah berusaha mengupayakan pembaharuan dalam Islam, khususnya dalam bidang pendidikan. Ia berpandangan bahwa pendidikan merupakan jalan strategis dalam menyampaikan misi dakwah islamiyah dan sekaligus menjadi media yang efektif dalam menyampaikan ide-ide pembaharuannya kepada umat. Tulisan ini mencoba mengungkap dan menganalisis ideide pembaharu Muhammad Abduh tentang pendidikan Islam yang diushakannya dalam konteks tiga periodesasi kehidupan yang dijalaninya seperti disinggung di atas, sehingga semakin menampakkan ide-ide dan perkembangan pemikirannya. Kata Kunci : Pembaharuan pendidikan A. Pendahuluan Hampir semua pemikir pembaharu Islam pada masa awal modernisasi terkagum-kagum atas kemajuan Barat melalui sains dan teknologi yang telah diraihnya, dan pada saat yang sama memunculkan kesadaran akan ketertinggalan umat Islam dalam segala bidang kehidupan, sehingga memunculkan keinginan yang amat kuat dalam diri pemikir Islam untuk mentransfer sains dan teknologi Barat ini ke dalam Islam dengan tujuan memajukan umat Islam. Akibat sentimen politik dan kekuasaan dan perbedaan identitas keagamaan, pada perkembangan selanjutnya memunculkan sikap ambivalensi kalangan pada modernis Islam terhadap yang berbau Barat, termasuk sains dan teknologinya. Sikap ambivalensi ini adakalanya dalam praksis kependidikan berujung pada penguatan pendidikan tradisional agama di samping menerima sains dan teknologi Barat tersebut, bahkan tidak jarang pula berujung pada penolakan sepenuhnya terhadap segala sesuatu yang berbau Barat. Muhammad Abduh seorang modernis Islam Mesir, telah berusaha mengupayakan pembaharuan dalam Islam, khususnya dalam bidang pendidikan. Ia berpandangan bahwa pendidikan merupakan jalan strategis dalam menyampaikan misi dakwah islamiyah dan sekaligus menjadi media yang efektif dalam menyampaikan ide-ide pembaharuannya kepada umat. 71

2 Minnah El Widdah, Pendidikan Dalam. Telaah akan aktivitas pembaharuan pendidikan yang dilakukan Muhammad Abduh, sesungguhnya tidak dapat dilepaskan begitu saja dari dinamika perjalanan hidupnya sebagai seorang pembaharu yang banyak menghadapi tantangan dari kelompok dan penguasa pada masanya, bahkan hingga ia dikucilkan dan dibuang dari negerinya sebagaimana lazim ditemukan pada para pembaharu lainnya. Perjalanan aktivitas Muhammad Abduh dalam upayanya menggaungkan dan menerapkan ide-ide pembaharuannya setidaknya dapat dilihat tiga periode kehidupannya, yakni masa prapembuangan, pembuangan dan pasca pembuangan. Tulisan ini mencoba mengungkap dan menganalisis ide-ide pembaharu Muhammad Abduh tentang pendidikan Islam yang diushakannya dalam konteks tiga periodesasi kehidupan yang dijalaninya seperti disinggung di atas, sehingga semakin menampakkan ide-ide dan perkembangan pemikirannya. B. Muhammad Abduh dan Kesejarahannya. Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 di desa Mahillah, Mesir dan wafat di tahun Ia putra dari Hasan Khairillah, yang mempunyai silsilah dari keturunan Turki, sedangkan ibunya memiliki silsilah dari keturunan Umar ibn Khatab, meskipun perlu dicatat bahwa pada tahun kelahirannya terdapat silang pendapat dikalangan para ahli. (Asmuni, 1995:78). Sebagai keluarga yang taat menjalani agama, Muhammad Abduh diserahkan kepada seorang guru mengaji untuk dapat menghafal al- Qur`an, selain dapat membaca dan menulis. Setelah ia dapat menyelesaikan hafalan al-qur`annya dalam waktu dua tahun, Muhammad Abduh dikirim oleh ayahnya kepada Syekh Ahmad di Thanta untuk mempelajari agama pada tahun Selama dua tahun belajar di sini terutama dalam bidang Nahwu, Sharaf dan Fiqih, ia sangat frustasi dan mengkritisi metode pembelajarannya yang diterapkan pada pendidikan ini. Menurut Muhammad Abduh, menghafal sebagai metode yang diterapkan di sini tidak memberikan pengetahuan, guru hanya menekankan penghafalan istilah-istilah dan tidak mau peduli apakah anak mengerti atau tidak dari istilah-istilah tersebut. (Nasution, 1992:59). Sikap protes dan frustasi Muhammad Abduh terhadap sistem pembelajaran seperti ini semakin memuncak sehingga ia lari dari institusi pendidikan ke kampung halamannya, setelah sebelumnya bersembunyi selama tiga bulan di salah satu rumah pamannya. Dalam pelarian inilah ia berkeluarga, tepatnya pada tahun 1865, dalam usia sekitar 16 tahun. Orang tuanya tetap berharap agar Muhammad Abduh mau kembali meneruskan pendidikannya di Thanta, namun ditolaknya, akhirnya menemui pamannya Syekh Darwisy Khadr, seorang intelektual yang 72

3 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 memiliki pandangan ke depan untuk ukuran masanya. Bimbingan dari pamannya ini benar-benar telah merubah sikap dan pandangan Muhammad Abduh, akhirnya ia dapat menyelesian pendidikannya di Thanta, tepatnya pada tahun Kemudian ia meneruskan pendidikannya dengan memasuki perguruan tinggi al-azhar, sebuah institusi pendidikan tinggi Islam yang bergengsi pada masa itu, namun yang lebih penting lagi adalah munculnya kembali kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan setelah beberapa tahun redup bahkan frustasi sebagai akibat sistem pembelajaran di Thanta sebagaimana disinggung di atas. Di saat ia menjadi mahasiswa al-azhar, ia berkenalan dengan Jamaluddin al-afgani, seorang pembaharu Islam yang revolusioner yang berkunjung ke Mesir pada tahun perkenalannya dengan pembaharu ini semakin memacu semangat akademiknya, terutama untuk mengadakan pembaharuan pada masyarakatnya termasuk sitem pendidikan. Melalui bimbingan Jamaluddin al-afgani ia belajar filsafat, dan aktif menulis pada surat kabar harian al-ahram yang pada waktu itu baru didirikan. Pada tahun 1877 studinya selesai dengan yudisium yang sangat baik dan mendapat gelar `alim, sekaligus diangkat menjadi tenaga pengajar di almamaternya dan Dar al Ulum. Karena kedekatannya dengan Jamaluddin al-afgani yang dituduh mengadakan pergerakan menentang penguasa pada masa itu, Muhammad Abduh juga terimbas oleh kecurigaan penguasa, yang membawanya diusir dari Kairo. Setelah satu tahun kemudian, ia diizinkan kembali ke Kairo, dan diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah yaitu al-waqa il al-misriyah. Dengan pembekerjaan seperti ini, menjadikan ia lebih leluasa menyampaikan ide-ide pemikirannya terutama menyangkut ilmu agama, filsafat, kesusasteraan dan lain-lainnya. Melalui surat kabar ini tidak jarang melancarkan kritikan terhadap pemerintah tentang nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di Mesir (Asmuni, 1995:79). Pada peristiwa pemberontakan Urabi Pasya dalam tahun 1882, Muhammad Abduh dituduh terlibat di dalamnya, sehingga ketika pemberontakan ini berakhir ia diusir dari Mesir dan menetap di Syria. Di kota inilah ia banyak melontarkan ide-ide pembaharuan pendidikannya sebagaimana nanti akan diuraikan terutama ketika ia diberi kesempatan mengajar di perguruan tinggi al-sulthaniyah. Dari Syria, ia pergi ke Paris tepatnya pada tahun 1884, setelah diundang oleh Jamaluddin al-afgani yang telah bermukim di sana. Di kota inilah bersama Jamaluddin, ia membentuk suatu gerakan yang bernama al- Urwatul Wusqa yakni suatu gerakan sosial-politis untuk membangkitkan kesedaran bersatu pada seluruh umat Muslim dunia dengan menerbitkan majalah al-urwatul Wusqa sebagai alat untuk mencapai tujuan gerakan tersebut (Asmuni, 1995:80). 73

4 Minnah El Widdah, Pendidikan Dalam. Pada tahun 1888, ia diperbolehkan pulang ke Mesir, namun tidak diizinkan mengajar, karena penguasa pada masa itu merasa takut akan pengaruhnya kepada mahasiswa, namun pada tahun 1894, atas kepeduliannya yang amat gigih untuk pembaharuan pendidikan, serta didukung pula oleh teman-temannya yang memahami pemikirannya, akhirnya ia diangkat menjadi majelis pendidikan tinggi di al-azhar. Sebagai anggota majelis ini, ia banyak melakukan perubahan di dalam tubuh al-azhar, meskipun juga banyak mendapat tantangan terutama dari syekh-syekh yang konservatif di penrguruan tinggi ini, bahkan terlempar dari institusi ini. Di tahun1899, ia diangkat menjadi mufti Mesir sampai ia meninggal pada tahun 1905 (Nasution, 1992:62). C. Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Muhammad Abduh 1. Masa Pra Pembuangan Sesungguhnya ide-ide pembaharuan apapun yang dilontarkan Muhammad Abduh pada periode ini tidak dapat dipisahkan dari kuatnya pengaruh Jamaluddin al-afgani terhadap dirinya, karena sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa Muhammad Abduh mengenal sains-sains pemikiran modern Barat dari tokoh ini dan malah menjadi muridnya yang setia. Pengaruh Jamaluddin al-afgani terhadap pemikiran Muhammad Abduh, setidaknya terlihat dari upayanya untuk mengekspresikan perubahan dalam masyarakat melalui penataan moral mereka. Hanya saja pada Jamaluddin al-afgani perubahan yang diinginkannya dalam bentuk revolusionery of people melalui perubahan politik, sementara Muhammad Abduh menginginkan perubahan itu dalam gradual transformation of the mind melalui pendidikan dan pengajaran. Konsekuensi dari metodanya seperti ini, menuntut akan pembaharuan pada aspek lain seperti merekonstruksi kembali pemahaman tentang doktrin Islam dan pemurniannya, karena kemunduran umat islam dapat diketahui dan dieliminasi hanya dengan menampilkan pendidikan Islam yang kritis dan menilai kembali pokokpokok dasar Islam (Gibb, 1950:39). Di antara ide Jamaluddin al-afgani yang juga mempengaruhi Muhammad Abduh Adalah tentang pentingnya bagi orang-orang terpelajar suatu pendidikan masyarakat dan pengajaran moral dengan memperkenalkan prinsip-prinsip kesehatan moral sebagaimana kenalnya seorang dokter akan prinsip-prinsip kesehatan fisik. Orangorang terpelajar ini disebut dengan dokter jiwa, menurut Muhammad Abduh mesti mengetahui sejarah negeri mereka di samping sejarah negeri-negeri lain, periode-periode kemajuan dan kejatuhan mereka serta upaya yang tepat yang mereka terapkan untuk mengatasi problema sejarah mereka (Adams, 1968:35). 74

5 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 Bila dicermati esensi pembaharuan pendidikan Muhammad Abduh pada periode ini adalah memperkenalkan akan pentingnya sainsain dan teknologi modern Barat ke dalam kehidupan Muslim di samping keinginannya untuk tetap menghidupkan kembali kajiankajian klasik keislaman dan asli. Untuk hal ini ia sangat berkeinginan menyandingkan sains modern Barat bersama ilmu-ilmu keislaman di al-azhar. Bagi Muhammad Abduh, Muslim harus menerima sain-sain modern Barat ini serta harus mampu menguasainya (Badawai, 1978:64-65). Keinginan Muhammad Abduh seperti ini, tidak lepas dari konsepnya tentang tujuan pendidikan. Menurutnya tujuan pendidikan itu adalah mendidik akal dan jiwa, sehingga seseorang sekuat kemampuannya dapat meraih kebahagiaan yang sesungguhnya di dunia maupun di akhirat kelak. Dimaksudkannya dengan pendidikan akal adalah munculnya kemampuan pada akal pada kesederhanaan dan pengosongan dari pengetahuan-pengetahuan yang tidak benar atau terhindar dari konsep-konsep yang palsu dan ide-ide yang jelek sehingga yang diterima hanyalah ide-ide dan informasi yang benar saja. Untuk ini akal mesti mampu membedakan antara yang baik dan buruk, bahaya dan bermanfaat. Sedangkan pendidikan jiwa adalah menciptakan perilaku yang baik dalam diri dan melatihnya agar senantiasa terlepas dari perilaku atau sifat-sifat yang tidak baik, sehingga seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan aturanaturan masyarakat yang humanis (Badawi, 1978:68-69). Muhammad Abduh, juga memperhatikan akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh sekolah-sekolah yang dilakukan oleh orangorang asing dan misionaris Kristen. Menurutnya para orang tua yang tidak mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang memberikan keyakinan agama berbeda dengan keyakinannya dan anaknya, kecuali mereka menginginkan perubahan keyakinan pada anak-anak mereka. Untuk hal ini, Muhammad Abduh sangat menentang seolah-sekolah umum yang memakai pengantar bahasa asing, baginya, bahasa utama yang dipakai di sekolah-sekolah umum adalah bahasa ibu negeri ini. Ia memanggil Menteri Pendidikan untuk menyediakan bagi siswa-siswa buku-buku yang berbahasa Arab (Badawi, 1978:68). Usaha Muhammad Abduh mereformasi pendidikan di Mesir tidak saja pada pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi juga yang dilakukan oleh badan-badan tertentu. Ia sering melakukan kritik terhadap sekolah itu sendiri, para guru, metoda pengajaran dan kinerja umum dari program pendidikan nasional. Sebagai hasil kritiknya pada tanggal 28 Maret 1881 berdiri sebuah 75

6 Minnah El Widdah, Pendidikan Dalam. 76 badan the Superior Council of the Department of Education yakni suatu badan yang memiliki kekuasaan administratif terhadap pendidikan umum. Muhammad Abduh sendiri ditunjuk sebagai anggota sub komite dari badan ini yang selanjutnya melahirkan kejian peningkatan program pendidikan untuk semua sekolah (Adams, 1968:64). Sebagai anggota sub komite, Muhammad Abduh menyarankan Departemen Pendidikan untuk merevisi semua sekolah upaya mendapat subsidi oleh pemerintah yang diselenggarakan oleh orang-orang asing (Adams, 1968:48). Dari uraian di atas terlihat bahwa pemikiran pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh pada periode ini, lebih teraksentuasi pada pemaparan ide atau konsep. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari posisinya pada saat ini sebagai penulis, kendatipun pada akhir periode ini ia telah berada pada posisi untuk dapat berbuat nyata untuk menerapkan pemikiran pembaharuannya. Ide-ide pembaharuan pemikiran Muhammad Abduh pada periode ini, selain memperkenalkan sain-sain dan teknologi modern Barat dalam dunia pendidikan Islam seperti al-azhar, juga ingin merekonstruksi praktek pengajaran Islam yang sesuai dengan orisinalitas dan keislaman pada masa-masa awal Islam. Pada akhir peiode ini, Muhammad Abduh menginginkan pendidikan umum yang berbasis nasoinalitas perlu dihidupkan. Keinginannya seperti ini sebenarnya dipicu oleh adanya misi kristenisasi yang membonceng dibelakang pendidikan yang dilakukan oleh orang-orang asing. Untuk itu ia selain mengingatkan kepada orang tua untuk tidak menyekolahkan putra-putri mereka di sekolah-sekolah orang asing ini, juga ia menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap sekolah-sekolah asing yang mendapat subsidi dari pemerintah. 2. Masa Pembuangan Dicurigai ikut berpartisipasi dalam Revolusi Urabi pada 11 juli 1882, menjadikan Muhammad Abduh pada penghujung tahun ini dibuang ke Syria dan menetap di sini selama satu tahun. Atas undangan Jamaluddin al-afgani pada tahun 1884, ia pergi ke paris bekerja sama dengannya dalam gerakan Kesatuan Muslim dan menentang agresi Barat (Badawi, 1978:70). Ide-ide pemikiran pembaharuan pendidikannya, baru dilontarkannya setelah ia kembali ke Beirut pada tahun 1886, ketika mendapat kesempatan mengajar di Madrasah al-sulthaniyah di kota ini. Pada kesempatan ini ia mengatakan bahwa ilmu yang dibutuhkan Muslim saat ini bukan teknologi dan ilmu pertanian dan perdagangan lainnya. Hal ini menurutnya, teknologi tidak akan banyak membantu

7 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 dalam masyarakat yang tengah dilanda kelesuan, bodoh, terpecahpecah seperti yang tengah dialami masyarakat Muslim saat ini. Kebutuhan yang mendesak oleh masyarakat Muslim saat ini adalah mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang dapat membangkitkan jiwa. Agama merupakan jawaban untuk hal ini, oleh karena itu menurutnya pendidikan agama diperlukan, yakni dengan memahami agama secara benar (Badawi, 1978: 70-71). Selama di Paris, ia pernah mengajukan dua buah usulan pembaharuan dalam bidang pendidikan agama. Usulan pertama tentang pembaharuan pengajaran agama yang ditujukannya kepada Amir al-mukminin di Istambul, Turki. Usulan pembaharuan pendidikan ini pada intinya menginginkan agar pendidikan agama ditingkatkan dan difungsikan. Hal ini dikarenakan menurutnya pandidikan agama lah yang mampu mengatasi kejatuhan moral Muslim saat ini dan pengaruh asing yang telah membelenggu pemikiran masyarakat melalui sekolah yang mereka dirikan (Adams, 1968: 71). Untuk fungsionalnya pendidikan agama, menurut Muhammad Abduh pengajaran agama itu disesuaikan dengan strata kehidupan yang ada dalam masyarakat yaitu, kelompok masyarakat umum; para pedagang, petani dan buruh. Kelompok masyarakat pekerja di pemerintahan dan kelompok ulama, yakni orang yang konsern terhadap pendidikan masyarakat. Untuk kelompok masyarakat umum, pengajaran agama yang diberikan adalah prinsip-prinsip teologi Islam Sunni dengan logika yang mudah dipahami. Selain pemberian materi pemahaman terhadap al- Qur`an dan hadis-hadis Nabi yang otentik harus diberikan sebagai pembuktian, juga diberikan sejarah Islam awal dan masa-masa kebesaran Islam secara jelas serta sejarah kerajaan Turki Usmani. Sedangkan untuk kelompok masyarakat pekerja di pemerintahan selain materinya diberikan sama seperti kelompok di atas dalam bentuk pembelajaran yang lebih intensif, juga diberikan sejarah-sejarah yang menekankan pada aspek-aspek keislaman yang sesungguhnya dan mendorong para kelompok ini untuk berkeinginan merebut kembali wilayah-wilayah Islam yang telah diambil Barat. Khusus untuk kelompok ulama diberikan pengajaran bahasa Arab yang intensif dalam berbagai kajian keislaman. Pengajaran keislaman ini bertujuan untuk mengingatkan bahwa pemahaman agama secara salah hanya akan menyebabkan kesulitan-kesulitan masyarakat muslim seperti yang dialami saat ini (Badawi, 1978: 72-73). Bila dicermati secara teliti sasaran yang hendak dicapai dari program pendidikan Muhammad Abduhi adalah menjadikan agama benar-benar berurat berakar di dalam hati para siswa, sehingga dapat 77

8 Minnah El Widdah, Pendidikan Dalam. 78 menuntun setiap perbuatan yang mereka lakukan, selanjutnya dapat menyatukan dan mengabdikan diri mereka, baik secara material maupun spiritual, untuk Islam dan mendukung Amir al-mukminin (Badawi, 1978: 73). Sementara usulan keduanya tentang pembaharuan pendidikan Islam adalah ditujukannya kepada masyarakat untuk mendukung pemerintahan gubernur Beirut. Hal ini dikarenakan menurut Muhammad Abduh, pemerintahan ini sangat mendukung pengajaran agama dan tidak membeda-bedakan golongan dan sekte yang ada di Syria. Kecuali juga ia mengingatkan akan pengruh buruk dari sekolahsekolah asing dan mengusulkan segera didirikan sekolah-sekolah yang sesuai dan memperbanyak pendidikan keagamaan (Adams, 1968: 66). Pemikiran pembaharuan pendidikan yang dilontarkan Muhammad Abduh untuk periode ini masih pada tataran teoritis, himbauan dan harapan seperti pada periode sebelumnya. Hanya saja pada periode ini, ide-ide pembaharuan pendidikannya telah semakin menampakkan tampilannya. Indikasi ini setiadaknya terlihat telah dimunculkannya muatan materi pandidikan yang mesti diajarkan untuk setiap golongan serta substansi tujuan yang hendak dicapai, bahkan telah menempatkan secara eksplisit peranan sentra pendidikan agama di tengah pemanfaatan sain-sain dan teknologi modern Barat. Disamping itu, penerapan pendidikan sesuai dengan kelompok yang ada dalam masyarakat, dan pemberian materi sejarah dalam bentuk analitik bagi pendidikan Islam, dapat pula dinilai sebagai terobosan baru dalam paraktek kependidikan. Melalui materi pendidikan agama dalam bentuk analisis menunjukkan besarnya keiginan Muhammad Abduh agar pendidikan agama dapat benar-benar memicu perkembangan rasionalitas dalam beragama, tidak seperti sebelumnya yang mana pembelajaran agama hanya terfokus pada pembelajaran model hafalan yang menimbulkan stagnasi pemahaman terhadap ajaran agama. Begitu pula pemberian materi dan model pembelajaran sejarah dalam bentuk analitik, menunjukkan suatu kemajuan dari sebelumnya, dimana pembelajaran sejarah tidak lagi hanya berupa pemberian informasi tentang rangakaian kejadian masa lalu yang hanya cenderung berupa alat bernostalgia dan memunculkan sikap pengkultusan masa lalu, akan tetapi dengan model pembelajaran sejarah yang bersifat analitik siswa dapat memetik pelajaran berharga tentang sesuatu yang berada di balik kejadian masa lalu. 3. Masa Pasca Pembuangan Pada masa ini pengaruh Jamaluddin al-afghani tidak lagi begitu kuat, bahkan ia mengkiritik beberapa pola perjuangan Jamaluddin. Berbeda dengan sebelumnya, pada masa ini ia mengubah pola

9 Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 perjuangannya secara drastis, dimana ia telah dapat menerima Inggris melalui jalinan kerjasama dalam upaya melakukan pembeharuan di bidang pendidikan. Beralihnya sikap Muhammad Abduh secara drastis ini sebenarnya merupakan sebuah strategi untuk mewujudkan keinginannya melakukan pembaharuan untuk memacu perubahan di kalangan umat Islam dalam rangka mengejar ketertinggalanya dari Barat, terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkan cita-citanya ini, ia melakukan kerjasama dengan Inggris dalam rangka memajukan pendidikan nasional Mesir. Untuk mewujudkan cita-citanya ini, ia mengeluarkan fatwa bahwa kerjasama dengan masyarakat non muslim tidaklah bertentangan dengan ajaran agama (Badawi, 1978; 74). Ia Menyakinkan bahwa kebutuhan masyarakat Mesir saat ini adalah pendidikan tentang nasionalisme dan pendidikan agama secara benar, sehingga kebijakan politik untuk menyelesaikan problema sosial keagamaan harus dimulai dari sisi ini. Pada masa ini Muhammad Abduh telah menampilkan sebuah pemikiran tentang pentingnya materi-materi pendidikan umum berdampingan dengan materi pendidikan agama. Bagi Muhammad Abduh, materi pendidikan umum yang tidak didampingi oleh pendidikan agama akan mengakibatkan ketidakseimbangan moral yang berbahaya bagi tatanan kehidupan umat (Badawi, 1978; 74). Sebagai pilot project untuk ide penyatuan materi pendidikan umum dan agama ini, Muhammad Abduh menyarankan pengembangan lembaga pendidikan Dar al ulum sebagai sekolah abru yang memberikan pendidikan modern bagi mahasiswa al-azhar yang menginginkan kecakapan untuk dapat bekerja di pemerintahan, atau al azhar dapat saja merger dengan sistem pendidikan umum sambil tetap mempertahankan kekhasannya sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang tentunya sambil mengadakan pembaharuan kurikulum, sistem ujian dan metode pembelajaran (Rahman, 1984; 66). Bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan gelaar alim mesti lulus ujian dalam semua materi dasar yakni tauhid, Tafsir, Fiqh, Ushul Fiqh, Akhlak dan beberapa materi lainnya yang dianggap sebagai ilmu yang menunjang keilmuan dasar di atas seperti Mantiq, Nahwu, Balaghah, berhiting dan aljabar. Untuk tingkatan selanjutnya diberikan materi Sejarah, Georafi, Filsafat, ekonomi dan pengetahuan kealaman disamping mempelajari karya-karya Arab kalsik (Haq, 1970; 71-72). Usaha yang dilakukan Muhammad Abduh ini terhenti dan dapat dikatakan tidak berhasil, kecuali untuk bidang administrasi, sementara untuk bidang akademik hampir semuanya ditolak. Penolakan ini 79

10 Minnah El Widdah, Pendidikan Dalam. datang dari ulama konservatif al Azhar yang mengatakan bahwa satusatunya tujuan lembaga pendidikan al Azhar adalah sebagai lembaga dakwah untuk melindungi dan menyebarkan agama Islam dan hukumhukumnya, sehingga segala sesuatu yang berbau perubahan dan datang dari Barat harus ditingglkan (Haq, 1970; 72). Puncak kegagalan Muhammad Abduh dalam melakukan pembaharuan di al Azhar adalah dengan berhentinya ia dari kepengurusan Administrative Committee pada tanggal 15 Maret Daftar Pustaka Adam, Charles C., Islam And Modernisme in Egypt, Russell and Russell, New York, Asmuni, Yusran., Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Badawi, MA., Zaki., The Reformers of Egypt, Croom Hell, London, Gibb, H.A.R., Modern Trends in Islam, The Universitu of Chicago Press, Chicago, Kourani, Albert., Arabic Thought in Liberal Age: , Oxpord University Press, London, Nasution, Harun., Pembaharuan dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), Bulan Bintang, Jakarta,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- 20 Oleh: Ali Sodikin Abstrak : Pendidikan merupakan salah satu wilayah (area of cincern) gerakan pembaruan Islam yang berlangsung di seluruh dunia Islam. Tokoh-tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH Siti Kamilah 1 Abstrak: Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu secara bersungguh-sungguh dalam melihat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (IPA/IPS/BHS) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Jumlah Soal : 50 Butir

Lebih terperinci

SEJARAH ISLAM AHMADIN

SEJARAH ISLAM AHMADIN SEJARAH ISLAM AHMADIN RAYHAN INTERMEDIA 2013 i SEJARAH ISLAM Copyright Ahmadin Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Rayhan Intermedia Penerbit: RAYHAN INTERMEDIA Jl. Naja Dg. Nai Lr 4/8 Rappokalling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan koloniaisme memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH

BAB II BIOGRAFI, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH 18 BAB II BIOGRAFI, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH A. Biografi Muhammad Abduh Muhammad Abduh adalah seorang sarjanah, pendidik, mufti, alim, teolog dan tokoh pembaharu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan pada hakikatnya merupakan kasih sayang Allah yang diturunkan kepada segenap makhluk terutama manusia. Dengan kasih sayang suatu proses pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode modern. Kemajuan zaman yang semakin pesat mendorong umat Islam untuk berfikir aktif, Yaitu

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 295.

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 295. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fiqh artinya paham, menurut Abdul Wahab Khalaf yang dikutip oleh Ahmad Rofiq, pengertian fiqih secara terminologis adalah "hukum-hukum syara yang bersifat

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI

KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI KERUNTUHAN KEKHALIFAHAN TURKI UTSMANI TAHUN 1924 SKRIPSI oleh: Winda Desilia Putri NIM 050210302223 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Problematika Umat Disebabkan Penurunan Kualitas Pendidikan Islam Problematika umat manusia dewasa ini telah menjalar ke setiap lini kehidupan. Dari aspek moral

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI

KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMAD ABDUH SEBAGAI STRATEGI MODERNISASI Oleh : Syamsul Rijal Fakutas Agama Islam (Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan ) Email: rij@yahoo.co.id Abstrak Muhammad Abduh mengembangkan

Lebih terperinci

Pola pemahaman agama Islam dan pengembangan kependidikan. Pola pemahaman agama Islam dan pengembangan kependidikan - Kontribusi Rasyid Ridha

Pola pemahaman agama Islam dan pengembangan kependidikan. Pola pemahaman agama Islam dan pengembangan kependidikan - Kontribusi Rasyid Ridha Pola pemahaman agama Islam dan pengembangan kependidikan Pola pemahaman agama Islam dan pengembangan kependidikan - Kontribusi Rasyid Ridha Anas Amin Alamsyah a * aprogram Studi Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pada saat usia dini adalah saat yang paling peka dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pada saat usia dini adalah saat yang paling peka dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang paling tepat untuk menanamkan pendidikan, karena pada saat usia dini adalah saat yang paling peka dalam pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Arab. Sebab, masyarakat Arab pra-islam pada dasarnya tidak. memiliki sistem pendidikan formal (Azra, 2000: vii).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Arab. Sebab, masyarakat Arab pra-islam pada dasarnya tidak. memiliki sistem pendidikan formal (Azra, 2000: vii). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang dan berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Kemunculan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan

Lebih terperinci

GAGASAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH ( ) Cahaya Khaeroni

GAGASAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH ( ) Cahaya Khaeroni GAGASAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH (1849-1905) Cahaya Khaeroni Mahasiswa Doktoral UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: c.khaeroni@gmail.com Abstract This paper analyzes the contributions

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql. 147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Corak Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Muhammad Abduh dalam corak pemikiran pendidikannya, memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL A. Tokoh Persatuan Islam ( Persis) 1 Ustadz Umar Fanani BA Ustadz Abdul Qadir Hassan

Lebih terperinci

BAB V KESMPULAN. Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan,

BAB V KESMPULAN. Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan, BAB V KESMPULAN 5.1. kesimpulan Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan, negara kelahirannya sendiri, sejak 1889, secara konstitusional pada tahun 1984, dianggap sebagai kelompok

Lebih terperinci

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C. Islam dan Demokrasi Disusun oleh : AL-RHAZALI 07230054 MITRA ANUGRAH F 07230068 FEBRIAN DELI 201010050311070 NOVELIAWATI C. 201010050311085 MUSLIM DEMOKRAT Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya.

Lebih terperinci

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 59 BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 A. Kualitas Mufasir at-thabari Ditinjau dari latar pendidikannya dalam konteks tafsir al-qur an, penulis menilai bahwa at-thabari

Lebih terperinci

Etos Hijrah. Oleh Nurcholish Madjid

Etos Hijrah. Oleh Nurcholish Madjid c Prestasi, bukan Prestise d Etos Hijrah Oleh Nurcholish Madjid Pelajaran pertama yang bisa dipetik dari keputusan Umar menjadikan Hijrah Rasul sebagai permulaan perhitungan kalender Islam ialah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah dinamisasi terutama setelah semakin banyaknya pergolakan pemikiran yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : Makul : Ilmu Pendidikan BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nama : Diana Lusi Rinasari NIM : 15105241002 Makul : Ilmu Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak terampil menjadi terampil dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi BAB IV ANALISA A. Analisa Konsep Pendidikan Islam Perspektif Mahmud Yunus Pemikiran Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam yang dipadukan dengan pengetahuan umum tidak bisa dilepaskan dengan bingkai akhlakul

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam komunikasi, bahasa adalah faktor yang paling penting. Tanpa bahasa kita tidak dapat berkomunikasi. Dua jenis bahasa dalam berkomunikasi adalah bahasa verbal

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Jenis Madrasah : Madrasah Aliyah Bentuk Tes : Pilhan Ganda Program : Keagamaan Jumlah soal : 50 butir Mata Pelajaran

Lebih terperinci

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paserta didik juga diberikan bekal nilai-nilai akhlak, membina hati dan

BAB I PENDAHULUAN. paserta didik juga diberikan bekal nilai-nilai akhlak, membina hati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat mereka hidup. Menurut webster s new world dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses panjang dalam rangka mengantarkan manusia menjadi seseorang yang memiliki kekuatan intelektual, emosional, dan spiritual sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah

Lebih terperinci

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG. SEJARAH ISLAM APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH? APA BEDA SEJARAH DENGAN DONGENG DAN KRONIK? APA ARTI KEBUDAYAAN DAN PERADABAN? APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH KEBUDAYAAN DAN SEJARAH PERADABAN ISLAM? APA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab guna menjelaskan jalan hidup yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa perubahan-perubahan dalam

Lebih terperinci

PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM, MASA ABAD PERTENGAHAN DAN ABAD MODERN KLASIK. Fatimatus Zahrah

PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM, MASA ABAD PERTENGAHAN DAN ABAD MODERN KLASIK. Fatimatus Zahrah PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM, MASA ABAD PERTENGAHAN DAN ABAD MODERN KLASIK Abstrak Fatimatus Zahrah fatimatuz@gmail.com Fazlur Rahman adalah seorang ilmuwan dan pemikir islam kenamaan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA

ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA ALI ABD AL-RAZIQ : IDE NEGARA Salah seorang tokoh pembaharuan dalam Islam pada awal abad ke 20 di Mesir adalah Ali Abd Al-Raziq. Ia termasuk tokoh yang kontroversial, hal ini muncul karena idenya yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin Kedisiplinan adalah kata kunci keberhasilan pendidikan. Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang dalam organisasi pendidikan

Lebih terperinci

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi 31 Agustus 2005 Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi Orang tua kita yang telah menyekolahkan anaknya mencapai tingkat pendidikan tinggi, dalam menanggapi putrinya yang lebih memilih aktif di rumah setelah

Lebih terperinci

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. BAB I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI. A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi

BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI. A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi Nama lengkap al-maraghi adalah Ahmad Mustafa al-maraghi Ibn Musthafa Ibn Muhammad Ibn Abd al-mun

Lebih terperinci

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!?

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!? Proses pembaruan pemahaman keislaman di Indonesia pada era 1970 dan 1980-an tidak pernah lepas dari peran Cak Nur (sapaan akrab Prof. Dr. Nurcholish Madjid). Gagasan-gagasan segar Cak Nur tentang keislaman,

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rini Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, NORA MEDIA ENTERPRISE, Kudus, 2011, hal. 83

BAB I PENDAHULUAN. Rini Dwi Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, NORA MEDIA ENTERPRISE, Kudus, 2011, hal. 83 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. selama manusia ada, maka selama itu pula persoalan pendidikan ditelaah dan

BAB IV ANALISIS. selama manusia ada, maka selama itu pula persoalan pendidikan ditelaah dan BAB IV ANALISIS Persoalan pendidikan merupakan masalah yang berhubungan dengan kehidupan, selama manusia ada, maka selama itu pula persoalan pendidikan ditelaah dan direkonstruksi dari waktu ke waktu,

Lebih terperinci

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA REFLEKSI POSISI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM KEBIJAKAN KURIKULUM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA Email: delaningrat@gmail.com A. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar yang berkembang menjadi krisis multidimensi, melanda negeri kita tercinta. Lima tahun adalah suatu periode waktu

Lebih terperinci